analisis efektivitas penerapan sistem manajemen lingkungan iso

advertisement
ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 DAN DAMPAKNYA
TERHADAP PENGHEMATAN BIAYA KONSUMSI AIR DAN
LISTRIK DI PT.XYZ, JAKARTA UTARA
VERRY KERSANING ROBBI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efektivitas
Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Dampaknya terhadap
Penghematan Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ Jakarta Utara adalah
benar karya saya dan dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis
saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Verry Kersaning Robbi
NIM H44090054
4
ABSTRAK
VERRY KERSANING ROBBI. Analisis Efektivitas Penerapan Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Dampaknya terhadap Penghematan
Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ Jakarta Utara. Dibimbing oleh
ACENG HIDAYAT.
Kesadaran dunia industri akan pentingnya masalah kelestarian lingkungan
menuntut setiap perusahaan untuk menjalankan dan menjaga kinerja lingkungan
yang baik. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang dilakukan oleh
perusahaan dapat menjadi tolak ukur pemenuhan persyaratan lingkungan dan
kemajuan kinerja lingkungan. Salah satu instrumen dalam menerapkan SML
adalah ISO 14001. PT.XYZ yang menjadi objek penelitian ini adalah industri
kendaraan bermotor yang telah bersertifikasi ISO 14001.
Tujuan utama penelitian ini adalah membuktikan sejauh mana efektivitas
penerapan SML ISO 14001 di PT.XYZ dapat memberikan dampak positif dari
segi lingkungan dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode PDCA ISO
14001 untuk mengkaji efektivitas penerapan ISO 14001 di PT.XYZ dengan cara
melakukan penilaian kinerja lingkungan perusahaan. Parameter yang digunakan
untuk melakukan penilaian kinerja lingkungan adalah kebijakan lingkungan,
perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan juga tinjauan manajemen. Penelitian
kemudian dilanjutkan dengan menganalisis dampak efektivitas penerapan ISO
14001 dari segi lingkungan melalui pengujian statistik terhadap pengukuran
limbah cair. Sedangkan analisis dampak ekonomi dari penerapan ISO 14001
dilihat dari besarnya penghematan biaya konsumsi air di area fasilitas umum dan
juga listrik dengan adanya program Recycle dan juga Saving Energy. Analisis
ekonomi dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan selisih bahan baku,
dimana variabel yang dimasukkan dalam perhitungan antara lain harga air PDAM,
harga air olahan, banyaknya air PDAM, banyaknya air recycle, pemakaian listrik
sebelum dan setelah program Saving Energy.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja lingkungan di PT.XYZ sangat
baik dan berjalan efektif sesuai dengan ISO 14001. Efektivitas tersebut
memberikan dampak yang positif dari segi lingkungan karena telah membantu
PT.XYZ dalam memenuhi baku mutu limbah yang ditetapkan oleh pemerintah.
Dan dari segi ekonomi, penerapan ISO 14001 memberikan keuntungan berupa
penghematan biaya seperti biaya konsumsi air sebesar Rp 69.499.613/tahun dan
biaya listrik sebesar Rp 3.096.500 pada tahun 2012 dan Rp 4.985.825 pada tahun
2013. Oleh karena itu, penerapan SML yang dilakukan secara efektif oleh
PT.XYZ terbukti telah berhasil membantu perusahaan mencapai tujuan
lingkungan dan ekonomi.
Kata kunci: kinerja lingkungan, sistem manajemen lingkungan, ISO 14001, baku
mutu, biaya konsumsi air dan listrik
6
ABSTRACT
VERRY KERSANING ROBBI. The Analysis of the Effectiveness for
Implementation of Environmental Management System ISO 14001 and Its Impact
on Cost Savings in Water and Electricity Consumption at PT.XYZ, North Jakarta.
Supervised by ACENG HIDAYAT.
Awareness of environmental preservation problems in industrial world has
demand many companies to perform an effective environmental management.
Environmental Management System (EMS) implemented by a company can be one
of the indicator of environmental performance and its improvement. One of the
wide known instruments for EMS implementation is ISO 14001, which has been
adapted and applied by many companies worldwide to maintain and ensure their
environmental performance. PT.XYZ which becomes the model of this research is
an automotive industrial company and already certified for ISO 14001.
The main purpose of this research is to prove how the effective
implementation of ISO 14001 based EMS by PT.XYZ can give significant impact
for the company both environmentally and economically. This research use PDCA
method to evaluate environmental performance. The indicators that used for the
assessment are environmental policy, plan, implementation, check, and
management review. Research was followed by analyzing the impact of the
effectiveness of ISO 14001 implementation with using statistical test to measure
industrial waste water. And the analysis of economic impact of ISO 14001
implementation viewed from the magnitude of the savings cost for water and
energy (electricity) consumption with Recycling and Saving Energy program.
The result of this research shows that environmental performance of
PT.XYZ are very good, which indicates PT.XYZ has implemented the ISO 14001
based EMS effectively, proved by accomplishment of ISO 14001 requirements and
waste standard. The implementation of ISO 14001 also gives advantage
economically in saving electricity cost for Rp.3.096.500 in 2012 and Rp.4.985.825
in 2013, and then saving water consumption in public facility cost for
Rp.69.499.613. as the conclusion, the effective implementation of EMS by PT.XYZ
is satisfyingly proved in supporting the company to achieve their environmental
and economic goals.
Keywords: environmental performance, environmental management system, ISO
14001, waste standard, saving electricity and water consumption cost
8
ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 DAN DAMPAKNYA
TERHADAP PENGHEMATAN BIAYA KONSUMSI AIR DAN
LISTRIK DI PT.XYZ, JAKARTA UTARA
VERRY KERSANING ROBBI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
10
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001 dan Dampaknya terhadap Penghematan Biaya
Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ, Jakarta Utara
: Verry Kersaning Robbi
: H44090054
Disetujui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
12
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
yang telah diberikan oleh-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Ekonomi Lingkungan, dengan judul
Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan
Dampaknya terhadap Penghematan Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ,
Jakarta Utara.
Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua orangtua tercinta, Mama (Suheni Herawati) dan Papa (Suryo Handoto),
kakak (Mas Happy dan Mbak Winne), Om Didit, dan saudara-saudara dari
keluarga Suryo dan Sa’it yang telah memberikan doa, kasih sayang, masukan
dan dukungan yang luar biasa kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan serta dukungan dalam penulisan skripsi
ini.
3. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku penguji utama dan Bapak Benny Osta
Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen perwakilan Departemen ESL.
4. Bapak Firman selaku PIC ISO 14001 sekaligus mentor penulis selama
penelitian di PT. XYZ plant 2, karyawan EHS PT.XYZ plant 2 (Bu Gadis, Bu
Catur, Pak Siswoyo, Pak Denny, Pak Adi, Pak Ferry, Pak Toro) dan seluruh
karyawan PT.XYZ yang telah bersedia memberikan data-data yang diperlukan
penulis selama penelitian.
5. Seluruh staff komisi pendidikan Departemen ESL.
6. Sahabat setiaku Herna, Leoni, Feni, Irdy, Goldy, Dimas, Harpa, Qibaw,
Aming, Ijo, Alvin, Tisa, Fahmi yang selalu memberi dukungan, doa, dan canda
tawa kepada penulis.
7. Spesial untuk Icha, Yulis, Adin, Febi, Jombang, Cicit, Ichi, Chintya, Hilman,
Fato, Abhe, dan Nando yang telah banyak membantu dan mendukung penulis.
8. Seluruh teman-teman keluarga besar ESL 46 yang tidak dapat disebutkan satu
per satu namanya, terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya.
14
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini
karena
keterbatasan
kemampuan
dan
juga
pengetahuan
penulis
yang
mengakibatkan hasil dari skripsi ini jauh dari sempurna atau yang diharapkan.
Meskipun demikian, penulis tetap berusaha untuk melakukan dan memberikan
yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca dalam upaya penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membacanya dan juga dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak
yang berkepentingan.
Bogor, Februari 2014
Verry Kersaning Robbi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................
DAFTAR GAMBAR. ...............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xvii
xviii
xix
I.
PENDAHULUAN ...........................................................................
1.1. Latar Belakang .......................................................................
1.2. Perumusan Masalah ...............................................................
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................
1.4. Hipotesis Hasil Penelitian ......................................................
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................
1.6. Batasan Penelitian ..................................................................
1
1
5
5
5
6
6
II.
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
2.1. Tinjauan Teoritis ....................................................................
2.1.1. Pengelolaan Lingkungan ..........................................
2.1.2. Kinerja Lingkungan .................................................
2.1.3. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 ............
2.1.4. Konsep ISO 14001 ...................................................
2.1.5. Sertifikasi ISO 14001 ...............................................
2.1.6. Manfaat Penerapan ISO 14001 ................................
2.1.7. Limbah Industri ........................................................
2.1.8. Bahan-Bahan Lain yang Berbahaya di Pabrik .........
2.1.9. Baku Mutu Lingkungan ...........................................
2.1.10. Skala Likert ..............................................................
2.1.11. Uji Independent t-test ...............................................
2.1.12. Biaya Standar ...........................................................
2.1.13. Selisih .......................................................................
2.1.14. Selisih Biaya Bahan Baku ........................................
2.2. Penelitian Terdahulu ..............................................................
7
7
7
7
8
8
11
12
13
13
14
16
16
17
17
17
18
III.
KERANGKA PEMIKIRAN............................................................
21
IV.
METODE PENELITIAN ................................................................
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................
4.2. Jenis dan Sumber Data ...........................................................
4.3. Metode Penentuan Sampel .....................................................
4.4. Metode dan Prosedur Analisis ...............................................
4.4.1. Analisis Efektivitas Penerapan SML ISO 14001 di
PT.XYZ ......................................................................
4.4.1.1 Analisis Pencapaian Pemenuhan Standar ISO
14001 Perusahaan ………………………. .....
4.4.2. Kinerja Lingkungan terhadap Limbah Cair Industri
Berdasarkan ISO 14001..............................................
4.4.3. Analisis Manfaat Ekonomi Penerapan ISO 14001 ....
25
25
25
25
26
27
29
30
31
16
V.
GAMBARAN UMUM ....................................................................
5.1. Profil PT.XYZ ........................................................................
5.2. Proses Pembuatan Sepeda Motor............................................
5.3. Manajemen Penanganan Limbah ...........................................
5.3.1. Penanganan Limbah B3 ..............................................
5.3.2. Penanganan Limbah Cair ............................................
5.3.3. Penanganan Limbah Udara .........................................
VI.
ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN SML ISO 14001 DI
PT.XYZ .......................................................................................
6.1. Penilaian Kinerja Lingkungan berdasarkan Kondisi SML ISO
14001 di PT. XYZ ..................................................................
6.2. Kesesuaian Implementasi SML PT.XYZ Berdasarkan ISO
14001 ....................................................................................
6.3. Pencapaian Pemenuhan Standar ISO 14001 di PT.XYZ ........
6.4. Upaya PT.XYZ dalam Pemenuhan Standar ...........................
VII. ANALISIS DAMPAK KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP
LIMBAH CAIR INDUSTRI ............................................................
7.1. Analisis Pengukuran Limbah Cair Industri ............................
7.1.1. Kadmium (Cd) ............................................................
7.1.2. Timbal (Pb) .................................................................
7.1.3. Seng (Zn) ....................................................................
7.1.4. Sianida (Cn) ................................................................
7.1.5. Nikel (Ni) ....................................................................
7.1.6. Logam Total ................................................................
7.2. Analisis Kesesuaian Limbah Cair dengan Standar ISO
14001:2005, Peraturan Pemerintah, dan Kebijakan
Perusahaan ..............................................................................
7.2.1. Kadmium (Cd) ............................................................
7.2.2. Timbal (Pb) .................................................................
7.2.3. Seng (Zn) ....................................................................
7.2.4. Sianida (Cn) ................................................................
7.2.5. Nikel (Ni) ....................................................................
7.2.6. Logam Total ................................................................
VIII. ANALISIS MANFAAT EKONOMI PENERAPAN ISO 14001 DI
PT.XYZ .......................................................................................
8.1. Manfaat Penerapan Recycle terhadap Biaya Konsumsi Air
Fasilitas Umum .......................................................................
8.2. Manfaat Program Saving terhadap Biaya Konsumsi Listrik .
IX.
35
35
36
40
40
41
42
45
45
46
59
61
63
63
64
65
66
68
70
73
74
75
76
77
78
79
80
83
83
86
SIMPULAN DAN SARAN .............................................................
9.1. Simpulan .................................................................................
9.2. Saran… ...................................................................................
89
89
89
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
DAFTAR ISTILAH ...................................................................................
91
93
LAMPIRAN .............................................................................................
RIWAYAT HIDUP...................................................................................
95
115
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1
Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Pelapisan Logam ..................
2
Matriks Keterkaitan antara Tujuan Penelitian, Sumber Data, Metode,
15
dan Jenis Data .......................................................................................
27
3
Matriks pengkajian efektivitas penerapan SML ISO 14001 PT.XYZ ..
30
4
Matriks dampak kinerja lingkungan terhadap limbah cair industri .....
31
5
Matriks dampak ekonomi penerapan ISO 14001 ..................................
33
6
Matriks proses produksi sepeda motor beserta input dan outputnya ....
39
7
Matriks penanganan limbah beserta perolehan hasil yang dicapai oleh
PT.XYZ .................................................................................................
44
8
9
Nilai kinerja lingkungan berdasarkan kondisi SML ISO 14001
di PT.XYZ ...........................................................................................
46
Skor masing-masing pasal elemen SML ISO 14001 PT.XYZ .............
59
10 Jumlah konsumsi total air fasum dan air recycle PT.XYZ
tahun 2010-2013 ...................................................................................
84
11 Estimasi perbandingan antara biaya konsumsi air tanpa recycle dan
dengan recycle ......................................................................................
85
12 Pemakaian energi listrik tahun 2012 dan 2013 di PT.XYZ sebelum
dan setelah program Saving Energy .....................................................
87
18
DAFTAR GAMBAR
No
1
Halaman
Grafik pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang
triwulan I-IV 2011 dan triwulan I-IV tahun 2012 ...............................
1
2
Model sistem manajemen lingkungan.................................................
10
3
Bagan alur pemikiran operasional .......................................................
23
4 Alur proses produksi pembuatan sepeda motor ..................................
36
5
Proses pengolahan limbah cair di WWT PT.XYZ .............................
42
6
Grafik persebaran pemenuhan standar ISO 14001 PT.XYZ ...............
60
7
Grafik pengukuran kadar Kadmium PT.XYZ tahun 2010-2013 .........
64
8
Grafik pengukuran kadar Timbal PT.XYZ tahun 2010-2013 .............
65
9
Grafik pengukuran kadar Seng PT.XYZ tahun 2010-2013 .................
67
10 Grafik pengukuran kadar Sianida PT.XYZ tahun 2010-2013 .............
68
11 Grafik hasil uji lanjut Tukey-Duncan terhadap pengukuran sianida
tahun 2010-2013 di PT.XYZ ...............................................................
69
12 Grafik pengukuran kadar Nikel PT.XYZ tahun 2010-2013 ................
71
13 Grafik hasil uji lanjut Tukey-Duncan terhadap Nikel tahun
2010-201PT.XYZ tahun 2010-2013 di PT.XYZ..................................
72
14 Grafik pengukuran kadar Logam Total PT.XYZ tahun 2010-2013 ....
73
15 Grafik perbandingan kadar kadmium PT. XYZ tahun 2010-2013
dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 ..........................
75
16 Grafik perbandingan kadar timbal PT. XYZ tahun 2010-2013
dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 ..........................
76
17 Grafik perbandingan kadar seng PT. XYZ tahun 2010-2013
dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 ..........................
77
18 Grafik perbandingan kadar sianida PT. XYZ tahun 2010-2013
dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 ..........................
78
19 Grafik perbandingan kadar nikel PT. XYZ tahun 2010-2013
dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 ..........................
79
20 Grafik perbandingan kadar logam total PT. XYZ tahun 2010-2013
dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 ..........................
21 Grafik estimasi biaya konsumsi air fasum PT.XYZ dan besar
80
penghematan biayanya ..........................................................................
86
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1 Kuesioner Periksa Kondisi SML ISO 14001 ........................................
97
2
Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 PT.XYZ .....................
104
3
Data kadar kadmium PT.XYZ tahun 2010-2013 .................................
105
4
Data kadar timbal PT.XYZ tahun 2010-2013 ......................................
105
5
Data kadar seng PT.XYZ tahun 2010-2013 .........................................
106
6
Data kadar sianida PT.XYZ tahun 2010-2013 .....................................
106
7
Data kadar nikel PT.XYZ tahun 2010-2013 ........................................
107
8
Data kadar logam total PT.XYZ tahun 2010-2013 ..............................
107
9
Hasil uji ANOVA logam kadmium, timbal, seng, sianida, nikel,
dan logam total .....................................................................................
108
Hasil uji lanjut Tukey-Duncan kadmium ............................................
109
11 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan timbal ...................................................
109
12 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan seng......................................................
110
13 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan sianida .................................................
110
14 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan nikel ....................................................
111
15 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan logam total ..........................................
111
16 Hasil uji t kadmium ...............................................................................
112
17 Hasil uji t timbal....................................................................................
112
18 Hasil uji t seng ......................................................................................
112
19 Hasil uji t sianida...................................................................................
113
20 Hasil uji lanjut nikel .............................................................................
113
21 Hasil uji lanjut logam total ...................................................................
113
10
1
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan industri saat ini telah mendominasi kegiatan pembangunan
ekonomi di Indonesia yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang
semakin meningkat sesuai dengan aktivitas dan gaya hidupnya yang beragam.
Gambaran mengenai pertumbuhan produksi industri manufaktur pada tahun 2011
dan 2012 disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.
Sumber: Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi (Badan Pusat Statistik, 2013)
Gambar 1 Grafik pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan
I-IV 2011 dan triwulan I-IV tahun 2012
Menurut data yang disajikan di atas, pertumbuhan produksi Industri Besar
dan Sedang (IBS) triwulan IV-2012 naik sebesar 9,47% dari triwulan III-2012.
Kenaikan tersebut berasal dari peningkatan produksi industri kendaraan bermotor,
trailer dan semi trailer sebesar 12,09%, lalu industri bahan kimia dan barang dari
bahan kimia sebesar 9,31%, dan industri pencetakan dan reproduksi media
rekaman sebesar 6,89% (BPS, 2013).
Mengingat kondisi sumberdaya alam dan lingkungan (SDAL) yang terbatas
dan jika industrialisasi dilakukan tanpa mempedulikan kualitas SDAL, hal
tersebut dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan. Berdasarkan
UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan,
dinyatakan bahwa “Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
2
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang
meliputi
perencanaan,
pemanfaatan,
pengendalian,
pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum”.
Hadiwiardjo (1997) mengatakan aspek lingkungan merupakan salah satu
elemen pembangunan berkelanjutan selain aspek ekonomi dan aspek sosial.
Pembangunan berkelanjutan menentukan persyaratan kinerja lingkungan yang
baru bagi masyarakat pada umumnya dan industri pada khususnya. Persyaratan
kinerja lingkungan pada industri memerlukan tolak ukur baru untuk menunjukkan
kemajuannya melalui pendekatan sistem manajemen lingkungan (SML).
International Organization for Standardization (ISO) seri 14001 merupakan
standar internasional yang saat ini digunakan di dunia sebagai instrumen untuk
menjamin kinerja SML. Sertifikasi ISO seri 14001 ini dapat mendukung
pandangan dari luar dan memberikan jaminan atas komitmen serta kinerja
perusahaan, dimana pandangan tersebut memberikan perbedaan bagi perusahaan
yang memenuhi kriteria lingkungan. Hal ini dikarenakan ISO 14001 merupakan
sarana bagi perusahaan untuk bisa fokus terhadap pengendalian aspek lingkungan
atau arah aktifitas produk dan pelayanan yang berkenaan dengan pengelolaan
lingkungan seperti, emisi udara, tanah, atau air. Pada standar ini, organisasi juga
wajib menjelaskan apakah yang mereka akan lakukan mengikuti prosedur yang
tersedia atau tidak, dan mendokumentasikan upaya-upaya mereka untuk
mendemonstrasikan kesesuaian dan perbaikan. Organisasi juga perlu mengenali
hukum yang berlaku, undang-undang dan persyaratan-persyaratan lainnya yang
berkaitan. Hal-hal penting tersebut untuk mengenali timbulnya peraturan
pemerintah sehingga ukuran tingkat kepatuhan dapat diadopsi dan secara periodik
dilakukan evaluasi atau surveillance untuk memastikan persyaratan-persyaratan
tersebut dipahami oleh para karyawan dan dapat diterapkan secara efektif.
Berdasarkan uraian di atas, agar pengelolaan lingkungan dapat berjalan
dengan baik, dibutuhkan suatu kebijakan lingkungan yang diterapkan suatu sistem
manajemen. Industri dimungkinkan untuk membuat aturannya sendiri untuk
melakukan penyempurnaan kinerja lingkungan berkelanjutan melalui proses audit
dan pengkajian karena sifatnya sukarela. Menurut Kusumawardhani (2012), tiga
komitmen fundamental mendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan
3
persyaratan ISO 14001, termasuk pencegahan polusi, kesesuaian dengan undangundang yang ada, dan perbaikan berkesinambungan SML. Komitmen-komitmen
tersebut memberikan panduan perbaikan kinerja lingkungan secara keseluruhan.
PT. XYZ merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia yang juga
termasuk golongan industri pelapisan logam. Saat ini PT. XYZ memiliki 3
fasilitas pabrik perakitan, pabrik pertama berlokasi Sunter Jakarta Utara yang juga
berfungsi sebagai kantor pusat. Pabrik ke dua berlokasi di Pegangsaan Dua
Kelapa Gading Jakarta Utara, dan pabrik ke 3 yang sekaligus pabrik paling
mutakhir berlokasi di kawasan MM 2100 Cikarang Barat Bekasi. Pabrik ke 3 ini
merupakan fasilitas pabrik perakitan terbaru yang mulai beroperasi sejak tahun
2005.
Industri otomotif yang memiliki 3 lokasi pabrik ini telah memperoleh
sertifikasi yang membuktikan bahwa sistem pengawasan kualitas produk telah
terintegrasi dengan baik dengan pelestarian lingkungan sehingga secara tidak
langsung memberikan dampak terhadap konsistensi mutu yang dapat terjamin.
Untuk hal ini, perusahaan telah memperoleh pengakuan antara lain berupa
sertifikasi ISO 9001:2001, dan sertifikasi ISO 14001:1996 dari SAI Global pada
bulan Juli 2004. PT. XYZ juga mengklaim bahwa perusahaannya telah
menerapkan green process, yaitu proses produksi pembuatan sepeda motor yang
memakai prinsip reduce (pengurangan), reuse (penggunaan kembali), recycle
(daur ulang), retrieve energy (pemulihan kembali energi), dan recover
(pemulihan) sesuai dengan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 pada
seluruh lini produksi.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui
apakah penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ telah berjalan efektif dan sesuai
dengan standarnya atau tidak. Lalu bagaimana kinerja lingkungan terhadap limbah
yang dihasilkan dari kegiatan industri dapat sesuai dengan standar yang ditetapkan
ISO 14001. Dan juga sejauh mana penerapan ISO 14001 tersebut dapat
memberikan dampak ekonominya terhadap perusahaan dari segi finansial.
4
1.2
Perumusan Masalah
Gambaran–gambaran mengenai penerapan SML ISO 14001 pada dunia
industri diharapkan memiliki suatu sistem peralatan yang dapat dipergunakan
dalam
menjaga
kestabilan
dan
kelestarian
lingkungannya
sehingga
memungkinkan kinerja perusahaan diciptakan dengan basis lingkungan yang
terkendali. Masalah lingkungan mempunyai implikasi penting bagi perusahaan
dimana perhatian terhadap lingkungan dapat memiliki pengaruh positif dan
negatif pada perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Maka dari itu,
perusahaan yang memahami hal tersebut pasti memiliki alasan untuk menerapkan
SML berbasis ISO 14001. Tujuan secara menyeluruh dari penerapan SML ISO
14001 sebagai standar internasional yaitu untuk mendukung perlindungan
lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial
ekonomi. Dampak bagi perusahaan juga dirasakan dari sisi finansial terkait
dengan penerapan ISO 14001 tersebut.
Penerapan ISO 14001 di PT. XYZ diharapkan dapat mengendalikan dampak
negatif yang akan terjadi, serta dapat mengurangi jumlah dan tingkat pencemaran
limbah yang masuk ke lingkungan dan meningkatkan efisiensi terhadap
penggunaan bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya. Oleh karena itu,
diperlukan evaluasi kinerja lingkungan dalam menjamin tercapainya peningkatan
efektivitas dan efisiensi pengelolaan lingkungan secara berkesinambungan dan
bagaimana sertifikasi ISO 14001 tersebut menimbukan dampak dari segi
ekonomi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat rumusan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT. XYZ?
2. Bagaimana dampak kinerja lingkungan PT. XYZ terhadap limbah
berdasarkan ISO 14001?
3. Sejauh mana upaya pengelolaan lingkungan berdasarkan ISO 14001 yang
diterapkan PT. XYZ memberikan dampak terhadap finansial perusahaan?
5
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengkaji efektivitas penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ.
2. Menganalisis dampak kinerja SML ISO 14001 terhadap limbah.
3. Mengestimasi nilai keuntungan finansial perusahaan sebagai dampak
penerapan ISO 14001.
1.4
Hipotesis Hasil Penelitian
Dari beberapa pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di atas, dibuat
beberapa dugaan hasil penelitian yang akan dibuktikan kebenarannya dengan
menggunakan metode yang telah disesuaikan. Dugaan tersebut antara lain:
1. Penerapan SML di PT.XYZ telah berjalan efektif sesuai dengan standar ISO
14001.
2. Penerapan ISO 14001 yang dilakukan PT.XYZ dapat membantu perusahaan
dalam mengendalikan dampak lingkungan terhadap limbah.
3. Penerapan ISO 14001 yang dilakukan PT.XYZ memberikan manfaat
ekonomi berupa penghematan biaya lingkungan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan,
referensi, dan solusi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja perusahaan
dari segi lingkungan dan juga ekonomi dengan menerapkan sistem
manajemen lingkungan ISO 14001. Penelitian ini juga dapat memberikan
manfaat untuk meningkatkan citra perusahaan apabila terbukti bahwa
perusahaan telah menerapkan sistem manajemen lingkungan dengan baik
sesuai dengan persyaratan standar dan peraturan perundangan. Dan juga
membuktikan bahwa penerapan ISO 14001 di perusahaan tersebut telah
efektif karena sudah ada manfaat yang dirasakan dari aspek lingkungan dan
juga ekonomi.
6
2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang
pernah dipelajari selama kuliah dan mencari solusi bagi permasalahan yang
timbul di dunia nyata dan mendapatkan pengetahuan baru disamping ilmu
yang dimiliki sebagai pedoman dalam penelitian.
3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai
ISO 14001 serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian lebih
lanjut.
1.6
Batasan-batasan Penelitian
Permasalahan ISO 14001 sangat kompleks dan meliputi berbagai aspek
sehingga penelitian ini dibatasi agar lebih terarah dan mudah dipahami. Berikut
batasan-batasan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Penelitian dilakukan di salah satu plant PT. XYZ yaitu plant 2 yang
berlokasi di Pegangsaan Dua Kelapa Gading, Jakarta Utara.
2.
Penerapan ISO 14001 yang dibahas dalam penelitian ini merupakan
pemutakhiran sertifikasi tahun 2013.
3.
Parameter limbah yang dijadikan objek penelitian dipilih berdasarkan
kelengkapan data dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
4.
Aspek ekonomi yang dijadikan bahan penelitian adalah manfaat dari sisi
ekonomi dengan adanya recycle air dan penghematan sumber daya energi
yang dilakukan PT. XYZ dalam pengelolaan lingkungan untuk menunjang
pemenuhan standar ISO 14001.
7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
Secara umum tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan yang
semaksimal mungkin, namun dengan konsep pembangunan bekelanjutan, dalam
mencari keuntungan perusahaan juga dituntut untuk melaksanakan tanggung
jawab terhadap masalah sosial dan lingkungan (Syadullah, 2010).
Industri berkelanjutan adalah industri yang dalam operasionalnya selalu
melakukan perbaikan pada tiga bidang yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan.
Dalam konteks penyelamatan lingkungan hidup, langkah awal yang diperlukan
adalah penyamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup.
2.1.1 Pengelolaan Lingkungan
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan menyatakan bahwa “Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya sistemastis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum”. Di dalam UU tesebut juga
menyebutkan “Instrumen ekonomi lingkungan hidup adalah seperangkat
kebijakan ekonomi untuk mendorong Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap
orang kearah pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Menurut Syadulllah (2010),
pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk
memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat
terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
2.1.2 Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan sebaga hasil performa lingkungan yang efektif
ditunjukkan oleh suatu perusahaan serta merupakan tingkat kinerja yang dicapai
dan cara perusahaan menjaminnya. Contoh dari pencapaian kinerja lingkungan
adalah suatu perusahaan akan memenuhi persyaratan perundang-undangan jika
8
perusahaan tersebut memenuhi semua tuntutan, prosedur, dan standar yang
disebutkan di dalam perundang-undangan (Kumar, 1999).
Menurut Hadiwiardjo (1997), kinerja lingkungan diartikan sebagai hasil
SML yang dapat diukur, berkaitan dengan pengendalian yang dilakukan oleh
perusahaan atas aspek lingkungannya, didasarkan pada kebijakan tujuan dan
sasaran lingkungan. Standar SML tidak didesain untuk memenuhi meningkatkan
kinerja lingkungan (misalnya tingkat teknologi atau limbah), namun dengan
menggunakannya perusahaan dapat menjamin kemampuannya untuk memenuhi
kewajiban lingkungannya dapat dipelihara dan kecelakaan lingkungan dapat
dibatasi atau dihindari.
2.1.3 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
Sistem
Manajemen
Lingkungan
(SML) merupakan
bagian
sistem
manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan
kebijakan lingkungannya dan mengelola aspek lingkungannya. Sistem manajemen
dapat pula dikatakan berupa serangkaian unsur yang saling terkait yang digunakan
untuk menetapkan kebijakan dan tujuan serta untuk mencapai tujuan tersebut
mecakup struktur organisasi, kegiatan perencanaan, pertanggungjawaban, praktek,
prosedur, proses dan sumberdaya (SNI 19-14001-2005).
2.1.4 Konsep ISO 14001
Secara umum jika suatu perusahaan mempunyai sistem manajemen
lingkungan yang baik, maka kinerja perusahaannya juga akan bertambah baik.
Standar SML mengacu pada ISO 14001. Penerapan SML ISO 14001 sebetulnya
tidak perlu memulainya dari awal, tetapi dapat dimulai dengan memperbaiki dan
mengintegrasikan program-program lingkungan yang sudah ada. Organisasi atau
perusahaan yang akan menerapkan SML perlu mempersiapkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Identifikasi dan evaluasi seluruh aspek dan dampak lingkungan dari kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan.
ISO 14001 tidak mengatur standar mengenai cara melakukan identifikasi dan
penilaian aspek dan dampak lingkungan, untuk melakukan penilaian aspek dan
dampak lingkungan ini diserahkan kepada pemrakarsanya sendiri.
9
2. Kebijakan Lingkungan.
Menurut Hadiwiardjo (1997), kebijakan lingkungan merupakan penggerak
untuk menerapkan dan menyempurnakan SML perusahaan sehingga dapat
memelihara dan secara potensial menyempurnakan kinerja lingkungan. Kebijakan
sebaiknya mencerminkan komitmen manajemen puncak yang juga harus
didukung oleh komitmen karyawan lainnya untuk mematuhi hukum yang berlaku
dan penyempurnaan berkelanjutan.
Kebijakan lingkungan suatu perusahaan tertuang dalam “Pernyataan Kebijakan
Lingkungan” yang merupakan suatu deklarasi yang telah ditandatangani oleh
manajemen puncak yang isinya menyatakan bahwa perlindungan lingkungan
menjadi prioritas utama (Alinda, 1999).
3. Tujuan dan Sasaran Lingkungan
Suatu perusahaan yang menetapkan ISO 14000 harus menentukan tujuan dan
sasaran lingkungan. Tujuan dan sasaran lingkungan yang dibuat juga harus sesuai
dengan kebijakan lingkungannya. Dalam membuat tujuan dan sasaran
lingkungan, suatu perusahaan harus menetukan batasan waktunya.
4. Program-Program Lingkungan
Program lingkungan dibuat untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan oleh perusahaan sendiri, program lingkungan sebaiknya dibuat secara
realistis dan logis dan sebaiknya membuat program yang mungkin untuk
dijalankan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Perusahaan yang membuat
program lingkungan melebihi kemampuannya dapat merugikan perusahaan itu
sendiri, karena program-program ini akan dicek secara berkala dalam suatu audit.
5. Audit dan Evaluasi Program
Program-program lingkungan yang sudah dibuat tersebut di atas akan di cek
secara berkala malalui program audit lingkungan. Pada saat diaudit semua
program yang sudah dituliskan dicek dan dilihat di lapangan apakah program
yang dibuat dilaksanakan atau tidak. Program-program yang belum dilaksanakan
akan dipertanyakan alasan-alasannya mengapa program yang telah dibuat tidak
dapat dilaksanakan. Disamping itu dalam audit lingkungan akan diketahui
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam melaksanakan kegiatan.
10
6. Perbaikan Manajemen Secara Berkesinambungan
Tindakan perbaikan secara berkesinambungan sangat diperlukan dalam suatu
perusahaan, apabila dalam suatu audit diketahui adanya penyimpangan. Karena
penyimpangan yang terjadi dapat membahayakan bagi perusahaan itu sendiri. Jadi
tindakan perbaikan yang secara berkesinambungan ini adalah merupakan jiwa dari
ISO 14000 itu yaitu dalam ISO 14001 ada suatu pernyataan “continual
improvement”.1 Model SML ISO 14001 yang memuat persyaratannya
digambarkan sebagai berikut.
Sumber: Hadiwiardjo, 1997
Gambar 2 Model Sistem Manajemen Lingkungan
Berdasarkan SNI 19-14001-2005 terdapat metodologi yang dikenal
sebagai Rencanakan – Lakukan – Periksa – Tindaki (Plan – Do – Check – Act)
atau PDCA yang digunakan untuk meninjau kesesuaian SML dengan standar.
PDCA dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1. Rencanakan (Plan) yaitu menetapkan tujuan dan proses yang diperlukan untuk
memberikan hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungan organisasi.
Menurut Kumar (1999), perencanaan adalah menciptakan kondisi sedemikian
rupa sehingga perusahaan dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan
1
oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1832/S1_pb1_Bab4/Konsep_ISO_14001 diakses tanggal 30
Januari 2013
11
kebijakan lingkungan, yang didasarkan pada informasi yang benar dan usulan
tentang kinerja lingkungan. Perencanaan mencakup identifikasi aspek
lingkungan, persyaratan perundang-undangan, serta tujuan, sasaran, dan
program lingkungan.
2. Lakukan (Do) yaitu menerapkan proses tersebut. Rencana SML yang telah
dirancang kemudian diterapkan dan dioperasikan sebaik mungkin. Penerapan
SML tersebut meliputi: a) sumberdaya, peran, tanggung jawab dan
kewenangan, b) Kompetisi, pelatihan dan kepedulian, c) Komunikasi, d)
Dokumentasi, e) Pengendalian dokumen, f) pengendalian operasi, dan g)
kesiagaan dan tanggap darurat.
3. Periksa (Check) yaitu memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan
lingkungan, tujuan, sasaran, persyaratan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan lain yang diikuti organisasi, serta melaporkan hasilnya. Kegiatan ini
juga dapat dilaksanakan dengan melakukan surveillance terhadap penerapan
SML yang telah diterapkan agar dapat ditinjau kesesuaiannya berdasarkan
standar.
4. Tindaki (Act) yaitu melaksanakan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem
manajemen lingkungan secara berkelanjutan. Kegiatan ini dapat pula dikatakan
sebagai pengkajian manajemen yaitu mengkaji kesesuaian koreksi perbaikan
SML dengan jadwal yang ditentukan sehingga terjamin keefektifan SML
secara berkelanjutan.
2.1.5 Sertifikasi ISO 14001
Sertifikasi atas ISO 14001 mempunyai arti bahwa sistem manajemen
lingkungan dari perusahaan diakses, dinilai atau dievaluasi, dan hasilnya telah
memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar SML ISO 14001.
Sertifikasi ISO 14001 yang dilakukan oleh pihak ketiga seperti lembaga
sertifikasi, akan dilakukan untuk semua komponen ISO 14000. Sertifikasi pihak
kedua terjadi apabila melibatkan pemasok yang terkait dengan kontrak. Dalam hal
ini audit dilakukan oleh perusahaan yang menggunakan produk atau jasa
pemasok.
12
Sertifikasi diri atau sertifikasi yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri
mempunyai bobot yang paling kecil namun hal ini masih lebih bagus daripada
tidak ada sertifikasi. Tidak peduli proses sertifikasi mana yang akan diambil,
paling sedikit ada langkah yang benar. Umumnya perusahaan memilih
menggunakan pihak ketiga, dan dalam proses sertifikasi langkah-langkah yang
harus diambil adalah:
1. Perusahaan mempersiapkan diri untuk menerapkan SML yang diperlukan,
yang mencakup antara lain tentang aspek, dampak, kebijakan, tujuan, sasaran
dan program manajemen lingkungan, dan penerapan SML secara konsisten di
perusahaan sesuai dengan dokumentasi SML yang telah dibuatnya.
2. Perusahaan mempersiapkan dokumen yang diperlukan audit.
3. Perusahaan memilih lembaga sertifikasi SML dan mengajukan permohonan
untuk memperoleh sertifikasi.
4. Lembaga sertifikasi melaksanakan penilaian awal yang diikuti audit atau
assesmen menyeluruh pada perusahaan.
5. Perusahaan memperoleh sertifikat ISO 14001.
6. Adanya surveilans oleh lembaga sertifikasi untuk melihat bagaimana
perusahaan mempertahankan SML-nya.
Dua hal yang perlu dicatat dalam sertifikasi adalah:
1.
Sertifikasi yang dilaksanakan harus berdasarkan masing-masing lokasi
pabrik.
2.
Umumnya sertifikasi yang diberikan berlaku untuk jangka waktu dua atau
tiga tahun. Dalam perioda waktu itu, audit secara berkala dilakukan oleh
lembaga yang melakukan sertifikasi.
2.1.6 Manfaat Penerapan ISO 14001
Berbagai manfaat dapat diperoleh bila menerapkan ISO 14001 yang
sekaligus dapat dianggap sebagai keuntungan dari manajemen lingkungan.
Manfaat yang paling penting adalah perlindungan lingkungan. Pemenuhan
persyaratan standar akan membantu pula dalam mematuhi peraturan perundangundangan dan sistem manajemen yang efektif. Manfaat lingkungan lainnya adalah
pelestarian sumberdaya alam. Misalnya, program SML yang baik akan
13
mengurangi penggunaan listrik, gas, dan air. Program ini bukan hanya
melestarikan sumber daya alam namun dapat pula menghemat biaya operasi
(Hadiwiardjo, 1997).
Manfaat yang didapatkan suatu perusahaan dengan diterapkannya ISO
14001 adalah:
1. Perlindungan lingkungan
2. Manajemen lingkungan yang lebih baik
3. Mempertinggi daya saing
4. Menjamin ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
5. Penerapan sistem menajemen yang efektif
6. Pengurangan Biaya
7. Hubungan Masyarakat yang lebih baik
8. Kepercayaan dan kepuasan langganan yang lebih baik.2
2.1.7 Limbah Industri
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.
Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam
jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan
sumberdaya alam. Pola penanganan limbah industri harus bersifat terintegrasi,
dimulai dari sumbernya, pewadahan di tempat, pengumpulan, pengangkutan,
penyimpanan, pengolahan sampai dengan pengolahan akhir yang dilakukan secara
aman, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Strategi penanganan untuk
mengoptimalkan sistem pengelolaan, adalah hazardous waste minimization, daur
ulang dan recovery, proses pengolahan, secured landfill, proses detoksifikasi dan
netralisasi, incinerator (Kristanto, 2009).
2.1.8 Bahan-bahan Lain yang Berbahaya dalam Pabrik
Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,
2
oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1832/S1_pb1_Bab4/Konsep_ISO_14001 diakses tanggal 30
Januari 2013
14
baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat merusak dan/atau
mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan manusia. Sumber
limbah B3 adalah, setiap orang atau badan usaha yang menghasilkan limbah B3
dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam lokasi kegiatan sebelum
limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk
dikumpulkan dan diolah. Limbah B3 dapat berbentuk padat, cair dan gas yang
dihasilkan baik dari proses produksi maupun proses pemanfaatan produksi
industri tersebut yang mempunyai sifat berbahaya dan sifat beracun terhadap
ekosistem.
Pengelompokan limbah B3 dapat dikategorikan berdasarkan sifatnya yaitu
yang bersifat flamable (mudah terbakar), explosive (mudah meledak), corrosive
(menimbulkan karat), oxidizing waste (buangan pengoksidasi), infectious waste
(buangan penyebab penyakit), toxic waste (buangan beracun). Pengelolaan limbah
B3 merupakan suatu kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengangkutan,
pengolahan dan penimbunan akhir. Tujuan dari pengelolaan limbah B3 adalah
untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah pencemaran lingkungan.3
2.1.9 Baku Mutu Lingkungan
Baku mutu lingkungan antara lain terdiri atas baku mutu air, baku mutu
limbah cair, baku mutu udara ambient maupun lingkungan yang lain. Ketentuan
baku mutu lingkungan sendiri tertuang di dalam UU No. 23 tahun 1997 tentang
Pengeloaan Lingkungan Hidup, Bab V Pasal 14, yang menyatakan bahwa:
1. Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan
atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup.
2. Ketentuan mengenai Baku Mutu Lingkungan Hidup, pencegahan dan
penanggulangan pencemaran serta pemulihan daya tampungnya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
3
http://hukumindustri.com/2010/03/limbah-b3-dan-non-b3-solusi-pt-tenang.html diakses tanggal
5 Maret 2013
15
3. Ketentuan mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan, pencegahan, dan
penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya diatur dengan
Peraturan Pemerintah (Sutrisno, 2000).
Baku mutu limbah merupakan salah satu indikator kinerja lingkungan
kuantitatif yang terkait dengan tujuan, visi dan misi organisasi tersebut. Dalam
model disebutkan 2 macam indikator kuantitatif yaitu kinerja lingkungan
(Environmental Performance Indicator/EPI) dan indikator kondisi lingkungan
(Environmental Condition Indicator/ECI). Mereka adalah parameter-parameter
berbeda yang menjelaskan potensi dampak aktivitas, produk, atau jasa pada
lingkungan. Parameter-parameter ini adalah hasil dari mengkarakteristikan
intervensi lingkungan atau aspek-aspek lingkungan yang telah diklasifikasikan.
Jenis indikator environmental index yang sudah banyak dikenal yaitu seperti
jumlah limbah yang dhasilkan oleh perusahaan (Sturm dalam Kusumawardhani,
2012).
Tabel 1 Baku mutu limbah cair untuk industri pelapisan logam
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Parameter
Padatan Tersuspensi
pH
Kadmium
Krom Heksavalen
Krom Total
Nikel
Seng
Tembaga
Timbal
Merkuri
Logam Total
Phosphat
Sianida
COD (Bichromat)
Zat Organik
Minyak dan Lemak
Fenol
Sumber: SK Gubernur DKI No. 582 Tahun 1995
Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Kadar Maksimum
60,0
6 s/d 9
0,05
0,3
1,0
0,2
2,0
1,0
0,10
0,015
8
4,0
0,05
75,0
50,0
5
0,4
16
2.1.10 Skala Likert
Menurut Riduwan dan Akdon (2010) skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah dipetakan
secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Variabel yang akan diukur dalam penggunaan skala likert dijabarkan
menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel
dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya
indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat
item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh
responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan
sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:
Pernyataan positif:
a. Sangat Setuju
(SS)
=5
b. Setuju
(S)
=4
c. Netral
(N)
=3
d. Tidak Setuju
(TS)
=2
e. Sangat Tidak Setuju
(STS) = 1
2. Pernyataan Negatif:
a. Sangat Setuju
(SS)
=1
b. Setuju
(S)
=2
c. Netral
(N)
=3
d. Tidak Setuju
(TS)
=4
e. Sangat Tidak Setuju
(STS) = 5
2.1.11 Uji Independent t-test
Menurut Sarwono (2008), uji T digunakan untuk menilai apakah rata-rata
dua kelompok secara statistik berbeda satu dengan yang lain. Penggunaan uji t
cocok ketika akan membandingkan rata-rata dua kelompok serta untuk
menganalisis desain experimental posttest dua kelompok yang dipilih secara
random. Perbedaan rata-rata secara statistik ialah adanya perbedaan variabelitas
atau sebaran data antara kelompok yang dibandingkan. Maksudnya dua kelompok
17
mempunyai perbedaan rata-rata jika sebaran data atau variabelitas berbeda satu
dengan yang lain. Analisis uji t digunakan untuk menguji perbedaan tersebut.
Asumsi penggunaan uji t diantaranya:
1. Data harus terdistribusi normal
2. Data berskala interval atau rasio
3. Ada kesamaan varian dengan menggunakan nilai pengujian F atau
pengujian Levene
4. Sampel dapat dependen atau independen tergantung pada hipotesis dan
jenis sampel. Sampel independen biasanya dua kelompok yang dipilih
secara random. Sedang sampel dependen dapat dua kelompok yang
dipasangkan pada variabel tertentu atau orang yang sama diuji dua kali
atau disebut sebagai pengujian berulang.
2.1.12 Biaya Standar
Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk
memproduksi satu unit produk selama satu periode tertentu. Biaya standar
merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi sekarang
maupun diantisipasi (Carter Usry dalam Maninggarjati, 2012).
2.1.13 Selisih
Menurut Iyandri (2009), selisih adalah perbedaan antara standar dengan
yang sesunggunnya. Selisih ini dapat digunakan manajemen untuk mengukur
prestasi, memperbaiki efisiensi, dan memberi perlakuan tertentu (misalnya sanksi
atau penghargaan) terhadap fungsi yang bertanggungjawab. Selisih yang terjadi
dapat berupa selisih menguntungkan (favorable variances) atau selisih tidak
menguntungkan (unfavorable variances).
2.1.14 Selisih Biaya Bahan Baku
Selisih biaya bahan baku adalah selisih antara biaya bahan baku standar
yang telah ditentukan dimuka dengan biaya bahan baku yang sesungguhnya
terjadi atau dikeluarkan. Hasil dari perhitungan selisih biaya standard bahan baku
dengan biaya bahan baku sesungguhnya dapat menentukan apakah perusahaan
18
mendapatkan laba atau rugi. Selisih biaya bahan baku dapat dirumuskan sebagai
berikut:
SBB
= BBSt – BBS
Dimana:
SBB
= Selisih biaya bahan baku
BBS
= Biaya bahan baku yang sesungguhnya
BBSt
= Biaya bahan baku sesuai standar/seharusnya
Jika (BBSt > BBS) disebut selisih laba, sedangkan jika (BBSt < BBS)
disebut selisih rugi (Mulyadi, 2012).
2.2 Penelitian Terdahulu yang Terkait
Zuhriyah (2002) dalam penelitiannnya yang dilakukan di perusahaan
penyamakan kulit tentang kajian manfaat ISO 14001 menyatakan bahwa syarat
utama untuk suksesnya sertifikasi ISO 14001 di suatu perusahaan yaitu
kepemimpinan dan keterlibatan top manajemen, keterlibatan dan komitmen
seluruh karyawan, sumber dana, dan proyek manajemen yang baik. Penelitian ini
juga membuktikan bahwa penerapan SML ISO 14001 di PT. Surya Puspita
menimbulkan penghematan biaya dalam hal pengawasan dan pembersihan
lingkungan.
Penelitian mengenai efektivitas dan efisiensi pengelolaan kualitas
lingkungan industri semen oleh Lestari (2004) memberikan hasil bahwa
pengelolaan kualitas lingkungan setelah pelaksanaan AMDAL dan penerapan
SML ISO 14001 di pabrik semen untuk debu (emisi dan ambient) cukup efektif
dengan kecenderungan yang makin menurun dari waktu ke waktu. Pengelolaan
lingkungan dalam kegiatan minimasasi limbah yang diterapkan untuk mengurangi
massa debu yang masuk ke lingkungan di pabrik semen dapat menghasilkan nilai
efisiensi yang cukup tinggi.
Kusumawardhani (2012) memberikan hasil bahwa penerapan ISO 14001 di
PT. Indocement Tunggal Prakarsa telah berjalan dengan baik sesuai dengan
standar ISO 14001. Environmental index yang dijadikan perusahaan sebagai
parameter kinerja lingkungan juga membuktikan bahwa emisi yang dihasilkan
kegiatan perusahaan dapat dikendalikan dan memenuhi baku mutu.
19
Dari ketiga penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa penerapan
ISO 14001 : 2005 pada sebuah perusahaan memberikan manfaat yang cukup besar
terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Dalam penerapan ISO 14001 : 2005
perlu adanya pemeriksaan terhadap sistem manajemen lingkungan, apakah sistem
manajamen lingkungan suatu perusahaan berjalan dengan baik sehingga
memberikan kinerja yang meningkat pula yang selanjutnya akan dilanjutkan
dengan perbaikan berkesinambungan.
20
21
III KERANGKA PEMIKIRAN OPERASIONAL
Imperialisme modern saat ini menyebabkan kegiatan industrialisasi
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia dapat mengambil
keuntungan yang sangat banyak dari kegiatan yang ada dalam industri tersebut.
Namun pada kenyataannya dengan semakin banyaknya kebutuhan manusia,
kegiatan
pemenuhan
kebutuhan
tersebut
memicu
industri
untuk
lebih
mengutamakan maximizing benefit dan minimizing cost daripada memperhatikan
lingkungan.
Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input)
menjadi luaran (output). Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri
dapat dilaksanakan pada input, proses maupun pada outputnya dengan melihat
spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi. Pencemaran yang ditimbukan oleh
industri diakibatkan karena adanya limbah yang keluar dari pabrik dan
mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3). Bahan pencemar keluar
bersama-sama dengan bahan buangan (limbah) melalui media udara, air dan tanah
yang merupakan komponen ekosistem alam. Limbah yang keluar dari pabrik dan
masuk ke lingkungan dapat diidentifikasikan sebagai sumber pencemaran dan
perlu diketahui jenis bahan pencemar yang dikeluarkan, kuantitas maupun
jangkauan pemaparannya.
Agar sumber pencemar tersebut dapat diatasi, maka dibuat beberapa
instrumen lingkungan. Standardisasi merupakan salah satu kebijakan yang dibuat
yang berkaitan dengan lingkungan. Standar yang dimaksud dalam hal ini adalah
ISO 14001 yang didalamnya menyangkut aturan tentang Sistem Manajemen
Lingkungan (SML). Standar ISO 14001 yang berlaku secara internasional
kemudian diadopsi ke dalam terjemahan bahasa Indonesia yang termuat dalam
SNI 19-14001-2005.
Dalam sektor industri penting baginya untuk menerapkan suatu pengelolaan
ataupun sistem manajemen lingkungan. Dengan menerapkan SML ISO 14001
tersebut perusahaan akan berupaya untuk tetap melindungi lingkungan disamping
tujuannya mencari keuntungan. Hal tersebut diterapkan perusahaan dengan
22
melakukan program-program yang dapat mengurangi pencemaran dan juga
memperbaiki proses produksi hingga ke tahap ramah lingkungan semaksimal
mungkin.
Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji dan
membuktikan apakah penerapan ISO 14001 tersebut masih dijalankan oleh
perusahaan dengan efektif atau tidak. Lalu apakah kinerja lingkungan sebagai
hasil dari penerapan ISO 14001 tersebut dapat membantu perusahaan untuk
melindungi lingkungan dengan mematuhi peraturan mengenai standar kadar
limbah yang ditetapkan, dan juga bagaimana penerapan ISO 14001 dapat
memberikan manfaat terhadap perusahaan dari segi ekonomi dan lingkungan.
23
Dari uraian tersebut, dapat dibuat alur pemikiran sebagai berikut:
Peningkatan pencemaran
Perkembangan Industri
Lingkungan
Penetapan Standar Internasional
Sistem Manajemen Lingkungan
Analisis Efektivitas Penerapan SML
ISO 14001 di perusahaan
Penilaian Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan
Benefit untuk
Perusahaan
berdasarkan pengukuran
Perusahaan
limbah
Mengkaji
Upaya
Kondisi
Pemenuhan
Eksisiting
Standar
SML ISO
14001
Penghematan
Parameter Limbah
biaya konsumsi
Cair Industri
air dan listrik
Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif
Analisis
dan deskriptif
dan uji statistik
kuantitatif dan
deskriptif
(Kualitatif)
Gambar 3 Bagan Alur Pemikiran Operasional
Keterangan :
: Ruang Lingkup Penelitian
: Keterkaitan Langsung
24
25
IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT XYZ plant 2, Jakarta Utara. Lokasi penelitian
dipilih berdasarkan pertimbangan: (1) Perusahaan memberikan izin untuk
dilakukan penelitian di tempatnya dan bersedia untuk memberikan data yang
terkait dengan penelitian. (2) Perusahaan ini telah mendapat sertifikasi ISO 14001.
Pengambilan data yang diperlukan untuk penelitian ini dilakukan pada bulan Juni
hingga Agustus 2013.
4.2
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner kepada responden yang merupakan officer head dari divisi Environment
Healt and Safety (EHS) yang menangani ISO 14001 PT. XYZ dan memiliki
wewenang untuk memberikan penjelasan terkait penelitian. Wawancara langsung
juga dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait yang dapat dijadikan informan
dalam penelitian serta observasi lapang.
Data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki PT XYZ, seperti
dokumen terkait ISO 14001, prosedur SML ISO 14001 perusahaan,
data
parameter limbah cair industri, dan juga jumlah konsumsi air dan listrik. Selain itu
data sekunder diperoleh juga dari studi kepustakaan berupa buku-buku, jurnal,
internet serta data pendukung dari studi literatur relevan yang terkait dengan
penelitian.
4.3
Metode Penentuan Sampel
Sampel yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah key
person. Key person tersebut merupakan seseorang atau karyawan dari PT. XYZ
plant 2 yang memiliki wewenang untuk memberikan informasi terkait ISO 14001
dan juga mentor peneliti selama melakukan penelitian. Key person yang dijadikan
sumber informasi untuk penelitian di PT. XYZ berjumlah 1 orang. Sementara
26
informan lainnya seperti karyawan PT. XYZ yang berada di bagian produksi,
Water Treatment, EHS diwawancarai secara informal.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara non probability
sampling jenis purposive sampling yaitu pengambilan sampel tidak dilakukan
secara acak melainkan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Informan selain key person sebelumnya
harus dipastikan telah mendapatkan konfirmasi dari key person untuk memberikan
data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini.
4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder
yang kemudian data tersebut selanjutnya diolah secara kuantitatif dan kualitatif.
Analisis secara kuantitatif digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja
lingkungan perusahaan yang kemudian hasilnya akan digambarkan melalui grafik
dan diuraikan secara kualitatif (deskriptif). Analisis kuantitatif juga digunakan
untuk mengukur kadar limbah cair perusahaan yang kemudian dilanjutkan dengan
pengujian secara statistik. Analisis kuantitatif juga dilakukan untuk menghitung
estimasi manfaat secara finansial yang diperoleh perusahaan melalui programprogram lingkungan yang diterapkan.
Data yang telah terkumpul kemudian diolah secara manual dengan
menggunakan software Microsoft Excel 2007, program statistik SPSS 16.0 dan
juga Minitab. Untuk memudahkan menjawab tujuan-tujuan penelitian dan
pemahaman dalam melakukan proses analisis maka digunakan matriks metode
penelitian seperti pada Tabel 2 berikut ini:
27
Tabel 2 Matriks Keterkaitan antara Tujuan Penelitian, Sumber Data, Metode, dan
Jenis Data.
No
Tujuan Penelitian
Sumber Data
Metode Analisis
Data
Analisis
Kuantitatif dan
Kualitatif
Jenis Data
1
Mengkaji efektivitas
penerapan SML ISO
14001 di PT. XYZ
Data Primer
(wawancara key
person melalui
kuesioner)
Data Sekunder
(dokumen
perusahaan)
Penilaian kinerja
lingkungan dan
informasi
mengenai
implementasi SML
ISO 14001
perusahaan.
2
Menganalisis kinerja
lingkungan terhadap
limbah berdasarkan ISO
14001
Data sekuder
(dokumen
perusahaan)
Analisis
Kuantitatif dan
uji statistik
Pengukuran limbah
cair industri,
referensi peraturan
yang menjadi
acuan
3
Mengestimasi nilai
keuntungan ekonomi
perusahaan sebagai
dampak penerapan ISO
14001
Data sekunder
(dokumen
perusahaan)
Analisis
Kuantitatif
(Selisih biaya
bahan baku)
Perhitungan
volume konsumsi
air fasum dan daya
pemakaian listrik
Sumber: Penulis (2013)
4.4.1 Efektivitas Penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ
Efektivitas penerapan SML ISO 14001 dicerminkan oleh penilaian kinerja
lingkungan berdasarkan SML perusahaan. Instrumen penelitian yang digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara
terstruktur mengggunakan kuesioner yang diberikan kepada key person.
Kuesioner yang digunakan mengambil pola yang sesuai dengan metode PDCA
ISO 14001 dan dikembangkan dalam “Daftar Periksa Kondisi Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001”. Di dalam kuesioner tersebut terdapat pertanyaanpertanyaan yang disusun dengan bahasa formal mengenai kesesuaian SML yang
diterapkan perusahaan dengan standar ISO 14001. Pertanyaan yang tertera pada
kuesioner dijawab dalam bentuk angka 0 sampai dengan 4, yaitu:
0 = Tidak, perusahaan belum melaksanakan kegiatan ke arah ini
1 = Tidak, tetapi perusahaan ingin menerapkannya.
2 = Ya, perusahaan sudah menerapkan tetapi masih perlu penyempurnaan
untuk memenuhi standar.
28
3 = Ya, perusahaan sudah menerapkan sesuai dengan standar
4 = Ya, perusahaan sudah menerapkan dengan baik dan dapat diaplikasikan
sebagai contoh bagi perusahaan lain
Penilaian terhadap kinerja lingkungan dilakukan terhadap variabel-variabel
yang merupakan elemen SML ISO 14001, yaitu (1) Kebijakan lingkungan, (2)
Perencanaan, (3) Implementasi, (4) Pemeriksaan dan tindakan koreksi, dan (5)
Pengkajian manajemen. Penilaian kinerja lingkungan tersebut dirumuskan sebagai
berikut:
𝑋𝑖 =
∑Pi
, i = 1,2,3, … ,5. (Hadiwiardjo, 1997)
𝑀𝑖
Keterangan: Xi
= variable ke-i, 0 ≤ Xi ≤ 1
∑Pi
= jumlah nilai variable ke-i yang dicapai, dan
Mi
= jumlah nilai maksimum variabel ke-i yang
didapatkan dari banyaknya pertanyaan dikalikan
skor tertinggi.
Sehingga penilaian tiap elemen berdasarkan rumus tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kebijakan lingkungan (X1)
= ∑ P1 28
b. Perencanaan (X2)
= ∑ P2 96
c. Penerapan dan Operasi (X3)
= ∑ P3 164
d. Pemeriksaan dan tindakan koreksi (X4)
= ∑ P4 100
e. Pengkajian manajemen (X5)
= ∑ P5 32
Selanjutnya skor dari tiap elemen tersebut dijumlahkan dimana hasilnya
merupakan nilai dari kinerja lingkungan (Y) yang dirumuskan sebagai berikut:
Y = ∑ Xi, 0 ≤ X ≤ 5, i = 1,2,…, 5.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penilaian kinerja lingkungan
perusahaan antara lain sebagai berikut:
29
1. Bila nilai yang diperoleh: 0 ≤ Y < 2, maka kinerja lingkungan perusahaan
belum baik
2. Bila nilai yang diperoleh: 2 ≤ Y < 4, maka kinerja lingkungan perusahaan
sudah baik, namun perlu penyempurnaan
3. Bila nilai yang diperoleh: 4 ≤ Y < 5, maka kinerja lingkungan perusahaan
sangat baik.
4.4.1.1 Pencapaian Pemenuhan Standar ISO 14001 Perusahaan
Nilai yang diperoleh untuk masing-masing elemen ISO 14001 dapat
dijadikan gambaran mengenai seberapa besar persentase perusahaan mampu
memenuhi standar persyaratan ISO 14001 dalam menerapkan SML. Dalam
analisis ini, masing-masing skor elemen persyaratan yang diperoleh melalui
wawancara key person maupun observasi langsung di lapang akan dimasukkan ke
dalam rumus perhitungan sebagai berikut:
𝑋𝑖 =
∑Pi
, i = 1,2,3, … ,15
∑Qi
Pencapaian pemenuhan standar =
∑Xi
x 100%
Nilai Standar
Keterangan: Xi = nilai elemen persyaratan ke-i
Pi = skor yang didapat dari tiap pertanyaan untuk elemen Xi
Qi = pertanyaan untuk elemen Xi
Nilai standar = (banyaknya elemen persyaratan x skor standar)
Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memaparkan hasil
kesesuaian kondisi SML perusahaan dengan standar ISO 14001. Pencapaian
pemenuhan standar juga digambarkan melalui grafik persebaran. Selain itu,
analisis deskriptif juga digunakan untuk menguraikan hasil wawancara terkait
upaya perusahaan dalam memenuhi standar. Tujuan penelitian mengenai
efektivitas penerapan SML ISO 14001 digambarkan melalui Tabel matriks
penelitian berikut ini.
30
Tabel 3 Matriks pengkajian efektivitas penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ
Tujuan
Mengkaji
efektivitas
penerapan SML
ISO 14001 PT.
XYZ berdasarkan
standar
Jenis Data dan Cara
Mengumpulkan Data
Indikator/Parameter
1. Penilaian kinerja lingkungan
berdasarkan kondisi SML
14001 perusahaan. Adapun
parameter SML yang harus
dipatuhi antara lain:
a. Kebijakan lingkungan
b. Perencanaan
c. Implementasi
d. Pemeriksaan dan tindakan
koreksi
e. Pengkajian manajemen
2. Upaya pemenuhan standar
Data Primer
(Wawancara langsung
dalam bentuk kuesioner)
Data Sekunder
(dokumen perusahaan
tentang SML
perusahaan)
Sumber: Penulis (2013)
4.4.2 Kinerja Lingkungan terhadap Limbah Cair Industri Berdasarkan ISO
14001
Uji t digunakan untuk melihat kinerja lingkungan berdasarkan pengukuran
parameter limbah cair industri pelapisan logam yang terdiri dari kadmium, timbal,
seng, sianida, nikel dan logam total dimana parameter tersebut termasuk ke dalam
jenis logam B3. Data setiap tahunnya diolah dengan menggunakan software SPSS
versi 16.0 dan juga minitab. Melalui uji t dapat terlihat peningkatan secara
signifikan, penurunan atau bahkan tidak berbeda nyata (tetap) pada kinerja
lingkungan yang akan diteliti.
Prinsip dari uji t itu sendiri adalah menguji apakah suatu nilai tertentu (yang
diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata ataukah tidak dengan ratarata sebuah sampel. Nilai yang dimaksud adalah nilai parameter untuk mengukur
suatu populasi. Adapun rumus perhitungan yang digunakan dalam uji t adalah
sebagai berikut:
𝑡=
X −μ
(Sam, 2006)
SD
)
(
N
31
Keterangan : t
= nilai t hitung
𝑋 = rata-rata sampel
µ
= nilai parameter
SD = standar deviasi sampel
N = jumlah sampel
Hipotesis yang dibuat dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0 : µ1= µ2= µ3= µ4…… µn= µ, kadar logam jenis (X) dari tahun ke tahun
tidak berbeda nyata
H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda nyata.
Taraf nyata yang digunakan dalam pengujian ini sebesar 5% (0,05). Jika
nilai (p value < α), maka kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0 atau
terima H1. Sebaliknya jika nilai (p value > α), maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah tolak H1 atau terima H0.
Tujuan mengenai kinerja lingkungan terhadap limbah berdasarkan ISO
14001 digambarkan melalui matriks penelitian berikut ini.
Tabel 4 Matriks dampak kinerja lingkungan terhadap limbah cair industri
Tujuan
Menganalisis kinerja
lingkungan
terhadap
limbah cair industri
Indikator/Parameter
1. Data limbah cair
(kadmium, timbal, seng,
sianida, nikel, logam total)
tahun 2010 sampai dengan
2013
2. Baku mutu mengenai
parameter limbah cair
industri pelapisan logam
Jenis Data dan Cara
Mengumpulkan Data
Data sekunder
(dokumen perusahaan)
Sumber: Penulis (2013)
4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Penerapan SML ISO 14001
Aspek ekonomi yang akan diteliti mencakup manfaat dari segi finansial dari
kegiatan recycle dan penghematan sumber daya energi listrik yang telah
diterapkan oleh perusahaan. Analisis ini membutuhkan data-data sekunder yang
dimiliki perusahaan mengenai seberapa banyak air dan listrik yang dikonsumsi
oleh perusahaan.
32
Efektivitas dan efisiensi kinerja dalam perusahaan dapat meminimalkan
pengeluaran-pengeluaran tidak efisien sehingga terjadi penghematan terhadap
biaya. Estimasi penghematan biaya yang diperoleh dicerminkan melalui selisih
antara biaya konsumsi air tanpa menerapkan recycle dengan biaya konsumsi air
dengan recycle. Biaya tanpa dan dengan recycle dipengaruhi oleh perbedaan
harga dan kuantitas air yang berasal dari PDAM maupun daur ulang. Rumus yang
digunakan dalam perhitungan ini adalah:
Penghematan Biaya = Biaya Konsumsi Air Tanpa Recycle – Biaya Konsumsi
Air dengan recycle
Rumus tersebut disimbolkan sebagai berikut:
∆TC
= TCTR – TCR
∆TC
= TCTR – (Cair PDAM + Cair recycle)
TCTR
= Qair PDAM x Pair PDAM
Cair PDAM
= (Qair PDAM – Qair recycle) x Pair PDAM
Cair recycle
= Qair recycle x Polah air
Dimana:
∆TC
= Selisih Biaya Konsumsi Air atau Penghematan Biaya (Rp)
TCTR
= Biaya konsumsi air tanpa recycle (Rp)
TCR
= Biaya konsumsi air dengan recycle (Rp)
Cair PDAM
= Biaya
Cair recycle
= Biaya konsumsi air recycle (Rp)
Qair PDAM
= Jumlah air yang berasal dari PDAM (m3)
Qair recycle
= Jumlah air yang direcycle (m3)
Pair PDAM
= Harga
air PDAM per meter kubik (Rp/m3)
Polah air
= Harga
air yang diolah per meter kubik (Rp/m3)
konsumsi air yang berasal dari PDAM (Rp)
Tujuan mengenai dampak ekonomi penerapan SML ISO 14001, dapat
digambarkan melalui matriks penelitian berikut ini:
33
Tabel 5 Matriks Dampak Ekonomi Penerapan SML ISO 14001
Tujuan
Mengestimasi
besarnya nilai
keuntungan ekonomi
dari kegiatan kegiatan
recycle air dan
penghematan energi
listrik
Sumber : Penulis (2013)
Indikator/Parameter
1. Jumlah air yang
dikonsumsi
2. Jumlah energi listrik yang
dikonsumsi
3. Biaya air bersih PDAM
per m3
4. Biaya pengolahan air
recycle per m3
Jenis Data dan Cara
Mengumpulkan Data
Data sekunder
(dokumen perusahaan)
34
35
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1
Profil PT. XYZ
PT. XYZ merupakan perusahaan besar di Indonesia yang termasuk dalam
industri automotif dengan output produksi berupa sepeda motor. Pada awal
berdirinya, PT. XYZ bernama Federal Motor yang didirikan pada tanggal 11 Juni
1971 dimana kegiatan di perusahaan ini masih sebatas perakitan sepeda motor
saja. Federal Motor membangun pabrik kembali dengan nama X Federal pada
tanggal 23 Juli 1971 dan X Engine Manufacturing pada tanggal 1 Januari 1985
yang kemudian kedua perusahaan tersebut melakukan merger pada tanggal 12
November 1998. Federal Motor kemudian resmi mengganti namanya menjadi
XYZ pada tanggal 8 September 2000. Dan akhirnya, perusahaan XYZ dan X
Federal melakukan merger pada tanggal 3 November 2000 yang masih aktif
beroperasi hingga sekarang dengan nama PT. XYZ.
Aktivitas yang dilakukan di PT. XYZ antara lain kegiatan manufaktur dan
perakitan, pemasaran serta distribusi sepeda motor. Status investasi PT. XYZ
berupa penanaman modal asing dimana 50% dari status kepemilikannya dimiliki
oleh PT. Astra Internasional, Tbk sedangkan 50% lagi dimiliki oleh PT. XYZ.
Melihat perkembangan pasar automotif dan meningkatnya kebutuhan para
konsumen, saat ini PT. XYZ sudah memiliki 3 plant yang aktif beroperasi 24 jam
dengan pembagian 3 shift jam kerja. Plant 1 yang merupakan pusat seluruh pabrik
berlokasi di Sunter, Jakarta Utara dengan kegiatan produksi yang menghasilkan
output sepeda motor bebek. Plant 2 berlokasi di Kelapa Gading Pegangsaan
Jakarta Utara merupakan pabrik yang memproduksi sepeda motor sport.
Sedangkan plant 3 berlokasi di Cikarang dengan output sepeda motor automatic.
Visi PT. XYZ sendiri yaitu untuk menjadi pemimpin di pasar sepeda motor
Indonesia dengan cara mewujudkan impian para pelanggan. Sedangkan misinya
yaitu menciptakan solusi transportasi untuk bangsa Indonesia dengan memberikan
produk dan pelayanan yang terbaik.
36
5.2 Proses Pembuatan Motor
Proses pembuatan sepeda motor di PT. XYZ memiliki alur yang cukup
panjang komponen mesin yang diperlukan sepeda motor diproduksi sendiri di
dalam pabrik. Berbagai bahan baku dari lokal maupun impor berupa alumunium,
biji plastik besi plat, dan lain-lain dibawa ke masing-masing bagian untuk diolah.
Berikut Gambar dan penjelasan mengenai alur proses produksi sepeda motor di
PT. XYZ.
Gambar 4 Alur proses produksi pembuatan sepeda motor di PT. XYZ
1. Casting
Casting adalah suatu kegiatan percetakan (injeksi) bagian-bagian sepeda motor
dengan menggunakan gaya gravitasi. Bahan baku yang digunakan terdiri dari dua
jenis, yaitu alumunium, pasir, steel part yang berbentuk steel coil dan pipa. Proses
casting terbagi menjadi 2 lini produksi sesuai dengan tekanannya, yaitu Low
Pressure Die Casting (LPDC) dan High Pressure Die Casting (HPDC). Output
produksi dari proses die casting adalah cylinder head dan piston. Limbah yang
dihasilkan dari proses pembuatan kedua komponen tersebut berupa scrap
alumunium, abu blasting, oli bekas, dan pasir atau resin.
37
2. Machining
Machining adalah proses lanjutan komponen dari die casting. Pada proses
machining dilakukan pengeboran, pembuatan lubang, pencucian komponen agar
bebas dari kart, oli dan scrap, dan juga pengecekan akhir secara visual terhadap
komponen sehingga menghasilkan cyl comp dan piston yang telah sempurna dan
siap untuk dirakit atau digabungkan dengan komponen-komponen lain. Material
yang menjadi objek bahan produksi sebagian besar sama dengan proses die
casting, hanya saja pada proses ini dibutuhkan cairan pendingin (coolant) yang
digunakan untuk mendinginkan bahan logam yang dibubut. Maka dari itu, limbah
yang terdapat pada proses machining ini adalah potongan-potongan logam, serta
cairan bekas pendingin.
3. Assy Engine
Assy engine atau assembling engine adalah proses perakitan mesin-mesin
sepeda motor yang kemudian dilanjutkan ke pemasangan rem sehingga terbentuk
mesin-mesin yang siap dipakai.
4. Painting
Painting adalah proses pengecatan atau pelapisan suatu benda (logam, kayu,
plastik, dan lain-lain) dimana bahan pelapis (film) yang dipakai biasanya memiliki
warna tertentu. Komponen yang dimasukkan dalam proses painting adalah fuel
tank, dan swing arm dimana komponen tersebut diproduksi di luar pabrik. Fungsi
dari painting adalah untuk dekorasi komponen, perlindungan komponen agar
tahan karat, dan memberikan kesan special untuk para konsumen. Proses painting
dibagi menjadi dua jenis yaitu painting plastic dan painting steel. Pengecatan
dilakukan dengan metode penyemprotan dan pencelupan. Komponen cat berupa
pigment (warna), resin (perekat), solvent (pelarut), additive (bahan tambahan
untuk sifat).
5. Welding
Welding adalah proses pengelasan dengan tujuan menyambung bagian-bagian
komponen sepeda motor berupa fuel tank dan swing arm menjadi bagian yang
lebih kompleks. Pada proses ini, bagian depan dan belakang yang mengalami
proses pengelasan digabung menjadi frame body motor yang utuh. Aspek
lingkungan dari proses welding ini berupa paparan debu, kebisingan, dan
38
keselamatan karyawan yang harus selalu diperhatikan karena proses pengelasan
yang cukup berbahaya dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan apabila tidak
dilakukan dengan hati-hati.
6. Plating
Plating adalah proses pelapisan logam dengan logam. Logam yang dipakai
adalah nikel dan krom sehingga dihasilkan logam yang tahan karat.
7. Assy Wheel
Assy wheel adalah proses pemasangan jari-jari velg dan pemasangan ban.
Selain itu dilakukan juga pengecekan setiap bagian pada jari-jari yang dipasang
untuk lebih memastikan faktor ketelitian.
8. General Sub Assy Unit
Gen sub assy merupakan proses perakitan non-unit seperti pemasangan
stripping, perakitan lampu depan dan belakang.
9. Assembling Unit
Assembling unit adalah proses dimana seluruh bagian dari sepeda motor dirakit
untuk menjadi produk jadi sepeda motor utuh.
10. Final inspection
Final inspection adalah proses dimana pada produk akhir berupa sepeda
motor dilakukan pengecekan terakhir yaitu uji emisi dan test drive.
11. Distribusi
Pada proses ini sepeda motor siap untuk didistribusikan ke main dealer.
Secara lebih ringkas Gambaran proses produksi, input, dan ouputnya
dijelaskan melalui Tabel matriks yang dijabarkan pada halaman berikutnya.
39
Tabel 6 Matriks proses produksi beserta input, dan outputnya
Tahapan Proses
Casting
Material Input
1.
2.
3.
4.
Machining
Alumunium
Biji besi
Pasir atau resin
Ingot
1. Komponen
setengah jadi dari
die casting
2. Air coolant (cairan
pendingin)
Assy engine
1. Cyl comp
2. Piston
Painting
1. Fuel Tank
2. Swing Arm
3. Pigment
(cairan
pewarna)
4. Solvent (pelarut)
5. Resin (perekat)
Welding
1. Fuel Tank yang
sudah diwarnai
2. Swing Arm yang
sudah diwarnai
Plating
1. Logam nikel
2. Logam krom
Assy Wheel
1. Velg
2. Ban
Gen Sub Assy 1. Mesin motor
Unit
2. Frame body
3. Ban motor
Final Assy Unit
Sepeda motor yang
yang telah selesai
dirakit
Output
Komponen produk
1. Cylinder head
2. Piston
1. Cylinder comp
2. Piston
Mesin sepeda motor
1. Fuel tank yang
sudah diwarnai
2. Swing arm yang
sudah diwarnai
Limbah
1. Scrap
alumunium
2. Potongan
logam
3. Resin
4. Abu blasting
5. Abu casting
6. Oli bekas
1. Potongan
logam
2. Minyak kotor
3. Scrap
alumunium
1. Paparan debu
2. Oli bekas
1. Kerak cat (paint
sludge)
2. Sarung tangan
bekas
Frame body utuh 1. Potongan logam
yang siap dirakit
2. Asap debu
Logam tahan karat
Potongan logam
Ban motor yang Potongan karet ban
siap dirakit
Kumpulan
komponen yang
sudah dirakit
Sepeda motor yang siap diuji emisi
Final Inspection
Sepeda motor yang Sepeda motor yang 1. Emisi
gas
siap melakukan uji sudah sesuai standar
buangan (CO2)
emisi
emisi
dan siap 2. Asap
dipasarkan
Distribusi
-
Sepeda Motor yang siap didistribusi ke
dealer.
40
5.3 Manajemen Penanganan Limbah di PT. XYZ
Dalam proses produksi dan pengoperasian sarana atau fasilitas pabrik akan
timbul berupa buangan limbah baik berbentuk padat, cair, maupun udara. Apabila
limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan gangguan
terhadap lingkungan. PT. XYZ melakukan pengelolaan lingkungan terhadap
limbahnya berdasarkan dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) dimana manajemen penanganan
limbah tersebut juga terdokumentasi sesuai dengan prosedur ISO 14001.
5.3.1 Penanganan Limbah B3
Di PT. XYZ terdapat limbah yang termasuk bahan berbahaya dan beracun
(B3) seperti besi campur, besi halus, alumunium, besi keriting, abu blasting, paint
sludge-kerak cat, scrap melting, scrap casting, WWT Sludge, oil bekas - minyak
kotor, abu casting, sludge machining, solvent, majun sarung tangan bekas, used
rags. Pengelolaan limbah B3 dari hidrokarbon seperti thinner, solar, dan oli
dilakukan dengan mengumpulkan limbah tersebut pada Tempat Pembuangan
Sementara (TPS), sedangkan limbah B3 berupa abu casting dan abu blasting
dikelola dengan mengirimkan limbah tersebut ke suatu badan penerima yaitu PT.
Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI).
PT. XYZ plant 2 memiliki unit tersendiri untuk menangani limbah B3
dimana terdapat dua Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang berguna untuk
menampung limbah tersebut.
Di plant 2, TPS 1 berfungsi sebagai tempat
pembuangan limbah B3 jenis abu blasting, paint sludge-kerak cat, scrap melting,
scrap casting, WWT Sludge, oli bekas - minyak kotor, abu casting, sludge
machining, solvent, majun sarung tangan bekas, used rags. Sedangkan di TPS 2
menampung limbah B3 jenis besi campur, besi halus, alumunium, besi keriting.
TPS pada plant 2 berbentuk balok tangki yang terbuat dari logam tahan karat dan
bocor sehingga tidak menghasilkan kebocoran. Pengemasan limbah B3 PT. XYZ
plant 2 sepanjang pengamatan telah dikemas dalam drum yang tahan terhadap
karakteristik limbah yang disimpannya dan juga ditutup sangat erat serta diberi
label sesuai jenis dan karakteristik limbah yang disimpannya. Oleh karena itu,
limbah-limbah tersebut tidak tercampur dengan limbah lain dan tetap terorganisir
41
dengan baik sesuai dengan tempatnya. Perizinan TPS di PT. XYZ sudah disahkan
oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) setempat.
Penanganan limbah B3 telah terdokumentasi sesuai dengan ketentuan ISO
14001. Hal ini terlihat dengan adanya dokumen manifest limbah antara PT. XYZ
dengan pihak ketiga. Dokumen manifest tersebut memberikan bukti bahwa limbah
B3 yang terdapat di PT. XYZ telah dialihkan kepada pihak ketiga dengan cara
menjual limbah tersebut. Penjualan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. XYZ
dapat meminimalisir dampak negatif bagi lingkungan dan juga kesehatan
manusia.
5.3.2 Penanganan Limbah Cair
Jenis dampak besar dari limbah cair adalah kualitas air permukaan di
saluran drainase atau sungai akibat buangan domestik, Waste Water Treatment
(WWT), oli bekas. Sumber dampak yang menyebabkan penurunan kualitas air
permukaan adalah:
a. Air buangan dari kegiatan proses produksi yang diolah di WWT yaitu WWT
painting dan WWT coolant. WWT Painting berfungsi untuk mengolah limbah
dari proses painting, sedangkan WWT coolant berfungsi untuk mengolah
limbah dari proses die casting dan machining.
b. Air buangan dari kegiatan domestik seperti toilet dan kantin. PT. XYZ
memiliki unit tersendiri untuk pengolahan limbah cair.
c. Oli bekas yang berasal dari mesin-mesin produksi dan genset.
Tolak ukur dampak dari air limbah dari WWT mengacu pada SK Gub
KDKI No. 582 tahun 1995 tentang baku mutu air sungai golongan D dan baku
mutu limbah cair industri. Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC) yang
dibangun oleh PT. XYZ atau Waste water treatment (WWT) terbagi menjadi 4
klasifikasi serta memiliki flow process yang berbeda sesuai dengan karakteristik
limbahnya masing-masing, yaitu: (1) WWT Die Casting, (2) WWT Machining, (3)
WWT Painting dan (4) WWT Integrasi. WWT 1 sampai dengan 3 disebut dengan
WWT Pre-Treatment. Proses pengolahan yang dilakukan di WWT antara lain
dijelaskan sebagai berikut:
42
1. Equalisasi Chemical yaitu proses pengolahan air dengan menggunakan zat
kimia agar diperoleh standar baku mutu yang diinginkan.
2. Equalisasi Biological yaitu proses pengolahan air dengan menggunakan
bakteri agar diperoleh standar baku mutu yang diinginkan
3. Dissolved Air Floating (DAF) yaitu proses pengangkatan minyak dan lumpur
ke bagian atas tangki sehingga air bersih dapat dipisahkan dan terdapat di
bagian bawah tangki.
4. Bak Slurry yaitu proses penyimpanan lumpur hasil pengolahan limbah.
5. Filter Press yaitu proses pemerasan kandungan air yang terdapat pada
lumpur hasil pengolahan limbah.
6. Bak Seeding Bioreaktor yaitu penyediaan tempat reaktivasi bakteri yang telah
melemah.
7. Bak
Aerasi
(Biological)
yaitu pemberian
gelembung udara untuk
meningkatkan kandungan oksigen dalam air.
Setelah mengalami pengolahan dan telah memenuhi baku mutu, air tersebut
dibuang ke badan penerima yaitu sungai Cakung. Berikut Gambar yang
menunjukkan proses pengolahan limbah di WWT:
Sumber: Data sekunder PT. XYZ
Gambar 5 Proses pengolahan limbah cair di WWT PT. XYZ
5.3.3 Penanganan Limbah Udara
Jenis dampak penting dari limbah udara adalah meningkatnya pencemaran
akibat adanya kegiatan di industri kendaraan bermotor roda dua seperti debu,
43
asap, emisi gas buang yang dapat menyebabkan gangguan terhadap lingkungan
dan kesehatan. Sumber pencemaran emisi cerobong dari proses produksi berasal
dari lokasi-lokasi seperti rim forming, welding, plating, die casting, painting steel,
painting plastic, incenerator, perparkiran dan proses pengujian akhir sepeda
motor yang menghasilkan emisi gas buang. Tolak ukur dampak kualitas udara
adalah baku mutu kualitas bebas lingkungan sesuai Kep. Gub. DKI Jakarta No.
551 tahun 2001.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan terhadap limbah udara
antara lain:
1.
Memasang exhaust fan, dust collector, kipas angin di area produksi
2.
Menyediakan alat pelindung diri (APD) berupa ear plug untuk mengatasi
kebisingan dan kacamata las untuk melindungi mata karyawan dari paparan
debu.
3.
Menyediakan genset sebagai energi cadangan dan ditempatkan dalam tempat
khusus.
4.
Perawatan incenerator dan mesin pengangkat barang
5.
Penyediaan ruang bebas rokok
6.
Meletakkan cerobong di setiap titik sumber emisi untuk mengatasi masalah
asap dan debu.
Upaya pengelolaan lingkungan terhadap manajemen limbah yang dilakukan
PT. XYZ tersebut membuktikan bahwa perusahaan telah melakukan usaha-usaha
pengelolaan seoptimal mungkin untuk mengurangi dampak pencemaran kualitas
udara. Hasil yang diperoleh berdasarkan pengujian menunjukkan kondisi kualitas
udara yang masih di bawah baku mutu. Usaha-usaha tersebut juga masih terus
dilakukan di area sumber pencemaran. Pelaporan pengelolaan dampak terhadap
kualitas udara disampaikan kepada BPLHD DKI Jakrata dan BPLHD Jakarta
Utara.
Pengelolaan lingkungan terhadap limbah yang telah diuraikan diatas secara
keseluruhan memiliki tujuan utama yaitu untuk meminimalisir dampak buruk bagi
lingkungan dan kesehatan yang terjadi. Manajemen penanganan limbah yang telah
dilakukan PT. XYZ secara garis besar dijabarkan dalam Tabel 7 berikut ini.
44
Tabel 7 Matriks penanganan limbah serta perolehan hasil yang dicapai oleh
PT.XYZ
Kategori
Limbah
Padat:
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun
(B3)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Cair
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Udara
1.
2.
3.
Jenis Limbah
Penanganan yang Dilakukan
Hasil yang dicapai
Potongan logam
Scrap alumunium
Abu casting
Abu blasting
Kerak cat
WWT Sludge
Solvent
Minyak kotor
APD bekas
1. Menempatkan limbah B3 ke
TPS serta dilakukan pemisahan
sesuai dengan jenisnya.
2. Menyediakan sludge dryer
untuk mengeringkan lumpur
bekas pengecatan agar tidak
mengerak.
3. Mengalihkan
pengelolaan
limbah dengan cara menjual
limbah ke PPLI dan pihak
ketiga lainnya.
4. Membuat dokumen manifest
sebagai bukti tertulis
pengelolaan limbah oleh pihak
ketiga.
1. Volume limbah
padat berkurang
2. Lingkungan
di
area pabrik bersih
dan terorganisir
dengan baik.
3. Pengelolaan
lingkungan
terdokumentasi
sesuai ISO 14001
4. Peningkatan
kerjasama antara
perusahaan
dengan
badan
penerima limbah
1. Membangun
WWT
yang
berfungsi
sebagai
tempat
pengolahan air limbah.
2. Mengoptimalkan kinerja unitunit pengolahan limbah cair
yang telah ada dengan secara
rutin melakukan swapantau
terhadap kualitas outlet air
bersih.
3. Melakukan analisa lab terhadap
parameter limbah cair setiap
bulan
4. Membuat sistem pengolahan
sederhana untuk menyaring
buangan dari kantin seperti
membuat trapping oil yang
secara berkala dibersihkan dan
agar buangan dari kantin
tersebut tidak langsung dibuang
ke saluran drainase.
1. Memasang exhaust fan, dust
collector di area produksi.
2. Menyediakan APD berupa
earplug dan kacamata las.
3. Perawatan incenerator dan
forklift
4. Penyediaan
Ruang
bebas
merokok
5. Melakukan
swapantau
terhadap kualitas udara.
1. Kondisi kualitas
air yang dibuang
ke
lingkungan
berada di bawah
baku mutu limbah
cair industri yang
ditetapkan
oleh
pemerintah.
Kadmium
Timbal
Nikel
Seng
Sianida
Logam Total
Asap
Debu
Emisi
gas
buangan (CO2)
1. Kondisi kualitas
udara berada di
bawah baku mutu.
2. Kesehatan
karyawan dapat
terjaga
3. Keamanan
lingkungan kerja
lebih terjamin.
45
VI ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN SML ISO 14001 di PT. XYZ
Sertifikasi ISO 14001 menandakan bahwa suatu perusahaan yang telah
diaudit, dinilai, dievaluasi oleh auditor maupun asesor lingkungan mampu
memberikan hasil yang membuktikan bahwa SML perusahaan tersebut telah
memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar ISO 14001.
Perolehan sertifikasi ISO 14001 harus bersinambung dengan penyempurnaan
yang berkelanjutan sehingga sertifikasi tersebut dapat dipertahankan.
PT. XYZ sudah mendapatkan sertifikat ISO 14001 sejak tahun 2004 yang
disahkan oleh lembaga sertifikasi SAI Global. Beberapa hal yang mendasari PT.
XYZ untuk mendapatkan sertifikasi ISO 14001 antara lain: (1) Atas dasar
kemauan sendiri, (2) Adanya permintaan pasar, (3) Untuk meningkatkan
kepedulian karyawan serta tanggung jawab moral, (4) Untuk meningkatkan citra
perusahaan, (5) Adanya permintaan dari Holding Company dan (6) Untuk
melakukan pencegahan pencemaran. Melihat jangka waktu sertifikasi yang sudah
bertahan lama, kinerja lingkungan di PT. XYZ dapat diasumsikan efektif. Salah
satu cara yang dapat membuktikan efektivitas tersebut adalah dengan melakukan
penilaian terhadap kinerja lingkungan berdasarkan kondisi SML di PT. XYZ
apakah masih berjalan sesuai dengan standar ISO 14001 atau tidak.
6.1 Penilaian Kinerja Lingkungan Berdasarkan Kondisi Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001 di PT. XYZ
Kinerja lingkungan suatu perusahaan dapat dikatakan baik dan efektif
apabila telah tercapainya kondisi SML yang sudah sesuai dengan standar ISO
14001. Indonesia telah mengadopsi standar internasional SML ISO 14001 dan
mengubahnya ke dalam bentuk terjemahan bahasa Indonesia. Hasil dari
terjemahan tersebut diuraikan di dalam suatu dokumen yang telah disahkan
pemerintah dan berlaku untuk Indonesia dengan nama Standar Nasional Indonesia
(SNI) 19-14001-2005. Di dalam SNI 19-14001-2005 terdapat penjelasan
mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan dalam
menerapkan SML. Persayaratan tersebut berupa beberapa elemen SML dimana
elemen tersebut dijadikan parameter ataupun variabel penilaian kinerja
lingkungan. Elemen-elemen persyaratan SML antara lain kebijakan lingkungan
46
(X1), perencanaan (X2), implementasi (X3), pemeriksaan (X4) dan pengkajian
manajemen (X5).
Hasil observasi lapang yang dilakukan mengenai penilaian kinerja
lingkungan PT. XYZ dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8 Nilai kinerja lingkungan berdasarkan kondisi SML ISO 14001 PT. XYZ
No
Elemen (i)
Skor Elemen
yang Diperoleh
(Pi)
Skor
Maksimum
Elemen (Mi)
Skor Akhir
Elemen (Xi)
1
Kebijakan
26
28
0,93
2
Perencanaan
79
96
0,82
3
Implementasi
Pemeriksaan dan
tindakan koreksi
Pengkajian Manajemen
123
164
0,75
75
100
0,75
24
32
0,75
4
4
5
Total (Y)
Sumber: Data primer (diolah), 2013
Simbol (Y) menggambarkan nilai dari kinerja lingkungan PT. XYZ yang
diperoleh melalui perhitungan dengan cara menjumlahkan skor akhir tiap elemen
SML. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh adalah
Y=4. Nilai 4 tersebut memberikan kesimpulan bahwa kinerja lingkungan PT.
XYZ berdasarkan kondisi SML ISO 14001 termasuk dalam kategori sangat baik
(4 ≤ Y < 5). Kinerja lingkungan yang terbilang sangat baik juga dapat dibuktikan
secara kualitatif melalui penyesuaian antara prosedur SNI-14001-2005 dengan
implementasi SML ISO 14001 di PT.XYZ.
6.2 Kesesuaian Implementasi SML ISO 14001 di PT. XYZ Berdasarkan
Prosedur SNI 19- 14001-2005
a.
Pasal 4.2 (Kebijakan Lingkungan)
Kebijakan LK3 yang disusun oleh perusahaan harus sesuai dengan SNI 19-
14001-2005 pasal 4.2 yang menyatakan bahwa:
“Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi
dan
memastikan
lingkungannya:
bahwa
kebijakan
dalam
lingkup
sistem
manajemen
47
1.
Sesuai dengan sifat, ukuran dan dampak lingkungan dari kegiatan, produk
dan jasanya.
2.
Mencakup komitmen pada perbaikan berkelanjutan dan pencegahan
pencemaran.
3.
Mencakup komitmen untuk menaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan persyaratan lain yang diikuti organisasi, yang terkait dengan
aspek lingkungannya.
4.
Menyediakan kerangka untuk menentukan dan mengkaji tujuan dan sasaran
lingkungan.
5.
Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara.
6.
Dikomunikasikan kepada semua orang yang bekerja pada atau atas nama
organisasi.
7.
Tersedia untuk masyarakat”.
Persyaratan tersebut dipenuhi oleh PT. XYZ dengan menetapkan kebijakan
lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja yang telah direvisi pada tanggal 1
Mei 2013 dengan persetujuan manajemen puncak. Dalam upaya mengelola bisnis
dan resiko bisnis, manajemen dan seluruh karyawan PT. XYZ, senantiasa
berpedoman kepada ISO 14001 : 2005, OHSAS 18001 : 2007 dan SMK3 dengan
cara :
1. Menciptakan kondisi kerja, proses kerja dan produk yang aman dan
ramah lingkungan dengan memperhatikan pencegahan pencemaran,
pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja pada setiap
tahapan proses.
2. Melakukan pengamanan dan perlindungan sumber daya perusahaan.
3. Mematuhi dan memenuhi peraturan pemerintah serta persyaratan lain
yang terkait di bidang lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Melakukan
tindakan
perbaikan
yang
berkesinambungan
dalam
pengelolaan dan kinerja lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Berperan serta dalam pembinaan lingkungan dan masyarakat sebagai
wujud tanggungjawab sosial.
48
6. Kebijakan
lingkungan,
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
ini
dikomunikasikan kepada karyawan, mitra kerja perusahaan dan seluruh
pihak terkait di lingkungan PT. XYZ.
b.
Pasal 4.3.1 (Identifikasi dan Evaluasi Aspek Lingkungan)
Pasal 4.3.1 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
“Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur
untuk:
a. Mengidentifikasi aspek lingkungan, produk, dan jasa dalam lingkup sistem
manajemen lingkungan yang dapat dikendalikan dan yang dapat dipengaruhi
dengan memperhitungkan pembangunan yang direncanakan atau baru dan
atau yang diubah.
b. Menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan (yaitu aspek lingkungan penting).
Organisasi harus mendokumentasikan informasi ini dan memelihara
kemutakhirannya. Organisasi harus memastikan bahwa aspek lingkungan penting
diperhitungkan
dalam
penetapan,
penerapan
dan
pemeliharaan
sistem
manajemen lingkungannya.”
Persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh PT. XYZ dimana perusahaan telah
menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi aspek
lingkungan, produk, dan jasanya. Prosedur tersebut merupakan dokumen
perusahaan yang terkontrol dan terkendali.
Pendekatan yang dilakukan oleh PT. XYZ untuk mengidentifikasi aspek dan
dampak lingkungan dengan mempertimbangkan pembuangan ke
udara,
pembuangan ke air, pembuangan ke tanah, penggunaan bahan baku dan
sumberdaya alam, penggunaan energi, pancaran energi seperti panas, radiasi,
limbah, dan getaran. Aspek dan dampak lingkungan diidentifikasikan di setiap
sesi produksi.
Pengendalian aspek, dampak, dan resiko LK3 diprioritaskan untuk aspek
dan dampak penting LK3 dengan tingkat resiko yang “tidak dapat diterima”
dimana simbol penilaiannya yaitu “L” untuk resiko kecil (low), “M” untuk resiko
sedang (medium), dan “H” untuk resiko tinggi (high). Pengendalian tingkat resiko
49
yang tidak dapat diterima dilakukan dengan memperhatikan hirarki pengendalian
yaitu:
1) Eliminasi
yaitu menghilangkan
aspek lingkungan
yang dapat
menyebabkan terjadinya dampak. Apabila eliminasi tidak dapat
dilakukan, maka pengendalian risiko dilakukan dengan pilihan cara
pengendalian berikutnya.
2) Substitusi yaitu mengganti penyebab dampak dengan material atau hal
lain yang dampaknya lebih ringan
3)
Engeneering control/rekayasa engineer yaitu menggunakan teknologi
atau alat untuk meminimalisir dampak yang timbul
4) Admisitratif yaitu mengatur agar penggunaan atau orang yang terkena
dampak diperkecil frekuensinya karena dampak yang timbul tidak
memungkinkan untuk dikurangi.
5) Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dimana dalam waktu dan tingkat
terbatas melindungi orang yang berpotensi terkena dampak.
Dapat dilihat pada Lampiran 2 yang menunjukkan prosedur identifikasi
aspek dan dampak LK3 yang dilakukan PT. XYZ.
c.
Pasal 4.3.2 (Undang-Undang dan Peraturan)
Pasal 4.3.2 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:
a. Mengidentifikasikan dan memperoleh informasi tentang persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti
organisasi, yang terkait dengan aspek lingkungannya.
b. Menentukan bagaimana persyaratan tersebut berlaku terhadap aspek
lingkungannya.”
Persyaratan tersebut telah dipenuhi PT. XYZ dimana perusahaan
mendokumentasikan semua ketentuan perundangan, peraturan, dan persyaratan
LK3 lain yang berkaitan dengan kegiatan PT. XYZ ke dalam sebuah ringkasan
peraturan yang ada pada manual LK3 milik perusahaan. Dalam dokumen tersebut
terdapat peraturan mengenai kegiatan, produk dan jasa yang dilakukan oleh
perusahaan seperti standar baku mutu, perizinan, regulasi, dan lain-lain.
50
Perusahaan juga memahami kebutuhan secara periodik untuk menguji dan
menganalisa aspek kegiatan dan dampak LK3, demikian juga kaitannya dengan
persyaratan hukum. PT. XYZ menetapkan prosedur identifikasi dan akses ke
perundangan-undangan dan persyaratan lain.
d.
Pasal 4.3.3 (Tujuan, Target, dan Program Lingkungan)
Pasal 4.3.3 dalam SNI-14001-1995 menyatakan bahwa:
“Organisasi harus menetapkan menerapkan dan memelihara program untuk
mencapai tujuan dan sasarannya. Program harus mencakup:
a. Pemberian tanggungjawab untuk mencapai tujuan dan sasaran pada fungsi
dan tingkatan yang sesuai dalam organisasi tersebut.
b. Cara dan jangka waktu untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut.”
Persyaratan pasal 4.3.3 tersebut telah dipenuhi oleh PT. XYZ dimana tujuan
dan target dievaluasi secara berkala oleh Wakil Manajemen LK3. Program LK3
yang dibuat oleh PT. XYZ direncanakan dengan mempertimbangkan:
a. Proses, produk dan kegiatan saat berjalan.
b. Proses, produk dan kegiatan yang direncanakan.
c. Perubahan proses dan aktivitas.
d. Pencegahan pencemaran, penghematan sumberdaya dan konsumsi energi.
e. Penurunan potensi kecelakaan dan sakit atau akibat kerja.
f. Kepatuhan terhadap peraturan dan persyaratan lain.
Beberapa program lingkungan yang dilaksanakan oleh PT. XYZ di tahun
2013 antara lain:
1. XYZ Goes To Clean
Program ini dibuat dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dimana
sasarannya adalah seluruh karyawan PT. XYZ plant 2 dapat terlibat dalam
menciptakan suasana XYZ plant 2 yang baik, bersih dan hijau. Program ini pun
sudah berjalan dari bulan Januari 2013 hingga sekarang.
51
2. Trash Segregation System
Program ini bertujuan dalam rangka pembangunan bekelanjutan dan
pemenuhan regulasi dimana terdapat peraturan mengenai pemisahan jenis
sampah. Saat ini tempat sampah yang disediakan di PT. XYZ terdiri dari 2 macam
antara lain merah untuk sampah B3 dan kuning untuk non B3.
3. Vertical Garden
Program ini bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan dengan sasaran
perluasan area hijau dan estetika.
4. Install Domestic Liquid Waste Line From Toilet Building C to STP
Program ini dibuat dalam rangka pembangunan berkelanjutan dimana
kegiatannya meliputi instalasi saluran limbah cair domestic dari toilet gedung C
ke STP.
5. Saving Energy
Program ini mulai berjalan pada tahun 2012. Penghematan energi yang
dilakukan hanya dengan memadamkan lampu di area produksi dan kantor pada
saat jam istirahat di siang hari yaitu pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00
WIB. Kegiatan ini disambut baik oleh seluruh karyawan dan terus berlangsung
hingga sekarang. Melihat banyaknya mesin di area produksi, program ini
diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi lingkungan juga biaya
pengeluaran perusahaan.
6. World No Tobacco Day
Program ini dibuat dalam rangka memperingati hari tanpa tembakau sedunia.
Bagi para karyawan yang merupakan perokok, dilarang untuk mengkonsumsi
rokok di hari itu. Hal ini membuktikan bahwa PT. XYZ memiliki kepedulian yang
besar terhadap lingkungan dan menunjukkannya dengan memulai dari hal yang
sederhana tetapi memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan dan juga
kesehatan.
e.
Pasal 4.4.1 (Sumberdaya, Peran, Tanggung Jawab dan Kewenangan)
Pasal 4.4.1 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
“Manajemen harus memastikan ketersediaan sumberdaya yang diperlukan untuk
menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen
52
lingkungan. Sumberdaya termasuk sumberdaya manusia dan ketrampilan khusus,
sarana operasional, teknologi dan sumberdaya keuangan.
Manajemen puncak harus menunjuk satu orang atau lebih wakil
manajamen tertentu, yang tidak tergantung pada tanggung jawab lainnya, yang
harus mempunyai peran, tanggung jawab dan kewenangan yang ditetapkan
untuk:
a. Memastikan bahwa sistem manajemen lingkungan ditetapkan, diterapkan dan
dipelihara sesuai dengan persyaratan standar ini.
b. Melapor kepada manajemen puncak mengenai kinerja sistem manajemen
lingkungan untuk kajian, termasuk rekomendasi perbaikan.”
PT. XYZ memenuhi persyaratan tersebut dengan cara melakukan
penyediaan infrastruktur, teknologi dan finansial yang dibutuhkan dalam usaha
pengelolaan lingkungan LK3. Tanggungjawab implementasi LK3 di PT. XYZ
terletak pada seluruh karyawan sedangkan tanggungjawab pengelolaan LK3
disesuaikan dengan struktur fungsional, tanggung jawab dan kewenangan dimana
aktivitas dilakukan. Presiden direktur PT. XYZ adalah pimpinan yang mewakili
wewenang dan tanggung jawab tertinggi atas kinerja LK3. Wakil manajemen LK3
didukung bagian EHS yang bertanggung jawab untuk mengelola SMLK3 melalui
penerapan kebijakan, pencapaian tujuan, pengukuran, pemantauan, komunikasi
dan konsultasi LK3 ke para pihak terkait jika diperlukan. Bagian EHS bertugas
untuk menjamin bahwa persyaratan dalam ISO 14001 : 2004, OHSAS 18001 :
2007 dan SMK3 dipenuhi.
f.
Pasal 4.4.2 (Kompetisi, Pelatihan, dan Kesadaran)
Pasal 4.4.2 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
“Organisasi harus memastikan setiap orang yang bertugas untuk atau atas nama
jasa organisasi yang berpotensi menyebabkan satu atau lebih dampak lingkungan
penting yang diidentifikasi oleh organisasi, mempunyai kompetensi yang berasal
dari pendidikan, pelatihan atau pengalaman yang memadai dan organisasi harus
menyimpan rekaman yang terkait dengan kompetensi tersebut.”
Persyaratan tersebut sudah dipenuhi oleh PT. XYZ dimana seluruh
karyawan di PT. XYZ mendapat pengetahuan tentang aspek, dampak dan resiko
53
LK3 pada area atau proses yang menjadi tanggung jawabnya. Seluruh karyawan
juga diwajibkan untuk menerapkan asas-asas dalam kebijakan LK3 yang
dituangkan dalam peraturan, prosedur, instruksi kerja di dalam SMLK3. Pimpinan
kerja terkait bertanggung jawab mengidentifikasi tingkat pemenuhan kompetensi
karyawan dibawah tanggung jawabnya dan mengusulkan bila mana pelatihan
tambahan diperlukan. PT. XYZ memberikan pelatihan atau program peningkatan
kepedulian kepada pemasok atau penyalur dan rekaman bisnis yang bekerja untuk
dan atas nama PT. XYZ.
g.
Pasal 4.4.3 (Komunikasi)
Pasal 4.4.3 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
“Organisasi harus memutuskan apakah akan melaksanakan komunikasi kepada
pihak ekternal mengenai aspek lingkungannya dan harus mendokumentasikan
keputusan tersebut. Apabila keputusan organisasi adalah melaksanakan
komunikasi eksternal tersebut, maka organisasi harus menetapkan dan
menerapkan metode untuk komunikasieksternal tersebut.”
Pemenuhan persyaratan pasal 4.4.3 dilakukan oleh perusahaan dengan
menjalakan dua sistem komunikasi yaitu komunikasi internal dan eksternal.
Komunikasi internal LK3 terkait SMLK3, kebijakan, tujuan, sasaran, peraturan
dan hal-hal lain dikomunikasikan kepada karyawan melalui rapat pimpinan kerja,
PSM, spanduk, leaflet, pameran, seminar, lomba, pelatihan, media cetak, intranet
dan media publik internal lainnya. Komunikasi eksternal LK3 dapat dilakukan
melalui aktivitas pelaporan dokumen pengelolaan LK3 kepada instansi terkait
yang berlaku, majalah, seminar, dan forum komunikasi yang dikelola oleh
lembaga-lembaga ekternal.
h.
Pasal 4.4.4 (Dokumentasi)
Pasal 4.4.4 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
“Dokumentasi sistem manajemen lingkungan harus mencakup:
a. Kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan.
b. Penjelasan lingkup sistem manajemen lingkungan.
c. Penjelasan
unsure-unsur
utama
sistem
manajemen
keterkaitannya serta rujukan kepada dokumen terkait.
lingkungan
dan
54
d. Dokumen, termasuk rekaman yang disyaratkan oleh standar ini.
e. Dokumen termasuk rekaman yang ditentukan oleh organisasi sebagai dokumen
penting untuk memastikan perencanaan, operasi dan pengendalian proses
secara efektif , yang terkait dengan aspek lingkungan penting.”
Persyaratan tersebut dipenuhi PT. XYZ dengan membuat susunan manual
LK3 yang berguna untuk memberikan arah dokumen lain yang menjadi bagian
dari SMLK3 PT. XYZ. Dokumen tersebut dikelola oleh EHS System Development
dan diterjemahkan dalam prosedur.
i.
Pasal 4.4.5 (Pengendalian Dokumen)
SNI 19-14001-2005 pasal 4.4.5 menyatakan bahwa:
“Organisasi harus menetapkan prosedur untuk:
a. Menyetujui dokumen sebelum diterbitkan.
b. Meninjau dan memutakhirkan seperlunya serta menyetujui ulang (reapprove)
dokumen.
c. Memastikan agar versi dokumen yang berlaku tersedia di tempat penggunaan.
d. Mencegah penggunaan dokumen kadaluwarsa dan menerapkan identifikasi
yang cocok pada dokumen tersebut bila masih disimpan untuk maksud
tertentu.”
Dokumen atau catatan yang berkaitan dengan SMLK3 PT. XYZ terkendali.
Jenis-jenis dokumen tersebut adalah Manual LK3, Prosedur LK3, Instruksi Kerja
LK3, Standar LK3, dan Catatan LK3. Bagian EHS bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa semua dokumentasi yang dipergunakan dalam SMLK3
mempunyai status versi dan identifikasi yang jelas, pendistribuasiannya terkendali
dan catatan dari status versi terakhir disimpan. Personil berwenang yang ditunjuk
memastikan bahwa dokumen kadaluwarsa sudah disingkirkan atau diidentifikasi
sebagai dokumen kadaluwarsa dari semua tempat pemakaian untuk mencegah
penggunaan yang tidak disengaja terhadap dokumen kadaluwarsa tersebut.
j.
Pasal 4.4.6 (Pengendalian Operasional)
Pasal 4.4.6 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
55
“Organisasi harus mengidentifikasikan dan merencanakan operasi yang terkait
dengan aspek lingkungan penting yang telah diidentifikasi sesuai dengan
kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan agar operasi tersebut dilaksanakan
pada kondisi tertentu, dengan:
a. Menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk
mengendalikan situasi yang tidak sesuai dengan kebijakan, tujuan dan sasaran
lingkungan apabila prosedur tersebut tidak ada.
b. Menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur yang terkait dengan aspek
lingkungan penting yang telah diidentifikasikan pada barang dan jasa yang
digunakan
oleh
organisasi
serta
mengkomunikasikan
prosedur
dan
persyaratan yang berlaku kepada pemasok, termasuk kontraktor.”
Seluruh proses direncanakan dan dikendalikan untuk memastikan bahwa
PT. XYZ telah mengendalikan aspek penting dan resiko LK3 sesuai dengan
kebijakan LK3 serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pengendalian
aktivitas atau proses dikendalikan oleh salah satu atau kombinasi dari langkah dan
usaha antara lain yaitu:
1. Rambu-rambu, simbol, tanda dan identitas lain yang ditempatkan pada benda,
bahan, area atau alat-alat kerja.
2. Pengendalian lapangan langsung yang dilakukan oleh pimpinan kerja.
3. Pemasangan Safety Device, penyediaan dan pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) untuk menghindari dang mengurangi kemungkinan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
4. PT. XYZ mengkomunikasikan persyaratan, tata tertib standar LK3 kepada
kontraktor dan pemasok dalam rangka aktivitas pencegahan pencemaran,
kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara berkesinambung sesuai dengan
skala yang ditimbulkannya.
k.
Pasal 4.4.7 (Kesiagaan dan Tanggap Darurat)
Pasal 4.4.7 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
“Organisasi harus melakukan tindakan terhadap situasi darurat dan kecelakaan
yang terjadi serta mencegah atau mengatasi dampak lingkungan negatif yang
ditimbulkan.”
56
Dampak yang luas akibat dari situasi bahaya atau potensial bahaya,
mengharuskan PT. XYZ untuk menerapkan tindakan pengendalian bahaya dan
tanggap darurat. Pengendalian bertujuan untuk mencegah, mengurangi dampak
dan mempersiapkan sarana dan kompetensi ketika terjadi bencana atau keadaan
darurat. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat sebagai pengendalian resiko dilakukan
dengan mempertimbangkan kondisi abnormal dan kondisi gawat darurat. PT.
XYZ menangani, memperbaiki, dan mencegah kondisi gawat darurat mengacu
pada prosedur tanggap darurat.
l.
Pasal 4.5.1 (Pemantauan dan Pengukuran)
Pasal 4.5.1 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
secara berkala memantau dan mengukur karakteristik pokok operasinya yang
dapat menimbulkan dampak lingkungan penting. Organisasi harus memastikan
agar peralatan pemantauan dan pengukuran dikalibrasi atau diverifikasi,
digunakan dan dipelihara serta organisasi harus menyimpan rekaman yang
terkait.”
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi LK3, secara periodik
PT. XYZ melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap pengelolaan dan
kinerja LK3 sebagai berikut:
a. Pemantauan Limbah Cair
Limbah cair di setiap kegiatan perusahaan tidak boleh dibuang langsung ke
saluran air dan tanah. Untuk itu harus selalu diadakan pemantauan. PT. XYZ
melakukan aktivitas pemantauan limbah cair dan dievaluasi sesuai dengan
peraturan dan persyaratan yang berlaku. Pemantauan dapat dilakukan di
laboraturium sendiri dan atau di laboratorium ekternal yang telah terakreditasi.
b. Pemantauan Limbah Padat
Limbah padat di setiap kegiatan perusahaan tidak boleh dibuang ke saluran
air dan tanah dan harus dipantau secara periodik dibawah tanggung jawab bagian
terkait. Limbah padat yang berasal dari Unit Pengelolaan Limbah Padat maupun
kegiatan perusahaan lainnya harus dkirim ke Pusat Pengelolaan Limbah padat,
57
yang resmi dan sah. Kuantitas limbah padat yang dikirim selalu dipantau dan
menjadi tanggung jawab bagian terkait.
c. Pemantauan Limbah Udara
PT. XYZ melakukan tindakan untuk meningkatkan kepedulian pelanggan
terhadap kualitas limbah udara dari produk yang dipakainya. Pemantauan limbah
udara karena kegiatan perusahaan dilakukan sesuai dengan Persyaratan
Perundang-undangan, atau Dokumen Pengelolaan LK3 (UKL/UPL, AMDAL,
DPL, Peraturan LK3 dan persyaratan yang berlaku). Hasil kegiatan pemantauan
dan pengukuran dipelihara dan diidentifikasi secara spesifik.
m.
Pasal 4.5.3 (Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan
Pencegahan)
Pasal 4.5.3 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
menangani ketidaksesuaian yang potensial maupun yang nyata terjadi serta
melaksanakan tindakan perbaikan dan tidakan pencegahan. Prosedur tersebut
harus menjelaskan persyaratan untuk:
a. Mengidentifikasi dan melaksanakan koreksi terhadap ketidaksesuaian dan
melaksanakan tindakan untuk mengatasi dampak lingkungan yang timbul.
b. Menyelidiki ketidaksesuaian, menemukan penyebabnya dan melaksanakan
tindakan untuk menghindari terulangnya ketidaksesuaian.
c. Merekam hasil tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang telah
dilaksanakan.”
Ketidaksesuaian yang ada di PT. XYZ terhadap peraturan LK3, tujuan dan
sasaran, maupun SMLK3 diselidiki dan selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan
dan pencegahannya agar tidak terulang lagi. Ketidaksesuaian harus dicatat dan
catatan tersebut harus ditinjau untuk menentukan penyebab ketidaksesuaiannya.
Hasil penyelidikan penyebab ketidaksesuaian kemudian dicatat dalam sebuah
laporan. PT.XYZ memiliki Program Identification and Corrective Action (PICA)
yang merupakan dokumen sekaligus rekaman terkendali berupa laporan-laporan
ketidaksesuaian, tindakan pencegahan, dan perbaikan yang harus dilakukan
sehingga bisa dilakukan evaluasi dengan melihat dokumen PICA tersebut.
58
n.
Pasal 4.5.5 (Audit Internal)
Pasal 4.5.5 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
“Organisasi harus memastikan bahwa audit internal terhadap sistem manajemen
lingkungan dilaksanakan pada jangka waktu yang direncanakan untuk:
a. Menentukan apakah sistem manajemen lingkungan memenuhi pengaturan
yang direncanakan untuk manajemen lingkungan termasuk persyaratan
standar ini dan telah diterapkan serta dipelihara secara memadai.
b. Menyediakan informasi hasil audit bagi manajemen.”
Audit LK3 internal dilaksanakan sekurang-kurangnya dua kali dalam
setahun untuk memastikan bahwa SML cukup efektif untuk menerapkan
kebijakan LK3 di PT. XYZ, aktivitas kerja di PT. XYZ sesuai dengan pedoman,
tujuan dan sasaran, program perbaikan LK3, prosedur dan instruksi kerja. Laporan
audit internal harus dipakai oleh Wakil Manajemen LK3 saat meninjau
keefektifan yang berlanjut dari SMLK3.
o.
Pasal 4.6 (Tinjauan Manajemen)
Pasal 4.6 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:
“Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen lingkungan organisasi
pada jangka waktu tertentu untuk memelihara kesesuaian, kecukupan dan
efektivitas sistem yang berkelanjutan. Tinjauan harus termasuk mengkaji
kesempatan untuk perbaikan dan keperluan untuk melakukan perubahan pada
sistem manajemen lingkungan, termasuk kebijakan lingkungan, tujuan dan
sasaran lingkungan. Rekaman tinjauan manajemen harus disimpan.”
Tinjauan manajemen diprakarsai oleh wakil manajemen LK3 yang
didukung oleh bagian EHS. Tinjauan SMLK3 PT. XYZ dilaksanakan dua kali
dalam setahun untuk mengevaluasi efektivitas SMLK3 yang diterapkan PT. XYZ
dalam memenuhi seluruh ketentuan ISO 14001 : 2005, OHSAS 18000:2007 dan
SMK3. Hasil tinjauan manajemen meliputi keputusan dan tindakan terkait dengan
kemungkinan perubahan atas kebijakan LK3, tujuan, sasaran, dan unsur-unsur
dalam SMLK3 serta konsistensi pelaksanaan perbaikan berkelanjutan.
59
6.3
Pencapaian Pemenuhan Standar ISO 14001 PT. XYZ
Perbandingan antara persyaratan ISO 14001 yang harus dipenuhi
perusahaan dengan implementasi ISO 14001 yang dilakukan PT. XYZ telah
diuraikan dalam paragraf-paragraf di atas dimana hasilnya membuktikan bahwa
SML yang diterapkan di PT. XYZ secara keseluruhan dapat dikatakan telah sesuai
dengan SNI 19-14001-2005. Kesesuaian tersebut juga menjadi lebih akurat karena
PT. XYZ telah memenuhi seluruh pasal yang menjadi persyaratan ISO 14001.
Dapat dilihat pada Tabel 9 yang menjabarkan skor dari tiap elemen ISO 14001
PT. XYZ.
Tabel 9 Skor masing-masing elemen ISO 14001 PT. XYZ
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Elemen Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001
Kebijakan lingkungan
Identifikasi dan Evaluasi Aspek Lingkungan
Persyaratan Perundangan dan Peraturan
Tujuan, sasaran, dan program lingkungan
Sumberdaya, Struktur Organisasi, Peran,
Tanggungjawab dan Kewenangan
Kesadaran, Kepedulian dan Pelatihan
Komunikasi
Dokumentasi Sistem Manajemen Lingkungan
Pengendalian Dokumen
Pengendalian Operasional
Kesiagaan dan Tindakan Darurat
Pemantauan dan Pengukuran
Ketidaksesuaian, Tindakan Koreksi dan Pencegahan
Audit Sistem Manajemen Lingkungan
Pengkajian dan Penyempurnaan
Total
Nilai Standar
Persentase (%)
Skor
menurut
key person
3,70
4,00
4,00
3,05
Skor
menurut
peneliti
3,60
4,00
3,25
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
47,8
45
106,2
3,00
2,70
2,75
2,75
2,60
3,20
3,14
3,12
3,09
3,00
3,40
46,6
45
103,5
Sumber: Data primer (diolah), 2013
Tabel penilaian diatas menunjukkan bahwa total nilai elemen ISO 14001
PT.XYZ yaitu sebesar 47,8. Nilai tersebut merupakan hasil yang diperoleh
berdasarkan persepsi key person yang merupakan PIC ISO 14001 PT.XYZ plant
2. Nilai tersebut kemudian dibuktikan lebih lanjut melalui observasi lapang yang
dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan perbandingan antara persepsi key
60
person dengan kondisi nyata yang terlihat oleh peneliti mengenai pemenuhan
standar ISO 14001. Hasil dari observasi lapang yang dilakukan menunjukkan
bahwa PT.XYZ memang sudah sepenuhnya memenuhi standar ISO 14001, hanya
saja ada beberapa persyaratan yang masih perlu perlu penyempurnaan antara lain:
(1) Kesadaran, pelatihan dan kepedulian, (2) Komunikasi, (3) Dokumentasi dan
(4) Pengendalian dokumen. Data-data yang dijabarkan pada Tabel tersebut juga
membuktikan bahwa PT. XYZ telah memenuhi standar di tiap pasal
persyaratannya. Skor standar yang ditetapkan untuk tiap pasal adalah 3, dimana
interprestasi dari skor 3 tersebut adalah perusahaan telah memenuhi persyaratan
sesuai dengan prosedur ISO 14001. Pencapaian keberhasilan PT. XYZ dalam
pemenuhan persyaratan ISO 14001 digambarkan melalui grafik persebaran
berikut ini.
15. Pengkajian dan
Penyempurnaan
14. Audit Sistem
Manajemen Lingkungan
13.
Ketidaksesuaian, Tindak
an Koreksi dan…
12. Pemantauan dan
Evaluasi
1. Kebijakan
Lingkungan
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
11. Tindakan Darurat
10. Pengendalian
Operasional
9. Pengendalian
Dokumen
2. Identifikasi Aspek
Lingkungan
3. Persyaratan
Perundangan dan
Peraturan
4. Tujuan, Sasaran dan
Program Lingkungan
5. Struktur Organisasi
dan Tanggung Jawab
6.
Kesadaran, Kepedulian
dan Pelatihan
7. Komunikasi
8. Dokumentasi Sistem
Manajemen Lingkungan
skor menurut PIC ISO
14001 PT.XYZ
skor menurut peneliti
Gambar 6 Grafik persebaran terhadap pemenuhan standar ISO 14001 di PT.XYZ
Pemenuhan standar ISO 14001 digambarkan melalui grafik diatas dimana
dapat dilihat bahwa implementasi ISO 14001 yang dilakukan PT.XYZ telah
tersebar ke seluruh pasal yang menjadi persyaratan dalam penerapan SML ISO
14001 dan memiliki nilai untuk tiap pasalnya. Hasil pencapaian pemenuhan
standar ISO 14001 yang diperoleh PT. XYZ adalah sebesar 106,2% (menurut key
61
person) dan 103,5% (menurut hasil observasi lapang oleh peneliti). Skor yang
mencapai lebih dari 100% disebabkan karena total nilai dari seluruh pasal adalah
sebesar 47,8 (menurut key person) dan 46,6 (menurut hasil observasi lapang)
sedangkan total nilai standarnya adalah sebesar 45. Dengan demikian, nilai nyata
yang diperoleh lebih besar daripada nilai standar yang ditetapkan.
Pencapaian yang melebihi standar juga disebabkan karena semua
persyaratan ISO 14001 telah dipenuhi oleh PT. XYZ, bahkan untuk pasal
kebijakan lingkungan, aspek lingkungan dan peraturan mencapai skor 4 yang
merupakan skor tertinggi. Artinya, persyaratan tersebut sudah dilaksanakan
dengan sangat baik dan melebihi standar yang ditetapkan. Hal ini dibuktikan
dengan hasil observasi lapang yang dilakukan dimana kebijakan lingkungan telah
diterapkan dengan baik, disebarluaskan di tiap ruangan, ditinjau tiap tahun sekali
dan direvisi. Begitu juga dalam hal peraturan dan perundangan-undangan, dimana
perusahaan selalu berupaya untuk terus mengikuti pemutakhiran peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini terbukti dengan adanya rangkuman peraturan
berkenaan dengan industri yang terangkum dalam manual lingkungan, kesehatan
dan keselamatan kerja (LK3). Sementara untuk aspek lingkungan, perusahaan
melakukan evaluasi setiap bulannya mengenai identifikasi aspek dan dampak
lingkungan. Identifikasi dilakukan di setiap sesi produksi, kantor maupun fasilitas
umum yang terdapat pada perusahaan.
6.4 Upaya PT. XYZ dalam Pemenuhan Standar
Uraian yang berisi penjelasan mengenai pemenuhan persyaratan pada setiap
pasal ISO 14001, kesesuaian antara prosedur SNI 19-14001-2005 dengan
implementasi ISO 14001, dan juga nilai dari kinerja lingkungan PT. XYZ yang
sangat baik memberikan kesimpulan bahwa SML ISO 14001 yang diterapkan oleh
PT. XYZ masih berjalan dengan efektif sesuai dengan standar. Efektivitas tersebut
juga didukung dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh PT.XYZ sehingga
dapat mencapai hasil tersebut. Upaya yang dilakukan oleh PT. XYZ antara lain
sebagai berikut:
a) Evaluasi kepada karyawan untuk meningkatkan awareness mengenai
lingkungan
62
b) Pemenuhan klausul-klausul standar SNI -14001-2005 dengan membuat
prosedur SMLK3 yang sesuai dengan standar.
c) Membuat standar operasional yang ditempatkan di tiap station. Standar
operasional tersebut merupakan penjelasan tentang instruksi kerja, penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD), dan cara mengaktifkan mesin dengan baik dan
benar sehingga mencegah terjadinya kesalahan teknis.
d) Melakukan upaya-upaya pencegahan pencemaran seperti mengganti bahan B3,
inovasi teknologi, perbaikan manajemen, instalasi limbah, efesiensi SDA,
monitoring sistem, improvisasi produk, manajemen limbah, instalasi alat atau
teknologi.
e) Menerapkan konsep 6R pada kegiatan produksi (Refund, Reduce, Reuse,
Recycle, Recovery, Retrieve Energy) untuk menunjang perbaikan lingkungan
berkelanjutan.
f) Mengadopsi mesin-mesin yang sesuai standar
g) Membuat Material Safety Data Sheet (MSDS) yang merupakan data mengenai
aturan-aturan
pemakaian,
identifikasi,
pembuangan
limbah,
peraturan
perundangan dari bahan-bahan kimia.
h) Melakukan dokumentasi mengenai manifest limbah yang mencatat limbah
perusahaan yang akan dikelola oleh kontraktor maupun pemasok akan
memiliki catatan khusus sehinga mencegah terjadinya penggunaan limbah
yang tidak baik.
i) Perusahaan memilih dengan selektif pemasok yang akan mengambil limbah
perusahaan.
j) Melakukan review persiapan audit yang meliputi pembaharuan peraturan,
melakukan audit internal yang dilakukan 2 kali dalam setahun, memanggil
seluruh seksi-seksi untuk pemastian kelengkapan dokumen.
k) Membuat program-program lingkungan yang progressif.
l) Pembuatan dokumen terkendali yaitu Problem Identification and Corrective
Action (PICA) yang berfungsi sebagai dokumen pemantauan dan evaluasi
mengenai ketidaksesuaian dan koreksi yang harus dilakukan.
63
VII ANALISIS DAMPAK KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP
LIMBAH CAIR INDUSTRI
Hasil penilaian kinerja lingkungan yang dikatakan sangat baik akan
mempengaruhi limbah yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan ISO 14001
mengharuskan perusahaan untuk selalu mematuhi peraturan mengenai limbah
industri. Salah satu peraturan yang berlaku yaitu mengenai baku mutu limbah cair
industri. Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan tidak
diperbolehkan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
PT.XYZ memiliki Waste water treatment (WWT) yang berfungsi untuk
menangani limbah cair. Pembangunan WWT dan proses yang terjadi didalamnya
merupakan suatu bentuk upaya penanganan limbah yang dilakukan PT.XYZ
untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Sebelum dibuang ke lingkungan,
limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan produksi maupun fasum akan diolah
terlebih dahulu di dalam WWT. Limbah diproses melalui berbagai tahap
pengolahan untuk mengurangi ataupun menghilangkan kadar zat kimia berbahaya
yang terkandung dalam limbah tersebut agar dapat menghasilkan air buangan
yang telah memenuhi baku mutu.
Pengukuran limbah cair merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik
oleh PT. XYZ untuk memantau kebersihan output limbah cair yang telah diolah di
WWT. Pengukuran dilakukan di laboraturium dimana hasil dari analisa
laboraturium tersebut dapat menunjukkan seberapa banyak kadar logam yang
terkandung dalam outlet air limbah. Baku mutu limbah cair industri pelapisan
logam merupakan peraturan yang harus dipatuhi oleh PT. XYZ. Di dalam
peraturan baku mutu tersebut terdapat beberapa parameter yang menjadi acuan
pengukuran dimana parameter tersebut merupakan zat kimia yang mengandung
logam B3.
7.1 Analisis Pengukuran Limbah Cair Industri
Beberapa parameter limbah cair indutri yang digunakan untuk objek
penelitian antara lain kadmium (Cd), timbal (Pb), sianida (Cn), seng (Zn), nikel
(Ni) dan logam total pada tahun 2010 hingga 2013. Data hasil pengukuran limbah
cair yang telah dilakukan PT. XYZ kemudian dianalisis dengan menggunakan
64
metode statistika SPSS 16.0 dan program Minitab (ANOVA) untuk mengetahui
perbedaan yang signifikan antar tahun. Lampiran 9 menunjukkan Tabel ANOVA
dari masing-masing uji parameter.
7.1.1 Kadmium (Cd)
Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena
elemen ini beresiko tinggi terhadap keamanan mengkonsumsi air yang mengalir di
lingkungan. Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai 3
besar logam berat yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan
manusia. Jika air yang dikonsumsi manusia banyak mengandung kadmium, hal ini
dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap pembuluh darah. Maka dari itu,
logam kadmium yang beredar ke lingkungan terutama yang berasal dari limbah
industri harus selalu dipantau untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
Berikut grafik yang menunjukkan hasil pengukuran kadmium PT. XYZ tahun
Kadar
maksimum
0,05 mg/L
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
Jan '10
Mar '10
Mei '10
Jul '10
Sep '10
Nov '10
Jan '11
Mar '11
Mei '11
Jul '11
Sept '11
Nov '11
Jan '12
Mar '12
Mei '12
Jul '12
Sept '12
Nov '12
Jan '13
Mar '13
Mei '13
Kadar Kadmium (mg/L)
2010 hingga 2013.
Waktu (Bulan 'Tahun)
Gambar 7 Grafik pengukuran kadar Kadmium (Cd) PT. XYZ tahun 2010-2013
Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa kadar kadmium yang dihasilkan dari
kegiatan industri PT.XYZ dari tahun 2010 hingga tahun 2013 berada di bawah
nilai ambang batas kadmium yang ditetapkan pemerintah sebesar 0,05 mg/L.
Kadmium yang digunakan PT.XYZ untuk pelapisan logam, pencelupan,
penyemprotan yang merupakan bagian dalam proses produksi dapat dioperasikan
dengan baik sehingga kadmium yang terkandung pada air limbah aman untuk
dibuang ke lingkungan karena tidak melebihi baku mutu. Lampiran 3
65
menunjukkan data kadar kadmium per bulannya dari tahun 2010 sampai dengan
2013.
Di samping itu, untuk melihat tahun mana saja yang memberikan perbedaan
signifikan, dilakukan analisis dengan menggunakan analisis ragam ANOVA.
Hipotesis yang dibuat dalam analisis tersebut adalah sebagai berikut:
H0
: µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata Kadmium antar tahun
H1
: minimal ada sepasang tahun yang berbeda
Pengolahan data yang dilakukan menghasilkan nilai p value (0,633) > α
(0,05). Nilai p value yang lebih dari taraf nyata sebesar 5% mengindikasikan
diterimanya H0. Artinya, tidak ada perbedaan nilai rata-rata kadmium antar tahun,
sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut Tukey dan Duncan untuk mengetahui
tahun mana saja yang memberikan perbedaan. Dapat dilihat hasil ANOVA
kadmium tertera pada Lampiran 9.
7.1.2 Timbal (Pb)
Timbal banyak digunakan oleh industri pelapisan logam karena memiliki
sifat yang tahan korosif. Timbal (Pb) merupakan jenis logam berat yang mendapat
perhatian khusus karena sifatnya yang beracun terhadap makhluk hidup. Timbal
dapat memasuki tubuh manusia melalui konsumsi makanan, minuman, air, debu,
udara yang telah terkontaminasi oleh Pb. Oleh karena itu, penggunaan Pb harus
selalu dipantau karena jika berlebihan dapat membahayakan kualitas lingkungan.
Berikut grafik yang menggambarkan pengukuran kadar timbal PT.XYZ pada
Kadar
maksimum
0,1 mg/L
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
Jan '10
Mar '10
Mei '10
Jul '10
Sep '10
Nov '10
Jan '11
Mar '11
Mei '11
Jul '11
Sept '11
Nov '11
Jan '12
Mar '12
Mei '12
Jul '12
Sept '12
Nov '12
Jan '13
Mar '13
Mei '13
Kadar Timbal (mg/L)
tahun 2010 hingga tahun 2013.
Waktu (Bulan 'Tahun)
Gambar 8 Grafik pengukuran kadar Timbal (Pb) PT. XYZ tahun 2010-2013
66
Gambar 8 tersebut menunjukkan bahwa kandungan timbal dalam limbah
cair yang dibuang ke lingkungan dari tahun 2010 sampai dengan 2013, secara
keseluruhan berada di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan sebesar 0,1
mg/L. Hasil pengolahan air limbah yang dilakukan oleh PT.XYZ melalui WWT
memberikan hasil yang baik sehingga limbah tersebut dapat diterima oleh
lingkungan karena telah memenuhi standar baku mutu. Lampiran 3 menunjukkan
data kadar timbal per bulan pada tahun 2010 sampai dengan 2013.
Pengukuran timbal kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji statistik
ANOVA dimana hipotesis yang dibuat untuk analisis tersebut yaitu:
H0
: µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata timbal antar tahun
H1
: minimal ada sepasang tahun yang berbeda
Hasil pengolahan data melalui uji statistik yang dilakukan menunjukkan
nilai p value (0,853) > taraf nyata (0,05) sehingga kesimpulan yang dapat diambil
adalah terima H0. Artinya, selama 4 tahun pengukuran tersebut tidak ada
perbedaan nilai rata-rata timbal antar tahun. Oleh karena itu, pengujian lanjut
Tukey-Duncan tidak perlu dilakukan.
7.1.3 Seng (Zn)
Seng merupakan jenis logam yang banyak digunakan oleh industri pelapisan
logam. Logam ini digunakan untuk membentuk berbagai campuran logam dengan
metal lain seperti kuningan, perak nikel, perunggu, solder lunak dan solder
aluminium. Toksisitas Zn pada hakekatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk
proses metabolisme tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Seng
menyebabkan warna air menjadi keruh dan bila dimasak akan timbul endapan
seperti pasir. Konsumsi seng yang berlebihan juga dapat menyebabkan ataksia,
lemah lesu, dan defisiensi tembaga. Defisiensi ini juga dapat menyebabkan
banyak penyakit seperti gangguan pertumbuhan, mempengaruhi pematangan
seksual, mudah terkena infeksi, diare bahkan dapat menyebabkan menyebabkan
kematian. Oleh karena itu, kandungan seng dalam limbah cair yang dibuang ke
lingkungan harus dibatasi karena dapat menimbulakan dampak negatif terhadap
kualitas air yang mengalir di dalam lingkungan. Berikut Gambar 9 yang
67
menunjukkan pengukuran kadar seng PT.XYZ pada tahun 2010 hingga tahun
Kadar
maksimum
2 mg/L
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Jan '10
Mar '10
Mei '10
Jul '10
Sep '10
Nov '10
Jan '11
Mar '11
Mei '11
Jul '11
Sept '11
Nov '11
Jan '12
Mar '12
Mei '12
Jul '12
Sept '12
Nov '12
Jan '13
Mar '13
Mei '13
Kadar Seng (mg/L)
2013.
Waktu (Bulan 'Tahun)
Gambar 9 Grafik pengukuran seng (Zn) PT. XYZ tahun 2010-2013
Dapat dilihat pada grafik diatas, pengukuran yang dilakukan selama 4 tahun
tersebut menunjukkan bahwa seng yang terkandung dalam limbah cair mengalami
peningkatan maupun penurunan. Perubahan kadar tersebut tidak menjadi masalah
karena secara keseluruhan kadar seng masih berada di bawah nilai ambang batas
yang telah ditetapkan yaitu 2 mg/L. Seng yang digunakan dalam jumlah besar
untuk injeksi dalam proses produksi diolah dengan baik sehingga sisa-sisa yang
dibuang dalam bentuk limbah cair dapat diterima oleh lingkungan karena tidak
melebihi baku mutu. Data kadar seng per bulan dari tahun 2010 hingga 2013
tertera pada Lampiran 5.
Pengukuran tersebut kemudian dilanjutkan dengan pengujian secara statistik
dengan menggunakan ANOVA, dimana hipotesis analisanya adalah:
H0
: µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata seng antar tahun
H1
: minimal ada sepasang tahun yang berbeda
Hasil yang diperoleh dari pengolahan data adalah nilai p value (0,928) >
taraf nyata (0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah terima H0, yang artinya
tidak ada perbedaan nilai rata-rata seng antar tahun. Oleh karena itu, tidak
diperlukan pengujian lanjut Tukey-Duncan untuk mengetahui tahun mana saja
yang berbeda nyata.
68
7.1.4 Sianida (Cn)
Sianida merupakan senyawa yang digunakan sebagai larutan pada proses
pembersihan logam. Pelepasan sianida bersama dengan limbah beracun lainnya
seperti arsenik, timbal, kadmium dan merkuri dari kegiatan industri dapat
mengakibatkan kerusakan permanen pada lingkungan, erosi, tanah longsor dan
pencemaran air tanah. Jika kandungan sianida yang beracun tersebut dibiarkan
beredar bebas di lingkungan, hal tersebut akan membahayakan kualitas air yang
dikonsumsi oleh manusia. Maka dari itu, pemerintah memasukkan sianida sebagai
parameter limbah cair industri dengan nilai ambang batasnya sebesar 0,05 mg/L.
Berikut grafik yang menunjukkan pengukuran kadar sianida PT.XYZ pada tahun
Kadar
maksium
0,05 mg/L
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
Jan '10
Mar '10
Mei '10
Jul '10
Sep '10
Nov '10
Jan '11
Mar '11
Mei '11
Jul '11
Sept '11
Nov '11
Jan '12
Mar '12
Mei '12
Jul '12
Sept '12
Nov '12
Jan '13
Mar '13
Mei '13
Kadar Sianida (mg/L)
2010 hingga 2013.
Waktu (Bulan 'Tahun)
Gambar 10 Grafik pengukuran kadar Sianida (Cn) PT. XYZ tahun 2010-2013
Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa kadar sianida yang terbuang
bersama limbah cair ke lingkungan dari tahun 2010 hingga 2013 berada di bawah
nilai ambang batas yang ditetapkan. Hal tersebut dapat terjadi karena sebelum
dibuang ke lingkungan, limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan PT.XYZ
mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Di dalam WWT, sianida
dihancurkan dengan oksidasi. Ozonisasi biasanya juga digunakan dimana
penghancuran alami dengan menggunakan oksigen dari udara di dalam tangkitangki yang tersedia. Pengolahan tersebut akan menghasilkan sianida yang tidak
melebihi baku mutu. Lampiran 6 menunjukkan data kadar sianida per bulan dari
tahun 2010 hingga 2013.
69
Pengolahan data lebih lanjut kemudian dilakukan terhadap pengukuran
sianida dengan menggunakan uji statistik dimana hipotesis yang dibuat yaitu:
H0
: µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata seng antar tahun
H1
: minimal ada sepasang tahun yang berbeda
Hasil pengujian statistik yang dilakukan dengan menggunakan ANOVA
yang menunjukkan nilai p value (0,000) < taraf nyata (0,05) sehingga kesimpulan
yang dapat diambil adalah terima H1. Artinya, diantara 4 tahun pengukuran
sianida tersebut minimal ada sepasang tahun yang berbeda nyata. Dengan
demikian perlu dilakukan uji lanjut Tukey-Duncan untuk mengetahui tahun mana
saja yang meiliki perbedaan signifikan. Hasil dari uji lanjut tersebut dapat dilihat
Rata-rata kadar sianida (mg/L)
pada Gambar 11 berikut ini.
0.01
0.009
0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
B
A
A
2010
2011
2012
B
2013
Tahun
Gambar 11 Grafik hasil uji lanjut Tukey-Duncan terhadap pengukuran Sianida
Gambar diatas merupakan hasil uji lanjut Tukey-Duncan yang diolah
dengan menggunakan program SPSS 16.0. Uji Tukey-Duncan dapat menunjukkan
perbedaan dengan cara mengklasifikasikan hasil pengukuran per tahun ke dalam
suatu grup. Perbedaan yang signifikan dapat terdeteksi apabila grouping yang
dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda. Dapat dilihat pada Gambar tersebut
sianida pada tahun 2010 dan 2011 termasuk dalam grup “A” yang artinya tidak
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai rata-rata sianida pada kedua
tahun tersebut. Begitu juga dengan tahun 2012 dan 2013 dimana keduanya
termasuk dalam grup “B” karena tidak memiliki perbedaan yang siginifkan. Label
grup yang tidak sama menunjukkan letak perbedaan yang signifikan. Hal tersebut
70
terjadi pada kadar sianida tahun 2010 dan 2011 (A) yang berbeda dengan kadar
sianida tahun 2012 dan 2013 (B). Lampiran hasil uji lanjut Tukey-Duncan sianida
dapat dilihat pada Lampiran 13.
Nilai rata-rata sianida pada tahun 2010 dengan 2011 sebesar 0,0011 mg/L
dan 0,0012 mg/L sedangkan rata-rata sianida pada tahun 2012 dengan 2013 yaitu
0,0083 mg/L dan 0,009 mg/L. Pengukuran kadar tersebut memberikan perbedaan
yang nyata dimana sianida pada tahun 2012 dan 2013 lebih besar dibandingkan
kadar sianida tahun 2010 dan 2011. Perbedaan tersebut disebabkan karena
penggunaan sianida pada tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan akibat
banyaknya logam yang harus dilapis pada proses produksi semakin banyak.
Bertambahnya logam yang harus dilapisi dikarenakan plant 2 PT.XYZ juga turut
memproduksi komponen piston untuk motor lain di luar plant.
7.1.5 Nikel (Ni)
Penggunaan utama nikel yaitu sebagai logam untuk electroplating untuk
permukaan komponen (part) dan untuk peningkatan ketahanannya terhadap
korosi. Paduan nikel memiliki kekuatan tinggi dan tahan korosi pada temperatur
tinggi. Perpaduan unsur nikel kromium, kobalt, dan molybdenum akan
menghasilkan baja yang sangat kuat. Sifat paduan nikel dalam mesin, pembentuk,
casting, dan pengelasan dapat dimodifikasi dengan berbagai unsur paduan
lainnya. Nikel dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh, tetapi bila terdapat
dalam jumlah yang terlalu tinggi dapat berbahaya untuk kesehatan manusia. Nikel
yang tersebar ke lingkungan keluar bersamaan dengan limbah cair industri. Maka
dari itu, limbah cair yang dihasilkan industri harus selalu dimanajemen dengan
baik dan dipantau kadarnya sebelum dibuang ke lingkungan. Baku mutu yang
ditetapkan pemerintah untuk nikel adalah sebesar 0,2 mg/L. Pengukuran kadar
nikel PT.XYZ pada tahun 2010 hingga 2013 dapat dilihat pada Gambar berikut.
Kadar
maksimum
0,2 mg/L
0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
Jan '10
Mar '10
Mei '10
Jul '10
Sep '10
Nov '10
Jan '11
Mar '11
Mei '11
Jul '11
Sept '11
Nov '11
Jan '12
Mar '12
Mei '12
Jul '12
Sept '12
Nov '12
Jan '13
Mar '13
Mei '13
Kadar Nikel (mg/L)
71
Waktu (Bulan 'Tahun)
Gambar 12 Grafik pengukuran kadar Nikel PT. XYZ tahun 2010-2013
Gambar 12 diatas menunjukkan bahwa kadar nikel pada tahun 2010
hingga 2013 yang diukur oleh PT.XYZ secara keseluruhan berada di bawah kadar
maksimum yang ditetapkan sebesar 0,2 mg/L meskipun setiap waktunya
mengalami perubahan. Pengolahan limbah cair yang diproses di WWT berhasil
mengurangi kadar logam nikel yang telah digunakan untuk produksi. Di dalam
WWT terjadi pengambilan kembali logam nikel dengan menggunakan proses
koagulasi dan flokulasi yang dilakukan secara bertumpukan. Koagulasi adalah
proses penambahan bahan-bahan kimia unuk membentuk gumpalan yang
selanjutnya dipisahkan pada proses flokulasi. Sedangkan flokulasi adalah proses
untuk mempercepat penggumpalan partikel dengan pengadukan secara lambat.
Pengambilan logam dengan 2 cara tersebut dalam pengolahan air limbah
berfungsi untuk menghilangkan kekeruhan dan mengubah warna, menghilangkan
kadar solid, menghilangkan kandungan bakteri yang terdapat dalam air,
menghilangkan algae dalam kolom distilasi, menghilangkan kesadahan. Sehingga
hasil akhir dari proses pengolahan tersebut dapat memberikan outlet limbah cair
yang tidak melebihi baku mutu. Data kadar nikel dapat dilihat pada Lampiran 7.
Uji statistik kemudian dilakukan untuk mendeteksi secara simultan
perbedaan nilai rata-rata nikel antar tahun. Hipotesis yang dibuat dalam pengujian
tersebut adalah:
H0
: µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata nikel antar tahun
H1
: minimal ada sepasang tahun yang berbeda
72
Hasil pengujian tersebut menunjukkan nilai p value (0,095) > taraf nyata
(0,05). Kesimpulan yang dapat diambil dari nilai tersebut adalah terima H0.
Artinya, tidak ada perbedaan nilai rata-rata nikel selama 4 tahun pengukuran
tersebut. Jika tidak terlihat adanya perbedaan, maka pada umumnya tidak
diperlukan uji lanjut Tukey-Duncan. Tetapi hasil pengolahan data yang dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terhadap pengukuran nikel selama 4
tahun tersebut. Perbedaan tersebut digambarkan melalui grafik hasil uji lanjut
Tukey-Duncan berikut ini.
Gambar 13 Grafik hasil uji lanjut Tukey-Duncan Nikel tahun 2010-2013
Dari Gambar tersebut terlihat bahwa adanya perbedaan kelompok antar
tahun pengukuran. Pengukuran pada tahun 2010 termasuk dalam grup “B” dengan
nilai rata-rata nikel sebesar 0,060 mg/L dimana nilai tersebut berbeda dengan
kadar nikel tahun 2013 sebesar 0,053 mg/L yang termasuk dalam grup “A”.
Sementara kadar nikel pada tahun 2011 sebesar 0,037 mg/L dan 2012 sebesar
0,026 mg/L dimana keduanya tergolong ke dalam grup “AB”.
Perbedaan tersebut tidak menjadi suatu masalah karena nilai perbedaan kadar
antar tahun yang ditunjukkan tidak besar. Hanya saja uji lanjut menurut Duncan
memberikan hasil yang lebih detail sehingga pengukuran antar tahun memiliki
perbedaan grup sedangkan menurut Tukey keempat tahun tersebut masih
termasuk dalam grup yang sama.
73
7.1.6 Logam Total
Logam total yang dianalisis dalam penelitian merupakan penggabungan dari
seluruh parameter jenis logam B3 yang termasuk dalam baku mutu limbah cair
industri pelapisan logam. Tujuan dari analisis logam total agar dapat mewakili
keseluruhan pengukuran kadar jenis logam B3 yang terkandung dalam limbah
cair PT. XYZ. Berikut hasil pengukuran kadar logam total tahun 2010 hingga
Kadar
maksiumum
8 mg/L
7.5
6
4.5
3
1.5
0
Jan '10
Mar '10
Mei '10
Jul '10
Sep '10
Nov '10
Jan '11
Mar '11
Mei '11
Jul '11
Sept '11
Nov '11
Jan '12
Mar '12
Mei '12
Jul '12
Sept '12
Nov '12
Jan '13
Mar '13
Mei '13
Kadar Logam Total (mg/L)
2013 di PT.XYZ.
Waktu (Bulan 'Tahun)
Gambar 14 Grafik pengukuran kadar logam total PT.XYZ tahun 2010-2013
Gambar diatas menunjukkan bahwa kandungan logam total pada limbah cair
yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2010 sampai dengan 2013 secara
keseluruhan berada dibawah kadar maksimum. Hal ini membuktikan bahwa
perusahaan selalu menaati standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah
mengenai kadar maksimum parameter logam total sebesar 8 mg/L. Data kadar
logam total tertera pada Lampiran 8.
Pengolahan air limbah di WWT memberikan hasil yang baik. Hal ini
terbukti karena pengukuran secara simultan jenis logam B3 yang dikeluarkan
bersamaan dengan limbah cair memenuhi standar baku mutu. Sisa-sisa segala
jenis logam yang telah digunakan untuk produksi diolah di WWT dan diproses
secara detail dengan mesin dan peralatan electroplating yang berfungsi untuk
mengurangi, membersihkan, menyaring limbah cair tersebut menjadi air limbah
bersih yang dapat ditoleransi oleh lingkungan.
74
Pengolahan data secara statistik kemudian dilakukan dengan hipotesis
pengujian yang dibuat adalah sebagai berikut:
H0
: µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata logam total antar
tahun
H1
: minimal ada sepasang tahun yang berbeda
Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai p value (0,349) > α (5%).
Kesimpulan yang dapat diambil dari nilai p value yang lebih kecil dari taraf nyata
adalah terima H0. Artinya, dari data yang tersedia selama 4 tahun pengukuran
tersebut, tidak terlihat adanya perbedaan nilai rata-rata logam antar tahun. Oleh
karena itu, pengujian lebih lanjut Tukey-Duncan tidak perlu dilakukan.
7.2 Analisis Kesesuaian Limbah Cair dengan Standar ISO 14001 : 2005,
Peraturan Pemerintah, dan Kebijakan Perusahaan
PT. XYZ telah menerapkan SML yang mengacu pada ISO 14001 dengan
sangat baik. Kinerja lingkungan PT. XYZ berhasil menciptakan kondisi
implementasi ISO 14001 yang efektif sesuai dengan standar. Kesesuaian dengan
standar ISO 14001 dapat dilihat dari kepatuhan PT. XYZ terhadap peraturan yang
telah ditetapkan.
ISO 14001 mewajibkan perusahaan untuk selalu mematuhi peraturan yang
berlaku mengenai kadar limbah yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan.
Kadar maksimum yang ditetapkan oleh standar ISO 14001 : 2005 dan kebijakan
perusahaan semuanya memiliki standar yang sama dengan peraturan pemerintah.
Peraturan tersebut salah satunya tercantum dalam SK. Gub. DKI No. 582 tahun
1995 yang menjelaskan mengenai baku mutu limbah cair industri pelapisan
logam.
Parameter limbah cair industri yang diukur terdiri dari kadmium (Cd),
timbal (Pb), seng (Zn), sianida (Cn), nikel (Ni) dan logam total. Parameter
tersebut merupakan beberapa yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk baku
mutu limbah cair. Berikut perbandingan masing-masing hasil kadar limbah cair
PT. XYZ dengan standar ISO 14001, peraturan pemerintah, dan kebijakan
perusahaan.
75
7.2.1 Kadmium
Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar
limbah setiap tahunnya signifikan atau tidak. Hipotesis yang dibuat untuk
pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0
: µ > 0.05, Kadmium pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak
signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005
H1
: µ < 0.05, Kadmium pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan
terhadap standar ISO 14001 : 2005
Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini.
Gambar 15 Grafik perbandingan kadar kadmium PT. XYZ tahun 2010-2013
dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005
Dari hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas, menunjukkan
bahwa kadmium pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 seluruhnya
signifikan (S) terhadap standar ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value
(0.000) < α (5% ) serta memiliki nilai rataan dibawah batas maksimum 0.05 mg/L
(µ < 0.05) sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0. Kadar
kadmium yang signifikan pada analisis perbandingan dengan standar ISO 14001 :
2005, peraturan pemerintah dan kebijakan perusahaan mengindikasikan bahwa
kinerja lingkungan PT. XYZ dalam mematuhi standar baku mutu kadmium pada
limbah cair industri sudah dilakukan.
76
7.1.2 Timbal
Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar
timbal setiap tahunnya signifikan atau tidak. Hipotesis yang dibuat untuk
pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0
: µ > 0,1. Timbal pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak
signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005
H1
: µ < 0,1. Timbal pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan terhadap
standar ISO 14001 : 2005
Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini.
Gambar 16 Grafik perbandingan antara kadar timbal PT. XYZ tahun 2010-2013
dengan kadar timbal menurut standar ISO 14001 : 2005
Hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas menunjukkan bahwa
timbal pada tahun 2010 hingga 2012 seluruhnya signifikan (S) terhadap standar
ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value (0.000) < α (5% ) serta memiliki
nilai rataan dibawah batas maksimum 0,1 mg/L (µ < 0,1) sehingga kesimpulan
yang dapat diambil adalah tolak H0. Sementara menurut hasil uji t, kadar timbal
pada tahun 2013 tidak dapat dianalisis yang disimbolkan dengan Not Detected
(ND) karena tidak menunjukkan nilai p value. Hal ini disebabkan karena data
pengukuran timbal pada tahun 2013 memiliki nilai yang sama setiap bulannya
sehingga tidak terdapat nilai standard error terhadap pengukuran kadar timbal
tersebut. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah karena nilai rata-rata timbal
pada tahun 2013 masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan dan
77
diasumsikan signifikan terhadap standar. Kadar timbal yang signifikan pada
analisis perbandingan dengan standar ISO 14001 : 2005, peraturan pemerintah
dan kebijakan perusahaan mengindikasikan bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ
dalam mematuhi standar baku mutu timbal pada limbah cair industri sudah
dilakukan. Hasil uji t terhadap timbal tertera pada Lampiran 17.
7.2.3 Seng
Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar
seng setiap tahunnya signifikan atau tidak. Hipotesis yang dibuat untuk pengujian
ini adalah sebagai berikut:
H0
: µ > 2, seng pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak signifikan
terhadap standar ISO 14001 : 2005
H1
: µ < 2, seng pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan terhadap
standar ISO 14001 : 2005
Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini.
Kadar Seng (mg/L)
2.5
2
1.5
1
S
S
S
2010
2011
2012
S
0.5
0
2013
Batas
maksimum
Tahun
Gambar 17 Perbandingan antara kadar seng PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan
standar seng menurut ISO 14001 : 2005
Dari hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas, menunjukkan bahwa
kadar seng pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 seluruhnya signifikan (S)
terhadap standar ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value (0.000) < α (5%)
serta memiliki nilai rataan dibawah batas maksimum 2 mg/L (µ < 2) sehingga
kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0. Kadar seng yang signifikan pada
78
analisis perbandingan dengan standar ISO 14001 : 2005, peraturan pemerintah
dan kebijakan perusahaan mengindikasikan bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ
dalam mematuhi standar baku mutu seng pada limbah cair industri sudah
dilakukan.
7.2.4 Sianida (Cn)
Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar
sianida setiap tahunnya signifikan atau tidak. Hipotesis yang dibuat untuk
pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0
: µ > 0,05. Sianida pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak
signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005
H1
: µ < 0,05. Sianida pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan
terhadap standar ISO 14001 : 2005
Kadar Sianida (mg/L)
Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini.
0.05
0.045
0.04
0.035
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
S
S
S
2010
2011
S
S
2012
2013
Batas
maksimum
Tahun
Gambar 18 Grafik perbandingan antara kadar sianida PT. XYZ tahun 2010-2013
dengan kadar sianida menurut standar ISO 14001 : 2005
Dari hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas, menunjukkan bahwa
kadar sianida pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 seluruhnya signifikan
(S) terhadap standar ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value (0.000) < α
(5%) serta memiliki nilai rataan dibawah batas maksimum 0,05 mg/L (µ < 0,05)
sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0. Kadar sianida yang
signifikan pada analisis perbandingan dengan standar ISO 14001 : 2005, peraturan
79
pemerintah dan kebijakan perusahaan mengindikasikan bahwa kinerja lingkungan
PT. XYZ dalam mematuhi standar baku mutu sianida pada limbah cair industri
sudah dilakukan.
7.2.5 Nikel
Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar
nikel setiap tahunnya signifikan atau tidak terhadap standar. Hipotesis yang dibuat
untuk pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0
: µ > 0,2. Nikel pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak signifikan
terhadap standar ISO 14001 : 2005
H1
: µ < 0,2. Nikel pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan terhadap
standar ISO 14001 : 2005
Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini.
Gambar 19 Grafik perbandingan antara kadar nikel PT. XYZ tahun 2010-2013
dengan kadar sianida menurut standar ISO 14001 : 2005
Dari hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas, menunjukkan bahwa
kadar nikel pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 seluruhnya signifikan (S)
terhadap standar ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value (0.000) < α (5%)
serta memiliki nilai rataan dibawah batas maksimum 0,2 mg/L (µ < 0,2) sehingga
kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0. Kadar nikel yang signifikan pada
analisis perbandingan dengan standar ISO 14001 : 2005, peraturan pemerintah
80
dan kebijakan perusahaan mengindikasikan bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ
dalam mematuhi standar baku mutu nikel pada limbah cair industri sudah
dilakukan.
7.2.6 Logam Total
Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar
logam total setiap tahunnya signifikan atau tidak terhadap standar. Hipotesis yang
dibuat untuk pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0
: µ > 8. Logam total pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak
signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005
H1
: µ < 8. Logam total pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan
terhadap standar ISO 14001 : 2005
Kadar Logam Total (mg/L)
Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
S
S
S
S
2010
2011
2012
2013
Batas
maksimum
Tahun
Gambar 20 Grafik perbandingan antara kadar logam total PT. XYZ tahun 20102013 dengan kadar logam total menurut standar ISO 14001 : 2005
Dari hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas, menunjukkan bahwa
kadar logam total pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 seluruhnya
signifikan (S) terhadap standar ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value
(0.000) < α (5%) serta memiliki nilai rataan dibawah batas maksimum yaitu
sebesar 8 mg/L (µ < 8) sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0.
Kadar logam total yang signifikan pada analisis perbandingan dengan standar ISO
14001 : 2005, peraturan pemerintah dan kebijakan perusahaan mengindikasikan
81
bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ dalam mematuhi standar baku mutu logam
total pada limbah cair industri sudah dilakukan.
82
83
VIII ANALISIS MANFAAT EKONOMI PENERAPAN ISO 14001 PT. XYZ
Penetapan tujuan, sasaran dan program lingkungan yang sesuai dengan
kebijakan merupakan beberapa hal yang menjadi prasyarat ISO 14001 yang harus
dipenuhi oleh perusahaan. Dalam hal ini agar tujuan, sasaran, dan program yang
dibuat oleh PT. XYZ sesuai dengan kebijakan, PT. XYZ berupaya dengan
melakukan penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production). Produksi Bersih
dianggap merupakan strategi alternatif utuk menggabungkan tujuan bisnis dan
kepentingan lingkunga. Hal ini dikarenakan, dengan menerapkan produksi bersih,
PT. XYZ tidak saja melakukan upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan,
tetapi juga melakukan efisiensi SDA dengan diterapkannya prinsip-prinsip 6R
yaitu Refine, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery, dan Retrieve Energy.
Bedasarkan data yang dapat diperoleh melalui wawancara dan juga
dokumen perusahaan, Recycle dan Saving Energy merupakan dua hal yang
memungkinkan untuk diteliti lebih lanjut. Kedua hal tersebut merupakan kegiatan
penghematan yang dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan baik
dari segi ekonomi dan juga lingkungan.
8.1 Manfaat Ekonomi Penerapan Recycle terhadap Konsumsi Air Fasum
Air bersih yang dikonsumsi PT. XYZ berasal dari PDAM yang dikelola
oleh PT. PAM JAYA, Jakarta. PT. XYZ merupakan kalangan industri besar
yang termasuk dalam kategori IVB. Harga air yang diberlakukan PT. PAM JAYA
untuk kategori IV B adalah sebesar Rp 12.550/m3. Air yang dikonsumsi oleh
perusahaan dialirkan ke area pabrik (plant) dan fasilitas umum (fasum).
Air yang dikonsumsi di area fasum tidak secara penuh berasal dari air
PDAM karena air fasum diolah kembali melalui proses recycle sehingga bisa
menjadi air bersih. Recycle hanya dilakukan di area fasum saja, sedangkan air
yang masuk dalam area pabrik setelah digunakan untuk produksi kemudian
dialirkan ke WWT untuk diproses dan langsung dibuang ke lingkungan tanpa
melebihi baku mutu limbah cair industri yang telah ditetapkan. Berikut Tabel
yang menjabarkan banyaknya konsumsi air di area pabrik dan fasum serta
banyaknya air fasum yang didaur ulang.
84
Tabel 10 Jumlah air yang dikonsumsi dan air recycle PT. XYZ tahun 2010-2013
Tahun
Banyaknya Air Fasum
PDAM (m3)
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
16.377
12.937
77.791
22.513
32.405
Banyaknya Air Fasum Recycle
(m3)
10.572
32.811
34.601
31.035
27.255
Sumber: Data sekunder (diolah), 2013
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa konsumsi air PDAM di area fasum
rata-rata mencapai 32.405 m3 tiap tahunnya sedangkan rata-rata banyaknya air
recycle yang digunakan mencapai 27.255 m3 per tahun. Di area fasum, air bersih
yang digunakan diprioritaskan untuk kebersihan lingkungan, kesehatan karyawan,
dan untuk perawatan keindahan lingkungan. Banyaknya air fasum recycle yang
dapat diolah memiliki data meteran yang berbeda-beda tiap bulannya tergantung
kemampuan air tersebut untuk bisa mencapai standar air bersih. Perbedaan dari
tiap jumlah air fasum yang direcycle disebabkan karena cuaca yang tidak menentu
dan lokasi perusahaan yang berada di kawasan yang rawan banjir sehingga air
yang mengalir ke perusahaan menjadi terkontaminasi akibat banjir dan
mengurangi jumlah air yang dapat direcycle. Perbandingan antara total konsumsi
air dan banyaknya air recycle merupakan nilai efisiensi air yang bisa didapatkan
oleh perusahaan.
Biaya yang diperlukan untuk mengolah air daur ulang (recycle) hingga
menjadi air bersih yaitu sebesar Rp 10.000/m3. Harga air bersih dari pengolahan
tersebut lebih murah jika dibandingkan dengan harga air bersih dari PDAM
sebesar Rp 12.550/m3. Selisih antara harga air PDAM dengan harga air olahan
menjadi suatu penghematan yang berdampak positif secara ekonomi dan
lingkungan bagi PT. XYZ yang dapat mengurangi biaya konsumsi air bersih.
Tabel 11 berikut menunjukkan estimasi seberapa besar nilai ekonomi dari
penghematan air melalui recycle.
85
Tabel 11 Estimasi perbandingan antara biaya konsumsi air tanpa recycle dan
dengan recycle
Tahun
Biaya Air
Recycle (Rp)
Biaya Konsumsi Air Fasum
(Rp)
Dengan
Tanpa Recycle
Recycle
Penghematan
Biaya Air
Fasum (Rp)
Persentase
penghematan
biaya(%)
2010
105.720.000
338.209.950
311.251.350
26.958.600
7,97
2011
328.110.000
574.138.655
490.470.605
83.668.050
14,57
2012
346.010.000
1.410,519.600
1.322.287.050
88.232.550
6,26
2013
310.350.000
672.027.400
592.888.150
79.139.250
11,78
Rerata
272.547.500
748.723.901
679.224.289
69.499.613
10,14
Tabel 11 menunjukkan bahwa penghematan biaya konsumsi air fasum dari
tahun 2010 sampai dengan 2013 mengalami peningkatan atau penurunan setiap
tahunnya. Jika seluruh air bersih yang dikonsumsi di area fasum berasal dari
PDAM tanpa adanya recycle maka estimasi biaya rata-rata yang harus dikeluarkan
oleh PT. XYZ tiap tahunnya untuk konsumsi air fasum adalah sebesar Rp
748.723.901,-. Sementara apabila air yang dikonsumsi di area fasum sebagian
berasal dari proses recycle, biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. XYZ untuk
konsumsi air fasum rata-rata sebesar Rp 679.224.289,-. Penerapan recycle yang
telah dilakukan PT. XYZ terhadap air fasum dari tahun 2010 sampai dengan 2013
ternyata menimbulkan adanya penghematan biaya dengan rataan sebesar Rp
69.499.613,- per tahun. Efisiensi biaya yang dapat diperoleh PT. XYZ dengan
melakukan recycle yaitu sebesar 10,14% lebih murah dibandingkan biaya yang
harus dikeluarkan untuk konsumsi air fasum tanpa melakukan recycle. Besarnya
biaya konsumsi air fasum dan penghematannya juga digambarkan melalui
Gambar 21 berikut.
86
1,600,000,000
1,400,000,000
Biaya (Rp)
1,200,000,000
1,000,000,000
800,000,000
600,000,000
400,000,000
200,000,000
Tanpa recycle
2010
338,209,95
2011
574,138,65
2012
1,410,519,
2013
672,027,40
Dengan Recycle
311,251,35
490,470,60
1,322,287,
592,888,15
Penghematan biaya
26,958,600
83,668,050
88,232,550
79,139,250
Gambar 21
Grafik estimasi biaya konsumsi air fasum PT. XYZ dan
penghematannya
8.2 Manfaat Ekonomi Program Saving Energy
Adanya program lingkungan merupakan salah satu dari beberapa syarat ISO
14001 yang harus dipenuhi oleh perusahaan. PT. XYZ telah merancang banyak
program yang menyangkut lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja.
Program-program tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan target, batas waktu
pelaksanaan program dan upayanya dalam rangka melindungi lingkungan dan
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.
Saving Energy adalah salah satu program lingkungan yang dirancang PT.
XYZ dan sudah berjalan sejak tahun 2012. Program ini berlaku untuk jam kerja
shift dua dan dibuat dengan target mengurangi pemakaian energi listrik sebesar
1000 kwH per harinya. Pencapaian target tersebut diusahakan dengan cara
memadamkan lampu dan juga Air Conditioner (AC) pada saat jam istirahat yaitu
pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 sehingga tidak ada biaya yang harus
87
dikeluarkan oleh PT. XYZ untuk program ini. Berikut Tabel yang menjabarkan
pemakaian energi per hari di PT. XYZ tahun 2012 dan 2013.
Tabel 12 Pemakaian energi listrik tahun 2012 dan 2013 di PT. XYZ sebelum dan
setelah program Saving Energy.
Pemakaian Energi Listrik per hari
(kwH/hari)
Sebelum Program
Setelah Program
Penghematan listrik (kwH/hari)
Target Penurunan (kwH)
Keuntungan (Rp/hari)
Keberhasilan Program
Tahun
2012
116.740
110.730
6.010
1.000
3.096.500
Tercapai
2013
116.740
110.070
6.670
3.000
4.985.825
Tercapai
Sumber: Data sekunder (diolah), 2013
Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa program Saving Energy yang
dijalankan oleh PT. XYZ berhasil mencapai target penurunannya dan melebihi
jumlah yang ditetapkan. Selain itu program ini juga memberikan dampak yang
positif secara ekonomi berupa penghematan biaya listrik. Estimasi keuntungan
penghematan listrik yang diperoleh PT. XYZ dengan menerapkan program Saving
Energy adalah sebesar Rp 3.096.500/hari pada tahun 2012 sedangkan pada tahun
2013, keuntungan tersebut meningkat menjadi Rp 4.985.825/hari.
Program ini dinilai efektif karena pemadaman lampu dan AC saat jam
istirahat masih dilakukan sampai sekarang. Jumlah penurunan daya listrik
dipengaruhi oleh lamanya pemakaian listrik yang tidak menentu. Demi
meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan pemakaian sumber daya
sebaik mungkin, masih perlu dilakukan sosialisasi kepada karyawan mengenai
pentingnya program Saving Energy ini. Dengan demikian, melalui program
Saving Energy, PT. XYZ tidak hanya memberikan pengaruh yang baik terhadap
perbaikan lingkungan tetapi juga mendapatkan dampak yang positif dari segi
ekonomi perusahaan.
89
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) di PT. XYZ berjalan dengan efektif.
Hal tersebut terbukti dengan perolehaan nilai kinerja lingkungan (Y)
berdasarkan kondisi SML PT. XYZ yaitu sebesar 4 serta adanya kesesuaian
antara SML yang diterapkan PT.XYZ dengan prosedur persyaratan ISO
14001. Dengan demikian, kesimpulan dari nilai tersebut membawa PT. XYZ
ke dalam kategori kinerja lingkungan yang sangat baik dan PT.XYZ telah
memenuhi seluruh persyaratan ISO 14001.
2. Kinerja lingkungan yang baik sesuai standar SML ISO 14001 menjadikan
PT.XYZ patuh terhadap peraturan yang ditetapkan mengenai baku mutu
limbah cair industri sehingga memberikan dampak positif terhadap upaya
perlindungan lingkungan. Hal tersebut telah terbukti karena pengukuran
kadar kadmium, timbal, seng, sianida, nikel, dan logam total dari tahun 2010
sampai dengan 2013 dapat dikendalikan dan tidak melebihi baku mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah.
3. Penerapan ISO 14001 di PT.XYZ juga memberikan dampak positif dari sisi
ekonomi berupa penghematan biaya konsumsi air bersih dan juga energi
listrik. Estimasi penghematan biaya tersebut yaitu sebesar:

Recycle air di area fasum = Rp. 69.499.613/tahun, dan

Saving Energy = Rp. 3.096.500/hari (2012) dan Rp. 4.985.825/hari
(2013)
Maka dari itu, penerapan recycle merupakan program yang efektif, dan dapat
menciptakan suatu nilai efisiensi terhadap sumber daya air dan juga listrik.
7.2 Saran
Saran yang dapat dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Rekaman maupun dokumentasi milik perusahaan yang berkaitan dengan
SML ISO 14001 sebaiknya tidak dimusnahkan meskipun melebihi jangka
90
waktu 3 tahun. Diperlukan adanya tempat khusus yang berguna untuk
menyiman dokumen yang sudah melewati jangka waktu 3 tahun. Dengan
begitu, dapat dilakukan evaluasi yang juga melibatkan kondisi pada waktuwaktu sebelumnya sehingga hasil dari keberhasilan penerapan ISO 14001
lebih terlihat dan signifikan.
2. Sebaiknya peralatan yang digunakan untuk mengukur kadar limbah
diperbaiki atau diperbaharui agar kalibrasi alat pengukur selalu tepat. Hal ini
dikarenakan ada beberapa parameter yang hasil analisa laboratoriumnya tidak
dapat terdeteksi.
3. Agar lebih meningkatkan kepedulian karyawan terhadap lingkungan, perlu
dilakukan sosialisasi yang terus-menerus mengenai program-program
lingkungan yang diterapkan melalui penambahan jadwal pelatihan dan
evaluasi kepada karyawan.
91
DAFTAR PUSTAKA
Baku Mutu Limbah Cair Industri Pelapisan Logam : Surat Keputusan Gubernur
DKI No. 582 Tahun 1995. Jakarta
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. BPS.
Jakarta
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 19-14001-2005. BSN. Jakarta
Hadiwiardjo BH. 1997. ISO 14001 Panduan Penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Kumar M. 1999. Kinerja Lingkungan Perusahaan Yang Telah Dan Belum
Menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 (Studi Kasus Pada
Perusahaan Tekstil di Jawa Barat). Tesis. Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Kusumawardhani Y. 2012. Kajian Peran Karyawan Tehadap Kinerja Lingkungan
Dalam Perspektif Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001:2004 (Studi Kasus: PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk). Skripsi.
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Kristanto P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta (ID): Andi
Lestari F. 2004. Efektivitas Dan Efisiensi Pengelolaan Kualitas Pada Industri
Semen Pasca Studi AMDAL Dan Sertifikasi ISO 14001 (Studi Kasus PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Citeureup, Bogor Jawa Barat). Tesis..
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut
Pertanian Bogor
Maninggarjati ER. 2012. Analisis Selisih Biaya Standar Produk Pintu Pada
Moulding Ryan Samarinda Bulan April 2010. Jurnal Eksis, Vol. 8, No.1, ,
Mar 2012: 2001-2181. Eksis Riset
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi 5. BPKE UGM. Yogyakarta
Riduwan dan Akdon. 2010. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Alfabeta.
Jakarta
Sarwono J. 2008. Statistik Itu Mudah : Panduan Lengkap untuk Belajar
Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Andi. Yogyakarta
Syadullah M. 2010. Menuju Green Economy. Ekonisia. Yogyakarta.
92
Sutrisno D. 2000. Baku Mutu Limbah Luaran (Cair, Padat, dan Gas) Industri dan
Pertambangan. Pustaka Deptan. Jawa Tengah
Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No 32 Tahun
2009
Zuhriyah RF. 2002. Kajian manfaat Penerapan item Manajemen Lingkungan ISO
14001 Pada Industri Penyamakan Kulit: (Studi Kasus di Industri
Penyamakan Kulit PT Surya Puspita, Jawa Barat). Skripsi. Program Studi
Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR ISTILAH
Abu blasting : abu yang berasal dari adanya kegiatan pembakaran
Abu casting : abu yang berasal dari bagian produksi percetakan mesin sepeda
motor (die casting)
Coolant : air yang digunakan sebagai pendingin dalam proses produksi sepeda
motor
Forklift : mesin yang digunakan untuk mengangkut barang
Incenerator : alat yang digunakan untuk membakar limbah
PIC : Person In Charge; seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam bidang
tertentu
Saving energy : kegiatan penghematan listrik
SNI 19-14001-2005 : standar yang mengatur sistem manajemen lingkungan yang
berlaku secara nasional di Indonesia dan mengacu pada
standar internasional ISO 14001.
Waste Water Treatment : Instalasi pengolahan limbah cair indutri; aktivitas
industri
dalam
mengolah
limbah
cair
yang
dihasilkan dari kegiatan produksi sebelum dibuang
ke lingkungan.
95
LAMPIRAN
96
97
Lampiran 1 Kuesioner Periksa Kondisi SML ISO 14001 PT.XYZ
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
Jalan Kamper Level Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
Telp. (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762
KUESIONER PERIKSA KONDISI SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN ISO 14001 PT. ASTRA HONDA MOTOR (Plant 2)
No. : ...............
Hari/Tanggal
: ......................................................
Nama
: ......................................................
Jabatan
: …………………………………..
Contact Person : …………………………………..
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan SKRIPSI yang berjudul ANALISIS EFEKTIVITAS
PENERAPAN
SISTEM
MANAJEMEN
LINGKUNGAN
ISO
14001
DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PENGHEMATAN BIAYA KONSUMSI AIR DAN
LISTRIK DI PT.XYZ, JAKARTA UTARA yang dilakukan oleh saya VERRY
KERSANING
ROBBI
(H44090054).
Saya
mohon
dengan
hormat
partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berkenan mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga
dapat memberikan data yang objektif. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan dijamin
kerahasiaannya dan tidak untuk dipublikasikan. Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara/i saya
ucapkan terima kasih.
Petunjuk : Pertanyaan berikut mengevaluasi 16 persyaratan sistem manajemen lingkungan.
Untuk setiap persyaratan, Anda akan menjumpai pertanyaan untuk dinilai dengan SKOR dari 0
sampai dengan 4 , dengan mengikuti kriteria berikut:
0 = Tidak, perusahaan belum melaksanakan kegiatan ke arah ini
1 = Tidak, tetapi perusahaan ingin menerapkannya
2 = Ya, perusahaan sudah menerapkan tetapi masih perlu penyempurnaan untuk memenuhi
standar
3 = Ya, perusahaan sudah menerapkan sesuai dengan standar
4 = Ya, perusahaan sudah menerapkan dengan baik dan bisa sebagai contoh bagi perusahaan
lain
98
A. PRINSIP 1 – KOMITMEN DAN KEBIJAKAN LINGKUNGAN
NO.
PERTANYAAN BERDASARKAN VARIABEL/KLAUSAL
1.0
1.1
KEBIJAKAN LINGKUNGAN
Apakah ada kebijakan lingkungan sudah secara jelas diuraikan,
disebarluaskan serta diterapkan kepada semua karyawan?
1.2
Apakah kebijakan lingkungan perusahaan meliputi komitmen
pimpinan puncak untuk selalu melakukan pencegahan terhadap
pencemaran?
Apakah kebijakan lingkungan perusahaan meliputi komitmen
pimpinan puncak untuk selalu memenuhi peraturan perundangundangan lingkungan yang berlaku?
Apakah kebijakan lingkungan perusahaan meliputi komitmen
pimpinan puncak perusahaan untuk selalu memenuhi semua
persyaratan lingkungan lainnya yang biasa dilakukan oleh
perusahaan?
Apakah kebijakan lingkungan perusahaan memberikan kerangka
dasar secara lengkap untuk membuat dan mengkaji tujuan dan
sasaran lingkungan?
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
SKOR
Apakah kebijakan lingkungan sudah tertulis dan didokumentasikan?
Apakah kebijakan lingkungan mencerminkan komitmen terhadap
penyempurnaan berkelanjutan dari kinerja lingkungan perusahaan?
B. PRINSIP 2 - PERENCANAAN
NO.
2.0
2.1
2.2
2.3
2.4
3.0
3.1
PERTANYAAN BERDASARKAN SUB KLAUSAL
PERSYARATAN PERUNDANGAN DAN PERUSAHAAN
Apakah ada dokumentasi persyaratan perundang-undangan yang terkait
dengan operasi pabrik dan ada prosedur untuk memperoleh/menilai atau
mengembangkan informasi tentang persyaratan hukum tentang
lingkungan dan perusahaan?
Apakah perusahaan menyimpan dokumentasi secara sistematik dan
selalu memutakhirkannya?
Apakah terdapat prosedur untuk menjamin komunikasi persyaratan
hukum/perusahaan dengan para karyawan?
Apakah ada prosedur, praktek, dan panduan yang memungkinkan untuk
selalu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, komitmen
sukarela, dan standar industri yang diterapkan?
ASPEK LINGKUNGAN
3.2
Apakah perusahaan memiliki metode untuk mengidentifikasi dan
memprioritaskan aspek-aspek lingkungan yang sangat berarti?
Apakah ada prosedur dan/atau matriks yang mengidentifikasi aspek
lingkungan, termasuk pemutakhiran dan relevansinya terhadap kegiatan,
prouk atau jasanya?
4.0
TUJUAN DAN SASARAN
4.1
Apakah tujuan dan sasaran perusahaan sudah dibuat berdasarkan pada
kebijakan lingkungan?
Apakah tujuan dan sasaran perusahaan mencerminkan aspek-aspek
lingkungan dan dampak lingkungan terkait yang sudah diidentifikasi?
Apakah berdasarkan kebijakan lingkungan dan aspek lingkungan yang
kritis, perusahaan membuat tujuan dan sasaran untuk setiap bagian dan
tingkat yang relevan di dalam perusahaan?
4.2
4.3
SKOR
99
4.4
4.5
4.6
5.0
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12
Apakah dalam penyusunan tujuan dan sasaran, hal-hal berikut ini
menjadi bahan pertimbangan: aspek lingkungan penting, peraturan
perundang-undangan dan lainnya, pilihan teknologi, dana, persyaratan
operasional dan bisnis, pandangan dari pihak terkait?
Apakah tujuan dan sasaran perusahaan Anda mencerminkan aspek
lingkungan dan dampak lingkungan terkait yang sudah diidentifikasi?
Apakah terdapat kegiatan yang didokumentasikan yang berkaitan
dengan tujuan dan sasaran lingkungan?
PROGRAM MANAJEMEN LINGKUNGAN
Apakah perusahaan Anda sudah menjabarkan program manajemen
lingkungan berdasarkan tujuan dan sasaran yang sudah dibuat dan
diturunkan dari kebijakan lingkungan?
Apakah program manajemen lingkungan memasukkan pula situasisituasi lainnya, risiko lingkungan, dan rencana keadaan darurat yang
terkait?
Apakah ada prosedur di dalam program manajemen lingkungan untuk
memeriksa dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan?
Apakah terdapat dokumentasi yang terkait dengan laporan internal,
memo, notulen rapat, dan dokumentasi lainnya yang terkait dengan
perencanaan, tujuan dan sasaran, program lingkungan, dan unsur lain
manajemen lingkungan?
Apakah terdapat dokumentasi program yang meliputi proyek, sumber
daya, dan perencanaan bagian lainnya dari program lingkungan?
Apakah ada prosedur, praktek, matriks, dan dokumentasi perencanaan
lainnya untuk mengalokasikan personel, anggaran, dan sumberdaya
lainnya?
Apakah perusahaan telah menerapkan program manajemen mutu udara,
termasuk pemantauan daerah pengaruhnya?
Apakah perusahaan mengelola mutu air dan apakah hasil pemantauan
berkala buangan limbah dan badan penerima sesuai dengan standar
wajib yang berlaku?
Apakah perusahaan tetap mempertahankan catatan limbahnya secara
lengkap dan mutakhir yang merupakan sasaran perusahaan untuk
mengurangi, menggunakan, mendaur ulang limbah bila mungkin?
Apakah catatan bahan-bahan berbahaya milik perusahaan secara berkala
dimutakhirkan meliputi cara –cara penanganan, penyimpanan,
pengangkutan sesuai dengan persyaratan perundang-undangan tertentu
serta karyawan dilatih untuk memperhatkan hal ini?
Apakah program manajemen lingkungan berlaku terhadap
pengembangan baru, kegiatan, produk, atau jasa baru atau yang
dimodifikasi, bila sesuai?
Apakah operasi dan kegiatan yang berkaitan dengan dampak lingkungan
penting dan yang berada dalam lingkup kebijakan, tujuan dan sasaran
lingkungan telah diidentifikasi?
C. PRINSIP 3 – PENERAPAN
NO.
6.0
6.1
6.2
PERTANYAAN BERDASARKAN VARIABEL/KLAUSAL
STRUKTUR ORGANISASI DAN TANGGUNG JAWAB
Apakah program manajemen lingkungan perusahaan menyebutkan
tanggung jawab, memadukannya dengan fungsi-fungsi karyawan
(uraian tugas), dan apakah hal ini membuat standar kinerja bagi
masing-masing fungsi dalam kaitannya dengan manajemen
lingkungan?
Apakah perusahaan menugasi karyawannya dengan tanggung jawab
SKOR
100
6.3
6.4
7.0
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
8.0
8.1
8.2
8.3
8.4
9.0
9.1
9.2
9.3
9.4
10.0
10.1
10.2
10.3
10.4
10.5
lingkungan dan evaluasi kinerja managernya mencakup pula
persyaratan mutu lingkungan?
Apakah pimpinan puncak perusahaan sudah menunjuk perwakilan
manajemen yang mempunyai peranan, tanggung jawab dan
kewenangan khusus untuk membuat, menerapkan, dan memelihara
SML?
Apakah perwakilan manajemen melaporkan kinerja sistem manajemen
lingkungan secara berkala kepada manajemen puncak untuk dikaji dan
sebagai dasar dari penyempurnaan berkelanjutan?
KESADARAN, KEPEDULIAN DAN PELATIHAN
Apakah ada rencana pengembangan tenaga kerja yang terkait dengan
masalah lingkungan?
Apakah program pelatihan dipenuhi dan dievaluasi?
Apakah terdapat pencatatan untuk setiap pelatihan?
Apakah ada rekaman pelatihan, uraian pengalaman kerja karyawan,
dan dokumentasi lainnya tentang kesadaran, kepedulian lingkungan,
dan kompetisi karyawan?
Apakah perusahaan mengidentifikasi dan memberikan pelatihan
kualifikasi karyawan yang baru saja diberi tugas tentang manajemen
lingkungan (operasi, kesesuaian, audit, risiko)?
Apakah perusahaan mempertahankan program pelatihan tentang
masalah lingkungan kepada kontraktor?
Apakah personel yang melaksanakan tugas yang dapat menyebabkan
dampak lingkungan, cukup berwenang melaksanakan tugas,
berdasarkan pendidikan, pelatihan atau pengalaman?
KOMUNIKASI
Apakah ada prosedur internal yang spesifik mengatur proses
komunikasi dengan masyarakat, pelanggan, pemasok, dan lembaga
Pemerintah tentang lingkungan perusahaan?
Apakah cara untuk mengkomunikasikan informasi ke badan eksternal
tentang aspek penting lingkungan telah dipertimbangkan dengan
masak dan didokumentasikan?
Apakah komunikasi ini terdokumentasi?
Apakah ada laporan lingkungan tahunan, laporan kepada pemegang
saham, komunikasi dengan pihak terkait, dan bukti komunikasi lainnya
dengan pihak terkait lainnya?
DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN
Apakah ada persyaratan lingkungan perusahaan yang dimasukkan ke
dalam panduan?
Apakah prosedur operasional baku didokumentasikan dan selalu
dimutakhirkan?
Apakah ada rekaman pengkajian dan revisi dokumen?
Apakah informasi yang memberikan arah ke dokumentasi yang terkait
telah dibuat dan dipelihara?
PENGENDALIAN DOKUMEN
Apakah ada bagan alir, matriks atau rekaman lain yang
mengidentifikasi operasi dan kegiatan?
Apakah terdapat prosedur untuk mengendalikan semua informasi
lingkungan?
Apakah semua dokumen dikendalikan dan ditandatangani oleh
personel yang bertanggung jawab?
Apakah semua dokumen diperoleh dan selalu tersedia?
Apakah terdapat prosedur dan instruksi khusus untuk mengendalikan
semua dokumen dan selalu mudah diperoleh untuk dipakai sebagai
101
10.6
10.7
10.8
10.9
10.10
11.0
11.1
11.2
11.3
11.4
11.5
12.0
12.1
12.2
12.3
12.4
12.5
12.6
12.7
panduan?
Apakah prosedur pengendalian dokumen dikaji, direvisi bila perlu
secara berkala, dan disetujui oleh personel yang berwenang?
Apakah dokumen versi terakhir yang relevan selalu mudah diperoleh
di tempat yang tepat agar pelaksanaan SML dapat berjalan efektif?
Apakah dokumen kadaluwarsa dengan cepat segera dipindahkan dari
semua daerah yang menggunakan dokumen ini?
Apakah dokumen kadaluwarsa disimpan di tempat yang disediakan
untuk itu, untuk keperluan legal, dan diberi tanda bahwa dokumen ini
sudah kadaluwarsa?
Apakah terdapat prosedur dan tanggung jawab untuk membuat dan
memodifikasi dokumen yang terkait?
PENGENDALIAN OPERASI
Apakah terdapat bagan alir yang melukiskan kegiatan dan aspek serta
dampak lingkungan yang terkait?
Apakah ada prosedur untuk inspeksi, pemeliharaan, dan kalibrasi
peralatan yang berkaitan dengan pengendalian lingkungan yang kritis?
Apakah terdapat prosedur dan instruksi khusus untuk semua proses
kegiatan dan tugas yang berkaitan dengan hal yang kritis terhap
lingkungan?
Apakah terdapat prosedur yang berkaitan dengan aspek lingkungan
yang berarti dari barang atau jasa dari pemasok atau kontraktor, dan
prosedur serta persyaratan ini telah dikomunikasikan kepada mereka?
Apakah rekaman lingkungan meliputi rekaman pelatihan, rekaman
hasil audit, rekaman kajian manajemen, yang mudah dicari dan
dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan menunjukkan
kesesuaiannya dengan standar?
TINDAKAN DARURAT
Apakah terdapat prosedur untuk mengidentifikasi, mencegah,
menyelidiki dan bertindak dalam hal terjadi situasi darurat?
Apakah terdapat perencanaan, program, dan prosedur untuk mencegah
dan mengurangi atau meminimumkan akibat dalam situasi darurat?
Apakah ada perencanaan, tanggapan, dan prosedur peredaan keadaan
darurat?
Apakah perencanaan tersebut direvisi secara berkala? Apakah ada
rekaman perubahan prosedur keadaan darurat?
Apakah resiko lingkungan di dalam perusahaan sudah dipetakan?
Apakah ada rekaman peristiwa, tindakan tanggapan atas keadaan
darurat dan tindakan koreksinya?
Apakah para karyawan dilatih untuk dalam meghadapi situasi darurat?
Apakah ada rekaman pelatihan keadaan darurat?
D. PRINSIP 4 – PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN KOREKSI
NO.
13.0
13.1
13.2
13.3
PERTANYAAN BERDASARKAN VARIABEL DAN SUB
KLAUSAL
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Apakah perusahaan membuat dan mempertahankan prosedur untuk
melakukan pemantauan dan pengukuran secara berkala karakteristik
kunci operasi dan kegiatan yang dapat memiliki dampak penting pada
lingkungan?
Apakah pemantauan dan pengukuran meliputi informasi perekaman
untuk menjejaki kinerja, pengendalian operasi yang relevan dan
kesesuaiannya dengan tujuan dan sasaran?
Apakah perusahaan melakukan pengukuran dan pemantauan berkala
SKOR
102
13.4
13.5
13.6
13.7
13.8
14.0
14.1
14.2
14.3
14.4
14.5
14.6
14.7
14.8
14.9
14.10
14.11
15.0
15.1
15.2
15.3
15.4
15.5
15.6
atas kinerja lingkungannya agar dapat melakukan tindakan koreksi dan
pencegahan yang diperlukan untuk menyempurnakan hasilnya secara
berkelanjutan?
Apakah perusahaan memiliki dan mempertahankan prosedur untuk
mengevaluasi secara berkala kesesuaian dengan peraturan perundangundangan lingkungan yang relevan yang berlaku?
Apakah terdapat prosedur untuk inspeksi, pemeliharaan, dan kalibrasi
peralatan pemantauan?
Apakah terdapat dokumentasi atas pengambilan contoh dan metode
analisa laboratorium?
Apakah terdapat daftar laboratorium yang sudah diakreditasi untuk
menganalisa hasil pengambilan contoh?
Apakah terdapat daftar laboratorium kalibrasi yang sudah diakreditasi
yang mampu mengkalibrasi peralatan yang dimiliki perusahaan?
KETIDAKSESUAIAN, TINDAKAN KOREKSI DAN
PENCEGAHAN
Apakah terdapat prosedur tertulis untuk mengidentifikasi, menyelidiki,
menentukan, dan mengoreksi ketidaksesuaian tentang SML dan kinerja
lingkungan?
Apakah ada personel yang ditugasi bertanggung jawab untuk
mengamati, mendokumentasi, mengkomunikasikan, dan mengoreksi
ketidaksesuaian?
Apakah perusahaan memiliki dan mempertahankan prosedur untuk
mengambil tindakan untuk mengurangi dampak yang disebabkan
ketidaksesuaian dan untuk memulai tindakan koreksi dan pencegahan?
Apakah tanggung jawab dan kewenangan untuk menangani dan
menyelidiki ketidaksesuaian telah ditetapkan?
Bila dijumpai ketidaksesuaian, apakah penyebab utamanya dianalisis?
Apakah data-data ini digunakan untuk menentukan tindakan koreksi?
Apakah ada dokumentasi tindakan koreksi?
Apakah ada prosedur untuk mengidentifikasi sebab-sebab utama
ketidaksesuaian?
Apakah ada komunikasi dengan karyawan tentang ketidaksesuaian
SML?
Apakah setiap tindakan koreksi dan pencegahan sesuai dengan
besarnya dampak lingkungan yang sebenarnya atau yang berpotensi
untuk terjadi dari ketidaksesuaian?
Apakah ada rekaman perubahan operasi sebagai hasil dari temuan
ketidaksesuaian SML?
Apakah perusahaan melakukan asesmen atas kinerja lingkungan, dan
hasilnya didokumentasikan?
AUDIT SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN
Apakah ada prosedur untuk program audit?
Apakah audit menentukan SML memenuhi persyaratan internal
manajemen lingkungan, termasuk kesesuaian dengan standar?
Apakah audit sistem manajemen lingkungan mencakup penilaian
kesesuaian dan manajemen?
Apakah audit sistem manajemen lingkungan menilai persyaratan
hukum dan praktek manajemen lingkungan yang baik?
Apakah hasil-hasil audit didokumentasikan dan dikomunikasikan ke
manajemen puncak perusahaan?
Apakah ada perencanaan tindakan koreksi yang didasarkan pada hasilhasil audit sistem manajemen lingkungan?
103
E. PRINSIP 5 – PENGKAJIAN MANAJEMEN
16.0
16.1
16.2
16.3
16.4
16.5
16.6
16.7
16.9
16.8
PENGKAJIAN DAN PENYEMPURNAAN
Apakah perusahaan secara berskala mengkaji SML untuk menjamin
kesesuaiannya, kecukupannya, dan keefektifannya?
Apakah perusahaan mengumpulkan informasi yang penting dan
menyediakan informasi tersebut untuk memungkinkan manajemen
melakukan evaluasi?
Sesudah audit sistem manajemen lingkungan, apakah program
manajemen lingkungan direvisi?
Apakah ada laporan kepada manajemen tentang SML?
Apakah ada dokumen yang dikaji oleh manajemen untuk menjamn
keefektifan dan kesesuaian SML?
Apakah ada rekaman keputusan manajemen tentang SML sesudah
pengkajian manajemen?
Apakah rekomendasi manajemen sebagai hasil pengkajian manajemen
dijalankan oleh perusahaan dengan melakukan penyempurnaan SML?
Apakah ada dokumentasi perubahan SML dari rekomendasi manajemen
sebagai hasil pengkajian manajemen?
Apakah perusahaan secara berkala merevisi kebijakan, tujuan dan
sasaran lingkungannya, berdasarkan hasil pengukuran, pemantauan, dan
asesmen lingkungan?
Terima Kasih atas Partisipasi dan Kerjasama yang Diberikan
104
Lampiran 2 Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 PT. XYZ
105
Lampiran 3 Data Kadar Kadmium PT.XYZ tahun 2010-2013
Bulan/Tahun
2010
2011
2012
2013
Januari
0.015
0.006
0.006
0.01
Februari
0.01
0.018
0.009
0.009
Maret
0.003
0.0059
0.044
0.009
April
0.021
0.01
0.009
0.009
Mei
0.0059
0.0059
0.009
0.009
Juni
0.015
0.013
0.009
-
Juli
0.0059
-
0.009
-
0.023
0.011
0.009
-
0.01
0.006
0.009
-
Oktober
0.0059
0.016
0.016
-
November
0.0059
0.009
0.02
-
Desember
0.011
0.007
0.009
-
0.01097
0.0098
0.01317
0.0092
Agustus
September
Rata-rata
Lampiran 4 Data kadar Timbal PT.XYZ tahun 2010-2013
Bulan/Tahun
2010
2011
2012
2013
Januari
0.06
0.03
0.07
0.048
Februari
0.02
0.06
-
0.048
Maret
0.0029
0.06
0.09
0.048
April
0.021
0.01
0.03
0.048
Mei
0.039
0.03
0.048
0.048
Juni
0.02
0.06
0.048
Juli
0.05
-
0.048
-
0.02
0.048
September
0.05
-
0.048
Oktober
0.06
0.04
0.006
November
0.06
0.02
0.049
Desember
0.08
0.09
0.049
Rata-rata
0.04208
0.042
0.04855
Agustus
0.048
106
Lampiran 5 Data kadar Seng PT.XYZ tahun 2010-2013
Bulan/Tahun
2010
2011
2012
2013
Januari
0.73
0.06
0.61
0.16
Februari
0.12
0.04
0.04
0.06
Maret
0.07
0.07
0.23
0.11
April
0.1
0.05
0.05
0.06
Mei
0.13
0.07
0.12
0.05
Juni
0.07
0.15
0.05
-
Juli
0.06
0.07
0.08
-
Agustus
0.07
0.75
0.05
-
September
0.05
0.11
0.09
-
Oktober
0.1
0.09
0.07
-
November
0.1
0.1
0.03
-
Desember
0.08
0.19
0.06
-
0.14
0.14583
0.12333
0.088
Rata-rata
Lampiran 6 Data kadar sianida PT.XYZ tahun 2010-2013
Bulan/Tahun
2010
2011
2012
2013
Januari
0.002
0.001
-
0.009
Februari
0.001
-
-
0.009
0.00049
0.002
0.002
0.009
April
-
-
0.009
0.009
Mei
-
-
0.009
0.009
Juni
0.001
0.001
0.009
-
Juli
-
-
0.009
-
Agustus
-
-
0.009
-
September
-
-
0.009
-
Oktober
-
0.001
0.009
-
November
-
-
0.009
-
Desember
0.001
-
0.009
-
0.001098
0.00125
0.0083
0.009
Maret
Rata-rata
107
Lampiran 7 Data kadar Nikel PT.XYZ tahun 2010-2013
Bulan/Tahun
2010
2011
2012
2013
Januari
0.07
0.05
0.03
0.03
Februari
0.06
0.009
0.04
0.02
Maret
0.03
0.07
0.04
0.02
April
0.07
0.08
0.02
0.02
Mei
0.18
0.06
0.11
0.04
Juni
0.06
0.05
0.05
-
Juli
0.03
0.05
0.02
-
Agustus
0.04
0.06
0.02
-
September
0.07
0.05
0.02
-
Oktober
0.04
0.09
0.03
-
November
0.04
0.06
0.02
-
Desember
Rata-rata
0.03
0.06
0.01
0.05325
0.04
0.036667
0.026
Lampiran 8 Data kadar logam total PT.XYZ tahun 2010-2013
Bulan/Tahun
2010
2011
2012
2013
Januari
1.37
0.56
1.01
0.26
Februari
0.5
0.39
0.36
0.22
Maret
0.31
0.34
0.64
0.3
April
0.36
0.34
0.13
0.1
Mei
3.22
0.25
0.731
0.44
Juni
0.31
0.55
0.644
-
Juli
0.28
1.17
0.199
-
Agustus
0.35
1.05
0.118
-
September
0.33
0.47
0.433
-
Oktober
0.45
0.8
0.405
-
November
0.45
0.43
0.314
-
0.6
0.71083
0.81
0.59667
0.319
0.44192
0.264
Desember
Rata-rata
108
Lampiran 9 Hasil ANOVA uji logam kadmium, timbal, seng, sianida, nikel,
dan logam total
ANOVA
Sum of
Squares
KADMIUM
TIMBAL
SIANIDA
SENG
NIKEL
Mean Square
Between Groups
.000
3
.000
Within Groups
.002
36
.000
Total
.002
39
Between Groups
.000
3
.000
Within Groups
.015
33
.000
Total
.016
36
Between Groups
.000
3
.000
Within Groups
.000
20
.000
Total
.000
23
Between Groups
.014
3
.005
Within Groups
1.103
37
.030
Total
1.117
40
Between Groups
.006
3
.002
Within Groups
.032
37
.001
Total
.038
40
.884
3
.295
9.640
37
.261
10.524
40
LOGAM_TOT Between Groups
AL
df
Within Groups
Total
F
Sig.
.578
.633
.261
.853
44.438
.000
.151
.928
2.282
.095
1.131
.349
109
Lampiran 10 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan kadmium
KADMIUM
Subset for alpha = 0.05
Group
TAHUN
Tukey HSDa
N
1=A
2013
5
.00920
A
2011
11
.00980
A
2010
12
.01097
A
2012
12
.01317
A
Sig.
Duncan
a
.653
2013
5
.00920
A
2011
11
.00980
A
2010
12
.01097
A
2012
12
.01317
A
Sig.
.297
Lampiran 11 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan timbal
TIMBAL
Subset for alpha = 0.05
TAHUN
Tukey HSDa
N
1=A
2011
10
.04200
A
2010
11
.04208
A
2013
5
.04800
A
2012
11
.04855
A
Sig.
Duncana
Group
.926
2011
10
.04200
A
2010
11
.04208
A
2013
5
.04800
A
2012
11
.04855
A
Sig.
.580
110
Lampiran 12 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan seng
SENG
Subset for alpha = 0.05
TAHUN
Tukey HSDa
N
1=A
2013
5
.08800
A
2012
12
.12333
A
2010
12
.14000
A
2011
12
.14583
A
Sig.
Duncana
Group
.894
2013
5
.08800
A
2012
12
.12333
A
2010
12
.14000
A
2011
12
.14583
A
Sig.
.527
Lampiran 13 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan sianida
SIANIDA
Subset for alpha = 0.05
Group
TAHUN
Tukey HSDa
N
1=A
2010
5
.00110
A
2011
4
.00125
A
2012
10
.00830
B
2013
5
.00900
B
Sig.
Duncana
2=B
.998
.874
A
2010
5
.00110
2011
4
.00125
2012
10
.00830
B
2013
5
.00900
B
Sig.
.872
A
.460
111
Lampiran 14 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan nikel
NIKEL
Subset for alpha = 0.05
Group
TAHUN
Tukey HSDa
N
1=A
A
2013
5
.02600
2012
12
.03667
A
2011
12
.05325
A
2010
12
.06000
A
Sig.
Duncana
2=B
.090
A
2013
5
.02600
2012
12
.03667
.03667
AB
2011
12
.05325
.05325
AB
2010
12
.06000
B
Sig.
.073
.124
Lampiran 15 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan logam total
LOGAM_TOTAL
Subset for alpha = 0.05
TAHUN
Tukey HSDa
N
1=A
2013
5
.26400
A
2012
12
.44192
A
2011
12
.59667
A
2010
12
.71083
A
Sig.
a
Duncan
Group
.269
2013
5
.26400
A
2012
12
.44192
A
2011
12
.59667
A
2010
12
.71083
A
Sig.
.099
112
Lampiran 16 Hasil uji t Kadmium
Variabel
N
Mean
ST Dev
SE Mean
2010
12
0.01097
0.00637
0.00184
2011
11
0.00980
0.00430
0.00130
2012
12
0.01317
0.01043
0.00301
2013
5
0.009200
0.000447
0.000200
(95%,CI)
(0.00692,
0.01501)
(0.00691,
0.01269)
(0.00654,
0.01979)
(0.008645,
0.009755)
T
P
Ket.
-21.23
0.000
S
-30.98
0.000
S
-12.24
0.000
S
-204.00
0.000
S
T
P
Ket.
-8.20
0.000
S
-7.38
0.000
S
-8.20
0.000
S
*
*
*
T
P
Ket.
-34.39
0.000
S
-32.93
0.000
S
-40.05
0.000
S
-91.78
0.000
S
Lampiran 17 Hasil uji t timbal
Variabel
N
Mean
ST Dev
SE Mean
2010
11
0.04208
0.02343
0.00707
2011
10
0.04200
0.02486
0.00786
2012
11
0.04855
0.02082
0.00628
2013
5
0.048000
0.000000
0.000000
(95%,CI)
(0.02634,
0.05782)
(0.02422,
0.05978)
(0.03456,
0.06253)
(0.048000,
0.048000)
Lampiran 18 Hasil uji t seng
Variabel
N
Mean
ST Dev
SE Mean
2010
12
0.1400
0.1874
0.0541
2011
12
0.1458
0.1951
0.0563
2012
12
0.1233
0.1623
0.0469
2013
5
0.0880
0.0466
0.0208
(95%,CI)
(0.0209,
0.2591)
(0.0219,
0.2698)
(0.0202,
0.2265)
(0.0302,
0.1458)
113
Lampiran 19 Hasil uji t sianida
Variabel
N
Mean
ST Dev
SE Mean
2010
5
0.001098
0.000550
0.000246
2011
4
0.001250
0.000500
0.000250
2012
10
0.008300
0.002214
0.000700
2013
5
0.009000
0.000000
0.000000
(95%,CI)
(0.000414,
0.001782)
(0.000454,
0.002046)
(0.006716,
0.009884)
(0.009000,
0.009000)
T
P
Ket.
-198.64
0.000
S
-195.00
0.000
S
-59.57
0.000
S
*
*
*
T
P
Ket.
-11.79
0.000
S
-21.15
0.000
S
-22.32
0.000
S
-43.50
0.000
S
T
P
Ket.
-29.93
0.000
S
-86.67
0.000
S
-97.87
0.000
S
-139.94
0.000
S
Lampiran 20 Hasil uji t nikel
Variabel
N
Mean
ST Dev
SE Mean
2010
12
0.0600
0.0411
0.0119
2011
12
0.05325
0.02403
0.00694
2012
12
0.03667
0.02535
0.00732
2013
5
0.02600
0.00894
0.00400
(95%,CI)
(0.0339,
0.0861)
(0.03798,
0.06852)
(0.02056,
0.05277)
(0.01489,
0.03711)
Lampiran 21 Hasil uji t logam total
Variabel
N
Mean
ST Dev
SE Mean
2010
12
0.711
0.844
0.244
2011
12
0.5967
0.2959
0.0854
2012
12
0.4419
0.2675
0.0772
2013
5
0.2640
0.1236
0.0553
(95%,CI)
(0.175,
1.247)
(0.4087,
0.7847)
(0.2719,
0.6119)
(0.1105,
0.4175)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Agustus 1991 yang merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Suryo Handoto dan Suheni Herawaty.
Pada tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK
Kartika III Bogor lalu menempuh pendidikan dasar di SDN Polisi 5 Bogor dan
lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menegah
Pertama Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor dan lulus
pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai salah satu
mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis
berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun 2014. Dan selama masa
perkuliahan, penulis aktif sebagai panitia kegiatan kemahasiswaan dan peserta
pada berbagai kegiatan seminar terkait keilmuan penulis.
Download