ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NONKEUANGAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING PADA SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Di Indonesia dan Singapura) Hartini, Yen Sun Universitas Bina Nusantara, Jln. Kebon Jeruk Raya No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480, +628978193863, [email protected] ABSTRACT This study aimed to analyze the influence of earnings per share (EPS), debt ratio (DR), current ratio (CR), net profit margin (NPM), company age (AGE), company size (SIZE) and underwriter quality (UND) to underpricing at the time of initial public offering. This study uses secondary data obtained from the site of Indonesian and Singaporean Stock Exchange. Sample of this research is Indonesian and Singaporean companies who perform initial public offering of stock in the period 2009-2012. Method of this research is quantitative descriptive method and multiple linear regression method. Data analysis method are the outlier tests, descriptive statistics, the classical assumption and hypothesis testing. Resultsof this study showed that only earnings per share has significant negative influence to underpricing on Indonesia company data. As for data of Singapore company , earning per share, debt ratio, current ratio, net profit margin, company age, company size and underwriter quality factor does not influence underpricing at the time of initial public offering.. (H) Keywords : Initial Public Offering (IPO), underpricing ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh earnings per share (EPS), debt ratio (DR), current ratio (CR), net profit margin (NPM), umur perusahaan (AGE), ukuran perusahaan (SIZE) dan kualitas underwriter (UND) terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan initial public offering. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia dan Singapura. Sampel data penelitian ini adalah perusahaan Indonesia dan Singapura yang melakukan penawaran umum perdana saham pada periode 2009-2012. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode regresi linear berganda. Metode analisis data antara lain menggunakan uji outlier, statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya earning per share yang berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat underpricing pada data perusahaan Indonesia. Sedangkan untuk perusahaan Singapura, faktor earnings per share, debt ratio, current ratio, net profit margin, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan kualitas underwriter tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering. (H) Kata Kunci : Initial Public Offering (IPO), underpricing PENDAHULUAN Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya tidaklah lepas dari pemenuhan kebutuhan dana untuk pembiayaan kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan yang terus berkembang menjadi perusahaan yang besar dari periode ke periode akan diikuti pula dengan semakin bertambahnya jumlah dana yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan perkembangan perusahaan. Dana yang berasal dari internal perusahaan tidak akan selamanya mampu membiayai kebutuhan dana perusahaan yang semakin meningkat terus menerus selama perusahaan tersebut terus berkembang, sehingga perusahaan membutuhkan sumber dana tambahan dari eksternal perusahaan. Sumber dana tambahan dapat diperoleh melalui penjualan saham ke publik (go public) di pasar modal. Penjualan saham ke publik diharapkan dapat memberikan dana tambahan yang lebih besar bagi perusahaan. Dari perdagangan saham ini perusahaan selain memperoleh dana tambahan juga memperoleh initial return yang merupakan selisih antara harga saham yang ditawarkan pada saat initial public offering dengan harga penutupan saham hari pertama pada saat saham dijual di pasar sekunder. Initial return yang diterima perusahaan dapat berupa underpricing ataupun overpricing. IPO umumnya mengalami underpricing, hal ini terjadi dikarenakan faktor kebutuhan perusahaan akan investor. Selain faktor tujuan perusahaan untuk menarik investor, underpricing juga diperkirakan dapat terjadi dikarenakan pengaruh dari faktor-faktor keuangan maupun nonkeuangan perusahaan terhadap harga saham. Investor akan mempertimbangkan terlebih dahulu tingkat keuntungan dan resiko yang akan diterima investor sebelum melakukan investasi di suatu perusahaan berdasarkan faktor-faktor keuangan maupun nonkeuangan perusahaan terkait. Berdasarkan perhitungan data yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa sebagian besar atau lebih dari 85% perusahaan yang melakukan penawaran perdana saham dari tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami underpricing, baik pada perusahaan-perusahaan Indonesia maupun Singapura. Berdasarkan penjelasan dan kesimpulan tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara faktor-faktor keuangan maupun nonkeuangan terhadap tingkat underpricing yang terjadi pada saat penawaran perdana. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kim, Kish, Vasconcellos (2002) meneliti pengaruh variabel metode penawaran, presentase jumlah penawaran saham, kualitas underwriter, ukuran perusahaan, umur perusahaan, tingkat resiko perusahaan, standard error, subsitusi saham yang ditawarkan, subsitusi grup saham yang ditawarkan, tingkat suku bunga bebas resiko, subscribe, dilution, premium yang terjadi, covariance terhadap initial return dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tipe penawaran, resiko beta, subscribe berpengaruh positif signifikan terhadap initial return, sedangkan variabel presentase penawaran saham, kualitas underwriter, subsitusi saham baru, grup subsitusi saham baru dan premium berpengaruh negatif signifikan terhadap initial return. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, standar error saham, suku bunga bebas resiko, dilution dan covariance tidak berpengaruh signifikan. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Aini (2009) menunjukkan bahwa variabel ROA dan harga saham perdana berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 1%, reputasi penjamin emisi berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 5%, financial leverage dan waktu IPO berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 1%, prosentase saham berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 10% sedangkan variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini menggunakan data dari dua negara yaitu Indonesia dan Singapura yang merupakan dua negara dengan keadaan ekonomi yang berbeda yaitu negara berkembang dan negara maju di Asia Tenggara, yang diteliti secara bersamaan, dengan tujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil pada kedua negara ini ataukah tidak. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh variabel bebas faktor keuangan yang diwakili oleh nilai earning per share (EPS), debt ratio (DR), current ratio (CR) serta net profit margin (NPM) dan faktor nonkeuangan yang diwakili oleh faktor umur perusahaan, ukuran perusahaan serta kualitas underwriter terhadap variabel terikat yaitu tingkat underpricing yang terjadi pada saat pelaksanaan initial public offering. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Landasan Teori Penelitian mengenai initial public offering telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya dari berbagai negara dan juga dari Indonesia. Berbagai macam penelitian tersebut juga memberikan hasil yang beragam pula. Daljono (2000) dengan data perusahaan yang melakukan IPO tahun 1990-1997 di BEJ menemukan bahwa reputasi penjamin emisi dan financial leverage berpengaruh positif signifikan pada initial return. Abdullah (2000) melakukan penelitian terhadap 50 sampel perusahaan yang menunjukkan hasil bahwa variabel besaran perusahaan, profitabilitas perusahaan (ROE), jenis industri manufaktur (dummy), dan persentase saham yang ditawarkan pada publik secara bersama-sama berpengaruh signifikan pada initial return. Sedangkan ketika dilakukan pengujian parsial atau terpisah, hanya variabel jenis industri dan profitabilitas (ROE) yang berpengaruh signifikan pada initial return.Durukan (2002) meneliti variabel metode penawaran, jumlah penawaran, presentase penawaran saham, ukuran perusahaan, umur perusahaan, DER, PER dan tipe investor dan privatisasi dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan metode penawaran saham berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return sedangkan variable umur perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap initial return. Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan. Kim, Kish, Vasconcellos (2002) meneliti pengaruh variabel metode penawaran, presentase jumlah penawaran saham, kualitas underwriter, ukuran perusahaan, umur perusahaan, tingkat resiko perusahaan, standard error, subsitusi saham yang ditawarkan, subsitusi grup saham yang ditawarkan, tingkat suku bunga bebas resiko, subscribe, dilution, premium yang terjadi, covariance terhadap initial return dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tipe penawaran, resiko beta, subscribe berpengaruh positif signifikan terhadap initial return, sedangkan variabel presentase penawaran saham, kualitas underwriter, subsitusi saham baru, grup subsitusi saham baru dan premium berpengaruh negatif signifikan terhadap initial return. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, standar error saham, suku bunga bebas resiko, dilution dan covariance tidak berpengaruh signifikan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Sandhiaji (2004) dengan sampel perusahaan manufaktur yang melakukan IPO tahun 1996-2002, menunjukkan bahwa reputasi underwriter, ROA, umur perusahaan, ukuran perusahaan, berpengaruh signifikan negatif pada underpricing. Sedangkan jumlah saham yang ditahan oleh pemilik lama (ownership retention) dibuktikan berhubungan positif dengan underpricing, dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan pada underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Chen, Kenbata (2008) menunjukkan hasil bahwa variabel reputasi underwriter tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan initial public offering. Penelitian yang dilakukan Syarifah Aini (2009) menunjukkan bahwa variabel ROA dan harga saham perdana berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 1%, reputasi penjamin emisi berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 5%, financial leverage dan waktu IPO berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 1%, prosentase saham berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 10% sedangkan variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing.. Penelitian yang dilakukan Sarma Uli Irawati (2009) terhadap 42 sampel perusahaan menunjukkan hasil bahwa variabel size, ROI, EPS dan financial leverage saja yang memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap initial return perusahaan. Sedangkan variabel reputasi auditor, kualitas underwriter dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap initial return perusahaan pada saat initial public offering. Penelitian oleh Islam et al. (2010), dengan sampel 191 perusahaan yang melakukan IPO di Chittagong Stock Exchange periode 1995-2005, menunjukkan bahwa umur dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif pada initial return. Sedangkan jumlah saham yang ditawarkan dan jenis industri berpengaruh signifikan negatif pada initial return. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Bangassa (2008), dengan sampel perusahaan yang melakukan IPO di China stock market periode 2001-2006, menunjukkan bahwa reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Penelitian oleh Ardhini Yuma Sari (2011) menunjukkan hasil bahwa variabel ukuran perusahaan, return on investment dan current ratio berpengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan variabel umur perusahaan, ukuran penawaran dan earning per share tidak berpengaruh terhadap underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Tian Yuan (2012) menunjukkan hasil bahwa variabel issue size berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing, sedangkan variabel systematic risks dan debt ratio berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing. Untuk variabel firm age, underwriter reputation, P/E ratio dan ROA diperoleh hasil bahwa keempat variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap underpricing. Dan pada penelitian yang dilakukan oleh Rani Wulandari Lestari (2013) menunjukkan hasil bahwa variabel net profit margin, return on assets dan return on equity memiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada saat initial public offering. Ringkasan penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. Hipotesis Klasifikasi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H0 : β = 0 Ha : β ≠ 0 H0 = Variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Ha = Variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat Bila H0 diterima, maka Ha tidak diterima, yang berarti variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan bila H0 tidak diterima, maka Ha diterima, yang berarti variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Pengaruh Earnings per share (EPS) terhadap Underpricing Earning per Share merupakan jumlah laba yang diperoleh dan tersedia untuk tiap lembar saham biasa yang beredar yang dimiliki para pemegang saham. Nilai EPS yang tinggi akan dapat menarik lebih banyak minat investor untuk berinvestasi dalam perusahaan, sehingga akan menurunkan tingkat underpricing selama penawaran perdana saham. Dengan kata lain, besar kecilnya nilai EPS perusahaan akan mempengaruhi jumlah investasi yang akan terjadi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat underpricing pada saat penawaran perdana saham. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sarma Uli Irawati (2009) menunjukkan hasil bahwa nilai EPS berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return atau underpricing (karena dalam penelitiannya diketahui bahwa nilai initial return yang digunakan adalah yang bernilai positif), sedangkan hasil ini berbeda dengan hasil dalam penelitian Ardhini Yuma Sari (2011) yang disimpulkan bahwa nilai EPS tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H01 : Earnings per share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Ha1 : Earnings per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Pengaruh Debt Ratio (DR) terhadap Underpricing Debt Ratio mewakili besarnya utang yang dimiliki perusahaan, yang digunakan untuk pengoperasian perusahaannya. Perusahaan dengan tingkat DR yang tinggi akan kurang diminati oleh para investor karena hal tersebut juga diiringi dengan tingginya tingkat resiko yang dimiliki perusahaan. Sedangkan perusahaan dengan tingkat DR yang rendah akan lebih diminati oleh para investor dikarenakan tingkat resiko yang dimiliki rendah. Dengan kata lain, tinggi rendahnya nilai DR perusahaan akan mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran jumlah saham pada saat penjualan saham di pasar sekunder dan akan mempengaruhi harga saham. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat underpricing pada saat penawaran perdana saham. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sarma Uli Irawati (2009) disimpulkan bahwa variabel financial leverage yang diwakili dengan perhitungan debt ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat initial return atau berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat underpricing. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuan Tian (2012) yang menunjukkan bahwa variabel debt ratio berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H02 : Debt Ratio (DR) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Ha2 : Debt Ratio (DR) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Underpricing Current Ratio (CR) mewakili tingkat likuiditas suatu perusahaan. semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan maka akan semakin menarik minat para investor untuk menanamkan dana mereka pada perusahaan. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang rendah memiliki tingkat resiko yang tinggi, dikarenakan kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya rendah. Dengan kata lain, bila kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan rendah lalu bagaimana peruahaan dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Tinggi rendahnya nilai CR perusahaan akan mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran saham saham pada saat penjualan saham di pasar sekunder, dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat underpricing pada saat penawaran perdana saham. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Ardhini Yuma Sari (2011) menunjukkan bahwa variabel current ratio berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H03 : Current Ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Ha3 : Curentt Ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Underpricing Net Profit Margin (NPM) menggambarkan baik buruknya kemampuan perusahaan yang dalam menghasilkan pendapatan atau meningkatkan jumlah penjualan. Nilai NPM perusahaan yang tinggi akan lebih diminati oleh para investor karena nilai keuntungan yang akan diperoleh investor pun akan tinggi. Dengan kata lain, tinggi rendahnya nilai NPM perusahaan akan mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran saham pada saat penjualan saham di pasar sekunder, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Sehingga tingkat underpricing pada saat penawaran perdana saham pun akan terpengaruhi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rani Wulandari Lestari (2013) menunjukkan hasil bahwa variabel net profit margin memiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada saat pelaksanaan initial public offering yang berarti dengan meningkatnya harga saham pada saat initial public offering maka tingkat underpricing akan menurun. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H04 : Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Ha4 : Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Underpricing Umur perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dan terus beroperasi selama mungkin. Semakin lama umur suatu perusahaan menunjukkan kualitas manajemen perusahaan yang baik dalam menjalankan perusahaan. Umur perusahaan yang masih baru atau tidak terlalu lama memiliki resiko kerugian yang lebih tinggi bagi para investor dan juga memiliki informasi yang kurang mencukupi untuk dapat meyakinkan para investor. Oleh karena itu, umur perusahaan dapat mempengaruhi jumlah investasi yang akan terjadi selama penawaran umum perdana saham dan jumlah investasi yang terjadi akan mempengaruhi tingkat underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Daljono (2000), Kim, kish, Vasconcellos (2002), Syarifah Aini (2009), Ardhini Yuma Sari (2011) dan Yuan Tian (2012) menunjukkan hasil bahwa variabel umur perusahaan atau firm age tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Islam et al. (2010) menunjukkan hasil bahwa variabel umur perusahaan atau firm age berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing, dan pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002) dan Sandhiaji (2004) menunjukkan hasil bahwa variabel umur perusahaan memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H05 : Umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Ha5 : Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Underpricing Ukuran perusahaan menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam mengembangkan bisnis perusahaan menjadi lebih baik, luas dan lebih besar. Para investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang berskala besar, yang akan memberikan lebih banyak keuntungan bagi para investor. Maka, ukuran perusahaan akan mempengaruhi jumlah investasi yang akan terjadi selama penawaran umum perdana saham, dimana jumlah investasi ini pada akhirnya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat underpricing yang akan terjadi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (200), Kim, kish, Vasconcellos (2002) dan Syarifah Aini (2009) menunjukkan hasil bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Sandhiaji (2004), Islam et al. (2010) dan Ardhini Yuma Sari (2011) menunjukkan hasil bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap inital return yang berarti berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing, serta pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002) dan Sarma Uli Irawati (2009) disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H06 : Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Ha6 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Pengaruh Kualitas Underwriter terhadap Underpricing Underwriter merupakan pihak yang berperan dalam penentuan harga saham yang akan dijual dalam penawaran umum perdana saham bersama dengan pihak perusahaan (emiten). Tinggi rendahnya tingkat underpricing juga dipengaruhi oleh harga saham yang disepakati oleh underwriter dengan perusahaan, underwriter yang memiliki kualitas baik akan mampu meminimalisir tingkat underpricing serendah mungkin agar tidak merugikan perusahaan. Oleh karena itu, kualitas underwriter mempengaruhi harga saham yang ditawarkan, yang pada akhirnya harga tersebut akan mempengaruhi tingkat underpricing yang akan terjadi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chen, Kenbata (2008), Sarma Uli Irawati (2009) dan Yuan Tian (2012) menunjukkan hasil bahwa variabel reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kim, kish, Vasconcellos (2002) disimpulkan bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat initial return yang berarti berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Daljono (2000), Sandhiaji (2004) dan Syarifah Aini (2009) yang menyimpulkan bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H07 : Kualitas underwriter tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. Ha7 : Kualitas underwriter berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO. METODE PENELITIAN Objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan Indonesia dan Singapura yang melaksanakan initial public offering pada tahun 2009 hingga tahun 2012, yang berjumlah sebanyak 186 perusahaan. Dari populasi tersebut dipilih 120 perusahaan sebagai sampel penelitian. Sampel ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria yang ditetapkan peneliti untuk menentukan sampel dalam penelitian ini yaitu: (1) Sampel merupakan perusahaan yang melakukan initial public offering pada tahun 2009 hingga tahun 2012; (2) Sampel merupakan perusahaan yang mengalami underpricing pada saat pelaksanaan initial public offering pada tahun 2009 hingga tahun 2012; (3) Sampel merupakan perusahaan yang memiliki data lengkap dan dapat diandalkan kebenarannya. Data yang harus dimiliki sampel antara lain data initial public offering, dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit. Jenis penelitian ini berdasarkan pendekatannya yaitu dengan melakukan pengujian hipotesis termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pengujian hipotesis ini merupakan penelitian kausal. Berdasarkan dimensi waktunya, penelitian ini bersifat cross sectional sesuai dengan data tingkat underpricing perusahaan yang digunakan dan bersifat time series berdasarkan data keuangan yang berbeda periode waktunya. Kedalaman penelitian ini bersifat studi kasus karena penelitian bersifat mendalam dan tidak dapat digeneralisasikan pada perusahaan lain. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tidak langsung dimana data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Singapura. Lingkungan penelitian bersifat field setting berupa perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Singapura. Pada penelitian ini, sampel dikumpulkan dengan menggunakan metode library research, yaitu dengan mengambil data langsung dari arsip online Bursa Efek Indonesia dan Singapura. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif yaitu dengan menggunakan metode dependen regresi berganda yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu atau lebih variabel bebas(metrik) dengan satu variabel terikat (metrik) dalam penelitian ini. Metode Analisis Data Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas apakah terdapat hubungan positif atau negatif. Untuk menguji hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini digunakan model persamaan regresi sebagai berikut: Underpricing = bo + b1[EPS] + b2[DR] + b3[CR] + b4[NPM] + e Underpricing = bo + b1[AGE] + b2[SIZE] + b3[UND] + e Dimana: bo = Konstanta NPM = Net profit margin b1-4 = Koefisien regresi AGE = Umur perusahaan EPS = Earning per share SIZE = Ukuran perusahaan DR = Debt ratio UND = Reputasi underwriter CR = Current ratio e = Random error Bila nilai koefisien regresi bernilai positif maka dapat diindikasikan terdapat pengaruh searah antara nilai variabel bebas dengan nilai variabel terikat. Sedangkan bila nilai koefisien regresi bernilai negatif maka terdapat indikasi pengaruh negatif antara nilai variabel bebas dengan nilai variabel terikat dimana kenaikan nilai variabel bebas akan mengakibatkan penurunan terhadap nilai variabel terikat. Ketepatan fungsi regresi secara statistik diukur dengan tiga uji statistik berikut: 1. Uji Statistik t Uji statistik t atau uji signifikan parameter individual digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Dalam uji ini level signifikan yang digunakan adalah sebesar 5% atau α = 0,05, dengan hipotesis: Jika, signifikansi nilai t > α , maka H0 diterima Jika, signifikansi nilai t < α , maka Ha tidak diterima 2. Uji Statistik F Uji statistik F atau uji kelayakan model digunakan untuk menguji apakah semua variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat ataukah tidak. Dalam penelitian ini level signifikan yang digunakan sebesar 5% atau α = 0,05, dengan hipotesis: Jika, signifikansi nilai F > α , maka H0 diterima Jika, signifikansi nilai F < α , maka Ha tidak diterima 3. Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (R²) menunjukkan seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Nilai R² berkisar antara 0 hingga 1. Bila nilai R² mendekati 0 maka kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat terbatas, sedangkan bila nilai R² mendekati 1 maka variabel-variabel bebas mampu memberikan semua informasi variabel terikat yang dibutuhkan. Namun pada koefisien determinasi bila satu variabel bebas ditambahkan maka nilai R² pun akan bertambah tanpa memperhitungkan pengaruh signifikan yang dimiliki variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat, karena kelemahan analisis R² tersebut menyebabkan para peneliti sebelumnya menggunakan analisis tambahan yaitu analisis nilai adjusted R² pada model regresi untuk memberikan hasil yang lebih akurat. Karena pada analisis adjusted R², bila ditambahkan satu variabel bebas, nilainya dapat naik atau turun tergantung pada pengaruh signifikan yang dimiliki variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat. No. Variabel 1 Underpricing 2 Earnings per share (EPS) 3 Debt to Ratio (DR) 4 Current Ratio (CR) 5 Net Profit Margin (NPM) 7 8 9 Umur Perusahaan (AGE) Ukuran Perusahaan (SIZE) Kualitas Underwriter (UND) Tabel 1 Pengukuran Variabel Pengukuran CP – OP Underpricing = x100% OP Earnings available for common stockholders Earning per Share = x100% Number of shares of common stock outstanding Total liabilities Debt Ratio = x 100% Total assets Current assets Current Ratio = x100% Current liabilities Earnings available for common stockholders Net Profit Margin = x 100% Sales/Revenue Dihitung dari sejak perusahaan berdiri hingga saat perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham dan diukur dengan menggunakan skala tahunan. Diukur dengan menggunakan logaritma dari total aktiva perusahaan pada periode terakhir sebelum perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham. SIZE = LN(ΣAset) Diukur dengan menggunakan skala tahunan atas umur atau lama perusahaan underwriter berdiri hingga saat perusahaan (emiten) melakukan penawaran umum perdana saham. HASIL DAN BAHASAN Analisis Regresi Linear Berganda Uji Statistik t Perusahaan Indonesia Tabel 6 Hasil Uji Statistik t (Faktor Keuangan) Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) .281 .038 EPS -.000008700 .000 -.262 1 DR -.0000006112 .000 -.213 CR .00001636 .000 .211 NPM .002 .001 .195 Model 1 (Constant) AGE SIZE UND Tabel 7 Hasil Uji Statistik t (Faktor Nonkeuangan) Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta .491 .299 -.003 .002 -.195 .003 .011 .036 -.011 .006 -.233 t 7.351 -2.025 -1.661 1.618 1.493 t 1.640 -1.483 .261 -1.737 Sig. .000 .047 .102 .111 .141 Sig. .107 .144 .795 .088 Persamaan regresi yang dapat diturunkan dari hasil analisis yang disajikan dalam tabel 4.25 dan tabel 4.26 untuk variabel faktor keuangan dan non keuangan perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut: Underpricing = 0,281 - 0,000008700[EPS] - 0,0000006112[DR] + 0,00001636[CR] + 0,002[NPM] + 0,038 Underpricing = 0,491– 0,003[AGE] + 0,003[SIZE] – 0,011[UND] + 0,299 Pada hasil uji t diketahui bahwa EPS memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,000008700. Maka dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan satu satuan earnings per share akan diikuti dengan penurunan tingkat underpricing sebesar 0,000008700 satuan. Kemudian pada hasil uji t diatas juga diketahui bahwa nilai t variabel EPS yang diperoleh adalah sebesar -2,025 dengan nilai signifikansi sebesar 0,047 lebih kecil dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima yang berarti earnings per share berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat underpricing pada saat IPO. Pada hasil uji t diatas diketahui bahwa nilai t variabel DR yang diperoleh adalah sebesar -1,661 dengan nilai signifikansi sebesar 0,102 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha2 tidak diterima yang berarti debt ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat IPO. Pada hasil uji t diatas, nilai t variabel CR diperoleh adalah sebesar 1,618 dengan nilai signifikansi sebesar 0,111 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha3 tidak diterima yang berarti current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat IPO. Pada hasil uji t diatas diketahui bahwa nilai t variabel NPM diperoleh sebesar 1,493 dengan nilai signifikansi sebesar 0,141 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha4 tidak diterima yang berarti net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat IPO. Untuk variabel AGE diperoleh nilai t sebesar -1,483 dengan nilai signifikansi sebesar 0,144 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha5 tidak diterima yang berarti umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat IPO. Pada hasil uji t diatas diketahui bahwa nilai t variabel SIZE yang diperoleh adalah sebesar 0,261 dengan nilai signifikansi sebesar 0,795 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha6 tidak diterima yang berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat IPO. Dan untuk variabel UND (kualitas underwriter) diketahui nilai t sebesar -1,737 dengan nilai signifikansi sebesar 0,088 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha7 tidak diterima yang berarti kualitas underwriter tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat IPO. Perusahaan Singapura (Constant) EPS DR CR NPM Tabel 8 Hasil Uji Statistik t (Faktor Keuangan) Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta .282 .088 .000001456 .000 .042 .001 .003 .066 .00004157 .000 .112 -.002 .003 -.178 (Constant) AGE SIZE UND Tabel 9 Hasil Uji Statistik t (Faktor Nonkeuangan) Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta .427 .316 -.00003565 .004 -.001 -.006 .017 -.057 -.001 .001 -.167 Model 1 Model 1 t 3.191 .304 .236 .776 -.648 t 1.352 -.009 -.381 -1.108 Sig. .002 .763 .814 .441 .520 Sig. .182 .993 .705 .273 Persamaan regresi yang dapat diturunkan dari hasil analisis yang disajikan dalam tabel 4.27 dan tabel 4.28 untuk variabel faktor keuangan dan non keuangan perusahaan Singapura adalah sebagai berikut: Underpricing = 0,282 + 0,000001456[EPS] - 0,001[DR] + 0,00004157[CR] + 0,002[NPM] + 0,088 Underpricing = 0,427– 0,00003565[AGE] - 0,006[SIZE] – 0,001[UND] + 0,316 Pada hasil uji t diatas diketahui bahwa nilai t variabel EPS yang diperoleh adalah sebesar 0,304 dengan nilai signifikansi sebesar 0,763 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha1 tidak diterima yang berarti earnings per share tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat IPO. Pada hasil uji t diatas diketahui bahwa nilai t variabel DR yang diperoleh adalah sebesar 0,236 dengan nilai signifikansi sebesar 0,814 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha2 tidak diterima yang berarti debt ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat IPO. Untuk variabel CR diperoleh nilai t sebesar 0,776 dengan nilai signifikansi sebesar 0,441 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha3 tidak diterima yang berarti current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat IPO. Pada hasil uji t diatas diketahui bahwa nilai t variabel NPM diperoleh sebesar -0,648 dengan nilai signifikansi sebesar 0,520 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha4 tidak diterima yang berarti net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat IPO. Hasil uji t menunjukkan nilai t variabel AGE yang diperoleh adalah sebesar -0,009 dengan nilai signifikansi sebesar 0,993 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha5 tidak diterima yang berarti umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing penawaran umum perdana saham. Pada hasil uji t diatas diketahui bahwa nilai t variabel SIZE yang diperoleh adalah sebesar -0,381 dengan nilai signifikansi sebesar 0,705 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha6 tidak diterima yang berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing penawaran umum perdana saham. Dan nilai t variabel UND yang diperoleh adalah sebesar -1,108 dengan nilai signifikansi sebesar 0,273 lebih besar dari nilai α =0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha7 tidak diterima yang berarti kualitas underwriter tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing penawaran umum perdana saham. Uji Statistik F Perusahaan Indonesia Model 1 Regression Residual Total Model 1 Regression Residual Total Tabel 10 Hasil Uji Statistik F (Faktor Keuangan) Sum of Squares df Mean Square .580 4 .145 3.482 59 .059 4.062 63 Tabel 11 Hasil Uji Statistik F (Faktor Nonkeuangan) Sum of Squares df Mean Square .352 3 .117 3.253 55 .059 3.605 58 F 2.457 F 1.981 Sig. .055b Sig. .127b Dari hasil pengujian statistik F untuk variabel faktor keuangan perusahaan Indonesia diperoleh nilai F sebesar 2,457 dengan nilai signifikansi sebesar 0,055 > α (α = 0,05). Maka H0 diterima dengan kesimpulan bahwa variabel bebas faktor keuangan yaitu EPS (earning per share), DR (debt ratio), CR (current ratio) dan NPM (net profit margin) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu underpricing. Sedangkan hasil pengujian statistik F untuk 1,981 dengan nilai signifikansi sebesar 0,127 < α (α = 0,05). Maka Ha tidak diterima dengan kesimpulan bahwa variabel bebas faktor nonkeuangan yaitu AGE (umur perusahaan), SIZE (ukuran perusahaan) dan UND (kualitas underwriter) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu underpricing. Perusahaan Singapura Regression Residual Total Tabel 12 Hasil Uji Statistik F (Faktor Keuangan) Sum of Squares df Mean Square .159 4 .040 4.105 53 .077 4.264 57 Regression Residual Total Tabel 13 Hasil Uji Statistik F (Faktor Nonkeuangan) Sum of Squares df Mean Square .170 3 .057 4.094 54 .076 4.264 57 Model 1 Model 1 F .512 Sig. .727b .749 Sig. .528b F Dari hasil pengujian statistik F untuk variabel faktor keuangan perusahaan Singapura diperoleh nilai F sebesar 0,512 dengan nilai signifikansi sebesar 0,727 > α (α = 0,05). Maka H0 diterima dengan kesimpulan bahwa variabel bebas faktor keuangan yaitu EPS (earning per share), DR (debt ratio), CR (current ratio) dan NPM (net profit margin) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu underpricing. Sedangkan hasil pengujian statistik F untuk variabel faktor nonkeuangan perusahaan Singapura diperoleh nilai F sebesar 0,749 dengan nilai signifikansi sebesar 0,528 > α (α = 0,05). Maka H0 diterima dengan kesimpulan bahwa variabel bebas faktor nonkeuangan yaitu AGE (umur perusahaan), SIZE (ukuran perusahaan) dan UND (kualitas underwriter) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu underpricing. Koefisien Determinasi (R²) Perusahaan Indonesia Tabel 14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) (Faktor Keuangan) Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate a 1 .378 .143 .085 .24294 Tabel 15 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) (Faktor Nonkeuangan) Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 .312a .098 .048 .24320 Berdasarkan hasil pengujian diatas diperoleh nilai R² untuk faktor keuangan perusahaan Indonesia adalah sebesar 0,143, nilai ini lebih mendekati angka 0 dan nilai adjusted R square sebesar 0,085 yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel bebas perusahaan Indonesia yaitu EPS (earning per share), DR (debt ratio), CR (current ratio) dan NPM (net profit margin) dalam menjelaskan variasi variabel terikat yaitu underpricing amat terbatas dan hanya sebesar 8,5%. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.34 diperoleh nilai R² untuk faktor nonkeuangan perusahaan Indonesia adalah sebesar 0,098 dengan nilai adjusted R square sebesar 0,048. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas nonkeuangan yang terdiri dari AGE (umur perusahaan), SIZE (ukuran perusahaan) dan UND (kualitas underwriter) dalam menjelaskan variasi variabel terikat yaitu underpricing amat terbatas dan hanya sebesar 4,8%. Perusahaan Singapura Tabel 16 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) (Faktor Keuangan) Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 .193a .037 -.035 .278317 Tabel 17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) (Faktor Nonkeuangan) Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 .200a .040 -.013 .275332 Berdasarkan hasil pengujian diatas diperoleh nilai R² untuk faktor keuangan perusahaan Singapura adalah sebesar 0,037 dengan nilai adjusted R square sebesar -0,035. Menurut Gujarati (1988) jika dalam uji empiris diperoleh nilai adjusted R square negatif, maka nilai adjusted R square dianggap bernilai nol, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas perusahaan Singapura yaitu EPS (earning per share), DR (debt ratio), CR (current ratio) dan NPM (net profit margin) tidak memiliki kemampuan dalam menjelaskan variasi variabel terikat yaitu underpricing, dengan persentase kemampuan sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.36 diperoleh nilai R² untuk faktor nonkeuangan perusahaan Singapura adalah sebesar 0,040 dengan nilai adjusted R square sebesar -0,013, hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari AGE (umur perusahaan), SIZE (ukuran perusahaan) dan UND (kualitas underwriter) juga tidak memiliki kemampuan dalam menjelaskan variasi variabel terikat yaitu underpricing, dengan persentase kemampuan sebesar 0%. Terdapat perbedaan hasil pada uji data Indonesia dengan Singapura, dimana pada data Indonesia menunjukkan hasil uji t dengan variabel earning per share berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan initial public offering, sedangkan pada data Singapura diperoleh hasil uji t dengan variabel earning per share tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap tingkat underpricing seperti faktor keadaan ekonomi nasional, persentase penawaran saham, rasio return on assets, rasio return on equity, jenis industri, kualitas auditor, ownership retention, waktu listing, metode penawaran dan faktor-faktor lainnya. Hasil uji koefisien determinasi (R²) menunjukkan nilai R square yang sangat kecil dan diikuti dengan nilai adjusted R square yang semakin kecil bahkan bernilai negatif pada data Singapura, maka dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini memilki kemungkinan sangat tidak cocok atau model regresi terlalu sederhana meskipun lolos dari uji asumsi klasik, sehingga hasilnya dapat diragukan/dirasa kurang memuaskan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, peneliti membuat beberapa kesimpulan yang dipisahkan antara perusahaan Indonesia dan Singapura dengan tujuan untuk perbandingan hasil sebagai berikut: A. Perusahaan Indonesia Earning per Share (EPS) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat underpricing yang diperoleh perusahaan pada saat pelaksanaan IPO. Sedangkan variabel Debt Ratio (DR), Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Umur perusahaan, Ukuran perusahaan dan Kualitas underwriter tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat underpricing yang diperoleh perusahaan pada saat pelaksanaan IPO. B. Perusahaan Singapura Pada uji atas data Singapura dapat disimpulkan bahwa variabel Earning per Share (EPS) Debt Ratio (DR), Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Umur perusahaan, Ukuran perusahaan dan Kualitas underwriter tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat underpricing yang diperoleh perusahaan pada saat pelaksanaan IPO. REFERENSI Abdullah, Syukriy. (2000). Fenomena Underpricing Dalam Penawaran Saham Perdana (IPO) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 3 (1): 65-83. Agusyana, Y., dan Islandscript. (2011). Olah data skripsi dan penelitian dengan SPSS 19. Jakarta: Elex Media Komputindo.. Aini, Syarifah. (2009). Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Perusahaan yang Melakukan InitialPpublic Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Algifari. (1997). Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada. Amin, A. (2007). Pendeteksian Earning Management, Underpricing dan Pengukuran Kinerja Perusahaan yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offering (IPO) di Indonesia. Simposium Naional Akuntansi 10, Makassar. Ang, Robert. 1997. Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia. Byung-Ju, Kim., Kish, Richard J., dan Vasconcellos, Geraldo M. (2002). The Korean IPO Market: Initial Returns. Review of Pacific Basin Financial Markets and Policies. 5 (2): 219-253. Su, Chen dan Bangassa, Kenbata. (2008): Underpricing and Long-run Performance of Chinese IPOs: The Role of Underwriter Reputation. Financial Markets and Portfolio Management. 25 (1): 53-74. Daljono. (2000). Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Initial Return Saham yang Listing di BEJ Tahun 1990-1997. Simposium Nasional Akuntansi 3 : 556-772. Darmadji, T dan Fakhrudin M.H. (2001). Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Durukan, M. Banu. (2002). The Relationship between IPO Return and Factors Influencing IPO Performance : Case of Istambul Stock Exchange. Manajerial Finance. 28 (2): 18-38. Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis Multivariative Dengan Program IBM SPSS 20, Edisi Enam. Semarang: Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence C. (2009). Principles of Managerial Finance, 12th Edition. Boston: AddisonWesley. Gujarati, D. N. (1988). Basic Econometrics, 2nd Edition. New York: McGraw-Hill, Inc. Ibrahim, Hadiasman. (2008). Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan DER terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang. Irawati, Sarma Uli. (2009). Analisis Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Gunadarma, Depok. Islam, Md. Aminul., Ali, Ruhani dan Ahmad, Zamri. (2010). An Empirical Investigation of The Underpricing of Initial Public Offerings in The Chittagong Stock Exchange. International Journal of Economics and Finance. 2 (4): 36-46. Lestari, Rani Wulandari. (2013). The Influence of Financial Performance on Company’s IPO Price. Tesis. Brawijaya University, Malang. Martani, Dwi, Mulyono dan Khairurizka, Rahfiani. (2009): The Effect of Financial Ratios, Firm Size, and Cash Flow From Operating Activities in The Interim Report to The Stock Return. Chinese Business Review. 8 (6) : 44-55. Sandhiaji, Bram Nugroho. (2004). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO) Periode Tahun 1996-2002. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang. Sari, Ardhini Yuma. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada perusahaan Non Keuangan yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang. Tian, Yuan. (2012). An Examination Factors Influencing Under-pricing of IPOs on The London Stock Exchange. Tesis. Saint Mary’s University, Canada. RIWAYAT PENULIS Hartini lahir di kota Peganak Jebus, Bangka pada tanggal 05 Juni 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang akuntansi pada 2013.