BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Di bawah ini merupakan analisis data secara statistik untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Seberapa besar status sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Perbutulan
Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.
2. Sejauhmana tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan
Sumber Kabupaten Cirebon.
3. Seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap
pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan
Sumber Kabupaten Cirebon.
Berikut ini adalah hasil penelitian yang dilakukan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
1.
Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan
Di bawah ini akan dipaparkan perhitungan statistik status sosial ekonomi di
Kelurahan Perbutulan yang dibagi ke dalam empat faktor, yaitu faktor pekerjaan,
faktor pendidikan, faktor pendapatan, dan faktor pemilikan. Yang pertama akan
dibahas ialah faktor pekerjaan dan selanjutnya faktor-faktor berikutnya.
a.
Faktor Pekerjaan
Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation,
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1
Perhitungan Statistik
Descriptive Statistics
N
Minimum
Pekerjaan
36
Valid N (listwise)
36
17.00
Maximum
28.00
Mean
23.0556
Std. Deviation
1.99921
Sumber: Hasil olah data SPSS 20
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pekerjaan
adalah sebesar 23,06, standar deviation sebesar 1,99, nilai maksimum sebesar 28,
dan nilai minimum sebesar 17. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang
dan rendahnya faktor pekerjaan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :
Nilai Maksimum
= 28
Nilai Minimum
= 17
Range
28 – 17
= 11
Interval
11 : 3
= 3,6
Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval
pengkategorian faktor pekerjaan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Interval pengkategorian
Batas
Kategori
17 – 20,6
Rendah
20,7 – 24,3
Sedang
24,4 - 28
Tinggi
Sumber: Hasil olah data penulis
Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pekerjaan diklasifikasi
berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel 4.3
Kategorisasi faktor pekerjaan
Aspek
Pekerjaan
Kategori
Frekuensi Prosentase
Tinggi
8
22,22
Sedang
26
72,22
Rendah
2
5,56
Jumlah
36
100
Sumber: Hasil olah data penulis
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pekerjaan akan nampak sebagai
berikut :
Grafik 4.1
Aspek Pekerjaan
Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pekerjaan, dari tabel
dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa sebagian besar (72,22%)
reponden memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan dengan kategori sedang.
Sedangkan responden yang memiliki kategori tinggi sebanyak (22,22%), dan
responden dengan kategori rendah sebanyak (5,56%). Maka rata-rata responden di
Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan kategori
sedang (72,22%) dengan skor rata-rata 23,06.
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
b. Faktor Pendidikan
Pada faktor pendidikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar
deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4
Perhitungan Statistik
Descriptive Statistics
N
Minimum
Pendidikan
36
Valid N (listwise)
36
Maximum
19.00
37.00
Mean
29.0556
Std. Deviation
3.99245
Sumber: Hasil olah data SPSS 20
Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor
pendidikan adalah sebesar 29,06, standar deviation sebesar 3,99, nilai maksimum
sebesar 37, dan nilai minimum sebesar 19. Adapun untuk menentukan kategori
tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendidikan dapat dilihat dari uraian sebagai
berikut :
Nilai Maksimum
= 37
Nilai Minimum
= 19
Range
37 – 19
= 18
Interval
18 : 3
= 6
Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval
pengkategorian faktor pendidikan sebagai berikut :
Tabel 4.5
Interval pengkategorian
Batas
Kategori
19 – 25,0
Rendah
25,1 – 31,0
Sedang
31,1 – 37
Tinggi
Sumber: Hasil olah data penulis
Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pendidikan diklasifikasi
berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
Tabel 4.6
Kategorisasi faktor pendidikan
Aspek
Pendidikan
Kategori
Frekuensi Prosentase
Tinggi
11
30,6
Sedang
18
50
Rendah
7
19,4
Jumlah
36
100
Sumber: Hasil olah data penulis
Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendidikan akan nampak
sebagai berikut :
Grafik 4.2
Faktor Pendidikan
Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pendidikan, dari tabel
dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa setengah (50%) dari
responden memiliki status sosial ekonomi dari pendidikan dengan kategori
sedang. Sedangkan responden dengan kategori tinggi sebanyak (30,6%), dan
dengan kategori rendah sebanyak (19,4%). Maka rata-rata responden di Kelurahan
Perbutulan memiliki status sosial ekonomi pendidikan kategori sedang (50%)
dengan skor rata-rata 29,05.
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
c.
Faktor Pendapatan
Pada faktor pendapatan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar
deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.7
Perhitungan Statistik
Descriptive Statistics
N
Minimum
Pendapatan
36
Valid N (listwise)
36
Maximum
12.00
18.00
Mean
15.4722
Std. Deviation
1.73182
Sumber: Hasil olah data SPSS 20
Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor
pendapatan adalah sebesar 15,47, standar deviation sebesar 1,73, nilai maksimum
sebesar 12, dan nilai minimum sebesar 18. Adapun untuk menentukan kategori
tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendapatan dapat dilihat dari uraian sebagai
berikut :
Nilai Maksimum
= 18
Nilai Minimum
= 12
Range
18 – 12
= 6
Interval
6:3
= 2
Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval
pengkategorian faktor pendapatan sebagai berikut :
Tabel 4.8
Interval pengkategorian
Batas
Kategori
12 – 14,0
Rendah
14,1 – 16,0
Sedang
16,1 – 18
Tinggi
Sumber: Hasil olah data penulis
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
69
Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pendapatan diklasifikasi
berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel 4.9
Kategorisasi faktor pendapatan
Aspek
Kategori
Pendapatan
Frekuensi Prosentase
Tinggi
10
27,78
Sedang
17
47,22
Rendah
9
25
Jumlah
36
100
Sumber: Hasil olah data penulis
Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendapatan akan nampak
sebagai berikut :
Grafik 4.3
Faktor Pendapatan
Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pendapatan, dari
tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa hampir setengah
(47,22%) dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dengan
kategori sedang. Sedangkan responden dengan kategori tinggi sebanyak (27,78%),
dan dengan kategori rendah sebanyak (25%). Maka rata-rata responden di
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
70
Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dengan
kategori sedang (47,22%) dengan skor rata-rata 15,47.
d. Faktor Pemilikan
Pada faktor pemilikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar
deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10
Perhitungan Statistik
Descriptive Statistics
N
Minimum
Pemilikan
36
Valid N (listwise)
36
Maximum
2.00
5.00
Mean
4.1944
Std. Deviation
.66845
Sumber: Hasil olah data SPSS 20
Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor
pemilikan adalah sebesar 4,19, standar deviation sebesar 0,66, nilai maksimum
sebesar 5, dan nilai minimum sebesar 2. Adapun untuk menentukan kategori
tinggi, sedang dan rendahnya faktor pemilikan dapat dilihat dari uraian sebagai
berikut :
Nilai Maksimum
= 5
Nilai Minimum
= 2
Range
5–2
= 3
Interval
3:3
= 1
Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval
pengkategorian faktor pemilikan sebagai berikut :
Tabel 4.11
Interval pengkategorian
Batas
Kategori
2 – 3,0
Rendah
3,1 – 4,0
Sedang
4,1 – 5
Tinggi
Sumber: Hasil olah data penulis
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71
Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pemilikan diklasifikasi
berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam
table berikut :
Tabel 4.12
Kategorisasi faktor pemilikan
Aspek
Pemilikan
Kategori
Frekuensi Prosentase
Tinggi
11
30,6
Sedang
22
61,1
Rendah
3
8,3
Jumlah
36
100
Sumber: Hasil olah data penulis
Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pemilikan akan nampak sebagai
berikut :
Grafik 4.4
Faktor Pemilikan
Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pemilikan, dari tabel
dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa lebih dari setengah (61,1%)
dari responden memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori sedang.
Sedangkan responden yang memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan
kategori tinggi sebanyak (30,6%), dan dengan kategori rendah sebanyak (8,3%).
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
72
Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki barang-barang dari
hasil bekerja dengan kategori sedang (61,1%) dengan skor rata-rata 4,19.
e.
Variabel Status Sosial Ekonomi
Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation,
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.13
Perhitungan Statistik
Descriptive Statistics
N
Minimum
Status Sosial Ekonomi
36
Valid N (listwise)
36
64.00
Maximum
81.00
Mean
71.7778
Std. Deviation
4.28360
Sumber: Hasil olah data SPSS 20
Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel
status sosial ekonomi adalah sebesar 71,78, standar deviation 4,28, nilai
maksimum 81 dan nilai minimum 64. Adapun untuk menentukan kategori tinggi,
sedang dan rendahnya variabel status sosial ekonomi dapat dilihat dari uraian
sebagai berikut :
Nilai Maksimum
= 81
Nilai Minimum
= 64
Range
81 – 64
= 17
Interval
17 : 3
= 5,6
Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval
pengkategorian variabel status sosial ekonomi sebagai berikut :
Tabel 4.14
Interval pengkategorian
Batas
Kategori
64 – 69,6
Rendah
69,7 – 75,3
Sedang
75,4 – 81
Tinggi
Sumber: Hasil olah data penulis
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
Selanjutnya Jawaban responden terhadap variabel status sosial ekonomi
diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.15
Kategorisasi Status Sosial Ekonomi
Variabel
Status
Sosial
Ekonomi
Kategori
Frekuensi Prosentase
Tinggi
7
19,4
Sedang
17
47,2
Rendah
12
33,4
Jumlah
36
100
Sumber: Hasil olah data penulis
Jika digambarkan dengan grafik, maka gambaran umum mengenai variabel
status sosial ekonomi akan nampak sebagai berikut :
Grafik 4.5
Gambaran umum variabel Status Sosial Ekonomi
Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi status sosial ekonomi
keluarga di Kelurahan Perbutulan, dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat
hampir setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dalam kategori
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
74
sedang sebanyak (47,2%). Sedangkan hanya sebagian kecil respoden yang
memiliki status sosial ekonomi dalam kategori tinggi sebanyak (19,4%), dan
responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori rendah sebanyak
(33,4%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja di konveksi
milik Hj. Oom memiliki status sosial ekonomi keluarga yang tergolong sedang
(47,2%) dengan skor rata-rata 71,78.
2.
Pencapaian Tingkat Pendidikn Anak di Kelurahan Perbutulan
Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation,
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.16
Perhitungan Statistik
Descriptive Statistics
N
Minimum
Tingkat Pendidikan
36
Valid N (listwise)
36
Maximum
43.00
66.00
Mean
56.4444
Std. Deviation
5.44817
Sumber: Hasil olah data SPSS 20
Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel
tingkat pendidikan adalah sebesar 56,4444, standar deviation 5,44817, nilai
maksimum 66 dan nilai minimum 43. Adapun untuk menentukan kategori tinggi,
sedang dan rendahnya variabel Tingkat Pendidikan dapat dilihat dari uraian
sebagai berikut :
Nilai Maksimum
= 66
Nilai Minimum
= 43
Range
66 – 43
= 23
Interval
23 : 3
= 7,6
Berdasarkan perhitungan statistik tersebut, maka dengan perhitungan interval
untuk mengetahui kategorisasi tingkat pendidikan di Kelurahan Perbutulan maka
diperoleh interval pengkategorian sebagai berikut :
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
75
Tabel 4.17
Interval Pengkategorian
Batas
Kategori
43 – 50,6
Rendah
50,7 – 58,3
Sedang
58, 4 - 66
Tinggi
Sumber: Hasil olah data penulis
Selanjutnya Jawaban responden terhadap tingkat pendidikan diklasifikasi
berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel 4.18
Kategorisasi Tingkat Pendidikan
Variabel
Kategori
Frekuensi Prosentase
Tinggi
14
38,9
Sedang
18
50
Pendidikan Rendah
4
11,1
Jumlah
36
100
Tingkat
Sumber: Hasil olah data penulis
Jika digambarkan dengan grafik, maka gambaran umum mengenai variabel
tingkat pendidikan akan nampak sebagai berikut:
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
76
60
Variabel Tingkat Pendidikan
50
Presentase
50
40
38,9
Tinggi
30
Sedang
20
Rendah
10
11,1
0
Tinggi
Sedang
Rendah
Kategori
Grafik 4.6
Gambaran umum variabel tingkat pendidikan
Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi tingkat pendidikan di
Kelurahan Perbutulan, dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat setengah dari
responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang sebanyak (50%).
Sedangkan respoden yang memiliki tingkat pendidikan dalam kategori tinggi
sebanyak (38,9%), dan responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam
kategori rendah sebanyak (11,1%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden
yang bekerja di konveksi milik Hj. Oom memiliki tingkat pendidikan yang
tergolong sedang (50%) dengan skor rata-rata 56,4.
3.
Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencapaian Tingkat
Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan
a.
Analisis Korelasi
Analisis korelasi dilakukan untuk mencari seberapa kuat hubungan antara
variabel (X) dengan variabel (Y). Dalam hal ini akan dicari keeratan hubungan
yang terjadi antara status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat
pendidikan, berdasarkan perhitungan SPSS 20 maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
77
Tabel 4.19
Korelasi variabel X terhadap variabel Y
Correlations
SSE
Spearman's rho
Correlation Coefficient
Status Sosial Ekonomi
*
1.000
.392
.
.018
36
36
Correlation Coefficient
.392
*
1.000
Sig. (2-tailed)
.018
.
36
36
Sig. (2-tailed)
N
Tingkat Pendidikan
TP
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: Hasil olah data SPSS
Tabel 4.19 di atas menunjukan hasil koefisien korelasi yang diperoleh yaitu
sebesar 0,392. Hasil tersebut masuk ke dalam interval 0,200 – 0,399 (tabel 3.11),
sehingga dapat ditafsirkan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel status
sosial ekonomi dengan tingkat pendidikan adalah hubungan positif dengan tingkat
keeratan rendah. Banyak faktor yang dapat memengaruhi dalam upaya
meningkatkan status sosial ekonomi, seperti faktor pekerjaan, pendidikan,
pendapatan, dan pemilikan.
b. Koefisien Determinasi (KD)
Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan besar
pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien
determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi jika dihitung secara manual
maka akan diperoleh hasil sebagai berikut :
KD
= r2 x 100%
= 0,3922 x 100%
= 15,37%
Dari perhitungan di atas didapatkan hasil sebesar 15,37%. Hal tersebut
menggambarkan bahwa variabel status sosial ekonomi memberikan pengaruh
sebesar 15,37% terhadap terjadinya pencapaian tingkat pendidikan anak,
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain sebesar 84,63% yang tidak
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
78
termasuk dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel 3.(tabel 3.12) hasil perhitungan
koefisien determinasi sebesar 15,37% termasuk ke dalam kriteria prosentase/skor
di rentang 1% - 24%. Artinya status sosial ekonomi sebagian kecil faktor yang
mempengaruhi dalam pencapaian pendidikan.
c.
Uji Hipotesis Uji t
Pengujian hipotesis (uji-t) dilakukan untuk membuktikan apakah status sosial
ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendidikan, berikut disajikan
perhitungan t hitung dengan rumus (Sugiyono, 2013, hlm. 250) :
Maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Adapun hipotesis statistik secara parsial yang akan diuji dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Hο : ρ = 0, status sosial ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pencapaian tingkat pendidikan
H1 : ρ ≠ 0, status sosial ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap
pencapaian tingkat pendidikan.
Tingkat signifikasnsi (α) sebesar 5%, dk= (n-2) 36-2 = 34, dengan pengujian
2 pihak sehingga diperoleh t-tabel sebesar 2,032.
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
79
Daerah penolakan
Ho
Daerah Penerimaan H0
t tabel = -2,032
0
Daerah penolakan
Ho
t tabel = 2,032
t hitung = 2,486
Grafik 4.7
Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Variabel Status Sosial Ekonomi
terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat nilai t hitung (2,486) berada di
daerah penolakan H0, maka dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan,
dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,018 > 0,05 dan t-hitung 2,486 >
t-tabel 2,032.
B. Pembahasan
Berikut ini akan dipaparkan pembahasan dari hasil penelitian mengenai
pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan
anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.
Pembahasan dari hasil penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu status
sosial ekonomi keluarga yang ada di Kelurahan Perbutulan, pencapaian tingkat
pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan, dan pengaruh status sosial ekonomi
anak terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan.
1.
Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dibagi kedalam empat faktor , yaitu faktor
pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. Hasil penelitian yang pertama
pada faktor pekerjaan
lebih dari setengahnya atau sebagian besar responden
memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan dalam kategori sedang sebanyak
72,22%, responden dalam kategori tinggi sebanyak 22,22%, dan sebagian kecil
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
80
responden yang dalam kategori rendah sebanyak 5,56%. Hasil kedua pada faktor
pendidikan tepat setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dari
pendidikan dengan kategori sedang sebanyak 50, responden dalam kategori tinggi
sebanyak 30,6%, dan dalam kategori rendah sebanyak 19,4%.
Hasil yang ketiga pada faktor pendapatan hampir setengah dari responden
memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori sedang sebanyak
47,22%. Tidak terdapat jauh perbedaan antara responden yang memiliki status
sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori tinggi dan rendah, responden
dalam kategori tinggi sebanyak 27,78%, dan responden dalam ketegori rendah
sebanyak 25%. Hasil yang keempat pada faktor pemilikan lebih dari setengah
responden memiliki status sosial ekonomi dilihat dari barang-barang yang mereka
miliki (pemilikan) dalam kategori sedang sebanyak 61,1%, responden dalam
kategori tinggi sebanyak 30,6%, dan responden dalam kategori rendah hanya
sedikit yaitu sebanyak 8,3%.
Dari keseluruhan faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi
menunjukan bahwa hampir setengahnya (47,2%) memiliki status sosial ekonomi
sedang, hanya sebagian kecil yang memiliki status sosial ekonomi tinggi (19,4%),
dan lebih dari seperempat (33,4%) responden yang memiliki status sosial ekonomi
rendah. Dengan skor rata-rata 71,78. Hal ini menunjukan responden di Kelurahan
Perbutulan yang bekerja di konveksi memiliki status sosial ekonomi yang sedang
dengan prosentase sebanyak 47,2%. Jadi status sosial ekonomi yang dimiliki
masyarakat Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi dalam kategori sedang
sebanyak 47,2%.
Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat
yang ditinjau dari segi ekonomi. dengan Status sosial ekonomi juga merupakan
pembentuk gaya hidup bagi keluarga. Dalam Pengantar Sosiologi Setiadi dan
Kolip (2011, hlm. 436-439) mengemukakan bahwa,
Untuk membuat skala pengukuran yang menjadi indikator penentu kelompok
golongan kelas atas, menengah, dan golongan kelas bawah dalam kehidupan
sehari-hari bukan suatu yang sulit. Masing-masing perilaku setiap kelas dapat
diidentifikasi melalui berbagai ukuran, mulai dari tingkat penghasilan, bendaRhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
81
benda berharga yang dimiliki, sampai pakaian yang dikenakan sehari-hari
dalam kehidupan yang biasa disebut gaya hidup.
Sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Setiadi dan Kolip diatas,
Status sosial ekonomi sedang itu artinya, keadaan keluarga yang bekerja pada
konveksi tersebut dalam kategori menengah (sederhana). Dimana status sosial
ekonomi yang didapatkan berasal dari pekerjaan yang selama ini mereka kerjakan,
dan pendidikan yang ditempuh, serta pendapatan yang mereka dapatkan dari hasil
bekerja dapat dibelikan barang-barang yang dapat mengisi rumah mereka. Jadi
mereka masih dapat membagi waktu mereka antara bekerja, dan mengurus rumah
tangga. Keadaannya ekonominya tidak terlalu dibawah rata-rata tetapi tidak juga
diatas rata-rata. Pekerjaannya mengikuti saja pekerjaan yang ada, dan
pendidikannya hanya mengikuti saja pendidikan yang dianjurkan pemerintah
tanpa ada niatan untuk meneruskan pendidikan yang lebih baik lagi. Keluarga
yang berada pada status sosial ekonomi sedang ini berkecukupan dalam
memenuhi kebutuhan dirinya. Interaksi sosialnya pun berjalan dengan baik.
Selanjutnya, hanya sebagian kecil responden yang bekerja di konveksi yang
memiliki status sosial ekonomi dalam kategori tinggi (diatas rata-rata) sebanyak
19,4% itu artinya, responden yang bekerja di konveksi yang masuk ke dalam
kategori ini lebih bisa menghidupi dirinya dari kategori yang sebelumnya.
Responden yang masuk ke dalam kategori ini kehidupan ekonominya lebih baik
diantara yang lain. Keluarga yang masuk ke dalam kategori ini bisa memberikan
ilmu pendidikan di sekolah yang lebih tinggi tingkatannya dari yang lainnya.
Mereka memiliki barang-barang dirumah yang dapat menunjang kebutuhan
sosialnya
lebih
banyak
dibandingkan
yang
lain.
Mereka
akan
lebih
memperhatikan peralatan yang terbaru utnuk mengisi rumahnya. Pendapatan
keluarganya pun memadai dan dapat menunjang tumbuh kembang anak, karena
orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun
sekunder. Pendapatan yang dimiliki lebih besar dibandingkan yang lainnya.
Mereka akan lebih memilih bekerja dibandingkan bermain atau menghabiskan
waktu dengan hal-hal yang lainnya. Mereka yang masuk kedalam kategori ini
sebenarnya lebih memilih melanjutkan pendidikan, dan memandang pendidikan
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
82
itu penting. Walaupun biaya pendidikan mahal mereka tetap mengusahakan
melanjutkan pendidikan. Mereka yang masuk dalam kategori ini memiliki ruang
lingkup interaksi yang lebih luas dan bervariasi dibandingkan dua kategori
lainnya. Mereka akan lebih mendapatkan penghargaan yang tinggi di masyarakat.
Gaya bahasa yang mereka gunakan lebih beragam dan berkelas dibanding
kategori lainnya.
Terakhir responden yang bekerja di konveksi dalam kategori status sosial
ekonomi rendah sebanyak 33,4%. Status sosial ekonomi rendah (dibawah ratarata), artinya mereka yang berada di dalam kategori ini ada dipaling bawah
diantara kategori yang lainnya. Mereka tidak dapat memilih untuk melanjutkan
pendidikannya, karena mereka diharuskan untuk bekerja keras membantu
kebutuhan keluarganya. Mereka menghabiskan sebagian besar aktivitasnya di
tempat kerja, dan sulit membagi waktunya untuk keluarga. Responden yang
berada pada kategori ini kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi
dalam menaikan status sosialnya dengan pendidikan. Keluarga dalam kategori
rendah ini tidak dapat menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua tidak
dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder.
Interaksi sosialnya pun sangat terbatas, mereka berinteraksi hanya di kalangan
pekerja konveksi saja. Sikap dan rasa penghargaan masyarakat terhadap mereka
pun rendah.
Status sosial ekonomi diperlukan untuk melihat seberapa besar kedudukan
kita di masyarakat. Orang yang memiliki status sosialnya tinggi, akan
mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan mereka akan mendapatkan
penghormatan yang lebih besar. Serta mereka dapat dengan mudah memenuhi
kebutuhan hidupnya. Responden yang bekerja di konveksi sebagian besar
berstatus sosial ekonomi sedang, jadi tidak terlalu ada kesenjangan sosial yang
begitu terlihat di sana. Semuanya sama, mereka bekerja disitu karena untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, ataupun keluarganya.
2.
Pencapaian Tingkat Pendidikan di Kelurahan Perbutulan
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
83
Berdasarkan penelitian tingkat pendidikan di konveksi Kelurahan Perbutulan
setengah (50%) dari responden berkategori sedang. Dalam variabel tingkat
pendidikan ini dilihat dari beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu keluarga,
lingkungan, dan teman sebaya. Karena tiga faktor tersebut dianggap paling
mempengaruhi seseorang dalam menempuh pendidikan. Keluarga dianggap faktor
yang paling mendukung karena apabila kita sudah tidak mendapatkan dukungan
dari keluarga untuk melanjutkan pendidikan, maka kita tidak bisa melanjutkannya,
karena keluargalah yang memegang peranan penting semuanya, baik dalam
membayar biaya sekolah maupun memfasilitasi apa saja yang kita butuhkan untuk
sekolah. Kedua lingkungan, apabila kita berada pada lingkungan yang
berpendidikan maka keluarga kita akan memaksa kita untuk melanjutkan
pendidikan agar keluarga kita tetap sesajar dengan lingkungan disekitar kita.
Ketiga teman sebaya, secara tidak langsung teman sebaya dapat mempengaruhi
kita didalam melanjutkan pendidikan.
Kelurahan perbutulan khususnya di konveksi memiliki skor rata-rata 56,4
dalam tingkat pendidikan. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
sebanyak 38,9%, setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan sedang
sebanyak 50%, dan 11,1% memiliki tingkat pendidikan rendah. Kenyataan yang
ada dilapangan dimana mereka yang bekerja di konveksi tersebut hanya
mengenyam pendidikan paling tinggi adalah SMA/MAN. Namun rata-rata yang
bekerja di konveksi menempuh pendidikan paling banyak hanya sampai
SMP/MTS, dan masih ada saja yang hanya lulusan sekolah dasar (SD). Hampir
semua masyarakat Perbutulan lulusan pesantren karena Kelurahan Perbutulan
termasuk kelurahan yang sangat memperhatikan pendidikan agamanya, jadi orang
tua disana rata-rata menyekolahkan anaknya ke pesantren bukan ke sekolahan
biasa.
Tingkat pendidikan dalam kategori tinggi sebanyak 38,9%, artinya
masyarakat di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi masih memikirkan
pendidikan, dan menganggap bahwa pendidikan itu penting. Dilihat dari
presentase dalam kategori tinggi banyak responden yang berminat dalam
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Banyak keluarga yang
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
84
mendukung anaknya untuk melanjutkan pendidikan, tidak adanya paksaan dari
orang tua untuk berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja. Disini terlihat
pengharapan orang tua kepada anaknya untuk bersekolah dengan benar dan dapat
membanggakan kedua orang tuanya.
Tingkat pendidikan dalam kategori sedang sebanyak 50%. Berdasarkan
penelitian responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang ini
artinya mereka yang bekerja di konveksi tersebut tetap mengenyam pendidikan
namun tidak terlalu tinggi. Mereka hanya mengikuti pendidikan berdasarkan
program dari pemerintah yaitu program wajib belajar 9 tahun.
Tingkat pendidikan dalam kategori rendah sebanyak 11,1%,
artinya
masyakat di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi tidak antusias
terhadap pendidikan, yang mereka pikirkan hanya bekerja saja. Orang tua tidak
mendukung anaknya dalam melanjutkan pendidikan, menurut mereka pendidikan
tidak terlalu penting, karena pendidikan orang tuanya sendiri tidak tinggi sehingga
mereka berpikir anak-anaknya pun tidak usah menempuh pendidikan yang tinggi.
Disini banyak usia yang sebenarnya harus belajar di sekolah namun mereka
memilih untuk bekerja. Mereka lebih tertarik bekerja daripada bersekolah karena
banyak teman mereka yang bekerja, dan mereka merasa senang.
Pendidikan dirasa mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
ada,
karena
dengan
pendidikan
dapat
membantu
membentuk
anak
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal sehingga ia mampu
beradaptasi dengan lingkungannya.
3.
Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencapaian Tingkat
Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan
Dari hasil perhitungan yang peneliti lakukan diperoleh nilai korelasi pengaruh
status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak
sebesar 0,392. Nilai yang diperoleh adalah positif dengan tingkat keeratan rendah.
Pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan
anak sebesar 15,37%. Artinya status sosial ekonomi yang dimiliki keluarga dapat
memberikan pengaruh sebesar 15,37% terhadap pencapaian tingkat pendidikan
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
85
anak, sedangkan sisanya sebesar 84,63% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti. Meskipun presentase pengaruh status sosial ekonomi termasuk rendah,
tetapi status sosial ekonomi termasuk sebagian kecil faktor yang dapat
mempengaruhi pencapaian tingkat pendidikan anak.
Pernyataan diatas sejalan dengan pendapat dari Soetjiningsih (2004, hlm. 67)
mengemukakan bahwa,
Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup
keluarga. Pendapatan keluarga yang tinggi akan menunjang tumbuh kembang
anak. Karena dengan pendapatan orang tua yang tinggi dapat menyediakan
semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Dan dengan itu anak
akan menjadi anak yang pintar dan mempunyai banyak pengetahuan, dengan
itu pula anak bisa berprestasi.
Ciri utama dari status sosial ekonomi dalam keluarga adalah adanya status
sosial dalam sebuah keluarga dan status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga.
Status sosial yang dimiliki keluarga didapatkan melalui tiga hal yaitu: Pertama,
status sosial yang diperoleh dengan sendirinya atau didapatkan karena faktor
keturunan dan didapatkan tidak melalui usaha apa pun. Kedua, status sosial yang
diperoleh memalui usaha yang disengaja dan melalui perjuangan yang panjang.
Ketiga, status sosial yang diberikan oleh masyarakat sebagai tanda penghargaan
dari perjuangan yang telah dilakukannya. Status sosial yang dimiiki keluarga
berpengaruh terhadap kedudukan keluarga di masyarakat, bagaimana penghargaan
masyarakat terhadap sebuah keluarga bergantung kepada status sosial yang
dimiliki.
Selanjutnya status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga. Kartono (2006. hlm.
45) mengemukakan bahwa, “Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau
keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat
dilihat dari perndapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok”. Ada
empat faktor yang dapat mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga yaitu,
pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. Pertama, didapatkan melalui
pekerjaan yang dijalani seseorang, dari bekerja segala kebutuhan akan terpenuhi
selain itu juga kepuasan jasmani pun akan terpenuhi. Kedua, pendidikan sangat
penting peranannya, melaui pendidikan seseorang menjadi berguna baik untuk
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
86
kehidupannya maupun kehidupan orang lain, dan dapat meningkatkan taraf
kehidupan keluarganya. Ketiga, pendapatan dimana diperoleh melalui kerja atau
usaha yang kita lakukan, dimana pendapatan mempengaruhi gaya hidup dan status
sosial seseorang. Keempat, pemilikan dimana semakin banyak barang berharga
seperti rumah dan tanah yang dimiliki keluarga, semakin dinilai tinggi status
ekonomi yang dimiliki keluarga.
Keluarga pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, kebutuhan yang paling
mencolok adalah kebutuhan pendidikan anak. Pendidikan anak penting untuk
meningkatkan dan membantu status sosial yang dimiliki keluarga. Pendidikan
adalah proses pengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam
mencapai pendidikan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu keluarga, lingkungan
masyarakat, dan teman sebaya. Pertama, keluarga peranannya sangat penting
dalam pendidikan anak karena mulai dari yang membiayai pendidikan sampai
menyediakan segala kebutuhannya. Kedua, lingkungan disini peran lingkungan
dalam pendidikan adalah dalam peningkatan mutu pendidikan. Jika lingkungan
baik, sarana prasarana pendidikan menunjang maka keluarga akan termotivasi
dalam meningkatkan pendidikan, dan sebaliknya. Ketiga, teman sebaya dirasa
mampu mempengaruhi pendidikan anak. Pergaulan yang dilakukan kearah positif
maka dapat menghasilkan kepribadian yang baik, begitu pula dalam aspek
pendidikan. Jika kita bergaul dengan orang yang berpendidikan secara tidak
langsung kita akan termotivasi untuk setara dengan dirinya.
4.
Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Sosiologi
Sebagai
ilmu,
sosiologi
merupakan kumpulan pengetahuan tentang
masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis
berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi
adalah
cara berpikir untuk
mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan
teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam pembelajarannya
sosiologi juga berusaha memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi,
kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
87
sampai pada terciptanya integrasi sosial. Sosiologi mempunyai dua pengertian
dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode.
Sosiologi dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di SMA/MA,
khususnya bagi siswa-siswi yang mengambil program IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) akan
mempejajari Sosiologi lebih dalam. Sementara itu, bagi mereka yang masih
menduduki bangku SMP/MTS, mata pelajaran sosiologi sudah dilebur kedalam
mata pelajaran IPS terpadu. Dengan adanya mata pelajaran sosiologi
dipersekolahan ini membuat siswa lebih mengerti tentang fenomena-fenomena
yang terjadi di masyarakat. Pada zaman sekarang ini di tahun 2014, hampir semua
sekolah sudanh mengganti kurikulum yang lama (KTSP) dengan kurikulum 2013.
Dengan kurikulum yang ada saat ini menuntut siswa untuk lebih mencari tahu,
mempelajari lebih dalam, dan mengembangan materi yang ada. Bukan lagi
teacher center yang digunakan, tetapi student center dimana siswalah yang
menjadi fokus dalam pembelajaran. Guru sudah tidak lagi menggunakan metode
ceramah atau metode lainnya yang membuat siswa pasif, tetapi disini guru
dituntut untuk mencari metode yang membuat siswa aktif dan mengembangkan
dirinya pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Mata pelajaran sosiologi di tingkat SMA cenderung mempelajari masalahmasalah yang ada di masyarakat. Salah satu masalah yang sering terjadi di
masyarakat adalah masalah pembagian kelas-kelas sosial atau yang biasa disebut
stratifikasi sosial. Pembelajaran tersebut menjelaskan bagaimana masyarakat
membatasi dirinya kedalam beberapa lapisan kelompok, membahas perbedaanperbedaan yang terjadi di masyarakat dilihat dari status sosialnya dan bagaimana
cara mendapatkanya. Sosiologi didalam pendidikan juga berfungsi untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan
sosiologi, mengatasi masalah-masalah sosial budaya yang berkembang di
masyarakat.
Seperti halnya penelitian mengenai “Pengaruh status sosial ekonomi terhadap
pencapaian tingkat pendidikan anak” dapat memberikan implementasi terhadap
pendidikan, khususnya pendidikan sosiologi. Yaitu dalam pembelajaran sosiologi
terdapat materi stratifikasi sosial, dimana status sosial ekonomi menjadi salah satu
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
88
faktor yang mempengaruhi stratifikasi seseorang. Materi stratifikasi sosial juga
dipelajari
bagaimana
seseorang mendapatkan
status
sosial
yang
dapat
mengingkatkan status mereka didalam masyarakat. Terdapat juga faktor-faktor
status sosial ekonomi seperti, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan
yang dapat menjadi ciri-ciri stratifikasi sosial seseorang. Dengan adanya
penelitian tersebut, diharapkan dapat dijadikan sumber dan bahan ajar dalam
pembelajaran sosiologi. Dan dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan
contoh nyata adanya permasalahan tersebut yang terjadi di masyarakat. Dan untuk
memperkuat teori stratifikasi sosial.
Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Download