Perilaku Penggunaan Pembalut pada Mahasiswi

advertisement
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menstruasi atau haid adalah salah satu keadaan alami yang akan dialami
oleh setiap wanita, sering disebut “datang bulan” atau “datang tamu”. Hal tersebut
ditunjukkan dengan timbulnya noda berupa darah kotor yang keluar dari mulut
vagina. Peristiwa ini dialami wanita setiap bulannya dan siklus menstruasi ratarata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum tidak semua wanita
memiliki siklus menstruasi yang sama, terkadang siklus terjadi setiap 21 hari
hingga 30 hari. Ketika menstruasi, wanita membutuhkan pembalut. Pembalut
wanita adalah alat pembantu vital pada wanita yang sedang mengalami menstruasi
(Putra 2001).
Produk pembalut memang merupakan kebutuhan dasar wanita karena
digunakan untuk menyerap cairan agar pakaian dalam tidak ternoda. Semakin
meningkatnya jumlah wanita di Indonesia (menurut Sensus Penduduk Antar
Sensus pada tahun 2005 jumlah wanita sebanyak 108.472.769 orang, jumlah
pemakai pembalut kurang lebih sebanyak 71.566.684 orang) yang didukung
dengan kemajuan pendidikan dan pola pikir masyarakat membuat masyarakat
menerapkan pola hidup yang praktis dan higienis dengan mengutamakan
kenyamanan (Anonim 2005a).
Dahulu pembalut tidak memiliki bentuk, kemasan, kepraktisan dan
kecanggihan seperti sekarang ini. Wanita jaman dahulu hanya menggunakan kain
bersih yang diikatkan pada pakaian dalamnya. Pada saat ini, wanita-wanita
membutuhkan produk pembalut yang mempunyai kualitas daya rekat, daya serap
yang maksimum, serta ketipisan produk pembalut. Hal ini karena saat ini banyak
wanita terutama remaja putri mempunyai banyak kegiatan diluar rumah dan lebih
proaktif daripada wanita pada jaman dahulu (Anonim 2009b).
Sekarang ini, begitu banyak pilihan merek pembalut, dengan keunggulan
masing-masing. Banyaknya iklan di media massa yang menawarkan berbagai
kelebihan pembalut wanita. Membuat konsumen bingung dalam menentukan
pilihan. Namun tidak semua pembalut aman bagi kesehatan organ intim kaum
2
perempuan. Apalagi, jika kebersihan kurang terjaga, pembalut dapat menjadi
pemicu munculnya infeksi, iritasi, atau vaginitis (radang vagina) bahkan dapat
menjadi kanker serviks. Kanker serviks atau kanker leher rahim mempunyai
insiden yang tinggi di negara-negara yang sedang berkembang, yaitu menempati
urutan pertama. Di Indonesia terutama di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
ditemukan 76.2 persen kasus kanker leher rahim (Aziz 2005).
Merek merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan
konsumen dan merupakan salah satu indikator kualitas sekaligus indikator
evaluasi terhadap suatu produk. Suatu merek dapat menunjukkan ataupun
berhubungan langsung dengan eksistensi, fungsi, citra, dan mutu suatu produk.
Berbagai merek pembalut yang muncul dewasa ini seperti Softex, Laurier, Charm,
Whisper, Kotex, Hers Protex, dan seterusnya mengharuskan produsen melakukan
berbagai inovasi produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan
meningkatkan kualitas produknya supaya konsumen merasa puas. Hal tersebut
dijadikan peluang oleh perusahaan-perusahaan untuk memproduksi produk yang
serupa, sehingga menimbulkan munculnya berbagai merek pembalut yang beredar
di pasaran Indonesia. Saat ini, di Indonesia telah dipasarkan lebih dari 15 merek
pembalut dengan berbagai keunggulannya. Terdapat lima sampai enam merek
yang secara konsisten mendominasi pasar, seperti Laurier (PT. KAO Indonesia),
Charm (PT. Uni Charm Indonesia), Whisper, Kotex (Kimberly-Unilever), dan
Softex (PT. Softex Indonesia) (Sari 2003).
Oleh karena banyaknya pilihan merek pembalut wanita yang beredar
dipasaran dengan keunggulan masing-masing, maka dilakukan penelitian
mengenai perilaku penggunaan pembalut. Agar konsumen tidak salah dalam
memilih produk pembalut dan mengkonsumsinya, sehingga tidak menimbulkan
efek yang tidak diinginkan.
Perumusan Masalah
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa (Engel et al
1994). Perilaku konsumen dalam menggunakan merek pembalut bervariasi,
karena semakin banyaknya merek pembalut yang beredar. Pembalut terbuat dari
3
bahan yang telah disterilkan dan berisi kapas. Pembalut ini juga perlu diganti
setiap empat sampai enam jam sekali (Cyssco 2009).
Terdapat banyak sekali merek pembalut dengan berbagai bentuk dan
ukuran yang dapat dipilih. Biasanya seorang konsumen setelah beberapa kali
menggunakan berbagai pembalut akan menemukan merek yang paling cocok.
Sebagian konsumen menggunakan hanya satu merek dan sebagian lagi
menggunakan lebih dari satu merek. Merek sangat penting bagi konsumen karena
memudahkan konsumen dalam menentukan pilihan, menjadi jaminan kualitas,
mencegah risiko, serta menjadi pernyataan diri dan gengsi. Banyak produsen yang
rela menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk membangun mereknya. Agar
merek menjadi kuat diperlukan pengetahuan merek yang merupakan tingkat
tahunya konsumen pada deskripsi produk atau merek pembalut bersangkutan.
Atribut pada produk pembalut meliputi ketebalan, ada atau tidaknya pelindung
sisi, dan ukuran panjang.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian mengenai perilaku
konsumen mengenai penggunaan pembalut, sehingga dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana
sumber
informasi
mengenai
pembalut,
kedekatan
konsumen dengan ibu, tingkat pengetahuan, kesadaran merek
pembalut, dan brand image, dan perilaku penggunaan pembalut?
2. Bagaimana hubungan karakteristik individu dan hubungan kedekatan
ibu dan contoh dengan pengetahuan mengenai pembalut?
3. Bagaimana hubungan top of mind dengan merek pembalut yang
digunakan konsumen?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesesuaian antara merek
yang digunakan dengan top of mind ?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis perilaku konsumen dalam
penggunaan pembalut. Tujuan khusus yang ingin dicapai antara lain:
1. Mengidentifikasi
jumlah
sumber
informasi
tentang
pembalut,
kedekatan dengan ibu, tingkat pengetahuan pembalut, kesadaran
4
merek pembalut, brand image, dan perilaku penggunaan merek
pembalut.
2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dan kedekatan dengan
ibu dengan pengetahuan mengenai pembalut.
3. Menganalisis hubungan top of mind dengan merek yang digunakan
contoh.
4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian merek
yang digunakan dengan top of mind.
Kegunaan Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
gambaran
perilaku
penggunaan pembalut pada lingkup mahasiswi Institut Pertanian Bogor. Bagi
peneliti, penelitian ini diharapkan sebagai wadah mengembangkan diri dan
memperluas pengetahuan serta wawasan. Bagi pemerintah diharapkan dapat
sebagai acuan dalam membuat kebijakan sehingga hak-hak sebagai konsumen
dapat terlindungi. Bagi konsumen, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan dan bahan pertimbangan dalam menggunakan pembalut.
Jika dilihat dari perspektif manajemen pemasaran, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi input untuk memformulasikan strategi pemasaran
pembalut dengan tetap berpihak pada konsumen. Terakhir, hasil penelitian ini
juga diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu perilaku
konsumen khususnya kajian perilaku penggunaan merek pembalut.
Download