laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat

advertisement
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT UNIVERSITAS NASIONAL
PENYULUHAN
HAB (HARMFULL ALGAL BLOMM) SEBAGAI FENOMENA
KEBENCANAAN
Ketua
Anggota
: Dra. Sri Handayani, M.Si
NID: 0320036302
: Dr. Retno Widowati, M.Si
NID: 0327096502
Dra. Endang Wahjuningsih, M.Si
NID: 0325055601
PUSAT PENGKAJIAN KELAUTAN DAN MANAJEMEN WILAYAH PESISIR UNAS
DAN
FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2014
1
2
RINGKASAN
Organisme penting di perairan laut adalah fitoplankton karena berperan sebagai
produsen. Fitoplankton memiliki klorofil yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan
bahan organik dan oksigen dalam air yang digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus atau
rantai makanan di laut. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas
perairan laut apabila jumlahnya berlebih (blooming). Tingginya populasi fitoplankton beracun di
dalam suatu perairan dapat menyebabkan berbagai akibat negatif
bagi ekosistem perairan,
seperti berkurangnya oksigen didalam air yang dapat menyebabkan kematian berbagai makhluk
air lainnya bahkan manusia.
Tujuan dari penyuluhan ini adalah untuk memberikan pemahaman pada masyarakat di
pesisir
mengenai fenomena Harmful Algal Bloom (HAB) sebagai sebuah bencana lingkungan
yang harus diwaspadai. Meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir terhadap dampak negatif
dari kemunculan fenomena HAB. Kegiatan ini merupakan bentuk dari pengabdian kepada
masyarakat dari Pusat Pengkajian Kelauatan dan Manajemen Wilayah Pesisir Unas dan Fakultas
Biologi Universitas Nasional.
Pengabdian kepada masyarakat merupakan dharma ketiga
tridharma perguruan tinggi. Keberadaan pengabdian kepada masyarakat sebenarnya sangat
penting baik bagi pengelola perguruan tinggi demikian juga terhadap keberadaan perguruan
tinggi tersebut ditengah masyarakat.
Pengabdian kepada masyarakat dengan judul ” HAB (Harmful algal blomm) sebagai
Fenomena Kebencanaan ” telah dilakukan di Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kabupaten
Kepulauan Seribu. Dihadiri oleh 29 peserta yang mayoritas adalah ibu-ibu. Metode pengabdian
kepada masyarakat yang dilakukan adalah penyuluhan/ceramah.
Program pengabdian kepada masyarakat yang direncanakan oleh Pusat Pengkajian
Kelautan dan Manajemen Wilayah Pesisir
Unas dan dosen-dosen Fakultas Biologi dapat
terlaksana dengan baik. Hal ini dapat terjadi karena kerjasama yang baik dan didukung oleh
Universitas Nasional melalui LPPM Unas dan Dekan Fakultas Biologi, Lurah Pulau Untung
Jawa Kepulauan Seribu.
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa ta’ala, atas kehendakNya kegiatan
pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh dosen-dosen Fakultas Biologi Universitas
Nasional, di Kelurahan Pulau untung Jawa, Kabupaten Kepulauan Seribu Jakarta dengan judul
“ Hamrful Algal Blomm(HAB) Sebagai Fenomena Kebencanaan ” dapat diselesaikan
dengan baik. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu kewajiban yang harus dilakukan seorang dosen yaitu melaksanakan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini dapat terlaksana berkat dukungan
berbagai pihak, antara lain Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Nasional, Dekan Fakultas Biologi UNAS, Lurah Pulau Untung Jawa beserta stafnya. Untuk itu
pada kesempatan ini atas nama tim pengabdian kepada masyarakat Pusat Pengkajian Kelautan
dan Mananjemen Wilayah Pesisisr Unas dan Fakultas Biologi Unas, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Kegiatan ini tentu ada kekurangannya, namun demikian semoga hasil kegiatan ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat di Kelurahan Pulau Untung Jawa, Fakultas Biologi dan Universitas
Nasional serta para anggota tim pengabdian kepada masyarakat ini
Jakarta, 25 Agustus 2014
Ketua,
Dra. Sri Handayani, M.Si.
4
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
ii
RINGKASAN ...................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar belakang .............................................................................................
1
B. Analisis situasi mitra....................................................................................
2
C. Tujuan kegiatan...... ......................................................................................
2
BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN .........................................................
3
A. Waktu dan tempat pelaksanaan ..................................................................
3
B . Kelompok sasaran ......................................................................................
3
C. Jumlah partisipan penyuluhan.......................................................................
3
BAB III. PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN..................................
4
LAMPIRAN
1. Materi penyuluhan (makalah ) ...................................................................
5
2. Daftar hadir peserta.......................................................................................
15
3. Foto-foto kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di P.Untung Jawa ......
17
4. SK Rektor No: 40 Tahun 2014 Tentang Penetapan Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Untuk Dosen Yang mendapat Bantuan
Dana (Stimulus) dari UNAS Semester Genap Tahun Akademik
2013/2014 ...................................................................................................
5
21
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar, dimana lebih kurang ¾ bagian
daerahnya terdiri dari perairan. Jenis-jenis perairan dapat dibedakan menjadi perairan tawar,
perairan laut, dan perairan payau. Perairan-perairan tersebut didiami oleh berbagai macam
organisme dengan karakteristik yang berbeda. Menurut Barus (2004), dari ketiga ekosistem
perairan tersebut, air laut dan air payau merupakan bagian yang terbesar, yaitu lebih dari 97%.
Salah satu organisme penting di perairan laut adalah fitoplankton karena berperan sebagai
produsen.
Fitoplankton memiliki klorofil yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan
bahan organik dan oksigen dalam air yang digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus atau
rantai makanan di laut. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas
perairan laut apabila jumlahnya berlebih (blooming). Tingginya populasi fitoplankton beracun di
dalam suatu perairan dapat menyebabkan berbagai akibat negatif
bagi ekosistem perairan,
seperti berkurangnya oksigen didalam air yang dapat menyebabkan kematian berbagai makhluk
air lainnya.
Tingginya atau ledakan populasi fitoplankton yang diikuti dengan keberadaan jenis
fitoplankton beracun akan menimbulkan ledakan populasi alga berbahaya (Harmfull Algal
Bloom-HAB). Faktor yang dapat memicu ledakan populasi fitoplankton berbahaya antara lain
karena adanya eutrofikasi dan adanya upwelling yang mengangkat massa air kaya unsur-unsur
hara, adanya hujan lebat dan masuknya air ke laut dalam jumlah yang besar. Fenomena HAB
juga umum dikenal dengan istilah Red Tide, karena munculnya HAB seringkali ditandai dengan
perubahan air laut menjadi kemerahan, kekuningan, kehijauan, orange atau kecoklatan.
HAB secara umum dapat terjadi diperairan akibat dari buangan limbah organik dari
pabrik, dan rumah tangga, pupuk dari kegiatan pertanian dan perkebunan, sisa pakan dari tambak
dan keramba jaring apung (KJA), air buangan ballast kapal di pelabuhan, kerusakan lingkungan
di sekitar pesisir pantai, perubahan iklim (climate change). Kemunculan fenomena HAB di
perairan sangat merugikan, karena dapat menimbulkan:
1. Kematian massal biota laut, seperti ikan dan udang.
2. Penurunan kualitas perairan
6
3. Merusak ekosistem perairan
4. Keracunan pada manusia
5. Kegagalan panen di tambak dan keramba jaring apung
6. Penjualan dan harga ikan, udang, dan kerang menurun
7. Kerugian di bidang pariwisata karena pantai atau peraiaran menjadi kotor.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas
Biologi melakukan penyuluhan tentang fenomena HAB sebagai suatu kebencanaan, sehingga
masyarakat khususnya masyarakat pesisir dapat mewaspadai adanya gejala HAB, mengetahui
kapan HAB muncul, berhati-hati bila terjadi HAB, dan dapat melakukan tindakan apabila terjadi
HAB.
Analisis situasi Mitra/kelompok sasaran
Penduduk Indonesia 60% hidup di wilayah pesisir. Ada 42 kota dan 181 kabupaten
terletak di kawasan pesisir. Apabila terjadi kerusakan di wilayah pesisir, maka akan berdampak
terhadap kehidupan pesisir dan penduduk perkotaan yang umumnya mengkonsumsi ikan karena
85% sumber daya ikan berasal dari perairan pesisir. Dampak lainnya adalah tenaga kerja
terutama nelayan akan kehilangan mata pencaharian.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka kelompok sasaran penyuluhan kami terutama
nelayan dan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Hal ini untuk memudahkan dalam
pengenalan tanda-tanda HAB seperti kapan muncul, mewaspadai bila terjadi HAB, tindakan apa
yang harus dilakukan.
Tu juan Kegiatan
Tujuan dari penyuluhan ini adalah: (1). Untuk memberikan pemahaman pada masyarakat di
pesisir mengenai fenomena Harmful Algal Bloom (HAB) sebagai sebuah bencana lingkungan
yang harus diwaspadai. (2). Meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir terhadap dampak
negatif dari kemunculan fenomena HAB.
7
BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksaanaan penyuluhan tanggal 21-22 Agustus 2014. Tempat dilaksanakannya
penyuluhan adalah Kediaman Warga Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kabupaten Kepulauan
Seribu, Jakarta Utara.
B. Kelompok Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah masyarakat Kelurahan Pulau Untung Jawa, yang meliputi ibuibu Pengurus PKK , masyarakat nelayan.
C. Jumlah Partisipan dalam Kegiatan
Undangan yang kami sampaikan kepada masyarakat di Kelurahan Pulau Untung Jawa
sebanyak 30 undangan, pada acara penyuluhan berlangsung dihadiri oleh 29 warga yang
meliputi ibu-ibu pengurus PKK, masyarakat, dalam acara tersebut juga dihadiri oleh Bintara
Pembina Desa (Babinsa)
8
BAB III. PERTANGGUNG JAWABAN KEUANGAN
A. Dana stimulus dari Universitas Nasional Rp. 1.500.000,B. Biaya sendiri
Rp.1.713.000,-
C. Biaya pengeluaran untuk pengabdian kepada masyarakat sebagai berikut:
No
Rincian
Jumlah
Biaya satuan
Total (Rp)
(Rp)
1.
Administrasi : surat
300.000
menyurat dan perijinan,
transport survei
2.
Perbanyakan makalah
800 lembar
150
120.000
3.
Goodybag untuk peserta
35
25.000
875.000
4.
Penginapan 3 dosen 3
1 malam
500.000
500.000
3x2=6
85.500
513.000
3 x 4 = 12
25.000
300.000
7.000
280.000
200.000
200.000
25.000
125.000
mahasiswa
5.
Transport kapal
penyebrangan (PP)
6.
Konsumsi tim pengabdian
kepada masyarakat
7.
Snack peserta penyuluhan
8.
Biaya kebersihan tempat
40
penyelenggaraan
penyuluhan
9.
Pembuatan laporan
5
Total pengeluaran untuk pengabdian masyarakat
Saldo
3.213.000
-
9
MAKALAH
HAB (HARMFULL ALGAL BLOMM) SEBAGAI FENOMENA
KEBENCANAAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PUSAT PENGKAJIAN KELAUTAN DAN MANAJEMEN WILAYAH PESISIR UNAS
DAN
FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2014
10
Pengertian Harmfull Algal Blomm (HAB)
Selama beberapa dekade ini, berbagai negara di seluruh dunia telah menyaksikan
kemunculan sebuah fenomena merugikan di perairan mereka. Fenomena ini dikenal luas dengan
istilah HAB. Harmful Algal Blooms (HAB), atau disebut fenomena ketika jumlah fitoplankton
atau mikroalga di perairan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan tidak terkendali,
sehingga menimbulkan berbagai macam masalah di perairan.
Dalam kondisi normal, fitoplankton merupakan organisme penting yang mengatur
jalannya rantai makanan di perairan. Namun ketika jumlahnya terlalu banyak, keseimbangan
ekosisitem perairan justru akan terganggu dan menyebabkan munculnya berbagai macam
masalah. Masalah yang timbul akibat kemunculan HAB dapat berdampak sangat merugikan,
baik bagi manusia maupun bagi organisme lain di perairan dimana fenomena tersebut muncul.
Fenomena HAB dulu umum dikenal dengan istilah Red Tide, terutama karena
kemunculan HAB di perairan seringkali ditandai dengan perubahan warna laut menjadi
kemerahan. Warna tersebut timbul akibat adanya gumpalan-gumpalan atau agregat massa
fitoplankton yang memiliki zat warna atau pigmen berwarna merah. Salah satu fitoplankton yang
menghasilkan pigmen merah adalah Noctilluca sp. Fenomena HAB tidak selamanya
mengakibatkan perairan berubah warna menjadi kemerahan, beberapa fenomena HAB yang
mengakibatkan warna perairan menjadi kekuningan, kehijauan, oranye ataupun kecoklatan.
(Gambar 1). Warna perairan ketika HAB terjadi bergantung pada pigmen warna yang terkandung
pada fitoplankton. Namun tidak semua fenomena HAB mengakibatkan terjadinya perubahan
warna perairan, seperti yang terjadi pada HAB fitoplankton toksik.
11
Gambar 1.Perubahan warna perairan pada saat fenomena HAB di perairan
Semua fenomena HAB memiliki satu kesamaan yang unik, yaitu HAB hampir selalu
mengakibatkan permasalahan di perairan. Masalah timbul akibat:
1. Racun yang diproduksi oleh fitoplankton,
2. Jumlah fitoplankton yang terlalu banyak merusak keseimbangan ekosistem perairan.
Kondisi HAB yang sangat berbahaya muncul ketika perairan dipenuhi oleh jenis fitoplankton
beracun (toksik) (Gambar 2). Pada HAB jenis ini perairan seringkali tidak mengalami perubahan
warna, sehingga
kemunculannya sulit dideteksi.
Fitoplankton toksik tersebut dapat
mengakibatkan berbagai macam penyakit seperti Paralytic Shellfish Poisoning (PSP), Amnesic
Shellfish Poisoning (ASP),Ciguatera Fish Poisoning (CFP), Neurotoxic Shellfish Poisoning
(NSP), Diareehetic Shellfish Posioning (DSP) dan Azaspiracid Shellfish Poisoning (AZP).
12
Gambar 2. Jenis Fitoplankton penyebab HAB
Penyebab Munculnya HAB
Kemunculan fenomena HAB di perairan merupakan sebuah fenomena kompleks yang
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Namun secara alami fenomena HAB dapat muncul
akibat peningkatan nutrien di perairan akibat pengadukan, sirkulasi arus atau masuknya nutrien
dari sungai yang memperkaya perairan dan mendukung pertumbuhan berbagai jenis fitoplankton.
Secara alami fenomena HAB dapat muncul dan menghilang di sebuah perairan melalui
sebuah siklus tertentu. Namun seiring dengan berkembangnya aktivitas manusia di kawasan
pesisir, siklus alami yang mengatur kemunculan fenomena HAB menjadi terganggu. Hal ini
mengakibatkan HAB semakin sering terjadi dan dapat muncul dengan durasi yang sangat
panjang. Eutrofikasi, atau pengayaan perairan oleh nutrien, merupakana salah satu penyebab
utama munculnya fenomena HAB di perairan. Eutrofikasi akan semakin parah seiring dengan
perkembangan aktivitas manusia di pesisir (Gambar 3)
Beberapa dampak aktivitas manusia yang dapat memicu terjadinya HAB antara Lain adalah:
1. Buangan limbah organik dari pabrik, dan rumah tangga
2. Pupuk dari kegiatan pertanian dan perkebunan
3. Sisa pakan dari tambak dan keramba Jaring Apung (KJA)
4. Air buangan ballast kapal di pelabuhan
13
5. Kerusakan lingkungan di sekitar pesisir pantai
6. Perubahan iklim (climate change)
Gambar 3 Beberapa Aktivitas Manusia Penyebab Munculnya HAB
Ketearangan: A. Keramba apung, B. Pencemaran perairan,
C. Air buangan ballast kapal di pelabuhan,
D. Buangan limbah organik dari pabrik
Tanda-Tanda Kemunculan HAB
Pada dasarnya fenomena HAB adalah fenomena alam yang kemunculannya sangat sulit
diperkirakan. Namun pada umumnya fenomena tersebut dapat muncul sewaktu-waktu di suatu
perairan yang mengalami tekanan akibat aktivitas, terutama di sekitar kawasan industri, tambak,
atau keramba jala apung. Oleh karena itu perlu diwaspadai tanda-tanda berikut:
1. Hujan lebat yang turun sesekali, kemudian diikuti cuaca panas terik
2. Perairan terlihat tenang, tidak berombak dan arus tidak terlalu kencang.
3. Air di perairan terlihat keruh, kotor, atau mulai terlihat mengalami perubahan warna.
Bila fenomena HAB muncul di suatu perairan, pada umumnya terdapat beberapa tanda
kemunculan yang dapat diamati di perairan tersebut (Gambar. 4). Tanda-tanda tersebut antara
lain:
14
1. Warna laut tampak berubah menjadi kemerahan, kekuningan, kecoklatan, kehijauan,atau
orange. Perubahan warna perairan terkait dengan jenis pigmen yang terkandung dalam sel
fitoplankton yang mengalami ledakan populasi. Meskipun terlihat indah, namun
fenomena ini sangat merugikan dan berbahaya.
2. Air laut ketika disentuh terasa licin dan berlendir. Terkadang tampak benang-benang tipis
atau gumpalan yang berwarna di permukaan. Gumpalan atau benang-benang tipis
tersebut adalah sel-sel fitoplankton yang membentuk koloni. Bila gumpalan –gumpalan
ini membusuk, perairan dapat tercemar dan mengalami eutrofikasi. Bila gumpalan ini
termakan oleh organisme laut, dapat timbul berbagmacam penyakit, terutama bila
gumpalan tersebut merupakan koloni fitoplankton toksik.
3. Seringkali beberapa hari setelah warna laut kembali normal, terjadi kematian massal
berbagai hewan laut seperti ikan, udang, dan mamalia laut. Kematian massal ini dapat
terjadi akibat kekurangan oksigen, atau akibat racun yang dihasilkan oleh fitoplankton
yang mengakibatkan munculnya fenomena HAB.
Gambar 4. Tanda-Tanda Kemunculan HAB
Meskipun perubahan warna laut adalah indikator yang paling mudah dilihat ketika fenomena
HAB terjadi, HAB akibat ledakan populasi fitoplankton toksik seringkali tidak mengakibatkan
perubahan warna air.
15
Dampak Fenomena HAB
Kemunculan fenomena HAB di suatu perairan dapat mengakibatkan masalah, baik bagi
keseimbangan ekosisitem perairan maupun bagi manusia yang tinggal di sekitar perairan yang
terkena HAB. Jumlah fitoplankton yang terlalu banyak di suatu perairan dapat menybabkan
keseimbangan rantai makanan di ekosistem terganggu. Jika fitoplankton yang menyebabkan
HAB adalah fitoplankton beracun, racun yang dihasilkan dapat membunuh organisme yang
memakan fitoplankton tersebut.
Dampak merugikan dari fenomna HAB yang paling mudah terlihat adalah kematian ikan
dan udang dalam jumlah yang lauar biasa banyak. Kematian ini dapat terjadi akibat kekurangan
oksigen di air atau akibat racun yang dihasilkan oleh fitoplankton toksik.
Dampak munculnya fenomena HAB di suatu perairan dapat mencakup kerugian secara
ekonomi, sosial dan kesehatan, seperti:
1. Merusak ekosisitem perairan dan mengakibatkan turunnya jumlah tangkapan ikan
nelayan
2. Penyakit atau kematian pada manusia setelah memakan ikan, udang atau kerang yang
tercemar HAB
3. Kegagalan panen di tambak dan keramba jaring apung karena ikan menjadi sakit atau
mati.
4. Penjualan dan harga ikan,udang dan kerang menurun karena masyarakat enggan atau
takut mengkonsumsi ikan.
5. Kerugian di bidang pariwisata karena pantai atau perairan menjadi kotor.
Dampak lain dari fenomena HAB yang langsung dapat dirasakan langsung oleh manusia
adalah munculnya berbagai macam penyakit, terutama jika fenomena HAB yang muncul adalah
akibat ledakan populasi fitoplankton toksik. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
fitoplankton yang memproduksi racun (toksin) dapat menyebabkan penyakit mematikan pada
manusia. Bila manusia mengkonsumsi ikan yang tercemar berat oleh fitoplankton beracun,
maka senyawa racun tersebut dapat mengakibatkan berbagai penyakit berat yang dapat
berakibat fatal bagi manusia. Pada banyak kasus, keracunan akibat HAB toksik sulit dideteksi
dan lambatnya pengobatan pada korban sering mengakibatkan kematian.
Untuk menghindari kasus keracunan akibat fenomena HAB toksik, maka hal paling
penting yang perlu dilakukan adalah jangan makan ikan atau udang yang mati saat atau
16
setelah fenomena HAB terjadi. Kematian ikan atau udang ketika HAB dapat terjadi akibat
kekurangan oksigen atau akibat senyawa racun yang dihasilkan oleh fitoplankton toksik ketika
populasinya mengalami ledakan. Penyebab kematian massal ikan atau udang ketika fenomena
muncul sulit diketahui tanpa penyelidikan atau penelitian lanjut. Oleh karena itu sangat tidak
disarankan untuk mengkonsumsi ikan atau udang yang mati akibat fenomena HAB. Kerangkerang dketahui mampu mengakumulasi racun fitoplankton tanpa menjadi sakit atau mati,
sehingga konsumsi kerang-kerangan saat atau setelah
fenomena HAB terjadi juga
berpotensi mengakibatkan keracunan pada manusia.
Selain tidak mengkonsumsi ikan, udang dan kerang-kerangan ketika fenomena HAB
terjadi, tidak disarankan pula berenang atau menggunakan air laut yang tercemar HAB
untuk keperluan rumah tangga (seperti mencuci). Fenomena HAB biasanya tidak bertahan
lama di perairan, namun dampak negatifnya dapat bertahan hingga 1-2 minggu setelah HAB
muncul. Sehingga diperlukan kewaspadaan terhadap dampak lanjutan dari fenomena HAB,
terutama terhadap kesehatan masyarakat.
Secara sekilas gejala awal penyakit akibat keracunan senyawa toksik HAB sulit
dibedakan dengan gejala keracunan makanan biasa. Namun waspadai kemungkinan munculnya
kasus keracunan akibat HAB ketika setelah makan ikan, terdapat orang yang sakit dengan
gejala (Gambar 5) sebagai berikut:
1. Mual dan muntah (seringkali diikuti dengan diare)
2. Sakit kepala, atau sakit pada persendian
3. Panas terasa dingin dan atau dingin tersa panas.
Waspadai juga bila terdapat orang yang sakit setelah memakan udang, kerang, kepiting,
remis, tiram atau kijing, dengan gejala sebagai berikut:
1. Kesemutan di mulut dan ujung jari tangan
2. Mual dan muntah (seringkali diikuti dengan diare)
3. Sukar berjalan
4. Sukar bernafas (sesak nafas)
5. Demam
6. Sakit kepala
7. Hilang ingatan jangka pendek
17
A
B
C
D
Gambar 5. Gejala Keracunan akibat mengkonsumsi organisme laut yang tercemar oleh racun
HAB toksik
Keterangan: A. Mual/Muntah, B. Pusing, C. Sakit Perut, D. Demam
Mitigasi Dampak Fenomena HAB
Sulitnya memprediksi dan mencegah terjadinya fenomena HAB di perairan menyebabkan
banyak negara di dunia terfokus pada program mitigasi HAB dibandingkan program pencegahan
atau pengendalian fenomena HAB di perairan. Secara sederhana pencegahan HAB dapat
dilakukan dengan mengurangi buangan limbah organik ke perairan, meskipun pada praktiknya
hal tersebut tidak mudah. Sedangkan teknik pengendalian fenomena HAB dapat dlakukan
dengan clay dispersal, yaitu dengan menyemprotkan lempung dalam jumlah besar ke perairan.
Namun teknik ini hanya efektif diterapkan pada fenomena HAB dengan skala luasan yang relatif
sempit.
Salah satu program yang dilakukan di beberapa negara di dunia adalah program mitigasi
HAB yaitu program monitoring kandungan senyawa toksin HAB pada kerang-kerangan. Jika
ditemukan kandungan senyawa toksin HAB yang tinggi, maka pemerintah dapat menghentikan
atau membatasi proses panen atau penjualan kerang-kerangan selama HAB berlangsung dan
beberapa hari setelah fenomena tersebut menghilang dari perairan. Hal ini dilakukan terutama
untuk menghindari munculnya kasus keracunan pada manusia. Toksin HAB yang terkandung
18
pada organ pencernaan dan insang kerang tahan terhadap suhu tinggi, sehingga kadar racun tidak
dapat berkurang atau hilang dengan proses pemasakan ataun proses penggalengan.
Salah satu masalah utama dalam proses mitigasi fenomena HAB di Indonesia adalah
belum terbentuknya alur koordinasi yang jelas mengenai penanganan fenomena tersebut. Namun
secara umum masyarakat dapat melakukan langkah-langkah berikut sebagai bagian dari mitigasi
dampak negatif dari fenomena HAB di perairan:
1. Laporkan kejadian fenomena HAB tersebut kepada Pemda, Dinas Perikanan atau instansi
penelitian terdekat. Berikan informasi detail mengenai lokasi dan waktu kejadian.
2. Bila terdapat ikan, udang, atau hewan laut lain yang mati secara massal, jangan diambil
untuk dijual atau dimakan !
3. Tangkap ikan, udang, atau kerang sejauh-jauhnya dari area perairan yang sedang
mengalami fenomena HAB
4. Kurangi konsumsi hewan laut (terutama kerang-kerangan) sampai ± 1 minggu setelah
fenomena HAB berlalu. Hentikan konsumsi segera bila gejala keracunan timbul.
5. Bila terdapat anggota keluarga atau warga yang sakit setelah memamkan ikan, udang,
atau kerang (saat atau sesudah HAB muncul), segera hentikan konsumsi dan bawa
penderita ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
6. Berikan keterangan detail kronologi kemunculan gejala kepada dokter atau tenaga medis.
Sisa makanan (ikan, udang, kerang) dapat dikirimkan ke dinas kesehatan atau badan
pemeriksa obat dan makanan untuk dilakukan pengujian.
Daftar Pustaka
Anderson, D.M. 2007. The ecology and oceanography of harmful algal blooms:
Multidisciplinary approaches to research and management. UNESCO. Paris
Thoha, H.T.Sidabutar, N.Fitriya, dkk. 2012 . Awas Ada HAB.
Community Preparedness
(Compress) Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Muawanah, 2013. Monev HAB di Teluk Lampung . Makalah Lokakarya Nasional “ Strategi
Diseminasi kebencanaan : Fenomena HAB . Pusat Penelitian Oseanopgrafi-LIPI
Sidabutar,T., H. Thoha, N.Fitrya, dkk. 2013.Peningkatan Kesadaran Masyarakat Pesisir
Terhadap Fenomena Harmfull Algal Bloom (HAB) Sebagai Bencana Lingkungan.
Makalah Lokakarya Nasional “ Strategi Diseminasi kebencanaan : Fenomena HAB .
Pusat Penelitian Oseanopgrafi-LIPI
19
LAMPIRAN: FOTO-FOTO KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
KELURAHAN PULAU UNTUNG JAWA- KEPULAUAN SERIBU,
TANGGAL 21-22 AGUSTUS 2014
Gambar 1. Lokasi Tempat Kegiatan Pengabdian Kepada masyarakat
Kelurahan Pulau Untung Jawa- Kepulauan Seribu
Gambar 2. Kantor Kelurahan Pulau Untung Jawa –Kepeulauan Seribu
20
Gambar 3. Tim Pengabdian Kepada Masyarakat: dari kiri Retno Widowati, tengah :
Sri Handayani, kanan: Endang Wahjuningsih
Gambar 4. Penyampaian materi penyuluhan oleh Ketua Tim
21
Gambar 5. Foto bersama tim pengabdian kepada masyarakat dan peserta
Gambar 6. Bersalam-salaman saat acara penyuluhan selesai
22
LAMPIRAN : SK REKTOR NOMOR : 40 TAHUN 2014
23
Download