Konservasi Tumbuhan Tropis Johny S. Tasirin & Martina A. Langi TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECT Kerjasama UNIVERSITAS SAM RATULANGI Dan TEXAS A&M UNIVERSITY 2012 1 DISCLAIMER This module is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development (USAID). The contents are the responsibility of Texas A&M University and Sam Ratulangi University as the USAID Tropical Plant Curriculum Project partners and do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government. Kata Pengantar Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas hikmat dan pertolonganNya sehingga penyusunan modul ini dapat terselesaikan. Terima kasih disampaikan kepada USAID dan Universitas TEXAS A&M atas dukungan dana bagi penyusunan modul ini. Modul ini ditujukan sebagai bahan ajar Keanekaragaman hayati. Modul ini dapat digunakan oleh tenaga pengajar (dosen) maupun mahasiswa sebagai bahan acuan untuk memperkaya pengetahuan terkait Keanekaragaman hayati tumbuhan dan mengenal keanekaragaman tumbuhan di daerah tropis. Penyusunan Modul ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan modul ini. Terima kasih, Penyusun 3 Bab 1. Iklim Tropis Batasan. Yang dimaksud dengan daerah tropis adalah kawasan yang memiliki iklim tropis. Secara umum daerah ini terletak di dekat garis khatulistiwa, pada garis lintang 5-10° Utara dan Selatan. Di beberapa tempat, iklim tropis bisa ditemukan sampai pada 25° dari garis khatulistiwa. Dalam klasifikasi Koppen- Geiger, iklim tropis dicirikan oleh suhu udara yang tinggi, dimana suhu rata-rata tahunan diatas 18 °C. Koppen-Geiger membagi iklim tropis ke dalam iklim hutan hujan tropis (Af), iklim monsun tropis (Am), dan iklim savana basah dan kering (As dan Aw) (Gbr. 1). Gambar 1. Pembagian iklim dunia berdasarkan Koppen-Geiger. Sumber: Kottek (2006). Box Diskusi 1. Variasi iklim berdasarkan ketinggian dari permukaan laut - Perbedaan vegetasi di pantai dan pegunungan - Presipitasi di dataran rendah dan dataran tinggi - Presipitasi di daerah tropis dan lintang tinggi 2. Variasi musim - Musim penghujan dan kemarau - Daerah dengan empat musim - Posisi matahari dan panjang hari 4 - Peristiwa iklim ekstrim Komunitas tumbuhan dan satwa di daerah tropis tersusun atas jenis-jenis yang khas dan kadang-kadang hanya bisa hidup di daerah tropis. Namun demikian, modifikasi iklim memungkinkan jenis-jenis ini mampu hidup di luar habitat aslinya. Ekosistem di daerah tropis sebagian besar ditandai dengan adanya hutan hujan dan hutan gugur daun. Di tempat-tempat tertentu di daerah tropis bisa juga ditemukan hutan kering dan gurun. Box Diskusi 1. Jenis di daerah beriklim tropis dan daerah lainnya - Jenis hewan dan tumbuhan domestikasi - Jenis hewan liar - Jenis tumbuhan liar 2. Modifikasi iklim - Rumah kaca - Bangunan irigasi - Hujan buatan - Produktivitas lahan dan iklim Keanekaan hayati tertinggi di dunia ditemukan di kawasan tropis. Beberapa kawasan diantaranya merupakan kawasan kunci dengan tingkat keanekaan hayati tertinggi di dunia dengan tingkat keendemikan yang sangat tinggi pula. Kawasan ini menjadi prioritas global untuk pelestarian alam. Box Diskusi 1. Daftar jenis flora dan fauna berdasarkan negara - Negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi - Tingkat keendemikan 2. Badan dunia terkait konservasi alam - IUCN - CITES - UNEP - NGO Tugas Deskripsikan iklim tropis berdasarkan Koppen! 5 Bab 2. Biogeografi Tumbuhan Tropis Daerah tropis di dunia, dari sudut pandang biogeografi, tersusun atas bioregion Paleotropis dan Neotropis . Bioregion Paleotropis ditemukan di Afrika, Asia dan Australia. Bioregion Neotropis ditemukan di Kepulauan Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pembagian kawasan biogeografi di dunia dipelopori oleh petualang Inggris Alfred Wallace yang membagi bumi ke dalam 6 bioregion yakni Paleartika, Afrika, Oriental, Australasia, Neartika, dan Neotropika. Bioregion ini kemudian diperbaiki oleh Olson dkk (2001) menjadi 8 ekoregion dengan menambahkan Oceania dan Antartika (Gbr. 2). 6 Gbr. 2. Ekoregion terestrial dunia. Sumber: Olson dkk. (2001) Box Diskusi 1. Lempengan kerak bumi 2. Paparan Sunda dan Paparan Sahul 3. Pergeseran benua Terbentuknya bioregion yang berbeda-beda dicirikan terutama oleh tumbuhan dan satwa penyusunnya. Hal ikhwal keberadaan suatu komunitas tumbuhan atau satwa di suatu tempat merupakan hasil dari suatu proses yang sangat panjang. Ada jenis yang toleran terhadap kondisi iklim yang luas. Jenis ini bisa ditemukan pada tempat-tempat dengan rentang iklim yang lebar. Jenis-jenis ini umum ditemukan pada banyak tempat di bumi. Jenis- jenis ini sangat mudah berberadaptasi dengan lingkungan dimana dia berada tanpa mengakibatkan perubahan yang berarti pada struktur genetik populasinya. Box Diskusi 1. Rantai makanan dan jaring makanan 2. Jenis umum 3. Jenis introduksi dan bahayanya. Ada jenis yang beradaptasi secara khusus pada kondisi lingkungan dengan rentang yang sempit. Jenis-jenis ini mengkolonisasi dan terpelihara pada kawasan yang kecil dengan sumber daya yang terbatas. Dalam skala waktu geologis, jenis-jenis ini terpisah secara genetik dengan populasi induknya dan menjadi jenis yang baru. Proses ini disebut speciasi. Proses ini menjadi semakin intensif pada daerah yang memiliki pembatas geografi yang tegas seperti laut, sungai dan fisiografi lahan yang ekstrim. Oleh sebab itu, suatu pulau sampai pada ukuran tertentu merupakan pemicu terbentuknya kantong-kantong tumbuhan dan hewan yang unik yang ciriciri morfologinya mendekati tapi tidak sepenuhnya sama dengan jenis-jenis kerabatnya di pulau tetangga. Box Diskusi 1. Toleransi terhadap faktor lingkungan 2. Lahirnya jenis baru 3. Teori pulau: Ukuran pulau dan kekayaan jenis 7 Indonesia adalah laboratorium alam yang penting di dunia untuk studi biogeografi dan keanekaan hayati. Indonesia yang tersusun oleh ekosistem kepulauan merupakan lahan subur bagi pembentukan kantong-kantong ekologi dengan tingkat endemisitas jenis tumbuhan dan satwa yang tinggi. Pentingnya Indonesia juga ditunjang oleh struktur geologi yang unik. Kawasan Indonesia merupakan tempat transisi antara bioregion Oriental dan Australasia. Garis pemisah yang paling populer dari kedua bioregion ini adalah Garis Wallacea yang terletak di sebelah barat Pulau Sangihe, Pulau Sulawesi, dan Pulau Lombok atau garis imageri yang melewati laut Sulawesi, Selat Makassar, dan Selat Lombok (Wallace, 1876). Pada dasarnya ada tujuh buah garis yang pernah diajukan menjadi pemisah antara bioregion Oriental dan Australia. Selain garis Wallace, ada enam garis lain yakni Huxley, Murray, Muller, Webber, Sclatters, dan Lydekker (Gbr. 3). Sejumlah ahli kemudian mengusulkan kawasan diantara Wallace dan Lydekker ini menjadi bioregion sendiri yang dinamakan Bioregion Wallacea. Gbr. 3. Bioregion Wallacea 8 Box Diskusi 1. Selat Bali atau Selat Lombok 2. Jenis tumbuhan dan satwa di kawasan Wallacea Bahan Bacaan Abell. R., M.L. Thieme, C. Revenga, M. Bryer, M. Kottelat, N. Bogutskaya, B. Coad, N. Mandrak, S.C. Balderas, W. Bussing, M.L.J. Stiassny, P. Skelton, G.R. Allen, P. Unmack, A. Naseka, R. Ng, N. Sindorf, J. Robertson, E. Armijo, J.V. Higgins, T.J. Heibel, E. Wikramanayake, D. Olson, H.L. López, R.E. Reis, J.G. Lundberg, M.H. Sabaj Pérez, and P. Petry. 2008. Freshwater Ecoregions of the World: A New Map of Biogeographic Units for Freshwater Biodiversity Conservation. BioScience 58 (5): 404-414. Burslem, D.F.R.P., M.A. Pinard, & S.E. Hartley. 2005. Biotic Interactions in the Tropics Their Role in the Maintenance of Species Diversity. Cambridge University Press. Cambridge. 566 pp. Hubbell, S.P.. 2001. The Unified Neutral Theory of Biodiversity and Biogeography. Princeton University Press. Princeton and Oxford. 375 pp. Motley, T.J., N. Zerega, & H. Cross. Darwin’s Harvest: New Approaches to the Origins, Evolution, and Conservation of Crops. Columbia University Press. New York. 390 pp. Olson, D.M., E. Dinerstein, E.D. Wikramanayake , N.D. Burgess, G.V.N. Powell, E.C. Underwood, J.A. D’amico, I. Itoua, H.E. Strand, J.C. Morrison, C.J. Loucks, T.F. Allnutt, T.H. Ricketts, Y. Kura, J.F. Lamoreux, W.W. Wettengel , P. Hedao, and K.R. Kassem. 2001. Terrestrial Ecoregions of the Wo rld: A New Map of Life on Earth. BioScience 51 (11): 933-938 Sodhi, N.S. & P.R. Ehrlich. 2010. Conservation Biology for All. Oxford University Press. New York. 344 pp. Spalding, M.D., H.E. Fox, G.R. Allen, N. Davidson, Z.A. Ferdaña, M. Finlayson, B.S. Halpern, M.A. Jorge, A. Lombana, S.A. Lourie, K.D. Martin, E. McManus, J. Molnar, C.A. Recchia, and J. Robertson. 2007. Marine Ecoregions of the World: A Bioregionalization of Coastal and Shelf Areas. BioScience 57 (7): 574-583 Wallace, A.R.. 1876. The Geographical Distribution of Animals, With a Study of the Relations of Living and Extinct Faunas As Elucidating the Past Changes of the Earth's Surface. Harper and Brothers, New York. Wilson, K.A., M.F. McBride, M. Bode and H.P. Possingham. 2006. Prioritizing global conservation efforts. Nature 440(16): 337-340 Whitten, T., M. Mustafa, G.S. Henderson. 2002. The Ecology of Sulawesi. Periplus. Singapore. 9 Bab 3. BIODIVERSITAS Istilah biodiversitas sering dipersamakan dengan keanekaragaman hayati atau keanekaan hayati. Biodiversitas adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris ”biodiversity” yang adalah akronim dari "biological diversity". Biodiversitas adalah seluruh tatanan keanekaan kehidupan di Bumi. Biodiversitas mencakup isu pada tingkat gen sampai ke ekosistem. Dalam skala lokal biodiversitas sering digunakan untuk mendeskripsikan kekayaan spesies pada suatu daerah. Walaupun tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan keragaman data, beberapa indeks diversitas sering dijadikan acuan untuk menerangkan tinggi rendahnya keanekaan jenis pada suatu kawasan. Namun sudah semakin terbangun secara global bahwa pada hakekatnya biodiversitas melingkupi seluruh kehidupan di Bumi. Konservasi Biodiversitas melejit popularitasnya pada akhir dekade 1980an. Dan mendapat dorongan yang sangat kuat pada The United Nations Conference on Environment and Development di Rio de Janeiro, 3-14 Juni 1992 yang melahirkan Rio Declaration on Environment and Development. Salah satu prinsip yang diadopsi adalah: “States shall cooperate in a spirit of global partnership to conserve, protect and restore the health and integrity of the Earth's ecosystem.” (Negara-negara wajib bekerja sama dalam semangat partneship global untuk melestarikan, melindungi, dan memulihkan kesehatan dan integritas dari ekosistem bumi.) Dan menjadi kewajiban untuk memperhatikan pelestarian keanekaragaman hayati dituangkan dalam Convention on Biological Diversity. Indonesia meratifikasi konvensi ini. Box diskusi Aktivitas manusia yang berpengaruh dan membahayakan sumber daya 10 biologi. Manfaat biodiversitas dalam kehidupan. Biodiversitas bisa ditinjau dari level genetik, species sampai ekosistem. Variasi individu dan kompleksitas ekosistem merupakan ekspresi dari kekayaan genetik dari populasi-populasi penyusun ekosistem tersebut. Proses dan fungsi dalam ekosistem bisa dipelajari dari kekayaan genetik, interaksi antara organisme, spesialisasi terhadap faktor lingkungan, dan struktur komunitas. Pemahaman proses dan fungsi ekologi di rana alami sering diadopsi untuk menjawab masalah produksi biologi di dunia pertanian. Kekayaan genetik bisa diekspresikan dalam hirarki komunitas dan spasial. Dalam hirarki komunitas, individu dalam populasi menjadi fokus pembagian hirarki apakah informasi genetik itu berasal dari individu tunggal, kumpulan individu dalam satu populasi, atau dari beberapa populasi atau gabungan dari populasi-populasi dari species yang berbeda. Dalam hirarki spasial, perhatian diarahkan pada distribusi geografi yang bisa membentuk region berbasis bioekologi. Box diskusi Ulasan terhadap ekoregion dan bioregion Biodiversitas spesies ditentukan oleh kekayaan species di suatu kawasan atau habitat target. Kontinum kekayaan jenis di dunia ini bergerak dari yang tertinggi di daerah tropis menuju ke titik rendah di daerah kutub. Kontinum yang lain bergerak dari titik tertinggi di daerah lembab ke titik rendah di daerah kering. Dari dua kontinum ini, kekayaan jenis tertinggi akan ditemukan dari di daerah tropis basah dan kecenderungan akan terus menurun ke arah kutub dan padang gurun yang kering. 11 Biodiversitas ekosistem merupakan puncak dari kekayaan biologi yang ada di bumi. Ekosistem adalah kesatuan faktor biofisik dan kimia yang membentuk habitat bagi mahluk hidup penghuninya. Keanekaan ekosistem menjadi penjamin terpeliharanya kekayaan jenis dan genetik yang ada di bumi. Box diskusi Biological hotspots di dunia Bab 4. NILAI BIODIVERSITAS Kekayaan budaya di Indonesia merupakan ekspresi dari kekayaan jenis tumbuhan yang hidup di Indonesia. Tumbuhan telah menjadi bagian kehidupan umat manusia untuk memunuhi kebutuhan makanan, obat-obatan, perumahan, kultural, dan spiritual. Nilai biodiversitas sangat kompleks dan sulit dimaterialisasikan. Opini terhadap binatang gajah bisa bipolar. Di satu sisi gajah dianggap berkarisma dan cerdas, di sisi lain gajah juga adalah ancaman terhadap hasil pertanian dan keamanan masyarakat. Nilai biodiversitas dibedakan menjadi dua kategori yaitu nilai kegunaan dan nilai intrinsik. Nilai kegunaan ditentukan melalui pemanfaatannya yang biasanya dikaitkan dengan manusia walaupun kemanfaatan itu bisa ditinjau juga dari sisi ekologi. Nilai intrinsik adalah nilai untuk hidup terlepas dari nilai kegunaanya. Box diskusi Toleransi terhadap ancaman karena manfaat: manusia vs alam. 12 Tinjauan kemanfaatan dari biodiversitas bisa dilakukan dengan pendekatan layanan ekosistem, sumber biologis, dan keuntungan sosial. Komunitas biologis akan memberi proteksi terhadap sumber air, menjamin pembentukan dan perlindungan tanah, memelihara siklus hara dan penyimpanannya, menyerap polusi, mengendalikan populasi hama dan penyakit, dan memberi kontribusi bagi stabilitas iklim. Biodiversitas juga merupakan sumber penting untuk pasokan kini dan masa depan untuk pangan, bahan obat, produk kayu, tumbuhan ornamen, dan stok hewan. Aspek lain yang juga penting adalah biodiversitas memberikan manfaat sosial yang meliputi riset, pendidikan, rekreasi, pariwisata, dan sosial budaya. Dalam pembagian yang lain, manfaat biodiversitas ini bisa dikelompokkan dalam manfaat langsung dan tidak langsung. Box diskusi Harga oksigen di atmosfir. Bumi menyediakan jasa setara $16-54 triliun untuk manusia setiap tahun. Kontroversi panen kayu dan bencana banjir Nilai pasif: nilai yang nanti terhitung jika sumberdaya biologi tersebut hilang. Komunitas tumbuhan dan terutama pepohonan menjaga kualitas air dan siklus hidrologi serta mengurangi diskrepansi hasil air antara musim hujan dan kemarau. Hilangnya tumbuhan akan menurunkan daya resap dan daya tampung tanah terhadap air yang menyebabkan naiknya aliran air permukaan. Tingginya aliran permukaan akan meningkatkan risiko terjadinya erosi dan banjir. Erosi mengakibatkan hilangnya lapisan tanah yang suburdan pendangkalan pada wadah-wadah air seperti sungai dan danau. Box diskusi Nilai air bersih. 13 Banjir di daerah urban. Keanekaan pohon memberi kontribusi pada proses pembentukan tanah, stabilitas struktur tanah, kelembaban tanah, kandungan unsur hara. Komunitas pohon juga menyediakan iklim mikro yang memadai untuk dekomposisi material organik sebagai mata rantai utama dalam siklus hara dan energi dalam ekosistem. Akumulasi biomasa pada batang pepohonan merupakan tempat penyimpanan karbon yang efektif dan berkelanjutan. Proses fotosintesis pada pohon merupakan proses penyerapan karbondioksida dan pemasok oksigen yang sangat penting di bumi ini. Mekansime ini yang memberi predikat hutan tropis merupakan paru-paru dunia. Ekosistem hutan yang terjaga akan memberikan layanan ganda sebagai penyerap polusi karbon dari udara dan sekaligus menjadi agen mitigasi pemanasan global. Box diskusi Perubahan iklim dan pemanasan global Pohon sumber energi dan pangan Pohon urat nadi ekonomi Tugas: Daftar jenis kayu komersil indonesia berdasarkan kompilasi kementerian kehutanan 14 Bab 5. Dinamika komunitas Komunitas tumbuhan bersifat dinamis, selalu berubah, baik oleh karena faktor manusia maupun alam. Proses perubahan ini disebut suksesi. Suksesi diawali oleh peristiwa alam yang ekstrim atau kerusakan skala kecil hasil eksploitasi manusia. Suksesi pada komunitas hutan melewati tahapan tertentu yang akan menentukan bentuk akhir dari komunitas tersebut. Bentuk dan intensitas peristiwa pada setiap tahapan akan menentukan struktur dan komposisi jenis diakhir perjalanan suksesi. Box Diskusi Bentuk tumbuhan di habitat bebatuan dan pasir Suksesi komunitas tumbuhan di Gunung Anak Krakatau Suksesi primer adalah proses perubahan komunitas tumbuhan yang diawali oleh kekuatan bencana alam utama yang mengakibatkan hilangnya materi organik sebagai sumber plasma untuk kolonisasi. Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1890 merupakan contoh klasik yang mengawali suksesi Gunung Anak Krakatau. Seluruh daratan Krakatau hilang dari permukaan bumi dan kemudian digantikan oleh Anak Gunung Krakatau yang muncul dari laut beberapa tahun setelah letusan. Diawali dengan gundukan panas yang kosong, saat ini anak Gunung Krakatau telah ditumbuhi hutan tropis dengan keanekaan jenis yang cukup tinggi. Organisme awal yang mendiami pulau itu adalah jenis oportunistik yang memanfaatkan sumberdaya yang sangat terbatas. Jenis pionir ini memodifikasi lingkungan pulau tersebut menjadi lebih layak bagi organisme lain untuk mendiaminya. Seiring dengan berjalannya waktu, jenis-jenis lain datang dan mendiami pulau baru tersebut yang bertumbuh sekitar satu meter setiap tahunnya. Suksesi sekunder terjadi lingkungan komunitas tumbuhan yang mengalami kerusakan oleh peristiwa alam atau aktivitas manusia yang tidak mengakibatkan alterasi yang berarti. Dalam 15 komunitas yang mengalami suksesi sekunder, perubahan struktur dan komposisi komunitas tumbuhan masih dipengaruhi oleh kondisi vegetasi sebelumnya. Dalam kondisi tertentu seperti intervensi yang besar oleh aktivitas manusia atau kekuatan alam, komposisi jenis bisa mengalami perubahan drastis. Box Diskusi Perladangan berpindah Teknik silvikultur tebang pilih Bab 6. KEBIJAKAN KONSERVASI GLOBAL IUCN (Red-list of endangered species CITES (Trading and transportation regulation) Transborder Biosecurity Bahan Bacaan Burgman, M.. 2005. Risks and Decisions for Conservation and Environmental Management. Cambridge University Press. Cambridge. 488 pp. Canadell, J.G., D.E. Pataki, & L.F. Pitelka. 2007. Terrestrial Ecosystems in a Changing World. Springer-Verlag. Berlin Heidelberg. 336 pp. Chauhan, R.N. 2007. Global Forest Resources (Geographical Approach). Oxford Book. Jaipur India. 356 pp. FAO. 2011. Global Forest Resources Assessment 2010: Key findings. www.fao.org/forestry/fra2010. Accessed Aug 28, 2011. IUCN. 2010. Enhancing the contribution from Protected Areas to Biodiversity Conservation – The role of the CBD Programme of Work on Protected Areas (POWPA). Position Paper. CBDIUCN. Kappelle, M.. 2006. Ecology and Conservation of Neotropical Montane Oak Forests. SpringerVerlag. Berlin Heidelberg. 483 pp. Leigh, E.G.. 1999. Tropical Forest Ecology: A View from Barro Colorado Island. Oxford University Press. New York Oxford. 245 pp. Rao, P.K.. 2010. The Architecture of Green Economic Policies. Springer-Verlag. Berlin Heidelberg. 169 pp. 16 Ruddiman, W.F.. 2005. Plows, Plagues, and Petroleum: how humans took control of climate. Princeton University Press. Princeton. 226 pp. Bab 7. Tatanan Nasional Konservasi Tumbuhan Tropis National Law and Policy (Peraturan perudangan, action plan, Sectoral Strategic Plan) Sanctuaries and Parks (Cagar Alam, Taman Nasional, Taman Hutan Rakyat, Taman Wisata Alam, Taman Keanekaan Hayati) Arboretum and Botanical Garden Genetic Conservation Bahan Bacaan Bab 8. Konservasi dan Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development (MDGs) Adaptation and mitigation to climate change Ecological buffer to economic development Local Wisdom: Conservation in a local level Bahan Bacaan Kottek, M., J. Grieser, C. Beck, B. Rudolf, dan F. Rubel. 2006. World Map of the Köppen-Geiger climate classification updated. Meteorol. Z., 15:259-263. Carson, W.P., & S.A. Schnitzer. 2008. Tropical Forest Community Ecology. Wiley-Blackwell. Chichester, UK. 517. pp. Gunter, S., M. Weber, B. Stimm, & R. Mosandl. 2011. Silviculture in the Tropics. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 559 pp. Molles, M.C.. 2008. Ecology: Concepts and Application. Mc Graw Hill. London. 604 pp Vivanco, J.M. & T. Weir. 2011. Chemical Biology of the Tropics: An Interdisciplinary Approach. Springer-Verlag. Berlin Heidelberg. 115 pp. Guerrant, E.O., K. Havens, & M. Maunder. 2004. Ex Situ Plant Conservation: Supporting Species Survival in the Wild. Island Press. Washington. 504 pp. Lee, R.J., J. Riley, R. Merrill, dan R.P.Manoppo. 2001. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi di Sulawesi Bagian Utara. WCS - IP dan NRM. Manado. Miller, G.T. and S.E. Spoolman. 2009. Living in the Environment: Concepts, Connections, and Solutions. Brooks/Cole. Belmont,USA. 121 pp. Newton, A.C.. 2007. Forest Ecology and Conservation: A Handbook of Techniques. Oxford University Press. Oxford. 454 pp. 17 Springate-Baginski, O., & P. Blaikie. 2007. Forests, People and Power: The Political Ecology of Reform in South Asia. Earthscan. London. 394 pp. 18