I. PENDAHULUAN Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya) topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-pergerakan pada kerak bumi. Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi (morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur, proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai struktur-struktur yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi. Proses-proses yang umum terjadi adalah proses erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-sifat lainnya dari batuan. Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda (youth), dewasa (maturity), tahapan tua (old age).Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainase dengan jumlah panjang dan kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan) geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai Siklus Geomorfik. 1 II. PEMBAHASAN Berdasarkan ilmu pengetahuan kebumian, teori yang menjelaskan mengenai bumi yang dinamis (mobil) dikenal dengan Tektonik Lempeng. Teori tektonika Lempeng adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir semua atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang disebut Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua sisanya). 2.1 Geomorfologi Kota Jember Luas wilayahnya 3.293,34 km persegi. Luas kota 95,91 km persegi. Ketinggian 0 sampai 3.3oo meter di atas permukaan laut. Ketinggian daerah kota kurang lebih 87 meter diatas permukaan laut. Itu bisa kita lihat di stasiun kota Jember. Secara geografis kota jember berada pada Letak geografis Kabupaten Jember berada di posisi 6°27'9'' s/d 7°14'33'' Bujur Timur dan 7°59'6'' s/d 8°33'56'' Lintang Selatan. Sebelah utara : Bondowoso dan Probolinggo. Sebelah timur : dengan Banyuwangi. Sebelah barat : Lumajang. sebelah selatan : samudra Indonesia. TOPOGRAFI 2 Jember memiliki luas 3.293,34 Km2 dengan ketinggian antara 0 – 3.330 mdpl. Iklim Kabupaten Jember adalah tropis dengan kisaran suhu antara 23oC – 32oC. Pada kawasan ini terdapat Taman Nasional Meru Betiri yang berbatasan dengan wilayah administratif kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Jember memiliki luas wilayah 3.293,34 km2 atau 329.333,94 Ha. Dari segi topografi sebagian Kabupaten Jember di wilayah bagian selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur untuk pengembangan tanaman pangan, sedangkan di bagian utara merupakan daerah perbukitan dan bergunung-gunung yang relatif baik bagi pengembangan tanaman keras dan tanaman perkebunan. Dari luas wilayah tersebut dapat dibagi menjadi berbagai kawasan : Kawasan Luas Wilayah Hutan 121.039,61 ha Perkampungan 31.877 ha Sawah 86.568,18 ha Tegal 43.522,84 ha Perkebunan 34.590,46 ha Tambak 368,66 ha Rawa 35,62 ha Semak/padang rumput 289,06 ha Tanah rusak/tandus 1.469,26 ha Lain-lain 9.583,26 ha TEKTONIK Wilayah jember merupakan wilayah yang diapit oleh beberapa gunung yang memiliki pergerakan lempeng yang cukup besar. Jember dikelilingi oleh Taman Nasional Meru Betiri ,Gunung Watu pecah, Gunung manggar, gunung argopuro, gunung sadden, dan lempeng samudra Indonesia yang menyebabkan permukaan atas bumi berubah membentuk lipatan-lipatan bumi. 2.2 Geomorfologi Kota Lumajang 3 Secara geografis Kabupaten Lumajang terletak pada 112°53′–113°23′ Bujur Timur dan 7°54′–8°23′ Lintang Selatan. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Lumajang adalah 1790,90 km2atau 3,74% dari luas Propinsi Jawa Timur. Luas tersebut terbagi dalam 21 Kecamatan yang meliputi 197 Desa dan 7 kelurahan. Kabupaten Lumajang terdiri dari dataran yang subur karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru dengan ketinggian 3.676 m, Gunung Bromo dengan ketinggian 3.2952 m, dan Gunung Lamongan yang tingginya 1.668 m. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut : Sebelah barat : Kabupaten Malang Sebelah utara : Kabupaten Probolinggo Sebelah timur : Kabupaten Jember Sebelah selatan : Samudera Indonesia Kondisi geologi merupakan kondisi suatu wilayah berdasarkan struktur dan komposisi batuan yang terdapat pada lapisan bumi yang meliputi topografi maupun bentuk permukaannya. Formasi geologi terdiri dari beberapa macam yaitu kuarter (Q), Mesozoikum (Mz), batuan beku dalam ultra basa (Pdt), Miosen bawah (L Mi), Sekis hablur (Pr), Mio Pliosen (Mi Pi), batuan beku dalam basa (Gb), Paleogen (Pg), dan batuan beku dalam asam kapur (K Gr). Ditinjau dari segi batuan pembentuk struktur geologi wilayah, kawasan Kabupaten Lumajang terdiri dari jenis batuan Old Kwarter Vulkanik, Young Kwarter Vulkanik, dan Alluvium. Pada umumnya Kabupaten Lumajang disusun oleh formasi batuan Alluvium (68.005,87 Ha) yang mencapai 38% dan terkecil Miosen Sedimentary 8% dari luas wilayah. Berdasarkan pengamatan peta geologi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Geologi dan Pertambangan tahun 1977, maka di Kabupaten Lumajang terdapat 4 peristiwa geologi yaitu Kuartier Tua, Kuartier Muda, Halosen, dan Miosen. Hasil gunung api Kuartier Muda maupun Tua (Vulkanik) merupakan batuan pembentuk tanah yang paling luas terdapat pada Kabupaten Lumajang 71,76 % dari luas wilayah. Batuan 4 pembentuk lain yang cukup luas adalah Aluvium yaitu 21,06 %, dan fasies Sedimen merupakan areal yang paling sedikit yaitu 7,18 %. Dilihat dari penyebaran letak batuan yang dibentuk pada zaman Kuartier hampir seluruhnya berada pada daerah yang berlereng lebih 2% dan pada ketinggian antara 100 m sampai lebih dari 1000 m. Sejalan dengan keadaan tersebut batuan yang dibentuk pada zaman Meosen (Melosen sedimentary) menyebar pada daerah datar maupun berlereng, tetapi dengan ketinggian kurang dari 1000 m dan terbanyak pada daerah 100-500 m dari permukaan laut (dpl). Sedangkan batuan yang dibentuk pada zaman Halocen (aluvium) terdapat pada daerah berlereng 0 – 2 % dengan ketinggian kurang dari 100 m dari permukaan laut (dpl). Daerah Kabupaten Lumajang disusun secara geologi oleh batuan-batuan dari Formasi Mandalika (Formasi Wuni, Tuf Argopuro), Batuan Gunung api Jembangan (Tengger, Semeru, dan Lamongan), Endapan Rawa, dan Aluvium. Secara stratigrafi Formasi Mandalika merupakan satuan tertua di wilayah ini yang diperkirakan berumur Oligosen Akhir-Miosen Awal menempati sebagian kecil wilayah kabupaten Lumajang bagian barat daya. Wilayah ini juga terdiri atas batuan piroklastik dan lava bersusunan andesitik – basaltik yang umumnya telah terpropilitkan. Tidak selaras diatas batuan gunung api tua ini diendapkan Formasi Wuni berumur Miosen Tengah yang bercirikan perselingan breksi, lava, breksi tufa, breksi lahar, dan tufa pasiran yang tersebar di sebagian kecil daerah bagian barat daya. Kedua formasi diatas ditutupi oleh satuansatuan stratigrafi berumur Plistosen yang disusun oleh Tuf Argopuro di bagian timur, hasil kegiatan gunung api Jembangan, Tengger, dan Semeru di bagian utara dan tengah, serta hasil kegiatan gunung api Lamongan di bagian timur laut. Endapan rawa diendapkan di bagian selatan wilayah Kecamatan Pronojiwo sementara aluvium menempati bagian pedataran di sebelah timur wilayah Kabupaten Lumajang. Mengacu kepada kondisi geologi daerah Kabupaten Lumajang yang disusun terutama oleh batuan-batuan piroklastik dan lava, maka produk gunung api di daerah tersebut dapat dikategorikan ke dalam sekwen susunan batuan dari gunung api komposit. Luas sebaran dan besarnya volume produk gunung api tersebut telah membentuk sumber daya bahan galian C yang signifikan di wilayah Lumajang sehingga menciptakan potensi untuk dikelola dan dimanfaatkan secara optimal sebagai penunjang 5 perekonomian daerah. Teridentifikasi berbagai jenis bahan galian golongan C yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan bahan industri sebagai berikut ( Pemerintah Kabupaten Lumajang, Bagian Ekonomi dan Kesra, 2003 ) : 1. Pasir dan batuan Pasir dan beraneka ragam ukuran batu mempunyai potensi terbesar di wilayah kabupaten Lumajang yang tersebar di beberapa daerah kecamatan terutama pada aliran kali-kali Leprak, Glidik, Besuksat, Mujur, Rejali, dan sungai-sungai lain berukuran besar/kecil yang berperan sebagai saluran transportasi bahan-bahan rombakan hasil erupsi G. Mahameru. Teridentifikasi bahwa sumber daya bahan galian pasir dan batu hasil kegiatan erupsi G. Mahameru yang berkesinambungan telah menciptakan pendangkalan badan-badan sungai yang dilaluinya dan sekaligus menjadi lahan penambangan utama bahan galian dimaksud. Kuantitas bahan galian termasuk ke dalam kategori sumber daya tereka dengan jumlah total ± 2.333.000 m3. 2. Tanah atau pasir urug Jenis bahan galian tanah urug ditambang dari daerah perbukitan, sementara pasir urug digali dari endapan sungai purba dengan penambangan dibawah pengawasan instansi terkait dan bekas penambangan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. 3. Andesit Jenis bahan galian ini berasal dari pegunungan yang berada di beberapa kecamatan, terdiri atas batuan andesit tidak terubah berwarna abu-abu dan terubah hidrotermal berwarna kehijauan. Bahan galian andesit tidak terubah berasal dari Gunung Ketuk, Kali Gede, dan Kali Uling. Sedangkan andesit yang terubah ditambang dari sekitar daerah Gunung Mesigit, Gunung Berangkal, dan Gladak Perak. Kedua jenis 6 bahan galian tersebut mempunyai kuantitas yang termasuk ke dalam sumber daya tereka dengan jumlah ± 8.766.456 m3, yang dapat digunakan untuk bahan bangunan dan ornamen dinding bangunan. 4. Diorit Diorit dari Gunung Jugo di Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro dikenal sebagai salah satu bahan galian golongan C yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan lantai. Kuantitas bahan galian ini dikategorikan sebagai sumber daya tereka dengan jumlah ± 62.500 m3 memiliki cukup kekerasan, kekuatan tekan, dan apabila dipoles memperlihatkan tekstur menyerupai gabro atau granit. 5. Tuf lapili Bahan galian ini tersebar di Gunung Licing bagian selatan, Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian pada ketinggian 200 – 300 meter dan juga ditemukan di lereng barat perbukitan sebelah utara Dusun Dampar, merupakan sisipan dalam breksi vulkanik dengan warna putih keabuabuan, kuantitasnya termasuk ke dalam kategori sumber daya tereka sebesar ± 193.110 m3 sehingga dapat dimanfaatkan untuk ornamen dinding bangunan. 6. Batu gamping pasiran Bahan galian ini terdapat di Desa Wareng dan Umbulsari, Kecamatan Tempursari. Bahan galian ini berwarna coklat muda, berlapis, dan sangat keras. Bahan ini mengandung kuarsa, pecahan batuan, dan fosil bentos dengan kuantitas sebesar ± 1.395.728 m3, dapat dianggap sebagai sumber daya tereka. 7. Bahan galian logam 7 Jenis bahan galian berupa mineral-mineral mengandung tembaga (Cu), molybdenum (Mo), seng (Zn), emas (Au), perak (Ag), dan arsen (As), yang masih merupakan indikasi dalam zona mineralisasi di daerahdaerah Desa Oro-oro Ombo di Kecamatan Pronojiwo, Gladak Perak di Kecamatan Candipuro, dan Kali Sukosari di Kecamatan Tempursari. Bahan galian pasir besi teridentifikasi sebagai endapan pantai di Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun telah dieksplorasi dan menghasilkan informasi tentang kandungan Fe rata-rata 48,75%. Pembentukan jenis tanah dipengaruhi oleh iklim, bahan induk, dan keadaan topografi. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau yang dikeluarkan Lembaga Penelitian Bogor tahun 1966, jenis tanah di Kabupaten Lumajang terdiri dari alluvial, regosol, andosol, mediteran, dan latosol. Sedangkan secara geomorfologinya kota lumajang terbentuk atas landform volkanik dan landform marine terbukti dengan adanya aktivitas gunung berapi dan pantai-pantai yang ada dikota Lumajang. Landform volkanik pada Gunung semeru terbentuk karena aktivitas volkan / gunung berapi (resen atau subresen ). Landform ini dicirikan dengan adanya bentukan kerucut volkan , aliran lahar , lava ataupun dataran yang merupakan akumulasi bahan volkan. Landform dari bahan volkan mengalami proses patahan dan pelipatan. Di daerah Lumajang terdapat beberapa kawasan pantai , Kawasan pantai adalah kawasan transisi dari lahan daratan dan perairan laut. Proses pembentukan kawasan pantai sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya dinamis yang berada di sekitarnya. Gaya-gaya dinamis utama dan dominan yang mempengaruhi kawasan pantai adalah gaya gelombang. Menurut Bambang Triatmodjo (1999), pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian rupa sehingga mampu menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan tanggapan dinamis alami pantai terhadap laut. Kawasan pantai terbentuk akibat bentukan lahan marine . Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang.Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar 8 sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer kearah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun. 2.3 Geomorfologi Kota Probolinggo GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS DAN GEOLOGI Berikut ini adalah paparan menurut Pemkab (2008).Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur berada pada posisi 112’50’ – 113’30’ Bujur Timur (BT) dan 7’40’ – 8’10’ Lintang Selatan (LS), dengan luas wilayah sekitar 169.616,65 Ha atau + 1.696,17 km2 (1,07 % dari luas daratan dan lautan Propinsi Jawa Timur). Wilayah Kabupaten Probolinggo berbatasan dengan: Sebelah Utara : Selat Madura Sebelah Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Jember Sebelah Barat : Kabupaten Pasuruan Sebelah Selatan : Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang Sedangkan di sebelah Utara bagian tengah terdapat Daerah Otonom yaitu Kota Probolinggo. Tabel 1.1 Luas Wilayah Kabupaten Probolinggo Per Kecamatan No. Kecamatan Luas (Ha) Prosentase (%) 1. Sukapura 10,208.53 6.02 2. Sumber 14,188.13 8.36 9 No. Kecamatan Luas (Ha) Prosentase (%) 3. Kuripan 6,674.76 3.94 4. Bantaran 4,212.83 2.48 5. Leces 3,680.97 2.17 6. Tegalsiwalan 4,173.56 2.46 7. Banyuanyar 4,569.63 2.69 8. Tiris 16,566.69 9.77 9. Krucil 20,252.66 11.94 10. Gading 14,684.64 8.66 11. Pakuniran 11,385.00 6.71 12. Kota Anyar 4,258.00 2.51 13. Paiton 5,327.94 3.14 14. Besuk 3,503.63 2.06 15. Krasakan 3,779.75 2.23 16. Krejengan 3,442.84 2.03 17. Pajarakan 2,134.35 1.26 18. Maron 5,139.27 3.03 19. Gending 3,661.48 2.16 20. Dringu 3,113.54 1.84 21. Wonomerto 4,566,84 2.69 22. Lumbang 9,271.00 5.46 23. Tongas 7,795.20 4.61 24. Sumber Asih 3,025.41 1.78 169,616.65 100% Jumlah Sumber: (Pemkab, 2008) Topografis Kabupaten Probolinggo merupakan wilayah yang memiliki keragaman topografi berupa dataran rendah, perbukitan dan pegunungan, yang sebagian besar berada pada ketinggian 10 antara 100 - 1.500 meter diatas permukaan laut. Menurut keadaan fisik wilayah Kabupaten Probolinggo terbagi atas 3 bagian yaitu : Pegunungan, berada pada ketinggian 1.000 – 1.500 meter diatas permukaan laut, meliputi wilayah-wilayah di sekitar Pegunungan Tengger (di sebelah Barat Daya) dan Gunung Argopuro (di sebelah Tenggara); Perbukitan, berada pada ketinggian 500 – 1000 meter diatas permukaan laut, meliputi wilayah-wilayah bagian tengah dan di sekitar kaki pegunungan, merupakan bentukan lereng dari pegunungan yang membujur dari arah Barat ke Timur; Dataran rendah, berada pada ketinggian 0 – 500 meter diatas permukaan laut, meliputi wilayah pesisir dan dataran rendah membentang dari Barat sepanjang garis pantai Utara Selatan. Untuk melihat lebih jelas kondisi ketinggian di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Ketinggian per Kecamatan di Kabupaten Probolinggo Ketinggian (mdpl) No Kecamat an 0-25 25-100 100-500 5001000 1 Sukapura 208,34 1.666,70 2 Sumber 150,62 3.898,15 3 Kuripan 137,27 4.324,01 1.870,30 4 Bantaran 5 Leces 2.948,9 >1000 Jumlah (Ha) 8.333,4 10.208,5 9 3 10.139, 14.188,1 36 3 343,18 6.674,76 1.263,85 4.212,83 2.439,2 1.241,77 3.680,97 8 11 Ketinggian (mdpl) No Kecamat an 0-25 25-100 100-500 5001000 >1000 Jumlah (Ha) 0 6 7 Tegal Siwalan Banyuany ar 357,18 92,25 2.073,4 8 2.859,9 1 1.742,90 4.173,56 1.617,47 4.569,63 8 Tiris 7.013,17 9.101,22 9 Krucil 3.039,40 7.497,18 10 Gading 11 Pakuniran 12 Kotaanya r 2.569,8 1 2.340,8 4 93,25 2.548,2 8 6.450,75 2.989,38 6.011,70 2.234,39 1.616,47 792,59 452,30 16.566,6 9 9.716,0 20.252,6 8 6 2.674,7 14.684,6 0 4 798,07 11.385,0 0 4.258,00 13 Paiton 4.535,35 14 Besuk 572,49 15 Kraksaan 3.739,11 40,64 3.779,75 16 Krejenga 2.268,22 1.174,6 3.442,84 2.564,7 5 5.327,94 366,39 3.503,63 12 Ketinggian (mdpl) No Kecamat an 0-25 25-100 n 100-500 5001000 >1000 Jumlah (Ha) 2 17 Pajarakan 18 Maron 19 Gending 3.598,98 62,50 3.661,48 20 Dringu 2.943,71 169,83 3.113,54 21 1.920,91 743,78 Wonomer 213,44 3.311,0 1 2.721,6 to 5 2.134,35 1.084,48 5.139,27 1.845,19 4.566,84 Sumber: (Pemkab, 2008) Geologi Keadaan geologi di Kabupaten Probolinggo mayoritas disusun oleh batuan young quartenary, dominan di Kecamatan Tiris seluas 15.345,047 Ha, kemudian di Kecamatan Krucil seluas 13.005,430 Ha. Old Quartenary mayoritas terdapat di Kecamatan Krucil seluas 17.213,060 Ha kemudian di Kecamatan Tiris, Gading dan Sumber. Luas masingmasing di seluruh kecamatan di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Keadaan Geologi Kabupaten Probolinggo Keadaan Geologi (Ha) No Kecamatan Alluvium Young quartenary Pleisto Volcanis Rock Jumlah Lecucite Old Bearing Quartenary (Ha) 13 Keadaan Geologi (Ha) No Kecamatan Alluvium Jumlah Pleisto Young quartenary Volcanis Rock Lecucite Old Bearing Quartenary (Ha) 1 Sukapura - - - - 10.208,526 10.208,526 2 Sumber - - - - 14.208,526 14.208,526 3 Kuripan - 250 - - 6.424,761 6.674,761 4 Bantaran - 3.002,458 - - 1.210,370 4.212,828 5 Leces - 3.690,973 - - - 3.680,973 6 Tegal 405,529 3.768,035 - - - 4.173,564 7 Banyuanyar 1.665.052 2.904,580 - - - 4.569,632 8 Tris - 15.345,047 - - 1.221,640 16.566,687 9 Krucil - 13.005,430 - - 4.207,630 17.213,060 10 Gading - 5.664,228 - - 9.020,415 14.684,643 11 Pakuniran 51,330 5.328,660 - - 6.005,610 11.385,000 12 Kotaanyar 57,67 3.653,448 - 67,288 480,580 4.257,986 13 Paiton 3.532,866 1.432,244 - 362,834 - 5.327,944 14 Besuk 801,363 - - - 2.702,267 3.503,630 15 Kraksaan 3.753,500 - - - 26,250 3.779,750 16 Krejengan 1.767,719 - - - 1.675,124 3.442,843 17 Pajarakan 1.987,156 - - - 147,197 2.134,353 Siwalan 14 Keadaan Geologi (Ha) No Kecamatan Alluvium Young quartenary Jumlah Pleisto Volcanis Rock Lecucite Old Bearing Quartenary (Ha) 18 Maron 1.412,320 1.863,470 - - 1.863,490 5.139,270 19 Gending 3.205,067 456,417 - - - 3.661,484 20 Dringu 1.766,880 1.203,391 143,267 - - 3.113,538 21 Wonomerto - 4.394,622 - - 172,221 4.556,843 22 Lumbang - 968,400 - - 23 Tongas 1.532,554 5.426,91 - - 775,740 7.795,204 24 Sumberasih - 1.852,289 - - 1.173,116 3.025,405 11.340,20 12.310,600 Sumber: (Pemkab, 2008) Terbentuknya Lansekap Daerah Probolinggo Gambar 1 Peta Jawa Timur TEKTONIK Wilayah Probolinggo memiliki zona terendah hingga tertinggi, pengaruh 3 lempeng di wilayah Indonesia (pertemuan simpang tiga (triple junction)) 15 membentuk dataran-dataran tersebut. Pada wilayah TNBTS (Bromo-tengger Semeru) pengaruh lipatan lempeng sangat tinggi, terbentuk jejeran gunung dan bukit-bukit yang mengikutinya. Lokasi antara gunung bromo dan semeru terdapat bukit-bukit kecil, sama seperti gunung argopuro yang memanjang. Dataran tinggi yang terbentuk dari lipatan ini Pada wilayah bentar ke arah paiton, terdapat bukit bukit tinggi yang erdiri dari batuan keras dekat laut. Hal ini menunjukkan pengaruh lempeng samudra dan lempeng benua yang saling konvergen (mendekat) sehingga terbentuk demikian. Lempeng samudra (lempeng pasifik) mengalami subduksi. Terdapat bukti patahan sepanjang jalan pantai bentar menghadap samudra pasifik. Terlihat tebing-eing dan bukit yang rendah. Bagian lempeng pasifik yang mausk dalam bumi, meleleh dan menjadi magma yang membentuk gunung bromo, lemongan, semeru, dan argpuro. 2.4 Geomorfologi Kota Pasuruan Dataran Pasuruan termasuk jenis aluvium (tanah lumpur) dengan sifat batuannya intermedier sampai agak basis. Kondisi tanah bertekstur liat dengan kandungan Na dan Cl yang tinggi sehingga sesuai untuk budidaya tambak dan penggaraman. Secara geologis daerah Kabupaten Pasuruan masuk dalam pertemuan tiga lempeng tektonik (Indo Australia, Eurasia, dan lempeng Pasific). Walaupun wilayah Pasuruan dikelilingi oleh beberapa gunung aktif seperti G.Semeru, G.Welirang serta G.Bromo, namun proses terbentuknya wilayah Pasuruan terjadi karena proses tektonik yang disebabkan oleh ke tiga lempeng yaitu Indo Australia, Eurasia, dan lempeng Pasific. Karena daerah Jawa dilalui oleh cincin api serta dilalui oleh lempeng Eurasia sehingga pembentukannya dipengaruhi oleh pergerakan dari lempeng tersebut. Karena banyak dilalui beberapa sungai, maka kemungkinan beberapa daerah di Pasuruan juga dipengaruhi oleh sedimentasi material (tanah) yang dibawa oleh sungai-sungai ke muara. Endapan ini lama kelamaan akan membentuk daratan yang relative luas. 16 Secara Geomorfologi, Kabupaten Pasuruan terbagi atas 5 (lima) bagian, yaitu kerucut gunung api, pegunungan, perbukitan, dataran pasir dan dataran rendah, masing-masing sebagai berikut : 1. Kerucut gunung api disebelah barat dan tenggara, dengan ciri bentuk strato dan kerucut gunung api, berketinggian antara 2.000 – 3.350 m dpl. Puncaknya antara lain: Gunung Welirang, Arjuno, Ringgit dan Bromo. 2. Pegunungan, ada di bagian barat dan barat laut, bercirikan strato dengan ketinggian 600 – 2.000 m dpl. Puncaknya antara lain adalah Gunung Penanggungan. Daerah ini sebagian besar masih tertutup semak dan hutan tropic dengan batuan piroklastika dan epiklastika. 3. Perbukitan, bercirikan gelombang deretan bukit, pegunungan, atau pematang, berketinggian 25 – 600 m dpl. Puncak utamanya Gunung Baung, Gunung Tinggi, Gunung Pule, dengan aliran sungai yang menonjol adalah Sungai Welang. Daerah ini sebagian merupakan lahan pertanian dan perkebunan yang membentang dari wilayah Kecamatan Tosari dan Kecamatan Puspo sampai ke arah barat yaitu Kecamatan Tutur, Purwodadi dan Prigen. 4. Dataran Pasir, terletak di dasar kawah Tengger berbentuk tapal kuda mengelilingi Gunung Bromo, dengan ketinggian 200 – 2.100 m dpl ; 5. Dataran rendah, membentang di daerah bagian utara dan sekitar pantai utara. Dengan ketinggian 0 – 25 m dpl memiliki endapan alluvium yang membentang dari timur, yaitu wilayah Kecamatan Nguling, ke arah barat yaitu Kecamatan Lekok, Rejoso, Kraton, dan Bangil. Sebagian besar merupakan lahan pertanian, pertambakan, dan perkebunan, dengan sungai utamanya adalah Sungai Rejoso, Sungai Masangan dan Sungai Kedunglarangan. Bilamana diitinjau dari jenis Geologi, maka wilayah di Kabupaten Pasuruan dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu : batuan permukaan, batuan sedimen dan batuan gunung api. Dengan banyaknya jenis batuan yang ada, menunjukkan bahwa Kabupaten Pasuruan merupakan daerah yang cukup kaya akan bahan tambang galian type C (pasir dan batu). Kita ketahui bahwa pada saat ini penggalian tambang C di 17 wilayah perbukitan/pegunungan yang banyak mengandung pasir dilakukan oleh warga maupun perusahaan swasta secara cukup besar dan cenderung liar. Bilamana penggalian tersebut dilakukan secara bebas tanpa kendali serta tidak menerapkan manajemen resiko bencana, maka akan menimbulkan dampak berupa bencana yang cukup besar pula, yaitu banjir bandang, tanah longsor, serta timbulnya daerah rawan kekeringan. Oleh karena daerah resapan untuk sumber air di daerah perbukitan berpasir akan berkurang drastis, sehingga sumur-sumur warga yang biasanya masih ada pada saat musim kemarau tiba akan menjadi berkurang sekali (asat, kering). Dari struktur Geologi, Kabupaten Pasuruan terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu 1) Daerah pegunungan dan berbukit, dengan ketinggian antara 180 s/d 1.300 m dpl. Daerah ini membentang dibagian selatan dan barat meliputi Kec. Lumbang, Kec. Puspo, Kec. Tosari, Kec. Tutur, Kec. Purwodadi, Kec. Prigen dan Kec. Gempol. 2) Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 6 s/d 91 m dpl. Dataran rendah ini berada dibagian tengah merupakan daerah yang subur. 3) Daerah pantai, dengan ketinggian antara 2 m s/d 8 m dpl yang membentang dibagian utara meliputi Kec. Nguling, Kec. Rejoso, Kec. Kraton dan Kec. Bangil. Menurut jenis struktur tanah, wilayah Kab. Pasuruan sebagian besar terdiri dari jenis sebagai berikut : 1. Alluvial sejumlah 23.192,50 ha 2. Regosol sejumlah 35.711,60 ha 3. Grumosol sejumlah 5.882,00 ha 4. Mediteran sejumlah 21.017,60 ha 5. Latusol sejumlah 36.183,50 ha 6. Androsol sejumlah 25.414,30 ha Berdasarkan atas struktur geomorfologi dan geologi tersebut, maka ancaman bencana yang dapat timbul dan seringkali terjadi atas kondisi wilayah Kabupaten Pasuruan adalah: a) tanah longsor untuk daerah pegunungan dan perbukitan, ketika musim penghujan tiba; 18 b) kekeringan kritis untuk daerah yang bertanah tandus dan berbatu, ketika musim kemarau berlangsung cukup lama ; c) bencana banjir/genangan banjir untuk daerah di dataran rendah disekitar DAS selama musim penghujan. Terutama curah hujan sedang s/d lebat di beberapa wilayah selatan dan lokal sekitarnya ; d) angin puting beliung pada daerah lembah berbukit, ketika musim penghujan dan perubahan iklim tropik ; Kondisi topografi merupakan salah satu kondisi fisik yang dapat mengetahui potensi dan kendala fisik perkembangan suatu kawasan/wilayah. Kondisi topografi erat kaitannya dengan letak ketinggian dan kemiringan lereng suatu lahan. Secara umum dapat di diskripsikan bahwa wilayah Kab. Pasuruan terhampar mulai dari daerah pantai dengan ketinggian 0 m dpl dibagian utara sampai pegunungan dengan ketinggian >2.000 m dpl dibagian selatan dengan morfologi bentang alam yang bervariasi mulai dari kemiringan lereng relative datar / sedikit bergelombang (0-8%) sampai dengan kelerengan yang cukup curam (>45%). 1. Keadaan ketinggian a) Ketinggian 0 – 12,5 m dpl, meliputi luasan 18.819 ha atau sekitar 12,8 % dari luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kecamatan Gempol, Beji, Bangil, Rembang, Kraton, Pohjentrek, Gondangwetan, Rejoso, Winongan, Lekok dan Nguling. b) Ketinggian 12,5 – 25 m dpl, meliputi luasan 11.356,5 ha atau sekitar 7,7 % dari luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kecamatan Gempol, Beji, Bangil, Rembang, Kraton, Pohjentrek, Gondangwetan, Rejoso, Winongan, Grati, Lekok, Nguling dan Kejayan. c) Ketinggian 25 – 50 m dpl, meliputi luasan 16.353,6 ha atau sekitar 11,1 % dari luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kec. Gempol, Beji, Bangil, Rembang, Kraton, Gondangwetan, Winongan, Grati, Lekok, Nguling, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Pasrepan dan Kejayan. d) Ketinggian 50 – 100 m dpl, meliputi luasan 13.448,2 ha atau sekitar 9,1 % dari luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kec. 19 Gempol, Beji, Rembang, Grati, Nguling, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Pasrepan, Lumbang dan Kejayan. e) Ketinggian 100 – 500 m dpl, meliputi luasan 39.011,2 ha atau sekitar 26,5 % dari luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kec. Gempol, Beji, Winongan, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Pasrepan, Lumbang, Purwodadi, Tutur, Puspo, Purwosari, Prigen dan Kejayan. f) Ketinggian 500 – 1.000 m dpl, meliputi luasan 21.877,2 ha atau sekitar 14,8 % dari luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kec. Gempol, Pasrepan, Lumbang, Purwodadi, Tutur, Puspo, Purwosari, Prigen dan Tosari. g) Ketinggian 1.000 – 2.000 m dpl, meliputi luasan 18.615,1 ha atau sekitar 12,6 % dari luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kec. Gempol, Lumbang, Purwodadi, Tutur, Puspo, Purwosari, Prigen dan Tosari. h) Ketinggian di atas 2.000 m dpl, meliputi luasan 7.920,8 ha atau sekitar 5,4 % dari luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kec. Lumbang, Purwodadi, Tutur, Puspo, Purwosari, Prigen dan Tosari. 2. Keadaan kemiringan Kemiringan atau kelerengan lahan/ tanah di wilayah Kabupaten Pasuruan adalah bervariasi mulai dari kelerengan 0 s/d >45 derajat. Secara morfologi bentang alam dapat di diskripsikan bahwa daerah yang memiliki kelerengan relative datar / sedikit bergelombang (0-8%) adalah seluas 85.257,6 ha atau sekitar 57,8 %; berombak (8-15 %) seluas 31.057,43 ha atau sekitar 21,4 %; berbukit (15-25 %) seluas 22.057,43 ha atau sekitar 15 %; curam (25-45 %) seluas 6.865,08 ha atau sekitar 4,7 %, dan sangat curam (>45%) seluas 1.747, 58 ha atau sekitar 1,2 % dengan sebaran sebagai berikut : a. Kemiringan 0 – 2 derajat mencakup seluruh wilayah Kecamatan Bangil, Rembang, Kraton, pohjentrek, Gondangwetan, Rejoso dan Lekok, sebagian wilayah Kecamatan Pasrepan, Kejayan, Wonorejo, Winongan, Grati dan Nguling 20 b. Kemiringan 2 – 5 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan Purwodadi, Tosari, Lumbang, Pasrepan, Kejayan, Wonorejo, Purwosari, Prigen, Sukorejo, Pandaan, Gempol, Beji, Winongan, Grati dan Nguling. c. Kemiringan 5 – 8 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan Purwodadi, Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang, Pasrepan, Kejayan, Purwosari, Prigen, Sukorejo, Pandaan, Gempol, Beji, Winongan dan Lekok. d. Kemiringan 8 – 15 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan Purwodadi, Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang, Pasrepan, Kejayan, Purwosari, Prigen, Pandaan, Gempol, Winongan dan Grati. e. Kemiringan 15 – 25 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan Purwodadi, Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang, Pasrepan, Purwosari, Prigen, Gempol, dan Beji. f. Kemiringan 25 – 45 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan Purwodadi, Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang, Purwosari, Prigen dan Gempol. g. Kemiringan diatas 45 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang dan Prigen. Bilmana mencermati kondisi alam yang sangat bervariasi ketinggian dan kemiringan tersebut, maka daerah yang rawan dan berpotensi menimbulkan bencana tanah longsor adalah di daerah yang berbukit (kemiringan > 45 derajat)dengan struktur tanah liat sedikit berbatu dan tidak padas, banyak tanaman perdu dan sedikit tanaman pepohonan yang berakar kuat untuk menahan tanah bilamana ada guyuran hujan cukup deras pada musim penghujan tiba. Untuk itulah perlu adanya sistem pencegahan sejak dini di antaranya adalah penanaman pepohonan yang berakar kuat, tidak melakukan penebangan pepohonan yang sudah ada secara serampangan khususnya di daerah berbukit, pemberian informasi berupa tanda bahaya rawan longsor dan sejenisnya, penerapan sistem tera siring, penyuluhan pembuatan sistem drainase air buangan pada area pertanian/ perkebunan di perbukitan secara benar oleh pihak/dinas instansi terkait, serta penyuluhan-penyuluhan sejenis kepada warga secara intensif yang berhubungan dengan antisipasi dan pencegahan timbulnya bencana tanah longsor. 21 TEKTONISME Teori tektonik lempeng adalah suatu teori yang menjelaskan mengenai sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh gaya endogen yang berasal dari dalam bumi. Berdasarkan teori tektonik lempeng, lempeng-lempeng yang ada saling bergerak dan berinteraksi satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng lempeng tersebut juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh rotasi bumi pada sumbunya. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan rotasi yang terjadi bola bumi akan akan semakin cepat ke arah ekuator. Pada gambar diperlihatkan prinsip-prinsip dari pergerakan lempeng bumi, dimana pada bagian kutub (Euler pole) masuk ke dalam lingkaran besar sedangkan ke arah ekuator masuk ke dalam lingkaran kecil. Interaksi antar lempeng dapat saling mendekat (subduction), saling menjauh dan saling berpapasan (strike slip fault). Adanya tektonik ini, maka terbentuk lipatan serta patahan. Lipatan adalah suatu kenampakan yang diakibatkan oleh tekanan horizontal dan tekanan vertikal pada kulit bumi yang plastis. Lapisan yang melengkung membentuk lipatan yang besar, punggung lipatan atau antiklinal dan lembah lipatan atau sinklinal. Lembah sinklinal yang sangat luas disebut geosinklinal. Daerah ladang minyak bumi di Indonesia umumnya terletak pada daerah geosinklinal yang oleh J.H.F Umgrove disebut idiogeosinklinal. Adakalanya sebuah daerah lipatan terjadi dari beberapa antiklinal dan sinklinal. Deretan semacam itu masing- masing disebut antiklinorium dan sinklinorium. Patahan adalah gejala retaknya kulit bumi yang tidak plastis akibat pengaruh tenaga horizontal dan tenaga vertikal. Daerah retakan seringkali mempunyai bagianbagian yang terangkat atau tenggelam. Jadi, selalu mengalami perubahan dari keadaan semula, kadang bergeser dengan arah mendatar, bahkan mungkin setelah terjadi retakan, bagian-bagiannya tetap berada di tempatnya VULKANISME Istilah vulkanisme berasal dari kata latin vulkanismus nama dari sebuah pulau yang legendaris di Yunani. Tidak ada yang lebih menakjubkan diatas muka bumi ini dibandingkan dengan gejala vulkanisme dan produknya, yang pemunculannya kerapkali menimbulkan kesan-kesan religius. Letusannya yang dahsyat dengan semburan bara dan debu yang menjulang tinggi, atau keluar dan mengalirnya bahan pijar dari lubang di 22 permukaan, kemudian bentuk kerucutnya yang sangat mempesona, tidak mengherankan apabila di masa lampau dan mungkin juga sekarang masih ada sekelompok masyarakat yang memuja atau mengkeramatkannya seperti halnya di pegunungan Tengger (Gn.berapi Bromo) di Jawa Timur. Vulkanisme dapat didefinisikan sebagai tempat atau lubang diatas muka bumi dimana daripadanya dikeluarkan bahan atau bebatuan yang pijar atau gas yang berasal dari bagian dalam bumi ke permukaan, yang kemudian produknya akan disusun dan membentuk sebuah kerucut atau gunung. Sebab sebab terjadinya vulkanisme adalah diawali dengan proses pembentukan magma dalam litosfir akibat peleburan dari batuan yang sudah ada, kemudian magma naik ke permukaan melalui rekahan, patahan dan bukaan lainnya dalam litosfir menuju dan mencapai permukaan bumi. Wilayah-wilayah sepanjang batas lempeng dimana dua lempeng litosfir saling berinteraksi akan merupakan tempat yang berpotensi untuk terjadinya gejala vulkanisma. Gejala vulkanisma juga dapat terjadi di tempat-tempat dimana astenosfir melalui pola rekahan dalam litosfir naik dengan cepat dan mencapai permukaan. Tempat-tempat seperti itu dapat diamati pada batas lempeng litosfir yang saling memisah-diri seperti pada punggung tengah samudra, atau pada litosfir yang membentuk lantai samudera. Proses Pembentukan Wilayah Pasuruan Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Pasuruan adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintahan berlokasi di Kota Pasuruan. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Laut Jawa di utara, Kabupaten Probolinggo di Timur, Kabupaten Malang di selatan, Kota Batu di barat daya, serta Kabupaten Mojokerto di barat. Kabupaten ini dikenal sebagai daerah perindustrian, pertanian, dan tujuan wisata. Kompleks Dataran Tinggi Tengger dengan Gunung Bromo merupakan atraksi wisata utama. Geografi Daerah Pasuruan 23 Letak geografi Kabupaten Pasuruan antara 1120 33′ 55″ hingga 1130 30′ 37″ Bujur Timur dan antara 70 32′ 34″ hingga 80 30′ 20″ Lintang Selatan dengan batas – batas wilayah: Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura. Selatan : Kabupaten Malang Timur : Kabupaten Probolinggo Barat : Kabupaten Mojokerto Bagian utara wilayah Kabupaten Pasuruan merupakan dataran rendah. Bagian barat daya merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno dan Gunung Welirang. Bagian tenggara adalah bagian dari Pegunungan Tengger, dengan puncaknya Gunung Bromo. Kondisi wilayah Kabupaten Pasuruan terdiri dari daerah pegunungan berbukit dan daerah dataran rendah, yang secara rinci dibagi menjadi 3 bagian : Bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian permukaan tanah antara 186 meter sampai 2.700 meter yang membentang mulai dari wilayah kecamatan Tutur, Purwodadi dan Prigen. Bagian Tengah terdiri dari dataran rendah yang berbukit dengan ketinggian permukaan antara 6 meter sampai 91 meter dan pada umumnya relatif subur. Bagian Utara terdiri dari dataran rendah pantai yang tanahnya kurang subur dengan ketinggian permukaan tanah 2 meter sampai 8 meter. Daerah ini membentang dari timur yakni wilayah kecamatan Nguling ke arah Barat yakni Kecamatan Lekok, Rejoso, Kraton dan Bangil. Secara geologis daerah Kabupaten Pasuruan dilewati oleh lempeng Eurasia, lempeng ini terus bergerak dari waktu ke waktu. Gerakan ini akan menimbulkan pergeseran lempeng, yang akan membentuk lipatan atau patahan. Dapat kita temui deretan perbukitan mulai dari jalan sepanjang daerah Purwodadi-Nongkojajar. 24 Perbukitan ini terjadi karena proses tektonik,yaitu bentukan lahan yang terjadi sebagai akibat deformasi kulit bumi oleh proses angkatan, patahan, dan atau lipatan (proses tektonik). Dengan adanya proses ini maka terbentuklah perbukitan yang memanjang sepanjang daerah daerah Purwodadi-Nongkojajar. Selain dipengaruhi oleh proses tektonisme, Pasuruan juga dipengaruhi oleh proses vulkanisme. Landform yang terbentuk karena aktivitas volkan/gunung berapi (resen atau subresen). Landform ini dicirikan dengan adanya bentukan kerucut volkan, aliran lahar, lava ataupun dataran yang merupakan akumulasi bahan volkan. Wilayah Pasuruan dikelilingi oleh beberapa gunung aktif seperti G.Semeru, G.Welirang serta G.Bromo. Pada wilayah Nongkojajar, daerahnya relative subur, karena dekat dengan pegunungan yang mengandung bahan- bahan yang kaya akan hara. Sehingga di daerah ini banyak terdapat kegiatan pertanian seperti bercocok tanam sayur dan buah-buahan. Pada daerah Pasuruan khususnya bagian utara, seringkali terjadi peristiwa banjir, hal ini dikarenakan pada daerah Pasuruan dilewati oleh enam sungai serta daerah ini meruakan daerah dataran rendah sehingga banjir tidak dapat dihindari. Sungai yang mengalir di daerah Pasuruan antara lain : Sungai Lawean : Bermuara di Desa Penunggul, Kec. Nguling. Sugai Rejoso : Bermuara di Wilayah Kec. Rejoso. Sungai Gembong : Bermuara di Wilayah kota Pasuruan. Sungai Welang : Bermuara di Desa Pulokerto. Kec, Kraton. Sungai Masangan : Bermuara di Desa Raci, Kec. Bangil. Sungai Kedunglarangan : Bermuara di Desa Kalianyar, Kec. Bangil. Karena sering terjadi banjir, maka daerah ini dapat disebut sebagai daerah dataran banjir. Pembentukan daerah ini dipengaruhi oleh sungai-sungai yang melewati. Aktivitas sungai akan membawa bahan endapan sungai dalam jumlah 25 yang relative banyak dalam kurun waktu yang lama. Dengan adanya penendapan bahan-bahan sedimentasi ini maka terbentuk wilayah yang dipengaruhi oleh aktifitas sungai dan disebut dengan landform alluvial. Dengan demikian, proses pembentukan daerah Pasuruan dipengaruhi oleh proses Tektonik, vulkanisme serta aktivitas sungai (Aluvial) Penggunaan Lahan dan Pertanian Penggunaan lahan saat ini (present landuse) di Desa Tutur terdiri atas tiga satuan penggunaan lahan, yaitu: tegalan (Tg), kebun campuran (Kc), dan pemukiman (P) (Tabel 1). Komoditas pertanian yang banyak diusahakan adalah jagung, ubi kayu, sapi, kambing, kopi, apel, mangga, durian, dan bunga krisan. Komoditaskopi, apel, dan bunga krisan merupakan komoditas unggulan dalam Prima Tani di Desa Tutur. Tabel 1. Penggunaan lahan di Desa Tutur, Kecamatan Tutur, Pasuruan Simbol Penggunaan lahan (ha) Luas (%) Tg Tegalan 255 44,6 Kc Kebun campuran 249 43,5 P Pemukiman 68 11,9 Jumlah 572 100,0 26 DAFTAR PUSTAKA Anonymousa. 2014. http://www.jica.go.jp/project/indonesia/0800040/materials/pdf/sabo_01.pdf. Diakses pada tanggal 2 Maret 2014. Badan Pusat Statistik Kota Probolinggo. 2011. Tanah dan Lahan Kota Probolinggo. Pemerintah Kota Probolinggo. Dinas Pekerjaan Umum. 2012. Pedologi Kota Probolinggo [Online]. Available athttp://dpu.probolinggokota.go.id/website/index.php/kotaprobolinggo/pedologi (verified 23 Feb. 2013) Pemerintah Kota Probolinggo. 2012. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Probolinggo, 2011-2012. Hal. I-6. Pemkot Probolinggo. 27