hukum nasional

advertisement
HUKUM KONTRAK
INTERNASIONAL
[S2 Hukum Bisnis FH UNPAD]
Dosen:
Huala Adolf
<[email protected]>
2006
1
KONTRAK INTERNASIONAL
KONTRAK NASIONAL YANG ADA
UNSUR ASING.
[Sudargo Gautama]
2
KONTRAK INTERNASIONAL TUNDUK PADA
SATU HUKUM NASIONAL
Q: HUKUM NASIONAL YANG SIAPA?
1. Hukum salah satu pihak.
2. Hukum tempat dilaksanakannya sebagian
atau seluruh kontrak.
3. “Hukum Internasional.”
4. Hukum tertentu yang dipilih oleh para
pihak untuk mengatur suatu transaksi.
3
PRINSIP DASAR/FUNDAMETAL HKI
1. KEDAULATAN /SUPREMASI HUKUM
NASIONAL
2. KEBEBASAN BERKONTRAK
[FREEDOM OF THE CONTRACT,
THE PARTY’S AUTHONOMY]
4
KONTRAK INTERNASIONAL TUNDUK PADA SATU
HUKUM NASIONAL
Q: HUKUM NASIONAL YANG MANA?
1. Izin Ekspor dan Impor.
Eg.: “This Agreement will continue in effect so long as the
Indonesian government permits the importation of US
manufactured cellular telephones.”
2.Penaatan terhadap Hukum/UU (Mis. Perpajakan, Anti
Monopoli, Dumping and Countervailing Duties,
Kesehatan, Perlindungan Konsumen dan Lingkungan,
Perburuhan.
3.Hukum yang telah baku yang dikeluarkan oleh
pemerintah/swasta mengenai standar wajib.
5
Kontrak Internasional
Masalah dalam menghadapi kontrak
internasional:
1. Sistem Hukum
2. Biaya
3. Risiko
4. Kontrak yang relatif lebih kompleks
6
Pengertian Kontrak Internasional
Kontrak Internasional adalah dokumen
hukum, yang dipengaruhi oleh sistemsistem hukum (komersial) di dunia.
Sistem Hukum di Dunia?
7
Persamaan Sistem Hukum Dunia
Q. ADA 5 KESAMAAN?
(1) Kebebasan Berkontrak (Party Autonomy)
(2) Pacta Sunt Servanda.
(3) Itikad Baik (Good Faith)
(4) Kebiasaan Dagang (Custom and Usage)
(5) Impossibility of Performance.
8
HAKEKAT MENGIKATNYA KONTRAK
I. MADZHAB HUKUM ALAM [GROTIUS]
Kekuatan mengikat suatu kontrak berasal
dari hukum alam. Kontrak tidak lain adalah
kesepakatan timbal balik para pihak yang
memiliki daya mengikat dari hukum alam.
9
HAKEKAT MENGIKATNYA KONTRAK
II. MADZHAB WINA [HANS KELSEN]
Hans Kelsen memperkenalkan doktrin
Transaksi atau Tindakan Hukum yang terdiri
dari (1) transaksi yang menciptakan hukum
(law-creating act) dan transaksi yang
menciptakan tindakan penerapan hukum
[law appying act) dan (2) legal transaction
of civil law [contract].
10
HAKEKAT MENGIKATNYA KONTRAK
III. MADZHAB POSITIVISME [RUDOLF VON
JHERING]
Menurut Von Jhering kontrak tidak lain
adalah janji yang memiliki kekuatan hukum.
Kekuatan hukum janji ini tidak berasal dari
hal-hal di luar dari janji para pihak, tetapi
dari fungsi praktis (practical function ) dari
janji itu sendiri.
11
TEORI MENGIKATNYA KONTRAK
1. Teori Kehendak [The Will Theory]
2. Teori Persetujuan [The Bargain
Theory]
3. Teori Pengandalan Pada Kerugian
[The Injurious – Reliance Theory]
12
UNSUR / SYARAT SAHNYA KONTRAK
[INTERNASIONAL]
1. KESEPAKATAN PARA PIHAK
 Tidak paksaan, penipuan atau
kekeliruan.
2. KECAKAPAN MEMBUAT PERJANJIAN
3. HAL (OBYEK) TERTENTU
4. CAUSA (SEBAB) YANG HALAL
[Cf., Pasal 1320 KUH Perdata].
 Kajian Hukum Perdata
13
SUMBER HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL
1. HUKUM NASIONAL
2. KEBIASAAN DAGANG
3. PRINSIP2 HUKUM UMUM
4. PUTUSAN PENGADILAN/DOKTRIN
5. HUKUM INTERNASIONAL [SIC?]
6. PERJANJIAN INTERNASIONAL
7. ADA SUMBER LAIN YANG TERPENTING?
14
HUKUM NASIONAL
Q: Yang Mana?
ARTI DAN FUNGSI
SUMBER HUKUM
LAINNYA YANG
TERPENTING
PUTUSAN
PENGADILAN
SUMBER
HUKUM
KONTRAK
INTERNASIONAL
PERJANJIAN
INTERNASIONAL?
KEBIASAAN
DAGANG
HUKUM
INTERNASIONAL?
SUMBER HUKUM KONTRAK
INTERNASIONAL (1)
1. HUKUM NASIONAL, TERMASUK PERATURAN PEMERINTAH;
mis.: Buku III, KUH Perdata.
2.
PERJANJIAN INTERNASIONAL, termasuk KONVENSI
[AGREEMENT] INTERNASIONAL:
(1) BERKAITAN DENGAN KONTRAK YANG TIDAK PERLU
RATIFIKASI. , eg. KESEPAKATAN2 OLEH UNCITRAL, ICC,
UNIDROIT, DLL. dan
(2) KONVENSI [AGREEMENTS] I YANG PERLU RATIFIKASI.
eg. KONVENSI MULTIMODA TRANSPORT [UNCTAD, 1980].
KONVENSI NEW YORK 1958 TENTANG PENGAKUAN DAN
PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING; The Vienna
Convention on the contract for the Int’l sale of goods
(CISG) 1980.
16
SUMBER HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL (2)
International Custom and Usage
3.
KEBIASAAN-KEBIASAAN
[DAGANG]
YANG
DIANGGAP MENGIKAT Mis.: INCOTERMS, Federation
International Des Ingenieurs-Conseils (FIDIC), UCP
500, [LEX MERCATORIA]
Eg.: Article 9 (2) the CISG Convention:
“The parties are considered, unless otherwise
agreed, to have impliedly made applicable to their
contract or its formation a usage of which the
parties known and which in international trade is
widely known to, and regularly observed by, parties
to contract of the type involved in the particular
trade concerned.”
17
SUMBER HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL (2)
International Custom and Usage
”Persetujuan2 tidak hanya mengikat untuk hal2 yang dengan
tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala hal
yang menurut sifat persetujuan, diharuskan oleh kepatutan,
kebiasaan dan undang-undang.” [Pasal 1339 KUH Perdata]
“Hal2 yang, menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan,
dianggap secara diam2 dimasukkan dalam persetujuan,
meskipun tidak dengan tegas dinyatakan.” [Pasal 1347 KUH
Perdata]
Eg.
“The Contractor shall in all dealings with labour in his
employment have due regard to all official festivals, days
of rest and religious or other customs.”
[Jabotabek Railway Project Agreement 1987]
18
SUMBER HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL (2)
International Custom and Usage
3. KEBIASAAN-KEBIASAAN [DAGANG] YANG DIANGGAP MENGIKAT
Mis.: INCOTERMS, Federation International Des IngenieursConseils (FIDIC), UCP 500, [LEX MERCATORIA]
”Persetujuan2 tidak hanya mengikat untuk hal2 yang
dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga
untuk segala hal yang menurut sifat persetujuan,
diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan undangundang.” [Pasal 1339 KUH Perdata]
“Hal2 yang, menurut kebiasaan selamanya
diperjanjikan, dianggap secara diam2 dimasukkan
dalam persetujuan, meskipun tidak dengan tegas
dinyatakan.” [Pasal 1347 KUH Perdata]
19
SUMBER HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL (4)
International Custom and Trade
Untuk menentukan kapan terdapatnya
kebiasaan
internasional
("International
custom and usage”) acapkali sulit dan
bergantung kepada bidang atau transaksi
bisnis.
Kebiasaan
internasional
merefleksikan
praktek bisnis yang diketahui secara umum
dan dipraktekkan secara tetap untuk suatu
transaksi tertentu.
Suatu kebiasaan menjadi mengikat, kecuali
para pihak menentukan lain.
20
SUMBER HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL (3)
PUTUSAN PENGADILAN
“A
great deal of commercial law is
developed by courts deciding individual
cases brought by parties who claim to have
suffered some legal injury in the context of
a specific commercial understanding.”
[FOX, 1992]
21
PARA PIHAK (1): PENGUSAHAPENGUSAHA
Kontrak pengusaha – pengsuaha asing berlaku
dan tunduk pada suatu hukum nasional
tertentu untuk berlakunya suatu kontrak dan
mengikatnya kontrak tersebut terhadap para
pihak.
22
PARA PIHAK (2): Negara - Pengusaha
1. Section 1605 (a) (2) The Foreign Sovereign Immunity
Act: Suatu negara (termasuk badan hukum milik negara)
dikecualikan dari kekebalan (imunitas) terhadap tuntutan
manakala:
“[1] in which the action is based upon a commercial
activity carried on in the United States by the foreign
state; or
[2] upon an act performed in the United States in
connection with a commercial activity of the foreign state
elsewhere; or
[3] upon an act outside the territory of the United States in
connection with a commercial activity of the foreign state
elsewhere and that act causes a direct effect in the United
States.”
Eg.: Hanil Bank v. Bank Negara Indonesia (Persero) (1998).
23
PARA PIHAK (2): NEGARA - PENGUSAHA
2. Praktek Negara yang Bersangkutan:
Tunduknya suatu negara secara diam-diam kepada
badan peradilan asing.
Berdasarkan konsep jure gestiones suatu negara
dianggap telah menanggalkan imunitas (waiver of
immunity) atau kedaulatannya sehubungan dengan
tindakan negara tersebut di bidang bisnis.
Penanggalan ini diperlukan agar kedudukan para
pihak dalam suatu kontrak atau transaksi komersial
dapat berada dalam kedudukan yang seimbang
(prinsip Equality of the Parties).
24
PARA PIHAK (3): Negara – Negara
 Kontrak yang diadakan antara negara-negara harus
dibedakan dengan perjanjian internasional di
bidang publik (eg.: Perjanjian Perbatasan, Ikutnya
suatu negara ke dalam suatu perjanjian
internasional yang bersifat publik, ie., Konvensikonvensi internasional hukum laut, lingkungan
internasional, dll.
 Kontrak antara negara tunduk kepada prinsip jure
gestiones, di mana tindakan negara tersebut
dianggap sebagai perbuatan manusia biasa di
bidang komersial.
25
BENTUK KONTRAK INTERNASIONAL
1.MEMORANDUM OF UNDERSTANDING/Letter
of Intent
2. SALES OF GOODS AND SERVICES
3.AGENCY AND DISTRIBUTORSHIP AGREEMENT
4.FRANCHISES
5.LISENSI DAN TRANSFER TEKNOLOGI
6.JOINT VENTURES
7.BENTUK LAINNYA: DEVELOPMENT
AGREEMENT, mis.: PSC, Concession
Agreement
26
MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
Suatu dokumen yang memuat keinginan para pihak.
Biasanya digunakan untuk kontrak-kontrak yang
kompleks.
Digunakan apabila suatu kontrak masih menunggu
persetujuan pemerintah atau bank untuk
pembiayaan suatu pekerjaan
Biasanya digunakan untuk menunjukkan bahwa para
pihak telah “agreed to agree”. Detail kesepakatan
dituangkan dalam kontrak.
Dokumen pra-kontrak atau precontractual
document or instrument.
27
KEKUATAN MENGIKAT MoU
Pada prinsipnya, MoU memenuhi syarat-syarat
sahnya suatu perjanjian: pasal 1320 KUH
Perdata
Mengikat menurut hukum
Di kalangan bisnis MoU biasanya memuat
kesepakatan awal dan hanya mengikat secara
moral (to be morally binding).
Bergantung pada hubungan kontraktual dari MoU
tersebut ('obligatory contractual’).
Pernyataan dengan tegas dalam MoU.
28
MUATAN MoU
KEPALA MoU
Judul MoU, Nomor, Tanggal dan Tempat MoU
Ditandatangani
KOMPARISI
Para pihak dalam MoU
PRAEMISSES
Maksud/alasan para pihak
ISI MoU
Ketentuan Esensialia, Tambahan dan Wajib.
PENUTUP
1. Execution of Implementing MoU; 2. Notices; 3. Effective
Date; 4. Signature and Witness.
 Sama dengan Kontrak
29
SALE OF GOODS AND SERVICES
a. SALES OF GOODS,
“… penjualan suatu obyek tertentu untuk suatu
harga yang telah disepakati.” [Fox, 1992]
 Bentuk transaksi yang paling umum.
eg.: CISG 1980: “Sales of something other
than, among other things, ships, aircraft and
hovercraft, goods bought for family and
personal use, or goods bought at auction.”
30
SALE OF GOODS AND SERVICES
b. BARTER AND COUNTERTRADE
Barter: “An exchange of one thing for another.”
Countertrade: “One party supplies or procures
the supply of, goods or other economic value to
the second party and in return, the first party
agrees to purchase or procures to be purchased
from the second party, or from a party
designated by the second party, goods or other
economic value, so as to achieve an agreed ratio
between the reciprocal performance.” [Fox,
1992]
31
SALE OF GOODS AND SERVICES
PERMASALAHAN BARTER & COUNTERTRADE
1) A proper comparative valuation of the
both products
2) The transactions need to be performed
simultaneously
3) Quality Control.
32
KONTRAK JASA [SERVICE CONTRACT]
Semakin umum, eg.: financial and data processing,
employment, consulting services.
 Bentuk tradisional: Contract for Engineering and
Construction Services. Eg.: FIDIC Standards Clauses.
“Turnkey” Arrangement [“… an entire facility such
as an electric power plant is built and placed in
operation by a foreign company and the key to the
project turned over to the host government or the
purchasing company MANAGEMENT CONTRACT
[“An Agreement by which a host country can take
advantage of foreign expertise without giving over
valuable natural resources”]. .”[FOX, 1992]
33
AGENCY AND DISTRIBUTORSHIP
AGENCY
 An agent brings the product of the seller to
the attention of the potential purchasers by
contacting the potential customers, showing
samples of the products and soliciting orders.
 The sale contract is between the seller and
the purchaser.
34
AGENCY AND DISTRIBUTORSHIP
AGENCY
 An agent brings the product of the seller to the attention of
the potential purchasers by contacting the potential customers,
showing samples of the products and soliciting orders.
 The sale contract is between the seller and the purchaser.
DISTRIBUTORSHIP
 A commercial arrangement by which the distributor
undertakes to sell the foreign company’s product in the target
country and takes as remuneration a profit to the goods sold,
bearing virtually all the risks for obtaining products, selling those
products and receiving payments from the ultimate purchasers.
 The sales contract is between the distributor and the
purchaser.
35
FRANCHISES [1]
“A franchise is essentially a permission that allows
the franchise to take on the appearance of being
closely associated with the franchisor’s organization
and to represent that the products he is selling or
the services he is providing are those of the
franchisor.” [Shannon, 1982]
Party X (franchisor) sells franchises by which a
private individual (franchisee) obtains permission to
use the X trade name and its proprietary processes
so long as these individuals hold themselves out as X
outlets, follow company-dictated procedures and
practices, and pay X a percentage royalty for the
right to use the X logo.
36
FRANCHISES [2]
The Franchisee usually contributes a substantial sum
of money as part as his personal investment and is
often required to spend time at X headquarters
receiving training in X methods of business.
The Franchisor almost always dictates the precise
extent and nature of the agreement, normally
proffering a standard form contract that the
franchisee must sign. These standardized
agreements are weighed heavily in favor of
franchisor, especially in the areas of amount of
royalties, strictures on operating arrangements and
grounds for termination.
37
LISENSI DAN ALIH TEKNOLOGI
Pemegang IPRs memberi lisensi kepada pihak
lainnya untuk menggunakan produknya.
KARAKTERISTIK:
1. Jangka waktu yang cukup lama
2. Klausul kerahasiaan (Secrecy Clause) adalah
jantung perjanjian lisensi
3. Klausul Quality Control Provisions sangat
penting bagi Licensor.
4. Royalty payments
5. Termination of the contract.
38
JOINT VENTURES
“… suatu kontrak yang membentuk suatu
kerjasama [partnership] untuk melaksanakan
suatu kegiatan bisnis tertentu.”
BENTUK:
1. Partnership (antara dua perusahaan atau
suatu individu dengan suatu perusahaan)
2. Para pihak membentuk suatu perusahaan
baru untuk melaksanakan suatu usaha
patungan.
39
KLAUSUL DALAM JOINT VENTURE
Subject Matter of the Undertaking
Duration of the venture
Financing
Termination
Control of the Venture
Distribution of profits
Allocation of risks
Day-to-day management of the venture
Deletion and substitution of the parties to the venture
[Fox, 1992]
40
BENTUK LAINNYA: DEVELOPMENT
AGREEMENT
Natural Resources Concession
Agreement (Development Agreement)
The Concession Agreements
Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing
Contract)
Service (Risk) Contract
Technical Assistance Agreement
Joint Operating Agreement
41
KLAUSUL PILIHAN BAHASA
“The parties hereto have caused this Agreement made in
English, in duplicate, and executed by their respective duly
authorized representatives.”
“This Agreement is executed in the English language and
Indonesian language and in the case of conflicting in
meaning between the two versions, the English language as
the governing language shall prevail.”
“Persetujuan ini dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris, dan kedua naskah tersebut adalah sah. Dalam hal
terdapat suatu perbedaan penafsiran antar kedua naskah
tersebut, maka naskah bahasa Inggris yang akan
dipergunakan.”
42
PILIHAN BAHASA
“The parties hereto have caused this Agreement made in
English, in duplicate, and executed by their respective duly
authorized representatives.”
“This Agreement is executed in the English language and
Indonesian language and in the case of conflicting in
meaning between the two versions, the English language as
the governing language shall prevail.”
“The English language and the metric system of weights and
measures shall be used in all correspondence and matters
relating to the Contract. The Contractor’s representative(s)
shall be able to speak English proficiently so as to be able
to clearly make themselves understood by the Engineer and
in turn be able to clearly understand him.” (Jabotabek
Railway Project, 1987).
43
1.
2.
3.
FUNGSI
Freedom o/t Parties
Bonafide
Real Connection
1.
2.
3.
4.
Tegas-tegas
Diam-diam
Menyerahkan ke Pengadilan
Tidak ada Pilihan
PRINSIP-PRINSIP
MACAM-MACAM
Q:
• Berlaku doktrin
Separabilitas?
2. Kontrak turunan?
3. Hukum yang
memaksa?
BAGAIMANA SIKAP
PENGADILAN?
HUKUM YANG
DIGUNAKAN
PERTIMBANGANPERTIMBANGAN
PEMBATASAN
HUKUM
SUBSTANTIF
PILIHAN HUKUM
1. Berfungsi untuk menentukan hukum apa
yang akan digunakan untuk menentukan
atau menerangkan syarat-syarat kontrak
atau hukum yang akan menentukan dan
mengatur kontrak.
2. Menghindari ketidakpastian hukum yang
berlaku terhadap kontrak selama
pelaksanaan kewajiban-kewajiban
kontraktual para pihak.
45
PRINSIP-PRINSIP: CHOICE OF LAW
FREEDOM OF THE PARTIES
(partijautonomie)
PRINSIP BONAFIDE
REAL CONNECTION
PENGADILAN WAJIB MENGHORMATI CHOICE
OF LAW PARA PIHAK
46
CHOICE OF LAW
FREEDOM OF THE PARTIES
“The parties may exclude the application of
this Convention or, subject to article 12,
derogate from or vary the effect of any of
its provisions.” [Article 6 CISG].
Para pihak berhak menentukan pilihan
hukum yang akan berlaku terhadap
penyelesaian sengketa yang mungkin atau
telah timbul antara para pihak.” [Pasal 56:2
UU No 30/1999]
47
CHOICE OF LAW
FREEDOM OF THE PARTIES
“The arbitral tribunal shall decide the dispute in
accordance with such rules of law as are chosen by the
parties as applicable to the substance of the dispute. Any
designation of the law or legal system of a given State shall
be construed, unless otherwise, expressed, as directly
referring to the substantive of that State and not to its
conflict of laws rules.” [Article 28:1 MAL 1985].
“The Tribunal shall decide a dispute in accordance with
such rules of law as may be agreed by the parties. In the
absence of such agreement, the Tribunal shall apply the
law of the Contracting party to the dispute (including its
rules on the conflict of laws) and such rules of
international law as may be applicable.” [Pasal 42: 1 ICSID
Convention]
48
CHOICE OF LAW
1. TEGAS
2. PARA PIHAK MENYERAHKANNYA KEPADA
PENGADILAN.
3. DIAM-DIAM/TERSIRAT
4. TIDAK TERCANTUM/TIDAK ADA
49
CHOICE OF LAW: TEGAS
Para pihak dengan tegas memilih hukum yang berlaku
untuk kontrak. Eg.: Hukum nasional salah satu pihak,
hukum negara bagian tertentu [untuk Negara
Federal] atau Konvensi atau Perjanjian Internasional,
mis.: CISG atau UNIDROIT Principles.
Menurut beberapa sistem Hukum Perdata
Internasional (HPI), pilihan hukum para pihak harus
memiliki “connection with the contract”, mis.:
hukum nasional salah satu pihak atau hukum di
tempat kontrak dilaksanakan.
Apabila para pihak memilih jurisdiksi eksklusif suatu
badan peradilan, mereka harus yakin bahwa
pengadilan tersebut akanmenghormati pilihan hukum
mereka.
50
CHOICE OF LAW: PARA PIHAK
MENYERAHKANNYA KEPADA PENGADILAN
“The law governing the substantive issues
between the Parties shall be determined by
the Tribunal, having regard to the quality of
the Parties, the transnational character of
their relations and the principles of law and
practice prevailing in the modern world.”
(Special Arbitration Agreement between US’s
Aminoil dengan Kuwait).
51
CHOICE OF LAW:
DIAM-DIAM DAN TIDAK ADA
DIAM-DIAM/TERSIRAT
Pilihan yang didasarkan pada indikasi yang dibuat oleh para
pihak.
TIDAK TERCANTUM/TIDAK ADA
Para pihak sengaja tidak mencantumkannya.
RISIKO:
1. Hukum yang berlaku terhadap kontrak ditentukan oleh
aturan-aturan HPI dari suatu sistem hukum dari suatu
negara.
2. Meskipun aturan-aturan HPI suatu negara akan menentukan
hukum yang berlaku untuk kontrak, aturan-aturan sistem
hukum tersebut dapat saja tidak jelas, terlalu umum, guna
memberi kepastian dan menentukan hukum yang berlaku
untuk kontrak.
52
PEMBATASAN CHOICE OF LAW (RELATIVE
FREEDOM OF THE PARTIES)
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak melanggar ketertiban umum.
Hanya di bidang hukum kontrak
Tidak boleh mengenai hukum kontrak kerja.
Tidak untuk menyelundupkan hukum
Tidak untuk transaksi tanah atau hak-hak atas
benda tak bergerak.
6. Tidak boleh mengenai ketentuan hukum
perdata dengan sifat publik, mis., status
kewarganegaraan atau hukum keluarga (family
law), warisan.
53
MACAM-MACAM CHOICE OF LAW
1.
HUKUM NASIONAL
 “This Agreement shall be governed by the
laws of the Republic of Indonesia.”
 “This KSO Agreement shall be governed by
and construed and interpreted in accordance
with the laws of the Republic of Indonesia
and shall for all purposes be conclusively
deemed to be an Indonesian contract .”
[Article 19.2 KSO Agreement b/w PT Telkom
and PT AWI]
54
MACAM-MACAM CHOICE OF LAW
2. HUKUM INTERNASIONAL
“This concession shall be governed by and
interpreted in accordance with the principles of
law of Libya common to the principles of
international law and in the absence of such
common principles then by and in accordance with
the general principles of law, including such as
those principles as may have been applied by
international tribunals.” (Clause 28 Concession
Agreement, Libya and Texaco Overseas Petroleum
Co. & California Asiatic Oil Co.).
55
MACAM-MACAM CHOICE OF LAW
3.PRINSIP-PRINSIP HUKUM KONTRAK DALAM
KONVENSI/PERJANJIAN INTERNASIONAL

“The rights and obligations of the parties
under this agreement shall be governed by
the provisions of the 1980 U.N. Convention on
the Contracts for the International Sale of
Goods.”
 "This contract shall be governed by the
UNIDROIT Principles (1994) [except as to
Articles …]". Model Clause UNIDROIT Principles
56
PERTIMBANGAN DALAM MENENTUKAN
CHOICE OF LAW
1. Pengetahuan para pihak atau mudah-tidaknya
memperoleh pengetahuan tentang hukum yang
(akan) dipilih oleh para pihak.
2. Kemampuan hukum tersebut untuk menyelesaikan
sengketa secara layak masalah-masalah hukum
yang timbul dari suatu kontrak.
3. Seberapa banyak adanya aturan-aturan yang
memaksa yang akan dapat membatasi kebebasan
para pihak dalam menetapkan hak dan
kewajibannya serta kebutuhan atau
kepentingannya.
57
NO CHOICE OF LAW
1.
2.
3.
4.
5.
Lex Loci Contractis.
Hukum kontrak yang berlaku adalah hukum di mana kontrak dibuat.
Lex Loci Solutionis
Hukum yang berlaku adalah hukum di tempat di mana dilaksanakan
kontrak.
The Proper Law of the Contract (Ajaran Titik Taut Terkuat).
Digunakan di negara-negara Anglo Saxon. Hukum yang berlaku
adalah hukum dengan mana titik taut setelah dihitung ternyata
terkuat.
Lex Fori.
Menurut ajaran ini, hukum yang digunakan adalah hukum hakim.
The Most Characteristic Connection.
Menurut ajaran ini, prestasi yang paling karakteristiklah yang
menentukan, sekaligus menentukan hukum mana yang berlaku.
58
The Most Characteristic Connection
1. Dalam jual beli, maka penjual-lah yang
melakukan prestasi paling karakteristik.
2. Dalam kontrak pemborongan, prestasi
paling karakteristik adalah pemborong.
3. Dalam kontrak antara advokal dengan klien,
prestasi paling karakteristik adalah
advokat.
4. Dalam kontrak pinjam uang dari bank,
prestasi paling karakteristik adalah pihak
bank. (S. Gautama).
59
KARAKTERISTIK CHOICE OF LAW
1. Berlaku Doktrin Severability?
2. Choice of Law dalam Kontrak-kontrak
Turunan.
3. Choice of Law dan Aturan-aturan
(hukum) yang Memaksa.
60
EG.: SERVICES AGREEMENT
25.0 APPLICABLE LAW
This Agreement shall be governed by and
interpreted in accordance with the laws of the
Republic of Indonesia.
In the event a statute, law, rule or decree is
referenced in this Agreement, such reference shall
be deemed to include any and all amendments to
and substitutions for any such statute, law, rule or
decree that may be or become effective during the
term of this Agreement and any obligation imposed
regarding a statute, law, rule or decree referenced
herein shall also constitute an obligation of such
party under any amendment thereto or substitution
therefor.
61
SERVICES AGREEMENT
25.0 HUKUM YANG BERLAKU
Peranjian ini tunduk dan ditafsirkan sesuai dengan
hukum Republik Indonesia.
Dalam hal suatu undang-undang, peraturan atau
surat keputusan yang ditunjuk dalam Perjanjian
ini maka penunjukan tersebut dianggap termasuk
setiap dan semua perubahannya yang mungkin
berlaku selama jangka waktu Perjanjian ini dan
setiap kewajiban yang ditentukan olehnya akan
merupakan kewajiban dari pihak tersebut
berdasarkan perubahan atas penggantian dari
setiap undang-undang, peraturan atau surat
keputusan tersebut.
62
1. Tegas-tegas
2. Tidak ada Pilihan
FUNGSI DAN ARTI
HUBUNGAN DENGAN
PILIHAN HUKUM?
MACAM-MACAM
Q:
• Berlaku doktrin
Separabilitas?
2. Kontrak turunan?
3. Hukum yang
memaksa?
BAGAIMANA SIKAP
PENGADILAN?
PILIHAN
PENYELESAIKAN
SENGKETA
KONTRAK
[Choice of Forum]
PERTIMBANGANPERTIMBANGAN
FORUM?
PEMBATASAN?
CHOICE OF FORUM
FORUM: Suatu Pengadilan, Badan Peradilan,
Tempat Persidangan, Tempat di mana Klaim
Diajukan.
Mengendalikan risiko dalam pelaksanaan
kontrak dengan memilih forum atau
jurisdiksi untuk menyelesaikan sengekta
apabila cara negosiasi tidak berhasil.
Pilihan forum yang tepat dapat menghemat
biaya di kemudian hari.
64
CHOICE OF FORUM
1. LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA: ADR,
Pengadilan, Arbitrase, dll.
2. CHOICE OF FORUM
(Tidak Sama dengan Choice of Law).
3. JURISDICTION (Exercise)
Jurisdictione Personae & Jurisdictione
Materiae.
3. ENFORCEMENT
65
CHOICE OF FORUM
NON EXISTENCE [Tidak Ada Pilihan Forum]
EXPRESS.
“Any claim matter or difference which shall arise
between the parties touching any clause matter
or things whatsoever herein contained or the
operation or construction thereof or any claim
matter dispute or difference in connection with
this Agreement or the rights, duties, liabilities of
either party under or in connection with this
Agreement shall be referred and submitted to the
courts in the Republic of Indonesia for
determination.”
66
PRINSIP CHOICE OF FORUM (1)
PRINSIP “ACTOR SEQUITOR FORUM REI.”
Forum (pengadilan) yang berwenang adalah forum
(pengadilan negeri) tempat tinggal tergugat.
Eg.: Pasal 118 (1) HIR :
“Tuntutan-tuntutan perdata yang dalam tingkat pertama
masuk kekuasaan-kekuasaan pengadilan negeri,
hendaklah dengan surat permintaan yang ditandatangani
oleh penggugat atau …, oleh wakilnya, dimasukkan
kepada ketua pengadilan negeri, yang dalam daerah
hukumnya terletak tempat diam sitergugat, atau kalau
tidak ada tempat diam yang diketahui, tempat
sebenarnya ia tinggal.”
67
PRINSIP CHOICE OF FORUM (2): JURISDIKSI PN
YANG TERDAPAT UNSUR ASING DI RI [1]
Jika tidak diketahui tempat tinggalnya, tempat ia
sebenarnya berada.
Jika tergugat lebih dari satu orang dan mereka
tidak tinggal dalam satu wilayah suatu PN,
gugatan diajukan kepada PN di tempat salah
seorang bertempat tinggal.
Jika tergugat tidak mempunyai tempat tinggal
yang dikenal dan juga tempat tinggal sebenarnya
tidak dikenal, maka gugatan diajukan kepada PN
di tempat penggugat (forum actoris).
68
PRINSIP CHOICE OF FORUM (2): JURISDIKSI PN YANG
TERDAPAT UNSUR ASING DI RI
Apabila gugatan berkaitan dengan benda tidak
bergerak (benda tetap), gugatan diajukan kepada
PN di mana benda tetap itu terletak (forum rei
sitae).
Jika terdapat pilihan domisili, gugatan diajukan
kepada PN yang telah dipilih tersebut.
(Pasal 118 HIR).
69
PROSEDUR KHUSUS BILA TERGUGAT TIDAK MEMPUNYA
TEMPAT KEDIAMAN YANG DIKENAL DI INDONESIA
Gugatan harus dilakukan di tempat tinggal pihak tergugat.
Kewenangan mengadili didasarkan pada prinsip the basis
of presence, yakni jurisdiksi suatu negara meliputi secara
teritorial meliputi atas semua orang dan benda yang
berada di dalam batas-batas wilayah negaranya. (Pasal 6
(8) Regelement op de Burgerlijk Rechtsverordering - RV).
Pertimbangan lain: Principle of Effectiveness dari
gugatan: yakni Hakim hanya akan memberi putusan yang
pada hakikatnya akan dapat dilaksanakan kelak: gugatan
akan terjamin apabila diajukan di hadapan pengadilan di
mana pihak tergugat (dan benda-bendanya) berada.
70
PRINSIP CHOICE OF FORUM (3)
Forum Shopping.
Such occurs when a party attempts to have his
action tried in a particular court or jurisdiction
where he feels he will receive the most favorabe
judgment or verdict.
Forum Non Conveniens.
Discretionary power of court to decline jurisdiction
when convenience of paties and ends of justice
would be better served if action were brought and
tried in another forum.
71
PEMBATASAN CHOICE OF FORUM
1. Status atau kewenangan orang atau badan
2.
3.
4.
5.
hukum keluarga, termasuk kewajiban atau
hak-hak pribadi atau finansial antara orang
tua dan atau antara suami dan isteri;
Permasalahan alimentasi yang tidak termasuk
dalam butir 1;
Warisan;
Kepailitan;
Hak-hak atas benda tidak bergerak
(Convention on the Choice of Court of 1965).
72
PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN
ASING DI INDONESIA
1. PERJANJIAN INTERNASIONAL
Convention on Jurisdiction and Enforcement
Judgments in Civil and Commercial Matters, 1971.
of
 Pemberian pengakuan dan pelaksanaan terhadap
putusan pengadilan asing yang telah memenuhi syaratsyarat tertentu:
a. Telah terpenuhinya
ketentuan Konvensi;
kompetensi
sesuai
dengan
b. Putusan tersebut telah memperoleh kekuatan yang
pasti di wilayah diambilnya putusan tersebut,
sehingga putusan tersebut telah dapat dilaksanakan
(enforceable) di wilayah asalnya sendiri.
73
PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN
ASING DI INDONESIA
2. HUKUM NASIONAL RI
”... keputusan-keputusan yang diberikan oleh
badan-badan peradilan luar negeri, tidak dapat
dieksekusi (dilaksanakan) di Indonesia.” (Ps. 436
Rv.)
74
Download