Pembahasan Tentir UTS PERDIS 2016

advertisement
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
PEMBAHASAN TENTIR UTS PERDIS 2016
1. Jelaskan mengenai rukun dan syarat dalam perikatan Islam!
Jawaban:
•
1.
2.
3.
•
4.
•
•
1.
2.
3.
4.
Jumhur Ulama:
Al Aqidain (subjek akad)
Mahallul Aqad (Obyek Akad)
Sighat (Ijab dan Kabul)
Mustafa az Zarqa; unsur penegak akad:
Maudhu’ul Aqd (Tujuan Akad)
TM Hasbi Ashiddiqi: 4 hal tsb disebut Komponen yg hrs dipenuhi utk terbitnya akad.
Pasal 22 KHES:
Pihak-pihak yang berakad
Objek akad
Tujuan pokok akad
Kesepakatan
2. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang:
a. Pengertian Akad (baik secara bahasa maupun terminologis)
b. Manusia dan Badan Hukum sebagai Subjek Akad
Jawaban:
a. Pengertian Akad (baik secara bahasa maupun terminologis)
Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain
yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai
dengan Prinsip Syariah (Pasal 1 Angka 13 UU No. 21/2008 ttg Perbankan
Syariah)
Akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu (Pasal 20
angka 1 KHES)
b. Manusia dan Badan Hukum sebagai Subjek Akad
Manusia sebagai subjek hukum adalah manusia yang sudah dapat dibebani
hukum, disebut mukallaf. Mukallaf adalah orang-orang yang telah dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Allah swt.
Badan hukum adalah badan yang dianggap bertindak dalam hukum dan yang
mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban, dan perhubungan hukum terhadap
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
orang lain atau badan lain. Dalam Islam dikenal syirkah yang menunjukkan
sama dengan badan hukum.
Badan
Hukum
sebagai
Subjek
Hukum
(T.M. Hasbi Ash Shiddieqy)
a. Memiliki hak yang berbeda dari hak manusia
b. Tidak hilang dengan meninggalnya pengurus badan hukum
c. Diperlukan pengakuan hukum
d. Memiliki ruang lingkup terbatas
e. Memiliki tindakan hukum yang tetap, tidak berkembang
f. Tidak dapat dijatuhi hukuman pidana
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis hak serta sumber kewajiban dalam Hukum
Islam!
Jawaban:
Jenis-jenis hak dapat dibagi:
-Dari segi pemiliknya: Hak Allah, Hak Manusia, Gabungan Hak Allah dan Hak Manusia
-Dari segi objeknya:
a) Hak Maali yaitu hak yang berhubungan dengan harta benda; contoh hak penjual
terhadap harga barang yang dijual
b) Hak gahiru Maali yaitu hak yang tidak berhubungan dengan harta benda; contoh hak
qisash
c) Hak asy-sakhsyi yaitu hak yang ditetapkan syara’ sebagai pribadi berupa kewajiban
terhadap orang lain; contoh penjual untuk menerima barang jualannya
d) Hak al-aini yaitu hak yang ditetapkan syara’ terhadap suatu zat sehingga memiliki
kekuasaan penuh untuk menggunakan dan mengemban haknya itu. Hak al-aini bersifat
permanen dan dapat gugur/hancur apabila materinya musnah; jenis hak ini adalah hak
milik, haqq al-intifa’ yaitu memanfaatkan harta benda orang lain melalui sebab-sebab
yang dibenarkan oleh syara’, haqq al irtifaq yaitu hak yang berlaku atas benda tidak
bergerak untuk kepentingan benda tidak bergerak milik pihak lain.
e) Hak Mujarrad yaitu hak murni yang tidak meninggalkan bekas apabila digugurkan
melalui perdamaian dan pemanfaatan serta Hak Ghairu Mujarrad yaitu hak yang apabila
dimanfaatkan akan menimbulkan bekas kepada orang yang dimaafkan.
-Dari segi kewenangan pengadilan:
a) Hak diniyah yaitu hak yang tidak boleh dicampuri oleh kekuasaan kehakiman
b) Hak qahdaai yaitu hak yang dibawah kekuasaan pengadilan dan pemilik hak itu dapat
membuktikan di hadapan hakim
Sumber kewajiban terdiri dari:
-Aqad yaitu kehendak dari dua belah pihak
-Iradah al-munfaridah yaitu kehendak sepihak
-Al-fi’lun naif yaitu perbuatan yang bermanfaat
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
-Al-fi’lun al dhaar yaitu perbuatan yang merugikan
4. Sebut dan jelaskan jenis-jenis khiyar!
Jawaban:
a) Khiyar al-majlis yaitu hak memilih untuk melangsungkan atau membatalkan selama
keduanya masih dalam satu tempat yang sama
b) Khiyar ta’yin yaitu hak pilih bagi pembeli untuk menentukan barang yang berbeda
kualitasnya
c) Khiyar syarth yaitu hak pilih bagi salah satu pihak, keduanya ataupun pihak lain
dalam meneruskan atau membatalkan selama dalam tenggang waktu yang
ditentukan
d) Khiyar ‘aibi yaitu hak pilih bagi kedua belah pihak untuk meneruskan atau
membatalkan apabila terdapat cacat pada objeknya
e) Khiyar ar-ru’yah yaitu hak pilih bagi pembeli terhadap objek yang belum ia lihat
pada saat akad berlangsung
f) Khiyar naqad yaitu ketentuan jika penjual atau pembeli salah satunya belum
melaksanakan kewajibannya, maka pihak yang dirugikan berhak membatalkan akad
5. Sebutkan sebab-sebab pembatalan akad!
Jawaban:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Fasakh (dibatalkan)
Adanya Khiyar
Salah satu pihak dengan persetujuan pihak lain membatalkan
Kewajiban yang timbul dimana akad tidak dipenuhi pihak-pihak bersangkutan
Habisnya waktu
Tidak mendapat izin dari pihak berwenang
Kematian
6. Bentuk-bentuk perikatan Islam (akad) berdasarkan kegiatan usaha yang sering
dilakukan saat ini terdiri dari tiga bentuk, sebutkan dan jelaskan!
Jawaban:
a. Pertukaran: perikatan Islam yang dilakukan dengan cara bertukar. Pertukaran ini
terbagi menjadi, yaitu pertukaran terhadap barang yang sejenis dan yang tidak
sejenis. Pertukaran barang yang sejenis terbagi dua pula, yaitu: 1) pertukaran uang
dengan uang (sharf); dan 2) pertukaran barang dengan barang (barter). Pertukaran
barang yang tidak sejenis terbagi dua, yaitu: 1) pertukaran uang dengan barang,
misalnya jual-beli (buyu’); dan 2) pertukaran barang dengan uang, misalnya sewa
(ijarah).
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
b. Kerja sama dalam kegiatan usaha (Syirkah): secara etimologi, asy-syirkah berarti
pencampuran, yaitu pencampuran antara sesuatu dengan lainnya, sehingga sulit
dibedakan. Secara terminologi yaitu ikatan kerja sama antara orang-orang yang
berserikat dalam hal modal dan keuntungan.
Dasar Hukum:
a. Al-Quran = QS. Shad (38): 24 dan QS. an Nisa’ (4): 12
b. Hadits = Imam Ad-Daruquthni meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi
SAW. yang bersabda; Allah SWT. Berfirman: “Aku adalah pihak ketiga (yang
maha melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah
seorang di antara mereka tidak berkhianat kepada perseronya. Apabila di antara
mereja ada yang berkhianat, maka aku kana keluar dari mereka (tidak
melindungi).”
Rukun dan Syarat:
Syarat  1) Merupakan transaksi yang boleh diwakilkan. Artinya, salah satu pihak
jika bertindak hukum terhadap obyek perserikatan itu, dengan izin pihak lain,
dianggap sebagai wakil seluruh pihak yang berserikat. 2) Persentase pembagian
keuntungan untuk masing-masing pihak yang berserikat dijelaskan kerika
berlangsungnya akad. 3) Keuntungan itu diambilkan dari hasil laba perserikatan
bukan dari harta lain.
Bentuk Syirkah: Secara umum terbagi menjadi tiga; syirkah ibahah, syirkah amlak,
dan syirkah uqud.
c. Pemberian Kepercayaan dalam kegiatan usaha: merupakan akad yang dilakukan
antara dua orang yang di mana satu nya, memberikan sesuatu atas dasar
kepercayaan. Pemberian kepercayaan dibagi menjadi enam yaitu; wadiah
(titipan), Rahn (barang jaminan), wakalah (perwakilan), kafalah (tanggungan),
hiwalah (pengalihan utang), dan al-ariyah (pinjam meminjam).
7. Apa yang dimaksud dengan syirkah, jelaskan secara singkat disertai dasar
hukumnya!
Jawaban:
Asy-syirkah berarti pencampuran, yaitu pencampuran antara sesuatu dengan lainnya,
sehingga sulit dibedakan. Secara terminologi yaitu ikatan kerja sama antara orangorang yang berserikat dalam hal modal dan keuntungan.
Dasar Hukum:
- Al-Quran = QS. Shad (38): 24 dan QS. an Nisa’ (4): 12
- Hadits = Imam Ad-Daruquthni meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW.
yang bersabda; Allah SWT. berfirman: “Aku adalah pihak ketiga (yang maha
melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah seorang di antara
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
mereka tidak berkhianat kepada perseronya. Apabila di antara mereja ada yang
berkhianat, maka aku kana keluar dari mereka (tidak melindungi).”
Rukun dan Syarat:
Syarat  1) Merupakan transaksi yang boleh diwakilkan. Artinya, salah satu pihak jika
bertindak hukum terhadap obyek perserikatan itu, dengan izin pihak lain, dianggap
sebagai wakil seluruh pihak yang berserikat. 2) Persentase pembagian keuntungan
untuk masing-masing pihak yang berserikat dijelaskan kerika berlangsungnya akad. 3)
Keuntungan itu diambilkan dari hasil laba perserikatan bukan dari harta lain.
Bentuk Syirkah: Secara umum terbagi menjadi tiga; syirkah ibahah, syirkah amlak, dan
syirkah uqud.
8. Pemberian kepercayaan dalam kegiatan usaha merupakan salah satu bentuk dari
akad, sebutkan macam-macam dari pemberian kepercayaan dan jelaskan secara
singkat! (disertai dasar hukum di masing-masing macam nya)
Jawaban:
Pemberian kepercayaan dibagi menjadi enam yaitu; wadiah (titipan), Rahn (barang
jaminan), wakalah (perwakilan), kafalah (tanggungan), hiwalah (pengalihan utang),
dan al-ariyah (pinjam meminjam).
a. Wadi’ah: Secara terminologi menurut ulama hanafi, wadi’ah adalah
mengikutsertakan orang lain dalam memelihara harta, baik dengan ungkapan yang
jelas, melalui tindakan, maupun melalui isyarat. Sedangkan menurut Ulama Maliki,
Syafi’i, dan Hambali, wadi’ah adalah mewakilkan orang lain untuk memelihara
harta tertentu dengan cara tertentu. (Dasar Hukum: an-Nisa (4): 58 dan al-Baqarah
(2) :283)
b. Rahn: Menurut ulama maliki mendefinisikan yaitu harta yang dijadikan pemiliknya
sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat. Menurut ulama hanafi yaitu dengan
menjadikan sesuatu sebagai jaminan terhadap piutang yang mungkin dijadikan
sebagai pembayar hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagian. Sedangkan
ulama Syafi’i dan hambali mendefinisikan dengan menjadikan materi sebagai
jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang
tidak bisa membayar utangnya itu. (Dasar Hukum: al-Baqarah (2): 283)
c. Wakalah: menurut para fuqaha, wakalah adalah pemberian kewenangan/kuasa
kepada pihak lain tentang apa yang harus dilakukannya dan ia (penerima kuasa)
secara syar’i menjadi pengganti pemberi kuasa selama batas waktu yang ditentukan.
(Dasar Hukum: al-kahfi (18) :19, at-taubah (9) : 60 , an-nisa (4) :35 , yusuf (12) :
55)
d. Kafalah: menurut mazhab hanafi adalah memasukkan tanggung jawab seseorang ke
dalam tanggung jawab seseorang ke dalam tanggung jawab orang lain dalam suatu
tuntutan umum, menurut mazhab maliki, syafi’i dan hambali adalah menjadikan
seseorang penjamin ikut bertanggung jawab atas tanggung jawab seseorang dalam
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
e. pelunasan atau pembayaran utang, dan dengan demikian keduanya dipandang
berutang. (Dasar Hukum: yusuf (12): 66 dan 72)
f. Hiwalah: akad pemindahan utang piutang satu pihak kepada pihak lain, dalam hal
ini ada dua pihak yang terlibat; muhil atau madin, pihak yang memberi utang
(muhal atau da’in) dan pihak yang menerima pemindahan (muhal a’alih). Ditinjau
dari segi obyek akad, mazhab hanafi membagi dua bentuk hiwalah, yaitu hiwalah
al haq (pemindahan hak): apabila yan dipindahkan merupakan hak menuntut utang
dan hiwalah ad dain (pemindahan utang): jika yang dipindahkan itu kewajiban
untuk membayar utang. (Dasar Hukum: Hadits  hiwalah dibenarkan oleh nabi
muhamamd saw. dalam hadits yang diriwayatkan oleh mayoritas jumhur ulama
dengan lafal yang berbeda. “memperlambat pembayaran utang yang dilakukan
orang kaya merupakan perbuatan zalim. Jika salah seorang kamu dialihkan kepada
orang yang mudah membayar utang, maka hendaklah ia beralih”.)
g. Al-Ariyah: menurut ulama maliki dan hanafi mendefinisikan dengan pemilikan
manfaat sesuatu tanpa ganti rugi. Menurut ulama syafi’i dan hambali
mendefinisikan dengan kebolehan memanfaatkan barang orang lain tanpa ganti
rugi. Kedua definisi ini membawa akibat hukum yang berbeda, definisi pertama
membolehkan peminjaman meminjamkan barang yang ia pinjam kepada pihak
ketiga. Sedangkan definisi kedua tidak membolehkan. (Dasar Hukum: al-Maidah
(5): 2)
9. Fatma akan menyewakan rumahnya, kemudian Abduh datang kepada Fatma dan
berminat untuk menyewa rumah milik Fatma. Akhirnya mereka berdua sepakat
sehingga rumah milik Fatma disewakan kepada Abduh. Setelah itu, Abduh
menyewakan rumah tersebut kepada Ilham dikarenakan Ilham membutuhkan
sebuah rumah untuk tempatnya berjualan. Berdasarkan kasus tersebut,
termasuk akad macam apakah yang dimaksud? Sebutkan rukun dan syaratnya
beserta dasar hukumnya!
Jawaban:
Akad Ijarah.
Rukun dan Syarat:
a. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk melakukan akad
ijarah.
b. Manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara sempurna, sehingga tidak
muncul perselisihan di kemudian hari.
c. Orang yang menyewa barang berhak memanfaatkannya untuk menggunakan
manfaat tersebut, ia boleh memanfaatkan untuk dirinya sendiri atau untuk orang
lain, baik dengan cara menyewa atau meminjamkan. Artinya, barang yang disewa
dapat disewakan lagi pada orang lain, misalnya seseorang menyewa rumah dapat
digunakan untuk dirinya atau disewakan lagi pada orang lain. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa pemilikan tidak hanya terbatas pada pembelian
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
tetapi juga sewa dan terhadap barang yang telah dimiliki ataupun hak
kepemilikannya telah dikuasai dapat diperjualbelikan, dipinjamkan ataupun
disewakan.
d. Pada ijarah yang bersifat jasa atas pekerjaan seseorang, obyek ijarah bukan
merupakan suatu kewajiban bagi orang tersebut.
e. Obyek ijarah merupakan suatu yang bisa disewakan
f. Upah/sewa dalam akad ijarah harus jelas, tertentu dan sesuatu yang bernilai.
g. Ulama hanafi mengatakan upah/sewa itu tidak sejenis dengan manfaat yang disewa.
Bisa saja sewa menyewa barang yang sama tetapi jika berbeda dalam nilai dan
manfaat dibolehkan.
Dasar Hukum:
- Al – Quran  QS. Az-Zukhruf (43): 32 , al-Qashash (28):26 , al-baqarah (2) : 233,
dan an-Nisa’ (4):29
- Hadits  HR. Bukhari, Muslim dari Ibnu Abbas, “Berbekamlah kamu, lalu
berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu”
10. Para ulama fiqih mengemukakan, bahwa akad dapat diklasifikasikan dalam
berbagai segi, sebutkan minimal 6 berdasarkan penggolongannya!
Jawaban:
1. Dilihat dari segi keabsahannya
2. Dilihat dari segi penamaannya
3. Dilihat dari sifat bedanya
4. Dilihat dari bentuk atau cara melakukan akad
5. Dilihat dari dapat tidaknya dibatalkan akad
6. Dilihat dari segi tukar-menukar hak
7. Dilihat dari keharusan membayar ganti dan tidak
8. Dilihat dari segi tujuan akad dibagi menjadi 4 golongan
9. Dilihat dari segi waktu berlakunya
10. Dilihat dari ketergantungan dengan yang lain
11. Dilihat dari maksud dan tujuannya
11. Apa yang dimaksud dengan mudharabah? Bagaimana pengaturan mengenai bagi
hasil dalam mudharabah?
Jawaban:
Pasal 20 angka 4 Buku II KHES: Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana
atau penanam modal dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
Ketentuan bagi hasil dalam mudharabah:
a. Keuntungan hasil usaha yang menggunakan modal campuran/shahib al-mal dan
mudharib, dibagi secara proporsional atau atas dasar kesepakatan semua pihak.
b. Biaya perjalanan yang dilakukan oleh mudharib dalam rangka melaksanakan bisnis
kerjasama, dibebankan pada modal dari shahib al-mal.
c. Mudharib wajib bertanggungjawab terhadap risiko kerugian dan atau kerusakan yang
diakibatkan oleh usahanya yang melampaui batas yang diizinkan dan atau tidak sejalan
dengan ketentuanketentuan yang telah ditentukan dalam akad.
12. Sebutkan dan jelaskan macam-macam akad pemberian kepercayaan!
Jawaban:
Macam-macam akad pemberian kepercayaan:
1) Wadi’ah
Secara etimologi: menempatkan sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya
untuk dipelihara.
Pasal 20 angka 17 KHES: penitipan dana antara pihak pemilik dana dengan pihak
penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut.
Status wadi`ah ditangan orang yang dititipi bersifat amanah, sehingga seluruh
kerusakan yang terjadi selama penitipan barang tidak menjadi tangung jawab orang
yang dititipi, kecuali kerusakannya disengaja atau atas kelalaian orang yang dititipi.
Pihak yang dititipkan barang tidak boleh meminta upah dari barang titipan itu.
2) Rahn
Pasal 20 angka 14 KHES: penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi
pinjaman sebagai jaminan.
Rukun dan syarat Rahn:
Syarat al-marhun bihi (utang): - hak yg wajib dikembalikan kpd orang yang berutang,
- boleh dilunasi dengan agunan itu,
- jelas dan tertentu
Syarat al-marhun (barang yang dijadikan agunan):
-
boleh dijual dan nilainya seimbang dengan utang,
bernilai dan dapat dimanfaatkan,
jelas dan tertentu,
milik sah orang yang berutang,
tidak terkait dengan hak orang lain,
harta yang utuh, tdk bertebaran dalam bbrp tempat,
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
-
boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya
contoh penerapan: Safe Deposit Box
3) Wakalah
Pasal 20 angka 19 KHES: pemberian kuasa kepada pihak lain untuk mengerjakan
sesuatu.
Macam-macam wakalah:
1. Wakalah Muqayadah (khusus), yaitu pendelegasian terhadap pekerjaan
tertentu.  wakil tidak boleh keluar dari wakalah yang ditentukan.
2. Wakalah Mutlaqah, yaitu pendelegasian secara mutlak, misalnya sebagai wakil
dalam berbagai pekerjaan  wakil dapat melaksanakan wakalah secara luas.
4) Kafalah
Pasal 20 angka 12 KHES: Kafalah adalah jaminan atau garansi yang diberikan oleh
penjamin kepada pihak ketiga/pemberi pinjaman untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua/peminjam.
Macam-macam kafalah:
1. Kafalah jiwa: kafalah bi al-wajhi, yaitu adanya kesediaan pihak penjamin (alkafil, al-dhamin, atau al-za`im) untuk menghadirkan orang yang ia tanggung
kepada yang ia janjikan tanggungan.
2. Kafalah harta: kewajiban yang mesti ditunaikan oleh dhamin atau kafil dengan
pembayaran atau (pemenuhan) berupa harta.
5) Hiwalah
Adalah akad pemindahan utang piutang satu pihak kepada pihak lain.
Pasal 20 angka 13 KHES: pengalihan utang dari muhil al-ashil kepada muhal ‘alaih.
Macam-macam hiwalah:
Ditinjau dari segi obyek akad, mazhab Hanafi membagi dua, yaitu:
a) Hiwalah al haq (pemindahan hak): apabila yang dipindahkan merupakan hak
menuntut utang.
b) Hiwalah ad dain (pemindahan utang): jika yang dipindahkan itu kewajiban untuk
membayar utang.
Ditinjau dari sisi lain hiwalah terbagi dua pula yaitu:
a) Hiwalah muqayyadah (pemindahan bersyarat): Pemindahan tsb sebagai ganti
dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak kedua.
b) Hiwalah muthlaqah (pemindahan mutlak): Pemindahan utang yang tidak
ditegaskan sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak kedua
yang disebut.
Contoh penerapan: safe deposit box, syariah card.
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
13. Hukum Islam membolehkan poligami untuk tujuan yang baik dan syarat-syarat
yang ketat, apa sajakah syarat-syarat itu? Jelaskan!
Jawaban:
a. Jumlah wanita yang boleh dikawini tidak boleh lebih dari empat orang (Q.S 4:3 dan
hadist nabi riwayat An-Nasai)
b. Sanggup berlaku adil terhadap semua istri-istrinya (Q.S. 4:129)
c. Wanita yang akan dikawini sebaiknya adalah wanita yang memiliki anak yatim,
agar anak yatim tersebut berada dalam pengawasan laki-laki yang akan berpoligami
tersebut dan supaya ia dapat berlaku adil terhadap anak yatin dan harta anak yatim
tersebut (Q.S. 4:3 j.o Q.S. 4:27)
d. Tidak boleh dengan wanita yang mempunyai hubungan saudara atau dengan wanita
yang mempunyai hubungan sepersusuan dengan istri (Q.S. 4:23)
e. Tidak bermaksud hendak mempermainkan atau menganiaya wanita yang akan
dikawini itu (Q.S. 4:24)
Menurut UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 3 ayat (2):
a. harus ada izin dari pengadilan agama
b. bila dikehendaki oleh yang bersangkutan
c. hukum dan agama yang bersangkutan mengizinkannya
Menurut KHI:
a. Batasan istri yang dikawini dalam satu waktu yang sama hanya sampai empat orang
istri (Pasal 55 ayat (1))
b. Suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Syarat adil
ini merupakan syarat utama yang wajib dipenuhi. Jika tidak dipenui, maka suami
dilarang beristri lebih dari seorang (Pasal 55 ayat (2) dan (3)
c. Suami harus mendapatkan izin dari Pengadilan Agama dengan memenuhi Pasal 4
(2) dan Pasal 5 UUP dan dilakukan menurut tata cara pada Bab VIII PP 9/1975 (Pasal
56, 57, dan 58)
d. Apabila istri tidak menyetujui suaminya melakukan poligami, maka Pengadilan
Agama dapat menetapkan pemberian izin poligami setelah mendengar dan memeriksa
istri tersebut di pengadilan. Terhadap penetapan ini istri atau suami dapat mengajukan
banding atau kasasi (Pasal 59)
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
14. Jelaskan asas monogami terbuka dan dasar hukumnya!
Jawaban:
Salah satu asas dari perkawinan adalah asas monogami, dimana seorang pria hanya
boleh mempunyai seorang istri begitupun sebaliknya (dalam waktu tertentu). Asas
monogami di sini bersifat terbuka atau tidak mutlak. Lain halnya dengan yang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa asas monogami bersifat mutlak.
Asas monogami tidak mutlak diartikan bahwa seorang suami dapat mempunyai lebih
dari seorang istri, bila dikehendaki dan sesuai dengan hukum agama si suami. Sifat ini
tidak mutlak dari asas monogami diatur dalam pasal 2 ayat 2, 4 dan 5 ayat (1) UU No. 1
tahun 1974 tentang perkawinan, dan diatur pula dalam pasal 55, 56 ayat (1), 57
Kompilasi Hukum Islam; bahkan, diatur, pula dalam al-Quran, yaitu Q.S. An-Nissa ayat
3 yang berbunyi: dan Jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap hak-hak
perempuan bila kamu mengawininya, maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu
senangi, dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak berlaku adil maka
kawinilah seorang saja.
15. Jelaskan sebab-sebab pembatalan pernikahan!
Jawaban:
Pembatalan perkawinan dalam hukum islam disebut fasakh yang artinya merusakkan
atau membatalkan. Jadi fasakh sebagai salah satu sebab putusnya perkawinan ialah
merusakkan atau membatalkan hubungan perkawinan yang telah berlangsung. Fasakh
disebabkan dua hal: 1
1. Disebabkan oleh perkawinan yang tidak memenuhi rukun dan syarat atau terdapat
adanya halangan perkawinan.
2. Disebabkan terjadinya sesuatu dalan kehidupan rumah tangga yang tidak
memungkinkan rumah tangga itu dilanjutkan.
Pembatalan perkawinan di atur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pada
Pasal 22 apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan
perkawinan. Pembatalan perkawinan diatur dalam UUP pada Bab IV, Pasal 22-28.
Pasal 22 menyatakan dengan tegas bahwa perkawinan dapat dibatalkan apabila para
pihak tidak memenuhi syatrat-syarat untuk melangsungkan perkawinan. Di dalam
penjelasannya kata “dapat” dalam pasal ini bisa diartikan bisa batal atau tidak batal,
1
Amir Syarifuddin , Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, antara fiqh munakahat dan UUP, kencana, jakarta,
2006, hal 253 :
Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016
bila mana ketentuan hukum agamanya tidak menentukan lain. Sementara dalam
Kompilasi Hukum Islam diatur pada Bab XI, Pasal 70-76.
Download