ABSTRAK

advertisement
Kumpulan Abstrak Disertasi
Semester Genap 2008/2009
Pendidikan Ekonomi (EKO)
420 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Analisis Faktor-faktor Determinan Keberdayaan Usaha Mikro Pada Pemberdayaan
Masyarakat P2KP dan PPEK Jatim
Hari Rujito
Abstrak
Konsep program pemberdayaan masyarakat yang kini gencar dilaksanakan pemerintah diyakini
sudah cukup baik. Namun ketika konsep tersebut diimplementasikan masih banyak hal tidak terduga muncul
sebagai penghambat. Hal ini menunjukkan bahwa konsep pemberdayaan masyarakat tersebut masih perlu
adanya penyempurnaan. Hingga kini masih sering terlihat masyarakat yang diberdayakan tak kunjung
tumbuh & berkembang kemandiriannya meskipun sudah lama distimulasi oleh program pemberdayaan.
Tidak efektifnya pemberdayaan tersebut karena ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh pada
efektivitas pemberdayaan namun dalam konsep pemberdayaan belum diperhitungkan secara seksama. Dalam
pelaksanaan pemberdayaan, masyarakat masih sering diposisikan sebagai obyek pemberdayaan bukan
subyek pemberdayaan bagi dirinya sendiri dan pendekatannya juga masih berorientasi pada pendekatan
proyek. Meskipun konsep tersebut mengacu pada konsep yang terbukti berhasil diterapkan di negara lain,
namun banyak faktor perlu diidentifikasi & dikaji kembali agar dapat diterapkan dengan baik di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan & menjelaskan (explanatory) faktor-faktor
determinan keberdayaan usaha mikro pada pemberdayaan P2KP dan PPEK. Faktor-faktor determinan
tersebut di antaranya adalah kekuatan pendampingan, lingkungan pemberdayaan, persepsi masyarakat
terhadap program, profil pengusaha mikro, performa BKM, dinamika kelompok, sosial kapital dan perilaku
kewirausahaan pengusaha mikro.
Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini didasarkan pada teori dan pengalaman empiris
para pemberdaya masyarakat. Hipotesis tersebut diantaranya adalah (i) Kekuatan pendampingan berpengaruh
terhadap performa Badan Keswadayaan Masyarakat /BKM (ii) Kekuatan Pendampingan berpengaruh
terhadap Dinamika Kelompok (iii) Lingkungan Pemberdayaan berpengaruh terhadap Performa BKM (iv)
Lingkungan Pemberdayaan berpengaruh terhadap Keberdayaan Usaha. (v) Lingkungan Pemberdayaan
berpengaruh signifikan terhadap Sosial Capital. (vi) Lingkungan Pemberdayaan berpengaruh signifikan
terhadap Dinamika Kelompok. (vii) Lingkungan Pemberdayaan berpengaruh signifikan terhadap Perilaku
Wirausaha (viii) Persepsi Pelaku Usaha berpengaruh pada Perilaku Wirausaha (ix) Persepsi Pelaku Usaha
Mikro berpengaruh terhadap Dinamika Kelompok (x) Profil Pelaku Usaha berpengaruh signifikan terhadap
Dinamika Kelompok (xi) Profil Pelaku Usaha berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Wirausaha.(xii)
Performa BKM berpengaruh signifikan terhadap Dinamika Kelompok (xiii) Performa BKM signifikan
terhadap Keberdayaan Usaha (xiv) Performa BKM berpengaruh terhadap terbangunnya Social Capital (xv)
Dinamika Kelompok berpengaruh signifikan terhadap perilaku kewirausahaan (xvi) Dinamika kelompok
berpengaruh signifikan terhadap terbangunnya social capital (xvii) Dinamika kelompok berpengaruh
signifikan terhadap keberdayaan Usaha Mikro (xviii) Social Capital berpengaruh signifikan pada Perilaku
Wirausaha (xix) Social Capital berpengaruh signifikan terhadap Keberdayaan Usaha Mikro (xx) Perilaku
Wirausaha berpengaruh signifikan terhadap Keberdayaan Usaha
Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif pengambilan sampel memakai metode multistage
sampling . Daerah-daerah kabupaten Jatim yang terpilih sebagai sampel untuk disurvey diantaranya adalah
Gresik, Jombang, Malang, Lumajang, Bondowoso, Situbondo. Unit analisis penelitian ini adalah para pelaku
usaha mikro anggota KSM yang berpartisipasi dalam program P2KP dan PPEK. Jumlah sampel yang diambil
adalah sebanyak 378 orang pelaku usaha mikro.
Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa keberdayaan usaha mikro sangat dipengaruhi
oleh variabel perilaku wirausaha dari pelaku usaha mikro dan variabel dinamika kelompok serta oleh variabel
lingkungan pemberdayaan. Namun demikian variabel-variabel lain yang tidak berpengaruh langsung juga
memberikan pengaruhnya terhadap keberdayaan usaha melalui variabel lainnya.
Dari hipotesa yang diajukan maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut ini : (i)
kekuatan pendampingan berpengaruh terhadap performa BKM tetapi tidak berpengaruh signifikan pada
dinamika kelompok.(ii) lingkungan pemberdayaan berpengaruh signifikan pada performa BKM dan
keberdayaan usaha serta bagi terbentuknya sosial kapital, tetapi tidak berpengaruh langsung pada dinamika
kelompok dan perilaku wirausaha mikro. (iii) persepsi pelaku usaha berpengaruh langsung pada dinamika
kelompok dan perilaku wirausaha (iv) profil pelaku usaha berpengaruh langsung dan nyata pada dinamika
kelompok dan perilaku wirausaha (v) Performa BKM/BKAD-UPK tidak berpengaruh langsung pada
keberdayaan usaha dan sosial kapital tetapi berpengaruh secara langsung yang signnifikan kepada dinamika
kelompok (vi) dinamika kekompok berpengruh langsung yang signifikan terhadap keberdayaan usaha dan
terbentuknya sosial kapital tetapi tak berpengaruh secara langsung terhadap perilaku wirausaha (vi) social
419
Program Studi S3 EKO 421
capital berpengaruh langsung secara signifikan terhadap perilaku wirausaha tetapi tak berpengaruh langsung
pada keberdayaan usaha (vii) perilaku wirausaha berpengaruh langsung pada keberdayaan usaha.
Implikasi teoritis penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan teori-teori yang
telah ada karena variabel-variabel persepsi pelaku usaha, dinamika kelompok, sosial kapital dan lingkungan
pemberdayaan terbukti menjadi faktor determinan bagi tercapainya keberdayaan usaha mikro. Karena itu di
masa mendatang variabel-variabel tersebut perlu diperhitungkan secara seksama dalam penyusunan konsep
pemberdayaan.
Implikasi praktis penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan keberdayaan usaha mikro hal
terpenting yang harus dilakukan adalah menumbuhkan perilaku kewirausahaan pada pengusaha mikro.
Perilaku kewirausahaan ini dapat dikembangkan melalui social capital yang terbangun melalui proses
pembelajaran & kerjasama antar anggota KSM. Proses pembelajaran antar anggota KSM tersebut dapat
ditingkatkan efektivitasnya melalui interaksi antar anggota KSM melalui dinamika kelompok dalam KSM
dengan dibantu oleh fasilitator. Pendidikan nonformal bagi pelaku usaha mikro akan berjalan baik bila
dinamika kelompok berlangsung dengan baik. Dinamika kelompok dapat berjalan dengan baik bila ada
fasilitator lapangan melakukan pendampingan pada kelompok KSM. Untuk itu beberapa hal penting yang
dapat dilakukan adalah (i) meningkatkan spektrum pendampingan agar tidak hanya pada lembaga BKM saja
tetapi juga dapat menjangkau KSM. (ii) mengadakan program khusus ekonomi produktif potensial
perorangan yang tidak bergantung kelompok agar modal bergulir dapat berkembang lebih cepat (c) P2K
perlu mewajibkan program ”asset acumulation” melalui tabungan KSM agar kelompok menjadi lebih
mandiri (d) KSM yang dibina sebaiknya diprioritaskan pada KSM yang sudah lama terbentuk (e) pemilihan
pengurus BKM hendaknya diarahkan bukan hanya memperhatikan aspek demokratis & kejujuran saja tetapi
juga harus memperhatikan aspek kepemimpinan & managerial dalam mengelola BKM.
Kontribusi penelitian ini terhadap keilmuan adalah mengisi kesenjangan penelitian pendidikan
nonformal ekonomi pada masyarakat khususnya tentang pengaruh kekuatan pendampingan, lingkungan
usaha, bantuan kredit, persepsi masyarakat terhadap program, performa BKM serta sosial kapital dalam
pemberdayaan terhadap tumbuhnya perilaku wirausaha pada keberdayaan usaha mikro yang masih parsial &
kurang komprehensif.
Kata kunci: pemberdayaan, pendampingan, persepsi, dinamika kelompok, lingkungan pemberdayaan, sosial
capital, perilaku kewirausahaan, keberdayaan usaha
Hubungan antara komunikasi antarpribadi, kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru
mata pelajaran ekonomi, sistem imbalan untuk guru, dan iklim sekolah, dengan kinerja guru
mata pelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Atas Negeri Se Sulawesi Selatan
Herman
Abstrak
Sekolah sebagai suatu unit organisasi pendidikan formal merupakan wadah kerja internal (kepala
sekolah, guru-guru, staf, dan siswa) dan eksternal (Keluarga, masyarakat, swasta maupun pemerintah) untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan sekolah, baik dari aspek kuantitas maupun kualitasnya sangat
tergantung pada orang-orang yang tergabung di dalam lembaga sekolah itu. Sekolah harus dikelola dengan
baik agar dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan sekolah. Keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan dan pengajaran di sekolah tidak hanya ditentukan oleh guru-guru atau staf lainnya, tetapi peranan
kepala sekolah juga sangat menentukan dalam menciptakan iklim sekolah yang mendukung pelaksanaan
proses belajar mengajar.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menggambarkan hubungan antara komunikasi antarpribadi oleh
kepala sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru mata pelajaran ekonomi, sistem
imbalan/kompensasi, dengan iklim sekolah secara parsial dan simultan. (2) memperoleh gambaran hubungan
tidak langsung antara komunikasi antarpribadi oleh kepala sekolah, kepemimpinan kepala sekolah,
kompetensi guru mata pelajaran ekonomi, sistem imbalan/kompensasi, dengan kinerja guru melalui iklim
sekolah baik secara parsial maupun secara simultan.(3) memperoleh gambaran hubungan langsung antara
komunikasi antarpribadi oleh kepala sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru mata pelajaran
ekonomi, sistem imbalan/kompensasi dengan kinerja guru mata pelajaran ekonomi di SMAN se Sulawesi
Selatan baik secara parsial maupun simultan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian survey yang menggunakan pendekatan “cross sectional survey”. Penelitian ini juga dikategorikan penelitian deskriptif korelasional
422 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
dengan menggunakan analisis jalur (path analysis). Subyek (populasi) penelitian adalah adalah guru mata
pelajaran ekonomi SMAN di 23 Kabupaten/Kota se Sulawesi Selatan sebanyak 710 orang, melalui cluster
random sampling ditetapkan sampel sebanyak 214 orang guru mata pelajaran ekonomi. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan teknik, angket, selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan teknik
analisis deskriptif dan teknik analisis jalur.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa; (1) ada hubungan yang signifikan antara komunikasi
antarpribadi, kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru mata pelajaran ekonomi, sistem imbalan,
dengan iklim sekolah baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama; (2) ada hubungan tidak langsung
antara komunikasi antarpribadi, kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru ekonomi, sistem imbalan
untuk guru, dengan kinerja guru mata pelajaran ekonomi baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersamasama melalui iklim sekolah; (3) ada hubungan langsung yang signifikan antara komunikasi antarpribadi,
kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru ekonomi, sistem imbalan/kompensasi untuk guru dan iklim
sekolah dengan kinerja guru mata pelajaran ekonomi.
Bertolak dari hasil temuan penelitian, disarankan kepada beberapa pihak. Pertama, disarankan kepada sekiranya kepala Dinas Pendidikan Nasional agar; (1) agar dalam pengangkatan kepala sekolah memperhatikan aspek kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah.(2) untuk meningkatkan
profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah, perlu diciptakan sistem pendidikan dan pelatihan kepala
sekolah yang mendorong terciptanya kepemimpinan.(3) Dalam membina guru-guru mata pelajaran ekonomi
yang ada di Sulawesi Selatan senantiasa diperhatikan tingkat kesejahteraannya. Kedua, disarankan kepada
Kepala Sekolah agar; (1) kepala sekolah senantiasa meningkatkan pemahaman dan keterampilan komunikasi
antarpribadi, dan pentingnya kepemimpinan, kompetensi guru ekonomi, sistem imbalan, dan iklim sekolah
dalam meningkatkan kinerja guru mata pelajaran ekonomi. (2) dalam pengambilan keputusan agar kepala
sekolah melaksanakan tugas secara profesional. Ketiga, disarankan kepada Guru agar guru-guru mata
pelajaran ekonomi lebih meningkatkan pemahaman tentang pentingnya kompetensi profesional dengan
berusaha meningkatkan kompetensi tersebut dengan mengikuti perkembangan forum ilmiah yang ada.
Keempat, disarankan kepada para peneliti yang berminat meneliti tentang komunikasi antarpribadi,
kepemimpinan, kompetensi guru ekonomi, sistem imbalan/kompensasi, dan iklim sekolah dengan kinerja
guru mata pelajaran ekonomi, agar memperluas indikator-indikator penelitian, karena masih terdapat banyak
indikator lain yang dapat berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat yang sudah diteliti.
Kata kunci: komunikasi antarpribadi, kepemimpinan, kompetensi guru, sistem imbalan, iklim sekolah,
kinerja guru
Pengaruh Komunikasi Antar Pengusaha Pelanggan, Pembelajaran Wirausaha, dan Sikap
Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Kecil (Suatu studi pada Usaha Kecil Mebel Kayu di
Kota Parepare)
Muhammad Rakib
Abstrak
Usaha Kecil Mebel Kayu merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat di Kota Parepare yang
mengalami berbagai kendala dalam mempertahankan keberlanjutannya sebagaimana usaha kecil lainnya.
Pemerintah Kota Parepare telah berusaha meningkatan kinerja usaha kecil mebel kayu melalui program
pemberdayaan usaha kecil dan menengah melalui program bantuan dana bergulir, pendidikan dan pelatihan,
dan membangun pasar mebel kayu, namun hasilnya belum menunjukkan peningkatan kinerja usaha yang
signifikan. Beberapa masalah umum yang dijumpai di lapangan yaitu sikap pemilik usaha dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggan dan kualitas produk masih rendah sehingga menimbulkan ketidakpuasan para
pelanggan (pembeli) terhadap kinerja usaha kecil mebel kayu. Penyebab dari kendala semacam ini diduga
kuat karena lemahnya karakter jiwa kewirausahaan yang dimiliki para pemilik usaha dan belum kokohnya
peran manajerial para pemilik usaha kecil mebel dalam mengelola usahanya pada lingkungan yang sedang
berubah.
Mengacu pada berbagai fenomena di atas, pertanyaan yang muncul adalah apakah komunikasi antar
pengusaha pelanggan, pembelajaran wirausaha, dan sikap kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja usaha
kecil mebel kayu di Kota Parepare. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 140 pemilik usaha kecil mebel
kayu di Kota Parepare dengan menggunakan kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk
mengumpulkan data. Teknik analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM).
Program Studi S3 EKO 423
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun simultan komunikasi antar
pengusaha pelanggan, pembelajaran wirausaha, dan sikap kewirausahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja usaha kecil. Peningkatan kinerja usaha kecil para pemilik usaha dipengaruhi oleh faktor: (1)
kemampuannya dalam berkomunikasi secara efektif dengan pelanggan dengan menunjukkan perilaku seperti
keterbukaan, empathy, perilaku mendukung, perilaku positif, dan kesamaan, (2) pembelajaran wirausaha
yang dimiliki oleh para pemilik usaha kecil melalui pendidikan dan latihan kewirausahaan, pengalaman
dalam mengelola usaha, dan mentoring dari orangtua sebagai pewaris usaha dan atau mantan majikan pada
saat magang sebelum mendirikan usaha sendiri sangat mempengaruhi peningkatan kinerja usahanya, dan (3)
sikap kewirausahaan meliputi; disiplin yang tinggi, komitmen tinggi, jujur dalam bertindak dan bersikap,
berani mengambil resiko, proaktif, dan pandai bergaul, dan kontribusi yang diberikan dari variabel tersebut
terhadap kinerja usaha kecil memberikan signifikansi yang nyata.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada: (1) Pemerintah Daerah, hendaknya dalam
pembinaan usaha kecil dilakukan dengan pengembangan sumberdaya manusia sehingga memperoleh
wirausaha yang berkualitas, (2) Pemilik Usaha Kecil (Pengusaha Kecil) agar membekali dirinya dengan
teknik berkomunikasi secara efektif, meningkatkan kualitas produknya melalui pembelajaran wirausaha
(pendidikan dan pelatihan, pengalaman, dan mentoring), dan mengembangkan sikap kewirausahaan pada
dirinya seperti memiliki kedisiplinan yang tinggi, komitmen tinggi, jujur dalam bertindak dan bersikap,
kreatif dan inovatif, berani mengambil resiko, proaktif, dan pandai bergaul, (3) Instruktur Pelatihan/Pembuat
Kurikulum Pendidikan, agar pendidikan ekonomi memiliki misi melaksanakan pendidikan kewirausahaan,
maka sudah selayaknya mengalami perubahan atau penyesuaian, seperti pengembangan strategi
pembelajaran dengan studi kasus bagi pendidikan nonformal (diklat), mengembangkan materi kewirausahaan
khususnya di pendidikan formal (sekolah), baik pendidikan dasar, menengah, maupun perguruan tinggi, dan
(4) Peneliti, perlu mengkaji faktor internal lainnya yang mempengaruhi kinerja usaha kecil seperti motivasi
dan kompetensi, dan indikator-indikator yang lain dalam mengukur variabel penelitian ini yaitu efektivitas
komunikasi (misalnya; faktor komunikator, pesan, saluran, dan komunikan), pembelajaran wirausaha
(misalnya; strategi pembelajaran, materi pembelajaran, dan tenaga pendidik/instruktur pelatihan), dan sikap
kewirausahaan (misalnya; kemandirian, kerja keras, dan keyakinan diri), serta kinerja usaha kecil (misalnya;
proses bisnis internal dan akumulasi modal), mengembangkan dengan pendekatan kuantitatif, dan mengkaji
usaha kecil lainnya (selain usaha kecil mebel kayu) atau usaha kecil secara luas.
Kata kunci: model komunikasi wirausaha, pembelajaran wirausaha, sikap wirausaha, kinerja usaha kecil
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Cara Belajar, Motivasi Belajar
Terhadap Sikap Kewirausahaan Pada Siswa SMKN 1 Jombang
Munawaroh
Abstrak
Pada Pendidikan formal, utamanya di tingkat menengah kejuruan, Pendidikan kewirausahaan lebih
menekankan pada pengembangan aspek kognitif dan kurang memperhatikan pengembangan aspek
ketrampilan dan sikap, akibatnya konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran kewirausahaan hanya
dipahami sebagai pengetahuan yang harus diperhatikan dan untuk dipraktekkan maupun diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Seharusnya pendidikan kewirausahaan mampu menjadikan siswa terampil menerapkan nilai-nilai kewirausahaan dan mengembangkan sikap berwirausaha yang produktif dan efisien. Kontribusi pendidikan kewirausahaan dalam pembentukan sumber daya manusia yang demikian diperlukan bagi
pembangunan ekonomi dan pembangunan di bidang lain secara lebih luas.
Agar pendidikan kewirausahaan disekolah Menengah Kejuruan mampu menjadikan siswa memiliki
sikap kewirausahaan yang produktif dan efisien diperlukan proses pembelajaran dengan strategi yang tepat,
untuk memberikan kesempatan yang luas kepada siswa dalam mengkonstruk pemaknaan atas konsep-konsep
kewirausahaan yang mereka pelajari dikaitkan dengan pengalaman belajar yang mereka dapatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Strategi pembelajaran yang demikian membutuhkan pendekatan konstektual. Dalam
penerapannya, dirasakan efisien bila fenomena nyata yang ada dalam hidup keseharian siswa, dapat
dihadirkan di kelas melalui model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.
Penelitian ini bertujuan menganalisis: (1) menjelaskan pengaruh Model pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD terhadap sikap kewirausahaan; (2) menjelaskan pengaruh cara belajar terhadap sikap
kewirausahaan; (3) menjelaskan pengaruh motivasi belajar terhadap sikap kewirausahaan ; (4) menjelaskan
pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan cara belajar; (5) menjelaskan pengaruh cara
424 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
belajar dengan motivasi belajar; (6) menjelaskan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
motivasi belajar; (7) menjelaskan ada tidaknya pengaruh antara model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,
cara belajar dan motivasi belajar terhadap sikap kewirausahaan pada siswa SMK Negeri 1 Jombang.
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Eksperimen, yang dilakukan terhadap siswa kelas III
SMK negeri 1 Jombang yang berjumlah 362 siswa. Jumlah sampel penelitian sebanyak kelas III AP 1
berjumlah 38 siswa, Kelas III AK 3 berjumlah 39 siswa dan kelas III PJ 1 berjumlah 35 siswa dan dipilih
secara acak. Data yang berhasil dikumpulkan di analisis dengan Anova, Regresi, dan Regresi Linier berganda
sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan program aplikasi statistik SPSS for windows versi
13.
Hasil penelitian membuktikan (1) Ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe STAD
terhadap sikap kewirausahaan (2) Ada pengaruh cara belajar terhadap sikap kewirausahaan (3) Tidak ada
pengaruh motivasi belajar terhadap sikap kewirausahaan (4) Tidak ada pengaruh model pembelajaran
Kooperatif tipe STAD terhadap cara belajar. (5) Ada pengaruh cara belajar terhadap motivasi belajar. (6)
Tidak ada pengaruh model pembelajaran “Cooperative Learning” tipe STAD terhadap motivasi belajar. (7)
Secara simultan ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe STAD cara belajar, motivasi belajar
terhadap sikap kewirausahaan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap peningkatan sikap kewirausahaan khususnya di
SMK Negeri 1 Jombang. Demikian pula dengan cara belajar yang efisien juga berpengaruh posistif secara
signifikan terhadap sikap kewirausahaan dan sebaliknya (tidak ada pengaruh motivasi belajar baik itu tinggi
sedang, rendah, terhadap sikap kewirausahaan. Dan penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dalam proses pembelajaran tidak terpancang pada cara belajar siswa, khususnya bagi siswa SMK Negeri 1
Jombang serta dalam meningkatkan efisien belajar siswa perlu memperhatikan tingkat motivasi belajar siswa.
Meskipun demikian dalam proses pembelajaran seorang guru dapat menggunakan model pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD tanpa perlu memperhatikan tingkat motivasi belajar siswa khususnya bagi siswa
SMK Negeri 1 Jombang. Di samping itu dalam proses pembelajaran, seorang guru dapat menggunakan
model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD perlu juga memperhatikan efisiensi belajar siswa maupun tingkat
motivasi belajar.
Berdasarkan temuan penelitian ini dapat di sarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) Sekolah
dalam hal ini, sekolah Menengah Kejuruan sebaiknya dapat meningkatkan proses belajar mengajar dengan
menggunakan berbagai model pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat tercapai secara maksimal dan
siswa bisa aktif, kreatif dan inovatif. (2) Diperlukan pemetaan atas tingkat motivasi dan efisiensi, cara belajar
siswa sebagai landasan dalam pengembangan strategi pembelajaran kewirausahaan di sekolah Menengah
kejuruan.
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe STAD, cara belajar, motivasi belajar, sikap kewirausahaan
Pengembangan Model Pembelajaran Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang Berbasis Proyek
Yang Berorientasi Konstruktivistik Berbantuan Komputer Di SMA Negeri Kabupaten
Jember
Sri Kantun
Abstrak
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan penelitian, yang mencakup : Apakah
model P.B.L yang berorientasi konstruktivistik berbantuan komputer pada pokok bahasan siklus akuntansi
perusahaan dagang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran? Apakah model P.B.L yang berorientasi
konstruktivistik berbantuan komputer pada pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang memiliki
efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran? Apakah model P.B.L yang berorientasi konstruktivistik
berbantuan komputer pada pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang memiliki daya tarik bagi
siswa? Adakah perbedaan signifikansi keefektifan model P.B.L yang berorientasi konstruktivistik berbantuan
komputer bila dibandingkan dengan model pembelajaran secara konvensional dengan pendekatan
behavioristik pada pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang di S.M.A Negeri Kabupaten Jember?
Bagaimana dampak model P.B.L yang berorientasi konstruktivistik berbantuan komputer di S.M.A Negeri
Kabupaten Jember pada pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang dalam mendukung pelaksanaan
tugas guru, khususnya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (R.P.P), proses pembelajaran dan
evaluasi hasil belajar? Bagaimana dampak model P.B.L yang berorientasi konstruktivistik berbantuan
Program Studi S3 EKO 425
komputer di S.M.A Negeri Kabupaten Jember pada pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang pada
kemampuan non kognitif siswa?
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) yang didesain
secara eksperimen yang sesungguhnya (True Experimental Designs). Tingkat kelayakan model pembelajaran
dilakukan dengan uji validasi bahan ajar oleh penelaah ahli rancangan pembelajaran dan ahli isi bidang ilmu,
ahli media pembelajaran, penilaian dari subyek perorangan (guru), uji coba kelompok terbatas dan uji coba
kelompok lebih luas. Populasinya adalah keseluruhan siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri Kabupaten
Jember pada tahun ajaran 2007/2008 sebanyak 1092 siswa sedangkan seleksi pengambilan jumlah sampel
dilakukan dengan teknik Non Probability Purposive sebanyak 528 (lima ratus dua puluh delapan) siswa yang
terbagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing berjumlah 264
siswa.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran siklus akuntansi perusahaan dagang
berbasis proyek yang berorientasi konstruktivistik berbantuan komputer ini efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan memiliki daya tarik untuk dikembangkan. Dari 4 (empat) tahap yang
dilakukan, hanya pada tahap 1 yang menunjukkan nilai akuntansi siswa di kelas yang diajarkan dengan
model P.B.L yang berorientasi konstruktivistik berbantuan komputer lebih rendah dibandingkan dengan nilai
siswa di kelas yang diajarkan dengan model konvensional, karena siswa belum memiliki persiapan yang
matang untuk mendapatkan perlakuan yang sama dengan proses pembelajaran sebelumnya, sedangkan pada
tahap lainnya menunjukkan adanya perbedaan nilai yang cukup signifikan. Nilai akuntansi siswa di kelas
eksperimen yang diajarkan dengan P.B.L yang berorientasi konstruktivistik berbantuan komputer pada tahap
2, 3 dan 4 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai akuntansi siswa di kelas yang diajarkan dengan model
konvensional.
Motivasi belajar siswa menunjukkan tingkatan yang tinggi, siswa menjadi aktif dalam belajar
akuntansi. Siswa juga menunjukkan sikap positif selama proses pembelajaran dengan model PBL yang
berorientasi konstruktivistik berbantuan komputer. Dengan demikian model tersebut efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki daya tarik
untuk dikembangkan dalam pembelajaran akuntansi di SMA Negeri Kabupaten Jember.
Peneliti yang akan datang diharapkan benar-benar mempersiapkan perangkat penelitian yang
diperlukan. Hal tersebut berkaitan dengan sumber daya manusia, perangkat pembelajaran dan fasilitas media
pembelajaran. Guru yang menjadi subyek penelitian perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar benar-benar
memahami model pembelajaran yang diimplementasikan, dan guru juga perlu diberikan pelatihan bagaimana
mengoperasionalkan program aplikasi komputer akuntansi. Perangkat pembelajaran dan media pembelajaran,
seperti perangkat komputer dan software juga harus disediakan dalam jumlah yang memadai.
Kata kunci: pembelajaran berbasis proyek, pendekatan konstruktivistik, model pembelajaran, program aplikasi komputer akuntansi, mata pelajaran akuntansi
Download