BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama (Timpe, 2002 p181). Pemimpin seharusnya dapat membujuk, memerintah, mempengaruhi dan memberi semangat bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Bila bawahan tidak temotivasi untuk bekerja, tingginya absensi, rendah moral, serta ketidakpuasan menandakan pemimpin tidak dapat memotivasi bawahan karena penerapan gayanya yang tidak sesuai dengan lingkungan. Dalam rangka melaksanakan tugasnya pemimpin harus dapat menunjukkan cara supaya bawahan dapat bekerja dengan baik. Keberhasilan kepemimpinan tidak saja diukur bagaimana memberdayakan bawahannya tapi juga kemampuannya melaksanakan kebijakan perusahaan melalui gaya kepemimpnannya. Gaya kepemimpinan sangat tergantung pada karakteristik individu pimpinan, bagaimana memandang bawahannya. Pengertian kepemimpinan banyak kita jumpai dalam literatur-literatur. Jika kita lihat dalam organisasi, ada orang yang dipimpin dan memimpin. “Pemimpin merupakan ciptaan pertama yang menentukan sukses dan gagalnya organisasi” kata Steven R. Covey, (2006 p42). Dengan demikian, pemimpin merupakan kunci sukses organisasi. Orang yang memiliki posisi, jabatan atau gelar belum tentu bisa dikatakan sebagai pemimpin. 6 7 Menurut Hitt (1997 p19), perusahaan yang ingin berhasil dalam usaha harus memiliki kemampuan yang merupakan sekumpulan sumber daya yang secara interaktif melakukan aktifitas untuk mencapai keunggulan bersaing. Agar perusahaan dapat memahami dan menganalisis dengan tepat sumber daya yang dimiliki, serta memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja sebagai kemampuan dasar keunggulan bersaing, diperlukan adanya seorang pemimpin (Robbins, 2002 p163). Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinannya (seperti seberapa besar semangat partisipasi para pemimpin, seberapa ekstrovet mereka, apakah mereka sangat berapi-api atau malah sangat tenang) antara satu pemimpin dengan pemimpin lain sangat berbeda (Locke & Associates, 1997 p14). Karakteristik individu adalah ciri khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar dalam menghadapi tugas sampai tuntas akan memecahkan masalah atau bagaimana menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu (Gibson, 1996 dalam Dalimunthe, 2006 p43). Wirausahawan yang berhasil merupakan pimpinan yang berhasil, baik yang memimpin beberapa atau beratus-ratus karyawan. Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara yang lebih baik. Seorang bisa dikatakan pemimpin yang berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan. Para wirausahawan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, mereka mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan karakter pribadi mereka dalam memajukan perusahaannya. Menurut (Drucker, 1994 dalam Suryana 2003 p10) Perilaku pemimpin menyangkut tiga bidang utama: a) berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran, 8 merencanakan dan mencapai sasaran; b) berorientasi pada orang yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi; dan c) pemimpin dan manajer. 1. Orientasi Tugas Seseorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukkan pola-pola perilaku berikut : a. Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun peranan stafnya. b. Menetapkan tujuan-tujuan yang sukar tetapi dapat dicapai, dan memberitahukan orang-orang apa yang diharapkan dari mereka. c. Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan dan untuk mengukur pencapaian tujuan itu, yakni tujuan-tujuan yang dirumuskan secara jelas dan khas. d. Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan, mengarahkan, membimbing, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada tujuan. e. Berminat mencapai peningkatan produktivitas. Pemimpin yang kadar orientasi tugasnya rendah cenderung menjadi tidak aktif dalam mengarahkan perilaku yang berorientasi pada tujuan, seperti perencanaan dan penjadwalan. Mereka cenderung bekerja seperti para karyawan lain dan tidak membedakan peranan mereka sebagai pemimpin organisasi secara jelas. 9 2. Orientasi Orang-orang Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung menunjukkan polapola berikut ini : a. Menunjukkan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan menghilangkan ketegangan, jika timbul. b. Menunjukkan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan. c. Mendirikan komunikasi timbal balik yang baik dengan staf. d. Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi karyawan. Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku yang diberi imbalan akan bertambah dalam frekuensinya dan bahwa perilaku yang tidak diberi imbalan akan berkurang dalam frekuensinya. e. Menciptakan suatu suasana kerja sama dengan gugus kerja dalam organisasi. Pemimpin yang orientasi-orangnya rendah cenderung bersikap dingin dalam hubungan dengan karyawan mereka, memusatkan perhatian pada prestasi individu dan persaingan ketimbang kerja sama, serta tidak mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab. 3. Pemimpin dan Manajer Seseorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukkan pola-pola perilaku berikut : a. Dari segi sikap kepada bawahan b. Dari segi standard an penilaian kinerja c. Dari segi memberikan balas jasa dan hukuman 10 2.1.1.2 Pengertian Kewirausahaan Sebelum kita memberi definisi tentang kewiraswastaan, sebaiknya terlebih dahulu kita mengulas sekilas mengenai kelahiran istilah wiraswasta di negeri ini. Di era reformasi ini, kita harus bersikap jujur mengakui kebenaran dan fakta sejarah, ungkapan wiraswasta lahir sejak jauh-jauh hari sebelum munculnya istilah wirausaha. Istilah wiraswasta ini lahir di tahun-tahun pertama Orde Baru (1970), yang diterjemahkan dari kata entrepreneur menjadi wiraswasta, sehingga istilah ini populer hingga sekarang ini. Meskipun sampai sekarang belum ada terminologi yang persis sama tentang kewirausahaan, akan tetapi pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama, yaitu merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujutkan gagasan inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkan usahanya dengan tangguh (Drucker, 1994 dalam Suryana 2003 p10). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different thing). Para wirausaha adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses (Meredith et al., 2002 p5). Longenecker (2001 p6) menyebut, wirausaha adalah kemampuan untuk melihat adanya suatu peluang dan keberanian untuk merubah peluang tersebut menjadi sesuatu yang bernilai dengan cara pengerahan ide kreatif dan inovatif serta menanggung risiko untung ataupun rugi. Wirausaha itu lebih dari sekedar berusaha, wirausaha berusaha dengan cerdas, kreatif dan penuh dengan inovasi (mengadakan 11 pembaharuan dalam berbagai hal: pemasaran, produksi, administrasi dan lain-lain) ditambah keberanian mengambil risiko. Penelitian ini akhirnya menetapkan sembilan indikator yang harus dimiliki oleh seorang kewirausahaan, yaitu: (1) visi, (2) perencanaan, (3) motivasi, (4) inovasi, (5) peluang, (6) percaya diri, (7) risiko, (8) etika, (9) adaptasi. 1. Visi Visi adalah sebuah ideal dan pencitraan unik dari masa depan. Visi juga merupakan sebuah perjalanan mental dari yang diketahui menuju yang tidak diketahui, menciptakan masa depan dari gabungan berbagai fakta sekarang, harapan, impian, bahaya dan peluang (Ahmadi, 2002 p98). Untuk memilih arah, seorang pemimpin pertama-tama harus mengembangkan suatu pencitraan mental mengenai bentuk organisasi yang mungkin dan diinginkan untuk masa depan. Pencitraan ini yang disebut visi, sebuah visi mengartikulasikan sebuah pandangan mengenai masa depan organisasi yang realistis, bisa dipercaya, dan atraktif, suatu kondisi yang lebih baik untuk beberapa hal penting dibandingkan dengan yang sekarang ada. Kewirausahaan memiliki naluri kuat untuk mencari serta menemukan peluang-peluang. Mereka melihat jauh ke depan, dan mereka kurang begitu memperhatikan apa saja yang telah dilakukan kemarin, dibandingkan dengan apa yang akan dilakukan besok. Wirausaha melihat adanya potensi-potensi, dimana orang lain hanya melihat adanya masalahmasalah atau tidak melihat apa-apa. Wirausaha yang sukses, pertamatama harus memiliki ide serta visi bisnis yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun 12 uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitra usahanya maupun dengan pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan. 2. Perencanaan Menurut Sastropetra (1998 p104) perencanaan berasal dari kata rencana, yang sebagai kata kerja berarti memperhitungkan masa depan, baik secara formal ataupun informal. Sastropetra yakin perencanaan dapat membantu wirausaha bersiap-siap menghadapi hal-hal yang akan terjadi; mencegah hal-hal yang tidak diinginkan; dan mengendalikan hal-hal yang dapat dikendalikan. 3. Motivasi Setiap individu yang sukses berwirausaha tidak terjadi secara kebetulan, tetapi terdapat ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu yang mereka miliki, yaitu: (a) Kebutuhan akan prestasi yang tinggi, (b) kebutuhan akan kekuasaan, dan (c) Kebutuhan untuk berafiliasi. Motivasi akan membuat seseorang bekerja keras untuk melakukan pembentukan ide atau gagasan baru, kemudian diimplementasikan menjadi usaha baru dan produk baru melalui aktifitas sekelompok orang. Semangat dan wawasan dalam menciptakan keaneka ragaman dalam berbisnis dan menghasilkan keuntungan. 13 4. Inovasi Inovasi adalah suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk, proses atau jasa. Jadi semua inovasi menyangkut perubahan, tetapi tidak semua perubahan harus mencakup gagasan baru atau mendorong kesuatu perbaikan yang menyolok (Robbins, 2002 p11). Inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda, sedang inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara . Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan keuanggulan yang berharga. 5. Peluang Salah satu ciri wirausaha adalah bisa memanfaatkan peluang yang ada, dan untuk memanfaatkan peluang, wirausaha harus memiliki berbagai ide, kemampuan dan pengetahuan, seperti kemampuan untuk menghasilkan produk atau jasa baru, menghasilkan nilai tambah baru, merintis usaha baru, melakukan proses atau teknik baru, dan mengembangkan organisasi baru. Ide dan peluang merupakan dua unsur penting dalam wirausaha. Ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan di pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha. 14 Dalam melihat peluang diperlukan naluri tajam dan memperkirakan pertumbuhan laba sebelum memilih pasar dan sasaran. Seorang wirausaha lebih memikirkan dimana terdapat peluang, bagaimana mengkapitalisasikan peluang tersebut sehingga sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan kemampuan sebagai inti. Dapat dinyatakan, bahwa wirausahawan selalu mencari perubahan, menanggapinya dan mengeksplotasinya sebagai suatu peluang. 6. Percaya Diri Salah satu karakteristik wirausaha adalah sangat yakin akan diri mereka sendiri. Mereka memiliki keyakinan pada diri sendiri yang mampu menjawab semua tantangan yang ada di depan mereka. Mereka memiliki pemahaman atas segala jenis masalah yang mungkin muncul dan mereka juga mengakui adanya masalah didalam peluncuran produk atau perusahan atau cara-cara barunya, tetapi mereka percaya bahwa mereka bakal mampu mengatasi masalah tersebut. Beberapa penelitian yang dilakukan pada wirausaha telah mengukur besarnya keyakinan terhadap kemampuan yang mereka miliki. Wirausaha yang mempercayai bahwa kesuksesannya tergantung pada usaha mereka sendiri disebut internal locus of control (kepercayaan bahwa kesuksesan seseorang tergantung pada usahanya sendiri). 7. Risiko Kebanyakan orang takut mengambil risiko, karena mereka ingin hidup aman dan menghindari kegagalan, dalam hal ini pengambilan risiko justru merupakan suatu unsur kewirausahaan yang sangat penting. Yang pertama kali mengembangkan istilah kewirausahaan dan mendefinisikan 15 hal ini sebagai seseorang yang menanggung risiko keuntungan atau kerugian, pengambilan risiko dianggap sebagai elemen fundamental dari wirausaha dan kewirausahaan. 8. Etika Etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik dan menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Etika adalah tatanan nilai moral dan standar perilaku yang membentuk dasar bagi orang-orang dalam suatu organisasi sewaktu mereka membuat keputusan dan berinteraksi dengan pihak yang berkepentingan dalam organisasi (Zimmerer & Scarborough, 2004 p492). Perusahaan yang memajukan dan memelihara praktik etis lebih memungkinkan mencapai daya saing strategis dan memperoleh keuntungan di atas rata-rata. Alasan kunci ialah bahwa reputasi mereka dalam praktik etis akan menarik pelanggan-pelanggan loyal. Bertindak dengan penuh kejujuran dan menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik, mutlak diperlukan bagi seorang wirausaha bila ingin usahanya maju. 9. Adaptasi Wirausaha adalah individu yang fleksibel atau mempunyai kemampuan secara cepat untuk beradaptasi guna menghadapi semua tantangan dari perubahan-perubahan pesat yang menerpa usahanya dan dunia perekonomian pada umumnya. Perubahan yang cepat dan pesat merupakan kata kunci pada era 1980-an dan juga tahun 1990-an. Untuk menangani dan memacu perubahan, para wirausaha harus fleksibel, luwes dan pandai beradaptasi. Fleksibilitas menunjukkan kemampuan untuk 16 mengadaptasi keadaan yang berubah; kata ini tidak ada hubungannya dengan sikap yang tidak tegas. Secara sederhana arti kewirausahaan adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses (Overton, 2002 p55). Kewirausahaan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang, banyak orang, baik pengusaha maupun yang bukan pengusaha, meraih sukses karena memiliki kemampuan berfikir kreatif dan inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orangorang yang berfikir kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan munculnya ide-ide dan pemikiran-pemikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meraih pangsa pasar. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain adalah untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan untuk menciptakan nilai tambah dipasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda. Seseorang memiliki kreatifitas dan jiwa inovatif tentu berfikir untuk mencari atau menciptakan peluang yang baru dan lebih baik dari sebelumnya. Kemampuan 17 menciptakan memerlukan adanya kreatifitas dan inovasi yang terus menerus untuk menentukan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sudah ada sebelumnya, kemudian dengan kreatifitas dan inovasi tersebut akhirnya mampu memberi kontribusi bagi masyarakat banyak. Dengan demikian, tentunya kita mengharapkan motivasi kewirausahaan dapat membudaya dan menjadi salah satu konsep perekonomian nasional. Sesungguhnya, kewirausahaan memiliki potensi untuk itu. Potensi tersebut ditandai oleh beberapa keunggulan komparatif (comparative advantages) dibandingkan dengan konglomerasi. Di masa mendatang, para wirausahawan dituntut untuk mampu mentransformasikan keunggulan kompetitif nasional. 2.1.1.3 Nilai-Nilai Kewirausahaan dalam Organisasi Bisnis Kewirausahaan dalam dunia bisnis telah banyak dijadikan pilihan bagi sebagian besar pelaku bisnis. Kewirausahaan telah dianggap memiliki kemampuan untuk mandiri dan berhasil, dan bahkan memberikan peluang kerja bagi orang lain. Dengan berwirausaha, tidak saja memungkinkan orang dapat melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan, namun di samping itu juga, berwirausaha akan mendapatkan kebebasan keuangan dan waktu yang cukup untuk melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai bersama teman-teman dan keluarganya. Memang, memulai bisnis tidak semudah yang dibayangkan. Tidak sedikit orang yang tidak kunjung melangkah karena begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab, bahkan keraguan sehingga membuat banyak orang menghabiskan waktu untuk merenung tanpa melakukan apa-apa. Banyak pula orang yang tidak segera memulai bisnis, meski sudah memiliki tekad untuk menjadi pengusaha, karena selalu 18 dibayang-bayangi oleh ketakutan: takut gagal dan hanya membayangkan kemudahan saja. Sebenarnya, di dalam dunia bisnis, kesuksesan dan kegagalan adalah hal yang sudah lumrah. Masalahnya apakah mereka sanggup mengatasi kegagalan untuk bangkit kembali mengejar keberhasilan. Itulah sebetulnya tantangan para entrepreneur dalam dunia bisnis. Mengapa seorang entrepreneur dapat lebih tangguh dari yang lain? Kuncinya adalah pada etos bisnis, yaitu keyakinan yang kuat dan mendalam mengenai nilai penting dari bisnis yang ditekuninya. Seseorang dengan keyakinan bahwa bisnisnya itu bermakna penuh bagi hidupnya, maka ia akan berjuang lebih keras untuk berhasil. Berbeda dengan seseorang yang menganggap bisnisnya sebagai alternatif mencari uang, bila menemui kesulitan akan dengan cepat meninggalkannya untuk mencari alternatif baru yang diharapkan lebih mudah. Dari pengertian tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kewirausahaan merupakan suatu proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian. 2.1.2 Pengertian Efektivitas Komunikasi Efektivitas menurut Peter Salim (1991 p11) dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah keberhasilan, kemujaraban, pengaruh atau kesan. Efektivitas berarti sejauh mana suatu kelompok mencapai tujuannya. Menurut Hasan Syadily (2000 p15) dalam ensiklopedi Indonesia, “Secara terminologi efektivitas berarti menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya”. Jadi, jika seseorang melakukan perbuatan dengan 19 tujuan tertentu, maka orang tersebut dikatakan efektif apabila sasaran atau tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain, sesuatu disebut efektif apabila proses kegiatan itu waktunya singkat, tenaga sedikit, hemat biaya, tetapi hasilnya sesuai dengan target. Istilah komunikasi (bahasa inggris; communication) mempunyai banyak arti. Asal katanya (etimologi), istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communis, yang berarti sama (common). Dari kata communis berubah menjadi kata kerja kommunicare, yang berarti menyebarkan atau memberitahukan. Jadi menurut asal katanya, komunikasi berarti menyebarkan atau memberitahukan informasi kepada pihak lain guna mendapatkan pengertian yang sama. Menurut T. Hani Handoko (1995 p23) komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Dalam perpindahan pengertian tersebut tidak hanya sekedar kata-kata yang digunakan dalam sebuah percakapan, tetapi juga dibutuhkan ekspresi wajah, intonasi, titik putus vocal dan lain sebagainya. Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang komunikator kepada komunikan atau pengirim pesan dari satu pihak kepada pihak lain. Efektifnya sebuah komunikasi adalah jika pesan yang dikirim memberikan pengaruh terhadap komunikan, artinya bahwa informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik sehingga menimbulkan respon atau umpan balik dari penerimanya. Seperti contohnya; adanya tindakan, hubungan yang makin baik dan pengaruh pada sikap. Sementara itu, Effendy (2000) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi adalah kondisi adanya kesamaan makna terhadap pesan komunikasi dimana hal 20 tersebut dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) afektif, yakni perubahan pandangan komunikan karena hatinya tergerak akibat komunikasi, dan (3) behavioral, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. 2.1.2.1 Unsur-unsur Komunikasi Komunikasi memiliki 6 (enam) tahapan yaitu: 1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan. Sebelum proses penyampaian dapat dilakukan, maka pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber, ide-ide yang ada didalam benak pengirim disaring dan disusun ke dalam satu memori yang ada didalm pikiran orang yang memiliki peta mental yang berbeda. Hal ini disebabkan karena cara penyerapan berbagai informasi dan pengalaman yang berbedabeda dari setiap individu. 2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan. Pada suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan berbagai hal-hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan, gaya personal dan latar belakang budaya. 21 3. Pengirim menyampaikan pesan. Pada saat pengirim menyampaikan pesan dapat menggunakan berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Biasanya rantai saluran yang komunikasi yang digunakan relatif pendek, namun ada juga yang cukup panjang. Hal ini akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Ketika menyampaikan pesan dapat digunakan berbagai media komunikasi baik media tulisan maupun lisan. 4. Penerima menerima pesan. Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut. Misalnya, jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru akan terjalin bila penerima surat telah membaca dan memahami isinya. 5. Penerima menafsirkan pesan. Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan dalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya, satu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila penerima telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan. 6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim. Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan member sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka ragam. Hal ini tergantung dari pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam proses komunikasi, karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk 22 menilai efektivitas suatu perusahaan. Disamping itu, adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan reaksi secara emosional. 2.1.2.2 Jenis Komunikasi Sistem komunikasi yang dianut oleh perusahaan dalam menjalankan arus komunikasi tergantung dari kompleksitas lingkup kerja dari organisasi tersebut. Pengertian sistem adalah sebagai suatu keselurahan komponen/bagian yang saling berinteraksi sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang terpadu untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efisien. Sistem komunikasi yang dianut oleh organisasi akan langsung mempengaruhi tipe atau jenis komunikasi. Berdasarkan hal ini sistem komunikasi bergantung pada struktur organisasi dan mekanisme koordinasi. Menurut Wirawan (2003 p6) ada beberapa bentuk komunikasi yang lazim digunakan, yaitu : 1. Komunikasi verbal. Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain melalui tulisan maupun lisan. Bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisir dengan baik. Melalui komunikasi lisan dan tulisan diharapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan dengan baik. Penyampaian suatu pesan melalui tulisan dan lisan memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat membaca atau mendengar apa yang dikatakan pihak lain dengan baik dan benar. Secara 23 umum, untuk mengirim pesan-pesan, orang lebih senang berbicara daripada menulis suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis dan cepat dalam penyampaian pesan. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa komunikasi tulisan tidak penting karena tidak semua hal bisa disampaikan secara lisan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mendengar dan memahami yang relatif lemah atau kurang baik dari masing-masing orang. Kaitannya dengan ketrampilan membaca, seseorang sering mengalami kesulitan dalam mengambil pesan-pesan penting dari suatu bacaan. Meskipun mendengar dan membaca adalah hal yang berbeda, keduanya memerlukan pendekatan yang serupa. 2. Komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal memiliki sifat yang kurang terstruktur yang membuat komunikasi non verbal sulit untuk dimengerti. Jenis komunikasi non verbal adalah gerak isyarat-isyarat tertentu, komunikasi ini lebih bersifat spontan misalnya seseorang akan menggelengkan kepala apabila dia merasa tidak setuju. Komunikasi non verbal memiliki kebaikan yaitu kesahihannya dalam hal ini dikaitkan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Secara umum, orang akan mudah menipu orang lain dengan menggunakan kata-kata daripada menggunakan gerakan tubuh (bahasa isyarat). Hal ini disebabkan oleh sifat komunikasi yang lebih spontan. Komunikasi non verbal penting artinya bagi pengirim dan penerima karena sifatnya yang lebih efisien, atau pesan non verbal dapat disampaikan tanpa harus berpikir panjang dan pihak penerima pesan juga dapat menangkap artinya dengan cepat. 24 3. Komunikasi dari atas ke bawah. Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi, saran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi. Pesan atau berita ke bawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan biasanya disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lainnya, buletin, pertemuan atau rapat, dan percakapan serta melalui interaksi orang per orang atau kelompok kecil. Salah satu kelemahan saluran komunikasi ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting yang ditujukan ke para bawahannya. Dengan kata lain, informasi yang diterima para bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya. 4. Komunikasi dari bawah ke atas. Fungsi utama komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah. Tipe komunikasi ini mencakup laporanlaporan periodik, penjelasan, gagasan, dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini dapat dipandang sebagai data atau informasi umpan balik bagi manajemen atas. Para manajer harus benar-benar memiliki rasa percaya terhadap para bawahannya untuk mencapai keberhasilan saluran komunikasi ini. Kalau tidak, informasi sebagus apapun dari bawahan tidak akan bermanfaat baginya, karena yang muncul hanyalah rasa curiga atau ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut. 25 5. Komunikasi Lateral atau Horizontal. Komunikasi ini meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Komunikasi di antara anggota dalam kelompok kerja yang sama. b. Komunikasi yang terjdai antara departemen-departemen pada tingkatan organisasi yang sama. Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif dan merupakan hasil dari konsep spesilisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi lateral, selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan lateral, juga menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang lambat. 6. Komunikasi Diagonal. Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staf, yaitu bahwa hubunganhubungan yang ada antara personalia lini dan staf dapat berbeda-beda, yang akan membentuk beberapa komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula. 2.1.2.3 Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Komunikasi dalam prosesnya, ada saja beberapa hal yang merintangi atau menghambat tercapainya tujuan dari proses komunikasi. Hambatan atau rintangan dalam komunikasi bisa berasal dari pribadi komunikan dan komunikator, lingkungan dan lain sebagainya. Menurut Robbins (2003 p70) suatu sebab utama dari kemacetan komunikasi, adalah kebisingan, bunyi atau suara yang ribut, yang dalam konteks ini berarti segala sesuatu yang mengganggu penyampaian atau penerima penerimaan pesan. 26 Adapun kendala-kendala komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok: 1) Kendala-kendala dalam penerimaan o Rangsangan dari lingkungan o Sikap dan nilai-nilai dari penerima o Kebutuhan dan harapan penerima 2) Kendala-kendala dalam pemahaman: o Bahasa, masalah semantik o Kemampuan penerima untuk mendengar dan menerima, khususnya berita-berita yang mengancam konsep dirinya o Panjang komuniaksi o Perbedaan status 3) Kendala dalam penyambutan: o Praduga o Konflik pribadi antara pengirim dan penerima. Penghambatan dalam proses komunikasi dapat diklassifikasikan menjadi dua faktor, yaitu: 1. Faktor eksternal a. Kondisi lingkungan sekitar yang menghambat jalannya komunikasi, contohnya kebisingan, tempatnya terlalu panas atau dingin dan lain sebagainya. b. Hambatan organisasional, diantaranya struktur organisasi yang mulai berubah, tugas dan wewenang pemimpin atau manajer yang mulai memudar dan ketidakjelasan tugas, serta profesionalisasi dan spesifikasi pekerjaan. 27 2. Faktor internal a. Bahasa yang digunakan oleh komunikan dan komunikator bertentangan. b. Latar belakang serta ruang lingkup pengalaman dan dasar pengetahuan yang berbeda satu sama lain pun dapat menghambat proses komunikasi yang pada akhirnya akan mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri. c. Pendengaran lemah. Hambatan-hambatan seperti inilah yang nantinya akan menjadikan komunikasi tidak terarah, simpang siur dan keteidakjelasan tujuan komunikasi. 2.1.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Menurut Hendrie Weisinger (1998 p11) dua faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi yaitu: 1. Faktor pada komponen komunikan Faktor yang harus diperhatikan oleh seorang komunikan dalam menyampaikan suatu pesan yaitu: (1) waktu yang tepat untuk suatu pesan; (2) bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti; (3) sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif; (4) jenis kelompok dimana komunikasi itu dilaksanakan. Seorang dapat dan akan menerima pesan hanya kalau terdapat kondisi berikut sebagai simultan: (1) ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi; (2) pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya sesuai dengan tujuannya; (3) pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya; serta (4) ia mampu untuk menepati janjinya baik secara mental maupun secara fisik. 28 2. Faktor pada komponen Komunikator Untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator yakni kepercayaan pada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source atrractiveness). a. Kepercayaan kepada komunikator kepercayaan pada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan, lebih cenderung komunikan merubah kepercayaannya kepada arah yang dikehendaki komunikator. b. Daya tarik komunikator Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik. Jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan. Setiap manusia membutuhkan individu lain untuk saling bekerja sama. Agar hal tersebut dapat terealisasi, maka setiap manusia akan berusaha untuk membentuk suatu kelompok kecil dan besar maupun organisasi formal dan informal. Dalam suatu organisasi, peran pemimpin sangat dibutuhkan dalam mengendalikan dan mengarahkan para anggotanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Di sisi lain, suatu organisasi dapat terbentuk karena adanya kesamaan atau kepentingan yang sama dari beberapa individu. 29 2.1.3 Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu lembaga organisasi, baik itu lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta. Kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance yang merupakan prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia definisi kinerja karyawan adalah: “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. (Mangkunegara, 2009 p9). Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja sumber daya manusia adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas. Di bawah ini akan disebutkan pengertian kinerja dari beberapa pendapat para ahli yaitu: 1. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Wahjosmijo, 1994 p12). 30 2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja. (Griffin, 1987 p25). 3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan (Mondy and Premeaux, 1993 p55). 4. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Winardi, 2000 p34). Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja merupakan suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi serta organisasi. Pada dasarnya pengertian kinerja berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja pegawai terbentuk setelah merasa mendapatkan kepuasan atas kerjanya, karena apabila kebutuhannya terpenuhi maka kepuasan kerja akan tercapai begitu sebaliknya apabila kebutuhannya tidak terpenuhi maka kepuasan kerjapun tidak akan tercapai. Apabila kepuasan kerja tidak tercapai, maka dari itu akan sulit terbentuk suatu prestasi kinerja. Penilaian harus berakar pada realitas kinerja karyawan. Penilaian bersifat nyata, bukan abstrak dan memungkinkan pemimpin dan karyawan untuk mengambil 31 pendangan yang positif tentang bagaimana kinerja bisa menjadi lebih baik di masa depan dan bagaimana masalah-masalah yang timbul dalam memenuhi standar dan sasaran kinerja dapat dipecahkan. Penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan (Simamora, 2001 p59). Menurut pendapat tersebut, bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Penilaian kinerja menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggungjawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa yang akan mendatang. Evaluasi kinerja adalah dasar bagi penilaian dalam memenuhi standar dan sasaran yaitu bagaimana kinerja pegawai dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam mencapai sasaran. Sasaran dari evaluasi kinerja terdiri dari motivasi, pengembangan dan komunikasi. Motivasi, maksudnya yaitu untuk merangsang orang untuk meningkatkan kinerja dan mengembangkan keahlian. Pengembangan, untuk memberikan dasar untuk mengembangkan dan memperluas atribut dan kompetensi yang relevan atas peran yang dijalani maupun peran yang akan dijalankan pada masa depan terutama pada karyawan yeng memiliki potensi untuk melakukannya. Pengembangan dapat difokuskan kepada peran yang dipegang saat ini, memungkinkan orang untuk memperbesar dan memperkaya keahlian yang mereka perlukan untuk mendapatkan peran yang sebagaimana mestinya.Jadi dengan memperhatikan kriteria bagi penilaian kinerja diharapkan akan menghasilkan pegawai-pegawai yang bertanggungjawab dan dapat meningkatkan kinerja pegawai baik di lingkungan organisasi pemerintahan maupun di lingkungan swasta. 32 Menurut A. Dale Timple terdapat beberapa faktor dalam kinerja yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan hal tersebut maka akan dijelaskan sebagai berikut: “Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat seseorang. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakantindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi” (Dalam Mangkunegara, 2009 p15). Faktor internal dan faktor eksternal di atas merupakan jenis-jenis atribusi yang mempengaruhi kinerja seseorang. Jenis-jenis atribusi yang dibuat oleh para pegawai memiliki sejumlah akibat psikologis dan berdasarkan kepada tindakan. Seorang pegawai yang mengangap kinerjanya baik berasal dari faktor-faktor internal seperti kemampuan atau upaya. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu mempunyai tipe pekerja keras. Sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemepuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). “Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan mudah mencapai kinerja yang maksimal” (Dalam Mangkunegara, 2009 p13). 33 Kinerja karyawan sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan dari pemerintah, maka dari itu peningkatan atas prestasi kerja sangat penting untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam beroganisasi. Faktor motivasi, motivasi diartikan sebagia suatu sikap seorang pemimpin dan karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya. “Motivasi diartikan suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerja akan menunjukan kerja yang rendah, situsi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja” (Dalam Mangkunegara, 2009 p14). Motivasi dalam situasi kerja merupakan suatu sikap terhadap situasi kerja dilingkungan tempat kerjanya. Motivasi seseorang dalam bekerja dapat menempatkan diri sendiri di lingkungan kerja mereka agar dapat meningkatkan sikap yang positif terhadap lingkungannya sehingga dapat menunjukan motivasi yang tinggi dalam bekerja. Sedangkan menurut Gibson et all (1995 p14) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1. Faktor individu Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Kinerja individu ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja (work effort) dan dukungan organisasi. Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antarfungsi psikis 34 (rohani) dan pisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antarfungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Dengan kata lain, tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka mimpi pemimpin mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam mencapai tujuan organisasi. Yaitu kecerdasan pikiran (Intelligence Quotient/IQ) dan kecerdasan emosi (Emotional Quotient/EQ). pada umunya, individu yang mampu bekerja dengan penuh konsentrasi apabila ia memiliki tingkat intelegensi minimal normal (average, above average, superior, very superior dan gifted) dengan tingkat kecerdasan emosi baik (tidak merasa bersalah yang berlebihan, tidak mudah marah, tidak dengki, tidak benci, tidak iri hati, tidak dendam, tidak sombong, tidak minder, tidak cemas, memiliki pandangan dan pedoman hidup yang jelas berdasarkan kitab sucinya). 2. Faktor psikologis Psikologis dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang mental/jiwa yang bersifat abstrak yang membatasi pada tingkah laku dan proses atau kegiatannya. Psikologis kerja dapat diartikan sebagai lingkungan kerja, sikap serta motivasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Faktor psikologis bias berupa persepsi, attitude, personality, pembelajaran, dan motivasi. Kelompok faktor psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, bekerja dan motivasi. 3. Faktor organisasi. Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas dan target kerja yang menantang. 35 Pengukuran kinerja merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi. Melalui pengukuran ini, tingkat pencapaian kinerja dapat diketahui. Pengukuran merupakan upaya membandingkan kondisi riil suatu objek dan alat ukur. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan guna mewujudkan visi dan misi perusahaan. Pengkuran kinerja merupakan hasil dari penelitian yang sistematis. Sesuai dengan suatu rencana yang telah ditetapkan dalam penyesuaian-penyesuaian dan pengendalian. Ciri-ciri pengukuran kinerja sebagai berikut : 1. Merupakan suatu aspek dari strategi perusahaan. 2. Menetapkan ukuran kinerja melalui ukuran mekanisme komunikasi antar tingkatan manajemen. 3. Mengevaluasi hasil kinerja secara terus menerus guna perbaikan pengukuran kinerja pada kesempatan selanjutnya. Dalam kerangka pengukuran kinerja terdapat strategi perusahaan mengenai penetapan, pengumpulan data kinerja, evaluasi dan cara pengukuran kinerja. Sebuah hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan yang menjalankan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab sehingga mempermudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Akibatnya akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Organisasi pemerintah menggunakan alat untuk mengukur kinerja birokrasi publik, indikator yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga 36 tingkat efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output. 2. Kualitas layanan Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik, muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian kepuasan dari masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. 3. Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi mengenali masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan programprogram pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. 4. Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi. 5. Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjukkan pada berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Dapat disimpulkan bahwa jika organisasi pemerintahan ditata dengan benar dan disesuaiakan dengan kebutuhan organisasi dengan memperhatikan prinsip- 37 prinsip organisasi yaitu mempunyai visi, misi, tujuan dan sasaran dengan jelas, maka akan dapat mempermudah kinerja aparatur pemerintahan. Keadaan seperti ini tentunya akan menciptakan pemerintahan yang responsibilitas, responsivitas, dan akuntabilitas. Pengertian kinerja dalam arti kuantitatif dan kualitatif didefinisikan sebagai ekspresi potensi seseorang, suatu perbuatan, suatu prestasi, pameran umum keterampilan. Apabila dilihat evaluasi kinerja maka kinerja dapat diartikan sebagai hasil tugas individual, perilaku, dan ciri. Hasil tugas seperti jumlah yang dihasilkan, jumlah sumber daya yang digunakan, biaya perunit, volume penjualan, kenaikan penjualan, pertambahan rekening. Perilaku seperti cara melayani, kepemimpinan, cuti sakit kehadiran, dan ciri seperti sikap yang baik, rasa percaya diri, dan kooperatif. Berdasarkan penjelasan dan batasan beberapa pengertian di atas, maka yang dipakai sebagai konsep kinerja dalam penelitian ini adalah perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya yang dapat diukur dengan tingkat intensitas seseorang dalam melakukan tugasnya. 2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penilaian Kinerja Karyawan Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja karyawan, yaitu: a. Karakteristik situasi. b. Deskripsi pekerjaan, spesialisasi pekerjaan dan standar kinerja. c. Tujuan-tujuan penilaian kinerja. d. Sikap para karyawan dan manajer terhadap evaluasi. 38 2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Karyawan Tujuan dan pokok sistem penilaian kinerja karyawan adalah menghasilkan informasi yang akurat tentang perilaku dan kinerja anggota organisasi. Semakin akurat informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja, semakin besar potensi nilainya bagi organisasi. Manfaat dari penilaian kinerja karyawan adalah hasil penilaian kinerja bermanfaat sebagai dasar bagi evaluasi regular terhadap kinerja anggota organisasi. Apakah seorang karyawan dinilai kompeten atau tidak kompeten, efektif atau tidak efektif, dapat dipromosikan atau tidak, dan seterusnya adalah didasarkan pada informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja. 2.1.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Baihaqi (2002) dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kewirausahaan Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening” ditemukan bahwa gaya kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Gaya kepemimpinan kewirausahaan menjadi faktor penting yang mempengaruhi perilaku kinerja kerja seperti kepuasan, kinerja dan trun over karyawan. Gaya kepemimpinan kewirausahaan secara langsung mempengaruhi kepuasan kerja melalui kecermatannya dalam menciptakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang menarik, pelimpahan tanggung jawab serta penerapan peraturan dengan baik. Maka dari itu, pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang tepat akan menimbulkan kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya. Di dalam penelitian ini juga ditemukan gaya kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap karyawan. Pemimpin sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi 39 diharapkan mampu mengontrol perilaku-perilaku kerja dan mengarahkannya pada peningkatan produktivitas dan kinerja karyawan. Hubungan gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja juga telah dibuktikan oleh penelitian Hayati dan Sari yang berjudul “Keterampilan Kepemimpinan Pengusaha Industri Skala Kecil” dalam jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia Vol. 22, no 2, 2007, 194-214. Ditemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kepuasan karyawan terhadap kinerja karyawan, hasil ini menunjukkan bahwa baik atau tidaknya kepuasan karyawan pada industri skala kecil akan meningkatkan atau menurunkan kinerja karyawan. Di dalam penelitian Kusmawati (2008) yang berjudul “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Kewirausahaan Terhadap Kepuasan Kerja untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan” ditemukan bahwa gaya kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kepuasan kerja. Dan di dalam penelitian Baharun, Sawai, dan Rathakrishnan yang berjudul “Hubungan antara Efektivitas Komunikasi dalam Organisasi dengan Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja dan Komitmen Kerja” ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara efektivitas komunikasi dengan kepuasan kerja. Selain itu di dalam penelitian Rendy (2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Efektivitas Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Equity Security Indonesia” ditemukan bahwa efektivitas komunikasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Pengaruh gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi terhadap kepuasan kerja juga telah dibuktikan oleh penelitian Sulastri (2008) yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Komunikasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja 40 Karyawan PT. Roti Tiga Dara di Sidhoharjo Wonogiri” ditemukan bahwa baik secara individu maupun bersama-sama varibel efektivitas komunikasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. 2.2 Kerangka Pemikiran Gaya Kepemimpinan Kewirausahaan (X1) T1 Kinerja Karyawan (Y) Efektivitas Komunikasi (X2) T2 T3 Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diajukan tiga hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Diduga terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan kewirausahaan terhadap kinerja karyawan pada PT. Tompak Sari Jaya. 2. Diduga terdapat pengaruh antara efektivitas komunikasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Tompak Sari Jaya. 3. Diduga terdapat pengaruh yang simultan antara gaya kepemimpinan kewirausahaan dan efektivitas komunikasi secara simultan terhadap kinerja karyawan pada PT. Tompak Sari Jaya.