Serangga - WordPress.com

advertisement
Volume 1 nomor 1 Tahun 1, November 2010
Harga Rp. 20.000/ Rp. 21.000 (Luar Jawa)
Serangga
Majalah komunitas pemerhati serangga
Peran serangga di alam
Eksoskeleton,
baju zirah serangga
Mimikri,
penyamaran yang (nyaris) sempurna
Semut rangrang,
Oecophylla smaragdina
http://ilmuserangga.wordpress.com | e-mail: [email protected]
Advertorial
Telah terbit!
Format baru
Informasi berlangganan:
Redaksi Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia
d.a. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Jl. Flora 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281
Telp./Faks.: (0274) 523926; E-mail: [email protected]
Undangan
Pembaca yang terhormat,
dengan motto majalah ini, yaitu
Terima kasih telah membaca majalah ini. Sesuai
gga mengundang siapa saja yang
Seran
ah
majal
maka
“Berbagi untuk mencerahkan”,
(hasil penelitian besar maupun kecil,
tertarik untuk berbagi tulisan pada rubrik Kajian
grafis, puisi, dan sejenisnya)
desain
atau review) atau hasil karya seni (gambar, foto,
tentang serangga.
an adalah:
Syarat dan ketentuan bahan yang dapat disumbangk
karya contekan atau jiplakan
1. Orisinal atau merupakan karya asli dan bukan
terjemahan) harus
(plagiat). Karya sekunder (penulisan kembali atau
(sumber rujukan).
acuan
ai
sebag
menyebutkan karya asli yang digunakan
harus mengacu pada
)
review
(
kajian
atau
2. Bahan yang berupa hasil penelitian
.
benar
yang
ilmiah
kaidah-kaidah penulisan
3. Tidak bersifat menghasut atau kontroversial.
New Roman berukuran 12 poin,
4. Naskah ditulis menggunakan tipe huruf Times
an berkisar 9-10.
ditulis menggunakan spasi ganda, dan jumlah halam
baik dan benar, meskipun
yang
5. Naskah ditulis menggunakan Bahasa Indonesia
er.
popul
isan
penul
l
penulis boleh menggunakan mode
bentuk hardcopy, atau softcopy
6. Lukisan, sketsa, dan foto dapat dikirimkan dalam
dikirimkan dalam format
(dalam format JPG, TIFF, atau PNG). Puisi dapat
Microsoft Word (.doc).
mendapatkan imbalan
7. Setiap naskah atau karya seni yang dimuat akan
sepantasnya.
Naskah atau hasil karya dalam bentuk hardcopy
harap dikirimkan ke alamat:
Redaksi majalah SERANGGA
esi) G-29, Sono, Sinduadi, Mlati,
Jl. Kaliurang km 6,7 Gg. Timor-Timur (Gg. Sulaw
Sleman, Yogyakarta 55284.
kan ke alamat email:
Naskah dan hasil karya dalam bentuk softcopy dikirim
[email protected]
ya ya.
Demikian undangan kami, dan ditunggu partisipasin
Salam,
Editorial
Menurut prakiraan, jumlah jenis serangga kirakira mencapai 60-an persen dari total jenis makhluk
hidup, sehingga para ahli sepakat jika keberadaan
serangga di alam sangat penting dan tidak tergantikan. Namun, manusia masih belum memahami
hal ini sepenuhnya, sehingga perhatian terhadap
pentingnya keberadaan mereka di alam masih sangat kurang. Akibatnya, banyak jenis serangga punah, atau sebaliknya populasi yang lain berkembang
sangat cepat (misalnya melalui mekanisme resistensi
atau resurgensi). Hal ini mengakibatkan keseimbangan alam terganggu, sehingga proses kehidupan
di dalam ekosistem menjadi terganggu pula.
Oleh karena itu, mengenal dan memahami serangga sangat penting, sehingga dibutuhkan pengetahuan tentang serangga yang meliputi hakikat keberadaan mereka di alam dan hubungannya dengan
makhluk hidup lain, sehingga kita dapat merancang
sebuah sistem pengelolaan populasi yang tepat yang
mampu meminimalkan risiko ketidakseimbangan
proses kehidupan di alam.
Majalah ini kami terbitkan sebagai media untuk
berbagi pengetahuan tentang serangga dan pengalaman tentang cara-cara pengelolaannya. Oleh
karena itu, kami akan membahas semua hal tentang
serangga (termasuk bioekologi dan teknik-teknik
pengelolaannya), dan banyak hal yang memungkinkan pemasyarakatan ilmu serangga menjadi lebih
luas, misalnya melalui karya seni (gambar, desain,
puisi, dan sebagainya). Kami juga mempertimbangkan cakupan pembaca sasaran, yaitu mulai usia
dini sampai dengan dewasa, juga masyarakat yang
paham maupun awam ilmu serangga.
Edisi perdana ini adalah prototype yang akan
kami sempurnakan pada edisi-edisi selanjutnya.
Oleh karena itu, kontribusi pembaca berupa kritik,
saran, pertanyaan, maupun bahan publikasi (naskah
maupun karya seni) sangat kami harapkan.
Akhirnya, kami berharap agar media komunikasi
ini benar-benar mampu menopang cita-cita kita
untuk memasyarakatkan ilmu serangga, agar pemahaman kita terhadap mereka menjadi lebih baik dan
berimbang. Terima kasih.
Salam
Tim
Koordinator:
Nugroho Susetya Putra
Sekretaris dan administrasi:
Palupi Jatuasri
Redaktur:
Suputa
Nugroho Susetya Putra
Atu Ira Kurnia
Artistik:
Nugroho Susetya Putra
Vira Kusuma Dewi
Suputa
Yahya S. Hilmi
Alamat Redaksi:
Jl. Kaliurang km 6,7 Gg.
Timor-Timur (Gg. Sulawesi)
G-29, Sono, Sinduadi, Mlati,
Sleman, Yogyakarta 55284.
Kritik, saran dan pertanyaan
kirimkan ke:
majalahserangga@gmail.
com
Weblog:
http://ilmuserangga.wordpress.com
Penerbit:
Pustaka Ilmu Serangga
Menu November 2010
Editorial
Menu
Serangga di sekitar kita
Forum
26 Kecoa, si kotor yang berbahaya
30 Semut rangrang, Oecophylla
6 Peran serangga di alam
34 Lalat buah tephritid
Serangga dapat kita temui di hampir semua tempat: di darat maupun di perairan. Menilik kemelimpahan serangga
yang luar biasa tersebut, timbul satu
dugaan, bahwa mereka pasti mempunyai peran yang vital di habitat-habitat
tersebut. Bagaimana mereka berperan
di dalam sebuah ekosistem?
Karya kita [38-41]
12 Mengapa serangga sanggup ber-
46 Modifikasi perangkap lalat buah
Menurut para ahli, serangga sudah
muncul di planet bumi jutaan tahun
yang lalu. Namun, hingga saat ini,
serangga masih saja mampu bertahan
hidup, bahkan mampu menyebar di
daerah-daerah dengan kondisi ekstrim.
Bagaimana cara serangga dapat bertahan menghadapi alam yang dinamis
tersebut?
Kajian
tahan di alam?
smaragdina
Bedah serangga
42 Eksoskeleton, baju zirah pada
serangga
Teknologi pengendalian
50 Potensi Intraguild Predation (IGP)
pada pengendalian hayati
Entomopedia
54 Reflex bleeding
55 Phoresy
Yang unik pada serangga
Yuk, belajar ilmu serangga
56 Koleksi (tulisan 1)
18 Warning coloration: Warna cerah
Menu Edisi Januari 2011
22 Mimikri, penyamaran yang (nyaris)
Keterangan gambar sam
Semut hitam, Lasius sp. pul:
sedang mencari cairan manis yang dih
kutu afid pada Gulma Sia asilkan oleh
laena odorata). Foto ole m (Chromoh N.S. Putra
untuk pertahanan
sempurna
Forum
Peran serangga di alam
Sampai saat ini, lebih dari 1 juta
spesies serangga yang mencakup
serangga darat (sebagian besar),
dan serangga yang hidup di air telah
berhasil diidentifikasi, namun para
ahli yakin bahwa lebih banyak spesies masih menunggu giliran untuk
diidentifikasi. Selanjutnya, kemelimpahan serangga mencapai 80 persen
dari total kemelimpahan organisme
di muka bumi. Dengan demikian,
dapat dipastikan bahwa serangga
adalah organisme yang mendominasi rantai dan jejaring makanan di
hampir semua jenis ekosistem. Mereka mungkin menghuni jaringan
tumbuhan sebagai herbivora, menghuni celah-celah sempit di antara
bebatuan sebagai peliang, membangun kubah-kubah yang keras
sebagai sarang komunitas mereka
yang melimpah, menghuni perairan
sebagai pakan maupun pemangsa
organisme lain, menghuni rhizosfer
tumbuhan sebagai pengurai bahan
organik, dan di banyak tempat yang
lain.
Menilik hal-hal tersebut, kita dapat menduga bahwa serangga mempunyai peran ekologis dan ekonomis yang amat penting. Secara
ekologis, serangga berperan sebagai
Pemakan tumbuhan (herbivora) seperti ulat ini membantu alam
mempertahankan populasi tumbuhan di alam (Gambar: Nugroho
Susetya Putra, 2009)
6
SERANGGA
Volume 1 nomor 1 November 2010
komponen rantai makanan; mungkin sebagai herbivora, karnivora, pengurai (detritivora), dan penyerbuk.
Sementara itu, secara ekonomis, serangga dapat menjadi hama, musuh
alami, atau vektor penyakit tanaman, binatang, dan manusia.
Pemakan tumbuhan (herbivora)
Banyak serangga makan pada
tumbuhan, dan sebagian di antara
mereka ditasbihkan manusia menjadi serangga yang merugikan (disebut hama). Banyak jenis ulat (larva kupu-kupu dan ngengat) menjadi
hama penting pada tanaman, misalnya Plutella xylostella (hama tanaman kubis-kubisan), wereng coklat
Nilaparvata lugens (hama pengisap
pada batang padi), belalang Locusta
migratoria adalah pemangsa rakus
hampir segala jenis tumbuhan yang
mereka temui di sepanjang jalan
yang mereka lalui, dan banyak jenis
yang lain.
Secara ekologis, serangga herbivora berperan sebagai pengontrol
Kumbang koksi, Asian lady beetle (Harmonia axyridis) (Sumber: Bruce Marlin
2003, http://en.wikipedia.org)
kemelimpahan tumbuhan. Pada
beberapa kasus, serangga herbivora dimanfaatkan untuk mengendalikan pertumbuhan tumbuhan
pengganggu (gulma). Lalat gall Procecidochares connexa misalnya, digunakan untuk mengendalikan gulma siam (lihat tulisan tentang Lalat
Buah Tephritid), selain ulat ngengat
Pareuchaetes pseudoinsulata.
Pemakan daging (karnivora)
Di lain pihak, Anda dapat menemukan musuh alami masing-masing
“hama” di atas, misalnya tawon parasitoid Apanteles plutellae (musuh
alami P. xylostella), atau kumbang
koksi (musuh alami wereng coklat).
Lalat tsetse, Glossina morsitans (Sumber:
http://en.wikipedia.org, 2005)
Jika Anda cermati, musuh alami
tersebut akan “mengontrol” kemelimpahan serangga inang atau mangsanya, sehingga selalu berkisar pada
ambang yang “normal”. Semut
rangrang yang Anda sangka “buas”
karena selalu menggigit jika diganggu, adalah pemangsa banyak jenis
SERANGGA
7
hama.
Namun, kelompok serangga
karnivora berikut ini dianggap merugikan manusia. Misalnya, aktivitas
nyamuk betina mengisap darah mamalia (termasuk manusia) ternyata
dapat menularkan penyakit. Malaria, Demam Berdarah Dengue, Kaki
Gajah (Elephantiasis) dan Cikungunya adalah contoh-contoh penyakit
pada manusia yang ditularkan oleh
nyamuk. Penyakit Chagas ditularkan
oleh kepik Triatoma, dan Penyakit
Tidur (Sleeping Sickness) ditularkan
oleh lalat Tse-Tse (Glossina sp.).
Pengurai bahan organik
Peran serangga pengurai sangat penting di alam. Misalnya,
rayap dapat menghancurkan dan
menguraikan kayu dan bahan-bahan dari tumbuhan dengan bantuan
protozoa dan bakteri pemecah selulosa di dalam usus belakangnya, sehingga membantu mengubah “gundukan sampah” tumbuhan menjadi
bahan-bahan yang dapat digunakan
kembali, baik oleh si rayap sendiri
maupun oleh tanah sebagai bahan
penyubur. Beberapa contoh bakteri
simbion pemecah selulosa pada
rayap adalah bakteri fakultatif Serratia marcescens, Enterobacter aerogens, Enterobacter cloacae, dan
Citrobacter farmeri yang menghuni
usus belakang rayap spesies Coptotermes formosanus (famili Rhinotermitidae) dan berperan memecah selulosa, hemiselulosa dan menambat
nitrogen. Sementara itu, protozoa
simbion yang hidup pada usus rayap
C. formosanus, misalnya Pseudotrichonympha grassi, Holomastigotoides hartmanni, dan Spirotricho-
Rayap Nasutitermes di hutan sekunder Kalimantan Selatan (Gambar:
Nugroho Susetya Putra, 2008)
8
SERANGGA
Volume 1 nomor 1 November 2010
nympha leidyi membantu rayap
dalam mencernakan bahan berkayu. Sementara itu, bakteri Bacillus
cereus ditemukan pada usus kecoa
Blaberus giganteus pemakan kayu.
Selain itu, aktivitas rayap membuat
sarang di dalam tanah juga membantu menggemburkan tanah, sehingga pertukaran udara di dalam
tanah menjadi lebih baik.
sampai antagonis (larva ngengat
berperan sebagai herbivora).
Sementara itu, kupu-kupu, lebah, dan tawon adalah serangga
penyerbuk yang bersifat fakultatif
(tidak mempunyai hubungan yang
sangat khas seperti beberapa contoh
di atas). Pernahkah Anda perhatikan, bagaimana lebah mengunjungi
bunga? Sambil mencari cairan madu
Lebah madu Eropa, Apis mellifera sedang mencari nektar (Sumber:
John Severn 2006 http://en.wikipedia.org)
Penyerbuk
Penyerbukan oleh serangga
pada tumbuhan disebut entomofili.
Hubungan antara serangga penyerbuk dengan tumbuhan yang diserbukinya kadang-kadang sangat erat
(bersifat obligat), misalnya, hubungan antara tumbuhan Yucca (famili
Agavaceae) dengan ngengat Yucca
(Lepidoptera: Prodoxidae) yang
berkisar antara mutualisme obligat
(nektar), mereka juga mengumpulkan serbuk sari di sekujur tubuhnya.
Nah, serbuk sari inilah yang secara
tidak sengaja akan menempel pada
putik bunga lain yang dikunjunginya,
sehingga terjadilah penyerbukan!
Sumber gizi dan energi
Para ahli menunjukkan bahwa
serangga mengandung protein yang
cukup tinggi. Manusia zaman purba
SERANGGA
9
diduga sudah memanfaatkan serangga sebagai sumber makanan.
Entomofagi atau ilmu yang mempelajari pemanfaatan serangga sebagai bahan makanan oleh manusia
telah berkembang selama beberapa
tahun belakangan, dan ada bukti
bahwa energi yang terkandung dalam tubuh serangga cukup tinggi,
sehingga potensial digunakan se-
sebagai sumber protein, demikian
pula dengan banyak suku di benua Afrika. Di Indonesia, penduduk
Papua mengkonsumsi larva kumbang sagu (famili Curculionidae). Di
Daerah Istimewa Yogyakarta, penduduknya menyukai belalang kayu
(famili Acrididae) sebagai lauk yang
lezat dan menyehatkan. Laron dan
larva lebah juga menjadi menu fa-
Belalang goreng (Chapuline) di Meksiko (Sumber: Meutia Chaerani /
Indradi Soemardjan 2006, http://en.wikipedia.org)
bagai makanan. Ulat sutra (Bombyx
mori) dan ulat hongkong (kumbang
Tenebrio mollitor) sebagai contoh,
mengandung energi rata-rata 5 sampai 6,5 kkal/ g berat kering tubuh.
Budaya memakan serangga
ini terdapat di berbagai negara di
dunia, terutama pada penduduk
asli, meskipun kemudian diadopsi
dan dikembangkan oleh masyarakat
modern di perkotaan. Bangsa Indian
Amerika terbukti telah memanfaatkan beberapa jenis serangga, terutama larva ngengat dan kumbang
10
SERANGGA
vorit penduduk di daerah tertentu
di pulau Jawa.
Penghasil bahan berguna
Banyak serangga yang menghasilkan bahan yang dibutuhkan oleh
manusia. Lebah madu menghasilkan
madu, royal jelly, propolis, malam,
dan larva serta pupanya menjadi kudapan yang lezat; kutu Kerria lacca
(Hemiptera: Kerriidae) menghasilkan
lak, sejenis bahan pembuat pernis;
dan ulat sutra, misalnya spesies
Volume 1 nomor 1 November 2010
Bombyx mori (Lepidoptera: Saturniidae) menghasilkan sutra yang mahal harganya. Pada dekade terakhir,
ditemukan pula beberapa spesies
ngengat liar, misalnya genus Cricula
yang ternyata mampu menghasilkan sutera yang mempunyai kualitas
lebih baik dibandingkan sutera dari
Bombyx.
Penelitian terkini bahkan memperlihatkan bahwa rayap ternyata
mempunyai potensi untuk digunakan sebagai “bioreaktor” untuk
menghasilkan hidrogen. Penelitian
yang dilakukan oleh Departemen
Menurut literatur kuno maupun
modern, madu terbukti mempunyai
khasiat yang luar biasa bagi manusia
(Sumber: Scott Bauer, 2004/ USDA,
http://en.wikipedia.org)
Energi Amerika Serikat menjelaskan bahwa beberapa spesies rayap
mampu menghasilkan dua liter
hidrogen hanya dari selembar kertas
dengan memanfaatkan lebih kurang
200 spesies mikroorganisme di dalam ususnya. Potensi luar biasa ini
dipelajari lebih lanjut untuk menghasilkan hidrogen melalui cara yang
lebih efisien dan aman, karena tidak
menggunakan bahan bakar fosil untuk menggerakkan listrik yang digunakan untuk menghasilkan gerak.
Pustaka
Aldrich, J.M., 1912. Larvae of a saturniid
moth used as food by California Indians. Journal of the New York Entomological Society 20: 28-31.
Althoff, D. M., K.A. Segraves, & J.P.
Sparks. 2004. Characterizing the interaction between the bogus yucca
moth and yuccas: do bogus yucca
moths impact yucca reproductive
success? Oecologia 140: 321-327.
Essig, E.O., 1934. The value of insects to
the California Indians. The Scientific
Monthly 38: 181-186.
Frankie, G.W., & R.W. Thorp. 2003. Pollination and pollinators. Dalam: V.H.
Resh & R.T. Carde (editor), Encyclopedia of Insects, Academic Press,
Amsterdam, halaman 919 – 926.
Frye, F.L., & C.C. Calvert. 1989. Preliminary information on the nutritional
content of mulberry silk moth (Bombyx mori) larvae. Journal of Zoo and
Wildlife Medicine 20: 73-75.
Knight, C.G. 1971. The ecology of African
sleeping sickness. Annals of the Association of American Geographers
61: 23-44.
Mims, F.M., B.N. Holben, T.F. Eck, B.C.
Montgomery, & W.B. Grant. 1997.
Smoky skies, mosquitoes, and disease. Science 276: 1774-1775.
Sutton, M.Q., 1995. Archaeological aspects of insect use. Journal of Archaeological Method and Theory 2:
253-298.
SERANGGA
11
Download