BAB VI HASIL PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei deskiptif yang dilakukan di RSUP. Dr.Wahidin pada tanggal 14 Agustus – 28 Agustus 2008. Yang menjadi sampel pada penelitian ini yaitu penderita Penyakit Jantung Koroner yang menjalani rawat inap di Cardiovascular Care Unit (CVCU) RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar, periode Juli 2010-Januari 2011 yang memiliki rekam medik. Total sampel yang diperoleh sebanyak 133 rekam medik sedangkan yang memenuhi kriteria seleksi 132 rekam medik. Pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder yakni dengan melakukan pencatatan di bagian rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar. Adapun hasil yang diperoleh disajikan sebagai berikut: Tabel 6.1 Distribusi Penderita PJK Berdasarkan Jenis Kelamin di Cardiovascular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Juli 2008 Jenis Kelamin Penderita Penyakit Jantung Koroner N % Laki-laki 99 75.0 Perempuan 33 25.0 Total 132 100.0 (Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.) 52 Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi penderita akibat penyakit jantung koroner menurut jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 99 orang (75%), sedangkan perempuan sebanyak 33 orang (25%). Tabel 6.2 Distribusi Penderita PJK Berdasarkan Umur di Cardiovascular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Juli 2008 Umur (tahun) Penderita Penyakit Jantung Koroner N % 31-45 18 13.6 46-55 42 31.8 56-65 45 34.1 66-75 19 14.4 >75 8 6.1 Total 132 100.0 (Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.) 53 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penderita penyakit jantung koroner terbanyak adalah pada umur antara 56 tahun – 65 tahun yaitu sebanyak 45 kasus (34,1%), antara umur 46 tahun – 55 tahun yaitu sebanyak 42 kasus (31,8%), antara 66 tahun -75 tahun sebanyak yaitu 19 kasus (14,4%), antara umur 31 tahun – 45 tahun sebanyak 18 kasus (13,6%), dan penderita yang berumur diatas 75 tahun sebanyak 8 kasus (6,1%). Tabel 6.3 Distribusi Penderita PJK Berdasarkan Riwayat Merokok di Cardiovascular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Juli 2008 Riwayat Merokok Penderita Penyakit Jantung Koroner N % Ada 69 52.3 Tidak ada 63 47.7 Total 132 100.0 (Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.) 54 Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi penderita penyakit jantung koroner menurut riwayat merokok, dimana 69 kasus (52,3%) mempunyai riwayat merokok, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat merokok sebanyak 63 kasus (47,7%). Tabel 6.4 Distribusi Penderita PJK Berdasarkan Hipertensi di Cardiovascular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Juli 2008 Riwayat Hipertensi Penderita Penyakit Jantung Koroner N % Ada 84 63.6 Tidak ada 48 36.4 Total 132 100.0 (Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.) 55 Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi penderita penyakit jantung koroner menurut penyakit penyerta hipertensi, dimana 84 kasus (63,6%) yang menderita hipertensi sedangkan yang tidak menderita hipertensi sebanyak 48 kasus (36,4%). Tabel 6.5 Distribusi Penderita PJK Berdasarkan Riwayat Diabetes Mellitus di Cardiovascular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Juli 2008 Riwayat DM Penderita Penyakit Jantung Koroner N % Ada 38 28.8 Tidak Ada 94 71.2 Total 132 100.0 (Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.) 56 Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi penderita penyakit jantung koroner menurut penyakit penyerta diabetes mellitus, dimana diperoleh 38 kasus (28,8%) mempunyai diabetes mellitus dan 94 kasus (71,2%) tidak menderita dibetes mellitus. Tabel 6.6 Distribusi Penderita PJK Berdasarkan Riwayat PJK dalam Keluarga di Cardiovascular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Juli 2008 Riwayat Keluarga Penderita Penyakit Jantung Koroner menderita PJK N % Ada 10 7.6 Tidak Ada 16 12.1 Tidak Ada Keterangan 106 80.3 Total 132 100.0 (Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.) 57 Pada table di atas dapat dilihat distribusi penderita penyakit jantung koroner menurut riwayat keluarga mengalami PJK, dan diperoleh 10 kasus (7,6%) memiliki riwayat keluarga menderita PJK dan 16 kasus (12,1%) tidak memiliki riwayat keluarga mengalami PJK. Sedangkan yang tidak memiliki keterangan sebanyak 106 (80,3%). Tabel 6.7 Distribusi Penderita PJK Berdasarkan Dislipidemia di Cardiovascular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Juli 2008 Dislipidemia Penderita Penyakit Jantung Koroner N % Ada 97 73.5 Tidak Ada 32 24.2 Tidak Ada Keterangan 3 2.3 Total 132 100.0 (Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.) 58 Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi penderita penyakit jantung koroner menurut riwayat dislipidemia, dimana 97 kasus (73,5%) mempunyai riwayat dislipidemia, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat dislipidemia sebanyak 32 kasus (24,2%), adapun yang tidak mempunyai keterangan dislipidemia sebanyak 3 kasus (2,3%). Tabel 6.8 Distribusi Penderita PJK Berdasarkan Obesitas di Cardiovascular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Juli 2008 Obesitas Penderita Penyakit Jantung Koroner N % Ada 14 10.6 Tidak Ada 115 87.1 Tidak Ada Keterangan 3 2.3 Total 132 100.0 (Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.) 59 Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi penderita penyakit jantung koroner menurut obesitas, dan diperoleh pasien yang mengalami obesitas sebanyak 14 kasus (10,6%), yang tidak mengalami obesitas sebanyak 115 kasus (87,1%), adapun yang tidak memiliki keterangan sebanyak 3 kasus (2,3%) . Tabel 6.9 Distribusi Penderita PJK Berdasarkan Jenis PJK di Cardiovascular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Juli 2008 Jenis PJK Penderita Penyakit Jantung Koroner N % UAP 24 18.2 NSTEMI 23 17.4 STEMI 85 64.4 Total 132 100.0 (Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.) 60 Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi penderita penyakit jantung koroner menurut jenis PJK yang dialami, dan diperoleh yang menderita UAP sebanyak 24 kasus (18,2%), yang mengalami NSTEMI 23 kasus(17,4%), sedangkan yang mengalami STEMI sebanyak 85 kasus (64,4%). Tabel 6.10 Distribusi Penderita PJK Berdasarkan jumlah risiko PJK di Cardiovascular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Juli 2008 Jumlah Faktor Penderita Penyakit Jantung Koroner Risiko N % 1 1 .8 2 16 12.1 3 32 24.2 4 40 30.3 5 34 25.8 6 8 6.1 7 1 .8 Total 132 100.0 (Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.) 61 Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi penderita penyakit jantung koroner menurut jumlah faktor risiko, dan diperoleh yang paling banyak adalah yang memiliki 4 faktor risiko 40 kasus (30, 3%), kemudian yang memiliki 5 faktor risiko sebanyak 34 kasus (25,8%), yang memiliki 3 faktor risiko sebanyak 32 kasus (24,2%), yang memiliki 6 faktor risiko sebanyak 8 kasus (6,1%), yang memiliki 7 faktor risiko sebanyak 1 kasus (0,8%), dan yang memiliki 1 faktor risiko sebanyak 1 kasus (0,8%). 62 BAB VII PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai distribusi faktor resiko pada penyakit jantung koroner di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar, maka akan dibahas sesuai dengan variabel yang diteliti. A. Jenis Kelamin Berdasarkan PJK menurut jenis kelamin, didapatkan bahwa proporsi pada laki-laki lebih besar (75%) dibandingkan perempuan (25%). Hasil ini sesuai dengan sumber kepustakaan yang menyatakan bahwa mortalitas akibat penyakit jantung koroner pada laki-laki lebih besar dibandingkan pada perempuan dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki daripada perempuan. Diduga faktor hormonal seperti estrogen endogen bersifat protektif terhadap perempuan, namun setelah menopause insidensi penyakit jantung koroner meningkat dengan cepat dan sebanding dengan insidens pada laki-laki. Penelitian lain menyebutkan bahwa perbedaan ratio HDL/kolesterol total disebut-sebut sebagai faktor yang menentukan perbedaan resiko kesakitan dan kematian pada kedua jenis kelamin. Dimana disebutkan bahwa ratio HDL/kolesterol total pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki tetapi perbedaan ini akan semakin berkurang seiring pertambahan usia seseorang. Beberapa penelitian lain menghubungkan bahwa tingginya resiko kematian akibat PJK pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan karena kebiasaan merokok pada laki-laki yang lebih sering dibandingkan perempuan. 8 B. Umur Hasil penelitian berdasarkan faktor resiko umur mendapatkan bahwa penyakit jantung koroner terbanyak didapatkan pada kelompok umur 56-65 tahun. Hal ini sesuai dengan sumber kepustakaan yang menyatakan bahwa resiko penyakit jantung 63 koroner meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.8 Peningkatan usia menyebabkan perubahan anatomik dan fisiologik pada jantung dan pembuluh darah bahkan di seluruh organ tubuh manusia. Perubahan anatomi tersebut meliputi perubahan dinding media aorta, penurunan jumlah inti sel jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, perubahan miokardim akibat proses penuaan, penurunan berat jantungdan timbulnya lesi fibrotik diantara serat miokardium. Sedangkan perubahan fisiologik diantaranya berupa denyut jantung maksimum latihan berkurang, isi semenit jantung (cardiac output) dan daya cadangan jantung menurun. Pada pembuluh darah koroner ditemukan adanya penonjolan yang diikuti garis lemak (fatty streak) pada intima pembuluh yang timbul sejak umur dibawah 10 tahun. Garis lemak ini mula-mula timbul pada aorta dan arteri koroner. Pada usia 20 tahun keatas garis lemak ini dapat ditemukan pada hampir setiap orang. Saat mencapai usia 30 tahunan, garis lemak ini tumbuh lebih progresif menjadi fibrous plaque, yaitu suatu penonjolan jaringan kolagen dan sel-sel nekrosis dan dikenal dengan sebutan ateroma. Pada usia 40 tahun kemudian timbul lesi yang lebih kompleks dan timbul konsekuensi klinis suatu penyakit jantung koroner. Hasil penelitian yang dilaporkan oleh American Heart Association pada tahun 1994 mengenai hubungan antara jenis kelamin dan umur sebagai faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang dikaitkan dengan penyakit jantung koroner diungkapkan bahwa pada kedua kelompok jenis kelamin, peningkatan resiko penyakit jantung koroner makin bertambah seiring pertambahan usia seseorang. Keadaan ini dihubungakan dengan adanya peningkatan kadar kolesterol total seiring dengan pertambahan usia baik pada pria maupun pada wanita. Semakin bertambahnya umur maka angka kematian akibat PJK akan semakin besar pula. 8 C. Merokok Berdasarkan faktor resiko merokok, diperoleh hasil penelitian bahwa sebagian besar kasus PJK terjadi pada pasien adanya riwayat merokok sebelumnya yaitu 69 kasus (52,3%) mempunyai riwayat merokok, sedangkan yang tidak mempunyai 64 riwayat merokok sebanyak 63 kasus (47,7%). Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa merokok merupakan faktor resiko utama pada penderita PJK bahkan penelitian Framingham mendapatkan bahwa PJK pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4,5 kali lebih dari pada bukan perokok. 8 Kenyataan ini dapat dimungkinkan dikarenakan variabel perokok disini yang dapat dinilai hanya dari sisi apakah pasien aktif merokok sehari-harinya, padahal seorang perokok pasif pun memiliki 70 % resiko menderita penyakit akibat rokok tersebut. 14 Mungkin saja 55 kasus pasien PJK di atas sebagian atau seluruhnya adalah perokok pasif. D. Hipertensi Mengenai distribusi faktor resiko PJK menurut penyakit penyerta hipertensi, didapatkan bahwa proporsi pasien PJK lebih besar pada kelompok dengan penyakit penyerta Hipertensi yaitu 84 kasus (63,6%) yang menderita hipertensi sedangkan yang tidak menderita hipertensi sebanyak 48 kasus (36,4%). Kenyataan ini sesuai teori yang menyatakan bahwa pasien dengan hipertensi memiliki tingkat mortalitas akibat PJK lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa hipertensi. Pada penderita hipertensi terjadi trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) dan hal ini menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding dengan orang normotensi dan sekaligus lebih memperbesar resiko kematian pada penderita dengan PJK. E. Diabetes Meliltus Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor resiko PJK berdasarkan panyakit penyerta diabetes melitus, didapatkan hasil bahwa proporsi pasien PJK lebih besar pada pasien diabetes melitus yaitu 38 kasus (28,8%) mempunyai diabetes mellitus dan 94 kasus (71,2%) tidak menderita dibetes mellitus. Kenyataan ini tidak 65 menggambarkan faktor resiko diabetes melitus sebagai salah satu faktor resiko pada penderita PJK, padahal berdasarkan teori yang ada disebutkan bahwa pada penderita diabetes melitus, pembentukan trombus akan meningkat disebabkan karena adanya peningkatan agregasi trombosit dan penurunan fibrinolisis. Faktor-faktor ini berperan pada pembentukan plak dan trombus, pada koyaknya plak yang berakibat semakin mudahnya terjadi sindrom koroner akut maupun serangan otak iskemik. 12 Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Anastasia di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita tahun 1999 – 2000 yang mendapatan bahwa penderita PJK yang menderita diabetes melitus beresiko 2,37 kali untuk meninggal daripada yang tidak menderita PJK. Penelitian oleh Apitule pada tahun 1997 juga melaporkan hubungan yang bermakna antara diabetes melitus dengan PJK di rumah sakit. Perbedaan hasil tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel dan desain penelitian. 1 F. Riwayat Keluarga mengalami PJK Mengenai distribusi faktor resiko PJK berdasarkan riwayat keluarga menderita PJK, diperoleh hasil bahwa pasien PJK dengan riwayat keluarga menderita PJK hanya 10 kasus (7,6%), sedangkan yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita PJK sebanyak 16 kasus(12,1%), dan 106 kasus (80,3%) tanpa keterangan dalam rekam medik. Hasil tersebut berbeda dengan kepustakaan yang ada, yang menyebutkan bahwa pasien dengan riwayat keluarga penyakit jantung koroner mempunyai resiko lebih besar menderita PJK. Pada keluarga (orangtua, paman, bibi) yang jika pria di bawah usia 55 tahun dan perempuan di bawah usia 65 tahun, dikatakan tergolong usia muda untuk sakit PJK. Oleh karena itu, anak-anaknya maupun keponakannya harus waspada karena 3-5 kali lebih sering terkena serangan jantung dibanding keluarga yang jantungnya sehat. Penyakit keturunan hiperkolesterolemia familiar diduga sebagai salah satu penyebab.1,2 Hal ini disebabkan masih banyaknya rekam medik yang tidak memiliki keterangan mengenai riwayat keluarga mengalami PJK, sehingga angka kejadian PJK 66 berdasarkan faktor risiko riwayat keluarga mengalami PJK masih belum bisa dibandingkan. G. Dislipidemia Berdasarkan distribusi faktor resiko PJK berdasarkan dislipidemia, diperoleh hasil bahwa proporsi PJK pada penderita dengan dislipidemia yaitu 97 kasus (73,5%), sedangkan penderita dengan tanpa dislipidemia sebanyak 32 kasus (24,2%). Kenyataan ini sesuai dengan kepustakaan yang ada yang menyebutkan bahwa PJK memiliki korelasi positif dengan asupan kolesterol / dislipidemia seseorang, semakin tinggi kadar kolesterol seseorang, semakin tinggi pula kematian akibat penyakit jantung koroner. 9 Kolesterol adalah jenis lipid yang relative mempunyai makna klinis yang penting sehubungan dengn aterogenesis. Data dari penelitian intervensi faktor resiko majemuk menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kadar kolesterol diatas 180mg/dl resiko penyakit arteri koronaria meningkat juga, dan peningkatan akan lebih cepat jika kadarnya melebihi 240mg/dl. Bukti-bukti epidemiologis terbaru menunjukkan adanya hubungan antara aterogenesis dengan pola-pola peningkatan kolesterol tertentu. H. Obesitas Mengenai distribusi faktor resiko PJK berdasarkan obesitas, diperoleh hasil bahwa pasien PJK dengan obesitas hanya 14 kasus (10,6%), sedangkan yang tidak obesitas sebanyak 115 kasus(87,1%). Hasil tersebut berbeda dengan kepustakaan yang ada, yang menyebutkan bahwa Resiko PJK akan jelas meningkat bila berat badan mulai melebihi 20 % dari BB ideal. Obesitas akan mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah sekitar 10 - 20 %, bahkan sebagian ahli menyatakan dapat mencapai 30 %. Hal ini tentu merupakan beban tambahan bagi jantung, otot jantung akan mengalami perubahan struktur berupa hipertropi atau hiperplasi yang keduanya dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pompa jantung atau lazim disebut sebagai 67 gagal jantung atau lemah jantung, dimana penderita akan merasakan lekas capek, sesak napas bila melakukan aktifitas ringan, sedang, ataupun berat (tergantung dari derajat lemah jantung). I. Jenis PJK Berdasarkan distribusi faktor resiko PJK berdasarkan jenis PJK, diperoleh hasil bahwa jenis PJK yang paling banyak diderita adalah diagnosis STEMI yaitu 85 kasus (64,4%), kemudian dengan diagnosis UAP sebanyak 24 kasus (18,2%), sedangkan dengan diagnosis NSTEMI sebanyak 23 kasus (17,4%). 68 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang kami peroleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Mayoritas penderita PJK adalah laki-laki sebanyak 99 orang (75%), 2. Penderita PJK menurut umur antara 46 – 65 tahun yaitu sebanyak 87 kasus (65,9%) 3. Penderita PJK yang menderita hipertensi 84 kasus (63,6%) 4. penderita PJK yang mempuyai riwayat Diabetes Melitus 38 kasus (28,8%) 5. penderita PJK yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 69 kasus (52,3%) 6. Mayoritas penderita PJK memiliki dislipidemia yaitu 97 kasus (73,5%) 7. penderita PJK yang obesitas sebanyak 14 kasus (10,6%) 8. penderita PJK yang memiliki riwayat keluarga mengalami PJK sebanyak 10 kasus (7,6%), sedangkan yang tidak memiliki keterangan dalam rekam medik sebayak 107 kasus (80,3%). 9. Jenis PJK yang paling banyak dialami adalah STEMI sebanyak 85 kasus (64,4%) 10. Penderita PJK yang memiliki 3-5 faktor risiko sebanyak 106 kasus (80,1%) B. Saran 1. Kepada masyarakat Masyarakat terutama bagi mereka penderita penyakit jantung koroner disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter ahli jantung untuk mengetahui perkembangan penyakitnya sedini mungkin sehingga komplikasi lanjut yang menyebabkan kematian dapat dicegah dan diharapakan perubahan menuju pola hidup sehat dapat diterapkan oleh mereka. 69 2. Kepada pihak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Pertama, penulisan data dalam rekam medis pasien khususnya penderita penyakit jantung koroner sebaiknya lebih dilengkapi lagi termasuk data demografi, anmnesis dan pemeriksaan laboratorium oleh dokter sehingga memudahkan penelitian mengenai PJK selanjutnya. Kedua, penyuluhan tentang pentingnya pola hidup sehat bagi masyarakat perlu dilakukan untuk mencegah dan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas penyakit termasuk penyakit jantung koroner. 3. Kepada para peneliti selanjutnya. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang melihat kematian PJK dengan memperhatikan jenis diagnosis dan tingkat keparahan penyakit yang berpengaruh terhadap jenis tindakan yang dilakukan serta prognosis. 70