Husnul Warnida SKRINING FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KOKANG (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis Husnul Warnida Akademi Farmasi Samarinda, Samarinda, Kalimantan Timur Email: [email protected] ABSTRACT Empirically, people of Kutai and Dayak Tunjung in Kalimantan Timur have been using Kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) leaves for acne tratment and as skin care. Staphylococcus epidermidis is one of three acne-related bacteria.This study aims to determine the secondary metabolites content and the antibacterial activity of the ethanol extract of kokang leaves towards Staphylococcus epidermidis by disc diffusion method. Phytochemical screening results indicate kokang leaves contain flavonoid, saponin, terpenoid, and tannin. The ethanol extract of Kokang leaves at concentration of 6%, 12%, and 24% inhibited the growth of Staphylococcus epidermidis respectively of 1,75 mm; 2,16 mm; and 2,2 5mm. K eywords : antibacterial activity, disc diffusion, Lepisanthes amoena, phytochemical screening ABSTRAK Secara turun temurun masyarakat suku Kutai dan suku Dayak Tunjung di KalimantanTimur telah menggunakan daun Kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) untuk perawatan kulit dan obat jerawat. Salah satu bakteri penyebab jerawat adalah Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dan aktivitas daya hambat ekstrak etanol daun kokang terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi cakram. Daun kokang dimaserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Dilakukan skrining fitokimia dan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kokang terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dengan variasi konsentrasi ekstrak 6%, 12%, dan24% menggunakan metode difusi cakram. Hasil skrining fitokimia menunjukkan daun kokang mengandung flavonoid, saponin, terpenoid, dan tanin. Ekstrak etanol daun kokang pada konsentrasi 6%, 12%, dan 24% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis masing-masing sebesar 1,75 mm; 2,16 mm; dan 2,25 mm. Kata Kunci : aktivitas antibakteri, difusi cakram, Lepisanthes amoena, skrining fitokimia 12 Husnul Warnida PENDAHULUAN Jerawat merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul dan nodul. Penyebaran jerawat biasanya terjadi di wajah, dada, punggung yang memiliki kelenjar sebaseus(1). Jerawat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain genetik, ras, haid, pil kontrasepsi, endokrin, makanan,pengaruh kejiwaan (psikis), infeksi bakterial atau kosmetik. Jerawat terjadi karena penyumbatan pilosebaseus (kelenjer minyak) dan peradangan yang disebabkan oleh bakteri Propionibaterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus(2). Pengobatan jerawat biasanya menggunakan antibiotika seperti tetrasiklin, doksisiklin, dan klindamisin. Penggunaan antibiotika oral jangka panjang memiliki risiko resistensi dan mutasi bakteri. Secara turun temurun masyarakat suku Kutai dan suku Dayak Tunjung di Kalimantan Timur menggunakan daun kokang untuk merawat kulit dan mengobati jerawat (3,4) . Hasil penelitian Kuspradini et al (2012) menyatakan bahwa daun kokang dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat Propionibacterium acnes pada konsentrasi 30 mg/ml (5). Aktivitas antibakteri daun kokang terhadap bakteri penyebab jerawat lain yaitu Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dan aktivitas daya hambat ekstrak etanol daun kokang terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi cakram. METODE PENELITIAN Metode penelitian berisi metode yang digunakan dalam penelitian ini yang dilengkapi dengan kebutuhan peralatan dan bahan yang diperlukan Bahan Daun kokang, etanol 70%, etanol 95%, air suling, asam klorida, reagen bouchardat, reagen dragendrof, reagen meyer, nutrient agar (NA), clindamycin, Staphylococcus epidermidis. Peralatan Alat-alat gelas (Pyrex®), inkubator, jangka sorong (Krisbow®), laminar air flow (Streamline®), otoklaf, oven,rotary evaporator(IKA®), seperangkat alat maserator, shaker, termometer, timbangan analitik (OHAUS®) Prosedur 1. Pengolahan Simplisia Tanaman kokang diambil dari Desa Senoni Kabupaten Kutai Kartanegara. Daun kokang yang berwarna hijau tua dibersihkan, dirajang, dan dikeringkan selama 1 minggu. 13 Husnul Warnida Daun yang telah kering dihaluskan menjadi serbuk dan diayak dengan pengayak mesh 60. 2. Ekstraksi Simplisia Sebanyak 200 gram serbuk daun kokang dimaserasi dengan pelarut etanol 95%. Direndam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan selama 18 jam. Dipisahkan maserat dengan cara disaring. Ampas dimaserasi kembali dengan cara yang sama sebanyak 3 kali. Seluruh maserat digabung dan dipekatkan denganbantuan alat rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental(6) Selanjutnya disimpan dalam desikator. 3. Skrining Fitokimia a. Alkaloid Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 0,5 g, ditambahkan HCl 2 N sebanyak 1 ml dan air suling 9 ml Setelah itu dibagi menjadi tiga bagian kemudian diberi reagen dragendrof, mayer, bouchardat, Akaloid positif jika terbentuk warna orange dengan pereaksi dragendrof atau terbentuk endapan putih dengan pereaksi meyer . b. Flavonoid Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 10 ml air panas. Dipanaskan hingga mendidih selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Diambil 5 ml filtrat dan ditambah 0,1 mg serbuk mg, 1 ml HCl pekat, dan 2 ml amil alkohol. Dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol. c. Saponin Sebanyak 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk buih yang mantap setinggi 1-10 cm selama ± 10 menit tambahkan 1 tetes HCl 2 N, jika buih tidak hilang maka positif saponin. d. Steroid/terpenoid Sebanyak 0,5 gram ekstrak dimaserasi dengan 10 ml n-heksan selama 2 jam disaring filtratnya, diuapkan, sisanya ditambah asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Jika menghasilkan warna ungu, merah yang berubah menjadi biru ungu, atau biru kehijauan menunjukkan adanya terpenoid e. Tanin Sebanyak 0,5 mg ekstrak dikocok dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi FeCl3. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin. 14 Husnul Warnida 4. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kokang Alat dan kertas cakram disterilkan dalam otoklaf suhu 121 C selama 15 menit. Media NA dilarutkan dan disterilkan dalam otoklaf. Bakteri diremajakan. Dibuat larutan ekstrak konsentrasi 6%, 12%, dan 24% dengan pelarut etanol 95%. Cawan petri diisi 15 ml medium NA dan dibiarkan hingga memadat. Lidi kapas yang telah dicelupkan ke dalam suspensi bakteri diusapkan merata di permukaan medium. Satu per satu kertas cakram direndam pada larutan ekstrak konsentrasi 6%, 12%, 24%, klindamisin (kontrol positif), dan etanol 95% (kontrol negatif) kemudian ditempelkan di atas medium. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C. Diamati dan diukur diameter zona hambat yang terbentuk. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Simplisia Daun Kokang Daun kokang yang berwarna hijau tua setelah dikeringkan mengalami penyusutan dari 6800 gram menjadi 600 g. Daun yang kering dihaluskan dan diayak dengan pengayak mesh 60. Serbuk daun kokang diekstraksi dengan pelarut etanol 95% dan diperoleh ekstrak kental seberat 32,13 g dengan rendemen sebesar 13,87%. B. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Kokang Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun kokang dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1. Senyawa Kimia dalam ekstrak etanol daun kokang Senyawa Kimia Pengamatan Keterangan Alkaloid Tidak terbentuk endapan (-) Flavonoid Warna jingga merah bata (+) Terbentuk busa setinggi 3 cm (+) Warna biru kehijauan (+) Warna hijau kehitaman (+) Saponin Steroid/terpenoid Tanin Keterangan : (+) : mengandung metabolit sekunder (-) : tidak mengandung metabolit sekunder Hasil uji skrining fitokimia ekstrak etanol daun kokang ini positif mengandung 15 Husnul Warnida flavonoid, saponin, terpenoid, dan tanin. Hasil ini serupa dengan penelitian dari Kuspradini (2012) yang menyebutkan dalam ekstrak daun kokang terdapat flavoid, terpenoid, dan saponin. C. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kokang Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kokang konsentrasi 6%, 12%, dan 24% terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis adalah sebagai berikut: Tabel 2. Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Kokang terhadap S. epidermidis Perlakuan Rata-rata Diameter Zona Hambat(mm) + SD Ekstrak 6% 1,75 + 1,25 Ekstrak 12% 2,16 + 1,23 Ekstrak 24% 2,55 + 0,5 Kontrol positif 15,08 + 0,80 Kontrol negatif 0 Keterangan Kontrol positif : larutan Clindamycin 1,2% Kontrol negatif : etanol 95% (ekstrak 6%) (ekstrak 12%) (clindamycin) (ekstrak 24%) (etanol 95%) Gambar 1. Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Kokang Ekstrak etanol daun kokang dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. Epidermidis. Ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekeliling kertas cakram. Ekstrak etanol daun 16 Husnul Warnida kokang dapat mengambat pertumbuhan bakteri S. Epidermidis karena mengandung metabolit sekunder flavonoid, dan tanin. Saponin dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara menurunkan tegangan permukaan sel bakteri dan merusak permeabilitas membran sehingga terjadi kebocoran protein dan enzim dari dalam sel. Flavonoid merusak dinding sel bakteri dan menghambat metabolisme bakteri(7). Ekstrak daun kokang 6%, 12%, dan 24% pada penelitian ini dapat menghambat pertumbuhan S. epidermidis sebesar 1,75 mm, 2,1 mm, dan 2,25 mm. Hasil ini berbeda dengan penelitian Kuspradini et al (2012) yang menyatakan bahwa ekstrak etanol daun kokang dapat menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes sebesar 10,3 mm, 11,5 mm, dam 11,8 mm. Perbedaan hasil ini disebabkan oleh perbedaan metode yang digunakan. Kuspradini et al (2012) menggunakan metode sumuran, sedangkan penelitian ini menggunakan metode difusi cakram. Suspensi bakteri pada metode sumuran dapat masuk ke dasar medium sedangkan pada difusi agar suspensi bakteri hanya ada di permukaan medium. Perbedaan lain adalah sifat bakteri. S. epidermidis adalah bakteri fakultatif anaerob dan resisten terhadap antibiotik penisilin dan amoksisilin. Sedangkan bakeri P. Acnes bersifat anaerob dan dapat dihambat oleh golongan penisilin. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan one-way ANOVA. Karena data tidak homogen (value 0,031< 0,05) dilanjutkan dengan uji Games-Howell untuk menentukan perbedaan antar perlakukan. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara daya hambat ekstrak 6% dengan 12% dan 24% tetapi berbeda bermakna dengan kontrol positif (value 0,008 < 0,05) KESIMPULAN Ekstrak etanol daun kokang (Lepisanthes amoena) mengandung flavonoid, saponin, terpenoid, dan tanin. Ekstrak etanol daun kokang konsentrasi 6%, 12%, dan 24% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis masing-masing sebesar 1,75 mm, 2,16 mm, dan 2,25 mm DAFTAR PUSTAKA 1. Webster, G.F. 2002. Acne Vulgaris. Brit. Med. Journal. 325(7362): 575-479 2. Atlas, R.M. 1997. Principles of Microbiology. Edisi ke-2. WNC Brown Balsam. Iowa 3. Batubara, I., Darusman, L.K., Mitsunaga, T., Rahminawati, M., and Djauhari, E. 2010. Potency of Indonesian Medicinal Plant as Tyrosinase Inhibitor and Antioxidant Agent. Journal Of Biological Sciences.10 (2) : 138-144. 4. Setyowati, F. 2010. Etnofarmakologi dan Pemakaian Obat Suku Dayak Tunjung di Kalimantan Timur. Media Litbang Kesehatan Volume XX No 3 17 Husnul Warnida 5. Kuspradini, H, Susanto D, Ritmaleni, Mitsunaga, T. Phytochemical and comparative study of anti microbial activity of Lepisanthes amoena leaves extract. Journal of Biology, Agriculture and Healthcare. (2):80-86 6. Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal. Departemen Kesehatan RI. Jakarta 7. Pratiwi, R. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Daun Mangga Bacang (Mangifera foetida L.) terhadap S. aureus secara in vitro. Skripsi. Universitas Tanjungpura. Pontianak. 18