BAB II

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan
cara kepatuhan, kepercayaan, hormat dan kerja sama yang bersemangat dalam
mencapai tujuan bersama (Timpe, 2002 p181). Pemimpin seharusnya dapat
membujuk, memerintah, mempengaruhi dan memberi semangat bawahannya dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi. Bila bawahan tidak temotivasi untuk bekerja,
tingginya absensi, rendah moral, serta ketidakpuasan menandakan pemimpin tidak
dapat memotivasi bawahan karena penerapan gayanya yang tidak sesuai dengan
lingkungan. Dalam rangka melaksanakan tugasnya pemimpin harus dapat
menunjukkan cara supaya bawahan dapat bekerja dengan baik.
Keberhasilan kepemimpinan tidak saja diukur bagaimana memberdayakan
bawahannya tapi juga kemampuannya melaksanakan kebijakan perusahaan melalui
gaya kepemimpnannya. Gaya kepemimpinan sangat tergantung pada karakteristik
individu pimpinan, bagaimana memandang bawahannya.
Pengertian kepemimpinan banyak kita jumpai dalam literatur-literatur. Jika
kita lihat dalam organisasi, ada orang yang dipimpin dan memimpin. “Pemimpin
merupakan ciptaan pertama yang menentukan sukses dan gagalnya organisasi” kata
Steven R. Covey, (2006 p42). Dengan demikian, pemimpin merupakan kunci sukses
organisasi. Orang yang memiliki posisi, jabatan atau gelar belum tentu bisa dikatakan
sebagai pemimpin.
6
7
Menurut Hitt (1997 p19), perusahaan yang ingin berhasil dalam usaha harus
memiliki kemampuan yang merupakan sekumpulan sumber daya yang secara
interaktif melakukan aktifitas untuk mencapai keunggulan bersaing. Agar perusahaan
dapat memahami dan menganalisis dengan tepat sumber daya yang dimiliki, serta
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja sebagai kemampuan dasar
keunggulan bersaing, diperlukan adanya seorang pemimpin (Robbins, 2002 p163).
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan sangat dipengaruhi oleh
gaya kepemimpinannya (seperti seberapa besar semangat partisipasi para pemimpin,
seberapa ekstrovet mereka, apakah mereka sangat berapi-api atau malah sangat
tenang) antara satu pemimpin dengan pemimpin lain sangat berbeda (Locke &
Associates, 1997 p14). Karakteristik individu adalah ciri khas yang menunjukkan
perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar dalam
menghadapi tugas sampai tuntas akan memecahkan masalah atau bagaimana
menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi
kinerja individu (Gibson, 1996 dalam Dalimunthe, 2006 p43).
Wirausahawan yang berhasil merupakan pimpinan yang berhasil, baik yang
memimpin beberapa atau beratus-ratus karyawan. Seorang pemimpin yang efektif
akan selalu mencari cara yang lebih baik. Seorang bisa dikatakan pemimpin yang
berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang
meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan.
Para wirausahawan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, mereka
mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan karakter pribadi
mereka dalam memajukan perusahaannya.
Menurut (Drucker, 1994 dalam Suryana 2003 p10) Perilaku pemimpin
menyangkut tiga bidang utama: a) berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran,
8
merencanakan dan mencapai sasaran; b) berorientasi pada orang yang memotivasi
dan membina hubungan manusiawi; dan c) pemimpin dan manajer.
1. Orientasi Tugas
Seseorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukkan
pola-pola perilaku berikut :
a. Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun peranan stafnya.
b. Menetapkan tujuan-tujuan yang sukar tetapi dapat dicapai, dan
memberitahukan orang-orang apa yang diharapkan dari mereka.
c. Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan
dan untuk mengukur pencapaian tujuan itu, yakni tujuan-tujuan yang
dirumuskan secara jelas dan khas.
d. Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,
mengarahkan, membimbing, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada tujuan.
e. Berminat mencapai peningkatan produktivitas.
Pemimpin yang kadar orientasi tugasnya rendah cenderung menjadi tidak
aktif dalam mengarahkan perilaku yang berorientasi pada tujuan, seperti
perencanaan dan penjadwalan. Mereka cenderung bekerja seperti para
karyawan lain dan tidak membedakan peranan mereka sebagai pemimpin
organisasi secara jelas.
9
2. Orientasi Orang-orang
Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung menunjukkan polapola berikut ini :
a. Menunjukkan
perhatian
atas
terpeliharanya
keharmonisan
dalam
organisasi dan menghilangkan ketegangan, jika timbul.
b. Menunjukkan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan.
c. Mendirikan komunikasi timbal balik yang baik dengan staf.
d. Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi
karyawan. Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku yang diberi imbalan
akan bertambah dalam frekuensinya dan bahwa perilaku yang tidak diberi
imbalan akan berkurang dalam frekuensinya.
e. Menciptakan suatu suasana kerja sama dengan gugus kerja dalam
organisasi.
Pemimpin yang orientasi-orangnya rendah cenderung bersikap dingin dalam
hubungan dengan karyawan mereka, memusatkan perhatian pada prestasi
individu dan persaingan ketimbang kerja sama, serta tidak mendelegasikan
kekuasaan dan tanggung jawab.
3. Pemimpin dan Manajer
Seseorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukkan
pola-pola perilaku berikut :
a. Dari segi sikap kepada bawahan
b. Dari segi standard an penilaian kinerja
c. Dari segi memberikan balas jasa dan hukuman
10
2.1.1.2 Pengertian Kewirausahaan
Sebelum kita memberi definisi tentang kewiraswastaan, sebaiknya terlebih
dahulu kita mengulas sekilas mengenai kelahiran istilah wiraswasta di negeri ini. Di
era reformasi ini, kita harus bersikap jujur mengakui kebenaran dan fakta sejarah,
ungkapan wiraswasta lahir sejak jauh-jauh hari sebelum munculnya istilah
wirausaha. Istilah wiraswasta ini lahir di tahun-tahun pertama Orde Baru (1970),
yang diterjemahkan dari kata entrepreneur menjadi wiraswasta, sehingga istilah ini
populer hingga sekarang ini.
Meskipun sampai sekarang belum ada terminologi yang persis sama tentang
kewirausahaan, akan tetapi pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama,
yaitu merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang
mempunyai kemauan keras untuk mewujutkan gagasan inovatif kedalam dunia usaha
yang nyata dan dapat mengembangkan usahanya dengan tangguh (Drucker, 1994
dalam Suryana 2003 p10). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the
new and different thing). Para wirausaha adalah orang-orang yang memiliki
kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan
sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan
mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses (Meredith et al., 2002 p5).
Longenecker (2001 p6) menyebut, wirausaha adalah kemampuan untuk melihat
adanya suatu peluang dan keberanian untuk merubah peluang tersebut menjadi
sesuatu yang bernilai dengan cara pengerahan ide kreatif dan inovatif serta
menanggung risiko untung ataupun rugi. Wirausaha itu lebih dari sekedar berusaha,
wirausaha berusaha dengan cerdas, kreatif dan penuh dengan inovasi (mengadakan
11
pembaharuan dalam berbagai hal: pemasaran, produksi, administrasi dan lain-lain)
ditambah keberanian mengambil risiko.
Penelitian ini akhirnya menetapkan sembilan indikator yang harus dimiliki
oleh seorang kewirausahaan, yaitu: (1) visi, (2) perencanaan, (3) motivasi, (4)
inovasi, (5) peluang, (6) percaya diri, (7) risiko, (8) etika, (9) adaptasi.
1. Visi
Visi adalah sebuah ideal dan pencitraan unik dari masa depan. Visi
juga merupakan sebuah perjalanan mental dari yang diketahui menuju
yang tidak diketahui, menciptakan masa depan dari gabungan berbagai
fakta sekarang, harapan, impian, bahaya dan peluang (Ahmadi, 2002
p98). Untuk memilih arah, seorang pemimpin pertama-tama harus
mengembangkan suatu pencitraan mental mengenai bentuk organisasi
yang mungkin dan diinginkan untuk masa depan. Pencitraan ini yang
disebut visi, sebuah visi mengartikulasikan sebuah pandangan mengenai
masa depan organisasi yang realistis, bisa dipercaya, dan atraktif, suatu
kondisi yang lebih baik untuk beberapa hal penting dibandingkan dengan
yang sekarang ada.
Kewirausahaan memiliki naluri kuat untuk mencari serta menemukan
peluang-peluang. Mereka melihat jauh ke depan, dan mereka kurang
begitu memperhatikan apa saja yang telah dilakukan kemarin,
dibandingkan dengan apa yang akan dilakukan besok. Wirausaha melihat
adanya potensi-potensi, dimana orang lain hanya melihat adanya masalahmasalah atau tidak melihat apa-apa. Wirausaha yang sukses, pertamatama harus memiliki ide serta visi bisnis yang jelas, kemudian ada
kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun
12
uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya
membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya.
Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai dengan
urgensinya, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik
dengan mitra usahanya maupun dengan pihak yang terkait dengan
kepentingan perusahaan.
2. Perencanaan
Menurut Sastropetra (1998 p104) perencanaan berasal dari kata
rencana, yang sebagai kata kerja berarti memperhitungkan masa depan,
baik secara formal ataupun informal. Sastropetra yakin perencanaan dapat
membantu wirausaha bersiap-siap menghadapi hal-hal yang akan terjadi;
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan; dan mengendalikan hal-hal yang
dapat dikendalikan.
3. Motivasi
Setiap individu yang sukses berwirausaha tidak terjadi secara
kebetulan, tetapi terdapat ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu yang mereka
miliki, yaitu: (a) Kebutuhan akan prestasi yang tinggi, (b) kebutuhan akan
kekuasaan, dan (c) Kebutuhan untuk berafiliasi.
Motivasi akan membuat seseorang bekerja keras untuk melakukan
pembentukan ide atau gagasan baru, kemudian diimplementasikan
menjadi usaha baru dan produk baru melalui aktifitas sekelompok orang.
Semangat dan wawasan dalam menciptakan keaneka ragaman dalam
berbisnis dan menghasilkan keuntungan.
13
4. Inovasi
Inovasi
adalah
suatu
gagasan
baru
yang
diterapkan
untuk
memprakarsai atau memperbaiki suatu produk, proses atau jasa. Jadi
semua inovasi menyangkut perubahan, tetapi tidak semua perubahan
harus mencakup gagasan baru atau mendorong kesuatu perbaikan yang
menyolok (Robbins, 2002 p11). Inovasi adalah kemampuan menerapkan
kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang
(doing new thing). Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan
sesuatu yang baru dan berbeda, sedang inovasi merupakan kemampuan
untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda.
Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dalam bentuk hasil seperti
barang dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan
cara . Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses
berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value
added) dan merupakan keuanggulan yang berharga.
5. Peluang
Salah satu ciri wirausaha adalah bisa memanfaatkan peluang yang
ada, dan untuk memanfaatkan peluang, wirausaha harus memiliki
berbagai ide, kemampuan dan pengetahuan, seperti kemampuan untuk
menghasilkan produk atau jasa baru, menghasilkan nilai tambah baru,
merintis usaha baru, melakukan proses atau teknik baru, dan
mengembangkan organisasi baru. Ide dan peluang merupakan dua unsur
penting dalam wirausaha. Ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat
menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan di pasar. Ide-ide itu
menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha.
14
Dalam melihat peluang diperlukan naluri tajam dan memperkirakan
pertumbuhan laba sebelum memilih pasar dan sasaran. Seorang wirausaha
lebih
memikirkan
dimana
terdapat
peluang,
bagaimana
mengkapitalisasikan peluang tersebut sehingga sumber daya yang dimiliki
dapat dimanfaatkan dengan kemampuan sebagai inti. Dapat dinyatakan,
bahwa wirausahawan selalu mencari perubahan, menanggapinya dan
mengeksplotasinya sebagai suatu peluang.
6. Percaya Diri
Salah satu karakteristik wirausaha adalah sangat yakin akan diri
mereka sendiri. Mereka memiliki keyakinan pada diri sendiri yang
mampu menjawab semua tantangan yang ada di depan mereka. Mereka
memiliki pemahaman atas segala jenis masalah yang mungkin muncul
dan mereka juga mengakui adanya masalah didalam peluncuran produk
atau perusahan atau cara-cara barunya, tetapi mereka percaya bahwa
mereka bakal mampu mengatasi masalah tersebut.
Beberapa penelitian yang dilakukan pada wirausaha telah mengukur
besarnya keyakinan terhadap kemampuan yang mereka miliki. Wirausaha
yang mempercayai bahwa kesuksesannya tergantung pada usaha mereka
sendiri disebut internal locus of control (kepercayaan bahwa kesuksesan
seseorang tergantung pada usahanya sendiri).
7. Risiko
Kebanyakan orang takut mengambil risiko, karena mereka ingin hidup
aman dan menghindari kegagalan, dalam hal ini pengambilan risiko justru
merupakan suatu unsur kewirausahaan yang sangat penting. Yang
pertama kali mengembangkan istilah kewirausahaan dan mendefinisikan
15
hal ini sebagai seseorang yang menanggung risiko keuntungan atau
kerugian, pengambilan risiko dianggap sebagai elemen fundamental dari
wirausaha dan kewirausahaan.
8. Etika
Etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani hidup secara baik agar ia benar-benar
menjadi manusia yang baik dan menghindari perilaku-perilaku yang tidak
baik. Etika adalah tatanan nilai moral dan standar perilaku yang
membentuk dasar bagi orang-orang dalam suatu organisasi sewaktu
mereka membuat keputusan dan berinteraksi dengan pihak yang
berkepentingan dalam organisasi (Zimmerer & Scarborough, 2004 p492).
Perusahaan yang memajukan dan memelihara praktik etis lebih
memungkinkan mencapai daya saing strategis dan memperoleh
keuntungan di atas rata-rata. Alasan kunci ialah bahwa reputasi mereka
dalam praktik etis akan menarik pelanggan-pelanggan loyal. Bertindak
dengan penuh kejujuran dan menghindari perilaku-perilaku yang tidak
baik, mutlak diperlukan bagi seorang wirausaha bila ingin usahanya maju.
9. Adaptasi
Wirausaha
adalah
individu
yang
fleksibel
atau
mempunyai
kemampuan secara cepat untuk beradaptasi guna menghadapi semua
tantangan dari perubahan-perubahan pesat yang menerpa usahanya dan
dunia perekonomian pada umumnya. Perubahan yang cepat dan pesat
merupakan kata kunci pada era 1980-an dan juga tahun 1990-an. Untuk
menangani dan memacu perubahan, para wirausaha harus fleksibel, luwes
dan pandai beradaptasi. Fleksibilitas menunjukkan kemampuan untuk
16
mengadaptasi keadaan yang berubah; kata ini tidak ada hubungannya
dengan sikap yang tidak tegas.
Secara sederhana arti kewirausahaan adalah orang yang berjiwa berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa
diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses (Overton, 2002 p55).
Kewirausahaan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran
kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang, banyak orang, baik
pengusaha maupun yang bukan pengusaha, meraih sukses karena memiliki
kemampuan berfikir kreatif dan inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orangorang yang berfikir kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih
sukses karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif
tersebut biasanya diawali dengan munculnya ide-ide dan pemikiran-pemikiran untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan inovatif
dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meraih pangsa pasar.
Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain adalah untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda adalah nilai tambah
barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi,
kewirausahaan merupakan suatu kemampuan untuk menciptakan nilai tambah
dipasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda.
Seseorang memiliki kreatifitas dan jiwa inovatif tentu berfikir untuk mencari
atau menciptakan peluang yang baru dan lebih baik dari sebelumnya. Kemampuan
17
menciptakan memerlukan adanya kreatifitas dan inovasi yang terus menerus untuk
menentukan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sudah ada sebelumnya,
kemudian dengan kreatifitas dan inovasi tersebut akhirnya mampu memberi
kontribusi bagi masyarakat banyak.
Dengan demikian, tentunya kita mengharapkan motivasi kewirausahaan dapat
membudaya dan menjadi salah satu konsep perekonomian nasional. Sesungguhnya,
kewirausahaan memiliki potensi untuk itu. Potensi tersebut ditandai oleh beberapa
keunggulan
komparatif
(comparative
advantages)
dibandingkan
dengan
konglomerasi. Di masa mendatang, para wirausahawan dituntut untuk mampu
mentransformasikan keunggulan kompetitif nasional.
2.1.1.3 Nilai-Nilai Kewirausahaan dalam Organisasi Bisnis
Kewirausahaan dalam dunia bisnis telah banyak dijadikan pilihan bagi
sebagian besar pelaku bisnis. Kewirausahaan telah dianggap memiliki kemampuan
untuk mandiri dan berhasil, dan bahkan memberikan peluang kerja bagi orang lain.
Dengan berwirausaha, tidak saja memungkinkan orang dapat melakukan sesuatu
yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan, namun di samping itu juga,
berwirausaha akan mendapatkan kebebasan keuangan dan waktu yang cukup untuk
melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai bersama teman-teman dan
keluarganya.
Memang, memulai bisnis tidak semudah yang dibayangkan. Tidak sedikit
orang yang tidak kunjung melangkah karena begitu banyak pertanyaan yang belum
terjawab, bahkan keraguan sehingga membuat banyak orang menghabiskan waktu
untuk merenung tanpa melakukan apa-apa. Banyak pula orang yang tidak segera
memulai bisnis, meski sudah memiliki tekad untuk menjadi pengusaha, karena selalu
18
dibayang-bayangi oleh ketakutan: takut gagal dan hanya membayangkan kemudahan
saja. Sebenarnya, di dalam dunia bisnis, kesuksesan dan kegagalan adalah hal yang
sudah lumrah. Masalahnya apakah mereka sanggup mengatasi kegagalan untuk
bangkit kembali mengejar keberhasilan. Itulah sebetulnya tantangan para
entrepreneur dalam dunia bisnis.
Mengapa seorang entrepreneur dapat lebih tangguh dari yang lain? Kuncinya
adalah pada etos bisnis, yaitu keyakinan yang kuat dan mendalam mengenai nilai
penting dari bisnis yang ditekuninya. Seseorang dengan keyakinan bahwa bisnisnya
itu bermakna penuh bagi hidupnya, maka ia akan berjuang lebih keras untuk berhasil.
Berbeda dengan seseorang yang menganggap bisnisnya sebagai alternatif mencari
uang, bila menemui kesulitan akan dengan cepat meninggalkannya untuk mencari
alternatif baru yang diharapkan lebih mudah.
Dari
pengertian
tersebut,
kita
dapat
menarik
kesimpulan
bahwa
kewirausahaan merupakan suatu proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan
membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang,
cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut
adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
2.1.2
Pengertian Efektivitas Komunikasi
Efektivitas menurut Peter Salim (1991 p11) dalam kamus besar bahasa
Indonesia adalah keberhasilan, kemujaraban, pengaruh atau kesan. Efektivitas berarti
sejauh mana suatu kelompok mencapai tujuannya. Menurut Hasan Syadily (2000
p15) dalam ensiklopedi Indonesia, “Secara terminologi efektivitas berarti
menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif kalau
usaha itu mencapai tujuannya”. Jadi, jika seseorang melakukan perbuatan dengan
19
tujuan tertentu, maka orang tersebut dikatakan efektif apabila sasaran atau tujuan
dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain,
sesuatu disebut efektif apabila proses kegiatan itu waktunya singkat, tenaga sedikit,
hemat biaya, tetapi hasilnya sesuai dengan target.
Istilah komunikasi (bahasa inggris; communication) mempunyai banyak arti.
Asal katanya (etimologi), istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu
communis, yang berarti sama (common). Dari kata communis berubah menjadi kata
kerja kommunicare, yang berarti menyebarkan atau memberitahukan. Jadi menurut
asal katanya, komunikasi berarti menyebarkan atau memberitahukan informasi
kepada pihak lain guna mendapatkan pengertian yang sama.
Menurut T. Hani Handoko (1995 p23) komunikasi adalah proses pemindahan
pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Dalam
perpindahan pengertian tersebut tidak hanya sekedar kata-kata yang digunakan dalam
sebuah percakapan, tetapi juga dibutuhkan ekspresi wajah, intonasi, titik putus vocal
dan lain sebagainya.
Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang komunikator kepada
komunikan atau pengirim pesan dari satu pihak kepada pihak lain.
Efektifnya sebuah komunikasi adalah jika pesan yang dikirim memberikan
pengaruh terhadap komunikan, artinya bahwa informasi yang disampaikan dapat
diterima dengan baik sehingga menimbulkan respon atau umpan balik dari
penerimanya. Seperti contohnya; adanya tindakan, hubungan yang makin baik dan
pengaruh pada sikap.
Sementara itu, Effendy (2000) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi
adalah kondisi adanya kesamaan makna terhadap pesan komunikasi dimana hal
20
tersebut dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif, yakni
meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) afektif, yakni perubahan pandangan
komunikan karena hatinya tergerak akibat komunikasi, dan (3) behavioral, yaitu
perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan.
2.1.2.1 Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi memiliki 6 (enam) tahapan yaitu:
1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan.
Sebelum proses penyampaian dapat dilakukan, maka pengirim pesan harus
menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak
lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber, ide-ide yang ada didalam
benak pengirim disaring dan disusun ke dalam satu memori yang ada
didalm pikiran orang yang memiliki peta mental yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena cara penyerapan berbagai informasi dan pengalaman
yang berbedabeda dari setiap individu.
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.
Pada suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau
dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti
secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan berbagai hal-hal,
yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima
pesan, gaya personal dan latar belakang budaya.
21
3. Pengirim menyampaikan pesan.
Pada saat pengirim menyampaikan pesan dapat menggunakan berbagai
saluran yang ada kepada si penerima pesan. Biasanya rantai saluran yang
komunikasi yang digunakan relatif pendek, namun ada juga yang cukup
panjang. Hal ini akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian
pesan. Ketika menyampaikan pesan dapat digunakan berbagai media
komunikasi baik media tulisan maupun lisan.
4. Penerima menerima pesan.
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim
mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut.
Misalnya, jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru akan
terjalin bila penerima surat telah membaca dan memahami isinya.
5. Penerima menafsirkan pesan.
Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya adalah
bagaimana menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim
harus mudah dimengerti dan tersimpan dalam benak pikiran si penerima
pesan. Selanjutnya, satu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila
penerima telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh
pengirim pesan.
6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim.
Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara
tertentu dan member sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang
diberikan oleh penerima pesan beraneka ragam. Hal ini tergantung dari
pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam
proses komunikasi, karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk
22
menilai efektivitas suatu perusahaan. Disamping itu, adanya umpan balik
dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi,
misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan
perbedaan reaksi secara emosional.
2.1.2.2 Jenis Komunikasi
Sistem komunikasi yang dianut oleh perusahaan dalam menjalankan arus
komunikasi tergantung dari kompleksitas lingkup kerja dari organisasi tersebut.
Pengertian sistem adalah sebagai suatu keselurahan komponen/bagian yang saling
berinteraksi sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang terpadu untuk
mencapai komunikasi yang efektif dan efisien. Sistem komunikasi yang dianut oleh
organisasi akan langsung mempengaruhi tipe atau jenis komunikasi. Berdasarkan hal
ini sistem komunikasi bergantung pada struktur organisasi dan mekanisme
koordinasi.
Menurut Wirawan (2003 p6) ada beberapa bentuk komunikasi yang lazim
digunakan, yaitu :
1. Komunikasi verbal.
Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim
digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain
melalui tulisan maupun lisan. Bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang
teratur dan terorganisir dengan baik. Melalui komunikasi lisan dan tulisan
diharapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim
pesan dengan baik. Penyampaian suatu pesan melalui tulisan dan lisan
memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat membaca atau
mendengar apa yang dikatakan pihak lain dengan baik dan benar. Secara
23
umum, untuk mengirim pesan-pesan, orang lebih senang berbicara daripada
menulis suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan
relatif lebih mudah,
praktis dan cepat dalam penyampaian pesan. Meskipun demikian, bukan
berarti bahwa komunikasi tulisan tidak penting karena tidak semua hal bisa
disampaikan secara lisan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mendengar
dan memahami yang relatif lemah atau kurang baik dari masing-masing
orang. Kaitannya dengan ketrampilan membaca, seseorang sering mengalami
kesulitan dalam mengambil pesan-pesan penting dari suatu bacaan. Meskipun
mendengar dan membaca adalah hal yang berbeda, keduanya memerlukan
pendekatan yang serupa.
2. Komunikasi non verbal.
Komunikasi non verbal memiliki sifat yang kurang terstruktur yang membuat
komunikasi non verbal sulit untuk dimengerti. Jenis komunikasi non verbal
adalah gerak isyarat-isyarat tertentu, komunikasi ini lebih bersifat spontan
misalnya seseorang akan menggelengkan kepala apabila dia merasa tidak
setuju. Komunikasi non verbal memiliki kebaikan yaitu kesahihannya dalam
hal ini dikaitkan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran
pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Secara
umum, orang akan mudah menipu orang lain dengan menggunakan kata-kata
daripada menggunakan gerakan tubuh (bahasa isyarat). Hal ini disebabkan
oleh sifat komunikasi yang lebih spontan. Komunikasi non verbal penting
artinya bagi pengirim dan penerima karena sifatnya yang lebih efisien, atau
pesan non verbal dapat disampaikan tanpa harus berpikir panjang dan pihak
penerima pesan juga dapat menangkap artinya dengan cepat.
24
3. Komunikasi dari atas ke bawah.
Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dimulai dari
manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan
manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah. Maksud
utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi,
instruksi, saran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi
kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi.
Pesan atau berita ke bawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan
biasanya disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lainnya, buletin,
pertemuan atau rapat, dan percakapan serta melalui interaksi orang per orang
atau kelompok kecil. Salah satu kelemahan saluran komunikasi ini adalah
kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting yang
ditujukan ke para bawahannya. Dengan kata lain, informasi yang diterima
para bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya.
4. Komunikasi dari bawah ke atas.
Fungsi utama komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) adalah
untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa
yang terjadi pada tingkatan bawah. Tipe komunikasi ini mencakup laporanlaporan periodik, penjelasan, gagasan, dan permintaan untuk diberikan
keputusan. Hal ini dapat dipandang sebagai data atau informasi umpan balik
bagi manajemen atas. Para manajer harus benar-benar memiliki rasa percaya
terhadap para bawahannya untuk mencapai keberhasilan saluran komunikasi
ini. Kalau tidak, informasi sebagus apapun dari bawahan tidak akan
bermanfaat baginya, karena yang muncul hanyalah rasa curiga atau
ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut.
25
5. Komunikasi Lateral atau Horizontal.
Komunikasi ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Komunikasi di antara anggota dalam kelompok kerja yang sama.
b. Komunikasi yang terjdai antara departemen-departemen pada
tingkatan organisasi yang sama.
Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif dan merupakan
hasil dari konsep spesilisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang
guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi lateral,
selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan lateral, juga menghindarkan
prosedur pemecahan masalah yang lambat.
6. Komunikasi Diagonal.
Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara
menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai
hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staf, yaitu bahwa hubunganhubungan yang ada antara personalia lini dan staf dapat berbeda-beda, yang
akan membentuk beberapa komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula.
2.1.2.3 Hambatan-hambatan dalam Komunikasi
Komunikasi dalam prosesnya, ada saja beberapa hal yang merintangi atau
menghambat tercapainya tujuan dari proses komunikasi. Hambatan atau rintangan
dalam komunikasi bisa berasal dari pribadi komunikan dan komunikator, lingkungan
dan lain sebagainya. Menurut Robbins (2003 p70) suatu sebab utama dari kemacetan
komunikasi, adalah kebisingan, bunyi atau suara yang ribut, yang dalam konteks ini
berarti segala sesuatu yang mengganggu penyampaian atau penerima penerimaan
pesan.
26
Adapun kendala-kendala komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga
kelompok:
1) Kendala-kendala dalam penerimaan
o Rangsangan dari lingkungan
o Sikap dan nilai-nilai dari penerima
o Kebutuhan dan harapan penerima
2) Kendala-kendala dalam pemahaman:
o Bahasa, masalah semantik
o Kemampuan penerima untuk mendengar dan menerima, khususnya
berita-berita yang mengancam konsep dirinya
o Panjang komuniaksi
o Perbedaan status
3) Kendala dalam penyambutan:
o Praduga
o Konflik pribadi antara pengirim dan penerima.
Penghambatan dalam proses komunikasi dapat diklassifikasikan menjadi dua faktor,
yaitu:
1. Faktor eksternal
a. Kondisi lingkungan sekitar yang menghambat jalannya komunikasi,
contohnya kebisingan, tempatnya terlalu panas atau dingin dan lain
sebagainya.
b. Hambatan organisasional, diantaranya struktur organisasi yang mulai
berubah, tugas dan wewenang pemimpin atau manajer yang mulai
memudar dan ketidakjelasan tugas, serta profesionalisasi dan spesifikasi
pekerjaan.
27
2. Faktor internal
a. Bahasa yang digunakan oleh komunikan dan komunikator bertentangan.
b. Latar belakang serta ruang lingkup pengalaman dan dasar pengetahuan
yang berbeda satu sama lain pun dapat menghambat proses komunikasi
yang pada akhirnya akan mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri.
c. Pendengaran lemah.
Hambatan-hambatan
seperti
inilah
yang nantinya
akan
menjadikan
komunikasi tidak terarah, simpang siur dan keteidakjelasan tujuan komunikasi.
2.1.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi
Menurut Hendrie Weisinger (1998 p11) dua faktor yang mempengaruhi
efektivitas komunikasi yaitu:
1. Faktor pada komponen komunikan
Faktor
yang
harus
diperhatikan
oleh
seorang
komunikan
dalam
menyampaikan suatu pesan yaitu: (1) waktu yang tepat untuk suatu pesan; (2)
bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti; (3) sikap dan
nilai yang harus ditampilkan agar efektif; (4) jenis kelompok dimana
komunikasi itu dilaksanakan. Seorang dapat dan akan menerima pesan hanya
kalau terdapat kondisi berikut sebagai simultan: (1) ia dapat dan benar-benar
mengerti pesan komunikasi; (2) pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar
bahwa keputusannya sesuai dengan tujuannya; (3) pada saat ia mengambil
keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan
kepentingan pribadinya; serta (4) ia mampu untuk menepati janjinya baik
secara mental maupun secara fisik.
28
2. Faktor pada komponen Komunikator
Untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting pada
diri komunikator yakni kepercayaan pada komunikator (source credibility)
dan daya tarik komunikator (source atrractiveness).
a. Kepercayaan kepada komunikator
kepercayaan pada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat
tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang
besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang
kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang
menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator oleh
komunikan, lebih cenderung komunikan merubah kepercayaannya kepada
arah yang dikehendaki komunikator.
b. Daya tarik komunikator
Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik. Jika pihak komunikan
merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya
dengan opini secara memuaskan.
Setiap manusia membutuhkan individu lain untuk saling bekerja sama. Agar
hal tersebut dapat terealisasi, maka setiap manusia akan berusaha untuk membentuk
suatu kelompok kecil dan besar maupun organisasi formal dan informal. Dalam suatu
organisasi, peran pemimpin sangat dibutuhkan dalam mengendalikan dan
mengarahkan para anggotanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Di sisi lain, suatu organisasi dapat terbentuk karena adanya kesamaan atau
kepentingan yang sama dari beberapa individu.
29
2.1.3
Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
dipisahkan dalam suatu lembaga organisasi, baik itu lembaga pemerintahan maupun
lembaga swasta. Kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance
yang merupakan prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang.
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan
selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul
Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia definisi kinerja karyawan adalah:
“Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya”. (Mangkunegara, 2009 p9).
Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja sumber daya manusia
adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang
dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja adalah hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam
melaksanakan tugas. Di bawah ini akan disebutkan pengertian kinerja dari beberapa
pendapat para ahli yaitu:
1. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada
tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta
(Wahjosmijo, 1994 p12).
30
2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri
pekerja. (Griffin, 1987 p25).
3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan (Mondy and Premeaux, 1993 p55).
4. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta
kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan
baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik
(Winardi, 2000 p34).
Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai
dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Dapat disimpulkan
bahwa pengertian kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi, tidak
melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika.
Kinerja
merupakan
suatu
gambaran
mengenai
tingkat
pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi, visi serta organisasi. Pada dasarnya pengertian kinerja berkaitan dengan
tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi
wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja pegawai terbentuk setelah merasa mendapatkan kepuasan atas
kerjanya, karena apabila kebutuhannya terpenuhi maka kepuasan kerja akan tercapai
begitu sebaliknya apabila kebutuhannya tidak terpenuhi maka kepuasan kerjapun
tidak akan tercapai. Apabila kepuasan kerja tidak tercapai, maka dari itu akan sulit
terbentuk suatu prestasi kinerja.
Penilaian harus berakar pada realitas kinerja karyawan. Penilaian bersifat
nyata, bukan abstrak dan memungkinkan pemimpin dan karyawan untuk mengambil
31
pendangan yang positif tentang bagaimana kinerja bisa menjadi lebih baik di masa
depan dan bagaimana masalah-masalah yang timbul dalam memenuhi standar dan
sasaran kinerja dapat dipecahkan.
Penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk
mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan (Simamora, 2001 p59). Menurut
pendapat tersebut, bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara
sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi.
Penilaian kinerja menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan
tanggungjawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan
pekerjaan yang lebih baik di masa yang akan mendatang.
Evaluasi kinerja adalah dasar bagi penilaian dalam memenuhi standar dan
sasaran yaitu bagaimana kinerja pegawai dapat memecahkan masalah yang dihadapi
dalam mencapai sasaran. Sasaran dari evaluasi kinerja terdiri dari motivasi,
pengembangan dan komunikasi.
Motivasi, maksudnya yaitu untuk merangsang orang untuk meningkatkan
kinerja dan mengembangkan keahlian. Pengembangan, untuk memberikan dasar
untuk mengembangkan dan memperluas atribut dan kompetensi yang relevan atas
peran yang dijalani maupun peran yang akan dijalankan pada masa depan terutama
pada karyawan yeng memiliki potensi untuk melakukannya.
Pengembangan dapat difokuskan kepada peran yang dipegang saat ini,
memungkinkan orang untuk memperbesar dan memperkaya keahlian yang mereka
perlukan untuk mendapatkan peran yang sebagaimana mestinya.Jadi dengan
memperhatikan kriteria bagi penilaian kinerja diharapkan akan menghasilkan
pegawai-pegawai yang bertanggungjawab dan dapat meningkatkan kinerja pegawai
baik di lingkungan organisasi pemerintahan maupun di lingkungan swasta.
32
Menurut A. Dale Timple terdapat beberapa faktor dalam kinerja yang terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan hal tersebut maka akan
dijelaskan sebagai berikut:
“Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, faktor
internal yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat seseorang.
Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakantindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim
organisasi” (Dalam Mangkunegara, 2009 p15).
Faktor internal dan faktor eksternal di atas merupakan jenis-jenis atribusi
yang mempengaruhi kinerja seseorang. Jenis-jenis atribusi yang dibuat oleh para
pegawai memiliki sejumlah akibat psikologis dan berdasarkan kepada tindakan.
Seorang pegawai yang mengangap kinerjanya baik berasal dari faktor-faktor internal
seperti kemampuan atau upaya. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena
mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu mempunyai tipe pekerja keras.
Sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut
mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya
untuk memperbaiki kemampuannya.
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemepuan potensi (IQ)
dan kemampuan reality (knowledge + skill).
“Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan
yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan
pekerjaanya sehari-hari, maka akan mudah mencapai kinerja yang maksimal”
(Dalam Mangkunegara, 2009 p13).
33
Kinerja karyawan sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan dari
pemerintah, maka dari itu peningkatan atas prestasi kerja sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan karyawan dalam beroganisasi.
Faktor motivasi, motivasi diartikan sebagia suatu sikap seorang pemimpin
dan karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya.
“Motivasi diartikan suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja
dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi
kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka
bersikap negatif terhadap situasi kerja akan menunjukan kerja yang rendah,
situsi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas
kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja”
(Dalam Mangkunegara, 2009 p14).
Motivasi dalam situasi kerja merupakan suatu sikap terhadap situasi kerja
dilingkungan
tempat
kerjanya.
Motivasi
seseorang
dalam
bekerja
dapat
menempatkan diri sendiri di lingkungan kerja mereka agar dapat meningkatkan sikap
yang positif terhadap lingkungannya sehingga dapat menunjukan motivasi yang
tinggi dalam bekerja.
Sedangkan menurut Gibson et all (1995 p14) dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu :
1. Faktor individu
Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Kinerja individu
ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja (work
effort) dan dukungan organisasi. Secara psikologis, individu yang normal
adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antarfungsi psikis
34
(rohani) dan pisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi
antarfungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri
yang baik. Dengan kata lain, tanpa adanya konsentrasi yang baik dari
individu dalam bekerja, maka mimpi pemimpin mengharapkan mereka dapat
bekerja produktif dalam mencapai tujuan organisasi. Yaitu kecerdasan pikiran
(Intelligence Quotient/IQ) dan kecerdasan emosi (Emotional Quotient/EQ).
pada umunya, individu yang mampu bekerja dengan penuh konsentrasi
apabila ia memiliki tingkat intelegensi minimal normal (average, above
average, superior, very superior dan gifted) dengan tingkat kecerdasan emosi
baik (tidak merasa bersalah yang berlebihan, tidak mudah marah, tidak
dengki, tidak benci, tidak iri hati, tidak dendam, tidak sombong, tidak minder,
tidak cemas, memiliki pandangan dan pedoman hidup yang jelas berdasarkan
kitab sucinya).
2. Faktor psikologis
Psikologis dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
mental/jiwa yang bersifat abstrak yang membatasi pada tingkah laku dan
proses atau kegiatannya. Psikologis kerja dapat diartikan sebagai lingkungan
kerja, sikap serta motivasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Faktor
psikologis bias berupa persepsi, attitude, personality, pembelajaran, dan
motivasi. Kelompok faktor psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap,
kepribadian, bekerja dan motivasi.
3. Faktor organisasi.
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara
lain uraian jabatan yang jelas dan target kerja yang menantang.
35
Pengukuran kinerja merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dalam
upaya meningkatkan kinerja organisasi. Melalui pengukuran ini, tingkat pencapaian
kinerja dapat diketahui. Pengukuran merupakan upaya membandingkan kondisi riil
suatu objek dan alat ukur.
Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan guna
mewujudkan visi dan misi perusahaan. Pengkuran kinerja merupakan hasil dari
penelitian yang sistematis. Sesuai dengan suatu rencana yang telah ditetapkan dalam
penyesuaian-penyesuaian dan pengendalian.
Ciri-ciri pengukuran kinerja sebagai berikut :
1. Merupakan suatu aspek dari strategi perusahaan.
2. Menetapkan ukuran kinerja melalui ukuran mekanisme komunikasi antar
tingkatan manajemen.
3. Mengevaluasi hasil kinerja secara terus menerus guna perbaikan
pengukuran kinerja pada kesempatan selanjutnya.
Dalam kerangka pengukuran kinerja terdapat strategi perusahaan mengenai
penetapan, pengumpulan data kinerja, evaluasi dan cara pengukuran kinerja. Sebuah
hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan yang menjalankan tugasnya dengan
penuh rasa tanggung jawab sehingga mempermudah dalam mengerjakan tugas yang
diberikan kepadanya.
Akibatnya akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien.
Organisasi pemerintah menggunakan alat untuk mengukur kinerja birokrasi publik,
indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga
36
tingkat efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami
sebagai rasio antara input dan output.
2. Kualitas layanan
Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik,
muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang
diterima dari organisasi publik. Dengan demikian kepuasan dari
masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi
publik.
3. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi mengenali masyarakat,
menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan programprogram pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.
4. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah kegiatan organisasi publik itu
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau
sesuai dengan kebijakan organisasi.
5. Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjukkan pada berapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh
rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan
untuk melihat berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu
konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.
Dapat disimpulkan bahwa jika organisasi pemerintahan ditata dengan benar
dan disesuaiakan dengan kebutuhan organisasi dengan memperhatikan prinsip-
37
prinsip organisasi yaitu mempunyai visi, misi, tujuan dan sasaran dengan jelas, maka
akan dapat mempermudah kinerja aparatur pemerintahan. Keadaan seperti ini
tentunya akan menciptakan pemerintahan yang responsibilitas, responsivitas, dan
akuntabilitas.
Pengertian kinerja dalam arti kuantitatif dan kualitatif didefinisikan sebagai
ekspresi potensi seseorang, suatu perbuatan, suatu prestasi, pameran umum
keterampilan. Apabila dilihat evaluasi kinerja maka kinerja dapat diartikan sebagai
hasil tugas individual, perilaku, dan ciri. Hasil tugas seperti jumlah yang dihasilkan,
jumlah sumber daya yang digunakan, biaya perunit, volume penjualan, kenaikan
penjualan, pertambahan rekening. Perilaku seperti cara melayani, kepemimpinan,
cuti sakit kehadiran, dan ciri seperti sikap yang baik, rasa percaya diri, dan
kooperatif.
Berdasarkan penjelasan dan batasan beberapa pengertian di atas, maka yang
dipakai sebagai konsep kinerja dalam penelitian ini adalah perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya yang dapat diukur dengan tingkat
intensitas seseorang dalam melakukan tugasnya.
2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penilaian Kinerja Karyawan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja karyawan,
yaitu:
a. Karakteristik situasi.
b. Deskripsi pekerjaan, spesialisasi pekerjaan dan standar kinerja.
c. Tujuan-tujuan penilaian kinerja.
d. Sikap para karyawan dan manajer terhadap evaluasi.
38
2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Karyawan
Tujuan dan pokok sistem penilaian kinerja karyawan adalah menghasilkan
informasi yang akurat tentang perilaku dan kinerja anggota organisasi. Semakin
akurat informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja, semakin besar potensi
nilainya bagi organisasi.
Manfaat dari penilaian kinerja karyawan adalah hasil penilaian kinerja
bermanfaat sebagai dasar bagi evaluasi regular terhadap kinerja anggota organisasi.
Apakah seorang karyawan dinilai kompeten atau tidak kompeten, efektif atau tidak
efektif, dapat dipromosikan atau tidak, dan seterusnya adalah didasarkan pada
informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja.
2.1.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Baihaqi (2002) dengan judul
“Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kewirausahaan Terhadap Kepuasan Kerja dan
Kinerja dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening” ditemukan
bahwa gaya kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan. Gaya kepemimpinan kewirausahaan menjadi faktor penting yang
mempengaruhi perilaku kinerja kerja seperti kepuasan, kinerja dan trun over
karyawan. Gaya kepemimpinan kewirausahaan secara langsung mempengaruhi
kepuasan kerja melalui kecermatannya dalam menciptakan pekerjaan dan lingkungan
kerja yang menarik, pelimpahan tanggung jawab serta penerapan peraturan dengan
baik. Maka dari itu, pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang tepat akan
menimbulkan kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya. Di dalam penelitian ini
juga ditemukan gaya kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap
karyawan. Pemimpin sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi
39
diharapkan mampu mengontrol perilaku-perilaku kerja dan mengarahkannya pada
peningkatan produktivitas dan kinerja karyawan.
Hubungan gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja juga telah dibuktikan
oleh penelitian Hayati dan Sari yang berjudul “Keterampilan Kepemimpinan
Pengusaha Industri Skala Kecil” dalam jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia Vol. 22,
no 2, 2007, 194-214. Ditemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kepuasan
karyawan terhadap kinerja karyawan, hasil ini menunjukkan bahwa baik atau
tidaknya kepuasan karyawan pada industri skala kecil akan meningkatkan atau
menurunkan kinerja karyawan.
Di dalam penelitian Kusmawati (2008) yang berjudul “Analisis Pengaruh
Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Kewirausahaan Terhadap Kepuasan
Kerja
untuk
Meningkatkan
Kinerja
Karyawan”
ditemukan
bahwa
gaya
kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui kepuasan kerja.
Dan di dalam penelitian Baharun, Sawai, dan Rathakrishnan yang berjudul
“Hubungan antara Efektivitas Komunikasi dalam Organisasi dengan Kepuasan
Kerja, Prestasi Kerja dan Komitmen Kerja” ditemukan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara efektivitas komunikasi dengan kepuasan kerja. Selain itu di
dalam penelitian Rendy (2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi
dan Efektivitas Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Equity Security
Indonesia” ditemukan bahwa efektivitas komunikasi berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan.
Pengaruh gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi terhadap kepuasan
kerja juga telah dibuktikan oleh penelitian Sulastri (2008) yang berjudul “Pengaruh
Efektivitas Komunikasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja
40
Karyawan PT. Roti Tiga Dara di Sidhoharjo Wonogiri” ditemukan bahwa baik
secara individu maupun bersama-sama varibel efektivitas komunikasi dan gaya
kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Gaya Kepemimpinan
Kewirausahaan (X1)
T1
Kinerja Karyawan (Y)
Efektivitas Komunikasi
(X2)
T2
T3
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
2.3
Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
diajukan tiga hipotesis penelitian sebagai berikut :
1.
Diduga terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan kewirausahaan
terhadap kinerja karyawan pada PT. Tompak Sari Jaya.
2.
Diduga terdapat pengaruh antara efektivitas komunikasi terhadap kinerja
karyawan pada PT. Tompak Sari Jaya.
3.
Diduga terdapat pengaruh yang simultan antara gaya kepemimpinan
kewirausahaan dan efektivitas komunikasi secara simultan terhadap kinerja
karyawan pada PT. Tompak Sari Jaya.
Download