pembelajaran fisika berbasis masalah dengan menggunakan

advertisement
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 132-141)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH DENGAN
MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI
DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN
VERBAL DAN GAYA BELAJAR
Herekno Anen siswati1), Widha Sunarno2), Suparmi3),
1
SMA Negeri 1 Ponorogo
Ponorogo, 63471, Indonesia
herekno@gmail. com
2
Pendidikan Sains, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
[email protected]
3
Pendidikan Sains, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran Fisika berbasis masalah dengan
menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen, kemampuan verbal tinggi dan rendah, gaya belajar visual dan
kinestetik, interaksi antara metode demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan kemampuan verbal, dengan gaya belajar,
kemampuan verbal dan gaya belajar, metode demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan kemampuan verbal dan gaya
belajar terhadap prestasi belajar Fisika. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak empat
kelas. Uji hipotesis penelitian menggunakan ANAVA tiga jalan dengan desain faktorial 2x2x2. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode
demonstrasi diskusi dan eksperimen terhadap prestasi belajar Fisika; (2) terdapat pengaruh kemampuan verbal tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar Fisika; (3) terdapat pengaruh antara gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi
belajar Fisika; (4) tidak terdapat interaksi penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode
demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika; (5)
terdapat interaksi penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi dan
eksperimen dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar Fisika; (6) terdapat interaksi kemampuan
verbal tinggi dan rendah dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar Fisika; (7) tidak terdapat interaksi
penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen, kemampuan
verbal tinggi dan rendah dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar Fisika.
Kata kunci: prestasi belajar, kuasi eksperimen, uji ANAVA, uji Scheffe, Kalor.
pendidikan dapat tercapai. “Masalah utama
Pendahuluan
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan
dalam pembelajaran pada pendidikan formal
nasional menghadapi tantangan yang sangat
(sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya
kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber
daya serap peserta didik” (Trianto, 2009). Hal
daya manusia yang mampu bersaing di era
ini tampak dari rata-rata hasil belajar peserta
globalisasi. Upaya untuk menyiapkan sumber
didik yang senantiasa masih memprihatinkan,
daya manusia yang berkualitas dan satu-satunya
selain itu juga lemahnya proses pembelajaran,
wadah yang dapat berfungsi sebagai alat untuk
seperti kemampuan berpikir peserta didik kurang
membangun sumber daya manusia yang bermutu
dikembangkan sehingga peserta didik hanya
tinggi dan berkualitas yang pada akhirnya dapat
mengahafal konsep dan kurang mampu
mendukung pembangunan nasional
adalah
menggunakan konsep tersebut jika menemui
pendidikan
masalah dalam kehidupan nyata yang
Pendidikan merupakan suatu proses
berhubungan dengan konsep yang dimiliki serta
perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam
kurang mampu memutuskan masalah dan
upaya mendewasakan manusia melalui proses
merumuskannya.
pembelajaran. Proses pendidikan juga mengarah
Pembelajaran Sains menekankan pada
pada pembentukan sikap, pengembangan
pembentukan
ketrampilan
memperoleh
intelektual, dan pengembangan ketrampilan
pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah.
peserta didik sehingga arah dan tujuan
Hal ini bisa tercapai apabila dalam pembelajaran
132
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 132-141)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
menggunakan pendekatan ketrampilan proses.
Penerapan pendekatan ketrampilan proses
menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental
intelektual peserta didik. Hal ini dapat digunakan
untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan
intelektual atau kemampuan berpikir peserta
didik. Selain itu juga mengembangkan sikap dan
kemampuan peserta didik untuk menemukan dan
mengembangkan fakta, konsep dan prinsip ilmu
atau pengetahuan.
Sedangkan pembelajaran Fisika pada
umumnya masih berorientasi pada guru. Peserta
didik cenderung menerima apa yang dijelaskan
oleh guru tanpa harus mengetahui makna dari
pelajaran tersebut. Peserta didik juga cenderung
menghafal pengertian dan rumus, pendekatan
pembelajarannya kurang berhubungan dengan
fenomena alam, kehidupan sehari-hari, dan
perkembangan teknologi. Hal ini menyebabkan
peserta didik pasif dan kurang termotivasi dalam
belajar, sehingga peserta didik mengalami
kesulitan dalam belajar Fisika. Padahal, dalam
pembelajaran seorang guru harus mampu
menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat
membangkitkan semangat belajar peserta didik,
sehingga peserta didik mempunyai ketrampilan,
keberanian, serta mempunyai kemampuan
akademik.
Karakteristik
pembelajaran Fisika
dibangun
melalui
pengembangan
ketrampilan-ketrampilan proses sains yaitu:
mengobservasi atau mengamati, termasuk
didalamnya
menghitung,
mengukur,
mengklasifikasi, dan mencari hubungan ruang
atau waktu; menyusun hipotesis; merencanakan
eksperimen atau percobaan; mengendalikan atau
memanipulasi variabel; menginterpretasikan atau
menafsirkan data; menyusun kesimpulan
sementara; meramalkan atau memprediksi;
menerapkan
atau
mengaplikasikan;
mengkomunikasikan (Depdiknas, 2005). Namun
demikian kualitas pendidikan di Indonesia,
khususnya prestasi belajar Fisika belum
menunjukkan hasil yang memuaskan.
Pembelajaran Fisika harus relevan
dengan kehidupan sehari-hari, supaya pelajaran
Fisika yang diperoleh akan bermanfaat, dan akan
mempunyai peran yang penting bagi peserta
didik
untuk
mengaplikasikannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Selanjutnya
akan
berdampak dalam menciptakan sumber daya
manusia yang bermutu. Oleh karena itu untuk
membangkitkan semangat belajar Fisika peserta
didik diperlukan model pembelajaran, misalanya
model pembelajaran kooperatif, Contextual
Teaching and Learning, Quantum Teaching and
Learning dan model pembelajaran berbasis
masalah (PBL).
Model pembelajaran PBL (Problem
Based Learning) adalah model pembelajaran
yang merangsang peserta didik untuk
menganalisis
masalah,
memperkirakan
jawabannya, mencari data, menganalisis data dan
menyimpulkan jawaban terhadap masalah.
Dengan kata lain model ini pada dasarnya
melatih kemampuan memecahkan masalah
melalui langkah-langkah sistematis. Menurut
John Dewey dalam Suranto (2010), “proses
belajar hanya akan terjadi kalau siswa
dihadapkan kepada masalah dari kehidupan nyata
untuk dipecahkan”. Dalam membahas dan
menjawab masalah, peserta didik harus terlibat
dalam kegiatan nyata, misalnya mengobservasi,
mengumpulkan data dan menganalisisnya
bersama-sama teman dalam kelompok di
kelasnya.
Peserta
didik
hendaknya
diberi
kesempatan melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan
teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari
linggkungan. Dari beberapa karakter di atas
pembelajaran yang dirasa cocok untuk
pembelajaran pada materi Fisika yang bersifat
abstrak adalah model pembelajaran berbasis
masalah, namun demikian belum optimum
digunakan oleh guru.
Dari pernyataan di atas dan didukung
pendapat Burton dalam Hamalik (2001),
menyatakan bahwa "Pengalaman adalah sebagai
sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat
pendidikan, yang merupakan satu kesatuan
disekitar tujuan murid, pengalaman pendidikan
bersifat kontinu dan interaktif, membantu
integrasi pribadi murid". Maka pembelajaran
akan lebih baik bila peserta didik belajar dengan
mengalami langsung, sebab pengetahuan yang
diperoleh akan lebih bermakna.
Dalam pembelajaran di SMA Negeri I
Ponorogo masih banyak guru yang menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab, sehingga
peserta didik belum belajar secara maksimal
khususnya pada mata pelajaran Fisika sehingga
menyebabkan prestasi belajarnya masih rendah
terutama materi Kalor yang prestasinya masih
133
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 132-141)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
jauh dari yang diharapkan, dimana rata-ratanya
masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal
yaitu 75.
Rendahnya prestasi belajar Fisika
terutama pada materi Kalor disebabkan karena
guru
mengajar
kurang
sesuai
dengan
karakteristik materi yaitu bahwa Kalor bersifat
abstrak tetapi efeknya dapat dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran
dengan metode ceramah dan tanya jawab kurang
tepat karena peserta didik belum dilibatkan
secara langsung dalam proses belajar mengajar.
Padahal masih banyak metode yang bisa
diterapkan dan yang sesuai dengan karakteristik
dari materi Kalor yaitu antara lain metode
demonstrasi, diskusi, inkuiri, eksperimen dan
lain sebagainya. Dengan demikian untuk
meningkatkan prestasi belajar Fisika terutama
pada materi Kalor diperlukan model dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
dari materi kalor.
Materi Kalor juga dianggap sulit oleh
peserta didik karena dibutuhkan kemampuan
untuk pengamatan, penafsiran, mengingat,
memahami,
merancang
dan
melakukan
percobaan dalam kegiatan laboratorium, oleh
karena itu untuk menyampaikan materi Kalor
dalam
kehidupan
sehari-hari
diperlukan
pembelajaran tingkat tinggi sehingga model
pembelajaran yang tepat digunakan adalah
pembelajaran berbasis masalah, sedangkan
metode pembelajaran yang tepat digunakan
adalah metode demonstrasi diskusi, inkuiri dan
eksperimen. Pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pembelajaran berbasis
masalah
dengan
menggunakan
metode
demonstrasi diskusi dan eksperimen yang sesuai
dengan karakteristik materi Kalor, selain itu juga
untuk pemanfaatan laboratorium di SMA Negeri
1 Ponorogo yang selama ini khususnya
laboratorium Fisika belum dimanfaatkan secara
maksimal.
Dalam pembelajaran menggunakan
metode demonstrasi dilakukan peragaan suatu
proses berkenaan dengan materi pembelajaran.
Dalam demonstrasi peserta didik dapat
mengamati proses, informasi, peristiwa sehingga
peserta didik lebih memahami bahan yang
diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat
diamati sehingga mudah dimengerti. Pelaksanaan
demonstrasi seringkali diikuti dengan diskusi
yaitu salah satu metode pembelajaran agar
peserta didik dapat berbagi pengetahuan,
pandangan, dan ketrampilan. Tujuan diskusi
adalah untuk mengeksplorasi pendapat atau
pandangan
yang
berbeda
dan
untuk
mengidentifikasi
berbagai
kemungkinan.
Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran
memungkinkan adanya keterlibatan peserta didik
dalam proses interaksi yang lebih luas. Proses
interaksi berjalan melalui komunikasi verbal.
Dalam demonstrasi dan diskusi peserta didik
lebih aktif terutama dalam proses bertukar
pikiran melalui komunikasi verbal. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sumiati dan Asra (2008)
“metode diskusi bermanfaat untuk melatih
kemampuan memecahkan masalah secara verbal,
dan memupuk sikap demokratis”.
Dalam
praktiknya proses interaksi antara lain
menggunakan cara tanya jawab sekitar masalah
yang dibahas. Biasanya pertanyaan dan jawaban
dikemukakan sendiri oleh peserta didik dalam
membahas suatu masalah, sehingga hal ini
mencerminkan keaktifan peserta didik yang
tinggi dalam belajar. Sehingga metode
demonstrasi diskusi dalam pembelajaran dapat
digunakan untuk belajar konsep dan prinsip,
memahami konsep dan prinsip secara lebih baik,
dan juga untuk mengaktifkan peserta didik agar
pembelajaran tidak membosankan.
Pembelajaran
dengan
metode
eksperimen, dimana peserta didik akan
mengalami pengetahuan langsung, yakni ketika
mereka melakukan eksperimen yang mereka
lakukan sendiri atau berkelompok, mereka
langsung berhadapan dengan obyek, mereka
harus melakukan pengamatan, pengukuran,
pengambilan data, penghitungan dan melaporkan
hasil eksperimen yang telah mereka lakukan
sendiri atau berkelompok sehingga pengetahuan
yang diperoleh akan bermakna.
Pembelajaran Fisika tentang Kalor
banyak menggunakan simbol-simbol yang
mempunyai arti tertentu, maka dibutuhkan
kemampuan verbal. Jika kemampuan verbal ini
tidak diperhatikan dikhawatirkan akan terjadi
kesalahan penafsiran terhadap simbol-simbol
tersebut.
Kemampuan verbal merupakan salah
satu jenis kemampuan pada intelejensi.
Selanjutnya Winkel (1996) menjelaskan bahwa
“kemampuan verbal adalah pengetahuan
seseorang yang dapat diungkapkan dalam bentuk
lisan atau tertulis dan diperoleh dari sumber yang
menggunakan bahasa lisan atau tertulis juga”.
Tes penalaran verbal merupakan tes yang
mengungkapkan kemampuan untuk memahami
konsep dalam kata-kata verbal. “Tes penalaran
134
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 132-141)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
verbal merupakan aspek dari tes IQ yang
diberikan kepada peserta didik”. (Sukardi, 1997).
Dengan demikian kemampuan verbal dapat
mempengaruhi prestasi peserta didik.
Untuk mempelajari materi Kalor dengan
menggunakan
demonstrasi
diskusi
dan
eksperimen selain kemampuan verbal juga perlu
diperhatikan gaya belajar peserta didik. Gaya
belajar adalah karakter seseorang dalam
menerima informasi kemudian mengatur dan
mengolah informasi tersebut. Gaya belajar
seseorang dibedakan atas gaya belajar visual,
gaya belajar auditorial, dan gaya belajar
kinestetik. Gaya belajar visual adalah gaya
belajar seseorang dengan cara melihat,
menggambar grafik, melihat slide, film,
demonstrasi, dan lain sebagainya. Gaya belajar
auditorial adalah gaya belajar seseorang dengan
cara mendengar orang lain berbicara dan
mendengarkan rekaman suara. Gaya belajar
kinestetik adalah gaya belajar seseorang melalui
sentuhan dan gerakan tangan.
Untuk mengetahui bahwa proses
pembelajaran dapat berlangsung dan sejauh mana
peserta didik berhasil menguasai kompetensi
pembelajaran maka diperlukan alat ukur
keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran
yaitu tes prestasi belajar. Prestasi belajar
merupakan hasil suatu usaha, kemampuan, dan
sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal
dibidang pendidikan. Prestasi belajar meliputi
prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor.
Prestasi belajar peserta didik dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang ada pada diri peserta
didik, misalnya: IQ, kemampuan berpikir
abstrak, kemampuan berpikir konkrit, kempuan
verbal,
motivasi,
motivasi
berprestasi,
kreativitas, aktivitas, gaya belajar, sikap ilmiah,
dan kemampuan awal. Faktor eksternal yaitu
faktor dari luar, misalnya: kurikulum, kebijakan
pemerintah, kualitas guru, dan fasilitas sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar tersebut masih kurang diperhatikan oleh
guru dalam pembelajaran Fisika. Di dalam Fisika
banyak dijumpai simbol atau lambang besaran,
sehingga peserta didik dituntut untuk mampu
mengartikan simbol atau lambang besaran
tersebut. Tanpa mengetahui arti simbol atau
lambang besaran dalam Fisika, peserta didik
akan kurang memahami konsep Fisika, maka
dibutuhkan kemampuan verbal.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
menerapkan pembelajaran Fisika berbasis
masalah
dengan
menggunakan
metode
demonstrasi diskusi dan eksperimen ditinjau dari
kemampuan verbal dan gaya belajar pada materi
Kalor. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui: 1) pengaruh penggunaan
model pembelajaran Fisika berbasis masalah
dengan menggunakan metode demonstrasi
diskusi dan eksperimen terhadap prestasi belajar
Fisika; 2) pengaruh kemampuan verbal tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika; 3)
pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik
terhadap prestasi belajar Fisika; 4) interaksi
antara model pembelajaran Fisika berbasis
masalah
dengan
menggunakan
metode
demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan
kemampuan verbal terhadap prestasi belajar
Fisika; 5) interaksi antara model pembelajaran
Fisika berbasis masalah dengan menggunakan
metode demonstrasi diskusi dan eksperimen
dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar
Fisika; 6) interaksi antara kemampuan verbal
dan gaya belajar terhadap prestasi belajar Fisika;
7) interaksi antara model pembelajaran Fisika
berbasis masalah dengan menggunakan metode
demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan
kemampuan verbal dan gaya belajar terhadap
prestasi belajar Fisika
Metode Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Ponorogo. Adapun waktu penelitian
dalam penelitian ini mulai dari penyusunan
proposal hingga pembuatan laporan penelitian
dimulai dari bulan Juli tahun 2011 sampai
dengan bulan Juni tahun 2012. Penelitian ini
termasuk penelitian eksperimen. Kelompok I
menggunakan metode demonstrasi diskusi dan
kelompok II menggunakan metode eksperimen.
Rancangan penelitian dalam penelitian ini
disusun sesuai dengan variabel-variabel yang
terlibat.
Variabel-variabel
terlibat
dalam
penelitian ini merupakan cerminan dari data-data
yang akan diperoleh setelah perlakuan terhadap
sampel penelitian dilakukan. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis menggunakan uji ANAVA
tiga jalan 2x2x2. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik cluster random sampling. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini ada 4 kelas, yaitu
kelas X4 dan X5 sebagai kelompok demonstrasi
diskusi dan kelas X3 dan X7 sebagai kelompok
eksperimen.
135
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 132-141)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan: 1) metode tes; 2) metode
angket dan 3) metode observasi.
Instrumen pelaksanaan penelitian dalam
penelitian ini berupa silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) metode
demonstrasi diskusi dan eksperimen. Instrumen
pengambilan data digunakan tes, angket dan
lembar observasi, tes digunakan untuk mengukur
prestasi belajar dan mengukur kemampuan
verbal. Angket digunakan untuk mengukur
prestasi afektif dan gaya belajar dan lembar
observasi untuk prestasi ketrampilan proses.
Uji normalitas data yang digunakan adalah
uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas
digunakan adalah Levene’s Test. Kemudian
Pengujian hipotesis pada penelitian ini
menggunakan ANAVA tiga jalan 2x2x2 dengan
bantuan software SPSS 18.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Uji ANAVA
Hasil uji ANAVA dengan langkah
General Linear Model (GLM) baik prestasi
kognitif, afektif dan ketrampilan proses disajikan
pada Tabel 1
Tabel 1 Rangkuman ANAVA
Variabel: Prestasi kognitif
No
Yang di Uji
p-value Hipotesis
H0A
0.001
ditolak
H0B
0.000
ditolak
H0c
0.000
ditolak
1
metode
2
Kemampuan
verbal
3
Gaya elajar
4
Metodekemampuan
verbal
0.086
metode -gaya
belajar
0.044
5
6
7
Kemampuan
verbal-gaya
elajar
Metodekemampuan
verbal –gaya
elajar
0.023
H0AB
diterima
H0AC
ditolak
H0BC
ditolak
No
H0ABC
diterima
metode
2
Kemampuan
verbal
3
Gaya belajar
4
metode
–
kemampuan
verbal
0.144
H0AB
diterima
5
metode –gaya
belajar
0.023
H0AC
ditolak
0.020
H0BC
ditolak
0.269
H0ABC
diterima
6
7
Kemampuan
verbal –gaya
belajar
metode
kemampuan
verval- gaya
belajar
Hasil Uji
ada
pengaruh
ada
pengaruh
ada
pengaruh
Tidak Ada
Interaksi
Ada
Interaksi
Ada
Interaksi
Tidak Ada
Interaksi
Berdasarkan Tabel 2 nilai ANAVA pada
prestasi afektif menunjukkan bahwa pada metode
demonstrasi
diskusi
dan
eksperimen,
kemampuan verbal tinggi dan rendah, gaya
belajar visual dan kinestetik, interaksi metode
dengan gaya belajar dan interaksi kemampuan
verbal dan gaya belajar P-value<0,05, sedangkan
lainnya P-value 0,05.
Tabel 3. Rangkuman ANAVA
Variabel: Prestasi Ketrampilan Proses
No
Hasil Uji
ada
pengaruh
ada
pengaruh
ada
pengaruh
Tidak Ada
Interaksi
Yang diUji
p-value Hipotesis
H0A
0.001
ditolak
H0B
0.000
ditolak
H0c
0.000
ditolak
1
metode
2
Kemampuan
verbal
3
Gaya belajar
4
metode
–
kemampuan
verval
0.058
H0AB
diterima
5
metode –gaya
belajar
0.047
H0AC
ditolak
0.032
H0BC
ditolak
0.321
H0ABC
diterima
Ada
Interaksi
6
Ada
Interaksi
Tidak Ada
Interaksi
p-value Hipotesis
H0A
0.005
ditolak
H0B
0.000
ditolak
H0c
0.000
ditolak
1
7
0.401
Yang diUji
Kemampuan
verbal - gaya
belajar
metode
–
kemampuan
verbal – gaya
belajar
Hasil Uji
ada
pengaruh
ada
pengaruh
ada
pengaruh
Tidak Ada
Interaksi
Ada
Interaksi
Ada
Interaksi
Tidak Ada
Interaksi
Berdasarkan Tabel 3 nilai ANAVA pada
prestasi ketrampilan proses menunjukkan bahwa
pada metode demonstrasi diskusi dan
eksperimen,
kemampuan verbal tinggi dan
rendah, gaya belajar visual dan kinestetik,
interaksi metode dengan gaya belajar dan
interaksi kemampuan verbal dan gaya belajar Pvalue<0,05, sedangkan lainnya P-value 0,05.
Berdasarkan Tabel 1 nilai ANAVA pada
prestasi kognitif menunjukkan bahwa pada
metode demonstrasi diskusi dan eksperimen,
kemampuan verbal tinggi dan rendah, gaya
belajar visual dan kinestetik, interaksi metode
dengan gaya belajar dan interaksi kemampuan
verbal dan gaya belajar P-value<0,05, sedangkan
lainnya P-value 0,05.
2.
Tabel 2. Rangkuman ANAVA
Variabel: Prestasi afektif
136
Uji Pasca ANAVA
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 132-141)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Dari hasil analisis variansi tiga jalan
dengan sel tak sama dengan prosedur General
Linear Model (GLM), maka yang perlu diuji
lanjut adalah jika hasil analisis menunjukan
bahwa P-value < 0,05
artinya tidak ada
pengaruh, P-value < 0,05 artinya ada interaksi.
Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perlakuan/tinjauan yang lebih kuat.
Adapun yang perlu diuji lanjut adalah : 1)
interaksi antara metode dan gaya belajar
peserta didik terhadap prestasi belajar
kognitif, afektif, dan ketrampilan proses; 2)
interaksi antara kemampuan verbal dan gaya
gelajar peserta didik terhadap prestasi belajar
kognitif, afektif, dan ketrampilan proses.
pengalaman, hasil belajar akan bertahan lebih
lama dalam ingatan siswa, dan dapat
mengembangkan sikap ilmiah.
Metode eksperimen merupakan metode
penyelidikan atau penemuan yang melibatkan
proses mental dengan kegiatan-kegiatan seperti
yang dikutip dalam Mulyasa (2005) sebagai
berikut: mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang fenomena alam, merumuskan masalah
yang ditemukan,
merumuskan hipotesis,
merancang
dan
melakukan
eksperimen,
mengumpulkan data dan menganalisis data,
menarik kesimpulan, mengembangkan sikap
ilmiah, yakni: obyektif, jujur, hasrat ingin tahu,
terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.
Metode
eksperimen
merupakan
metode
pembelajaran yang membuat peserta didik lebih
percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaan sendiri daripada hanya
menerima kata guru atau buku, hal ini
dikemukakan oleh Sagala (2007). Dua metode
pembelajaran yang berbeda tentunya mempunyai
pengaruh yang berbeda pula terhadap prestasi
belajar, dengan demikian metode eksperimen
adalah metode pembelajaran yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar.
Dari uraian diatas, pembelajaran Fisika
berbasis masalah dengan menggunakan metode
eksperimen selain peserta didik beraktivitas
secara langsung dengan alat dan bahan nyata,
peserta didik mendapatkan hasil penemuan
secara nyata atau konkret, peserta didik juga
akan memperoleh tantangan yang lebih tinggi
karena peserta didik dapat melaksanakan
kegiatan eksperimen sesuai dengan desain
percobaan yang telah dipelajari dari LKS.
Dengan demikian menemukan konsep melalui
pengalaman langsung dan nyata dapat
meningkatkan nilai kebermaknaan dalam belajar,
sehingga prestasi belajar peserta didik yang
diperoleh melalui kegiatan eksperimen lebih
tinggi dibandingkan prestasi belajar peserta didik
dengan menggunakan metode demonstrasi
diskusi.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan
hasil
uji
ANAVA
didapatkan P-value < 0,05 untuk ketiga aspek
prestasi belajar peserta didik, artinya ada
pengaruh antara kemampuan verbal tinggi dan
rendah terhadap prestasi kognitif, afektif, dan
ketrampilan proses pada materi Kalor peserta
didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun
Pelajaran 2011/2012. Data descriptive statistic
menunjukkan bahwa peserta didik dengan
B. Pembahasan
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil uji ANAVA didapatkan Pvalue < 0,05 untuk ketiga aspek prestasi belajar,
berarti ada pengaruh pembelajaran Fisika melalui
metode demonstrasi diskusi dan eksperimen
terhadap
prestasi belajar pada materi Kalor
peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Dari hasil analisis tersebut dapat
dikatakan bahwa ada perbedaan pengaruh
penggunaan metode demonstrasi diskusi dan
eksperimen terhadap prestasi kognitif, afektif,
dan ketrampilan proses belajar Fisika pada
materi Kalor peserta didik kelas X SMAN 1
Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil
analisis tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nurdeli (2010) dengan
kesimpulan ada pengaruh antara pendekatan
inkuiri terbimbing menggunakan eksperimen dan
demonstrasi, kreatifitas dan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar Fisika siswa kelas XI
IPA, juga penelitian Sumarni (2009) dengan
kesimpulan bahwa metode penemuan lebih baik
daripada metode diskusi.
Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis
Dahar (2003) belajar dikatakan bermakna jika
informasi yang akan dipelajari peserta didik
disusun sesuai dengan struktur kognitif yang
dimiliki peserta didik. Piaget menyatakan bahwa
proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan
equilibrasi. Bruner menekankan pembelajaran
melalui penemuan langsung, pengetahuan yang
diperoleh melalui proses kognitif, dan bersifat
tahan lama. Menurut Nuryani (2005) metode
eksperimen mempunyai kelebihan siswa akan
menjadi lebih yakin atas suatu hal, memperkaya
137
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 132-141)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
kemampuan verbal tinggi memperoleh prestasi
kognitif, afektif, dan ketrampilan proses yang
lebih tinggi dari pada kemampuan verbal rendah
rendah.
Sukardi (1997) mengatakan bahwa
“kemampuan verbal merupakan suatu yang
penting dalam semua aktivitas akademik maupun
non akademik di sekolah menengah karena tes
kemampuan verbal dapat dijadikan prediktor
yang terbaik secara keseluruhan terutama dalam
mata pelajaran”. Berdasarkan pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa kemampuan verbal
dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta
didik, kemampuan verbal melibatkan belajar
memecahkan masalah dan memerlukan banyak
latihan dengan berbagai macam tipe masalah
serta membutuhkan pemikiran yang kritis,
realitas yang bersifat spontan atau improfisasi.
Semakin banyak masalah yang dipelajari peserta
didik untuk dipecahkan maka semakin banyak
peserta didik tersebut berpikir sehingga prestasi
belajarnya semakin meningkat.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan
hasil
uji
ANAVA
didapatkan P-value < 0,05 untuk semua aspek
prestasi belajar, artinya ada pengaruh antara gaya
belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi
belajar baik
kognitif, afektif maupun
ketrampilan proses pada materi Kalor peserta
didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Menurut Nasution (2009), gaya belajar
adalah cara yang konsisten yang dilakukan
peserta didik dalam menangkap stimulus atau
informasi, cara mengingat, berpikir dan
memecahkan soal, juga dikatakan bahwa gaya
belajar siswa yang berbeda mempunyai pengaruh
yang berbeda pula terhadap prestasi belajar. Ini
berarti menunjukkan bahwa salah satu faktor
perbedaan prestasi belajar adalah gaya belajar,
karena masing-masing gaya belajar mempunyai
ciri-ciri dan cara belajar yang berbeda. Gaya
belajar dapat menentukan prestasi belajar peserta
didik. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan
gaya belajarnya, maka peserta didik dapat
berkembang dan prestasinya akan meningkat
lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sumarni (2009).
Dari diskripsi data terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok peserta didik
berdasarkan gaya belajarnya. Secara keseluruhan
menunjukkan bahwa nilai rerata prestasi belajar
peserta didik dengan gaya belajar visual lebih
tinggi dari pada gaya belajar kinestetik pada
kedua metode. Hal ini disebabkan karena dengan
gaya belajar visual ternyata peserta didik lebih
teliti,
cermat
dalam
pengamatan
dan
penyelesaian percobaan dibanding gaya belajar
kinestetik yang terlalu konsentrasi dengan
percobaannya akhirnya membuat peserta didik
kurang maksimal dalam memahami konsepnya
sehingga mengakibatkan prestasi belajarnya
kurang maksimal juga.
4.
Hipotesis Keempat
Berdasarkan
hasil
uji
ANAVA
didapatkan P-value 0,05 untuk ketiga aspek
prestasi belajar. Hal itu menunjukkan bahwa
tidak ada interaksi antara penggunaan metode
dengan kemampuan verbal terhadap prestasi
belajar kognitif, afektif dan ketrampilan proses
pada materi Kalor peserta didik kelas X SMAN 1
Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012.
Pembelajaran Fisika berbasis masalah
dengam menggunakan metode demonstrasi
diskusi dan eksperimen ternyata sama-sama
efektif untuk meningkatkan prestasi belajar
peserta didik baik peserta didik yang memiliki
kemampuan verbal tinggi maupun rendah.
Meskipun peserta didik dengan kemampuan
verbal tinggi memperoleh prestasi yang lebih
tinggi, tetapi peserta didik dengan kemampuan
verbal rendah juga terangkat prestasinya ketika
mereka mengikuti pembelajaran dengan metode
eksperimen. Sehingga dapat dikatakan bahwa
interaksi antara pembelajaran Fisika berbasis
masalah
dengan
menggunakan
metode
demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan
kemampuan verbal tinggi dan rendah mempunyai
pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar
Fisika materi Kalor pada peserta didik kelas X
SMAN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2011/2012.
5. Hipotesis Kelima
Berdasarkan
hasil uji ANAVA
didapatkan P-value < 0,05 untuk ketiga aspek
prestasi belajar Fisika, hal ini menunjukkan
bahwa terdapat interaksi antara penggunaan
metode dengan gaya belajar terhadap prestasi
belajar baik kognitif, afektif, dan ketrampilan
proses pada materi Kalor peserta didik kelas X
SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012.
Dari hasil uji lanjut diperoleh rata-rata
prestasi kognitif, afektif, dan ketrampilan proses
peserta didik yang
menggunakan metode
demonstrasi diskusi dengan gaya belajar visual
sebesar 74,35, 79,15, 79,26 dan rata-rata untuk
gaya belajar kinestetik sebesar 71,29, 77,06,
76,20. Sedangkan rata-rata prestasi kognitif,
138
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 132-141)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
afektif dan ketrampilan proses untuk peserta
didik yang menggunakan metode eksperimen
dengan gaya belajar visual sebesar 81,83, 86,11,
86,49 dan rata-rata untuk gaya belajar kinestetik
sebesar 73,25, 77,79, 78,01. Dari data statistik ini
menunjukkan bahwa rata-rata prestasi peserta
didik dengan gaya belajar visual baik
menggunakan metode demonstrasi diskusi
maupun metode eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan gaya belajar kinestetik baik
untuk metode demonstrasi diskusi maupun
eksperimen. Dengan demikian terdapat interaksi
antara metode demonstrasi diskusi dan
eksperimen dengan gaya belajar visual dan
kinestetik terhadap prestasi belajar Fisika, baik
pada aspek kognitif, afektif, dan ketrampilan
proses pada materi Kalor peserta didik kelas X
SMAN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2011/2012.
6. Hipotesis Keenam
Berdasarkan hasil uji anava didapatkan Pvalue < 0,05 untuk ketiga aspek prestasi belajar,
hal tersebut menunjukkan bahwa ada interaksi
antara kemampuan verbal dengan gaya belajar
terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan
ketrampilan proses pada materi Kalor peserta
didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Dari hasil uji lanjut diperoleh rata-rata
prestasi belajar kognitif, afektif dan ketrampilan
proses untuk peserta didik yang memiliki
kemampuan verbal rendah dan gaya belajar
visual masing-masing adalah 72,12, 77,31, dan
77,03. Rata-rata prestasi belajar peserta didik
yang yang memiliki kemampuan verbal tinggi
dan gaya belajar visual masing-masing adalah
84,07, 87,95, dan 88,72. Sedangkan rata-rata
prestasi belajar peserta didik yang memiliki
kemampuan verbal rendah dan gaya belajar
kinestetik masing-masing adalah 69,42, 75,28,
dan 74,19, dan prestasi belajar peserta didik yang
memiliki kemampuan verbal tinggi dan gaya
belajar kinestetik masing-masing adalah 75,12,
79,57, dan 80,03.
Dari hasil rata-rata tersebut di atas
menunjukkan bahwa peserta didik dengan
kemampuan verbal rendah dan gaya belajar
visual akan memperoleh nilai prestasi belajar
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan gaya
belajar kinestetik. Untuk kemampuan verbal
tinggi dengan gaya belajar visual akan
memperoleh nilai prestasi belajar lebih tinggi
jika dibandingkan dengan gaya belajar kinestetik.
Namun prestasi belajar peserta didik lebih rendah
jika para peserta didik memiliki kemampuan
verbal rendah dengan gaya belajar visual maupun
kinestetik jika dibandingkan peserta didik yang
memiliki kemampuan verbal tinggi dengan gaya
belajar visual dan kinestetik. Peserta didik yang
memiliki kemampuan verbal tinggi namun gaya
belajarnya visual ternyata menghasilkan prestasi
belajar jauh lebih tinggi dibandingkan peserta
didik yang memiliki kemampuan verbal tinggi
tetapi gaya belajarnya kinestetik. Sementara
peserta didik dengan kemampuan verbal rendah
dan gaya belajarnya visual hanya sedikit lebih
tinggi prestasi belajar yang diperolehnya
dibandingkan dengan peserta didik yang
mempunyai kemampuan verbal rendah dan gaya
belajarnya kinestetik. Dari data di atas tampak
bahwa kategori kemampuan verbal
rendah
cenderung kurang bisa membedakan prestasi
belajar yang diperolehnya meskipun mereka
memiliki gaya belajar yang berbeda.
7. Hipotesis Ketujuh
Berdasarkan hasil analisis didapatkan
untuk P-value 0,05 untuk ketiga aspek prestasi
belajar, maka tidak ada interaksi antara
penggunaan metode, kemampuan verbal, dan
gaya belajar terhadap prestasi belajar pada materi
Kalor peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo
Tahun Pelajaran 2011/2012.
Tidak adanya interaksi antara metode,
kemampuan verbal, dan gaya belajar dapat
dijelaskan dari hasil analisis menunjukkan bahwa
metode eksperimen dengan gaya belajar visual
dan kinestetik lebih baik dari metode
demonstrasi diskusi dengan gaya belajar visual
maupun kinestetik,
peserta didik dengan
kemampuan verbal tinggi lebih baik dari
pada peserta didik dengan kemampuan verbal
rendah, peserta didik dengan gaya belajar visual
lebih baik dari peserta didik dengan gaya belajar
kinestetik.
Dalam penelitian ini secara umum dapat
diambil dua hal penting sebagai berikut: 1)
penggunaan metode eksperimen tepat dijadikan
sebagai pilihan utama jika dalam pembelajaran
memperhatikan kemampuan verbal dan gaya
belajar peserta didik. Peserta didik dengan gaya
belajar yang berbeda akan memberi respon yang
berbeda pula. Demikian juga, peserta didik
dengan kemampuan verbal yang berbeda; 2)
interaksi antara kemampuan verbal dan gaya
belajar memberi sumbangan besar terhadap
pemahaman peserta didik tentang pelajaran
Fisika khususnya materi Kalor. Peserta didik
dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya
belajar visual maupun kinestetik, tidak ada
139
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 132-141)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
masalah saat belajar dengan metode demonstrasi
diskusi maupun eksperimen, meskipun metode
eksperimen tetap menjadi pilihan utamanya.
Sedangkan peserta didik dengan kemampuan
verbal rendah, akan sangat terbantu dengan
penggunaan metode eksperimen.
Kesimpulan dan Rekomendasi
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1)
ada pengaruh penggunaan model pembelajaran
Fisika berbasis masalah dengan menggunakan
metode demonstrasi diskusi dan eksperimen
terhadap prestasi belajar Fisika; 2) ada
pengaruh antara kemampuan verbal tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika;
3) ada pengaruh antara gaya belajar visual
dan kinestetik terhadap prestasi belajar
Fisika; 4) tidak ada interaksi antara
penggunaan model pembelajaran Fisika
berbasis masalah dengan menggunakan
metode demonstrasi diskusi dan eksperimen
dengan kemampuan verbal terhadap prestasi
belajar Fisika; 5) ada interaksi antara
penggunaan model pembelajaran Fisika
berbasis masalah dengan menggunakan
metode demonstrasi diskusi dan eksperimen
dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar
Fisika; 6) ada interaksi antara kemampuan
verbal dan gaya belajar terhadap prestasi
belajar Fisika; 7) tidak ada interaksi antara
penggunaan model pemebelajaran Fisika
berbasis masalah dengan menggunakan
metode demonstrasi diskusi dan eksperimen
dengan kemampuan verbal dan gaya belajar
terhadap prestasi belajar Fisika.
B.
Rekomendasi
Kepada guru khususnya guru mata
pelajaran Fisika disarankan Agar dalam
pelaksanaan kegiatan eksperimen dapat
optimal, sebaiknya pembagian tugas tiap
anggota kelompok merata dan semua
anggota merasa sebagai pelaksana kegiatan
tidak berperan sebagai pengawas, dalam
merancang proses pembelajaran perlu
memperhatikan kemampuan verbal dan gaya
belajar, dengan harapan peserta didik yang
kemampuan verbalnya tinggi dengan gaya
belajar visual dapat belajar optimal,
sedangkan yang kemampuan verbalnya
rendah dengan gaya belajar kinestetik dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.
Untuk peneliti hendaknya model dan
metode belajar yang digunakan dalam
penelitian digunakan terlebih dahulu agar
bisa diketahui kelemahan dan mengetahui
kesiapan dalam menyampaikan materi;
penelitian hendaknya dilakukan lebih dari 3
kali agar pengaruh penggunaan metode
pembelajaran lebih maksimal
Daftar Pustaka
Depdiknas. (2005). KTSP 2006. Jakarta: Depdiknas.
Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
P.T Bumi Aksara.
Mulyasa. (2005). Menjadi Guru Profesional:
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.
Nasution, (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses
Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nurdeli. (2010). Pembelajaran Fisika Dengan
Pendekatan Inkuiri Terbimbing Menggunakan
Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau
Dari Kreativitas dan Motivasi Berprestasi.
Tesis S2 Pendidikan Sains Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi.
Malang: UM Press.
Ratna Wilis Dahar. (2003). Teori-teori Belajar.
Jakarta: Erlangga.
Sagala. (2007). Konsep Dan Makna Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (1997). Analisis Tes Psikologi dalam
Penyelenggaraan Bimbingan Belajar di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Sumarni. (2009). Pembelajaran Fisika Berbasis
Masalah Melalui Metode Penemuan Dan
Diskusi Dengan Memperhatikan Motivasi
Berprestasi Dan Gaya Belajar Siswa. Tesis S2
Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Sumiati dan Asra. (2008). Metode Pembelajaran.
Bandung: CV Wacana Prima.
140
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 132-141)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Suranto. (2010). Kefektifan Pembelajaran Model
Problem Based Learning Terhadap Hasil
Belajar Matematika pada Kompetensi Dasar
Persamaan dan Fungsi Kuadrat ditinjau dari
Motivasi Belajar Siswa. Tesis. Program Studi
Teknologi Pendidikan. Universitas sebelas
Maret. Surakarta
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran
Inovativ-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Winkel. (1996). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi
Belajar. Jakarta: Gramedia.
141
Download