ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGHEMATAN BIAYA KONSUMSI AIR DAN LISTRIK DI PT.XYZ, JAKARTA UTARA VERRY KERSANING ROBBI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Dampaknya terhadap Penghematan Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ Jakarta Utara adalah benar karya saya dan dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Verry Kersaning Robbi NIM H44090054 4 ABSTRAK VERRY KERSANING ROBBI. Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Dampaknya terhadap Penghematan Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ Jakarta Utara. Dibimbing oleh ACENG HIDAYAT. Kesadaran dunia industri akan pentingnya masalah kelestarian lingkungan menuntut setiap perusahaan untuk menjalankan dan menjaga kinerja lingkungan yang baik. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang dilakukan oleh perusahaan dapat menjadi tolak ukur pemenuhan persyaratan lingkungan dan kemajuan kinerja lingkungan. Salah satu instrumen dalam menerapkan SML adalah ISO 14001. PT.XYZ yang menjadi objek penelitian ini adalah industri kendaraan bermotor yang telah bersertifikasi ISO 14001. Tujuan utama penelitian ini adalah membuktikan sejauh mana efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT.XYZ dapat memberikan dampak positif dari segi lingkungan dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode PDCA ISO 14001 untuk mengkaji efektivitas penerapan ISO 14001 di PT.XYZ dengan cara melakukan penilaian kinerja lingkungan perusahaan. Parameter yang digunakan untuk melakukan penilaian kinerja lingkungan adalah kebijakan lingkungan, perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan juga tinjauan manajemen. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan menganalisis dampak efektivitas penerapan ISO 14001 dari segi lingkungan melalui pengujian statistik terhadap pengukuran limbah cair. Sedangkan analisis dampak ekonomi dari penerapan ISO 14001 dilihat dari besarnya penghematan biaya konsumsi air di area fasilitas umum dan juga listrik dengan adanya program Recycle dan juga Saving Energy. Analisis ekonomi dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan selisih bahan baku, dimana variabel yang dimasukkan dalam perhitungan antara lain harga air PDAM, harga air olahan, banyaknya air PDAM, banyaknya air recycle, pemakaian listrik sebelum dan setelah program Saving Energy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja lingkungan di PT.XYZ sangat baik dan berjalan efektif sesuai dengan ISO 14001. Efektivitas tersebut memberikan dampak yang positif dari segi lingkungan karena telah membantu PT.XYZ dalam memenuhi baku mutu limbah yang ditetapkan oleh pemerintah. Dan dari segi ekonomi, penerapan ISO 14001 memberikan keuntungan berupa penghematan biaya seperti biaya konsumsi air sebesar Rp 69.499.613/tahun dan biaya listrik sebesar Rp 3.096.500 pada tahun 2012 dan Rp 4.985.825 pada tahun 2013. Oleh karena itu, penerapan SML yang dilakukan secara efektif oleh PT.XYZ terbukti telah berhasil membantu perusahaan mencapai tujuan lingkungan dan ekonomi. Kata kunci: kinerja lingkungan, sistem manajemen lingkungan, ISO 14001, baku mutu, biaya konsumsi air dan listrik 6 ABSTRACT VERRY KERSANING ROBBI. The Analysis of the Effectiveness for Implementation of Environmental Management System ISO 14001 and Its Impact on Cost Savings in Water and Electricity Consumption at PT.XYZ, North Jakarta. Supervised by ACENG HIDAYAT. Awareness of environmental preservation problems in industrial world has demand many companies to perform an effective environmental management. Environmental Management System (EMS) implemented by a company can be one of the indicator of environmental performance and its improvement. One of the wide known instruments for EMS implementation is ISO 14001, which has been adapted and applied by many companies worldwide to maintain and ensure their environmental performance. PT.XYZ which becomes the model of this research is an automotive industrial company and already certified for ISO 14001. The main purpose of this research is to prove how the effective implementation of ISO 14001 based EMS by PT.XYZ can give significant impact for the company both environmentally and economically. This research use PDCA method to evaluate environmental performance. The indicators that used for the assessment are environmental policy, plan, implementation, check, and management review. Research was followed by analyzing the impact of the effectiveness of ISO 14001 implementation with using statistical test to measure industrial waste water. And the analysis of economic impact of ISO 14001 implementation viewed from the magnitude of the savings cost for water and energy (electricity) consumption with Recycling and Saving Energy program. The result of this research shows that environmental performance of PT.XYZ are very good, which indicates PT.XYZ has implemented the ISO 14001 based EMS effectively, proved by accomplishment of ISO 14001 requirements and waste standard. The implementation of ISO 14001 also gives advantage economically in saving electricity cost for Rp.3.096.500 in 2012 and Rp.4.985.825 in 2013, and then saving water consumption in public facility cost for Rp.69.499.613. as the conclusion, the effective implementation of EMS by PT.XYZ is satisfyingly proved in supporting the company to achieve their environmental and economic goals. Keywords: environmental performance, environmental management system, ISO 14001, waste standard, saving electricity and water consumption cost 8 ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGHEMATAN BIAYA KONSUMSI AIR DAN LISTRIK DI PT.XYZ, JAKARTA UTARA VERRY KERSANING ROBBI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 10 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Dampaknya terhadap Penghematan Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ, Jakarta Utara : Verry Kersaning Robbi : H44090054 Disetujui oleh Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen Tanggal Lulus: 12 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan oleh-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Ekonomi Lingkungan, dengan judul Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Dampaknya terhadap Penghematan Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ, Jakarta Utara. Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Kedua orangtua tercinta, Mama (Suheni Herawati) dan Papa (Suryo Handoto), kakak (Mas Happy dan Mbak Winne), Om Didit, dan saudara-saudara dari keluarga Suryo dan Sa’it yang telah memberikan doa, kasih sayang, masukan dan dukungan yang luar biasa kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan serta dukungan dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku penguji utama dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen perwakilan Departemen ESL. 4. Bapak Firman selaku PIC ISO 14001 sekaligus mentor penulis selama penelitian di PT. XYZ plant 2, karyawan EHS PT.XYZ plant 2 (Bu Gadis, Bu Catur, Pak Siswoyo, Pak Denny, Pak Adi, Pak Ferry, Pak Toro) dan seluruh karyawan PT.XYZ yang telah bersedia memberikan data-data yang diperlukan penulis selama penelitian. 5. Seluruh staff komisi pendidikan Departemen ESL. 6. Sahabat setiaku Herna, Leoni, Feni, Irdy, Goldy, Dimas, Harpa, Qibaw, Aming, Ijo, Alvin, Tisa, Fahmi yang selalu memberi dukungan, doa, dan canda tawa kepada penulis. 7. Spesial untuk Icha, Yulis, Adin, Febi, Jombang, Cicit, Ichi, Chintya, Hilman, Fato, Abhe, dan Nando yang telah banyak membantu dan mendukung penulis. 8. Seluruh teman-teman keluarga besar ESL 46 yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya, terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya. 14 Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan juga pengetahuan penulis yang mengakibatkan hasil dari skripsi ini jauh dari sempurna atau yang diharapkan. Meskipun demikian, penulis tetap berusaha untuk melakukan dan memberikan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca dalam upaya penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya dan juga dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Februari 2014 Verry Kersaning Robbi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR GAMBAR. ............................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii xviii xix I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 1.4. Hipotesis Hasil Penelitian ...................................................... 1.5. Manfaat Penelitian ................................................................. 1.6. Batasan Penelitian .................................................................. 1 1 5 5 5 6 6 II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2.1. Tinjauan Teoritis .................................................................... 2.1.1. Pengelolaan Lingkungan .......................................... 2.1.2. Kinerja Lingkungan ................................................. 2.1.3. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 ............ 2.1.4. Konsep ISO 14001 ................................................... 2.1.5. Sertifikasi ISO 14001 ............................................... 2.1.6. Manfaat Penerapan ISO 14001 ................................ 2.1.7. Limbah Industri ........................................................ 2.1.8. Bahan-Bahan Lain yang Berbahaya di Pabrik ......... 2.1.9. Baku Mutu Lingkungan ........................................... 2.1.10. Skala Likert .............................................................. 2.1.11. Uji Independent t-test ............................................... 2.1.12. Biaya Standar ........................................................... 2.1.13. Selisih ....................................................................... 2.1.14. Selisih Biaya Bahan Baku ........................................ 2.2. Penelitian Terdahulu .............................................................. 7 7 7 7 8 8 11 12 13 13 14 16 16 17 17 17 18 III. KERANGKA PEMIKIRAN............................................................ 21 IV. METODE PENELITIAN ................................................................ 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 4.2. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 4.3. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 4.4. Metode dan Prosedur Analisis ............................................... 4.4.1. Analisis Efektivitas Penerapan SML ISO 14001 di PT.XYZ ...................................................................... 4.4.1.1 Analisis Pencapaian Pemenuhan Standar ISO 14001 Perusahaan ………………………. ..... 4.4.2. Kinerja Lingkungan terhadap Limbah Cair Industri Berdasarkan ISO 14001.............................................. 4.4.3. Analisis Manfaat Ekonomi Penerapan ISO 14001 .... 25 25 25 25 26 27 29 30 31 16 V. GAMBARAN UMUM .................................................................... 5.1. Profil PT.XYZ ........................................................................ 5.2. Proses Pembuatan Sepeda Motor............................................ 5.3. Manajemen Penanganan Limbah ........................................... 5.3.1. Penanganan Limbah B3 .............................................. 5.3.2. Penanganan Limbah Cair ............................................ 5.3.3. Penanganan Limbah Udara ......................................... VI. ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN SML ISO 14001 DI PT.XYZ ....................................................................................... 6.1. Penilaian Kinerja Lingkungan berdasarkan Kondisi SML ISO 14001 di PT. XYZ .................................................................. 6.2. Kesesuaian Implementasi SML PT.XYZ Berdasarkan ISO 14001 .................................................................................... 6.3. Pencapaian Pemenuhan Standar ISO 14001 di PT.XYZ ........ 6.4. Upaya PT.XYZ dalam Pemenuhan Standar ........................... VII. ANALISIS DAMPAK KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP LIMBAH CAIR INDUSTRI ............................................................ 7.1. Analisis Pengukuran Limbah Cair Industri ............................ 7.1.1. Kadmium (Cd) ............................................................ 7.1.2. Timbal (Pb) ................................................................. 7.1.3. Seng (Zn) .................................................................... 7.1.4. Sianida (Cn) ................................................................ 7.1.5. Nikel (Ni) .................................................................... 7.1.6. Logam Total ................................................................ 7.2. Analisis Kesesuaian Limbah Cair dengan Standar ISO 14001:2005, Peraturan Pemerintah, dan Kebijakan Perusahaan .............................................................................. 7.2.1. Kadmium (Cd) ............................................................ 7.2.2. Timbal (Pb) ................................................................. 7.2.3. Seng (Zn) .................................................................... 7.2.4. Sianida (Cn) ................................................................ 7.2.5. Nikel (Ni) .................................................................... 7.2.6. Logam Total ................................................................ VIII. ANALISIS MANFAAT EKONOMI PENERAPAN ISO 14001 DI PT.XYZ ....................................................................................... 8.1. Manfaat Penerapan Recycle terhadap Biaya Konsumsi Air Fasilitas Umum ....................................................................... 8.2. Manfaat Program Saving terhadap Biaya Konsumsi Listrik . IX. 35 35 36 40 40 41 42 45 45 46 59 61 63 63 64 65 66 68 70 73 74 75 76 77 78 79 80 83 83 86 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 9.1. Simpulan ................................................................................. 9.2. Saran… ................................................................................... 89 89 89 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ DAFTAR ISTILAH ................................................................................... 91 93 LAMPIRAN ............................................................................................. RIWAYAT HIDUP................................................................................... 95 115 DAFTAR TABEL No Halaman 1 Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Pelapisan Logam .................. 2 Matriks Keterkaitan antara Tujuan Penelitian, Sumber Data, Metode, 15 dan Jenis Data ....................................................................................... 27 3 Matriks pengkajian efektivitas penerapan SML ISO 14001 PT.XYZ .. 30 4 Matriks dampak kinerja lingkungan terhadap limbah cair industri ..... 31 5 Matriks dampak ekonomi penerapan ISO 14001 .................................. 33 6 Matriks proses produksi sepeda motor beserta input dan outputnya .... 39 7 Matriks penanganan limbah beserta perolehan hasil yang dicapai oleh PT.XYZ ................................................................................................. 44 8 9 Nilai kinerja lingkungan berdasarkan kondisi SML ISO 14001 di PT.XYZ ........................................................................................... 46 Skor masing-masing pasal elemen SML ISO 14001 PT.XYZ ............. 59 10 Jumlah konsumsi total air fasum dan air recycle PT.XYZ tahun 2010-2013 ................................................................................... 84 11 Estimasi perbandingan antara biaya konsumsi air tanpa recycle dan dengan recycle ...................................................................................... 85 12 Pemakaian energi listrik tahun 2012 dan 2013 di PT.XYZ sebelum dan setelah program Saving Energy ..................................................... 87 18 DAFTAR GAMBAR No 1 Halaman Grafik pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan I-IV 2011 dan triwulan I-IV tahun 2012 ............................... 1 2 Model sistem manajemen lingkungan................................................. 10 3 Bagan alur pemikiran operasional ....................................................... 23 4 Alur proses produksi pembuatan sepeda motor .................................. 36 5 Proses pengolahan limbah cair di WWT PT.XYZ ............................. 42 6 Grafik persebaran pemenuhan standar ISO 14001 PT.XYZ ............... 60 7 Grafik pengukuran kadar Kadmium PT.XYZ tahun 2010-2013 ......... 64 8 Grafik pengukuran kadar Timbal PT.XYZ tahun 2010-2013 ............. 65 9 Grafik pengukuran kadar Seng PT.XYZ tahun 2010-2013 ................. 67 10 Grafik pengukuran kadar Sianida PT.XYZ tahun 2010-2013 ............. 68 11 Grafik hasil uji lanjut Tukey-Duncan terhadap pengukuran sianida tahun 2010-2013 di PT.XYZ ............................................................... 69 12 Grafik pengukuran kadar Nikel PT.XYZ tahun 2010-2013 ................ 71 13 Grafik hasil uji lanjut Tukey-Duncan terhadap Nikel tahun 2010-201PT.XYZ tahun 2010-2013 di PT.XYZ.................................. 72 14 Grafik pengukuran kadar Logam Total PT.XYZ tahun 2010-2013 .... 73 15 Grafik perbandingan kadar kadmium PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 .......................... 75 16 Grafik perbandingan kadar timbal PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 .......................... 76 17 Grafik perbandingan kadar seng PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 .......................... 77 18 Grafik perbandingan kadar sianida PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 .......................... 78 19 Grafik perbandingan kadar nikel PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 .......................... 79 20 Grafik perbandingan kadar logam total PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 .......................... 21 Grafik estimasi biaya konsumsi air fasum PT.XYZ dan besar 80 penghematan biayanya .......................................................................... 86 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1 Kuesioner Periksa Kondisi SML ISO 14001 ........................................ 97 2 Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 PT.XYZ ..................... 104 3 Data kadar kadmium PT.XYZ tahun 2010-2013 ................................. 105 4 Data kadar timbal PT.XYZ tahun 2010-2013 ...................................... 105 5 Data kadar seng PT.XYZ tahun 2010-2013 ......................................... 106 6 Data kadar sianida PT.XYZ tahun 2010-2013 ..................................... 106 7 Data kadar nikel PT.XYZ tahun 2010-2013 ........................................ 107 8 Data kadar logam total PT.XYZ tahun 2010-2013 .............................. 107 9 Hasil uji ANOVA logam kadmium, timbal, seng, sianida, nikel, dan logam total ..................................................................................... 108 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan kadmium ............................................ 109 11 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan timbal ................................................... 109 12 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan seng...................................................... 110 13 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan sianida ................................................. 110 14 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan nikel .................................................... 111 15 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan logam total .......................................... 111 16 Hasil uji t kadmium ............................................................................... 112 17 Hasil uji t timbal.................................................................................... 112 18 Hasil uji t seng ...................................................................................... 112 19 Hasil uji t sianida................................................................................... 113 20 Hasil uji lanjut nikel ............................................................................. 113 21 Hasil uji lanjut logam total ................................................................... 113 10 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri saat ini telah mendominasi kegiatan pembangunan ekonomi di Indonesia yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat sesuai dengan aktivitas dan gaya hidupnya yang beragam. Gambaran mengenai pertumbuhan produksi industri manufaktur pada tahun 2011 dan 2012 disajikan pada Gambar 1 di bawah ini. Sumber: Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi (Badan Pusat Statistik, 2013) Gambar 1 Grafik pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan I-IV 2011 dan triwulan I-IV tahun 2012 Menurut data yang disajikan di atas, pertumbuhan produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) triwulan IV-2012 naik sebesar 9,47% dari triwulan III-2012. Kenaikan tersebut berasal dari peningkatan produksi industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer sebesar 12,09%, lalu industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 9,31%, dan industri pencetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 6,89% (BPS, 2013). Mengingat kondisi sumberdaya alam dan lingkungan (SDAL) yang terbatas dan jika industrialisasi dilakukan tanpa mempedulikan kualitas SDAL, hal tersebut dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan. Berdasarkan UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan, dinyatakan bahwa “Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan 2 hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum”. Hadiwiardjo (1997) mengatakan aspek lingkungan merupakan salah satu elemen pembangunan berkelanjutan selain aspek ekonomi dan aspek sosial. Pembangunan berkelanjutan menentukan persyaratan kinerja lingkungan yang baru bagi masyarakat pada umumnya dan industri pada khususnya. Persyaratan kinerja lingkungan pada industri memerlukan tolak ukur baru untuk menunjukkan kemajuannya melalui pendekatan sistem manajemen lingkungan (SML). International Organization for Standardization (ISO) seri 14001 merupakan standar internasional yang saat ini digunakan di dunia sebagai instrumen untuk menjamin kinerja SML. Sertifikasi ISO seri 14001 ini dapat mendukung pandangan dari luar dan memberikan jaminan atas komitmen serta kinerja perusahaan, dimana pandangan tersebut memberikan perbedaan bagi perusahaan yang memenuhi kriteria lingkungan. Hal ini dikarenakan ISO 14001 merupakan sarana bagi perusahaan untuk bisa fokus terhadap pengendalian aspek lingkungan atau arah aktifitas produk dan pelayanan yang berkenaan dengan pengelolaan lingkungan seperti, emisi udara, tanah, atau air. Pada standar ini, organisasi juga wajib menjelaskan apakah yang mereka akan lakukan mengikuti prosedur yang tersedia atau tidak, dan mendokumentasikan upaya-upaya mereka untuk mendemonstrasikan kesesuaian dan perbaikan. Organisasi juga perlu mengenali hukum yang berlaku, undang-undang dan persyaratan-persyaratan lainnya yang berkaitan. Hal-hal penting tersebut untuk mengenali timbulnya peraturan pemerintah sehingga ukuran tingkat kepatuhan dapat diadopsi dan secara periodik dilakukan evaluasi atau surveillance untuk memastikan persyaratan-persyaratan tersebut dipahami oleh para karyawan dan dapat diterapkan secara efektif. Berdasarkan uraian di atas, agar pengelolaan lingkungan dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan suatu kebijakan lingkungan yang diterapkan suatu sistem manajemen. Industri dimungkinkan untuk membuat aturannya sendiri untuk melakukan penyempurnaan kinerja lingkungan berkelanjutan melalui proses audit dan pengkajian karena sifatnya sukarela. Menurut Kusumawardhani (2012), tiga komitmen fundamental mendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan 3 persyaratan ISO 14001, termasuk pencegahan polusi, kesesuaian dengan undangundang yang ada, dan perbaikan berkesinambungan SML. Komitmen-komitmen tersebut memberikan panduan perbaikan kinerja lingkungan secara keseluruhan. PT. XYZ merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia yang juga termasuk golongan industri pelapisan logam. Saat ini PT. XYZ memiliki 3 fasilitas pabrik perakitan, pabrik pertama berlokasi Sunter Jakarta Utara yang juga berfungsi sebagai kantor pusat. Pabrik ke dua berlokasi di Pegangsaan Dua Kelapa Gading Jakarta Utara, dan pabrik ke 3 yang sekaligus pabrik paling mutakhir berlokasi di kawasan MM 2100 Cikarang Barat Bekasi. Pabrik ke 3 ini merupakan fasilitas pabrik perakitan terbaru yang mulai beroperasi sejak tahun 2005. Industri otomotif yang memiliki 3 lokasi pabrik ini telah memperoleh sertifikasi yang membuktikan bahwa sistem pengawasan kualitas produk telah terintegrasi dengan baik dengan pelestarian lingkungan sehingga secara tidak langsung memberikan dampak terhadap konsistensi mutu yang dapat terjamin. Untuk hal ini, perusahaan telah memperoleh pengakuan antara lain berupa sertifikasi ISO 9001:2001, dan sertifikasi ISO 14001:1996 dari SAI Global pada bulan Juli 2004. PT. XYZ juga mengklaim bahwa perusahaannya telah menerapkan green process, yaitu proses produksi pembuatan sepeda motor yang memakai prinsip reduce (pengurangan), reuse (penggunaan kembali), recycle (daur ulang), retrieve energy (pemulihan kembali energi), dan recover (pemulihan) sesuai dengan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 pada seluruh lini produksi. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui apakah penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ telah berjalan efektif dan sesuai dengan standarnya atau tidak. Lalu bagaimana kinerja lingkungan terhadap limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri dapat sesuai dengan standar yang ditetapkan ISO 14001. Dan juga sejauh mana penerapan ISO 14001 tersebut dapat memberikan dampak ekonominya terhadap perusahaan dari segi finansial. 4 1.2 Perumusan Masalah Gambaran–gambaran mengenai penerapan SML ISO 14001 pada dunia industri diharapkan memiliki suatu sistem peralatan yang dapat dipergunakan dalam menjaga kestabilan dan kelestarian lingkungannya sehingga memungkinkan kinerja perusahaan diciptakan dengan basis lingkungan yang terkendali. Masalah lingkungan mempunyai implikasi penting bagi perusahaan dimana perhatian terhadap lingkungan dapat memiliki pengaruh positif dan negatif pada perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Maka dari itu, perusahaan yang memahami hal tersebut pasti memiliki alasan untuk menerapkan SML berbasis ISO 14001. Tujuan secara menyeluruh dari penerapan SML ISO 14001 sebagai standar internasional yaitu untuk mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi. Dampak bagi perusahaan juga dirasakan dari sisi finansial terkait dengan penerapan ISO 14001 tersebut. Penerapan ISO 14001 di PT. XYZ diharapkan dapat mengendalikan dampak negatif yang akan terjadi, serta dapat mengurangi jumlah dan tingkat pencemaran limbah yang masuk ke lingkungan dan meningkatkan efisiensi terhadap penggunaan bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi kinerja lingkungan dalam menjamin tercapainya peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan lingkungan secara berkesinambungan dan bagaimana sertifikasi ISO 14001 tersebut menimbukan dampak dari segi ekonomi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT. XYZ? 2. Bagaimana dampak kinerja lingkungan PT. XYZ terhadap limbah berdasarkan ISO 14001? 3. Sejauh mana upaya pengelolaan lingkungan berdasarkan ISO 14001 yang diterapkan PT. XYZ memberikan dampak terhadap finansial perusahaan? 5 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengkaji efektivitas penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ. 2. Menganalisis dampak kinerja SML ISO 14001 terhadap limbah. 3. Mengestimasi nilai keuntungan finansial perusahaan sebagai dampak penerapan ISO 14001. 1.4 Hipotesis Hasil Penelitian Dari beberapa pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di atas, dibuat beberapa dugaan hasil penelitian yang akan dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan metode yang telah disesuaikan. Dugaan tersebut antara lain: 1. Penerapan SML di PT.XYZ telah berjalan efektif sesuai dengan standar ISO 14001. 2. Penerapan ISO 14001 yang dilakukan PT.XYZ dapat membantu perusahaan dalam mengendalikan dampak lingkungan terhadap limbah. 3. Penerapan ISO 14001 yang dilakukan PT.XYZ memberikan manfaat ekonomi berupa penghematan biaya lingkungan. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, referensi, dan solusi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja perusahaan dari segi lingkungan dan juga ekonomi dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan ISO 14001. Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan citra perusahaan apabila terbukti bahwa perusahaan telah menerapkan sistem manajemen lingkungan dengan baik sesuai dengan persyaratan standar dan peraturan perundangan. Dan juga membuktikan bahwa penerapan ISO 14001 di perusahaan tersebut telah efektif karena sudah ada manfaat yang dirasakan dari aspek lingkungan dan juga ekonomi. 6 2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang pernah dipelajari selama kuliah dan mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di dunia nyata dan mendapatkan pengetahuan baru disamping ilmu yang dimiliki sebagai pedoman dalam penelitian. 3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai ISO 14001 serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut. 1.6 Batasan-batasan Penelitian Permasalahan ISO 14001 sangat kompleks dan meliputi berbagai aspek sehingga penelitian ini dibatasi agar lebih terarah dan mudah dipahami. Berikut batasan-batasan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di salah satu plant PT. XYZ yaitu plant 2 yang berlokasi di Pegangsaan Dua Kelapa Gading, Jakarta Utara. 2. Penerapan ISO 14001 yang dibahas dalam penelitian ini merupakan pemutakhiran sertifikasi tahun 2013. 3. Parameter limbah yang dijadikan objek penelitian dipilih berdasarkan kelengkapan data dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. 4. Aspek ekonomi yang dijadikan bahan penelitian adalah manfaat dari sisi ekonomi dengan adanya recycle air dan penghematan sumber daya energi yang dilakukan PT. XYZ dalam pengelolaan lingkungan untuk menunjang pemenuhan standar ISO 14001. 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Secara umum tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan yang semaksimal mungkin, namun dengan konsep pembangunan bekelanjutan, dalam mencari keuntungan perusahaan juga dituntut untuk melaksanakan tanggung jawab terhadap masalah sosial dan lingkungan (Syadullah, 2010). Industri berkelanjutan adalah industri yang dalam operasionalnya selalu melakukan perbaikan pada tiga bidang yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Dalam konteks penyelamatan lingkungan hidup, langkah awal yang diperlukan adalah penyamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup. 2.1.1 Pengelolaan Lingkungan Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan menyatakan bahwa “Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistemastis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum”. Di dalam UU tesebut juga menyebutkan “Instrumen ekonomi lingkungan hidup adalah seperangkat kebijakan ekonomi untuk mendorong Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap orang kearah pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Menurut Syadulllah (2010), pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. 2.1.2 Kinerja Lingkungan Kinerja lingkungan sebaga hasil performa lingkungan yang efektif ditunjukkan oleh suatu perusahaan serta merupakan tingkat kinerja yang dicapai dan cara perusahaan menjaminnya. Contoh dari pencapaian kinerja lingkungan adalah suatu perusahaan akan memenuhi persyaratan perundang-undangan jika 8 perusahaan tersebut memenuhi semua tuntutan, prosedur, dan standar yang disebutkan di dalam perundang-undangan (Kumar, 1999). Menurut Hadiwiardjo (1997), kinerja lingkungan diartikan sebagai hasil SML yang dapat diukur, berkaitan dengan pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan atas aspek lingkungannya, didasarkan pada kebijakan tujuan dan sasaran lingkungan. Standar SML tidak didesain untuk memenuhi meningkatkan kinerja lingkungan (misalnya tingkat teknologi atau limbah), namun dengan menggunakannya perusahaan dapat menjamin kemampuannya untuk memenuhi kewajiban lingkungannya dapat dipelihara dan kecelakaan lingkungan dapat dibatasi atau dihindari. 2.1.3 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan bagian sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan lingkungannya dan mengelola aspek lingkungannya. Sistem manajemen dapat pula dikatakan berupa serangkaian unsur yang saling terkait yang digunakan untuk menetapkan kebijakan dan tujuan serta untuk mencapai tujuan tersebut mecakup struktur organisasi, kegiatan perencanaan, pertanggungjawaban, praktek, prosedur, proses dan sumberdaya (SNI 19-14001-2005). 2.1.4 Konsep ISO 14001 Secara umum jika suatu perusahaan mempunyai sistem manajemen lingkungan yang baik, maka kinerja perusahaannya juga akan bertambah baik. Standar SML mengacu pada ISO 14001. Penerapan SML ISO 14001 sebetulnya tidak perlu memulainya dari awal, tetapi dapat dimulai dengan memperbaiki dan mengintegrasikan program-program lingkungan yang sudah ada. Organisasi atau perusahaan yang akan menerapkan SML perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Identifikasi dan evaluasi seluruh aspek dan dampak lingkungan dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. ISO 14001 tidak mengatur standar mengenai cara melakukan identifikasi dan penilaian aspek dan dampak lingkungan, untuk melakukan penilaian aspek dan dampak lingkungan ini diserahkan kepada pemrakarsanya sendiri. 9 2. Kebijakan Lingkungan. Menurut Hadiwiardjo (1997), kebijakan lingkungan merupakan penggerak untuk menerapkan dan menyempurnakan SML perusahaan sehingga dapat memelihara dan secara potensial menyempurnakan kinerja lingkungan. Kebijakan sebaiknya mencerminkan komitmen manajemen puncak yang juga harus didukung oleh komitmen karyawan lainnya untuk mematuhi hukum yang berlaku dan penyempurnaan berkelanjutan. Kebijakan lingkungan suatu perusahaan tertuang dalam “Pernyataan Kebijakan Lingkungan” yang merupakan suatu deklarasi yang telah ditandatangani oleh manajemen puncak yang isinya menyatakan bahwa perlindungan lingkungan menjadi prioritas utama (Alinda, 1999). 3. Tujuan dan Sasaran Lingkungan Suatu perusahaan yang menetapkan ISO 14000 harus menentukan tujuan dan sasaran lingkungan. Tujuan dan sasaran lingkungan yang dibuat juga harus sesuai dengan kebijakan lingkungannya. Dalam membuat tujuan dan sasaran lingkungan, suatu perusahaan harus menetukan batasan waktunya. 4. Program-Program Lingkungan Program lingkungan dibuat untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan sendiri, program lingkungan sebaiknya dibuat secara realistis dan logis dan sebaiknya membuat program yang mungkin untuk dijalankan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Perusahaan yang membuat program lingkungan melebihi kemampuannya dapat merugikan perusahaan itu sendiri, karena program-program ini akan dicek secara berkala dalam suatu audit. 5. Audit dan Evaluasi Program Program-program lingkungan yang sudah dibuat tersebut di atas akan di cek secara berkala malalui program audit lingkungan. Pada saat diaudit semua program yang sudah dituliskan dicek dan dilihat di lapangan apakah program yang dibuat dilaksanakan atau tidak. Program-program yang belum dilaksanakan akan dipertanyakan alasan-alasannya mengapa program yang telah dibuat tidak dapat dilaksanakan. Disamping itu dalam audit lingkungan akan diketahui terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam melaksanakan kegiatan. 10 6. Perbaikan Manajemen Secara Berkesinambungan Tindakan perbaikan secara berkesinambungan sangat diperlukan dalam suatu perusahaan, apabila dalam suatu audit diketahui adanya penyimpangan. Karena penyimpangan yang terjadi dapat membahayakan bagi perusahaan itu sendiri. Jadi tindakan perbaikan yang secara berkesinambungan ini adalah merupakan jiwa dari ISO 14000 itu yaitu dalam ISO 14001 ada suatu pernyataan “continual improvement”.1 Model SML ISO 14001 yang memuat persyaratannya digambarkan sebagai berikut. Sumber: Hadiwiardjo, 1997 Gambar 2 Model Sistem Manajemen Lingkungan Berdasarkan SNI 19-14001-2005 terdapat metodologi yang dikenal sebagai Rencanakan – Lakukan – Periksa – Tindaki (Plan – Do – Check – Act) atau PDCA yang digunakan untuk meninjau kesesuaian SML dengan standar. PDCA dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1. Rencanakan (Plan) yaitu menetapkan tujuan dan proses yang diperlukan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungan organisasi. Menurut Kumar (1999), perencanaan adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga perusahaan dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan 1 oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1832/S1_pb1_Bab4/Konsep_ISO_14001 diakses tanggal 30 Januari 2013 11 kebijakan lingkungan, yang didasarkan pada informasi yang benar dan usulan tentang kinerja lingkungan. Perencanaan mencakup identifikasi aspek lingkungan, persyaratan perundang-undangan, serta tujuan, sasaran, dan program lingkungan. 2. Lakukan (Do) yaitu menerapkan proses tersebut. Rencana SML yang telah dirancang kemudian diterapkan dan dioperasikan sebaik mungkin. Penerapan SML tersebut meliputi: a) sumberdaya, peran, tanggung jawab dan kewenangan, b) Kompetisi, pelatihan dan kepedulian, c) Komunikasi, d) Dokumentasi, e) Pengendalian dokumen, f) pengendalian operasi, dan g) kesiagaan dan tanggap darurat. 3. Periksa (Check) yaitu memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan lingkungan, tujuan, sasaran, persyaratan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang diikuti organisasi, serta melaporkan hasilnya. Kegiatan ini juga dapat dilaksanakan dengan melakukan surveillance terhadap penerapan SML yang telah diterapkan agar dapat ditinjau kesesuaiannya berdasarkan standar. 4. Tindaki (Act) yaitu melaksanakan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem manajemen lingkungan secara berkelanjutan. Kegiatan ini dapat pula dikatakan sebagai pengkajian manajemen yaitu mengkaji kesesuaian koreksi perbaikan SML dengan jadwal yang ditentukan sehingga terjamin keefektifan SML secara berkelanjutan. 2.1.5 Sertifikasi ISO 14001 Sertifikasi atas ISO 14001 mempunyai arti bahwa sistem manajemen lingkungan dari perusahaan diakses, dinilai atau dievaluasi, dan hasilnya telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar SML ISO 14001. Sertifikasi ISO 14001 yang dilakukan oleh pihak ketiga seperti lembaga sertifikasi, akan dilakukan untuk semua komponen ISO 14000. Sertifikasi pihak kedua terjadi apabila melibatkan pemasok yang terkait dengan kontrak. Dalam hal ini audit dilakukan oleh perusahaan yang menggunakan produk atau jasa pemasok. 12 Sertifikasi diri atau sertifikasi yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri mempunyai bobot yang paling kecil namun hal ini masih lebih bagus daripada tidak ada sertifikasi. Tidak peduli proses sertifikasi mana yang akan diambil, paling sedikit ada langkah yang benar. Umumnya perusahaan memilih menggunakan pihak ketiga, dan dalam proses sertifikasi langkah-langkah yang harus diambil adalah: 1. Perusahaan mempersiapkan diri untuk menerapkan SML yang diperlukan, yang mencakup antara lain tentang aspek, dampak, kebijakan, tujuan, sasaran dan program manajemen lingkungan, dan penerapan SML secara konsisten di perusahaan sesuai dengan dokumentasi SML yang telah dibuatnya. 2. Perusahaan mempersiapkan dokumen yang diperlukan audit. 3. Perusahaan memilih lembaga sertifikasi SML dan mengajukan permohonan untuk memperoleh sertifikasi. 4. Lembaga sertifikasi melaksanakan penilaian awal yang diikuti audit atau assesmen menyeluruh pada perusahaan. 5. Perusahaan memperoleh sertifikat ISO 14001. 6. Adanya surveilans oleh lembaga sertifikasi untuk melihat bagaimana perusahaan mempertahankan SML-nya. Dua hal yang perlu dicatat dalam sertifikasi adalah: 1. Sertifikasi yang dilaksanakan harus berdasarkan masing-masing lokasi pabrik. 2. Umumnya sertifikasi yang diberikan berlaku untuk jangka waktu dua atau tiga tahun. Dalam perioda waktu itu, audit secara berkala dilakukan oleh lembaga yang melakukan sertifikasi. 2.1.6 Manfaat Penerapan ISO 14001 Berbagai manfaat dapat diperoleh bila menerapkan ISO 14001 yang sekaligus dapat dianggap sebagai keuntungan dari manajemen lingkungan. Manfaat yang paling penting adalah perlindungan lingkungan. Pemenuhan persyaratan standar akan membantu pula dalam mematuhi peraturan perundangundangan dan sistem manajemen yang efektif. Manfaat lingkungan lainnya adalah pelestarian sumberdaya alam. Misalnya, program SML yang baik akan 13 mengurangi penggunaan listrik, gas, dan air. Program ini bukan hanya melestarikan sumber daya alam namun dapat pula menghemat biaya operasi (Hadiwiardjo, 1997). Manfaat yang didapatkan suatu perusahaan dengan diterapkannya ISO 14001 adalah: 1. Perlindungan lingkungan 2. Manajemen lingkungan yang lebih baik 3. Mempertinggi daya saing 4. Menjamin ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan 5. Penerapan sistem menajemen yang efektif 6. Pengurangan Biaya 7. Hubungan Masyarakat yang lebih baik 8. Kepercayaan dan kepuasan langganan yang lebih baik.2 2.1.7 Limbah Industri Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya alam. Pola penanganan limbah industri harus bersifat terintegrasi, dimulai dari sumbernya, pewadahan di tempat, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan sampai dengan pengolahan akhir yang dilakukan secara aman, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Strategi penanganan untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan, adalah hazardous waste minimization, daur ulang dan recovery, proses pengolahan, secured landfill, proses detoksifikasi dan netralisasi, incinerator (Kristanto, 2009). 2.1.8 Bahan-bahan Lain yang Berbahaya dalam Pabrik Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, 2 oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1832/S1_pb1_Bab4/Konsep_ISO_14001 diakses tanggal 30 Januari 2013 14 baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan manusia. Sumber limbah B3 adalah, setiap orang atau badan usaha yang menghasilkan limbah B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam lokasi kegiatan sebelum limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk dikumpulkan dan diolah. Limbah B3 dapat berbentuk padat, cair dan gas yang dihasilkan baik dari proses produksi maupun proses pemanfaatan produksi industri tersebut yang mempunyai sifat berbahaya dan sifat beracun terhadap ekosistem. Pengelompokan limbah B3 dapat dikategorikan berdasarkan sifatnya yaitu yang bersifat flamable (mudah terbakar), explosive (mudah meledak), corrosive (menimbulkan karat), oxidizing waste (buangan pengoksidasi), infectious waste (buangan penyebab penyakit), toxic waste (buangan beracun). Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan akhir. Tujuan dari pengelolaan limbah B3 adalah untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah pencemaran lingkungan.3 2.1.9 Baku Mutu Lingkungan Baku mutu lingkungan antara lain terdiri atas baku mutu air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambient maupun lingkungan yang lain. Ketentuan baku mutu lingkungan sendiri tertuang di dalam UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengeloaan Lingkungan Hidup, Bab V Pasal 14, yang menyatakan bahwa: 1. Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. 2. Ketentuan mengenai Baku Mutu Lingkungan Hidup, pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan daya tampungnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 3 http://hukumindustri.com/2010/03/limbah-b3-dan-non-b3-solusi-pt-tenang.html diakses tanggal 5 Maret 2013 15 3. Ketentuan mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan, pencegahan, dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya diatur dengan Peraturan Pemerintah (Sutrisno, 2000). Baku mutu limbah merupakan salah satu indikator kinerja lingkungan kuantitatif yang terkait dengan tujuan, visi dan misi organisasi tersebut. Dalam model disebutkan 2 macam indikator kuantitatif yaitu kinerja lingkungan (Environmental Performance Indicator/EPI) dan indikator kondisi lingkungan (Environmental Condition Indicator/ECI). Mereka adalah parameter-parameter berbeda yang menjelaskan potensi dampak aktivitas, produk, atau jasa pada lingkungan. Parameter-parameter ini adalah hasil dari mengkarakteristikan intervensi lingkungan atau aspek-aspek lingkungan yang telah diklasifikasikan. Jenis indikator environmental index yang sudah banyak dikenal yaitu seperti jumlah limbah yang dhasilkan oleh perusahaan (Sturm dalam Kusumawardhani, 2012). Tabel 1 Baku mutu limbah cair untuk industri pelapisan logam No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Parameter Padatan Tersuspensi pH Kadmium Krom Heksavalen Krom Total Nikel Seng Tembaga Timbal Merkuri Logam Total Phosphat Sianida COD (Bichromat) Zat Organik Minyak dan Lemak Fenol Sumber: SK Gubernur DKI No. 582 Tahun 1995 Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Kadar Maksimum 60,0 6 s/d 9 0,05 0,3 1,0 0,2 2,0 1,0 0,10 0,015 8 4,0 0,05 75,0 50,0 5 0,4 16 2.1.10 Skala Likert Menurut Riduwan dan Akdon (2010) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah dipetakan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Variabel yang akan diukur dalam penggunaan skala likert dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut: Pernyataan positif: a. Sangat Setuju (SS) =5 b. Setuju (S) =4 c. Netral (N) =3 d. Tidak Setuju (TS) =2 e. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 2. Pernyataan Negatif: a. Sangat Setuju (SS) =1 b. Setuju (S) =2 c. Netral (N) =3 d. Tidak Setuju (TS) =4 e. Sangat Tidak Setuju (STS) = 5 2.1.11 Uji Independent t-test Menurut Sarwono (2008), uji T digunakan untuk menilai apakah rata-rata dua kelompok secara statistik berbeda satu dengan yang lain. Penggunaan uji t cocok ketika akan membandingkan rata-rata dua kelompok serta untuk menganalisis desain experimental posttest dua kelompok yang dipilih secara random. Perbedaan rata-rata secara statistik ialah adanya perbedaan variabelitas atau sebaran data antara kelompok yang dibandingkan. Maksudnya dua kelompok 17 mempunyai perbedaan rata-rata jika sebaran data atau variabelitas berbeda satu dengan yang lain. Analisis uji t digunakan untuk menguji perbedaan tersebut. Asumsi penggunaan uji t diantaranya: 1. Data harus terdistribusi normal 2. Data berskala interval atau rasio 3. Ada kesamaan varian dengan menggunakan nilai pengujian F atau pengujian Levene 4. Sampel dapat dependen atau independen tergantung pada hipotesis dan jenis sampel. Sampel independen biasanya dua kelompok yang dipilih secara random. Sedang sampel dependen dapat dua kelompok yang dipasangkan pada variabel tertentu atau orang yang sama diuji dua kali atau disebut sebagai pengujian berulang. 2.1.12 Biaya Standar Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit produk selama satu periode tertentu. Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi sekarang maupun diantisipasi (Carter Usry dalam Maninggarjati, 2012). 2.1.13 Selisih Menurut Iyandri (2009), selisih adalah perbedaan antara standar dengan yang sesunggunnya. Selisih ini dapat digunakan manajemen untuk mengukur prestasi, memperbaiki efisiensi, dan memberi perlakuan tertentu (misalnya sanksi atau penghargaan) terhadap fungsi yang bertanggungjawab. Selisih yang terjadi dapat berupa selisih menguntungkan (favorable variances) atau selisih tidak menguntungkan (unfavorable variances). 2.1.14 Selisih Biaya Bahan Baku Selisih biaya bahan baku adalah selisih antara biaya bahan baku standar yang telah ditentukan dimuka dengan biaya bahan baku yang sesungguhnya terjadi atau dikeluarkan. Hasil dari perhitungan selisih biaya standard bahan baku dengan biaya bahan baku sesungguhnya dapat menentukan apakah perusahaan 18 mendapatkan laba atau rugi. Selisih biaya bahan baku dapat dirumuskan sebagai berikut: SBB = BBSt – BBS Dimana: SBB = Selisih biaya bahan baku BBS = Biaya bahan baku yang sesungguhnya BBSt = Biaya bahan baku sesuai standar/seharusnya Jika (BBSt > BBS) disebut selisih laba, sedangkan jika (BBSt < BBS) disebut selisih rugi (Mulyadi, 2012). 2.2 Penelitian Terdahulu yang Terkait Zuhriyah (2002) dalam penelitiannnya yang dilakukan di perusahaan penyamakan kulit tentang kajian manfaat ISO 14001 menyatakan bahwa syarat utama untuk suksesnya sertifikasi ISO 14001 di suatu perusahaan yaitu kepemimpinan dan keterlibatan top manajemen, keterlibatan dan komitmen seluruh karyawan, sumber dana, dan proyek manajemen yang baik. Penelitian ini juga membuktikan bahwa penerapan SML ISO 14001 di PT. Surya Puspita menimbulkan penghematan biaya dalam hal pengawasan dan pembersihan lingkungan. Penelitian mengenai efektivitas dan efisiensi pengelolaan kualitas lingkungan industri semen oleh Lestari (2004) memberikan hasil bahwa pengelolaan kualitas lingkungan setelah pelaksanaan AMDAL dan penerapan SML ISO 14001 di pabrik semen untuk debu (emisi dan ambient) cukup efektif dengan kecenderungan yang makin menurun dari waktu ke waktu. Pengelolaan lingkungan dalam kegiatan minimasasi limbah yang diterapkan untuk mengurangi massa debu yang masuk ke lingkungan di pabrik semen dapat menghasilkan nilai efisiensi yang cukup tinggi. Kusumawardhani (2012) memberikan hasil bahwa penerapan ISO 14001 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar ISO 14001. Environmental index yang dijadikan perusahaan sebagai parameter kinerja lingkungan juga membuktikan bahwa emisi yang dihasilkan kegiatan perusahaan dapat dikendalikan dan memenuhi baku mutu. 19 Dari ketiga penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa penerapan ISO 14001 : 2005 pada sebuah perusahaan memberikan manfaat yang cukup besar terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Dalam penerapan ISO 14001 : 2005 perlu adanya pemeriksaan terhadap sistem manajemen lingkungan, apakah sistem manajamen lingkungan suatu perusahaan berjalan dengan baik sehingga memberikan kinerja yang meningkat pula yang selanjutnya akan dilanjutkan dengan perbaikan berkesinambungan. 20 21 III KERANGKA PEMIKIRAN OPERASIONAL Imperialisme modern saat ini menyebabkan kegiatan industrialisasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia dapat mengambil keuntungan yang sangat banyak dari kegiatan yang ada dalam industri tersebut. Namun pada kenyataannya dengan semakin banyaknya kebutuhan manusia, kegiatan pemenuhan kebutuhan tersebut memicu industri untuk lebih mengutamakan maximizing benefit dan minimizing cost daripada memperhatikan lingkungan. Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi luaran (output). Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri dapat dilaksanakan pada input, proses maupun pada outputnya dengan melihat spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi. Pencemaran yang ditimbukan oleh industri diakibatkan karena adanya limbah yang keluar dari pabrik dan mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3). Bahan pencemar keluar bersama-sama dengan bahan buangan (limbah) melalui media udara, air dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam. Limbah yang keluar dari pabrik dan masuk ke lingkungan dapat diidentifikasikan sebagai sumber pencemaran dan perlu diketahui jenis bahan pencemar yang dikeluarkan, kuantitas maupun jangkauan pemaparannya. Agar sumber pencemar tersebut dapat diatasi, maka dibuat beberapa instrumen lingkungan. Standardisasi merupakan salah satu kebijakan yang dibuat yang berkaitan dengan lingkungan. Standar yang dimaksud dalam hal ini adalah ISO 14001 yang didalamnya menyangkut aturan tentang Sistem Manajemen Lingkungan (SML). Standar ISO 14001 yang berlaku secara internasional kemudian diadopsi ke dalam terjemahan bahasa Indonesia yang termuat dalam SNI 19-14001-2005. Dalam sektor industri penting baginya untuk menerapkan suatu pengelolaan ataupun sistem manajemen lingkungan. Dengan menerapkan SML ISO 14001 tersebut perusahaan akan berupaya untuk tetap melindungi lingkungan disamping tujuannya mencari keuntungan. Hal tersebut diterapkan perusahaan dengan 22 melakukan program-program yang dapat mengurangi pencemaran dan juga memperbaiki proses produksi hingga ke tahap ramah lingkungan semaksimal mungkin. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji dan membuktikan apakah penerapan ISO 14001 tersebut masih dijalankan oleh perusahaan dengan efektif atau tidak. Lalu apakah kinerja lingkungan sebagai hasil dari penerapan ISO 14001 tersebut dapat membantu perusahaan untuk melindungi lingkungan dengan mematuhi peraturan mengenai standar kadar limbah yang ditetapkan, dan juga bagaimana penerapan ISO 14001 dapat memberikan manfaat terhadap perusahaan dari segi ekonomi dan lingkungan. 23 Dari uraian tersebut, dapat dibuat alur pemikiran sebagai berikut: Peningkatan pencemaran Perkembangan Industri Lingkungan Penetapan Standar Internasional Sistem Manajemen Lingkungan Analisis Efektivitas Penerapan SML ISO 14001 di perusahaan Penilaian Kinerja Lingkungan Kinerja lingkungan Benefit untuk Perusahaan berdasarkan pengukuran Perusahaan limbah Mengkaji Upaya Kondisi Pemenuhan Eksisiting Standar SML ISO 14001 Penghematan Parameter Limbah biaya konsumsi Cair Industri air dan listrik Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif Analisis dan deskriptif dan uji statistik kuantitatif dan deskriptif (Kualitatif) Gambar 3 Bagan Alur Pemikiran Operasional Keterangan : : Ruang Lingkup Penelitian : Keterkaitan Langsung 24 25 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT XYZ plant 2, Jakarta Utara. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan: (1) Perusahaan memberikan izin untuk dilakukan penelitian di tempatnya dan bersedia untuk memberikan data yang terkait dengan penelitian. (2) Perusahaan ini telah mendapat sertifikasi ISO 14001. Pengambilan data yang diperlukan untuk penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2013. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang merupakan officer head dari divisi Environment Healt and Safety (EHS) yang menangani ISO 14001 PT. XYZ dan memiliki wewenang untuk memberikan penjelasan terkait penelitian. Wawancara langsung juga dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait yang dapat dijadikan informan dalam penelitian serta observasi lapang. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki PT XYZ, seperti dokumen terkait ISO 14001, prosedur SML ISO 14001 perusahaan, data parameter limbah cair industri, dan juga jumlah konsumsi air dan listrik. Selain itu data sekunder diperoleh juga dari studi kepustakaan berupa buku-buku, jurnal, internet serta data pendukung dari studi literatur relevan yang terkait dengan penelitian. 4.3 Metode Penentuan Sampel Sampel yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah key person. Key person tersebut merupakan seseorang atau karyawan dari PT. XYZ plant 2 yang memiliki wewenang untuk memberikan informasi terkait ISO 14001 dan juga mentor peneliti selama melakukan penelitian. Key person yang dijadikan sumber informasi untuk penelitian di PT. XYZ berjumlah 1 orang. Sementara 26 informan lainnya seperti karyawan PT. XYZ yang berada di bagian produksi, Water Treatment, EHS diwawancarai secara informal. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara non probability sampling jenis purposive sampling yaitu pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak melainkan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja disesuaikan dengan tujuan penelitian. Informan selain key person sebelumnya harus dipastikan telah mendapatkan konfirmasi dari key person untuk memberikan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder yang kemudian data tersebut selanjutnya diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara kuantitatif digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja lingkungan perusahaan yang kemudian hasilnya akan digambarkan melalui grafik dan diuraikan secara kualitatif (deskriptif). Analisis kuantitatif juga digunakan untuk mengukur kadar limbah cair perusahaan yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian secara statistik. Analisis kuantitatif juga dilakukan untuk menghitung estimasi manfaat secara finansial yang diperoleh perusahaan melalui programprogram lingkungan yang diterapkan. Data yang telah terkumpul kemudian diolah secara manual dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007, program statistik SPSS 16.0 dan juga Minitab. Untuk memudahkan menjawab tujuan-tujuan penelitian dan pemahaman dalam melakukan proses analisis maka digunakan matriks metode penelitian seperti pada Tabel 2 berikut ini: 27 Tabel 2 Matriks Keterkaitan antara Tujuan Penelitian, Sumber Data, Metode, dan Jenis Data. No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Jenis Data 1 Mengkaji efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT. XYZ Data Primer (wawancara key person melalui kuesioner) Data Sekunder (dokumen perusahaan) Penilaian kinerja lingkungan dan informasi mengenai implementasi SML ISO 14001 perusahaan. 2 Menganalisis kinerja lingkungan terhadap limbah berdasarkan ISO 14001 Data sekuder (dokumen perusahaan) Analisis Kuantitatif dan uji statistik Pengukuran limbah cair industri, referensi peraturan yang menjadi acuan 3 Mengestimasi nilai keuntungan ekonomi perusahaan sebagai dampak penerapan ISO 14001 Data sekunder (dokumen perusahaan) Analisis Kuantitatif (Selisih biaya bahan baku) Perhitungan volume konsumsi air fasum dan daya pemakaian listrik Sumber: Penulis (2013) 4.4.1 Efektivitas Penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ Efektivitas penerapan SML ISO 14001 dicerminkan oleh penilaian kinerja lingkungan berdasarkan SML perusahaan. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara terstruktur mengggunakan kuesioner yang diberikan kepada key person. Kuesioner yang digunakan mengambil pola yang sesuai dengan metode PDCA ISO 14001 dan dikembangkan dalam “Daftar Periksa Kondisi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001”. Di dalam kuesioner tersebut terdapat pertanyaanpertanyaan yang disusun dengan bahasa formal mengenai kesesuaian SML yang diterapkan perusahaan dengan standar ISO 14001. Pertanyaan yang tertera pada kuesioner dijawab dalam bentuk angka 0 sampai dengan 4, yaitu: 0 = Tidak, perusahaan belum melaksanakan kegiatan ke arah ini 1 = Tidak, tetapi perusahaan ingin menerapkannya. 2 = Ya, perusahaan sudah menerapkan tetapi masih perlu penyempurnaan untuk memenuhi standar. 28 3 = Ya, perusahaan sudah menerapkan sesuai dengan standar 4 = Ya, perusahaan sudah menerapkan dengan baik dan dapat diaplikasikan sebagai contoh bagi perusahaan lain Penilaian terhadap kinerja lingkungan dilakukan terhadap variabel-variabel yang merupakan elemen SML ISO 14001, yaitu (1) Kebijakan lingkungan, (2) Perencanaan, (3) Implementasi, (4) Pemeriksaan dan tindakan koreksi, dan (5) Pengkajian manajemen. Penilaian kinerja lingkungan tersebut dirumuskan sebagai berikut: 𝑋𝑖 = ∑Pi , i = 1,2,3, … ,5. (Hadiwiardjo, 1997) 𝑀𝑖 Keterangan: Xi = variable ke-i, 0 ≤ Xi ≤ 1 ∑Pi = jumlah nilai variable ke-i yang dicapai, dan Mi = jumlah nilai maksimum variabel ke-i yang didapatkan dari banyaknya pertanyaan dikalikan skor tertinggi. Sehingga penilaian tiap elemen berdasarkan rumus tersebut adalah sebagai berikut: a. Kebijakan lingkungan (X1) = ∑ P1 28 b. Perencanaan (X2) = ∑ P2 96 c. Penerapan dan Operasi (X3) = ∑ P3 164 d. Pemeriksaan dan tindakan koreksi (X4) = ∑ P4 100 e. Pengkajian manajemen (X5) = ∑ P5 32 Selanjutnya skor dari tiap elemen tersebut dijumlahkan dimana hasilnya merupakan nilai dari kinerja lingkungan (Y) yang dirumuskan sebagai berikut: Y = ∑ Xi, 0 ≤ X ≤ 5, i = 1,2,…, 5. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penilaian kinerja lingkungan perusahaan antara lain sebagai berikut: 29 1. Bila nilai yang diperoleh: 0 ≤ Y < 2, maka kinerja lingkungan perusahaan belum baik 2. Bila nilai yang diperoleh: 2 ≤ Y < 4, maka kinerja lingkungan perusahaan sudah baik, namun perlu penyempurnaan 3. Bila nilai yang diperoleh: 4 ≤ Y < 5, maka kinerja lingkungan perusahaan sangat baik. 4.4.1.1 Pencapaian Pemenuhan Standar ISO 14001 Perusahaan Nilai yang diperoleh untuk masing-masing elemen ISO 14001 dapat dijadikan gambaran mengenai seberapa besar persentase perusahaan mampu memenuhi standar persyaratan ISO 14001 dalam menerapkan SML. Dalam analisis ini, masing-masing skor elemen persyaratan yang diperoleh melalui wawancara key person maupun observasi langsung di lapang akan dimasukkan ke dalam rumus perhitungan sebagai berikut: 𝑋𝑖 = ∑Pi , i = 1,2,3, … ,15 ∑Qi Pencapaian pemenuhan standar = ∑Xi x 100% Nilai Standar Keterangan: Xi = nilai elemen persyaratan ke-i Pi = skor yang didapat dari tiap pertanyaan untuk elemen Xi Qi = pertanyaan untuk elemen Xi Nilai standar = (banyaknya elemen persyaratan x skor standar) Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memaparkan hasil kesesuaian kondisi SML perusahaan dengan standar ISO 14001. Pencapaian pemenuhan standar juga digambarkan melalui grafik persebaran. Selain itu, analisis deskriptif juga digunakan untuk menguraikan hasil wawancara terkait upaya perusahaan dalam memenuhi standar. Tujuan penelitian mengenai efektivitas penerapan SML ISO 14001 digambarkan melalui Tabel matriks penelitian berikut ini. 30 Tabel 3 Matriks pengkajian efektivitas penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ Tujuan Mengkaji efektivitas penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ berdasarkan standar Jenis Data dan Cara Mengumpulkan Data Indikator/Parameter 1. Penilaian kinerja lingkungan berdasarkan kondisi SML 14001 perusahaan. Adapun parameter SML yang harus dipatuhi antara lain: a. Kebijakan lingkungan b. Perencanaan c. Implementasi d. Pemeriksaan dan tindakan koreksi e. Pengkajian manajemen 2. Upaya pemenuhan standar Data Primer (Wawancara langsung dalam bentuk kuesioner) Data Sekunder (dokumen perusahaan tentang SML perusahaan) Sumber: Penulis (2013) 4.4.2 Kinerja Lingkungan terhadap Limbah Cair Industri Berdasarkan ISO 14001 Uji t digunakan untuk melihat kinerja lingkungan berdasarkan pengukuran parameter limbah cair industri pelapisan logam yang terdiri dari kadmium, timbal, seng, sianida, nikel dan logam total dimana parameter tersebut termasuk ke dalam jenis logam B3. Data setiap tahunnya diolah dengan menggunakan software SPSS versi 16.0 dan juga minitab. Melalui uji t dapat terlihat peningkatan secara signifikan, penurunan atau bahkan tidak berbeda nyata (tetap) pada kinerja lingkungan yang akan diteliti. Prinsip dari uji t itu sendiri adalah menguji apakah suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata ataukah tidak dengan ratarata sebuah sampel. Nilai yang dimaksud adalah nilai parameter untuk mengukur suatu populasi. Adapun rumus perhitungan yang digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut: 𝑡= X −μ (Sam, 2006) SD ) ( N 31 Keterangan : t = nilai t hitung 𝑋 = rata-rata sampel µ = nilai parameter SD = standar deviasi sampel N = jumlah sampel Hipotesis yang dibuat dalam pengujian ini adalah sebagai berikut: H0 : µ1= µ2= µ3= µ4…… µn= µ, kadar logam jenis (X) dari tahun ke tahun tidak berbeda nyata H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda nyata. Taraf nyata yang digunakan dalam pengujian ini sebesar 5% (0,05). Jika nilai (p value < α), maka kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0 atau terima H1. Sebaliknya jika nilai (p value > α), maka kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H1 atau terima H0. Tujuan mengenai kinerja lingkungan terhadap limbah berdasarkan ISO 14001 digambarkan melalui matriks penelitian berikut ini. Tabel 4 Matriks dampak kinerja lingkungan terhadap limbah cair industri Tujuan Menganalisis kinerja lingkungan terhadap limbah cair industri Indikator/Parameter 1. Data limbah cair (kadmium, timbal, seng, sianida, nikel, logam total) tahun 2010 sampai dengan 2013 2. Baku mutu mengenai parameter limbah cair industri pelapisan logam Jenis Data dan Cara Mengumpulkan Data Data sekunder (dokumen perusahaan) Sumber: Penulis (2013) 4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Penerapan SML ISO 14001 Aspek ekonomi yang akan diteliti mencakup manfaat dari segi finansial dari kegiatan recycle dan penghematan sumber daya energi listrik yang telah diterapkan oleh perusahaan. Analisis ini membutuhkan data-data sekunder yang dimiliki perusahaan mengenai seberapa banyak air dan listrik yang dikonsumsi oleh perusahaan. 32 Efektivitas dan efisiensi kinerja dalam perusahaan dapat meminimalkan pengeluaran-pengeluaran tidak efisien sehingga terjadi penghematan terhadap biaya. Estimasi penghematan biaya yang diperoleh dicerminkan melalui selisih antara biaya konsumsi air tanpa menerapkan recycle dengan biaya konsumsi air dengan recycle. Biaya tanpa dan dengan recycle dipengaruhi oleh perbedaan harga dan kuantitas air yang berasal dari PDAM maupun daur ulang. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah: Penghematan Biaya = Biaya Konsumsi Air Tanpa Recycle – Biaya Konsumsi Air dengan recycle Rumus tersebut disimbolkan sebagai berikut: ∆TC = TCTR – TCR ∆TC = TCTR – (Cair PDAM + Cair recycle) TCTR = Qair PDAM x Pair PDAM Cair PDAM = (Qair PDAM – Qair recycle) x Pair PDAM Cair recycle = Qair recycle x Polah air Dimana: ∆TC = Selisih Biaya Konsumsi Air atau Penghematan Biaya (Rp) TCTR = Biaya konsumsi air tanpa recycle (Rp) TCR = Biaya konsumsi air dengan recycle (Rp) Cair PDAM = Biaya Cair recycle = Biaya konsumsi air recycle (Rp) Qair PDAM = Jumlah air yang berasal dari PDAM (m3) Qair recycle = Jumlah air yang direcycle (m3) Pair PDAM = Harga air PDAM per meter kubik (Rp/m3) Polah air = Harga air yang diolah per meter kubik (Rp/m3) konsumsi air yang berasal dari PDAM (Rp) Tujuan mengenai dampak ekonomi penerapan SML ISO 14001, dapat digambarkan melalui matriks penelitian berikut ini: 33 Tabel 5 Matriks Dampak Ekonomi Penerapan SML ISO 14001 Tujuan Mengestimasi besarnya nilai keuntungan ekonomi dari kegiatan kegiatan recycle air dan penghematan energi listrik Sumber : Penulis (2013) Indikator/Parameter 1. Jumlah air yang dikonsumsi 2. Jumlah energi listrik yang dikonsumsi 3. Biaya air bersih PDAM per m3 4. Biaya pengolahan air recycle per m3 Jenis Data dan Cara Mengumpulkan Data Data sekunder (dokumen perusahaan) 34 35 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Profil PT. XYZ PT. XYZ merupakan perusahaan besar di Indonesia yang termasuk dalam industri automotif dengan output produksi berupa sepeda motor. Pada awal berdirinya, PT. XYZ bernama Federal Motor yang didirikan pada tanggal 11 Juni 1971 dimana kegiatan di perusahaan ini masih sebatas perakitan sepeda motor saja. Federal Motor membangun pabrik kembali dengan nama X Federal pada tanggal 23 Juli 1971 dan X Engine Manufacturing pada tanggal 1 Januari 1985 yang kemudian kedua perusahaan tersebut melakukan merger pada tanggal 12 November 1998. Federal Motor kemudian resmi mengganti namanya menjadi XYZ pada tanggal 8 September 2000. Dan akhirnya, perusahaan XYZ dan X Federal melakukan merger pada tanggal 3 November 2000 yang masih aktif beroperasi hingga sekarang dengan nama PT. XYZ. Aktivitas yang dilakukan di PT. XYZ antara lain kegiatan manufaktur dan perakitan, pemasaran serta distribusi sepeda motor. Status investasi PT. XYZ berupa penanaman modal asing dimana 50% dari status kepemilikannya dimiliki oleh PT. Astra Internasional, Tbk sedangkan 50% lagi dimiliki oleh PT. XYZ. Melihat perkembangan pasar automotif dan meningkatnya kebutuhan para konsumen, saat ini PT. XYZ sudah memiliki 3 plant yang aktif beroperasi 24 jam dengan pembagian 3 shift jam kerja. Plant 1 yang merupakan pusat seluruh pabrik berlokasi di Sunter, Jakarta Utara dengan kegiatan produksi yang menghasilkan output sepeda motor bebek. Plant 2 berlokasi di Kelapa Gading Pegangsaan Jakarta Utara merupakan pabrik yang memproduksi sepeda motor sport. Sedangkan plant 3 berlokasi di Cikarang dengan output sepeda motor automatic. Visi PT. XYZ sendiri yaitu untuk menjadi pemimpin di pasar sepeda motor Indonesia dengan cara mewujudkan impian para pelanggan. Sedangkan misinya yaitu menciptakan solusi transportasi untuk bangsa Indonesia dengan memberikan produk dan pelayanan yang terbaik. 36 5.2 Proses Pembuatan Motor Proses pembuatan sepeda motor di PT. XYZ memiliki alur yang cukup panjang komponen mesin yang diperlukan sepeda motor diproduksi sendiri di dalam pabrik. Berbagai bahan baku dari lokal maupun impor berupa alumunium, biji plastik besi plat, dan lain-lain dibawa ke masing-masing bagian untuk diolah. Berikut Gambar dan penjelasan mengenai alur proses produksi sepeda motor di PT. XYZ. Gambar 4 Alur proses produksi pembuatan sepeda motor di PT. XYZ 1. Casting Casting adalah suatu kegiatan percetakan (injeksi) bagian-bagian sepeda motor dengan menggunakan gaya gravitasi. Bahan baku yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu alumunium, pasir, steel part yang berbentuk steel coil dan pipa. Proses casting terbagi menjadi 2 lini produksi sesuai dengan tekanannya, yaitu Low Pressure Die Casting (LPDC) dan High Pressure Die Casting (HPDC). Output produksi dari proses die casting adalah cylinder head dan piston. Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan kedua komponen tersebut berupa scrap alumunium, abu blasting, oli bekas, dan pasir atau resin. 37 2. Machining Machining adalah proses lanjutan komponen dari die casting. Pada proses machining dilakukan pengeboran, pembuatan lubang, pencucian komponen agar bebas dari kart, oli dan scrap, dan juga pengecekan akhir secara visual terhadap komponen sehingga menghasilkan cyl comp dan piston yang telah sempurna dan siap untuk dirakit atau digabungkan dengan komponen-komponen lain. Material yang menjadi objek bahan produksi sebagian besar sama dengan proses die casting, hanya saja pada proses ini dibutuhkan cairan pendingin (coolant) yang digunakan untuk mendinginkan bahan logam yang dibubut. Maka dari itu, limbah yang terdapat pada proses machining ini adalah potongan-potongan logam, serta cairan bekas pendingin. 3. Assy Engine Assy engine atau assembling engine adalah proses perakitan mesin-mesin sepeda motor yang kemudian dilanjutkan ke pemasangan rem sehingga terbentuk mesin-mesin yang siap dipakai. 4. Painting Painting adalah proses pengecatan atau pelapisan suatu benda (logam, kayu, plastik, dan lain-lain) dimana bahan pelapis (film) yang dipakai biasanya memiliki warna tertentu. Komponen yang dimasukkan dalam proses painting adalah fuel tank, dan swing arm dimana komponen tersebut diproduksi di luar pabrik. Fungsi dari painting adalah untuk dekorasi komponen, perlindungan komponen agar tahan karat, dan memberikan kesan special untuk para konsumen. Proses painting dibagi menjadi dua jenis yaitu painting plastic dan painting steel. Pengecatan dilakukan dengan metode penyemprotan dan pencelupan. Komponen cat berupa pigment (warna), resin (perekat), solvent (pelarut), additive (bahan tambahan untuk sifat). 5. Welding Welding adalah proses pengelasan dengan tujuan menyambung bagian-bagian komponen sepeda motor berupa fuel tank dan swing arm menjadi bagian yang lebih kompleks. Pada proses ini, bagian depan dan belakang yang mengalami proses pengelasan digabung menjadi frame body motor yang utuh. Aspek lingkungan dari proses welding ini berupa paparan debu, kebisingan, dan 38 keselamatan karyawan yang harus selalu diperhatikan karena proses pengelasan yang cukup berbahaya dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. 6. Plating Plating adalah proses pelapisan logam dengan logam. Logam yang dipakai adalah nikel dan krom sehingga dihasilkan logam yang tahan karat. 7. Assy Wheel Assy wheel adalah proses pemasangan jari-jari velg dan pemasangan ban. Selain itu dilakukan juga pengecekan setiap bagian pada jari-jari yang dipasang untuk lebih memastikan faktor ketelitian. 8. General Sub Assy Unit Gen sub assy merupakan proses perakitan non-unit seperti pemasangan stripping, perakitan lampu depan dan belakang. 9. Assembling Unit Assembling unit adalah proses dimana seluruh bagian dari sepeda motor dirakit untuk menjadi produk jadi sepeda motor utuh. 10. Final inspection Final inspection adalah proses dimana pada produk akhir berupa sepeda motor dilakukan pengecekan terakhir yaitu uji emisi dan test drive. 11. Distribusi Pada proses ini sepeda motor siap untuk didistribusikan ke main dealer. Secara lebih ringkas Gambaran proses produksi, input, dan ouputnya dijelaskan melalui Tabel matriks yang dijabarkan pada halaman berikutnya. 39 Tabel 6 Matriks proses produksi beserta input, dan outputnya Tahapan Proses Casting Material Input 1. 2. 3. 4. Machining Alumunium Biji besi Pasir atau resin Ingot 1. Komponen setengah jadi dari die casting 2. Air coolant (cairan pendingin) Assy engine 1. Cyl comp 2. Piston Painting 1. Fuel Tank 2. Swing Arm 3. Pigment (cairan pewarna) 4. Solvent (pelarut) 5. Resin (perekat) Welding 1. Fuel Tank yang sudah diwarnai 2. Swing Arm yang sudah diwarnai Plating 1. Logam nikel 2. Logam krom Assy Wheel 1. Velg 2. Ban Gen Sub Assy 1. Mesin motor Unit 2. Frame body 3. Ban motor Final Assy Unit Sepeda motor yang yang telah selesai dirakit Output Komponen produk 1. Cylinder head 2. Piston 1. Cylinder comp 2. Piston Mesin sepeda motor 1. Fuel tank yang sudah diwarnai 2. Swing arm yang sudah diwarnai Limbah 1. Scrap alumunium 2. Potongan logam 3. Resin 4. Abu blasting 5. Abu casting 6. Oli bekas 1. Potongan logam 2. Minyak kotor 3. Scrap alumunium 1. Paparan debu 2. Oli bekas 1. Kerak cat (paint sludge) 2. Sarung tangan bekas Frame body utuh 1. Potongan logam yang siap dirakit 2. Asap debu Logam tahan karat Potongan logam Ban motor yang Potongan karet ban siap dirakit Kumpulan komponen yang sudah dirakit Sepeda motor yang siap diuji emisi Final Inspection Sepeda motor yang Sepeda motor yang 1. Emisi gas siap melakukan uji sudah sesuai standar buangan (CO2) emisi emisi dan siap 2. Asap dipasarkan Distribusi - Sepeda Motor yang siap didistribusi ke dealer. 40 5.3 Manajemen Penanganan Limbah di PT. XYZ Dalam proses produksi dan pengoperasian sarana atau fasilitas pabrik akan timbul berupa buangan limbah baik berbentuk padat, cair, maupun udara. Apabila limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan. PT. XYZ melakukan pengelolaan lingkungan terhadap limbahnya berdasarkan dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) dimana manajemen penanganan limbah tersebut juga terdokumentasi sesuai dengan prosedur ISO 14001. 5.3.1 Penanganan Limbah B3 Di PT. XYZ terdapat limbah yang termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti besi campur, besi halus, alumunium, besi keriting, abu blasting, paint sludge-kerak cat, scrap melting, scrap casting, WWT Sludge, oil bekas - minyak kotor, abu casting, sludge machining, solvent, majun sarung tangan bekas, used rags. Pengelolaan limbah B3 dari hidrokarbon seperti thinner, solar, dan oli dilakukan dengan mengumpulkan limbah tersebut pada Tempat Pembuangan Sementara (TPS), sedangkan limbah B3 berupa abu casting dan abu blasting dikelola dengan mengirimkan limbah tersebut ke suatu badan penerima yaitu PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI). PT. XYZ plant 2 memiliki unit tersendiri untuk menangani limbah B3 dimana terdapat dua Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang berguna untuk menampung limbah tersebut. Di plant 2, TPS 1 berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah B3 jenis abu blasting, paint sludge-kerak cat, scrap melting, scrap casting, WWT Sludge, oli bekas - minyak kotor, abu casting, sludge machining, solvent, majun sarung tangan bekas, used rags. Sedangkan di TPS 2 menampung limbah B3 jenis besi campur, besi halus, alumunium, besi keriting. TPS pada plant 2 berbentuk balok tangki yang terbuat dari logam tahan karat dan bocor sehingga tidak menghasilkan kebocoran. Pengemasan limbah B3 PT. XYZ plant 2 sepanjang pengamatan telah dikemas dalam drum yang tahan terhadap karakteristik limbah yang disimpannya dan juga ditutup sangat erat serta diberi label sesuai jenis dan karakteristik limbah yang disimpannya. Oleh karena itu, limbah-limbah tersebut tidak tercampur dengan limbah lain dan tetap terorganisir 41 dengan baik sesuai dengan tempatnya. Perizinan TPS di PT. XYZ sudah disahkan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) setempat. Penanganan limbah B3 telah terdokumentasi sesuai dengan ketentuan ISO 14001. Hal ini terlihat dengan adanya dokumen manifest limbah antara PT. XYZ dengan pihak ketiga. Dokumen manifest tersebut memberikan bukti bahwa limbah B3 yang terdapat di PT. XYZ telah dialihkan kepada pihak ketiga dengan cara menjual limbah tersebut. Penjualan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. XYZ dapat meminimalisir dampak negatif bagi lingkungan dan juga kesehatan manusia. 5.3.2 Penanganan Limbah Cair Jenis dampak besar dari limbah cair adalah kualitas air permukaan di saluran drainase atau sungai akibat buangan domestik, Waste Water Treatment (WWT), oli bekas. Sumber dampak yang menyebabkan penurunan kualitas air permukaan adalah: a. Air buangan dari kegiatan proses produksi yang diolah di WWT yaitu WWT painting dan WWT coolant. WWT Painting berfungsi untuk mengolah limbah dari proses painting, sedangkan WWT coolant berfungsi untuk mengolah limbah dari proses die casting dan machining. b. Air buangan dari kegiatan domestik seperti toilet dan kantin. PT. XYZ memiliki unit tersendiri untuk pengolahan limbah cair. c. Oli bekas yang berasal dari mesin-mesin produksi dan genset. Tolak ukur dampak dari air limbah dari WWT mengacu pada SK Gub KDKI No. 582 tahun 1995 tentang baku mutu air sungai golongan D dan baku mutu limbah cair industri. Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC) yang dibangun oleh PT. XYZ atau Waste water treatment (WWT) terbagi menjadi 4 klasifikasi serta memiliki flow process yang berbeda sesuai dengan karakteristik limbahnya masing-masing, yaitu: (1) WWT Die Casting, (2) WWT Machining, (3) WWT Painting dan (4) WWT Integrasi. WWT 1 sampai dengan 3 disebut dengan WWT Pre-Treatment. Proses pengolahan yang dilakukan di WWT antara lain dijelaskan sebagai berikut: 42 1. Equalisasi Chemical yaitu proses pengolahan air dengan menggunakan zat kimia agar diperoleh standar baku mutu yang diinginkan. 2. Equalisasi Biological yaitu proses pengolahan air dengan menggunakan bakteri agar diperoleh standar baku mutu yang diinginkan 3. Dissolved Air Floating (DAF) yaitu proses pengangkatan minyak dan lumpur ke bagian atas tangki sehingga air bersih dapat dipisahkan dan terdapat di bagian bawah tangki. 4. Bak Slurry yaitu proses penyimpanan lumpur hasil pengolahan limbah. 5. Filter Press yaitu proses pemerasan kandungan air yang terdapat pada lumpur hasil pengolahan limbah. 6. Bak Seeding Bioreaktor yaitu penyediaan tempat reaktivasi bakteri yang telah melemah. 7. Bak Aerasi (Biological) yaitu pemberian gelembung udara untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam air. Setelah mengalami pengolahan dan telah memenuhi baku mutu, air tersebut dibuang ke badan penerima yaitu sungai Cakung. Berikut Gambar yang menunjukkan proses pengolahan limbah di WWT: Sumber: Data sekunder PT. XYZ Gambar 5 Proses pengolahan limbah cair di WWT PT. XYZ 5.3.3 Penanganan Limbah Udara Jenis dampak penting dari limbah udara adalah meningkatnya pencemaran akibat adanya kegiatan di industri kendaraan bermotor roda dua seperti debu, 43 asap, emisi gas buang yang dapat menyebabkan gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan. Sumber pencemaran emisi cerobong dari proses produksi berasal dari lokasi-lokasi seperti rim forming, welding, plating, die casting, painting steel, painting plastic, incenerator, perparkiran dan proses pengujian akhir sepeda motor yang menghasilkan emisi gas buang. Tolak ukur dampak kualitas udara adalah baku mutu kualitas bebas lingkungan sesuai Kep. Gub. DKI Jakarta No. 551 tahun 2001. Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan terhadap limbah udara antara lain: 1. Memasang exhaust fan, dust collector, kipas angin di area produksi 2. Menyediakan alat pelindung diri (APD) berupa ear plug untuk mengatasi kebisingan dan kacamata las untuk melindungi mata karyawan dari paparan debu. 3. Menyediakan genset sebagai energi cadangan dan ditempatkan dalam tempat khusus. 4. Perawatan incenerator dan mesin pengangkat barang 5. Penyediaan ruang bebas rokok 6. Meletakkan cerobong di setiap titik sumber emisi untuk mengatasi masalah asap dan debu. Upaya pengelolaan lingkungan terhadap manajemen limbah yang dilakukan PT. XYZ tersebut membuktikan bahwa perusahaan telah melakukan usaha-usaha pengelolaan seoptimal mungkin untuk mengurangi dampak pencemaran kualitas udara. Hasil yang diperoleh berdasarkan pengujian menunjukkan kondisi kualitas udara yang masih di bawah baku mutu. Usaha-usaha tersebut juga masih terus dilakukan di area sumber pencemaran. Pelaporan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara disampaikan kepada BPLHD DKI Jakrata dan BPLHD Jakarta Utara. Pengelolaan lingkungan terhadap limbah yang telah diuraikan diatas secara keseluruhan memiliki tujuan utama yaitu untuk meminimalisir dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan yang terjadi. Manajemen penanganan limbah yang telah dilakukan PT. XYZ secara garis besar dijabarkan dalam Tabel 7 berikut ini. 44 Tabel 7 Matriks penanganan limbah serta perolehan hasil yang dicapai oleh PT.XYZ Kategori Limbah Padat: Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Cair 1. 2. 3. 4. 5. 6. Udara 1. 2. 3. Jenis Limbah Penanganan yang Dilakukan Hasil yang dicapai Potongan logam Scrap alumunium Abu casting Abu blasting Kerak cat WWT Sludge Solvent Minyak kotor APD bekas 1. Menempatkan limbah B3 ke TPS serta dilakukan pemisahan sesuai dengan jenisnya. 2. Menyediakan sludge dryer untuk mengeringkan lumpur bekas pengecatan agar tidak mengerak. 3. Mengalihkan pengelolaan limbah dengan cara menjual limbah ke PPLI dan pihak ketiga lainnya. 4. Membuat dokumen manifest sebagai bukti tertulis pengelolaan limbah oleh pihak ketiga. 1. Volume limbah padat berkurang 2. Lingkungan di area pabrik bersih dan terorganisir dengan baik. 3. Pengelolaan lingkungan terdokumentasi sesuai ISO 14001 4. Peningkatan kerjasama antara perusahaan dengan badan penerima limbah 1. Membangun WWT yang berfungsi sebagai tempat pengolahan air limbah. 2. Mengoptimalkan kinerja unitunit pengolahan limbah cair yang telah ada dengan secara rutin melakukan swapantau terhadap kualitas outlet air bersih. 3. Melakukan analisa lab terhadap parameter limbah cair setiap bulan 4. Membuat sistem pengolahan sederhana untuk menyaring buangan dari kantin seperti membuat trapping oil yang secara berkala dibersihkan dan agar buangan dari kantin tersebut tidak langsung dibuang ke saluran drainase. 1. Memasang exhaust fan, dust collector di area produksi. 2. Menyediakan APD berupa earplug dan kacamata las. 3. Perawatan incenerator dan forklift 4. Penyediaan Ruang bebas merokok 5. Melakukan swapantau terhadap kualitas udara. 1. Kondisi kualitas air yang dibuang ke lingkungan berada di bawah baku mutu limbah cair industri yang ditetapkan oleh pemerintah. Kadmium Timbal Nikel Seng Sianida Logam Total Asap Debu Emisi gas buangan (CO2) 1. Kondisi kualitas udara berada di bawah baku mutu. 2. Kesehatan karyawan dapat terjaga 3. Keamanan lingkungan kerja lebih terjamin. 45 VI ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN SML ISO 14001 di PT. XYZ Sertifikasi ISO 14001 menandakan bahwa suatu perusahaan yang telah diaudit, dinilai, dievaluasi oleh auditor maupun asesor lingkungan mampu memberikan hasil yang membuktikan bahwa SML perusahaan tersebut telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar ISO 14001. Perolehan sertifikasi ISO 14001 harus bersinambung dengan penyempurnaan yang berkelanjutan sehingga sertifikasi tersebut dapat dipertahankan. PT. XYZ sudah mendapatkan sertifikat ISO 14001 sejak tahun 2004 yang disahkan oleh lembaga sertifikasi SAI Global. Beberapa hal yang mendasari PT. XYZ untuk mendapatkan sertifikasi ISO 14001 antara lain: (1) Atas dasar kemauan sendiri, (2) Adanya permintaan pasar, (3) Untuk meningkatkan kepedulian karyawan serta tanggung jawab moral, (4) Untuk meningkatkan citra perusahaan, (5) Adanya permintaan dari Holding Company dan (6) Untuk melakukan pencegahan pencemaran. Melihat jangka waktu sertifikasi yang sudah bertahan lama, kinerja lingkungan di PT. XYZ dapat diasumsikan efektif. Salah satu cara yang dapat membuktikan efektivitas tersebut adalah dengan melakukan penilaian terhadap kinerja lingkungan berdasarkan kondisi SML di PT. XYZ apakah masih berjalan sesuai dengan standar ISO 14001 atau tidak. 6.1 Penilaian Kinerja Lingkungan Berdasarkan Kondisi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. XYZ Kinerja lingkungan suatu perusahaan dapat dikatakan baik dan efektif apabila telah tercapainya kondisi SML yang sudah sesuai dengan standar ISO 14001. Indonesia telah mengadopsi standar internasional SML ISO 14001 dan mengubahnya ke dalam bentuk terjemahan bahasa Indonesia. Hasil dari terjemahan tersebut diuraikan di dalam suatu dokumen yang telah disahkan pemerintah dan berlaku untuk Indonesia dengan nama Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-14001-2005. Di dalam SNI 19-14001-2005 terdapat penjelasan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan dalam menerapkan SML. Persayaratan tersebut berupa beberapa elemen SML dimana elemen tersebut dijadikan parameter ataupun variabel penilaian kinerja lingkungan. Elemen-elemen persyaratan SML antara lain kebijakan lingkungan 46 (X1), perencanaan (X2), implementasi (X3), pemeriksaan (X4) dan pengkajian manajemen (X5). Hasil observasi lapang yang dilakukan mengenai penilaian kinerja lingkungan PT. XYZ dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini. Tabel 8 Nilai kinerja lingkungan berdasarkan kondisi SML ISO 14001 PT. XYZ No Elemen (i) Skor Elemen yang Diperoleh (Pi) Skor Maksimum Elemen (Mi) Skor Akhir Elemen (Xi) 1 Kebijakan 26 28 0,93 2 Perencanaan 79 96 0,82 3 Implementasi Pemeriksaan dan tindakan koreksi Pengkajian Manajemen 123 164 0,75 75 100 0,75 24 32 0,75 4 4 5 Total (Y) Sumber: Data primer (diolah), 2013 Simbol (Y) menggambarkan nilai dari kinerja lingkungan PT. XYZ yang diperoleh melalui perhitungan dengan cara menjumlahkan skor akhir tiap elemen SML. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh adalah Y=4. Nilai 4 tersebut memberikan kesimpulan bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ berdasarkan kondisi SML ISO 14001 termasuk dalam kategori sangat baik (4 ≤ Y < 5). Kinerja lingkungan yang terbilang sangat baik juga dapat dibuktikan secara kualitatif melalui penyesuaian antara prosedur SNI-14001-2005 dengan implementasi SML ISO 14001 di PT.XYZ. 6.2 Kesesuaian Implementasi SML ISO 14001 di PT. XYZ Berdasarkan Prosedur SNI 19- 14001-2005 a. Pasal 4.2 (Kebijakan Lingkungan) Kebijakan LK3 yang disusun oleh perusahaan harus sesuai dengan SNI 19- 14001-2005 pasal 4.2 yang menyatakan bahwa: “Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan lingkungannya: bahwa kebijakan dalam lingkup sistem manajemen 47 1. Sesuai dengan sifat, ukuran dan dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasanya. 2. Mencakup komitmen pada perbaikan berkelanjutan dan pencegahan pencemaran. 3. Mencakup komitmen untuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lain yang diikuti organisasi, yang terkait dengan aspek lingkungannya. 4. Menyediakan kerangka untuk menentukan dan mengkaji tujuan dan sasaran lingkungan. 5. Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara. 6. Dikomunikasikan kepada semua orang yang bekerja pada atau atas nama organisasi. 7. Tersedia untuk masyarakat”. Persyaratan tersebut dipenuhi oleh PT. XYZ dengan menetapkan kebijakan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja yang telah direvisi pada tanggal 1 Mei 2013 dengan persetujuan manajemen puncak. Dalam upaya mengelola bisnis dan resiko bisnis, manajemen dan seluruh karyawan PT. XYZ, senantiasa berpedoman kepada ISO 14001 : 2005, OHSAS 18001 : 2007 dan SMK3 dengan cara : 1. Menciptakan kondisi kerja, proses kerja dan produk yang aman dan ramah lingkungan dengan memperhatikan pencegahan pencemaran, pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja pada setiap tahapan proses. 2. Melakukan pengamanan dan perlindungan sumber daya perusahaan. 3. Mematuhi dan memenuhi peraturan pemerintah serta persyaratan lain yang terkait di bidang lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Melakukan tindakan perbaikan yang berkesinambungan dalam pengelolaan dan kinerja lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. 5. Berperan serta dalam pembinaan lingkungan dan masyarakat sebagai wujud tanggungjawab sosial. 48 6. Kebijakan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja ini dikomunikasikan kepada karyawan, mitra kerja perusahaan dan seluruh pihak terkait di lingkungan PT. XYZ. b. Pasal 4.3.1 (Identifikasi dan Evaluasi Aspek Lingkungan) Pasal 4.3.1 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk: a. Mengidentifikasi aspek lingkungan, produk, dan jasa dalam lingkup sistem manajemen lingkungan yang dapat dikendalikan dan yang dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang direncanakan atau baru dan atau yang diubah. b. Menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting terhadap lingkungan (yaitu aspek lingkungan penting). Organisasi harus mendokumentasikan informasi ini dan memelihara kemutakhirannya. Organisasi harus memastikan bahwa aspek lingkungan penting diperhitungkan dalam penetapan, penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen lingkungannya.” Persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh PT. XYZ dimana perusahaan telah menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi aspek lingkungan, produk, dan jasanya. Prosedur tersebut merupakan dokumen perusahaan yang terkontrol dan terkendali. Pendekatan yang dilakukan oleh PT. XYZ untuk mengidentifikasi aspek dan dampak lingkungan dengan mempertimbangkan pembuangan ke udara, pembuangan ke air, pembuangan ke tanah, penggunaan bahan baku dan sumberdaya alam, penggunaan energi, pancaran energi seperti panas, radiasi, limbah, dan getaran. Aspek dan dampak lingkungan diidentifikasikan di setiap sesi produksi. Pengendalian aspek, dampak, dan resiko LK3 diprioritaskan untuk aspek dan dampak penting LK3 dengan tingkat resiko yang “tidak dapat diterima” dimana simbol penilaiannya yaitu “L” untuk resiko kecil (low), “M” untuk resiko sedang (medium), dan “H” untuk resiko tinggi (high). Pengendalian tingkat resiko 49 yang tidak dapat diterima dilakukan dengan memperhatikan hirarki pengendalian yaitu: 1) Eliminasi yaitu menghilangkan aspek lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya dampak. Apabila eliminasi tidak dapat dilakukan, maka pengendalian risiko dilakukan dengan pilihan cara pengendalian berikutnya. 2) Substitusi yaitu mengganti penyebab dampak dengan material atau hal lain yang dampaknya lebih ringan 3) Engeneering control/rekayasa engineer yaitu menggunakan teknologi atau alat untuk meminimalisir dampak yang timbul 4) Admisitratif yaitu mengatur agar penggunaan atau orang yang terkena dampak diperkecil frekuensinya karena dampak yang timbul tidak memungkinkan untuk dikurangi. 5) Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dimana dalam waktu dan tingkat terbatas melindungi orang yang berpotensi terkena dampak. Dapat dilihat pada Lampiran 2 yang menunjukkan prosedur identifikasi aspek dan dampak LK3 yang dilakukan PT. XYZ. c. Pasal 4.3.2 (Undang-Undang dan Peraturan) Pasal 4.3.2 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk: a. Mengidentifikasikan dan memperoleh informasi tentang persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti organisasi, yang terkait dengan aspek lingkungannya. b. Menentukan bagaimana persyaratan tersebut berlaku terhadap aspek lingkungannya.” Persyaratan tersebut telah dipenuhi PT. XYZ dimana perusahaan mendokumentasikan semua ketentuan perundangan, peraturan, dan persyaratan LK3 lain yang berkaitan dengan kegiatan PT. XYZ ke dalam sebuah ringkasan peraturan yang ada pada manual LK3 milik perusahaan. Dalam dokumen tersebut terdapat peraturan mengenai kegiatan, produk dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan seperti standar baku mutu, perizinan, regulasi, dan lain-lain. 50 Perusahaan juga memahami kebutuhan secara periodik untuk menguji dan menganalisa aspek kegiatan dan dampak LK3, demikian juga kaitannya dengan persyaratan hukum. PT. XYZ menetapkan prosedur identifikasi dan akses ke perundangan-undangan dan persyaratan lain. d. Pasal 4.3.3 (Tujuan, Target, dan Program Lingkungan) Pasal 4.3.3 dalam SNI-14001-1995 menyatakan bahwa: “Organisasi harus menetapkan menerapkan dan memelihara program untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Program harus mencakup: a. Pemberian tanggungjawab untuk mencapai tujuan dan sasaran pada fungsi dan tingkatan yang sesuai dalam organisasi tersebut. b. Cara dan jangka waktu untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut.” Persyaratan pasal 4.3.3 tersebut telah dipenuhi oleh PT. XYZ dimana tujuan dan target dievaluasi secara berkala oleh Wakil Manajemen LK3. Program LK3 yang dibuat oleh PT. XYZ direncanakan dengan mempertimbangkan: a. Proses, produk dan kegiatan saat berjalan. b. Proses, produk dan kegiatan yang direncanakan. c. Perubahan proses dan aktivitas. d. Pencegahan pencemaran, penghematan sumberdaya dan konsumsi energi. e. Penurunan potensi kecelakaan dan sakit atau akibat kerja. f. Kepatuhan terhadap peraturan dan persyaratan lain. Beberapa program lingkungan yang dilaksanakan oleh PT. XYZ di tahun 2013 antara lain: 1. XYZ Goes To Clean Program ini dibuat dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dimana sasarannya adalah seluruh karyawan PT. XYZ plant 2 dapat terlibat dalam menciptakan suasana XYZ plant 2 yang baik, bersih dan hijau. Program ini pun sudah berjalan dari bulan Januari 2013 hingga sekarang. 51 2. Trash Segregation System Program ini bertujuan dalam rangka pembangunan bekelanjutan dan pemenuhan regulasi dimana terdapat peraturan mengenai pemisahan jenis sampah. Saat ini tempat sampah yang disediakan di PT. XYZ terdiri dari 2 macam antara lain merah untuk sampah B3 dan kuning untuk non B3. 3. Vertical Garden Program ini bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan dengan sasaran perluasan area hijau dan estetika. 4. Install Domestic Liquid Waste Line From Toilet Building C to STP Program ini dibuat dalam rangka pembangunan berkelanjutan dimana kegiatannya meliputi instalasi saluran limbah cair domestic dari toilet gedung C ke STP. 5. Saving Energy Program ini mulai berjalan pada tahun 2012. Penghematan energi yang dilakukan hanya dengan memadamkan lampu di area produksi dan kantor pada saat jam istirahat di siang hari yaitu pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB. Kegiatan ini disambut baik oleh seluruh karyawan dan terus berlangsung hingga sekarang. Melihat banyaknya mesin di area produksi, program ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi lingkungan juga biaya pengeluaran perusahaan. 6. World No Tobacco Day Program ini dibuat dalam rangka memperingati hari tanpa tembakau sedunia. Bagi para karyawan yang merupakan perokok, dilarang untuk mengkonsumsi rokok di hari itu. Hal ini membuktikan bahwa PT. XYZ memiliki kepedulian yang besar terhadap lingkungan dan menunjukkannya dengan memulai dari hal yang sederhana tetapi memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan dan juga kesehatan. e. Pasal 4.4.1 (Sumberdaya, Peran, Tanggung Jawab dan Kewenangan) Pasal 4.4.1 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Manajemen harus memastikan ketersediaan sumberdaya yang diperlukan untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen 52 lingkungan. Sumberdaya termasuk sumberdaya manusia dan ketrampilan khusus, sarana operasional, teknologi dan sumberdaya keuangan. Manajemen puncak harus menunjuk satu orang atau lebih wakil manajamen tertentu, yang tidak tergantung pada tanggung jawab lainnya, yang harus mempunyai peran, tanggung jawab dan kewenangan yang ditetapkan untuk: a. Memastikan bahwa sistem manajemen lingkungan ditetapkan, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan persyaratan standar ini. b. Melapor kepada manajemen puncak mengenai kinerja sistem manajemen lingkungan untuk kajian, termasuk rekomendasi perbaikan.” PT. XYZ memenuhi persyaratan tersebut dengan cara melakukan penyediaan infrastruktur, teknologi dan finansial yang dibutuhkan dalam usaha pengelolaan lingkungan LK3. Tanggungjawab implementasi LK3 di PT. XYZ terletak pada seluruh karyawan sedangkan tanggungjawab pengelolaan LK3 disesuaikan dengan struktur fungsional, tanggung jawab dan kewenangan dimana aktivitas dilakukan. Presiden direktur PT. XYZ adalah pimpinan yang mewakili wewenang dan tanggung jawab tertinggi atas kinerja LK3. Wakil manajemen LK3 didukung bagian EHS yang bertanggung jawab untuk mengelola SMLK3 melalui penerapan kebijakan, pencapaian tujuan, pengukuran, pemantauan, komunikasi dan konsultasi LK3 ke para pihak terkait jika diperlukan. Bagian EHS bertugas untuk menjamin bahwa persyaratan dalam ISO 14001 : 2004, OHSAS 18001 : 2007 dan SMK3 dipenuhi. f. Pasal 4.4.2 (Kompetisi, Pelatihan, dan Kesadaran) Pasal 4.4.2 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Organisasi harus memastikan setiap orang yang bertugas untuk atau atas nama jasa organisasi yang berpotensi menyebabkan satu atau lebih dampak lingkungan penting yang diidentifikasi oleh organisasi, mempunyai kompetensi yang berasal dari pendidikan, pelatihan atau pengalaman yang memadai dan organisasi harus menyimpan rekaman yang terkait dengan kompetensi tersebut.” Persyaratan tersebut sudah dipenuhi oleh PT. XYZ dimana seluruh karyawan di PT. XYZ mendapat pengetahuan tentang aspek, dampak dan resiko 53 LK3 pada area atau proses yang menjadi tanggung jawabnya. Seluruh karyawan juga diwajibkan untuk menerapkan asas-asas dalam kebijakan LK3 yang dituangkan dalam peraturan, prosedur, instruksi kerja di dalam SMLK3. Pimpinan kerja terkait bertanggung jawab mengidentifikasi tingkat pemenuhan kompetensi karyawan dibawah tanggung jawabnya dan mengusulkan bila mana pelatihan tambahan diperlukan. PT. XYZ memberikan pelatihan atau program peningkatan kepedulian kepada pemasok atau penyalur dan rekaman bisnis yang bekerja untuk dan atas nama PT. XYZ. g. Pasal 4.4.3 (Komunikasi) Pasal 4.4.3 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Organisasi harus memutuskan apakah akan melaksanakan komunikasi kepada pihak ekternal mengenai aspek lingkungannya dan harus mendokumentasikan keputusan tersebut. Apabila keputusan organisasi adalah melaksanakan komunikasi eksternal tersebut, maka organisasi harus menetapkan dan menerapkan metode untuk komunikasieksternal tersebut.” Pemenuhan persyaratan pasal 4.4.3 dilakukan oleh perusahaan dengan menjalakan dua sistem komunikasi yaitu komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal LK3 terkait SMLK3, kebijakan, tujuan, sasaran, peraturan dan hal-hal lain dikomunikasikan kepada karyawan melalui rapat pimpinan kerja, PSM, spanduk, leaflet, pameran, seminar, lomba, pelatihan, media cetak, intranet dan media publik internal lainnya. Komunikasi eksternal LK3 dapat dilakukan melalui aktivitas pelaporan dokumen pengelolaan LK3 kepada instansi terkait yang berlaku, majalah, seminar, dan forum komunikasi yang dikelola oleh lembaga-lembaga ekternal. h. Pasal 4.4.4 (Dokumentasi) Pasal 4.4.4 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Dokumentasi sistem manajemen lingkungan harus mencakup: a. Kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan. b. Penjelasan lingkup sistem manajemen lingkungan. c. Penjelasan unsure-unsur utama sistem manajemen keterkaitannya serta rujukan kepada dokumen terkait. lingkungan dan 54 d. Dokumen, termasuk rekaman yang disyaratkan oleh standar ini. e. Dokumen termasuk rekaman yang ditentukan oleh organisasi sebagai dokumen penting untuk memastikan perencanaan, operasi dan pengendalian proses secara efektif , yang terkait dengan aspek lingkungan penting.” Persyaratan tersebut dipenuhi PT. XYZ dengan membuat susunan manual LK3 yang berguna untuk memberikan arah dokumen lain yang menjadi bagian dari SMLK3 PT. XYZ. Dokumen tersebut dikelola oleh EHS System Development dan diterjemahkan dalam prosedur. i. Pasal 4.4.5 (Pengendalian Dokumen) SNI 19-14001-2005 pasal 4.4.5 menyatakan bahwa: “Organisasi harus menetapkan prosedur untuk: a. Menyetujui dokumen sebelum diterbitkan. b. Meninjau dan memutakhirkan seperlunya serta menyetujui ulang (reapprove) dokumen. c. Memastikan agar versi dokumen yang berlaku tersedia di tempat penggunaan. d. Mencegah penggunaan dokumen kadaluwarsa dan menerapkan identifikasi yang cocok pada dokumen tersebut bila masih disimpan untuk maksud tertentu.” Dokumen atau catatan yang berkaitan dengan SMLK3 PT. XYZ terkendali. Jenis-jenis dokumen tersebut adalah Manual LK3, Prosedur LK3, Instruksi Kerja LK3, Standar LK3, dan Catatan LK3. Bagian EHS bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua dokumentasi yang dipergunakan dalam SMLK3 mempunyai status versi dan identifikasi yang jelas, pendistribuasiannya terkendali dan catatan dari status versi terakhir disimpan. Personil berwenang yang ditunjuk memastikan bahwa dokumen kadaluwarsa sudah disingkirkan atau diidentifikasi sebagai dokumen kadaluwarsa dari semua tempat pemakaian untuk mencegah penggunaan yang tidak disengaja terhadap dokumen kadaluwarsa tersebut. j. Pasal 4.4.6 (Pengendalian Operasional) Pasal 4.4.6 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: 55 “Organisasi harus mengidentifikasikan dan merencanakan operasi yang terkait dengan aspek lingkungan penting yang telah diidentifikasi sesuai dengan kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan agar operasi tersebut dilaksanakan pada kondisi tertentu, dengan: a. Menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk mengendalikan situasi yang tidak sesuai dengan kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan apabila prosedur tersebut tidak ada. b. Menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur yang terkait dengan aspek lingkungan penting yang telah diidentifikasikan pada barang dan jasa yang digunakan oleh organisasi serta mengkomunikasikan prosedur dan persyaratan yang berlaku kepada pemasok, termasuk kontraktor.” Seluruh proses direncanakan dan dikendalikan untuk memastikan bahwa PT. XYZ telah mengendalikan aspek penting dan resiko LK3 sesuai dengan kebijakan LK3 serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pengendalian aktivitas atau proses dikendalikan oleh salah satu atau kombinasi dari langkah dan usaha antara lain yaitu: 1. Rambu-rambu, simbol, tanda dan identitas lain yang ditempatkan pada benda, bahan, area atau alat-alat kerja. 2. Pengendalian lapangan langsung yang dilakukan oleh pimpinan kerja. 3. Pemasangan Safety Device, penyediaan dan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) untuk menghindari dang mengurangi kemungkinan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 4. PT. XYZ mengkomunikasikan persyaratan, tata tertib standar LK3 kepada kontraktor dan pemasok dalam rangka aktivitas pencegahan pencemaran, kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara berkesinambung sesuai dengan skala yang ditimbulkannya. k. Pasal 4.4.7 (Kesiagaan dan Tanggap Darurat) Pasal 4.4.7 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Organisasi harus melakukan tindakan terhadap situasi darurat dan kecelakaan yang terjadi serta mencegah atau mengatasi dampak lingkungan negatif yang ditimbulkan.” 56 Dampak yang luas akibat dari situasi bahaya atau potensial bahaya, mengharuskan PT. XYZ untuk menerapkan tindakan pengendalian bahaya dan tanggap darurat. Pengendalian bertujuan untuk mencegah, mengurangi dampak dan mempersiapkan sarana dan kompetensi ketika terjadi bencana atau keadaan darurat. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat sebagai pengendalian resiko dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi abnormal dan kondisi gawat darurat. PT. XYZ menangani, memperbaiki, dan mencegah kondisi gawat darurat mengacu pada prosedur tanggap darurat. l. Pasal 4.5.1 (Pemantauan dan Pengukuran) Pasal 4.5.1 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk secara berkala memantau dan mengukur karakteristik pokok operasinya yang dapat menimbulkan dampak lingkungan penting. Organisasi harus memastikan agar peralatan pemantauan dan pengukuran dikalibrasi atau diverifikasi, digunakan dan dipelihara serta organisasi harus menyimpan rekaman yang terkait.” Untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi LK3, secara periodik PT. XYZ melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap pengelolaan dan kinerja LK3 sebagai berikut: a. Pemantauan Limbah Cair Limbah cair di setiap kegiatan perusahaan tidak boleh dibuang langsung ke saluran air dan tanah. Untuk itu harus selalu diadakan pemantauan. PT. XYZ melakukan aktivitas pemantauan limbah cair dan dievaluasi sesuai dengan peraturan dan persyaratan yang berlaku. Pemantauan dapat dilakukan di laboraturium sendiri dan atau di laboratorium ekternal yang telah terakreditasi. b. Pemantauan Limbah Padat Limbah padat di setiap kegiatan perusahaan tidak boleh dibuang ke saluran air dan tanah dan harus dipantau secara periodik dibawah tanggung jawab bagian terkait. Limbah padat yang berasal dari Unit Pengelolaan Limbah Padat maupun kegiatan perusahaan lainnya harus dkirim ke Pusat Pengelolaan Limbah padat, 57 yang resmi dan sah. Kuantitas limbah padat yang dikirim selalu dipantau dan menjadi tanggung jawab bagian terkait. c. Pemantauan Limbah Udara PT. XYZ melakukan tindakan untuk meningkatkan kepedulian pelanggan terhadap kualitas limbah udara dari produk yang dipakainya. Pemantauan limbah udara karena kegiatan perusahaan dilakukan sesuai dengan Persyaratan Perundang-undangan, atau Dokumen Pengelolaan LK3 (UKL/UPL, AMDAL, DPL, Peraturan LK3 dan persyaratan yang berlaku). Hasil kegiatan pemantauan dan pengukuran dipelihara dan diidentifikasi secara spesifik. m. Pasal 4.5.3 (Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan) Pasal 4.5.3 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk menangani ketidaksesuaian yang potensial maupun yang nyata terjadi serta melaksanakan tindakan perbaikan dan tidakan pencegahan. Prosedur tersebut harus menjelaskan persyaratan untuk: a. Mengidentifikasi dan melaksanakan koreksi terhadap ketidaksesuaian dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi dampak lingkungan yang timbul. b. Menyelidiki ketidaksesuaian, menemukan penyebabnya dan melaksanakan tindakan untuk menghindari terulangnya ketidaksesuaian. c. Merekam hasil tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang telah dilaksanakan.” Ketidaksesuaian yang ada di PT. XYZ terhadap peraturan LK3, tujuan dan sasaran, maupun SMLK3 diselidiki dan selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahannya agar tidak terulang lagi. Ketidaksesuaian harus dicatat dan catatan tersebut harus ditinjau untuk menentukan penyebab ketidaksesuaiannya. Hasil penyelidikan penyebab ketidaksesuaian kemudian dicatat dalam sebuah laporan. PT.XYZ memiliki Program Identification and Corrective Action (PICA) yang merupakan dokumen sekaligus rekaman terkendali berupa laporan-laporan ketidaksesuaian, tindakan pencegahan, dan perbaikan yang harus dilakukan sehingga bisa dilakukan evaluasi dengan melihat dokumen PICA tersebut. 58 n. Pasal 4.5.5 (Audit Internal) Pasal 4.5.5 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Organisasi harus memastikan bahwa audit internal terhadap sistem manajemen lingkungan dilaksanakan pada jangka waktu yang direncanakan untuk: a. Menentukan apakah sistem manajemen lingkungan memenuhi pengaturan yang direncanakan untuk manajemen lingkungan termasuk persyaratan standar ini dan telah diterapkan serta dipelihara secara memadai. b. Menyediakan informasi hasil audit bagi manajemen.” Audit LK3 internal dilaksanakan sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun untuk memastikan bahwa SML cukup efektif untuk menerapkan kebijakan LK3 di PT. XYZ, aktivitas kerja di PT. XYZ sesuai dengan pedoman, tujuan dan sasaran, program perbaikan LK3, prosedur dan instruksi kerja. Laporan audit internal harus dipakai oleh Wakil Manajemen LK3 saat meninjau keefektifan yang berlanjut dari SMLK3. o. Pasal 4.6 (Tinjauan Manajemen) Pasal 4.6 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen lingkungan organisasi pada jangka waktu tertentu untuk memelihara kesesuaian, kecukupan dan efektivitas sistem yang berkelanjutan. Tinjauan harus termasuk mengkaji kesempatan untuk perbaikan dan keperluan untuk melakukan perubahan pada sistem manajemen lingkungan, termasuk kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran lingkungan. Rekaman tinjauan manajemen harus disimpan.” Tinjauan manajemen diprakarsai oleh wakil manajemen LK3 yang didukung oleh bagian EHS. Tinjauan SMLK3 PT. XYZ dilaksanakan dua kali dalam setahun untuk mengevaluasi efektivitas SMLK3 yang diterapkan PT. XYZ dalam memenuhi seluruh ketentuan ISO 14001 : 2005, OHSAS 18000:2007 dan SMK3. Hasil tinjauan manajemen meliputi keputusan dan tindakan terkait dengan kemungkinan perubahan atas kebijakan LK3, tujuan, sasaran, dan unsur-unsur dalam SMLK3 serta konsistensi pelaksanaan perbaikan berkelanjutan. 59 6.3 Pencapaian Pemenuhan Standar ISO 14001 PT. XYZ Perbandingan antara persyaratan ISO 14001 yang harus dipenuhi perusahaan dengan implementasi ISO 14001 yang dilakukan PT. XYZ telah diuraikan dalam paragraf-paragraf di atas dimana hasilnya membuktikan bahwa SML yang diterapkan di PT. XYZ secara keseluruhan dapat dikatakan telah sesuai dengan SNI 19-14001-2005. Kesesuaian tersebut juga menjadi lebih akurat karena PT. XYZ telah memenuhi seluruh pasal yang menjadi persyaratan ISO 14001. Dapat dilihat pada Tabel 9 yang menjabarkan skor dari tiap elemen ISO 14001 PT. XYZ. Tabel 9 Skor masing-masing elemen ISO 14001 PT. XYZ No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Elemen Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Kebijakan lingkungan Identifikasi dan Evaluasi Aspek Lingkungan Persyaratan Perundangan dan Peraturan Tujuan, sasaran, dan program lingkungan Sumberdaya, Struktur Organisasi, Peran, Tanggungjawab dan Kewenangan Kesadaran, Kepedulian dan Pelatihan Komunikasi Dokumentasi Sistem Manajemen Lingkungan Pengendalian Dokumen Pengendalian Operasional Kesiagaan dan Tindakan Darurat Pemantauan dan Pengukuran Ketidaksesuaian, Tindakan Koreksi dan Pencegahan Audit Sistem Manajemen Lingkungan Pengkajian dan Penyempurnaan Total Nilai Standar Persentase (%) Skor menurut key person 3,70 4,00 4,00 3,05 Skor menurut peneliti 3,60 4,00 3,25 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 47,8 45 106,2 3,00 2,70 2,75 2,75 2,60 3,20 3,14 3,12 3,09 3,00 3,40 46,6 45 103,5 Sumber: Data primer (diolah), 2013 Tabel penilaian diatas menunjukkan bahwa total nilai elemen ISO 14001 PT.XYZ yaitu sebesar 47,8. Nilai tersebut merupakan hasil yang diperoleh berdasarkan persepsi key person yang merupakan PIC ISO 14001 PT.XYZ plant 2. Nilai tersebut kemudian dibuktikan lebih lanjut melalui observasi lapang yang dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan perbandingan antara persepsi key 60 person dengan kondisi nyata yang terlihat oleh peneliti mengenai pemenuhan standar ISO 14001. Hasil dari observasi lapang yang dilakukan menunjukkan bahwa PT.XYZ memang sudah sepenuhnya memenuhi standar ISO 14001, hanya saja ada beberapa persyaratan yang masih perlu perlu penyempurnaan antara lain: (1) Kesadaran, pelatihan dan kepedulian, (2) Komunikasi, (3) Dokumentasi dan (4) Pengendalian dokumen. Data-data yang dijabarkan pada Tabel tersebut juga membuktikan bahwa PT. XYZ telah memenuhi standar di tiap pasal persyaratannya. Skor standar yang ditetapkan untuk tiap pasal adalah 3, dimana interprestasi dari skor 3 tersebut adalah perusahaan telah memenuhi persyaratan sesuai dengan prosedur ISO 14001. Pencapaian keberhasilan PT. XYZ dalam pemenuhan persyaratan ISO 14001 digambarkan melalui grafik persebaran berikut ini. 15. Pengkajian dan Penyempurnaan 14. Audit Sistem Manajemen Lingkungan 13. Ketidaksesuaian, Tindak an Koreksi dan… 12. Pemantauan dan Evaluasi 1. Kebijakan Lingkungan 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 11. Tindakan Darurat 10. Pengendalian Operasional 9. Pengendalian Dokumen 2. Identifikasi Aspek Lingkungan 3. Persyaratan Perundangan dan Peraturan 4. Tujuan, Sasaran dan Program Lingkungan 5. Struktur Organisasi dan Tanggung Jawab 6. Kesadaran, Kepedulian dan Pelatihan 7. Komunikasi 8. Dokumentasi Sistem Manajemen Lingkungan skor menurut PIC ISO 14001 PT.XYZ skor menurut peneliti Gambar 6 Grafik persebaran terhadap pemenuhan standar ISO 14001 di PT.XYZ Pemenuhan standar ISO 14001 digambarkan melalui grafik diatas dimana dapat dilihat bahwa implementasi ISO 14001 yang dilakukan PT.XYZ telah tersebar ke seluruh pasal yang menjadi persyaratan dalam penerapan SML ISO 14001 dan memiliki nilai untuk tiap pasalnya. Hasil pencapaian pemenuhan standar ISO 14001 yang diperoleh PT. XYZ adalah sebesar 106,2% (menurut key 61 person) dan 103,5% (menurut hasil observasi lapang oleh peneliti). Skor yang mencapai lebih dari 100% disebabkan karena total nilai dari seluruh pasal adalah sebesar 47,8 (menurut key person) dan 46,6 (menurut hasil observasi lapang) sedangkan total nilai standarnya adalah sebesar 45. Dengan demikian, nilai nyata yang diperoleh lebih besar daripada nilai standar yang ditetapkan. Pencapaian yang melebihi standar juga disebabkan karena semua persyaratan ISO 14001 telah dipenuhi oleh PT. XYZ, bahkan untuk pasal kebijakan lingkungan, aspek lingkungan dan peraturan mencapai skor 4 yang merupakan skor tertinggi. Artinya, persyaratan tersebut sudah dilaksanakan dengan sangat baik dan melebihi standar yang ditetapkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi lapang yang dilakukan dimana kebijakan lingkungan telah diterapkan dengan baik, disebarluaskan di tiap ruangan, ditinjau tiap tahun sekali dan direvisi. Begitu juga dalam hal peraturan dan perundangan-undangan, dimana perusahaan selalu berupaya untuk terus mengikuti pemutakhiran peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini terbukti dengan adanya rangkuman peraturan berkenaan dengan industri yang terangkum dalam manual lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja (LK3). Sementara untuk aspek lingkungan, perusahaan melakukan evaluasi setiap bulannya mengenai identifikasi aspek dan dampak lingkungan. Identifikasi dilakukan di setiap sesi produksi, kantor maupun fasilitas umum yang terdapat pada perusahaan. 6.4 Upaya PT. XYZ dalam Pemenuhan Standar Uraian yang berisi penjelasan mengenai pemenuhan persyaratan pada setiap pasal ISO 14001, kesesuaian antara prosedur SNI 19-14001-2005 dengan implementasi ISO 14001, dan juga nilai dari kinerja lingkungan PT. XYZ yang sangat baik memberikan kesimpulan bahwa SML ISO 14001 yang diterapkan oleh PT. XYZ masih berjalan dengan efektif sesuai dengan standar. Efektivitas tersebut juga didukung dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh PT.XYZ sehingga dapat mencapai hasil tersebut. Upaya yang dilakukan oleh PT. XYZ antara lain sebagai berikut: a) Evaluasi kepada karyawan untuk meningkatkan awareness mengenai lingkungan 62 b) Pemenuhan klausul-klausul standar SNI -14001-2005 dengan membuat prosedur SMLK3 yang sesuai dengan standar. c) Membuat standar operasional yang ditempatkan di tiap station. Standar operasional tersebut merupakan penjelasan tentang instruksi kerja, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), dan cara mengaktifkan mesin dengan baik dan benar sehingga mencegah terjadinya kesalahan teknis. d) Melakukan upaya-upaya pencegahan pencemaran seperti mengganti bahan B3, inovasi teknologi, perbaikan manajemen, instalasi limbah, efesiensi SDA, monitoring sistem, improvisasi produk, manajemen limbah, instalasi alat atau teknologi. e) Menerapkan konsep 6R pada kegiatan produksi (Refund, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery, Retrieve Energy) untuk menunjang perbaikan lingkungan berkelanjutan. f) Mengadopsi mesin-mesin yang sesuai standar g) Membuat Material Safety Data Sheet (MSDS) yang merupakan data mengenai aturan-aturan pemakaian, identifikasi, pembuangan limbah, peraturan perundangan dari bahan-bahan kimia. h) Melakukan dokumentasi mengenai manifest limbah yang mencatat limbah perusahaan yang akan dikelola oleh kontraktor maupun pemasok akan memiliki catatan khusus sehinga mencegah terjadinya penggunaan limbah yang tidak baik. i) Perusahaan memilih dengan selektif pemasok yang akan mengambil limbah perusahaan. j) Melakukan review persiapan audit yang meliputi pembaharuan peraturan, melakukan audit internal yang dilakukan 2 kali dalam setahun, memanggil seluruh seksi-seksi untuk pemastian kelengkapan dokumen. k) Membuat program-program lingkungan yang progressif. l) Pembuatan dokumen terkendali yaitu Problem Identification and Corrective Action (PICA) yang berfungsi sebagai dokumen pemantauan dan evaluasi mengenai ketidaksesuaian dan koreksi yang harus dilakukan. 63 VII ANALISIS DAMPAK KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP LIMBAH CAIR INDUSTRI Hasil penilaian kinerja lingkungan yang dikatakan sangat baik akan mempengaruhi limbah yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan ISO 14001 mengharuskan perusahaan untuk selalu mematuhi peraturan mengenai limbah industri. Salah satu peraturan yang berlaku yaitu mengenai baku mutu limbah cair industri. Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan tidak diperbolehkan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. PT.XYZ memiliki Waste water treatment (WWT) yang berfungsi untuk menangani limbah cair. Pembangunan WWT dan proses yang terjadi didalamnya merupakan suatu bentuk upaya penanganan limbah yang dilakukan PT.XYZ untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Sebelum dibuang ke lingkungan, limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan produksi maupun fasum akan diolah terlebih dahulu di dalam WWT. Limbah diproses melalui berbagai tahap pengolahan untuk mengurangi ataupun menghilangkan kadar zat kimia berbahaya yang terkandung dalam limbah tersebut agar dapat menghasilkan air buangan yang telah memenuhi baku mutu. Pengukuran limbah cair merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik oleh PT. XYZ untuk memantau kebersihan output limbah cair yang telah diolah di WWT. Pengukuran dilakukan di laboraturium dimana hasil dari analisa laboraturium tersebut dapat menunjukkan seberapa banyak kadar logam yang terkandung dalam outlet air limbah. Baku mutu limbah cair industri pelapisan logam merupakan peraturan yang harus dipatuhi oleh PT. XYZ. Di dalam peraturan baku mutu tersebut terdapat beberapa parameter yang menjadi acuan pengukuran dimana parameter tersebut merupakan zat kimia yang mengandung logam B3. 7.1 Analisis Pengukuran Limbah Cair Industri Beberapa parameter limbah cair indutri yang digunakan untuk objek penelitian antara lain kadmium (Cd), timbal (Pb), sianida (Cn), seng (Zn), nikel (Ni) dan logam total pada tahun 2010 hingga 2013. Data hasil pengukuran limbah cair yang telah dilakukan PT. XYZ kemudian dianalisis dengan menggunakan 64 metode statistika SPSS 16.0 dan program Minitab (ANOVA) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antar tahun. Lampiran 9 menunjukkan Tabel ANOVA dari masing-masing uji parameter. 7.1.1 Kadmium (Cd) Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap keamanan mengkonsumsi air yang mengalir di lingkungan. Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai 3 besar logam berat yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia. Jika air yang dikonsumsi manusia banyak mengandung kadmium, hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap pembuluh darah. Maka dari itu, logam kadmium yang beredar ke lingkungan terutama yang berasal dari limbah industri harus selalu dipantau untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Berikut grafik yang menunjukkan hasil pengukuran kadmium PT. XYZ tahun Kadar maksimum 0,05 mg/L 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 Jan '10 Mar '10 Mei '10 Jul '10 Sep '10 Nov '10 Jan '11 Mar '11 Mei '11 Jul '11 Sept '11 Nov '11 Jan '12 Mar '12 Mei '12 Jul '12 Sept '12 Nov '12 Jan '13 Mar '13 Mei '13 Kadar Kadmium (mg/L) 2010 hingga 2013. Waktu (Bulan 'Tahun) Gambar 7 Grafik pengukuran kadar Kadmium (Cd) PT. XYZ tahun 2010-2013 Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa kadar kadmium yang dihasilkan dari kegiatan industri PT.XYZ dari tahun 2010 hingga tahun 2013 berada di bawah nilai ambang batas kadmium yang ditetapkan pemerintah sebesar 0,05 mg/L. Kadmium yang digunakan PT.XYZ untuk pelapisan logam, pencelupan, penyemprotan yang merupakan bagian dalam proses produksi dapat dioperasikan dengan baik sehingga kadmium yang terkandung pada air limbah aman untuk dibuang ke lingkungan karena tidak melebihi baku mutu. Lampiran 3 65 menunjukkan data kadar kadmium per bulannya dari tahun 2010 sampai dengan 2013. Di samping itu, untuk melihat tahun mana saja yang memberikan perbedaan signifikan, dilakukan analisis dengan menggunakan analisis ragam ANOVA. Hipotesis yang dibuat dalam analisis tersebut adalah sebagai berikut: H0 : µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata Kadmium antar tahun H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda Pengolahan data yang dilakukan menghasilkan nilai p value (0,633) > α (0,05). Nilai p value yang lebih dari taraf nyata sebesar 5% mengindikasikan diterimanya H0. Artinya, tidak ada perbedaan nilai rata-rata kadmium antar tahun, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut Tukey dan Duncan untuk mengetahui tahun mana saja yang memberikan perbedaan. Dapat dilihat hasil ANOVA kadmium tertera pada Lampiran 9. 7.1.2 Timbal (Pb) Timbal banyak digunakan oleh industri pelapisan logam karena memiliki sifat yang tahan korosif. Timbal (Pb) merupakan jenis logam berat yang mendapat perhatian khusus karena sifatnya yang beracun terhadap makhluk hidup. Timbal dapat memasuki tubuh manusia melalui konsumsi makanan, minuman, air, debu, udara yang telah terkontaminasi oleh Pb. Oleh karena itu, penggunaan Pb harus selalu dipantau karena jika berlebihan dapat membahayakan kualitas lingkungan. Berikut grafik yang menggambarkan pengukuran kadar timbal PT.XYZ pada Kadar maksimum 0,1 mg/L 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 Jan '10 Mar '10 Mei '10 Jul '10 Sep '10 Nov '10 Jan '11 Mar '11 Mei '11 Jul '11 Sept '11 Nov '11 Jan '12 Mar '12 Mei '12 Jul '12 Sept '12 Nov '12 Jan '13 Mar '13 Mei '13 Kadar Timbal (mg/L) tahun 2010 hingga tahun 2013. Waktu (Bulan 'Tahun) Gambar 8 Grafik pengukuran kadar Timbal (Pb) PT. XYZ tahun 2010-2013 66 Gambar 8 tersebut menunjukkan bahwa kandungan timbal dalam limbah cair yang dibuang ke lingkungan dari tahun 2010 sampai dengan 2013, secara keseluruhan berada di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan sebesar 0,1 mg/L. Hasil pengolahan air limbah yang dilakukan oleh PT.XYZ melalui WWT memberikan hasil yang baik sehingga limbah tersebut dapat diterima oleh lingkungan karena telah memenuhi standar baku mutu. Lampiran 3 menunjukkan data kadar timbal per bulan pada tahun 2010 sampai dengan 2013. Pengukuran timbal kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji statistik ANOVA dimana hipotesis yang dibuat untuk analisis tersebut yaitu: H0 : µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata timbal antar tahun H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda Hasil pengolahan data melalui uji statistik yang dilakukan menunjukkan nilai p value (0,853) > taraf nyata (0,05) sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah terima H0. Artinya, selama 4 tahun pengukuran tersebut tidak ada perbedaan nilai rata-rata timbal antar tahun. Oleh karena itu, pengujian lanjut Tukey-Duncan tidak perlu dilakukan. 7.1.3 Seng (Zn) Seng merupakan jenis logam yang banyak digunakan oleh industri pelapisan logam. Logam ini digunakan untuk membentuk berbagai campuran logam dengan metal lain seperti kuningan, perak nikel, perunggu, solder lunak dan solder aluminium. Toksisitas Zn pada hakekatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Seng menyebabkan warna air menjadi keruh dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir. Konsumsi seng yang berlebihan juga dapat menyebabkan ataksia, lemah lesu, dan defisiensi tembaga. Defisiensi ini juga dapat menyebabkan banyak penyakit seperti gangguan pertumbuhan, mempengaruhi pematangan seksual, mudah terkena infeksi, diare bahkan dapat menyebabkan menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kandungan seng dalam limbah cair yang dibuang ke lingkungan harus dibatasi karena dapat menimbulakan dampak negatif terhadap kualitas air yang mengalir di dalam lingkungan. Berikut Gambar 9 yang 67 menunjukkan pengukuran kadar seng PT.XYZ pada tahun 2010 hingga tahun Kadar maksimum 2 mg/L 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Jan '10 Mar '10 Mei '10 Jul '10 Sep '10 Nov '10 Jan '11 Mar '11 Mei '11 Jul '11 Sept '11 Nov '11 Jan '12 Mar '12 Mei '12 Jul '12 Sept '12 Nov '12 Jan '13 Mar '13 Mei '13 Kadar Seng (mg/L) 2013. Waktu (Bulan 'Tahun) Gambar 9 Grafik pengukuran seng (Zn) PT. XYZ tahun 2010-2013 Dapat dilihat pada grafik diatas, pengukuran yang dilakukan selama 4 tahun tersebut menunjukkan bahwa seng yang terkandung dalam limbah cair mengalami peningkatan maupun penurunan. Perubahan kadar tersebut tidak menjadi masalah karena secara keseluruhan kadar seng masih berada di bawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan yaitu 2 mg/L. Seng yang digunakan dalam jumlah besar untuk injeksi dalam proses produksi diolah dengan baik sehingga sisa-sisa yang dibuang dalam bentuk limbah cair dapat diterima oleh lingkungan karena tidak melebihi baku mutu. Data kadar seng per bulan dari tahun 2010 hingga 2013 tertera pada Lampiran 5. Pengukuran tersebut kemudian dilanjutkan dengan pengujian secara statistik dengan menggunakan ANOVA, dimana hipotesis analisanya adalah: H0 : µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata seng antar tahun H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda Hasil yang diperoleh dari pengolahan data adalah nilai p value (0,928) > taraf nyata (0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah terima H0, yang artinya tidak ada perbedaan nilai rata-rata seng antar tahun. Oleh karena itu, tidak diperlukan pengujian lanjut Tukey-Duncan untuk mengetahui tahun mana saja yang berbeda nyata. 68 7.1.4 Sianida (Cn) Sianida merupakan senyawa yang digunakan sebagai larutan pada proses pembersihan logam. Pelepasan sianida bersama dengan limbah beracun lainnya seperti arsenik, timbal, kadmium dan merkuri dari kegiatan industri dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada lingkungan, erosi, tanah longsor dan pencemaran air tanah. Jika kandungan sianida yang beracun tersebut dibiarkan beredar bebas di lingkungan, hal tersebut akan membahayakan kualitas air yang dikonsumsi oleh manusia. Maka dari itu, pemerintah memasukkan sianida sebagai parameter limbah cair industri dengan nilai ambang batasnya sebesar 0,05 mg/L. Berikut grafik yang menunjukkan pengukuran kadar sianida PT.XYZ pada tahun Kadar maksium 0,05 mg/L 0.01 0.008 0.006 0.004 0.002 0 Jan '10 Mar '10 Mei '10 Jul '10 Sep '10 Nov '10 Jan '11 Mar '11 Mei '11 Jul '11 Sept '11 Nov '11 Jan '12 Mar '12 Mei '12 Jul '12 Sept '12 Nov '12 Jan '13 Mar '13 Mei '13 Kadar Sianida (mg/L) 2010 hingga 2013. Waktu (Bulan 'Tahun) Gambar 10 Grafik pengukuran kadar Sianida (Cn) PT. XYZ tahun 2010-2013 Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa kadar sianida yang terbuang bersama limbah cair ke lingkungan dari tahun 2010 hingga 2013 berada di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan. Hal tersebut dapat terjadi karena sebelum dibuang ke lingkungan, limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan PT.XYZ mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Di dalam WWT, sianida dihancurkan dengan oksidasi. Ozonisasi biasanya juga digunakan dimana penghancuran alami dengan menggunakan oksigen dari udara di dalam tangkitangki yang tersedia. Pengolahan tersebut akan menghasilkan sianida yang tidak melebihi baku mutu. Lampiran 6 menunjukkan data kadar sianida per bulan dari tahun 2010 hingga 2013. 69 Pengolahan data lebih lanjut kemudian dilakukan terhadap pengukuran sianida dengan menggunakan uji statistik dimana hipotesis yang dibuat yaitu: H0 : µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata seng antar tahun H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda Hasil pengujian statistik yang dilakukan dengan menggunakan ANOVA yang menunjukkan nilai p value (0,000) < taraf nyata (0,05) sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah terima H1. Artinya, diantara 4 tahun pengukuran sianida tersebut minimal ada sepasang tahun yang berbeda nyata. Dengan demikian perlu dilakukan uji lanjut Tukey-Duncan untuk mengetahui tahun mana saja yang meiliki perbedaan signifikan. Hasil dari uji lanjut tersebut dapat dilihat Rata-rata kadar sianida (mg/L) pada Gambar 11 berikut ini. 0.01 0.009 0.008 0.007 0.006 0.005 0.004 0.003 0.002 0.001 0 B A A 2010 2011 2012 B 2013 Tahun Gambar 11 Grafik hasil uji lanjut Tukey-Duncan terhadap pengukuran Sianida Gambar diatas merupakan hasil uji lanjut Tukey-Duncan yang diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0. Uji Tukey-Duncan dapat menunjukkan perbedaan dengan cara mengklasifikasikan hasil pengukuran per tahun ke dalam suatu grup. Perbedaan yang signifikan dapat terdeteksi apabila grouping yang dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda. Dapat dilihat pada Gambar tersebut sianida pada tahun 2010 dan 2011 termasuk dalam grup “A” yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai rata-rata sianida pada kedua tahun tersebut. Begitu juga dengan tahun 2012 dan 2013 dimana keduanya termasuk dalam grup “B” karena tidak memiliki perbedaan yang siginifkan. Label grup yang tidak sama menunjukkan letak perbedaan yang signifikan. Hal tersebut 70 terjadi pada kadar sianida tahun 2010 dan 2011 (A) yang berbeda dengan kadar sianida tahun 2012 dan 2013 (B). Lampiran hasil uji lanjut Tukey-Duncan sianida dapat dilihat pada Lampiran 13. Nilai rata-rata sianida pada tahun 2010 dengan 2011 sebesar 0,0011 mg/L dan 0,0012 mg/L sedangkan rata-rata sianida pada tahun 2012 dengan 2013 yaitu 0,0083 mg/L dan 0,009 mg/L. Pengukuran kadar tersebut memberikan perbedaan yang nyata dimana sianida pada tahun 2012 dan 2013 lebih besar dibandingkan kadar sianida tahun 2010 dan 2011. Perbedaan tersebut disebabkan karena penggunaan sianida pada tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan akibat banyaknya logam yang harus dilapis pada proses produksi semakin banyak. Bertambahnya logam yang harus dilapisi dikarenakan plant 2 PT.XYZ juga turut memproduksi komponen piston untuk motor lain di luar plant. 7.1.5 Nikel (Ni) Penggunaan utama nikel yaitu sebagai logam untuk electroplating untuk permukaan komponen (part) dan untuk peningkatan ketahanannya terhadap korosi. Paduan nikel memiliki kekuatan tinggi dan tahan korosi pada temperatur tinggi. Perpaduan unsur nikel kromium, kobalt, dan molybdenum akan menghasilkan baja yang sangat kuat. Sifat paduan nikel dalam mesin, pembentuk, casting, dan pengelasan dapat dimodifikasi dengan berbagai unsur paduan lainnya. Nikel dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi dapat berbahaya untuk kesehatan manusia. Nikel yang tersebar ke lingkungan keluar bersamaan dengan limbah cair industri. Maka dari itu, limbah cair yang dihasilkan industri harus selalu dimanajemen dengan baik dan dipantau kadarnya sebelum dibuang ke lingkungan. Baku mutu yang ditetapkan pemerintah untuk nikel adalah sebesar 0,2 mg/L. Pengukuran kadar nikel PT.XYZ pada tahun 2010 hingga 2013 dapat dilihat pada Gambar berikut. Kadar maksimum 0,2 mg/L 0.2 0.18 0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 Jan '10 Mar '10 Mei '10 Jul '10 Sep '10 Nov '10 Jan '11 Mar '11 Mei '11 Jul '11 Sept '11 Nov '11 Jan '12 Mar '12 Mei '12 Jul '12 Sept '12 Nov '12 Jan '13 Mar '13 Mei '13 Kadar Nikel (mg/L) 71 Waktu (Bulan 'Tahun) Gambar 12 Grafik pengukuran kadar Nikel PT. XYZ tahun 2010-2013 Gambar 12 diatas menunjukkan bahwa kadar nikel pada tahun 2010 hingga 2013 yang diukur oleh PT.XYZ secara keseluruhan berada di bawah kadar maksimum yang ditetapkan sebesar 0,2 mg/L meskipun setiap waktunya mengalami perubahan. Pengolahan limbah cair yang diproses di WWT berhasil mengurangi kadar logam nikel yang telah digunakan untuk produksi. Di dalam WWT terjadi pengambilan kembali logam nikel dengan menggunakan proses koagulasi dan flokulasi yang dilakukan secara bertumpukan. Koagulasi adalah proses penambahan bahan-bahan kimia unuk membentuk gumpalan yang selanjutnya dipisahkan pada proses flokulasi. Sedangkan flokulasi adalah proses untuk mempercepat penggumpalan partikel dengan pengadukan secara lambat. Pengambilan logam dengan 2 cara tersebut dalam pengolahan air limbah berfungsi untuk menghilangkan kekeruhan dan mengubah warna, menghilangkan kadar solid, menghilangkan kandungan bakteri yang terdapat dalam air, menghilangkan algae dalam kolom distilasi, menghilangkan kesadahan. Sehingga hasil akhir dari proses pengolahan tersebut dapat memberikan outlet limbah cair yang tidak melebihi baku mutu. Data kadar nikel dapat dilihat pada Lampiran 7. Uji statistik kemudian dilakukan untuk mendeteksi secara simultan perbedaan nilai rata-rata nikel antar tahun. Hipotesis yang dibuat dalam pengujian tersebut adalah: H0 : µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata nikel antar tahun H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda 72 Hasil pengujian tersebut menunjukkan nilai p value (0,095) > taraf nyata (0,05). Kesimpulan yang dapat diambil dari nilai tersebut adalah terima H0. Artinya, tidak ada perbedaan nilai rata-rata nikel selama 4 tahun pengukuran tersebut. Jika tidak terlihat adanya perbedaan, maka pada umumnya tidak diperlukan uji lanjut Tukey-Duncan. Tetapi hasil pengolahan data yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terhadap pengukuran nikel selama 4 tahun tersebut. Perbedaan tersebut digambarkan melalui grafik hasil uji lanjut Tukey-Duncan berikut ini. Gambar 13 Grafik hasil uji lanjut Tukey-Duncan Nikel tahun 2010-2013 Dari Gambar tersebut terlihat bahwa adanya perbedaan kelompok antar tahun pengukuran. Pengukuran pada tahun 2010 termasuk dalam grup “B” dengan nilai rata-rata nikel sebesar 0,060 mg/L dimana nilai tersebut berbeda dengan kadar nikel tahun 2013 sebesar 0,053 mg/L yang termasuk dalam grup “A”. Sementara kadar nikel pada tahun 2011 sebesar 0,037 mg/L dan 2012 sebesar 0,026 mg/L dimana keduanya tergolong ke dalam grup “AB”. Perbedaan tersebut tidak menjadi suatu masalah karena nilai perbedaan kadar antar tahun yang ditunjukkan tidak besar. Hanya saja uji lanjut menurut Duncan memberikan hasil yang lebih detail sehingga pengukuran antar tahun memiliki perbedaan grup sedangkan menurut Tukey keempat tahun tersebut masih termasuk dalam grup yang sama. 73 7.1.6 Logam Total Logam total yang dianalisis dalam penelitian merupakan penggabungan dari seluruh parameter jenis logam B3 yang termasuk dalam baku mutu limbah cair industri pelapisan logam. Tujuan dari analisis logam total agar dapat mewakili keseluruhan pengukuran kadar jenis logam B3 yang terkandung dalam limbah cair PT. XYZ. Berikut hasil pengukuran kadar logam total tahun 2010 hingga Kadar maksiumum 8 mg/L 7.5 6 4.5 3 1.5 0 Jan '10 Mar '10 Mei '10 Jul '10 Sep '10 Nov '10 Jan '11 Mar '11 Mei '11 Jul '11 Sept '11 Nov '11 Jan '12 Mar '12 Mei '12 Jul '12 Sept '12 Nov '12 Jan '13 Mar '13 Mei '13 Kadar Logam Total (mg/L) 2013 di PT.XYZ. Waktu (Bulan 'Tahun) Gambar 14 Grafik pengukuran kadar logam total PT.XYZ tahun 2010-2013 Gambar diatas menunjukkan bahwa kandungan logam total pada limbah cair yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2010 sampai dengan 2013 secara keseluruhan berada dibawah kadar maksimum. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan selalu menaati standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah mengenai kadar maksimum parameter logam total sebesar 8 mg/L. Data kadar logam total tertera pada Lampiran 8. Pengolahan air limbah di WWT memberikan hasil yang baik. Hal ini terbukti karena pengukuran secara simultan jenis logam B3 yang dikeluarkan bersamaan dengan limbah cair memenuhi standar baku mutu. Sisa-sisa segala jenis logam yang telah digunakan untuk produksi diolah di WWT dan diproses secara detail dengan mesin dan peralatan electroplating yang berfungsi untuk mengurangi, membersihkan, menyaring limbah cair tersebut menjadi air limbah bersih yang dapat ditoleransi oleh lingkungan. 74 Pengolahan data secara statistik kemudian dilakukan dengan hipotesis pengujian yang dibuat adalah sebagai berikut: H0 : µ1= µ2= µ3= µ4, tidak ada perbedaan nilai rata-rata logam total antar tahun H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai p value (0,349) > α (5%). Kesimpulan yang dapat diambil dari nilai p value yang lebih kecil dari taraf nyata adalah terima H0. Artinya, dari data yang tersedia selama 4 tahun pengukuran tersebut, tidak terlihat adanya perbedaan nilai rata-rata logam antar tahun. Oleh karena itu, pengujian lebih lanjut Tukey-Duncan tidak perlu dilakukan. 7.2 Analisis Kesesuaian Limbah Cair dengan Standar ISO 14001 : 2005, Peraturan Pemerintah, dan Kebijakan Perusahaan PT. XYZ telah menerapkan SML yang mengacu pada ISO 14001 dengan sangat baik. Kinerja lingkungan PT. XYZ berhasil menciptakan kondisi implementasi ISO 14001 yang efektif sesuai dengan standar. Kesesuaian dengan standar ISO 14001 dapat dilihat dari kepatuhan PT. XYZ terhadap peraturan yang telah ditetapkan. ISO 14001 mewajibkan perusahaan untuk selalu mematuhi peraturan yang berlaku mengenai kadar limbah yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan. Kadar maksimum yang ditetapkan oleh standar ISO 14001 : 2005 dan kebijakan perusahaan semuanya memiliki standar yang sama dengan peraturan pemerintah. Peraturan tersebut salah satunya tercantum dalam SK. Gub. DKI No. 582 tahun 1995 yang menjelaskan mengenai baku mutu limbah cair industri pelapisan logam. Parameter limbah cair industri yang diukur terdiri dari kadmium (Cd), timbal (Pb), seng (Zn), sianida (Cn), nikel (Ni) dan logam total. Parameter tersebut merupakan beberapa yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk baku mutu limbah cair. Berikut perbandingan masing-masing hasil kadar limbah cair PT. XYZ dengan standar ISO 14001, peraturan pemerintah, dan kebijakan perusahaan. 75 7.2.1 Kadmium Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar limbah setiap tahunnya signifikan atau tidak. Hipotesis yang dibuat untuk pengujian ini adalah sebagai berikut: H0 : µ > 0.05, Kadmium pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 H1 : µ < 0.05, Kadmium pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini. Gambar 15 Grafik perbandingan kadar kadmium PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 Dari hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas, menunjukkan bahwa kadmium pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 seluruhnya signifikan (S) terhadap standar ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value (0.000) < α (5% ) serta memiliki nilai rataan dibawah batas maksimum 0.05 mg/L (µ < 0.05) sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0. Kadar kadmium yang signifikan pada analisis perbandingan dengan standar ISO 14001 : 2005, peraturan pemerintah dan kebijakan perusahaan mengindikasikan bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ dalam mematuhi standar baku mutu kadmium pada limbah cair industri sudah dilakukan. 76 7.1.2 Timbal Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar timbal setiap tahunnya signifikan atau tidak. Hipotesis yang dibuat untuk pengujian ini adalah sebagai berikut: H0 : µ > 0,1. Timbal pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 H1 : µ < 0,1. Timbal pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini. Gambar 16 Grafik perbandingan antara kadar timbal PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan kadar timbal menurut standar ISO 14001 : 2005 Hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas menunjukkan bahwa timbal pada tahun 2010 hingga 2012 seluruhnya signifikan (S) terhadap standar ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value (0.000) < α (5% ) serta memiliki nilai rataan dibawah batas maksimum 0,1 mg/L (µ < 0,1) sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0. Sementara menurut hasil uji t, kadar timbal pada tahun 2013 tidak dapat dianalisis yang disimbolkan dengan Not Detected (ND) karena tidak menunjukkan nilai p value. Hal ini disebabkan karena data pengukuran timbal pada tahun 2013 memiliki nilai yang sama setiap bulannya sehingga tidak terdapat nilai standard error terhadap pengukuran kadar timbal tersebut. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah karena nilai rata-rata timbal pada tahun 2013 masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan dan 77 diasumsikan signifikan terhadap standar. Kadar timbal yang signifikan pada analisis perbandingan dengan standar ISO 14001 : 2005, peraturan pemerintah dan kebijakan perusahaan mengindikasikan bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ dalam mematuhi standar baku mutu timbal pada limbah cair industri sudah dilakukan. Hasil uji t terhadap timbal tertera pada Lampiran 17. 7.2.3 Seng Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar seng setiap tahunnya signifikan atau tidak. Hipotesis yang dibuat untuk pengujian ini adalah sebagai berikut: H0 : µ > 2, seng pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 H1 : µ < 2, seng pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini. Kadar Seng (mg/L) 2.5 2 1.5 1 S S S 2010 2011 2012 S 0.5 0 2013 Batas maksimum Tahun Gambar 17 Perbandingan antara kadar seng PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar seng menurut ISO 14001 : 2005 Dari hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas, menunjukkan bahwa kadar seng pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 seluruhnya signifikan (S) terhadap standar ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value (0.000) < α (5%) serta memiliki nilai rataan dibawah batas maksimum 2 mg/L (µ < 2) sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0. Kadar seng yang signifikan pada 78 analisis perbandingan dengan standar ISO 14001 : 2005, peraturan pemerintah dan kebijakan perusahaan mengindikasikan bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ dalam mematuhi standar baku mutu seng pada limbah cair industri sudah dilakukan. 7.2.4 Sianida (Cn) Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar sianida setiap tahunnya signifikan atau tidak. Hipotesis yang dibuat untuk pengujian ini adalah sebagai berikut: H0 : µ > 0,05. Sianida pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 H1 : µ < 0,05. Sianida pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 Kadar Sianida (mg/L) Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini. 0.05 0.045 0.04 0.035 0.03 0.025 0.02 0.015 0.01 0.005 0 S S S 2010 2011 S S 2012 2013 Batas maksimum Tahun Gambar 18 Grafik perbandingan antara kadar sianida PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan kadar sianida menurut standar ISO 14001 : 2005 Dari hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas, menunjukkan bahwa kadar sianida pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 seluruhnya signifikan (S) terhadap standar ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value (0.000) < α (5%) serta memiliki nilai rataan dibawah batas maksimum 0,05 mg/L (µ < 0,05) sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0. Kadar sianida yang signifikan pada analisis perbandingan dengan standar ISO 14001 : 2005, peraturan 79 pemerintah dan kebijakan perusahaan mengindikasikan bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ dalam mematuhi standar baku mutu sianida pada limbah cair industri sudah dilakukan. 7.2.5 Nikel Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar nikel setiap tahunnya signifikan atau tidak terhadap standar. Hipotesis yang dibuat untuk pengujian ini adalah sebagai berikut: H0 : µ > 0,2. Nikel pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 H1 : µ < 0,2. Nikel pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini. Gambar 19 Grafik perbandingan antara kadar nikel PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan kadar sianida menurut standar ISO 14001 : 2005 Dari hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas, menunjukkan bahwa kadar nikel pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 seluruhnya signifikan (S) terhadap standar ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value (0.000) < α (5%) serta memiliki nilai rataan dibawah batas maksimum 0,2 mg/L (µ < 0,2) sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0. Kadar nikel yang signifikan pada analisis perbandingan dengan standar ISO 14001 : 2005, peraturan pemerintah 80 dan kebijakan perusahaan mengindikasikan bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ dalam mematuhi standar baku mutu nikel pada limbah cair industri sudah dilakukan. 7.2.6 Logam Total Pengolahan data secara statistik uji t dilakukan untuk mengetahui kadar logam total setiap tahunnya signifikan atau tidak terhadap standar. Hipotesis yang dibuat untuk pengujian ini adalah sebagai berikut: H0 : µ > 8. Logam total pada tahun tersebut tidak berbeda nyata atau tidak signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 H1 : µ < 8. Logam total pada tahun tersebut berbeda nyata atau signifikan terhadap standar ISO 14001 : 2005 Kadar Logam Total (mg/L) Hasil pengujian tersebut digambarkan melalui grafik perbandingan berikut ini. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 S S S S 2010 2011 2012 2013 Batas maksimum Tahun Gambar 20 Grafik perbandingan antara kadar logam total PT. XYZ tahun 20102013 dengan kadar logam total menurut standar ISO 14001 : 2005 Dari hasil uji t yang digambarkan melalui grafik diatas, menunjukkan bahwa kadar logam total pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 seluruhnya signifikan (S) terhadap standar ISO 14001 : 2005 karena memiliki nilai p value (0.000) < α (5%) serta memiliki nilai rataan dibawah batas maksimum yaitu sebesar 8 mg/L (µ < 8) sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0. Kadar logam total yang signifikan pada analisis perbandingan dengan standar ISO 14001 : 2005, peraturan pemerintah dan kebijakan perusahaan mengindikasikan 81 bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ dalam mematuhi standar baku mutu logam total pada limbah cair industri sudah dilakukan. 82 83 VIII ANALISIS MANFAAT EKONOMI PENERAPAN ISO 14001 PT. XYZ Penetapan tujuan, sasaran dan program lingkungan yang sesuai dengan kebijakan merupakan beberapa hal yang menjadi prasyarat ISO 14001 yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Dalam hal ini agar tujuan, sasaran, dan program yang dibuat oleh PT. XYZ sesuai dengan kebijakan, PT. XYZ berupaya dengan melakukan penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production). Produksi Bersih dianggap merupakan strategi alternatif utuk menggabungkan tujuan bisnis dan kepentingan lingkunga. Hal ini dikarenakan, dengan menerapkan produksi bersih, PT. XYZ tidak saja melakukan upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga melakukan efisiensi SDA dengan diterapkannya prinsip-prinsip 6R yaitu Refine, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery, dan Retrieve Energy. Bedasarkan data yang dapat diperoleh melalui wawancara dan juga dokumen perusahaan, Recycle dan Saving Energy merupakan dua hal yang memungkinkan untuk diteliti lebih lanjut. Kedua hal tersebut merupakan kegiatan penghematan yang dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan baik dari segi ekonomi dan juga lingkungan. 8.1 Manfaat Ekonomi Penerapan Recycle terhadap Konsumsi Air Fasum Air bersih yang dikonsumsi PT. XYZ berasal dari PDAM yang dikelola oleh PT. PAM JAYA, Jakarta. PT. XYZ merupakan kalangan industri besar yang termasuk dalam kategori IVB. Harga air yang diberlakukan PT. PAM JAYA untuk kategori IV B adalah sebesar Rp 12.550/m3. Air yang dikonsumsi oleh perusahaan dialirkan ke area pabrik (plant) dan fasilitas umum (fasum). Air yang dikonsumsi di area fasum tidak secara penuh berasal dari air PDAM karena air fasum diolah kembali melalui proses recycle sehingga bisa menjadi air bersih. Recycle hanya dilakukan di area fasum saja, sedangkan air yang masuk dalam area pabrik setelah digunakan untuk produksi kemudian dialirkan ke WWT untuk diproses dan langsung dibuang ke lingkungan tanpa melebihi baku mutu limbah cair industri yang telah ditetapkan. Berikut Tabel yang menjabarkan banyaknya konsumsi air di area pabrik dan fasum serta banyaknya air fasum yang didaur ulang. 84 Tabel 10 Jumlah air yang dikonsumsi dan air recycle PT. XYZ tahun 2010-2013 Tahun Banyaknya Air Fasum PDAM (m3) 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 16.377 12.937 77.791 22.513 32.405 Banyaknya Air Fasum Recycle (m3) 10.572 32.811 34.601 31.035 27.255 Sumber: Data sekunder (diolah), 2013 Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa konsumsi air PDAM di area fasum rata-rata mencapai 32.405 m3 tiap tahunnya sedangkan rata-rata banyaknya air recycle yang digunakan mencapai 27.255 m3 per tahun. Di area fasum, air bersih yang digunakan diprioritaskan untuk kebersihan lingkungan, kesehatan karyawan, dan untuk perawatan keindahan lingkungan. Banyaknya air fasum recycle yang dapat diolah memiliki data meteran yang berbeda-beda tiap bulannya tergantung kemampuan air tersebut untuk bisa mencapai standar air bersih. Perbedaan dari tiap jumlah air fasum yang direcycle disebabkan karena cuaca yang tidak menentu dan lokasi perusahaan yang berada di kawasan yang rawan banjir sehingga air yang mengalir ke perusahaan menjadi terkontaminasi akibat banjir dan mengurangi jumlah air yang dapat direcycle. Perbandingan antara total konsumsi air dan banyaknya air recycle merupakan nilai efisiensi air yang bisa didapatkan oleh perusahaan. Biaya yang diperlukan untuk mengolah air daur ulang (recycle) hingga menjadi air bersih yaitu sebesar Rp 10.000/m3. Harga air bersih dari pengolahan tersebut lebih murah jika dibandingkan dengan harga air bersih dari PDAM sebesar Rp 12.550/m3. Selisih antara harga air PDAM dengan harga air olahan menjadi suatu penghematan yang berdampak positif secara ekonomi dan lingkungan bagi PT. XYZ yang dapat mengurangi biaya konsumsi air bersih. Tabel 11 berikut menunjukkan estimasi seberapa besar nilai ekonomi dari penghematan air melalui recycle. 85 Tabel 11 Estimasi perbandingan antara biaya konsumsi air tanpa recycle dan dengan recycle Tahun Biaya Air Recycle (Rp) Biaya Konsumsi Air Fasum (Rp) Dengan Tanpa Recycle Recycle Penghematan Biaya Air Fasum (Rp) Persentase penghematan biaya(%) 2010 105.720.000 338.209.950 311.251.350 26.958.600 7,97 2011 328.110.000 574.138.655 490.470.605 83.668.050 14,57 2012 346.010.000 1.410,519.600 1.322.287.050 88.232.550 6,26 2013 310.350.000 672.027.400 592.888.150 79.139.250 11,78 Rerata 272.547.500 748.723.901 679.224.289 69.499.613 10,14 Tabel 11 menunjukkan bahwa penghematan biaya konsumsi air fasum dari tahun 2010 sampai dengan 2013 mengalami peningkatan atau penurunan setiap tahunnya. Jika seluruh air bersih yang dikonsumsi di area fasum berasal dari PDAM tanpa adanya recycle maka estimasi biaya rata-rata yang harus dikeluarkan oleh PT. XYZ tiap tahunnya untuk konsumsi air fasum adalah sebesar Rp 748.723.901,-. Sementara apabila air yang dikonsumsi di area fasum sebagian berasal dari proses recycle, biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. XYZ untuk konsumsi air fasum rata-rata sebesar Rp 679.224.289,-. Penerapan recycle yang telah dilakukan PT. XYZ terhadap air fasum dari tahun 2010 sampai dengan 2013 ternyata menimbulkan adanya penghematan biaya dengan rataan sebesar Rp 69.499.613,- per tahun. Efisiensi biaya yang dapat diperoleh PT. XYZ dengan melakukan recycle yaitu sebesar 10,14% lebih murah dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi air fasum tanpa melakukan recycle. Besarnya biaya konsumsi air fasum dan penghematannya juga digambarkan melalui Gambar 21 berikut. 86 1,600,000,000 1,400,000,000 Biaya (Rp) 1,200,000,000 1,000,000,000 800,000,000 600,000,000 400,000,000 200,000,000 Tanpa recycle 2010 338,209,95 2011 574,138,65 2012 1,410,519, 2013 672,027,40 Dengan Recycle 311,251,35 490,470,60 1,322,287, 592,888,15 Penghematan biaya 26,958,600 83,668,050 88,232,550 79,139,250 Gambar 21 Grafik estimasi biaya konsumsi air fasum PT. XYZ dan penghematannya 8.2 Manfaat Ekonomi Program Saving Energy Adanya program lingkungan merupakan salah satu dari beberapa syarat ISO 14001 yang harus dipenuhi oleh perusahaan. PT. XYZ telah merancang banyak program yang menyangkut lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. Program-program tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan target, batas waktu pelaksanaan program dan upayanya dalam rangka melindungi lingkungan dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. Saving Energy adalah salah satu program lingkungan yang dirancang PT. XYZ dan sudah berjalan sejak tahun 2012. Program ini berlaku untuk jam kerja shift dua dan dibuat dengan target mengurangi pemakaian energi listrik sebesar 1000 kwH per harinya. Pencapaian target tersebut diusahakan dengan cara memadamkan lampu dan juga Air Conditioner (AC) pada saat jam istirahat yaitu pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 sehingga tidak ada biaya yang harus 87 dikeluarkan oleh PT. XYZ untuk program ini. Berikut Tabel yang menjabarkan pemakaian energi per hari di PT. XYZ tahun 2012 dan 2013. Tabel 12 Pemakaian energi listrik tahun 2012 dan 2013 di PT. XYZ sebelum dan setelah program Saving Energy. Pemakaian Energi Listrik per hari (kwH/hari) Sebelum Program Setelah Program Penghematan listrik (kwH/hari) Target Penurunan (kwH) Keuntungan (Rp/hari) Keberhasilan Program Tahun 2012 116.740 110.730 6.010 1.000 3.096.500 Tercapai 2013 116.740 110.070 6.670 3.000 4.985.825 Tercapai Sumber: Data sekunder (diolah), 2013 Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa program Saving Energy yang dijalankan oleh PT. XYZ berhasil mencapai target penurunannya dan melebihi jumlah yang ditetapkan. Selain itu program ini juga memberikan dampak yang positif secara ekonomi berupa penghematan biaya listrik. Estimasi keuntungan penghematan listrik yang diperoleh PT. XYZ dengan menerapkan program Saving Energy adalah sebesar Rp 3.096.500/hari pada tahun 2012 sedangkan pada tahun 2013, keuntungan tersebut meningkat menjadi Rp 4.985.825/hari. Program ini dinilai efektif karena pemadaman lampu dan AC saat jam istirahat masih dilakukan sampai sekarang. Jumlah penurunan daya listrik dipengaruhi oleh lamanya pemakaian listrik yang tidak menentu. Demi meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan pemakaian sumber daya sebaik mungkin, masih perlu dilakukan sosialisasi kepada karyawan mengenai pentingnya program Saving Energy ini. Dengan demikian, melalui program Saving Energy, PT. XYZ tidak hanya memberikan pengaruh yang baik terhadap perbaikan lingkungan tetapi juga mendapatkan dampak yang positif dari segi ekonomi perusahaan. 89 VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) di PT. XYZ berjalan dengan efektif. Hal tersebut terbukti dengan perolehaan nilai kinerja lingkungan (Y) berdasarkan kondisi SML PT. XYZ yaitu sebesar 4 serta adanya kesesuaian antara SML yang diterapkan PT.XYZ dengan prosedur persyaratan ISO 14001. Dengan demikian, kesimpulan dari nilai tersebut membawa PT. XYZ ke dalam kategori kinerja lingkungan yang sangat baik dan PT.XYZ telah memenuhi seluruh persyaratan ISO 14001. 2. Kinerja lingkungan yang baik sesuai standar SML ISO 14001 menjadikan PT.XYZ patuh terhadap peraturan yang ditetapkan mengenai baku mutu limbah cair industri sehingga memberikan dampak positif terhadap upaya perlindungan lingkungan. Hal tersebut telah terbukti karena pengukuran kadar kadmium, timbal, seng, sianida, nikel, dan logam total dari tahun 2010 sampai dengan 2013 dapat dikendalikan dan tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. 3. Penerapan ISO 14001 di PT.XYZ juga memberikan dampak positif dari sisi ekonomi berupa penghematan biaya konsumsi air bersih dan juga energi listrik. Estimasi penghematan biaya tersebut yaitu sebesar: Recycle air di area fasum = Rp. 69.499.613/tahun, dan Saving Energy = Rp. 3.096.500/hari (2012) dan Rp. 4.985.825/hari (2013) Maka dari itu, penerapan recycle merupakan program yang efektif, dan dapat menciptakan suatu nilai efisiensi terhadap sumber daya air dan juga listrik. 7.2 Saran Saran yang dapat dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Rekaman maupun dokumentasi milik perusahaan yang berkaitan dengan SML ISO 14001 sebaiknya tidak dimusnahkan meskipun melebihi jangka 90 waktu 3 tahun. Diperlukan adanya tempat khusus yang berguna untuk menyiman dokumen yang sudah melewati jangka waktu 3 tahun. Dengan begitu, dapat dilakukan evaluasi yang juga melibatkan kondisi pada waktuwaktu sebelumnya sehingga hasil dari keberhasilan penerapan ISO 14001 lebih terlihat dan signifikan. 2. Sebaiknya peralatan yang digunakan untuk mengukur kadar limbah diperbaiki atau diperbaharui agar kalibrasi alat pengukur selalu tepat. Hal ini dikarenakan ada beberapa parameter yang hasil analisa laboratoriumnya tidak dapat terdeteksi. 3. Agar lebih meningkatkan kepedulian karyawan terhadap lingkungan, perlu dilakukan sosialisasi yang terus-menerus mengenai program-program lingkungan yang diterapkan melalui penambahan jadwal pelatihan dan evaluasi kepada karyawan. 91 DAFTAR PUSTAKA Baku Mutu Limbah Cair Industri Pelapisan Logam : Surat Keputusan Gubernur DKI No. 582 Tahun 1995. Jakarta [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. BPS. Jakarta [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 19-14001-2005. BSN. Jakarta Hadiwiardjo BH. 1997. ISO 14001 Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Kumar M. 1999. Kinerja Lingkungan Perusahaan Yang Telah Dan Belum Menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 (Studi Kasus Pada Perusahaan Tekstil di Jawa Barat). Tesis. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Kusumawardhani Y. 2012. Kajian Peran Karyawan Tehadap Kinerja Lingkungan Dalam Perspektif Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004 (Studi Kasus: PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk). Skripsi. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kristanto P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta (ID): Andi Lestari F. 2004. Efektivitas Dan Efisiensi Pengelolaan Kualitas Pada Industri Semen Pasca Studi AMDAL Dan Sertifikasi ISO 14001 (Studi Kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Citeureup, Bogor Jawa Barat). Tesis.. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor Maninggarjati ER. 2012. Analisis Selisih Biaya Standar Produk Pintu Pada Moulding Ryan Samarinda Bulan April 2010. Jurnal Eksis, Vol. 8, No.1, , Mar 2012: 2001-2181. Eksis Riset Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi 5. BPKE UGM. Yogyakarta Riduwan dan Akdon. 2010. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Alfabeta. Jakarta Sarwono J. 2008. Statistik Itu Mudah : Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Andi. Yogyakarta Syadullah M. 2010. Menuju Green Economy. Ekonisia. Yogyakarta. 92 Sutrisno D. 2000. Baku Mutu Limbah Luaran (Cair, Padat, dan Gas) Industri dan Pertambangan. Pustaka Deptan. Jawa Tengah Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No 32 Tahun 2009 Zuhriyah RF. 2002. Kajian manfaat Penerapan item Manajemen Lingkungan ISO 14001 Pada Industri Penyamakan Kulit: (Studi Kasus di Industri Penyamakan Kulit PT Surya Puspita, Jawa Barat). Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. DAFTAR ISTILAH Abu blasting : abu yang berasal dari adanya kegiatan pembakaran Abu casting : abu yang berasal dari bagian produksi percetakan mesin sepeda motor (die casting) Coolant : air yang digunakan sebagai pendingin dalam proses produksi sepeda motor Forklift : mesin yang digunakan untuk mengangkut barang Incenerator : alat yang digunakan untuk membakar limbah PIC : Person In Charge; seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam bidang tertentu Saving energy : kegiatan penghematan listrik SNI 19-14001-2005 : standar yang mengatur sistem manajemen lingkungan yang berlaku secara nasional di Indonesia dan mengacu pada standar internasional ISO 14001. Waste Water Treatment : Instalasi pengolahan limbah cair indutri; aktivitas industri dalam mengolah limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan produksi sebelum dibuang ke lingkungan. 95 LAMPIRAN 96 97 Lampiran 1 Kuesioner Periksa Kondisi SML ISO 14001 PT.XYZ INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jalan Kamper Level Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762 KUESIONER PERIKSA KONDISI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 PT. ASTRA HONDA MOTOR (Plant 2) No. : ............... Hari/Tanggal : ...................................................... Nama : ...................................................... Jabatan : ………………………………….. Contact Person : ………………………………….. Kuesioner ini digunakan sebagai bahan SKRIPSI yang berjudul ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGHEMATAN BIAYA KONSUMSI AIR DAN LISTRIK DI PT.XYZ, JAKARTA UTARA yang dilakukan oleh saya VERRY KERSANING ROBBI (H44090054). Saya mohon dengan hormat partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berkenan mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang objektif. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan dijamin kerahasiaannya dan tidak untuk dipublikasikan. Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara/i saya ucapkan terima kasih. Petunjuk : Pertanyaan berikut mengevaluasi 16 persyaratan sistem manajemen lingkungan. Untuk setiap persyaratan, Anda akan menjumpai pertanyaan untuk dinilai dengan SKOR dari 0 sampai dengan 4 , dengan mengikuti kriteria berikut: 0 = Tidak, perusahaan belum melaksanakan kegiatan ke arah ini 1 = Tidak, tetapi perusahaan ingin menerapkannya 2 = Ya, perusahaan sudah menerapkan tetapi masih perlu penyempurnaan untuk memenuhi standar 3 = Ya, perusahaan sudah menerapkan sesuai dengan standar 4 = Ya, perusahaan sudah menerapkan dengan baik dan bisa sebagai contoh bagi perusahaan lain 98 A. PRINSIP 1 – KOMITMEN DAN KEBIJAKAN LINGKUNGAN NO. PERTANYAAN BERDASARKAN VARIABEL/KLAUSAL 1.0 1.1 KEBIJAKAN LINGKUNGAN Apakah ada kebijakan lingkungan sudah secara jelas diuraikan, disebarluaskan serta diterapkan kepada semua karyawan? 1.2 Apakah kebijakan lingkungan perusahaan meliputi komitmen pimpinan puncak untuk selalu melakukan pencegahan terhadap pencemaran? Apakah kebijakan lingkungan perusahaan meliputi komitmen pimpinan puncak untuk selalu memenuhi peraturan perundangundangan lingkungan yang berlaku? Apakah kebijakan lingkungan perusahaan meliputi komitmen pimpinan puncak perusahaan untuk selalu memenuhi semua persyaratan lingkungan lainnya yang biasa dilakukan oleh perusahaan? Apakah kebijakan lingkungan perusahaan memberikan kerangka dasar secara lengkap untuk membuat dan mengkaji tujuan dan sasaran lingkungan? 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 SKOR Apakah kebijakan lingkungan sudah tertulis dan didokumentasikan? Apakah kebijakan lingkungan mencerminkan komitmen terhadap penyempurnaan berkelanjutan dari kinerja lingkungan perusahaan? B. PRINSIP 2 - PERENCANAAN NO. 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 3.0 3.1 PERTANYAAN BERDASARKAN SUB KLAUSAL PERSYARATAN PERUNDANGAN DAN PERUSAHAAN Apakah ada dokumentasi persyaratan perundang-undangan yang terkait dengan operasi pabrik dan ada prosedur untuk memperoleh/menilai atau mengembangkan informasi tentang persyaratan hukum tentang lingkungan dan perusahaan? Apakah perusahaan menyimpan dokumentasi secara sistematik dan selalu memutakhirkannya? Apakah terdapat prosedur untuk menjamin komunikasi persyaratan hukum/perusahaan dengan para karyawan? Apakah ada prosedur, praktek, dan panduan yang memungkinkan untuk selalu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, komitmen sukarela, dan standar industri yang diterapkan? ASPEK LINGKUNGAN 3.2 Apakah perusahaan memiliki metode untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aspek-aspek lingkungan yang sangat berarti? Apakah ada prosedur dan/atau matriks yang mengidentifikasi aspek lingkungan, termasuk pemutakhiran dan relevansinya terhadap kegiatan, prouk atau jasanya? 4.0 TUJUAN DAN SASARAN 4.1 Apakah tujuan dan sasaran perusahaan sudah dibuat berdasarkan pada kebijakan lingkungan? Apakah tujuan dan sasaran perusahaan mencerminkan aspek-aspek lingkungan dan dampak lingkungan terkait yang sudah diidentifikasi? Apakah berdasarkan kebijakan lingkungan dan aspek lingkungan yang kritis, perusahaan membuat tujuan dan sasaran untuk setiap bagian dan tingkat yang relevan di dalam perusahaan? 4.2 4.3 SKOR 99 4.4 4.5 4.6 5.0 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 5.10 5.11 5.12 Apakah dalam penyusunan tujuan dan sasaran, hal-hal berikut ini menjadi bahan pertimbangan: aspek lingkungan penting, peraturan perundang-undangan dan lainnya, pilihan teknologi, dana, persyaratan operasional dan bisnis, pandangan dari pihak terkait? Apakah tujuan dan sasaran perusahaan Anda mencerminkan aspek lingkungan dan dampak lingkungan terkait yang sudah diidentifikasi? Apakah terdapat kegiatan yang didokumentasikan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran lingkungan? PROGRAM MANAJEMEN LINGKUNGAN Apakah perusahaan Anda sudah menjabarkan program manajemen lingkungan berdasarkan tujuan dan sasaran yang sudah dibuat dan diturunkan dari kebijakan lingkungan? Apakah program manajemen lingkungan memasukkan pula situasisituasi lainnya, risiko lingkungan, dan rencana keadaan darurat yang terkait? Apakah ada prosedur di dalam program manajemen lingkungan untuk memeriksa dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan? Apakah terdapat dokumentasi yang terkait dengan laporan internal, memo, notulen rapat, dan dokumentasi lainnya yang terkait dengan perencanaan, tujuan dan sasaran, program lingkungan, dan unsur lain manajemen lingkungan? Apakah terdapat dokumentasi program yang meliputi proyek, sumber daya, dan perencanaan bagian lainnya dari program lingkungan? Apakah ada prosedur, praktek, matriks, dan dokumentasi perencanaan lainnya untuk mengalokasikan personel, anggaran, dan sumberdaya lainnya? Apakah perusahaan telah menerapkan program manajemen mutu udara, termasuk pemantauan daerah pengaruhnya? Apakah perusahaan mengelola mutu air dan apakah hasil pemantauan berkala buangan limbah dan badan penerima sesuai dengan standar wajib yang berlaku? Apakah perusahaan tetap mempertahankan catatan limbahnya secara lengkap dan mutakhir yang merupakan sasaran perusahaan untuk mengurangi, menggunakan, mendaur ulang limbah bila mungkin? Apakah catatan bahan-bahan berbahaya milik perusahaan secara berkala dimutakhirkan meliputi cara –cara penanganan, penyimpanan, pengangkutan sesuai dengan persyaratan perundang-undangan tertentu serta karyawan dilatih untuk memperhatkan hal ini? Apakah program manajemen lingkungan berlaku terhadap pengembangan baru, kegiatan, produk, atau jasa baru atau yang dimodifikasi, bila sesuai? Apakah operasi dan kegiatan yang berkaitan dengan dampak lingkungan penting dan yang berada dalam lingkup kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan telah diidentifikasi? C. PRINSIP 3 – PENERAPAN NO. 6.0 6.1 6.2 PERTANYAAN BERDASARKAN VARIABEL/KLAUSAL STRUKTUR ORGANISASI DAN TANGGUNG JAWAB Apakah program manajemen lingkungan perusahaan menyebutkan tanggung jawab, memadukannya dengan fungsi-fungsi karyawan (uraian tugas), dan apakah hal ini membuat standar kinerja bagi masing-masing fungsi dalam kaitannya dengan manajemen lingkungan? Apakah perusahaan menugasi karyawannya dengan tanggung jawab SKOR 100 6.3 6.4 7.0 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 8.0 8.1 8.2 8.3 8.4 9.0 9.1 9.2 9.3 9.4 10.0 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 lingkungan dan evaluasi kinerja managernya mencakup pula persyaratan mutu lingkungan? Apakah pimpinan puncak perusahaan sudah menunjuk perwakilan manajemen yang mempunyai peranan, tanggung jawab dan kewenangan khusus untuk membuat, menerapkan, dan memelihara SML? Apakah perwakilan manajemen melaporkan kinerja sistem manajemen lingkungan secara berkala kepada manajemen puncak untuk dikaji dan sebagai dasar dari penyempurnaan berkelanjutan? KESADARAN, KEPEDULIAN DAN PELATIHAN Apakah ada rencana pengembangan tenaga kerja yang terkait dengan masalah lingkungan? Apakah program pelatihan dipenuhi dan dievaluasi? Apakah terdapat pencatatan untuk setiap pelatihan? Apakah ada rekaman pelatihan, uraian pengalaman kerja karyawan, dan dokumentasi lainnya tentang kesadaran, kepedulian lingkungan, dan kompetisi karyawan? Apakah perusahaan mengidentifikasi dan memberikan pelatihan kualifikasi karyawan yang baru saja diberi tugas tentang manajemen lingkungan (operasi, kesesuaian, audit, risiko)? Apakah perusahaan mempertahankan program pelatihan tentang masalah lingkungan kepada kontraktor? Apakah personel yang melaksanakan tugas yang dapat menyebabkan dampak lingkungan, cukup berwenang melaksanakan tugas, berdasarkan pendidikan, pelatihan atau pengalaman? KOMUNIKASI Apakah ada prosedur internal yang spesifik mengatur proses komunikasi dengan masyarakat, pelanggan, pemasok, dan lembaga Pemerintah tentang lingkungan perusahaan? Apakah cara untuk mengkomunikasikan informasi ke badan eksternal tentang aspek penting lingkungan telah dipertimbangkan dengan masak dan didokumentasikan? Apakah komunikasi ini terdokumentasi? Apakah ada laporan lingkungan tahunan, laporan kepada pemegang saham, komunikasi dengan pihak terkait, dan bukti komunikasi lainnya dengan pihak terkait lainnya? DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN Apakah ada persyaratan lingkungan perusahaan yang dimasukkan ke dalam panduan? Apakah prosedur operasional baku didokumentasikan dan selalu dimutakhirkan? Apakah ada rekaman pengkajian dan revisi dokumen? Apakah informasi yang memberikan arah ke dokumentasi yang terkait telah dibuat dan dipelihara? PENGENDALIAN DOKUMEN Apakah ada bagan alir, matriks atau rekaman lain yang mengidentifikasi operasi dan kegiatan? Apakah terdapat prosedur untuk mengendalikan semua informasi lingkungan? Apakah semua dokumen dikendalikan dan ditandatangani oleh personel yang bertanggung jawab? Apakah semua dokumen diperoleh dan selalu tersedia? Apakah terdapat prosedur dan instruksi khusus untuk mengendalikan semua dokumen dan selalu mudah diperoleh untuk dipakai sebagai 101 10.6 10.7 10.8 10.9 10.10 11.0 11.1 11.2 11.3 11.4 11.5 12.0 12.1 12.2 12.3 12.4 12.5 12.6 12.7 panduan? Apakah prosedur pengendalian dokumen dikaji, direvisi bila perlu secara berkala, dan disetujui oleh personel yang berwenang? Apakah dokumen versi terakhir yang relevan selalu mudah diperoleh di tempat yang tepat agar pelaksanaan SML dapat berjalan efektif? Apakah dokumen kadaluwarsa dengan cepat segera dipindahkan dari semua daerah yang menggunakan dokumen ini? Apakah dokumen kadaluwarsa disimpan di tempat yang disediakan untuk itu, untuk keperluan legal, dan diberi tanda bahwa dokumen ini sudah kadaluwarsa? Apakah terdapat prosedur dan tanggung jawab untuk membuat dan memodifikasi dokumen yang terkait? PENGENDALIAN OPERASI Apakah terdapat bagan alir yang melukiskan kegiatan dan aspek serta dampak lingkungan yang terkait? Apakah ada prosedur untuk inspeksi, pemeliharaan, dan kalibrasi peralatan yang berkaitan dengan pengendalian lingkungan yang kritis? Apakah terdapat prosedur dan instruksi khusus untuk semua proses kegiatan dan tugas yang berkaitan dengan hal yang kritis terhap lingkungan? Apakah terdapat prosedur yang berkaitan dengan aspek lingkungan yang berarti dari barang atau jasa dari pemasok atau kontraktor, dan prosedur serta persyaratan ini telah dikomunikasikan kepada mereka? Apakah rekaman lingkungan meliputi rekaman pelatihan, rekaman hasil audit, rekaman kajian manajemen, yang mudah dicari dan dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan menunjukkan kesesuaiannya dengan standar? TINDAKAN DARURAT Apakah terdapat prosedur untuk mengidentifikasi, mencegah, menyelidiki dan bertindak dalam hal terjadi situasi darurat? Apakah terdapat perencanaan, program, dan prosedur untuk mencegah dan mengurangi atau meminimumkan akibat dalam situasi darurat? Apakah ada perencanaan, tanggapan, dan prosedur peredaan keadaan darurat? Apakah perencanaan tersebut direvisi secara berkala? Apakah ada rekaman perubahan prosedur keadaan darurat? Apakah resiko lingkungan di dalam perusahaan sudah dipetakan? Apakah ada rekaman peristiwa, tindakan tanggapan atas keadaan darurat dan tindakan koreksinya? Apakah para karyawan dilatih untuk dalam meghadapi situasi darurat? Apakah ada rekaman pelatihan keadaan darurat? D. PRINSIP 4 – PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN KOREKSI NO. 13.0 13.1 13.2 13.3 PERTANYAAN BERDASARKAN VARIABEL DAN SUB KLAUSAL PEMANTAUAN DAN EVALUASI Apakah perusahaan membuat dan mempertahankan prosedur untuk melakukan pemantauan dan pengukuran secara berkala karakteristik kunci operasi dan kegiatan yang dapat memiliki dampak penting pada lingkungan? Apakah pemantauan dan pengukuran meliputi informasi perekaman untuk menjejaki kinerja, pengendalian operasi yang relevan dan kesesuaiannya dengan tujuan dan sasaran? Apakah perusahaan melakukan pengukuran dan pemantauan berkala SKOR 102 13.4 13.5 13.6 13.7 13.8 14.0 14.1 14.2 14.3 14.4 14.5 14.6 14.7 14.8 14.9 14.10 14.11 15.0 15.1 15.2 15.3 15.4 15.5 15.6 atas kinerja lingkungannya agar dapat melakukan tindakan koreksi dan pencegahan yang diperlukan untuk menyempurnakan hasilnya secara berkelanjutan? Apakah perusahaan memiliki dan mempertahankan prosedur untuk mengevaluasi secara berkala kesesuaian dengan peraturan perundangundangan lingkungan yang relevan yang berlaku? Apakah terdapat prosedur untuk inspeksi, pemeliharaan, dan kalibrasi peralatan pemantauan? Apakah terdapat dokumentasi atas pengambilan contoh dan metode analisa laboratorium? Apakah terdapat daftar laboratorium yang sudah diakreditasi untuk menganalisa hasil pengambilan contoh? Apakah terdapat daftar laboratorium kalibrasi yang sudah diakreditasi yang mampu mengkalibrasi peralatan yang dimiliki perusahaan? KETIDAKSESUAIAN, TINDAKAN KOREKSI DAN PENCEGAHAN Apakah terdapat prosedur tertulis untuk mengidentifikasi, menyelidiki, menentukan, dan mengoreksi ketidaksesuaian tentang SML dan kinerja lingkungan? Apakah ada personel yang ditugasi bertanggung jawab untuk mengamati, mendokumentasi, mengkomunikasikan, dan mengoreksi ketidaksesuaian? Apakah perusahaan memiliki dan mempertahankan prosedur untuk mengambil tindakan untuk mengurangi dampak yang disebabkan ketidaksesuaian dan untuk memulai tindakan koreksi dan pencegahan? Apakah tanggung jawab dan kewenangan untuk menangani dan menyelidiki ketidaksesuaian telah ditetapkan? Bila dijumpai ketidaksesuaian, apakah penyebab utamanya dianalisis? Apakah data-data ini digunakan untuk menentukan tindakan koreksi? Apakah ada dokumentasi tindakan koreksi? Apakah ada prosedur untuk mengidentifikasi sebab-sebab utama ketidaksesuaian? Apakah ada komunikasi dengan karyawan tentang ketidaksesuaian SML? Apakah setiap tindakan koreksi dan pencegahan sesuai dengan besarnya dampak lingkungan yang sebenarnya atau yang berpotensi untuk terjadi dari ketidaksesuaian? Apakah ada rekaman perubahan operasi sebagai hasil dari temuan ketidaksesuaian SML? Apakah perusahaan melakukan asesmen atas kinerja lingkungan, dan hasilnya didokumentasikan? AUDIT SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN Apakah ada prosedur untuk program audit? Apakah audit menentukan SML memenuhi persyaratan internal manajemen lingkungan, termasuk kesesuaian dengan standar? Apakah audit sistem manajemen lingkungan mencakup penilaian kesesuaian dan manajemen? Apakah audit sistem manajemen lingkungan menilai persyaratan hukum dan praktek manajemen lingkungan yang baik? Apakah hasil-hasil audit didokumentasikan dan dikomunikasikan ke manajemen puncak perusahaan? Apakah ada perencanaan tindakan koreksi yang didasarkan pada hasilhasil audit sistem manajemen lingkungan? 103 E. PRINSIP 5 – PENGKAJIAN MANAJEMEN 16.0 16.1 16.2 16.3 16.4 16.5 16.6 16.7 16.9 16.8 PENGKAJIAN DAN PENYEMPURNAAN Apakah perusahaan secara berskala mengkaji SML untuk menjamin kesesuaiannya, kecukupannya, dan keefektifannya? Apakah perusahaan mengumpulkan informasi yang penting dan menyediakan informasi tersebut untuk memungkinkan manajemen melakukan evaluasi? Sesudah audit sistem manajemen lingkungan, apakah program manajemen lingkungan direvisi? Apakah ada laporan kepada manajemen tentang SML? Apakah ada dokumen yang dikaji oleh manajemen untuk menjamn keefektifan dan kesesuaian SML? Apakah ada rekaman keputusan manajemen tentang SML sesudah pengkajian manajemen? Apakah rekomendasi manajemen sebagai hasil pengkajian manajemen dijalankan oleh perusahaan dengan melakukan penyempurnaan SML? Apakah ada dokumentasi perubahan SML dari rekomendasi manajemen sebagai hasil pengkajian manajemen? Apakah perusahaan secara berkala merevisi kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungannya, berdasarkan hasil pengukuran, pemantauan, dan asesmen lingkungan? Terima Kasih atas Partisipasi dan Kerjasama yang Diberikan 104 Lampiran 2 Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 PT. XYZ 105 Lampiran 3 Data Kadar Kadmium PT.XYZ tahun 2010-2013 Bulan/Tahun 2010 2011 2012 2013 Januari 0.015 0.006 0.006 0.01 Februari 0.01 0.018 0.009 0.009 Maret 0.003 0.0059 0.044 0.009 April 0.021 0.01 0.009 0.009 Mei 0.0059 0.0059 0.009 0.009 Juni 0.015 0.013 0.009 - Juli 0.0059 - 0.009 - 0.023 0.011 0.009 - 0.01 0.006 0.009 - Oktober 0.0059 0.016 0.016 - November 0.0059 0.009 0.02 - Desember 0.011 0.007 0.009 - 0.01097 0.0098 0.01317 0.0092 Agustus September Rata-rata Lampiran 4 Data kadar Timbal PT.XYZ tahun 2010-2013 Bulan/Tahun 2010 2011 2012 2013 Januari 0.06 0.03 0.07 0.048 Februari 0.02 0.06 - 0.048 Maret 0.0029 0.06 0.09 0.048 April 0.021 0.01 0.03 0.048 Mei 0.039 0.03 0.048 0.048 Juni 0.02 0.06 0.048 Juli 0.05 - 0.048 - 0.02 0.048 September 0.05 - 0.048 Oktober 0.06 0.04 0.006 November 0.06 0.02 0.049 Desember 0.08 0.09 0.049 Rata-rata 0.04208 0.042 0.04855 Agustus 0.048 106 Lampiran 5 Data kadar Seng PT.XYZ tahun 2010-2013 Bulan/Tahun 2010 2011 2012 2013 Januari 0.73 0.06 0.61 0.16 Februari 0.12 0.04 0.04 0.06 Maret 0.07 0.07 0.23 0.11 April 0.1 0.05 0.05 0.06 Mei 0.13 0.07 0.12 0.05 Juni 0.07 0.15 0.05 - Juli 0.06 0.07 0.08 - Agustus 0.07 0.75 0.05 - September 0.05 0.11 0.09 - Oktober 0.1 0.09 0.07 - November 0.1 0.1 0.03 - Desember 0.08 0.19 0.06 - 0.14 0.14583 0.12333 0.088 Rata-rata Lampiran 6 Data kadar sianida PT.XYZ tahun 2010-2013 Bulan/Tahun 2010 2011 2012 2013 Januari 0.002 0.001 - 0.009 Februari 0.001 - - 0.009 0.00049 0.002 0.002 0.009 April - - 0.009 0.009 Mei - - 0.009 0.009 Juni 0.001 0.001 0.009 - Juli - - 0.009 - Agustus - - 0.009 - September - - 0.009 - Oktober - 0.001 0.009 - November - - 0.009 - Desember 0.001 - 0.009 - 0.001098 0.00125 0.0083 0.009 Maret Rata-rata 107 Lampiran 7 Data kadar Nikel PT.XYZ tahun 2010-2013 Bulan/Tahun 2010 2011 2012 2013 Januari 0.07 0.05 0.03 0.03 Februari 0.06 0.009 0.04 0.02 Maret 0.03 0.07 0.04 0.02 April 0.07 0.08 0.02 0.02 Mei 0.18 0.06 0.11 0.04 Juni 0.06 0.05 0.05 - Juli 0.03 0.05 0.02 - Agustus 0.04 0.06 0.02 - September 0.07 0.05 0.02 - Oktober 0.04 0.09 0.03 - November 0.04 0.06 0.02 - Desember Rata-rata 0.03 0.06 0.01 0.05325 0.04 0.036667 0.026 Lampiran 8 Data kadar logam total PT.XYZ tahun 2010-2013 Bulan/Tahun 2010 2011 2012 2013 Januari 1.37 0.56 1.01 0.26 Februari 0.5 0.39 0.36 0.22 Maret 0.31 0.34 0.64 0.3 April 0.36 0.34 0.13 0.1 Mei 3.22 0.25 0.731 0.44 Juni 0.31 0.55 0.644 - Juli 0.28 1.17 0.199 - Agustus 0.35 1.05 0.118 - September 0.33 0.47 0.433 - Oktober 0.45 0.8 0.405 - November 0.45 0.43 0.314 - 0.6 0.71083 0.81 0.59667 0.319 0.44192 0.264 Desember Rata-rata 108 Lampiran 9 Hasil ANOVA uji logam kadmium, timbal, seng, sianida, nikel, dan logam total ANOVA Sum of Squares KADMIUM TIMBAL SIANIDA SENG NIKEL Mean Square Between Groups .000 3 .000 Within Groups .002 36 .000 Total .002 39 Between Groups .000 3 .000 Within Groups .015 33 .000 Total .016 36 Between Groups .000 3 .000 Within Groups .000 20 .000 Total .000 23 Between Groups .014 3 .005 Within Groups 1.103 37 .030 Total 1.117 40 Between Groups .006 3 .002 Within Groups .032 37 .001 Total .038 40 .884 3 .295 9.640 37 .261 10.524 40 LOGAM_TOT Between Groups AL df Within Groups Total F Sig. .578 .633 .261 .853 44.438 .000 .151 .928 2.282 .095 1.131 .349 109 Lampiran 10 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan kadmium KADMIUM Subset for alpha = 0.05 Group TAHUN Tukey HSDa N 1=A 2013 5 .00920 A 2011 11 .00980 A 2010 12 .01097 A 2012 12 .01317 A Sig. Duncan a .653 2013 5 .00920 A 2011 11 .00980 A 2010 12 .01097 A 2012 12 .01317 A Sig. .297 Lampiran 11 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan timbal TIMBAL Subset for alpha = 0.05 TAHUN Tukey HSDa N 1=A 2011 10 .04200 A 2010 11 .04208 A 2013 5 .04800 A 2012 11 .04855 A Sig. Duncana Group .926 2011 10 .04200 A 2010 11 .04208 A 2013 5 .04800 A 2012 11 .04855 A Sig. .580 110 Lampiran 12 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan seng SENG Subset for alpha = 0.05 TAHUN Tukey HSDa N 1=A 2013 5 .08800 A 2012 12 .12333 A 2010 12 .14000 A 2011 12 .14583 A Sig. Duncana Group .894 2013 5 .08800 A 2012 12 .12333 A 2010 12 .14000 A 2011 12 .14583 A Sig. .527 Lampiran 13 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan sianida SIANIDA Subset for alpha = 0.05 Group TAHUN Tukey HSDa N 1=A 2010 5 .00110 A 2011 4 .00125 A 2012 10 .00830 B 2013 5 .00900 B Sig. Duncana 2=B .998 .874 A 2010 5 .00110 2011 4 .00125 2012 10 .00830 B 2013 5 .00900 B Sig. .872 A .460 111 Lampiran 14 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan nikel NIKEL Subset for alpha = 0.05 Group TAHUN Tukey HSDa N 1=A A 2013 5 .02600 2012 12 .03667 A 2011 12 .05325 A 2010 12 .06000 A Sig. Duncana 2=B .090 A 2013 5 .02600 2012 12 .03667 .03667 AB 2011 12 .05325 .05325 AB 2010 12 .06000 B Sig. .073 .124 Lampiran 15 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan logam total LOGAM_TOTAL Subset for alpha = 0.05 TAHUN Tukey HSDa N 1=A 2013 5 .26400 A 2012 12 .44192 A 2011 12 .59667 A 2010 12 .71083 A Sig. a Duncan Group .269 2013 5 .26400 A 2012 12 .44192 A 2011 12 .59667 A 2010 12 .71083 A Sig. .099 112 Lampiran 16 Hasil uji t Kadmium Variabel N Mean ST Dev SE Mean 2010 12 0.01097 0.00637 0.00184 2011 11 0.00980 0.00430 0.00130 2012 12 0.01317 0.01043 0.00301 2013 5 0.009200 0.000447 0.000200 (95%,CI) (0.00692, 0.01501) (0.00691, 0.01269) (0.00654, 0.01979) (0.008645, 0.009755) T P Ket. -21.23 0.000 S -30.98 0.000 S -12.24 0.000 S -204.00 0.000 S T P Ket. -8.20 0.000 S -7.38 0.000 S -8.20 0.000 S * * * T P Ket. -34.39 0.000 S -32.93 0.000 S -40.05 0.000 S -91.78 0.000 S Lampiran 17 Hasil uji t timbal Variabel N Mean ST Dev SE Mean 2010 11 0.04208 0.02343 0.00707 2011 10 0.04200 0.02486 0.00786 2012 11 0.04855 0.02082 0.00628 2013 5 0.048000 0.000000 0.000000 (95%,CI) (0.02634, 0.05782) (0.02422, 0.05978) (0.03456, 0.06253) (0.048000, 0.048000) Lampiran 18 Hasil uji t seng Variabel N Mean ST Dev SE Mean 2010 12 0.1400 0.1874 0.0541 2011 12 0.1458 0.1951 0.0563 2012 12 0.1233 0.1623 0.0469 2013 5 0.0880 0.0466 0.0208 (95%,CI) (0.0209, 0.2591) (0.0219, 0.2698) (0.0202, 0.2265) (0.0302, 0.1458) 113 Lampiran 19 Hasil uji t sianida Variabel N Mean ST Dev SE Mean 2010 5 0.001098 0.000550 0.000246 2011 4 0.001250 0.000500 0.000250 2012 10 0.008300 0.002214 0.000700 2013 5 0.009000 0.000000 0.000000 (95%,CI) (0.000414, 0.001782) (0.000454, 0.002046) (0.006716, 0.009884) (0.009000, 0.009000) T P Ket. -198.64 0.000 S -195.00 0.000 S -59.57 0.000 S * * * T P Ket. -11.79 0.000 S -21.15 0.000 S -22.32 0.000 S -43.50 0.000 S T P Ket. -29.93 0.000 S -86.67 0.000 S -97.87 0.000 S -139.94 0.000 S Lampiran 20 Hasil uji t nikel Variabel N Mean ST Dev SE Mean 2010 12 0.0600 0.0411 0.0119 2011 12 0.05325 0.02403 0.00694 2012 12 0.03667 0.02535 0.00732 2013 5 0.02600 0.00894 0.00400 (95%,CI) (0.0339, 0.0861) (0.03798, 0.06852) (0.02056, 0.05277) (0.01489, 0.03711) Lampiran 21 Hasil uji t logam total Variabel N Mean ST Dev SE Mean 2010 12 0.711 0.844 0.244 2011 12 0.5967 0.2959 0.0854 2012 12 0.4419 0.2675 0.0772 2013 5 0.2640 0.1236 0.0553 (95%,CI) (0.175, 1.247) (0.4087, 0.7847) (0.2719, 0.6119) (0.1105, 0.4175) RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Agustus 1991 yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Suryo Handoto dan Suheni Herawaty. Pada tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Kartika III Bogor lalu menempuh pendidikan dasar di SDN Polisi 5 Bogor dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menegah Pertama Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun 2014. Dan selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai panitia kegiatan kemahasiswaan dan peserta pada berbagai kegiatan seminar terkait keilmuan penulis.