KESEIMBANGAN PENCIPTAAN BUMI MENURUT ALQUR’AN DAN SAINS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) Oleh: AHMAD HARFA NIM:106034001208 JURUSAN TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2011 M ABSTRAKSI Ahmad Harfa, “Keseimbangan Penciptaan Bumi Menurut Al-Qur’an Dan Sains” Salah satu keistimewaan yang diberikan oleh Allah Swt, kepada manusia adalah kemampuan berpikir dengan mengunakan akal yang sehat. Kemampuan ini sangat membantu manusia dalam menemukan kebenaran dan keyakinan. Selain itu, kemampuan berpikir yang baik dan benar dapat menjadi jalan untuk mengantarkan seseorang dalam meraih kebenaran dan akan membawa kemaslahatan bagi orang lain. Sebaliknya, berpikir juga bisa menjadi pemicu munculnya kemudaratan, khususnya jika seseorang salah dalam mengunakan pikiranya. Pemikiran seseorang tersebut harus lah menggunakan akal yang sehat dan hati nurani sehingga mampu menghasilkan sebuah kebenaran yang mengokohkan keimanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keselarasan dan keharmonisan antara al-Qur’an dan sains, sehingga membuktikan kebenaran akan tanda-tanda kebesaran-Nya. Penelitian ini berpijak dari pemikiran bahwa setiap kalam-Nya haruslah sesuai dengan ciptaan-Nya dalam hal penciptaan Bumi. Adalah sebuah kemustahilan bila al-Qur’an benar bertentangan dengan ilmu pengetahuan sains modern yang meneliti dengan tepat. Dapun jika perbedaan ini terjadi maka sangat dimungkinkan bahwa ada salah satu yang salah diantara keduanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir maudhu’i (tematik), yang secara umum menggunakan langkah-langkah: menetapkan masalah yang akan dibahas (topik); menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah, menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (outline); dan mempelajari ayat-ayat tersebut. Selain itu, penulis juga menggunakan metode content analisis atau analisis isi, yang dengan metode ini dua message yang berbeda yang memiliki kaitan erat dengan keseimbangan Bumi dari Ayat-ayat al-Qura’an dan sains dapat dibandingkan. Data yang ditemukan menunjukkan bahwa ayat-ayat yang mengisyaratkan mengenai keseimbangan penciptaan Bumi dapat di temukan dalam al-Qur’an. Yang secara umum berkaitan erat dengan masalah keseimbangan penciptaan Bumi. Setelah mengkaji ayat-ayat tersebut secara seksama, penulis dapat menyimpulkan bahwa keseimbangan penciptaan Bumi menurut al-Qur’an dan sains akan selalu selaras dan sejalan. Dari awal terbentuknya Bumi memang merupakan sebuah kreasi maha Pencipta yang didalam terdapat kesempurnaan dan keseimbangan. Segala gejala dan proses yang terjadi di Bumi merupakan Tandatanda kebesaran-Nya yang menjadi sebuah kesempurnaan sang maha Pencipta. ii LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar strata 1 (S1), di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta,15 November 2011 Penulis, ( Ahmad Harfa ) iii KESEIMBANGAN PENCIPTAAN BUMI MENURUT ALQUR’AN DAN SAINS Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin ( S.Ud ) Oleh : AHMAD HARFA NIM. 106034001208 Di bawah Bimbingan : Dr. Mafri Amir, MA NIP. 195803011992031001 JURUSAN TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H / 2011 M iv PERSETUJUAN TIM PENGUJI Skripsi ini berjudul Keseimbangan Penciptaan Bumi Menurut Al Quran Dan Sains telah di ujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) pada Jurusan Tafsir Hadits. Jakarta, 20 Desember 2011 SIDANG MUNAQASAH Sekertaris Sidang, Ketua Sidang, Dr. M. Suryadinata, MA NIP. 19600908 198903 1 005 Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA NIP. 19711003 199903 2 001 Anggota, Penguji II, Penguji I, Dr. M. Suryadinata, M.A NIP. 19600908 198903 1 005 Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA NIP. 19711003 199903 2 001 Pembimbing, Dr. Mafri Amir, MA NIP. 19580301 199203 1 001 v PEDOMAN TRANSLITERASI1 Konsonan Huruf Arab Huruf Latin Keterangan tidak dilambangkan B Bep T Te Ts te dan es J Je H h dengan garis bawah Kh ka dan ha D da Dz De dan zet R Er Z Zet S Es Sy es dan ye S es dengan garis bawah D de dengan garis bawah T te dengan garis bawah Z zet dengan garis bawah „ koma terbalik keatas, menghadap ke kanan Gh ge dan ha 1 Pedoman ini disesuaikan dengan pedoman akademik fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006/2007, hal. 101 - 105 vi F Ef Q Ki K Ka L El M Em N En W We H Ha „ Apostrof Y Ye Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebai beeriku: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ______َ a fathah ___ِ___ i kasrah ______ُ u dammah Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan __َ__ي ai a dan i َ____ و au a dan u vii Vokal Panjang (Madd) Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ــَا â a dengan topi di atas ــي î i dengan topi di atas ـــو û u dengan topi di atas Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh huruf syamsyiah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân. Syaddah (Tashdid) Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kaata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secaraa lisan berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”, demikian seterusnya. Ta Marbûtah Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3). viii Contoh: no Kata Arab Alih aksara 1 tarîqah 2 al-jâmî ah al-islâmiyyah 3 wahdat al-wujûd Huruf Kapital Meskipun dalam tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâli bukan Abû Hamid AlGhazâli, al-Kindi bukan Al-Kindi. ix KATA PENGANTAR Segala Puji dan syukur penulis sanjungkan hanya kepada Allah Swt, yang dengan taufiq-Nya, penelitian berjudul “Keseimbangan Penciptaan Bumi Menurut Al-Qur‟an Dan Sains” ini, dapat diselesaikannya tugas akhir penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya, yang merupakan suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Tentunya di dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, yang kelak ditemukan oleh mereka yang mau menelaahnya dengan teliti. Segala kesalahan tersebut tak lain adalah bukti keterebatasan penulis di dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini merupakan wujud kepedulian dan rasa keingintahuan penulis terhadap beberapa masalah yang kelihatannya sepele namun memiliki pengaruh yang sangat besar dalam bidang tafsir. Penulis juga menyadari bahwa, penelitian ini tidak luput dari jasa lembaga dan orang-orang tertentu yang telah membantu penulis, baik moril maupun materil. Maka pada kesempatan ini, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, khusus kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih M.A (Dekan Fakultas Ushuluddin), Dr. Bustamin, M.Si (Ketua Jurusan Tafsir Hadits), dan Dr. Lilik Umi Kultsum, MA (Sekjur Tafsir Hadits). x 2. Bapak Dr.Mafri Amir, MA, selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang dengan keikhlasannya membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis hingga selesai skripsi ini. 3. Dr. M. Suryadinata, MA, yang banyak memberikan masukan, arahan dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen di jurusan Tafsir Hadits yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, sehingga berkat merekalah penulis mendapatkan setetes air dari samudra ilmu pengetahuan. 5. Yang tercinta Ayahanda Makmun Nawawi dan Ibunda Iis Sutianah yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan perhatian dengan segenap hati dan yang selalu mendoakan ananda untuk mencapai kesuksesan di masa depan, semoga penulis selalu mendapat ridho mereka dan dapat berbakti kepadanya. kepada, adik-adikku (Fahmi Hakim, M. Ramdan, M. Najwan, Siti Nabilah, dan Syaid Hasbi) serta saudara-saudaraku tercinta yang memberikan motivasi dan membantu penulis baik materil maupun inmaterial sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Untuk teman-teman UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, khususnya temanteman Jurusan Tafsir Hadits angkatan 2006/2007, khususnya kelas TH-A: Amir Mu’min, Ahmad Hazami, Didit, Junaedi, Irfan, Haikal, Kholid, Ust. Ubaid, Ahmad Firdausi, Hasan, Adi, Aang, Malik, Umam, dll. yang dengan ikhlas turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Teman-teman KKN 80 dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam ungkapan yang singkat ini. xi 7. Teman-teman penulis di manapun berada, khususnya sahabat-sahabatku yaitu; Abi, Anggara Jauhari, Apankz , Adink, Bang Ozy, Bang Asep, Iqbal, Fajar, Wahyu, Kendari, Yudo rada-rada, Fuad, Fauzan Bin Abdul Azis, Mas Afud, Om Bode, Mas Dermawan, Mas Dedwi dan semua rekan-rekan seperjuangan yang selalu memberi Support dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 8. Terakhir, untuk orang yang pernah melihat saya (ra‟ânî yaqazatan kâna am fi al-manân), bertemu dengan saya (laqiyanî), belajar bersama saya (jâlasanî), tinggal bersama saya (aqâma ma‟î), pernah mendengar suara dan ocehan saya (sami‟a minnî wa akhaza „annî syai‟an), semua orang yang mau menerima dan memperkenankan saya untuk mengambil hikmah darinya (wa akhaztu „anhu al-hikam wa al-„ulûm), dan semua orang yang hidup semasa dengan saya („asaranî). Ini bukan karena saya yang istimewa, melainkan anda semua lah yang begitu spesial bagi saya. Bolehlah saya berharap dan ber-tafa‟ul kepada nabi agar semua orang yang tersebut di atas menjadi orang yang beruntung, sekali lagi- bukan karena saya, tetapi karena kita dianugerahkan oleh Allah Swt untuk bisa saling berhubungan. Teriring doa, “ Tûbâ liman ra‟ânî (bifadlih), wa tubâ liman ra‟â man ra‟ânî (bifadlih)”. Atas semua kebaikan tersebut, tidak ada suatu yang dapat penulis sampaikan, kecuali ucapan terima kasih yang tidak terhingga, serta doa; semoga amal kebaikan kita semua diterima dan dibalas oleh Allah Swt. Jazâkumullâh ahsan al-jazâ, Âmîn…..! xii Akhirnya hanya kepada Allah jualah, penulis mengharap ridha dan rasa syukur penulis yang tak terhingga. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis. Amin Jakarta, 17 November 2011 Ttd, Ahmad Harfa Penulis xiii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………... i ABSTRAKSI….…………………………………………………………….. ii LEMBAR PERNYATAAN………….……………………………………... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………. iv PERSETUJUAN TIM PENGUJI………………………………………….. v PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………… vi KATA PENGANTAR………………………………………………………. x DAFTAR ISI………………………………………………………………… xiv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................. 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................... 12 D. Studi Terdahulu yang Relevan.......................................................... 13 E. Metodologi Penelitian....................................................................... 14 F. Sistematika Penulisan........................................................................ 16 BAB II : LANDASAN TEORITIS TENTANG PENCIPTAAN PLANET BUMI A. Pengertian Planet Bumi ………………..………….……………....... 17 B. Teori Penciptaan Bumi a. Menurut Pandangan Ilmuwan dan Filosof…………...………... 27 b. Menurut Pandangan Muffasir………………………………...... 32 xiv BAB III : KESEIMBANGAN BUMI MENURUT AL-QURAN DAN SAINS A. Keseimbangan Bumi………………………………………………… 38 a. Suhu Bumi……………………………………………………….. 44 b. Medan Magnet Bumi …………….......…..……………………… 47 c. Ketepatan Atmosfer Bumi ………………………………………. 51 d. Keseimbangan Untuk Kehidupan………………………………… 57 B. Hikmah Dibalik Keseimbangan Penciptaan Bumi…………………... 63 BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………….. 67 B. Saran………………………………………………………………… 68 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 69 xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alam semesta, di sana terdapat ribuan galaksi yang dihiasi jutaan cahaya yang bergerak dengan keteraturanya masing-masing, milyaran planet yang mengarungi jagad raya dengan struktur pembentuknya yang di dalamnya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada Allah swt serta kegaiban dan keangungan-Nya. Pengetahuan manusia tentang benda langit semakin luas dengan semakin majunya teknologi yang ada. Pikiran manusia menjelajah hingga ke hal yang terkecil sekalipun. Pikiran manusia menerawang tentang sebuah bentuk keseimbangan dalam penciptaan. Allah swt, yang telah menciptakan alam semesta, memberikan isyarat kepada manusia akan tanda-tanda kebesaran-Nya dalam al Qur‟an. Dalam dimensi ilmu pengtahuan, Al Qur‟an telah memberi ilmu mengenai fenomena jagad raya dan membantu pikiran manusia untuk melakukan terobosan terhadap rahasia-rahasia keseimbangan jagad raya dan planet-planet yang terdapat di alam semesta. Dan al Qur‟an menunjukkan kepada Realitas Intelektual Yang Maha Besar, yaitu Allah SWT melalui ciptaan-Nya Dalam sistem keyakinan Islam, al Qur‟an adalah sumber ajaran yang menjadi petunjuk bagi manusia untuk mencapai kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Argument akan sebuah kebenaran al Qur‟an, oleh ulama, antara lain 1 2 dirumuskan dalam sebuah konsep yang membahas segi-segi kemujizatannya(i‟jaz al Qur‟an). Diskursus seputar ini dimulai sejak abad ke2 H/ awal abad ke-3 H,1dan menjadi bagian tersendiri dalam ilmu-ilmu al Qur‟an. Dalam hal ini, hubungan antara al Qur‟an dengan ilmu pengetahuan dan informasi kontemporer, kalangan muslim menyakini bahwa al Qur‟an telah mengisyaratkan ilmu-ilmu pengetahuan modern. Intinya al Qur‟an selalu selangkah lebih dulu dari ilmu pengetahuan yang baru. Ian G. Barbour berpendapat, dalam salah satu tipologi tentang munculnya hubungan sains dengan kitab suci yaitu tipologi integrasi nature theology, terdapat klaim bahwa eksistensi tuhan dapat disimpulkan dari bukti tentang desain alam, yang dari alam tersebut dapat menyadari adanya Tuhan.2 Tentunya dalam hal ini kitab suci yang dimaksud adalah al Qur‟an. Allah swt memberikan tanda-tanda akan keberadaan-Nya melalui sebuah kesempurnaan segala ciptaan-Nya yang diatur dengan keteraturan dan keseimbangan yang begitu mengagumkan. Argumen kosmologi Ian G. Barbour ini menegaskan bahwa setiap pristiwa harus memiliki “sebab” sehingga harus mengakui “sebab pertama” yaitu Allah swt. Menurut Ahmad Khan, al Quran secara mutlak tidak bertentangan dengan hukum alam. Mengenai prinsip ini, sejak awal, Ahmad Khan telah mendeklarasikan bahwa alam dan al Qur‟an sama-sama hasil kreasi Allah 1 Mustafa Muslim, Mabahis Fi ijaz al-Qur‟an, ( Jeddah: Dar al-Manar As-Saudiyah, 1988 M/1408 H), cet. I, hal. 13. 2 Ian G, Barbour, Juru Bicara Tuhan, terj. E.R. Muhammad, (Mizan: Bandung, 2002) , Cet. I, hal. 82-83. 3 swt; alam merupakan hasil kerja-Nya sedangkan Al Qur‟an merupakan kalam-Nya. Atas dasar itu tidak akan ada kontradiksi antara science modern dengan firman Allah swt yang terdapat al Qur‟an. Prinsipnya adalah: “The word of God (Alquran) must be in harmony with the work of God (nature)”. al Qur‟an adalah kalam Allah, sedangkan hukum alam adalah hasil perbuatanNya (Nature is the “Work of God” and the Qur‟ân is the “Word of God”). Atas dasar itu dapat dipastikan bahwa mustahil terjadi pertentangan antara perkataan dan perbuatan-Nya sendiri, atau tidak ada kontradiksi antara pernyataan Al Qur‟an dengan sains modern.3 Lebih lanjut, seorang muffasir seperti Muhammad Kamil Daww menulis dalam bukunya al-Qur‟an al-Karim wa Ulum al-Hadits bahwa keajaiban muatan “ilmiah” al Qur‟an lebih besar daripada keajaiban kefasihan bahasa yang tak ada bandingnya. Kesesuaian antara al Qur‟an dan ilmu pengetahuan bagi muffasir ilmiah modern merupakan suatu bukti kejujuran Nabi Muhammad saw yang menyakan dan karenanya merupakan kebenaran dari semua peryataan al Qur‟an, termasuk yang berkaitan dengan Tuhan, Hari Akhir, Hari kebangkitan dan seterusnya. Mereka tidak pernah bosan bahwa bagaimanapun keajaiban besar bahwa awal abad ke-7 seorang Nabi pembawa pesan yang berisi ibarat-ibarat ilmu pengetahuan yang tidak dikembangkan hingga abad ke-19. Para ulama generasi awal berpendapat bahwa kebesaran alam membuktikan adanya Tuhan dan secara tidak langsung menyatakan 3 Mukti Ali, Alam Pokiran Islam Modren di India dan Pakistan (Bandung: Mizan, 1995), h. 90 4 sifat-sifatnya.4 Sebagai contoh muatan ilmiah yang disebutkan dalam al Qur‟an adalah, firman Allah swt: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”5 Sungguh bukan suatu kebetulan belaka al-Qur‟an yang telah diwahyukan empat belas abad yang lalu sebagai penerang jalan kemanusiaan. Telah menyampaikan informasi bagaimana alam semesta ini tercipta. Allah swt secara tegas menyatakan bahwa Dia telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan untuk hal yang khusus, disertai dengan sistem dan keseimbangan yang dirancang khusus untuk menunjang kehidupan manusia. Jika penelitian ini menunjukan adanya keserasian dan keseimbangan dalam hukum-hukum alam semesta merupakan sebuah bentuk akan keberadaan Allah swt yang mengusai seluruh alam semesta yang berada dalam kendali-Nya atau sebaliknya.6 Hukum dan fenomenanya teratur dan tepat meliputi ruang yang maha luas sampai pada unsur terkecil dalam alam semesta, tunduk kepada suatu pola dan susunan yang sama. Sungguh hanya 4 Fakruddin ar-Razi, Mafatihul Ghayb,(Beirut: Dar Al-Fikri, 1994), juz. V, hal. 501. QS. Al-Anbiyaa’: 30 6 Afzalur Rahman, Al-Qur‟an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992), cet. II, hal. 4. 5 5 Allah swt yang menciptakan alam semesta dengan berjuta galaksi bintang dan planet yang tunduk pada aturan yang ditetapkan secara sempurna.7 Maha besar Allah dengan firman-Nya: “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah”8. Dalam al Qur‟an dinyatakan bahwa manusia harus melihat dan mempertimbangkan semua sistem dan keseimbangan di alam semesta yang telah diciptakan Allah swt untuknya serta mengambil pelajaran dari pengamatannya: “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan 7 Afzalur Rahman, Al-Qur‟an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992), cet. II, hal. 5. 8 QS. Al Mulk : 3- 4 6 perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya),”9 Menurut M.Quraish Shihab, tanda-tanda kekuasaan Allah swt yang telah disebutkan dalam firman di atas hanya kaum yang berakal yang mau memanfaatkan akalnya untuk memahami apa-apa yang terjadi pada tandatanda kebesaran-Nya.10 Kebenaran nyata yang dipaparkan al Qur‟an juga ditegaskan oleh sejumlah penemu penting ilmu astronomi modern, Galileo, Kepler, dan Newton. Semua menyadari bahwa sruktur alam semesta, rancangan tata surya, hukum-hukum fisika dan keadaan seimbang semuanya diciptakan Tuhan11. Allah mengajak kepada manusia untuk mempertimbangkan kebenaran ini dalam ayat berikut: “Apakah kamu yang lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya”12 Menurut M. Quraish Shihab, dalam ayat tersebut Allah Swt menunjukan bukti kuasa-Nya yang dapat ditarik dari alam raya. Allah berfirman sekaligus “bertanya” dengan tujuan mengecam bahwa penciptaan 9 QS. An Nahl : 12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 7, hal. 198. 11 Harun yahya, The Creation of The Universe, (London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000), cet. I, hal. 2 12 QS. An Nazi‟at : 27- 30 10 7 langit lebih sulit dari pada penciptaan manusia. Ayat ini menjelaskan kuasanya mengenai penciptaan langit yang kokoh dan harmonis. Dia meninggikan bagunannya sehingga langit menjadi bagaikan atap bagi Bumi, dan juga meninggikan gugusan-gugusan bintangya lalu menyempurnakannya sehingga menjadi padu tanpa sedikit ketimpanganpun dan jarak pun menjadi sesuai untuk menunjang kehidupan di bumi. Kata samkahâ terambil dari kata As-samk yang dari segi bahasa antara lain diartikan atap atau jarak antara bagian atas sesuatu dan bagian bawahnya. Para ulama memahami kata tersebut sebagai bermakna jarak antara Bumi dan benda langit lainnya sehingga kehindupan di bumi bisa berlangsung dengan nyaman.13 Sementara Hamka dalam tafsirnya mengambil pendapat dari ulama tafsir lain yaitu, Syekh Muhammad Abduh dalam tafsir juz‟ammanya menjelaskan tentang ayat ini: “Bagunan itu menggabungkan sudut-sudut yang tersebar keseleruh penjuru hingga jadi satu kesatuan, terikat demikian rapat dalam satu bangunan. Demikian Allah swt mengatur bintang-bintang. Sama sekali terletak ditempat yang teratur dan seimbang diantara hunbungan yang satu dengan yang lain; semua berjalan dijalannya sendiri,”14 Senada dengan pernyataaan di atas seorang ilmuwan bernama George Watherill dalam karyanya “how special Jupiter is” : “Tanpa planet besar yang dengan tepat ditempatkan di posisi Yupiter, bumi tentunya telah ditabrak ribuan kali lebih sering oleh komet atau 13 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 15, hal. 44. 14 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Cet. Ke-3, Juz. 30, hal. 36 8 meteor serta serpihan antar planet. Jika saja tanpa Yupiter, kita tidak mungkin ada untuk mempelajari asal-usul tata surya”15 Dari pernyataan-peryataan para ulama tafsir dan ilmuwan bahwa benarlah memang tanpa disadari oleh sebagian manusia bumi telah diciptakan khusus untuk menunjang sebuah kehidupan bgai manusia dan mhaluk lainya. Keberadaan planet Bumi yang tepat pada posisi dimana sebuah kehidupan bisa berlangsung sebagai mana Allah Swt dalam firman-Nya telah menempatkan Bumi diposisi yang sangat begitu teliti sehingga belengsung kehidupan yang nyaman. Ini menjadi sebuah jawaban besar akan kebenaran-Nya dan keberadaan-Nya melalui firman-Nya di dalam al Qur‟an yang ditunjukan bagi kaum yang mau memikirkan ciptaan-Nya termasuk dalam keseimbangan penciptaan bumi. Tidak diragukan lagi al Qur‟an menegaskan tanpa ragu bahwa seluruh ciptaan merupakan satu kesatuan yang mematuhi hukum tunggal dari Maha pencipta. Jika tidak demikian maka tidak mungkin ada keseimbangan, keserasian serta pertimabangan yang sempurana. Kerjasama dan kesesuaian antara berbagai bagaian alam semesta, dan semuanya berfungsi dalam keharmonisan yang saling menlengkapi tugas antara yang satu dan yang lain.16 Keseimbangan penciptaan juga terdapat dalam penciptaan planet Bumi. Bumi merupakan planet dengan atmosfer yang ramah, kondisi 15 Harun yahya, The Creation of The Universe, (London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000), cet. I, hal. 68 16 Afzalur Rahman, Al-Qur‟an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992), cet. II, hal. 51. 9 permukaan, suhu permukaan, medan magnet, ketersediaan unsur-unsur, serta posisi pada jarak tepat pada matahari, tampak telah dirancang secara khusus untuk tempat hidup. Keseimbangan yang terdapat dalam penciptaan bumi merupakan sebuah tanda dari kebesaran Allah swt. Maha besar Allah dalam firman-Nya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Qur‟an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”17 Selain itu, ada ayat lain yang menyebutkan akan kebesaran Allah melalui penciptaan langit dan bumi dalam al Quran : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”18 17 18 QS. Al Fushsilat : 53 QS. Ali Imran : 190 10 Ini menandakan terdapat keselarasan atau tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan Bumi sehingga dapat dihuni oleh manusia dan mahluk lainnya. Penulis mencoba menelisik lebih jauh akan tanda-tanda yang terdapat dalan keseimbangan penciptaan Bumi melalui penafsiran para ulama tafsir dan ilmuwan, sehingga bisa menghasilkan sebuah kesimpulan akan kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan Bumi sehingga dapat menopang kehidupan. Penulis menganggap permasalahan ini menarik untuk dibahas karena jarang sekali yang memikirkan akan ciptaan Allah yang sangat sempurna ini yaitu Bumi sehingga bisa dihuni oleh manusia. Pembahasaan ini pula dapat menambah keyakinan kepada Allah melalui sisi lain akan sebuah keyakinan. Berdasarkan deskripsi di atas, penulis akan mengadakan penelitian “KESEIMBANGAN tentang PENCIPTAAN BUMI DALAM PERSPEKTIF ALQUR’AN DAN SAINS”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Al Qur‟an adalah sumber ilmu pengetahuan yang mencakup segala aspek kehidupan termasuk sesuatu yang berkaitan dengan kosmologi. Dalam al Qur‟an banyak sekali yang membahas penciptaan Bumi, kurang lebih ada 350 ayat yang membahas tentang Bumi beberapa diantaranya: 2:22, 4: 97, 7: 10, 11: 7 dan seterusnya19. akan tetapi penulis hanya akan membatasi pada permasalahan yang menyangkut tentang keseimbangan penciptaan bumi yang 19 Lihat Sukmadjaja Asyarie, indeks Al-Quran, (Bandung : Pustaka, 1984), cet. Ke-1, hal. 37. 11 bersifat materi seperti atmosfer, suhu, medan magnet dan keseimbangan yang menopang kehidupan di Bumi. Adapun identifikasi ayat-ayatnya adalah20 : 1. Ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang Atmosfer Bumi dan Magnet Bumi adalah : (QS 40:64, 67:15), (QS 21:32), (QS 40:64), (QS 2: 22), dst. 2. Ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang Suhu Bumi dan Keseimbangan Yang Menjadi Penopang Kehidupan Di Bumi adalah : ( QS 29:44), (QS 79: 27-33), (QS 91: 1-5), (QS 2: 116), (QS 36: 26), (QS 31: 20), (QS 2: 116), (QS 45: 13 ), (QS 6: 73), (QS 14:19), (QS 3:3), (QS 44:39), (QS 45:22), (QS 64:3), dst.. Dikarenakan dalam mengisyaratkan al Qur‟an keseimbangan banyak penciptaan sekali Bumi ayat-ayat dan yang memiliki kesamaan makna. Maka hanya dibatasi pada permasalahan dan ayatayat berikut: 1. Suhu Dan Medan Magnet Bumi : (QS. 29:44),(QS 21:23) 2. Atmosfer Bumi Dan Keseimbangan Yang Menjadi Penopang Kehidupan Di Bumi : (QS. 40:64), (QS. 67: 15), (QS. 79:27-33). Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan permasalahannya tentang Bagaimana sudut pandang al-Qur‟an dan sains dalam keseimbangan penciptaan Bumi? 20 3, hal. 45. Agus purwanto, Ayat-Ayat Semesta, ( Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009), cet. Ke- 12 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan maka tujuan penulisan ini adalah: 1. Untuk mengetahui pandangan alquran dan sains tentang konsep keseimbangan penciptaan bumi 2. Untuk mengetahui tujuan dibalik adanya keseimbangan dalam penciptaan bumi 3. Untuk memenuhi syarat akhir studi S1 di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Adapun manfaat atau kegunaan penulisan skripsi ini adalah: 1. Secara akademis tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menambah khazanah keilmuan tentang literatur, sehingga berguna bagi menjadi setetes pengetahuan yang bermanfaat bagi para pemikir dan praktisi yang haus akan pengetahuan . 2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi dan aktivis Islam pada umumnya termasuk juga civitas akademika Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta. D. Studi Terdahulu Dalam kajian ini bukanlah kajian baru, telah banyak yang memilih kajian-kajian yang hampir mirip judul tersebut namun penulis belum menemukan judul yang sama seperti yang penulis bahas, antara lain: 13 1. Mudrika, Bumi sebagai poros: studi penafsiran Muhammad Shalih atas ayat rotasi dan revolusi dalam Al-Qur‟an, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Uin Syarif Hidayatullah,2008. Dalam skripsi ini membahas tentang rotasi bumi, skripsi ini hanya terbatas kepada ayat-ayat yang berkaitan dengan rotasi bumi, melalaui penafsiran Muhammad Shalih al-Utsaimin. Contoh penafsiran Muhammad Shalih al-Utsaimin ketika menafsirkan bahwa ketika Allah SWT menerbitkan matahari, sehingga jelas sekali menunjukan bahwa mataharilah yang bergerak mengelilingi bumi. Seandainya bumi yang berotasi niscaya Allah SWT tidak mengatakan bahwa mataharilah yang terbit. 2. Ridwan, I‟jaz Al-Qur‟an Dalam Mengungkap Rotasi Bumi: Sebuah Analisa Tafsir Ilmi, skripsi S1 fakultas Ushuluddin, Uin syarif Hidayatullah,2004. Skripsi ini membahas tentang rotasi bumi, dalam hal ini ayat-ayat yang berhubungan dengan rotasi bumi yang terbatas surat Yassin ayat 40 dan Al Anbiyaa‟ ayat 33. Dalam skripsi ini hanya menguraikan sebatas bagaimana teori-teori astronomi dapat dikompromikan dengan al Qur‟an khususnya pada ayat-ayat tersebut. 3. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik Al-Qur‟an Dan Sains (Tafsir „Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2010) Buku ini membahas tentang penafsiran al-Qur‟an tentang ayat-ayat mengenai Bumi. Dalam buku tafsir ini menjelas tentang struktur dan 14 penciptaan bumi melalui pandangan al-Qur‟an dan sains. Buku ini pula yang akan menjadi rujukan peneliti dalam menjelaskan keseimbangan penciptaan Bumi dalam al-Qur‟an dan sains. Adapun kaitannya dengan skripsi yang akan penulis bahas, skiripsi dan buku tersebut mencakup apa yang akan penulis bahas hanya pada sedikit bagian pengertian bumi sebagai sebuah planet. Namun bedanya tulisan di atas dengan penelitian yang akan penulis angkat di sini adalah bahwa hubungan sains dengan al Qur‟an, khususnya bumi bukan hanya sebatas rotasi saja, sementara itu ayat yang menjelaskan bumi tidak hanya mencakup itu saja dan keseimbangan tentang penciptaan bumi adalah salah satunya, inilah yang akan penulis kaji. E. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang akan penulis gunakan tentang bagaimana keseimbangan penciptaan bumi dalam perspektif alquran dan sains ini adalah sebagai berikut: Pertama. penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan mengumpuikan data-data tertulis yang bersifat primer dari al-Quran itu sendiri, yaitu yang berhubungan dengan masalah keseimbangan alam, juga sumber-sumber yang bersifat sekunder yaitu kitab-kitab, bukubuku dan jurnal atau sejenisnya, serta penunjang lainnya yang bersifat pelengkap. Kedua, penulis dalam pembahasan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis, yaitu sebuah pendekatan yang diperlukan 15 untuk rnemaparkan ayat-ayat yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas berdasarkan sumber data yang ada untuk kemudian dianalisa, dan menyeleksi data sehingga dapat terbentuk suatu susunan yang logis dan obyektif tentang permasalahan tersebut. Ketiga. dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yang ditempuh, yaitu isi (content analysys). Analisa di sini yaitu dengan melakukan tinjauan secara ayat demi ayat, berdasarkan pengertian yang terkandung dalam ayat itu, kemudian diadakan pengelompokkan terhadap ayat-ayat alQur„an dan disusun secara logis, sehingga diharapkan dalam melakukan penelitian ini al-Qur„an dapat mengungkapkan secara keseluruhan dan utuh tentang keseimbangan penciptaan Bumi dalam persfektif al-Qur'an dan sains. Penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku Pedoman Penuiisan Karya Iimiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi dengan tim penulis Dr. Hamid Nasuhi, MA. dkk tahun 2007. F. Sistematika Penulisan Penyusunan penulisan ini terbagi dalam lima bab, di mana setiap babnya mempunyai spesifikasi dan penekanan tersendiri mengenai topik tertentu adapun urutan penulisan adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan. Bab satu ini akan membahas mengenai hipotesis serta dasar pemikiran yang menjadi alasan pengambilan judul serta hal-hal yang menjadi acuan penelitian terhadap bab-bab selanjutnya pada skripsi ini. 16 Bab II : Tinjauan teoritis tentang planet dan Bumi, meliputi pengertian planet bumi dan teori penciptaan Bumi menurut pandangan ilmuwan, ulama sains dan filosof, pengertian keseimbangan, serta hikmah dibalik keseimbangan penciptaan Bumi. Bab dua ini sangat lah penting untuk mengetahui bagaimana Bumi tercipta sehingga akan menjelaskan hipotesis-hipotesis serta permasalahan yang ditawarkan pada bab sebelumnya Bab III : Konsep keseimbangan Bumi menurut al-Qur'an dan Sains, meliputi inventaris ayat-ayat yang berhubungan dengan konsep keseimbangan, suhu, massa, medan magnet Bumi, ketetapan atmosfer Bumi dan keseimbangan untuk kehidupan, serta analisis tentang keseimbangan penciptaan Bumi menurut al-Qur‟an dan Sains. Bab tiga ini akan menjalaskan ketika pengertian tentang kesimbangan dan bumi itu sendiri telah diketahui maka saatnya lah untuk menjelaskan serta menguji hipotesi-hipotesis pada bab sebelumnya. Bab IV : Penutup yang berisi kesimpulan dari bab sebelumnya yang menentukan benar atau tidak hipotesis yang diajukan dari bab – bab sebelumnya. Bab ini pula berisi saran-saran penulis yang tetang bagaimana umat manusia memperlakukan Bumi khususnya umat islam dan agar menjadi motivasi untuk mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berdasarkan al Qur‟an dan hadits. BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG PENCIPTAAN PLANET BUMI A. Pengertian Planet Bumi Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani “Asteres Planetai” yang “Bintang artinya Pengelana”. Dinamakan demikian karena berbeda dengan bintang biasa, Planet dari waktu ke waktu terlihat berkelana (berpindahpindah) dari rasi bintang yang satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan ini (pada masa sekarang) dapat dipahami karena planet beredar mengelilingi matahari.1 Dalam Dictionary of astronomi, Jacqueline Milton menjelaskan planet sebagai berikut2: “Planet An astronomical body, with not enough mass to become a star or a brown dwarf. The upper mass limit for a planet is about 0.013 solar masses (equivalent to about 13 jupiter masses). Thouhgt planets have traditionally been considered as object in the orbit around parent star, isolated bodies of very low mass discovered in regions of star formation have also described as “ free-floating planet.”To qualify as planet in the solar system, a body must be in orbit around the sun, and massive enough both to take on a shape close to spherical and to have swept away most smaller objects from the vicinity of the orbit, under this definition, there are eight planet in the solar system.” Artinya: “Planet merupakan Sebuah benda astronomi, dengan massa yang tidak cukup untuk menjadi bintang atau “brown dwarf”. Batas atas 1 “planet” diakses pada Pkl. 20:21, 11 juli 2011, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Planet, diubah pada Pkl. 19:12, 29 Juni 2011. 2 Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, (New York: Cambridge Universty Press, 2007), hal. 269 17 18 untuk massa planet adalah sekitar 0,013 massa matahari (setara dengan sekitar 13 massa Jupiter). Pemikiran planet secara tradisional dianggap sebagai obyek diorbit sekitar bintang induknya, benda yang terisolasi dengan massa yang sangat rendah ditemukan juga di daerah formasi bintang yang digambarkan sebagai "planet mengambang bebas." Untuk memenuhi syarat sebagai planet di tata surya, sebuah benda harus berada diorbit mengelilingi matahari, dan cukup besar baik untuk mengambil bentuk dekat “spherical” dan memiliki berat yang paling kecil dari sekitar orbit, dibawah definisi ini, ada delapan planet di tata surya” Lebih lanjut lagi Jacqueline Milton menjelaskan tentang planet yang termasuk dalam sistem tata surya, dalam hal ini planet yang berada di orbit sekitar matahari.sebagai berikut3: “planet may be basically rocky object, such as the inner planet - Mercury, Venus, Earth and Mars, or primarily liquid and gas with small solid core like the outer planet – Jupiter, Saturn, Uranus and Neptune. These eight are regreded as the major planets of the solar system.historically, Pluto was also considered to be a major planet, but that catagorrization was called in to question by the discover of other transneptutian object similar in sixe to Pluto, or even larger. In 2006, the International Astronomy Union adopted the term dwarf planet to describe Pluto, the largest asteroid Ceres, and the other similarly sized bodies orbiting the sun.” Artinya: “Planet mungkin pada dasarnya objek berbatu, seperti planet dalam Merkurius, Venus, Bumi dan Mars, atau terutama cairan dan gas dengan inti padat kecil seperti planet luar - Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Ini adalah delapan yang diterima sebagai planet utama dari surya sistem. Menurut sejarah, Pluto juga dianggap sebagai sebuah planet besar, akan tetapi katagorisasi itu membawa kedalam sebuah masalah dengan mengemukakan objek “transneptutian” serupa lainnya dalam masalah seperti Pluto, atau bahkan lebih besar. Pada tahun 2006, Persatuan Astronomi Internasional mengadopsi istilah “planet kerdil” untuk menggambarkan Pluto, Asteroid terbesar Ceres , dan benda berukuran hampir sama lain yang mengorbit matahari. Demikian beberapa definisi mengenai kata planet. Adapun Bumi merupakan sebuah planet yang akan menjadi objek pemikiran kali ini 3 Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, hal. 270. 19 merupakan salah satu planet yang mengorbit Mathari sebagai bintang induknya, adalaha sebuah planet yang memiliki keistimewaan tersendiri. Bumi adalah planet yang mengelilingi matahari, garis tengah bumi sekitar 17.560 km, massa bumi sekitar 598x 1000 ton, volume bumi sekita 1 juta cu km. Bumi memerlukan 365 hari, 6 jam, 9 menit, dan 9 detik untuk menyelesaikan perjalanan mengelilingi matahari. 4 Keadaan bumi paling dekat dengan matahari yaitu pada bulan januari tanggal 3 atau 4, ketika jarak matahari terhadap bumi 147.0 juta Km. Kemudian, enam bulan selanjutnya bumi berada pada jarak terjauh dengan matahari sekitar 152.0 juta Km.5 Bumi juga mempunyai gerakan lain, yaitu berotasi pada porosnya, sebuah garis maya yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan. Bumi berotasi sekali 24 jam ( tepatnya 23 jam, 56 menit, dan 4 detik)6. Perputaran rotasi bumi memiliki garis kemiringan khatulistiwa sekitar 23027’ terhadap orbit bumi. Dikarenakan kemiringan ini menyebabkan munculnya musim siklus tahunan7. Dalam dictionary of astronomy, difinisi bumi “Earth” dijelaskan sebagai berikut8: “Earth the third planet from the sun. like Mercury, Venus, and Mars, Earth is the one of rocky, smaller planets in the inner solar system know as the terrestrial planets. Is the only of the four with a large natural satellite-the Moon”. 4 Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, (Jakarta: G-Kreatif, 2006), Cet. Ke-1, hal. 40. 5 Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, hal. 94. Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan , Cet. Ke-1, hal. 40. 7 Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, hal. 94. 8 Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, hal. 93. 6 20 Artinya: “Bumi planet ketiga dari Matahari. seperti Merkurius, Venus, dan Mars, Bumi adalah salah satu planet yang padat, planet kecil di tata surya bagian dalam. Yang diketahui Sebagai “Planet Terestrial”. Bumi merupakan salah satu dari empat planet dengan satelit alam yang besar yaitu Bulan. Struktur bumi terdiri dari beberapa unsur, yaitu: kerak, mantel dan inti bumi. Jari-jari di kutub bumi adalah 6.356,8 km, sedangkan jari-jarinya di ekuator adalah 6.378,2 km. kondisi kutub utara dan selatan agak pepat. Pepatnya bola bumi ini disebabkan pada saat baru terbentuk bumi belum terlalu padat, dan rotasinya membuat mengembung pada bagian yang tegak lurus sumbu rotasi, yakni bagian ekuator. Luas permukaan bumi kurang lebih 510.101.000 km2 dan volumenya adalah 1.083.320.000.000.000.000 km3.9 Ukuran bumi ini begitu tepat, tidak terlalu kecil sehingga akan kehilangan atmosfernya, karena gravitasi yang kecil gagal mencegah gas lepas ke angkasa. Dan ukuran bumi tidak terlampau besar sehingga gravitasinya menahan begitu banyak atmosfir gas yang berbahaya.10 Kerak bumi, yaitu kerak batuan yang menutupi bumi lapisan kulit ini tebalnya kira-kira 32-48 km di bawah benua dan kira-kira 4,8 km di bawah 11 lautan. Kerak bumi terbentuk kira-kira sekitar 4 milyar tahun yang lalu12. Batuan yang membentuk kerak bumi terbuat dari mineral dan dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu: 9 Abdul Rahman Ritonga, Alam Semesta, (Jakarta: FE UI, 1997), hal. 125 Harun Yahya, The Creation of The Universe, (London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000), cet. 10 I, hal. 82. 11 Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 41. Achmad Baiquni, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), hal. 100. 12 21 1. Batuan beku Dibentuk dari bahan batu yang panas yang berupa cairan (magma) yang kemudian membeku dan mengeras. Karena berbagai alasan, magma sering keluar menuju permukaan dan memancarkan keluar melalui retakan dikerak bumi. Jika aliran magma ini cukup lama berlasung, sebuah gunung api dapat terbentuk. Magma yang keluar ke permukaan bumi disebut lahar sebagian besar lahar mengeras dalam beberapa minggu setelah keluar ke permukaan. 2. Batuan sedimen Batuan sedimen terbentuk dari pasir, lumpur, atau bahan-bahan lain yang tersimpan di laut yang terbawa oleh aliran air dari daratan. Simpanan ini disebut sedimen. Batuan sedimen bearti batuan yang terbuat dari sedimen. Sebagaian terbuat dari mineral lautan yang mengendap ketika air menyusut atau atau mongering. Endapan tersebut menjadi batuan setelah waktu yang berabad-abad. 3. Batuan metamorf Batuan metamorf beaarti batuan yang telah diubah. Jika magma naik ke atas, maka banyak batuan yang sudah ada terkena tekenan suhu yang besar. Karena tekanan dan suhu ini, menyebabkan perubahan penting pada batuan. Mantel, dibawah lapisan bumi terdapat lapisan batuan padat yang tebal yang disebut mantel. Tebalnya kira-kira 2.880 km dan suhunya 2.760 C. Mantel ini merupakan sumber batuan mencair/meleleh yang menjadi magma gunung merapi. Batuan di mantel terbuat dari magnesium, silicon, oksigen, besi, dan 22 alumunium. Bila gunung merapi meletus, semburan gas batuan meleleh(magma). Dan lahar yang keluar berasal dari lapisan mantel bumi.13 Setelah mantel adalah inti bumi, inti bumi terbentuk pada suhu sekitar 6000 C elemen-elemen berat seperti besi mengumpul sebagai inti bumi yang dibagian dalam padat dikarenakan tekanan yang semakin dalam semakin tinggi.14 inti bumi mempunyai tebal kira-kira 2.240 km dan terbuat dari nikel dan besi cair. Setelah lapisan inti adalah inti bagian dalam yang berbentuk bola. Suhunya kira-kira 4.982 C. para ilmuwan menduga inti bagian dalam juga terbuat dari nikel dan besi15. Suhu dan atmosfer adalah unsur terpenting pertama bagi kehidupan di Bumi. Bumi memiliki suhu yang memungkinkan untuk hidup dan atmosfer yang digunakan mahluk hidup untuk bernafas, khususnya bagi mahluk hidup yang kompleks seperti manusia. Faktor yang menentukan bumi begitu ideal sehingga bias ditempati oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Dikarenakan posisi bumi yang dengan matahari. Bumi tidak akan menjadi memeiliki sebuah kehidupan anada saja bumi berada lebih dekat terhadap matahari seperti Venus yang bersuhu hingga 4500 C atau lebih jauh seperti Yupiter yang bersuhu -1430 C.16 Molukul berbasis karbon hanya mampu bertahan pada suhu antara -200 C dan 1200 C, dan bumi satu-satunya planet dengan suhu rata-rata dalam batas tersebut.17 13 Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 41. Achmad Baiquni, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, hal. 100. 15 Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 42. 16 Setiawan Sandi, Gempita Tarian Cosmos, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hal 121. 17 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal. 79. 14 23 Jika melihat alam semesta secara keseluruhan, mendapati ruang suhu yang sangat sempit untuk menunjang sebuah kehidupan ini merupakan hal yang sangat sulit karena suhu diseluruh alam semesta bervariasi dari beberapa juta derajat pada bintang terpanas hingga nol derajat mutlak (-2730 C). dalam selang suhu yang begitu lebar, toleransi suhu yang memungkinkan adanya kehidupan sangatlah sempit, namun bumi memilikinya.18 Bumi diselubungi oleh campuran gas yang bias disebut udara. Udara merupakan zat yang sangat penting untuk menunjang kehidupan untuk seluruh mahluk hidup di bumi. Udara atau atmosfer terdiri dari campuran bermacammacam gas dengan nitrogen sebagai unsur yang paling banyak terdapat (78%). Gas yang kelimpahannya berada di bawah nitrogen adalah oksigen (21%), kemudian diikuti oleh gas-gas seperti Argon, Karbondioksida, uap air dan sebagainya.19 Kadar oksigen yang hanya 21 % bukan merupakan sebuah kebetulan melainkan hasil dari kesempurnaan Allah swt dalam menentukan kadar yang tepat bagi berlasungnya sebuah kehidupan. Kadar oksigen yang hanya 21% berkaitan langsung dengan kehidupan manusia dan mahluk lainnya di bumi. Para peneliti berpendapat bahwa seandainya kada oksigen 15%, maka apai tidak akan menyala. Karena, kandungan oksigen tidak akan cukup untu berinteraksi. 18 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal. 79. A. Gunawan Admiranto, Tata Surya Dan Alam Semesta,( Yogyakarta : Kanisius, 2000), hal. 74. 19 24 Seandainya kadar oksigen mencapai lebih dari 25% maka segala yang ada di bumi akan hangus tanpa perlu disulut api, cukup dengan panas matahari saja.20 Atmosfer mungkin tampak sebagai udara tipis belaka, namun sesungguhnya atmosfer memiliki struktur yang sangat kompleks. Atmosfer memiliki karakteristik sendiri, yaitu dari troposfer yang berputar di atas tanah hingga eksosfer jernih yang jauh tinggi diluar angkasa. Atmosfer memiliki kedalaman sekitar 700 km, namun tidak ada batas yang nyata. Atmosfer lenyap begitu saja diangkasa ketika udara menjadi semakin tipis. Adpun lapisan-lapisan atmosfer atmosfer sesuai perbedaan suhu dan ketinggiannya. Di troposfer sebagai terbawah kemudian stratosfer, mesosfer terletak diatas stratosfer, merupakan lapisan gas tipis di mana suhu turun dengan sangat cepat. Gas-gas dalam tiga lapisan terakhir atmosfer-ionosfer, termosfer, dan eksosfer-menjadi semakin tipis. Dalam lapisan atmosfer terbawah, yaitu troposfer, udara terus menerus begerak karena ada perbedaan tekanan. Ini dipicu oleh distribusi panas matahari yang tidak merata antara daerah kutub dan ekuator. Gerakan berkelanjutan menyebabkan perbedaan kondisi cuaca di seluruh dunia. Dan menimbulkan keberanekaragaman flora dan fauna yang ada. Tanpa atmosfer bumi tidak akan memiliki kehidupan. Atmosfer menjaga agar bumi tetap hangat, melindungi dari sinar matahari yang berbahaya dan dari meteor.21 Selain itu, dikarenakan gravitasi bumi yang tepat maka bumi mampu menyimpan air yang cukup bagi kehidupan. Air merupakan salah satu penunjang 20 Hisham Thalbah dkk, Esiklopedia Mukjizat Alquran Dan Hadits, terj. Syarif Hade Masyah dkk, ( Jakarta : PT. Sapta Sentosa, 2009), cet. III, vol 8, hal . 33. 21 Richard Walker dkk,Ensiklopedia Ipa: Visual Fisika, Kimia, Biologi, dan Matematika, terj. Anis apriliawati dkk, (Jakarta : PT Lentera Abadi, 2009) , jilid. 3, hal, 290. 25 kehidupan yang sangat penting, air dapat ditemukan hampir disemua kehidupan yang ada di bumi. Tubuh manusia 70% nya adalah air. Oksigen yang berguna untuk manusia, hewan dan tumbuhan salah satu unsur pembentuknya adalah air. Air adalah salah satu molekul yang paling berlimpah di bumi. sekitar. ada sekitar 350 juta kilometer kubik air di planet ini. hampir 97% dari semua air ditemukan di lautan, yang mencakup dua pertiga dari luas permukaan planet. sekitar 90% dari semua air segar beku dalam es di kutub utara dan selatan. Dan 1% dari semua air di bumi yang tersedia untuk konsumsi, dan sebagian besar adalah ditemukan di bawah tanah akuifer.22 A. E. Needhem seorang ahli biokimia, menunjukan betapa pentingnya air bagi pembentukan kehidupan. Jika hukum alam semesta memungkinkan keberadaan zat padat atau gas saja, maka tidak akan pernah ada kehidupan. Alasannya adalah bahwa atom-aton zat padat berikatan terlalu rapat dan terlalu statis dan sama sekali tidak memungkinkan proses mulekuler dinamis yang penting bagi terjadinya kehidupan. Sebaliknya, dalam gas, atom-atom bergerak bebas dan acak. Mekanisme kompleks bentuk kehidupan tidak mungkin berfungsi dalam struktur seperti itu.23 Dengan demikian, lingkungan cair mutlak diperlukan untuk pembentukan suatau kehidupan. Perlu dingatkan ini terjadi dikarenakan ukuran bumi yang tepat sehingga memungkinkan terbentuknya suatu kehidupan di bumi. 22 K. Lee Lerner dkk, U.X.L Encylopedia of Water Science, (USA : Thomson Gale, 2005), hal. 1. 23 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal. 118. 26 Ukuran dan massa bumi merupakan sesuatu yang spesial dari jutaan kemungkinan penciptaan bumi. Ahli geologi Amerika Frank Press dan Raymond siever meberikan komentar tentang ketepatan ukuran bumi seperti yang dikutip oleh Harun Yahya24: “Dan ukuran bumi begitu tepat tidak terlalu kecil sehingga kehilangan atmosfernya, karena gravitasi yang kecil gagal mencegah gas lepas ke angkasa, dan tidak terlalu besar sehingga gravitasinya menahan begitu banyak atmosfer, termasuk gas yang berbahaya”. Kemudian selain massa dan ukuran bumi, inti bumi dirancang khusus. Disebabkan intinya, bumi memiliki medan magnet yang kuat yang berperan dalam menjaga kelangsungan hidup. Menurut press dan siever 25: “Perut bumi luar biasa besar, namun merupakan mesin penghasil panas yang diseimbangkan secara rumit dengan bahan bakar radio aktif. Andai bekerja lebih lambat, aktivitas geologi akan berjalan lebih lambat. Besi tidak mungkin mencair dan terbenam membentuk inti cair, dan medan magnet tidak pernah terbentuk andai lebih banyak bahan bakar radioaktif, dan mesin bekerja lebih cepat, gas dan debu vulkanik tentu telah menghalangi matahari, sehingga atmosfer menjadi pekat mematikan. Dan permukaan bumi diguncang oleh gempa dan letusan gunung api setiap hari.” Singkatnya, jika proses yang terjadi didalam perut bumi tidak stabil maka tidak akan terbentuk medan magnet yang melindungi bumi dari energi yang mematikan. Dari penerangan mengenai bumi sebagai sebuah planet, bumi memang dirangcang khusus untuk menopang sebuah kehidupan. 24 25 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.82 . Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.83 . 27 B. Teori Penciptaan Bumi a. Menurut Pandangan Ilmuwan dan Filosof Pada proses penciptaan planet-planet, khususnya planet-planet yang mengitari matahari, termasuk diantaranya planet bumi yang permukaannya terdapat mahluk hidup. Para ilmuwan belum sepakat seputar pembentukan planet-planet di sekitar bintang-bintangnya atau bulan di sekitar planetplanetnya. Namun sejumlah ahli telah mencoba untuk merumuskan teori untuk menjelaskan cara pembentukan planet-planet di sekitar bintang. Teori yang paling popular adalah teori yang menyatakan bahwa meteri yang membentuk planet mengitari matahari tersebut berasal dari luar matahari dan bersandar pada keyakinan bahwa kuantitas unsur-unsur alami yang terdapat dalam planet-planet tersebut, terutama bumi, tidak mungkin dihasilkan dari matahari. Pendapat ini menyatakan bahwa materi planet berasala dari hasil ledakan bintang yang berjumlah banyak setelah kehabisan bahan bakar yang berupa hidrogen dan unsur-unsur ringan lainya yang berubah menjadi unsurunsur alami yang berbeda-beda. Materi-materi bintang yang berterbangan jatuh pada seluruh gravitasi matahari, lalu mulai berotasi mengelilingi matahari dan akhirnya membentuk planet-planet yang berbeda26. Teori lain mengatakan, asal usul terciptanya bumi berasal dari radiasi yang dipancarkan oleh matahari yang baru lahir menolak materi awan debu disekitarnya. Yang tersisa hanyalah sebuah cakram debu yang mengitari matahari. Perlahan-lahan butir-butir tersebut saling bergabung dalam proses 26 Hisham Thalbah dkk, Esiklopedia Mukjizat Alquran Dan Hadis, terj. Syarif Hade Masyah dk, cet. III, vol 8, hal . 19. 28 yang disebut akresi. Lambat laun, cakram debu berubah menjadi sejumlah planet, yang salah satunya adalah bumi. Massa bumi terus bertambah sehingga medan gravitasinya terus meningkat. Hingga terus memampat dan terbentuklah bola padat yang intinya meleleh. Inti bumi terdiri dari lelehan besi pekat, yang diselimuti oleh mantel silikat padat. Aktivitas gunung api dan gempuran hujan meteor membentu rupa permukaan planet bumi. Ketika pembentukan bumi hamper rampung, sebuah benda seukuran planet mars membenturnya sehingga terlemparlah awan materi ke jalur orbit bumi. Selanjutnya, awan debu tersebut memampat dan menjadi satelit bumi dengan nama bulan.27 Menurut teori lain, bumi dulu merupakan suatu massa yang terdiri dari gas yang berputar yang terlempar dari matahari pada saat matahari masih muda. Gas tersebut perlahan menjadi dingin, bentuknya berubah menjadi cairan. Cairan ini, yaitu magma, menjadi dingin dan mineral yang terkandung didalamnya mulai mengkristal. Mineral-mineral berat cenderung tenggelam kedalam cairan magma, sedangkan mineral yang ringan terapung diatas mineral yang berat. Sementara pendinginan terus berlanjut, batuan mulai memadat. Pada waktunya batuan ini membentuk kerak bumi. Pada saat magma mengeras menjadi kerak bumi, sering terjadi magma dalam jumlah yang besar dan pada suhu yang sangat tinggi akan terjebak/terkurung dalam kerak bumi. Gas yang terdapat dalam magma akan mengeluarkan tekanan yang sangat besar yang menekan batuan kerak bumi yang di atasnya. Batuan tersebut sering tidak dapat menahan 27 Charles Taylor dkk,“ Ensiklopedia Sains untuk pelajar dan umum”terj. Tim Penerbit lentera abadi, ( Jakarta : PT Lentera Abadi,2007) , jilid. 1, hal. 2. 29 tekanannya sehingga magma akan naik membentuk lapisan-lapisan yang lebih tinggi.dan terbentuklah gunung berapi28. Selain terjadi batuan kerak bumi, karena posisi bumi yang sangat istimewa terhadap matahari, terbentuk juga materi bumi yang lain yang sangat penting yaitu air yang menggenang diatas kerak bumi sebagai lautan. Permukaan bumi saat ini 2/3 nya merupakan air dan 1/3 nya berupa daratan. Dari siklus air yaitu penguapan-hujan-mengalir kembali kelaut serta angin dan perubahan suhu siang-malam, batuan-batuan tersebut lama-lama menjadi pecah-pecah. Pecahanpecahan tersebut terbawa air dan terdampar didanau atau bagian laut yang dangkal. Pecahan-pecahan ini saling menekan karena berat yang semakin bertamabah dan dengan perlahan berubah menjadi batuan sedimen29. Pada tahun 1755 M, Immanuel kant salah seorang filsuf terbaik Jerman berpendapat30: “ The solar system –The Sun, Planets, Moons, Comets and the rest- were formed from a Nebula-a great mass of thin and like gas” Artinya: “Sistem tata surya seperti Matahari, Planet-planet, Bulan, Kometkomet dan sisanya terbentuk dari sebuah Nebula yaitu sebuah massa yang besar dan seperti gas.” Dalam waktu yang bersamaan, naturalis Perancis George Louis leclerc, Comte the Buffon, memberikan jawabannya sendiri atas pertanyaan31: 28 Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 44. Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 44. 30 Howard Graham dkk, The Book of Popular Science,( Canada: Grolier Limited, 1977), vol 1, hal. 27 31 Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 28 29 30 ”how was the earth born?he belived that, ages ago, the Sun collided whith a comet and that, as a result, a great deal of material was forced out of it. This material later cooled and gave rise to the planets ” Artinya: “Bagaimana bumi telah tercipta? Dia Percaya Bahwa, pada masa lalu, Matahari bertabrakan dengan komet dan bahwa, sebagai hasilnya, banyak Bahan Dipaksa Keluar. Bahan ini kemudian didinginkan dan memunculkan planet-planet.” Pendapat Buffon ini sangat disayangkan, bahwa sebuah komet yang bertabrakan dengan sama sekali tidak dapat mempengaruhi itu. Walau bagaimanapun, teori ini menjadi awal untuk hipotesis-hipotesis modern mengenai sebuah idea tabrakan benda langit. Sekitar tahun 1900 M, seorang astronome Forest Ray Moulton dan seorang geolog T. C. chamberlin, menyajikan sebuah teori baru, yang mereka sebut “planetesimal hypothesis, menurut Moulton dan Chamberlin32: “a star speeding through space came very close to our sun. the greatly increased gravitational forces between the two star caused each to raise great tides in the hot gaseous body of the other. As the solar tides by the pull of the passing star become greater and greater, masses of gas were thrown clear of the sun and began whirling round and round. Some of the followed the orther star as it dashed off into space;held by the attraction of the sun, started to move around that body. The great solar tides subsided when the orther star move on; the masses of gas flung off from the sun settled down into orderly paths around it. As they became cooler, they changed into liquid form and the gradually became small solid masses. These fragments-planetesimal-eventually drew together to form planet. ” Artinya: “Sebuah bintang datang melaju dari ruang angkasa mendekati matahari kita. Gaya gravitasi sangat meningkat antara kedua bintang disebabkan oleh masing-masing panas gas yang meningkatkan di dalam kedua benda. Sebagai tata surya yang sedang naik dengan tarikan bintang yang lewat menjadi lebih besar dan lebih besar, massa gas terlempar dari matahari dan mulai berputar-putar. Beberapa bintang mengikuti yang lainnya melesat keangkasa, di tahan oleh daya tarik Matahari, mulai bergerak di sekitar benda itu. Arus tata surya yang besar berkurang ketika bintang lainnya mulai bergerak, massa gas terlempar dari matahari mereda ke 32 Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 29 31 jalan yang teratur disekitarnya. Karena mereka menjadi dingin, mereka berubah menjadi bentuk cair dan bertahap menjadi massa padat yang kecil. Fragmen ini -planetesimal- akhirnya menarik bersama untuk membentuk planet.” Kemudian sekitar tahun 1918 M, Sir James jeans and H. jefreys, dua ilmuwan Inggris, mengeluarakan sebuah teori yang disebut “Tidal Theory” teori ini terinspirasi dari “Teori Tabrakan”. Menurut mereka33: “The planets were formed directly from the priginal mass of gas pulled out of the sun by passing the star, and not by the building up of large solid bodies from small particles. The tidal theory, as the star approached, or even sidewiped our sun, its gravitational, pull drew out a long cigarshaped filament of gas from the sun a filaments largest in the middle section and tapering at boths end.” Artinya: Planet-planet terbentuk secara langsung dari massa gas asli yang ditarik keluar dari matahari oleh bintang yang lewat, dan bukan merupakan bangunan benda padat yang besar dari partikel-partikel yang kecil. “Teori tidal”, sebagai bintang mendekati, atau bahkan pada sisi lain, Matahari kita, gaya gravitasi ini, tarik menarik sebuah filamen berbentuk cerutu panjang gas dari Matahari sebuah filamen terbesar dibagian tengah dan meruncing pada akhir keduanya. Lebih lanjut lagi, seorang astonom amerika Fred L. Whipple menawarkan sebuah teori awan debu alam semesta “dust-cloud theory of the universe”, menurutnya34: “the solar system to be was at the first a vast cloud of cosmic dust and gasses which assumed a disclike shape. irregularities whithin the cloud brought about rotation; the rotating dust and gases became concentrated and the cloud collapsed. the solid particles within it collided, stuck together and became planets.the gases at the center of the former cloud developed into the sun.” Artinya : “sistem tata surya yang pada awalnya adalah sebuah gumpalan awan debu kosmik dan gas yang belum memiliki bentuk. Ketidak teraturan dalm awan yang disebabkan oleh rotasi; perputaran debu dan gas menjadi terkonsentrasi dan awan memadat. Partikel partikel padat di dalmnya 33 34 Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 29 Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 30. 32 saling bertabrakan, saling menempel dan menjadi planet-planet. Gas yang berada di bagian tengah awan berubah bentuk menjadi Matahari.” Itulah beberapa teori yang diusul untuk memperediksi bagaimana Bumi tercipta. Tidak ada salah satu teoripun yang dianggap dapat memberikan jawaban yang memuaskan mengenai kelahiran Bumi dan planet lainnya. Ini dikarenakan teori-teori tersebut berbasis spekulasi dan merupakan sebuah dugaan yang cerdas. Namun, para astronom modern percaya bahwa terciptanya Bumi secara teratur dan bertahap bukan hanya pada sebuah bencana tabrakan yang beruntung.seperti yang tertulis dibuku “The Book of Popular Science”35 : “Many modern astronomers are inclined to discount theories based on the collision or the near-collision between a sun and passing star. they believe that the universe as a whole has evolved in a gradual and orderly fashion, and not through chance catastrophes beyond the normal course of events.” Artinya: “Banyak astronom modern cenderung mengabaikan teori – teori yang didasarkan kepada tabrakan atau hampir mendekatinya antara Matahari dan bintang yang lewat. Meraka percaya bahwa alam semesta secara keselurahan telah berkembang secara bertahap dan teratur, dan bukan melalui bencana dari sebuah kemungkinan dari kejadian yang luar biasa.” Pengakuan para astronom mengindikasikan ada sebuah kekomplekan yang teratur dari jutaan kesempatan sebuah penciptaan. b. Menurut Pandangan Muffasir Adapun al Qur’an memberikan informasi mengenai penciptaan langit dan Bumi dalam waktu enam hari. Maha besar Allah Dalam firman-Nya: 35 Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 30. 33 “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?36. Akan tetapi al Qur’an belum cukup menyebutkan hakikat alam ini. Oleh karena itu, ada hakikat pendukung tentang penjelasan dari hari-hari penciptaan langit dan bumi tersebut. Begitu juga tentang keadaan alam ketika pertama kali diciptakan. pada hakikatnya penciptaan bumi tidak memakan waktu selama enam hari. Hal ini seperti yang termaktub dalam firman-Nya berikut: “Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam". Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku 36 QS. Al-Sajdah: 4 34 dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”.37 Adapun kata yaum/hari pada ayat di atas dalam penggunaan bahasa Arab tidak harus dipahami dalam arti 24 jam. Ia bahkan digunakan untuk menunjukan satuan waktu bagi selesasinya suatu kegiataan, baik pendek maupun panjang. Perlu dingat bahwa satuan-satuan waktu yang digunakan oleh manusia bertalian dengan rotasi bumi dan revolusi bumi. Dengan demikian, apabila seorang meninggalkan bumi menuju planet lain, maka panjang pendek satuan waktu itu di masing-masing planet memiliki perbedaan.38 Sebagaimana yang telah diungkapkan pada ayat di atas, bahwa Allah swt telah menciptakan bumi dalam waktu dua hari dan dua hari sisanya buat pemberkahan dan penyiapan makanan bagi para penghuninya. dia juga telah menciptakan langait dalam waktu yang sama. Sementara itu, ayat-ayat lain menyebutkan bahwa waktu penciptaan langit dan bumi adalah enam hari. Adapun kronologis konsep enam masa penciptaan langit dan bumi tercantum dalam al Qur’an sebagai berikut, Allah swt berfirman: 37 QS. Fushilat : 9-11. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), Vol. 12, hal. 382. 38 35 “Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuhtumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”39 Menurut ahli astronomi ayat tersebut, memberi petunjuk tentang kronologis enam proses penciptaan langit dan bumi, yaitu40: Masa Pertama, dipahami dari ayat 27 yang memberi petunjuk tentang penciptaan alam semesta dengan pristiwa Big Bang, yaitu ledakan besar sebagai awal lahirnya ruang dan waktu, termasuk materi. Masa Kedua, dipahami dari ayat 28 yang memberi petunjuk tentang pengembangan alam semesta, sehingga benda-benda langit makin berjauhan “ …lalu menyempurkannya..”, memebri pengertian bahwa pembentukan benda langit bukanlah proses sekali jadi tetepi proses evolutif. Masa Ketiga, diperoleh petunjuk dari ayat 29 tentang adanya tata surya yang juga berlaku pada bintang-bintang lain. Masa ini adalah masa penciptaan matahari bersinar dan bumi yang berotasi hingga adanya siang dan malam. Masa Keempat, diperoleh petunjuk dari ayat 30 yang sepertinya menjelaskan proses evolusi bumi karena tumbukan benda langit lainnya, dan bumi dihamparkan mungkin pada saat lempeng benua besar Pangea mulai terpecah tetapi bias jadi lebih tua dari pangea. 39 QS. An-Nazi’at: 27-33. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik Al-Qur‟an Dan Sains (Tafsir „Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), Cet.1, hal. 21. 40 36 Masa Kelima, dipahami dari ayat 31 yang memberi petunjuk tentang awal penciptaan kehidupan di bumi dengan menyediakan air. Masa Keenam, diperoleh petunjuk dari ayat 32 dan 33 yang menjelaskan timbulnya gunung-gunung akibat evolusi geologi dan mulai diciptakannya hewan dan kemudian manusia. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa penciptaan bumi terjadi pada masa ketiga sampai dengan keenam. Seperti yang termaktub dalam ayat di atas. Pada Masa Ketiga, masa penciptaan matahari dan bumi serta planet-planet lainya bumi terbentuk semula oleh sekumpulan gas (cloud of gas) dan debu, lebih dari 4,5-4,6 milliar tahun yang lalu. Elemen-elemen ringan termasuk hydrogen (H) dan oksigen(O) yang jumlahnya sangat besar terkumpul dalam planet sebagai gas yang terkondensasi dan membentuk batuan yang lunak dan mulailah sejarah bumi dan planet-planet lainnya. Material-material yang ada kemudian terpisah berdasarkan berat jenisnya. Material berat memisahkan diri dan menempati tempat yang dalam, sedangkan material ringan naik ke atas. Pada masa ini yang dalam geologi disebut sebagai hadean eon (masa hadean), dimana bumi masih pada awal penciptaannya dan belum terbentuk batuan, kecuali meteorit. Meteorit tertua diketahui berumur sekitar 4,6 milliar tahun yang lalu. Rentang waktu masa hadean sekitar 4,6-3,8 milliar tahun yang lalu. Batuan yang tertua yang diketemukan di kanada dan diketahui berumur 3,8-4,3 milliar tahun yang lalu. Bias jadi inilah yang menandai akhir masa ketiga dan memasuki masa keempat. 37 Pada Masa Keempat, bulan terbentuk dari lontaran sebagian kulit bumi karena tumbukan dahsyat benda langit lainnya, dan al Qur’an menandai dengan “…dan setelah itu bumi Dia hamparkan..”. Batuan-batuan tua yang berumur sekitar 3,8 - 4,3 milliar tahun yang lalu mungkin merupakan batuan-batuan yang dihamparkan. Pada masa keempat mulai memasuki peralihan dari masa Hadean ke masa Archean. Dimasa keempat “bumi yang dihamparkan” yaitu dimana benua pangea terpecah, bergerak dan membentuk 5 benua plus antartika. Masa Archean diakhiri dengan munculnya bakteri dan stromatolite. Kemudian, pada Masa Kelima, masa kelima adalah awal penciptaan kehidupan dengan ditandai dan disertai ketersedian air. Masa kelima dalam geologi mungkin paralel dengan masa Proterozoikum dimana dijumpai, meski dalam jumlah tidak banyak, binatang-binatang dalam bentuk primitif. Selanjutnya, pada Masa Keenam, merupakan masa pembentukan pegunungan. Pada masa yang disebut fanerozoikum ini salah satunya ditandai oleh pecahnya benua pangea menjadi beberapa benua seperti sekarang. Pada masa tersebut pembentukan pegunungan terjadi di wilayah interaksi dua lempeng. Pembentukan pegununga yang terkait dengan tumbukan antar lempeng, paling tidak ada 6 atau 7 episode pembentukan pegunungan yang sangat besar.41 41 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik Al-Qur‟an Dan Sains (Tafsir „Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), Cet.1, hal. 21. BAB III KESEIMBANGAN PENCIPTAAN BUMI MENURUT ALQUR’AN DAN SAINS A. Keseimbangan Penciptaan Bumi Keseimbangan diambil dari kata imbang yang bermakna setimbang (berat,ukuran, derajat, dsb) sedangkan keseimbangan memiliki makna suatu keadaan yang berimbang.1 Al Qur’an bukan hanya mengungkap bahwa Tuhan berkuasa menciptakan alam semesta akan tetapi memeliharanya dengan keseimbangan untuk semua ciptaan-Nya2. Allah berfirman dalam firman-Nya: “Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. dan Tuhanmu Maha memelihara segala sesuatu.”3 Hukum-hukum keseimbangan yang mengatur alam sesungguhnya adalah hukum Allah swt. Maha besar Allah dengan firman-Nya, yang menciptakan segala sesuatunya keseimbangan takaran yang sempurna: 1 Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007) , 2 A. Hidayat, Teologi Qur‟ani,( Bandung :Gunung Jati Press, 1998). hal. 178. QS. Saba’ : 21 hal. 425. 3 38 39 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”4. Al Maraghi menjelaskan sesungguhnya yang terjadi didalam kehidupan ini adalah dengan ketentuan Allah dan pembentukan-Nya, menurut ketentuan hikmah-Nya yang maha bijaksana dengan aturan-Nya yang menyeluruh dan sesuai dengan sunah-sunah yang Dia letakan pada makhluk-Nya5. Maha besar Allah dengan firman-Nya: “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuranukurannya dengan serapi-rapinya.”6 Hukum Allah atau sunnatullah, memiliki tiga sifat. Pertama, pasti (exact); Kedua, objektif; Ketiga, tetap dan tidak berubah. Yang dimaksud pasti adalah hukum itu mesti berlaku, tidak boleh tidak. Misalkan, bahwa jika diangkat sebuah batu kemudian dilepas, pasti batu itu jatuh, ia tidak mungkin melayanglayang jika ada sebuah hukum Tuhan (gravitasi) pasti berlaku padanya7. Yang dimaksud objektif ialah hukum itu berlaku pada apa saja. Sebelum Newton lahir setiap batu yang terkena dampak hukum gravitasi jika dilemparkan ke atas pasti akan ajatuh ke bawah, Hukum Gravitasi adalah hukum Allah yang pertama kali dipopulerkan oleh Newton.8 Maha besar Allah dengan firman-Nya: 4 QS. Al Qamar : 49 Bahrun Abu Bakar, dkk, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (semarang: Toha Putera, 1998), cet. II, hal. 177. 6 QS. Al Furqaan : 2 7 A. Hidayat, Teologi Qur‟ani,( Bandung :Gunung Jati Press, 1998) Hal. 179. 8 Nasrudin Razak, Dienul Islam ( Bandung: al-Ma’arif, 1996), hal. 65. 5 40 “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?”9 Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menciptakan tujuh langit dengan keserasian antara yang satu dengan yang lainnya. Pada ciptaan Allah tersebut tidak ditemukan ketidak serasian. Karena Dia menghadapakan sanggahan-Nya kepada semua pihak atau manusia untuk memeriksa, mencermati dan meniliti hasil ciptaan-Nya berulang-ulang, apakah dalam ciptaan-Nya ditemukan ketidak satuan, ketidak serasian dan ketidak selarasan antara satu dengan yang lainya. Bila disimak ayat sebelum dan sesudahnya, nyata sekali penekan akan kesimbangan dan kesempurnaan ciptaan Allah SWT. Sebab itu semua kreasiNya berada dalam keragaman dan keserasian yang mutlak antara masingmasingnya. Andaikan tidak terjadi keseimbangan dan ketidak serasian dalam rancangan-Nya atau kekacauan dalam ciptaan-Nya akan membawa kepada kerusakan dan kebinasaan di alam semesta tidak hanya di bumi.10 Ditinggikannya langit dalam arti diciptakannya tinggi tanpa tiang. Ketinggian itu terlihat dengan mata kepala oleh penghuni bumi, dan pada saat yang sam ketinggiannya itu adalah ketinggian kedudukannya, karena biasanya langit dinilai sebagai tempat turunya malaikat dan turunya rahmat, bahkan tidak 9 QS. Al-Mulk: 3. Sirujuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam Dalam Pemikiran Islam, Sains Dan AlQur‟an,( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997) , Cet. III, hal. 74. 10 41 jarang manusia menunjuk kerah langit untuk mengisyaratkan wujud Tuhan atau kuasa-Nya.11 Al Zamakhsyariy mengungkapkan bahwa ciptaan adalah mengagungkan persoalan ciptaan-Nya dan untuk memperingatkan atas keselamatan ciptaan-Nya dari ketidak selarasan dan ketidak seimbangan. Sebagai hasil ciptaan Allah yang maha sempurna sudah pasti serasi antara satu dengan yang lainya.12 Alam merupakan lapangan tujuan dimana segala sesuatu memenuhi suatu tujuan dan dengan cara demikian memberikan sumbangan bagi kesejahteraan dan kesimbangan segalanya. Dari sebutir batu kerikil yang bernyawa dilembah, bima sakti-bima sakti dengan matahari-mataharinya, pohon-pohon raksasa, ikan paus dan gajah dan segala sesuatu yang ada, melalui kelahiran dan pertumbuhanya, kehidupan dan kematiannya memenuhi suatu tujuan yang telah ditetapkan untuknya oleh Tuhan, yang perlu bagi mahluk-mahluk lainnya. Semua mahluk adalah saling bergantung, dan semua ciptaan berjalan lancar karena adanya keselarasan yang sempurna antara bagian-bagiannya untuk segala sesuatau. Ayat-ayat nikmat Tuhan yang mengajak manusia kepada untuk memikirkan nikmat- ciptaan-Nya, banyak ayat yang mengandung pernyataan-pernyataan yang baik sekali untuk dihadapkan dengan Sains modern. Dari segi pandangan ini ayat-ayat tersebut malah lebih penting 11 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), Vol. 6, hal. 548. 12 Abi Al-Qasim jar-Allah Mahmud bin Umar Al-Zamakhsyariy, Al-Kasyaaf, (Beirut : Dar al-Kutub ilmiyyah, 1995), juz IV, hal 563. 42 karena tidak menyebutkan kepercayaan-kepercayaan yang bermacam- macam mengenai fenomena alamiah.13 Dalam ayat – ayat penciptaan alam semesta dimana Sang Maha Pencipta memang menginformasikan bahwa segala sesuatu itu telah Dia ciptakan menurut ukurannya sehingga tidak ada ketidakstabilan didalamnya. Maha besar Allah swt dengan segala firman-Nya; “Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi, Yang Menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk”.14 Bagaimana ayat diatas menunjukan segala sesuatu dalam penciptaan telah melalui proses rancangan yang begitu sempurna bahkan sejak awal mula penciptaan. Paul Davies berkomentar bagaimana hukum-hukum Fisika memberikan kondisi ideal bagi kehidupan15; “Kalau saja alam memilih serangkaian angka yang sedikit berbeda, dunia akan menjadi tempat yang sangat ama berbeda. Barangkali kita tidak akan ada untuk melihatnya. Penemuan baru tentang kosmos primitive mewajibkan kita menerima bahwa alam semesta yang mengembang telah diatur dalam geraknya dengan suatu ketelitian yang sangat menakjubkan.” 13 Maurice Bucaille, Bibel, Qur-an, dan Sains Modern, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hal. 50 14 15 QS. Al A’la : 1-3 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.29. 43 Arno Penzias, yang pertama mendeteksi radiasi latar belakang kosmik bersama Robert Wilson. (keduanya menerima hadiah Nobel tahun 1965 untuk penemuan ini), mengomentari rancangan indah alam semesta16; “Astronomi mengarahkan kita pada sebuah pristiwa unik, alam semesta yang diciptakan dari ketiadaan, alam semesta yang dengan keseimbangan yang sangat rumit, yang diperlukan untu menediakan kondisi tepat bagi kehidupan. Dan alam semesta yang mempunya rencana dasar. (bisa dikatakan super-rasional).” Kemudian, Seorang ahli biologi molekuler Micheal Dalton mengomentari bagai mana tepatnya ukuran gaya yang mengatur alam semesta ini, menurutnya 17: “Jika, misalnya, gaya gravistasi satu trilliun lebih kuat, maka alam semesta akan jauh lebih kecil dan sejarah hidupnya jauh lebih pendek. Sebuah bintang rata-rata akan mempunyai massa satu trilliun lebih kecil dari Matahari dan masa hidup sekitar satu tahun. Dilain pihak, jika gravitasi kurang kuat, tidak akan pernah ada bintang atau galaksi yang akan terbentuk. Hubungan dan nilai-nilai lain tidak kurang kritisnya. Jika gaya nuklir kuat sedikit lebih lemah saja, satu-satunya unsure yang akan stabil han hydrogen saja. Tidak ada atom lain yang terbentuk. Jika gaya nuklir kuat sedikit lebih kuat dalam kaitannya dengan elekromgnetisme, maka inti atom yang terdiri dari dua proton menjadi yang paling stabil di alam semesta, yang bearti tidak akan ada hydrogen, dan jika ada bintang atau galaksi lain yang terbentuk, mereka akan sangat berbeda dari bentuknya sekarang. Jelas sekali jika semua konstanta ini tidak mempunyai nilai yang tepat, demikian tidak akan ada bintang, supernova, atom, planet, dan kehidupan.” Peryataan-peryataan para ilmuwan-ilmuwan yang dengan serius meneliti keseimbangan yang terjadi di alam semesta menunjukan bahwa di alam semesta terdapat rancangan yang begitu unik dan teratur. Tidak bias dipungkiri lagi bahwa pembuat rancangan adalah Allah SWT, yang menciptakan seglanya dengan ukuran dan rancangan yang luar biasa. Dalam ayat-Nya, Allah swr menarik perhatian manusia, pada keteraturan penciptaan alam semesta, yang derncanakan dan diperhitungkan secara detail. 16 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.29. Michael Denton, Nature's Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, (The New York: The Free Press, 1998), hal. 12-13. 17 44 Maha Besar Allah swt dengan segala firman-Nya; “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”18. a. Suhu Bumi “Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orangorang mukmin.”19 Ayat di atas yang menunjukan kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mukmin. Orang-orang mukmin disebutkan secara khusus karena hanya meraka sajalah yang dapat mengambil manfaat dari hal tersebut untuk memperkuat keimanannya20. Ayat penciptaan langit dan bumi dari proses lahirnya sehingga terbentuk sebuah bentuk, sering dilukiskan oleh al Qur’an dengan kata khalaqa, walau dari segi bahasa berarti mencipta atau mengatur sesuatu dengan pengaturan ukuranukuran yang sangat teliti. Jika ada kata khalaqa bersama kata lain yang diciptakan-Nya maka kata itu hanya berarti mencipta atau mengatur saja. Namun jika berdiri sendiri seperti ayat di atas maka penciptaan meliputi seluruh pengaturan 18 dan pengendalianya.21Termasuk komponen-komponen QS. Al Hijr : 19 QS. Al Ankabut : 44 20 Imam Jalalain, Tafsir Jalalain, terj. Bahrun Abubakar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2009), cet. Ke-6, hal. 435. 21 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 10,hal.350 19 yang 45 menglengkapi agar bumi memenuhi syarat untuk menopang sebuah kehidupan salah satunya nyaitu keseimbangan dalam penentuan atau pengaturan suhu Bumi, meskipum ayat tersebut tidak menyebutkan secara jelas mengenai suhu Bumi. Suhu Bumi adalah unsur terpenting pertama bagi kehidupan di bumi. Bumi memiliki suhu yang memungkinkan untuk hidup dan atmosfer yang digunakan mahluk hidup untuk bernafas, khususnya bagi mahluk hidup yang kompleks seperti manusia. Faktor yang menentukan bumi begitu ideal sehingga bisa ditempati oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Dikarenakan posisi bumi yang ideal dengan matahari. Bumi tidak akan memiliki sebuah kehidupan andai saja bumi berada lebih dekat terhadap matahari seperti Venus yang bersuhu hingga 4500 C atau lebih jauh seperti Yupiter yang bersuhu -1430 C.22 Molukul berbasis karbon hanya mampu bertahan pada suhu antara -200 C dan 1200 C, dan bumi satu-satunya planet dengan suhu rata-rata dalam batas tersebut.23 Ahli geologi Amerika, Frank press dan Raymond siever seperti yang telah dikutip oleh Harun Yahya menunjukan keistimewaan suhu rata-rata bumi, mereka menyatakan: “kehidupan seperti yang kita ketahui hanya mungkin terjadi pada selang suhu yang sangat sempit. Selang suhu ini mungkin hanya 1 atau 2 persen dari selang suhu antara nol mutlak dan suhu permukaan matahari” Terjaganya selang suhu ini juga berkaitan dengan jumlah panas yang di hasilkan oleh Matahari, di samping jarak bumi dengan Matahari. Menurut perhitungan, penurunan 10% saja dari cahaya yang dipancarkan oleh matahari dapt mengakibatkan Bumi diselimuti lapisan es setebal beberapa meter, dan 22 Setiawan Sandi, Gempita Tarian Cosmos, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hal 121. Harun Yahya, The Creation of The Universe, (London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000), cet. I, hal. 79. 23 46 andaikan panas Matahari naik maka seluruh permukaan Bumi akan gersang dan hangus oleh panas Matahari dan kemungkinan bila terjadi badai matahari Bumi akan menjadi hangus terbakar bagaikan tanah yang dibuat untuk batu bata. Tidak hanya suhu panas yang ideal, tapi suhu rata-rata harus menyebar secara merata keseluruh permukaan planet Bumi. Dan sejumlah kondisi khusus telah diciptakan untuk memungkinkan hal tersebut terjadi. Sumbu rotasi bumi yang miring 23’27’ terhadap bidang ecliptic ( garis edar Bumi mengitari Matahari). Kemiringan ini mencegah panas berlebihan di wilayah antara kutub dan khatulistiwa, membuat suhu menjadi lebih sedang. Jika kemiringan ini tidak ada perubahan suhu antara jutub dan dareah khatulistiwan akan sangat tinggi dan daerah bersuhu dengan tidak akan ada atau Bumi tidak memungkinkan untuk menjadi tempat tinggal. Tidak hanya itu kecepatan rotasi juga yang menjaga penyebaran panas menjadi seimbang dan terjaga pada suhu yang memungkinkan untuk kehidupan. Bumi melkukan rotasi 24 jam dala sehari yang menyebabkan pergantian siang dan malam menjadi singkat. Karena periode ini singkat, maka perubahan suhu antara kedua sisi menjadi rendah. Pentingnya hal ini dapat diambil contoh dari planet Merkurius, di mana siang lebih dari setahun dan perbedaan antara suhu siang dan malam adalah 1000 C. Pada saat yang sama ada sejumlah sistem otomatis yang menjaga suhu atmosfer agar tetap terjaga dan seimbang. Misalnya, pada saat suhu di suatu wilayah naik, penguapan air akan semakin meningkat, sehingga jumlah awan akan meningkat. Awan ini memantulkan cahaya kembali ke udara dan menjaga agar tidak terjadi peningkatan suhu dibawah permukaan. 47 Jika melihat alam semesta secara keseluruhan, mendapati ruang suhu yang sangat sempit untuk menunjang sebuah kehidupan ini merupakan hal yang sangat sulit karena suhu diseluruh alam semesta bervariasi dari beberapa juta derajat pada bintang terpanas hingga nol derajat mutlak (-2730 C). dalam selang suhu yang begitu lebar, toleransi suhu yang memungkinkan adanya kehidupan sangatlah sempit, namun bumi memilikinya.24 Keagungan Allah swt itu terlihat pada ciptaan langit dan Bumi. Bagi orang yang beriman dan menggunakan akal pikirannya, semua ciptaan Allah itu mengandung hikmah, dan tidak dijadikan percuma begitu saja. Dengan demikian kejadian langit dan bumi, memungkinkan manusia untuk menambah cakrawala pengetahuannya25. b. Medan Magnet Bumi “Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” 26 Dalam ayat ini, Allah mengarahkan perhatian manusia kepada bendabenda langit, yang diciptakan-Nya. Sedemikian rupa sehingga masing-masing berjalan dan beredar dengan teratur, tanpa jatuh berguguran atau bertabrakan satu sama lain27. ” Menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara”, sebagai mana atap yang manaungi rumah terpelihari hingga tidak ambruk28. 24 Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya, terj. Catur sriherwanto, hal. 79. H. bustami A. Gani, dkk, al Qur‟an Dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 1990), jilid.VII, hal. 460. 26 QS. Al Anbiya’: 32 27 H. bustami A. Gani, dkk, al Qur‟an Dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 1990), jilid.VI, hal. 273. 28 Imam Jalalain, Tafsir Jalalain, terj. Bahrun Abu bakar, cet. Ke-6, hal. 127. 25 48 M. Quraish shihab berpendapat dalam ayat ini, menurutnya ayat menjelaskan tentang langit dengan menyatakan : “Dan kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara…”, yakni pada langit dan segala isinya.29karena itu kata al Qur’an ini dapat mencakup banyak hal, seperti bendabenda langit. Allah swt menjadikan semuanya itu di atas kita dan dalam saat yang sama yang maha kuasa itu memeliharanya sehingga dapat melindungi kehidupan yang ada di bumi.30Jika melihat dari fungsi atap yang sebagaimana halnya atap rumah yang melindungi rumah, maka salah satu pelindung Bumi adalah Magnetosfer. Oleh sebab itu, bumi merupakan sebuah planet yang selain dilindungi oleh atmosfer, bumi juga di lindungi oleh sebuah magnetosfer, yang melindungi bumi dari bombardemen radiasi dan benda-benda angkasa.31 Medan magnet bumi ini membentang hingga 18.000 Km dari Bumi, yang melindungi bola ini dari energi mematikan.32 Kemudian selain massa dan ukuran bumi, inti bumi dirancang khusus. Disebabkan intinya, bumi memiliki medan magnet (Magnetic Field) yang kuat yang berperan dalam menjaga kelangsungan hidup. Menurut Thomas T. Arny33: “The magnetic field is generated by electric current flowing in its molten iron core. Scientists are still unsure about how such currents originate but hypothesize that they originate from combination of rotational motion and convection. Studies of magnetic field of other solar system bodies support this views. For exemple, bodies with weak or no magnetic field, such as monn and venus, are either to small to have a large convecting 29 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 8, hal. 346. 30 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol. 8, hal. 347. 31 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik Al-Qur‟an Dan Sains (Tafsir „Ilmi), Cet.1, hal. 35. 32 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.85. 33 Thomas T. Arny, Exploration Star Galaxies And Planets, (New York: The McGrawhill Componies. Inc, 2004), hal. 386. 49 core or rotate very slowly. On the other hand bodies with large magnetic field such as Jupiter and Saturn, rotate very rapidly and probably have very active core.” Artinya : “Medan magnet dihasilkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti besi. Para ilmuwan tetap tak begitu percaya tentang bagaimana arus seperti itu berasal tetapi mereka tetap berhipotesis bahwa arus itu berasal dari kombinasi pergerakan rotasi dan konveksi. Studi medan magnet mengenai benda-benda tata surya mendukung pandangan ini. Sebagai contoh, benada-benda yang lemah atau sama sekali tidak memiliki medan magnet, seperti Bulan dan planet Venus, palanet tersebut terlalu kecil untuk memiliki konveksi inti yang besar atau berotasi terlalu lambat. Disisi yang lain benda benda yang memiliki medan magnet yang besar seperti Jupiter dan Saturnus, berotasi begitu cepat dan menyebabkan inti yang sangat aktif.” Adapun John D. Fix berpendapat mengenai “Magnetosphere” sebagai berikut, menurutnya: “The magnetosphere is a region about the earth that is dominated by earth's magnetic field. within the magnetosphere are region of trapped electrons an ions known its as the van allen belts. the solar wind creates currents of electron in magnetosphere.”34 Artinya : “Magnetosfer merpakan salah satu wilayah bagian Bumi yang didominasi oleh medan magnet Bumi. Dalam magnetosfer electron-elektron ion terjebak dalam suatu wilayah yang diketahui sebagai “sabuk Van Allen”. Angin solar menciptakan arus elekron di magnetosfer.” Dikarenakan magnet bumi ini maka terciptalah sebuah perisai yang melindungi bumi dari terjebaknya partikel-partikel ion yang dipancarkan Matahari sehingga terbentuklah pelindung berupa radiasi van allen atau dkenal dengan Sabuk Van Allen. Sabuk Van Allen adalah suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan 34 John D. Fix, Astronomy : Journey To The Cosmic Frontier, 4th ed, (New York : McGraw-Hill, 2006), hal. 175. 50 radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi. Sabuk Van Allen ini merupakan hasil dari keberadaan medan magnet Bumi. Kadar sabuk Van allen sendiri tercipta karena proses perputaran di dalam perut Bumi sehingga menghasilkan ukuran yang tepat untuk berlangsungnya sebuah kehidupan.lebih lanjut lagi, menurut press dan siever 35: “Perut bumi luar biasa besar, namun merupakan mesin penghasil panas yang diseimbangkan secara rumit dengan bahan bakar radio aktif. Andai bekerja lebih lambat, aktivitas geologi akan berjalan lebih lambat. Besi tidak mungkin mencair dan terbenam membentuk inti cair, dan medan magnet tidak pernah terbentuk andai lebih banyak bahan bakar radioaktif, dan mesin bekerja lebih cepat, gas dan debu vulkanik tentu telah menghalangi matahari, sehingga atmosfer menjadi pekat mematikan. Dan permukaan bumi diguncang oleh gempa dan letusan gunung api setiap hari.” Singkatnya, jika proses yang terjadi didalam perut bumi tidak stabil maka tidak akan terbentuk medan magnet yang melindungi bumi dari energi yang mematikan. Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:36 “Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat 35 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.83 . “Atap Yang Terpelihara” diakses pada Pkl. 15:21 WIB, 1 September 2011, dari http://www.keajaibanalquran.com/astronomy_roof.html. 36 51 berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi.” c. Ketepatan Atmosfer Bumi “Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam”.37 Allah menjadikan Bumi bagi kamu sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap, dimana fungsi atap yaitu untuk menaungi dan melindungi yang berada di bawahnya38. Lebih lanjut lagi M. Quraish Shihab menjelaskan tentang ayat ini, bahwa Allah Yang Maha Pencipta dan Maha melimpahkan Nikmat-Nya kepada umat manusia. Dengan dijadikannya Bumi buat mahluk hidup dalam kondisi stabil sehingga dapat menjadi hamparan dan tempat menetap yang layak buat kehidupan mahluk hidup yang ada di Bumi walau Bumi senantiasa beredar, dan menjadikan menjadikan langit sebagai pelindung, walau langit tanpa tiang. Kata 37 38 QS. Ghảfir : 64 Imam Jalalain, Tafsir Jalalain, terj. Bahrun Abubakar, cet. Ke-6, hal. 725. 52 tabâraka terambil dari kata barkah yang bermakna sesuatu yang mantap juga berarti kabajikan yang melimpah dan beraneka ragam serta berkesinambungan.39 Bumi tidak hanya dilindungi oleh magnet bumi teteapi juga oleh rancangan khusus atmosfer bumi yang terdiri dari kumpulan gas-gas yang telah diatur kadarnya sedemikianrupa sehingga dapat menaungi bumi dari hujan benda-benda asing yang menabrak planet Bumi. Atmosfer mungkin tampak sebagai udara tipis belaka, namun sesungguhnya atmosfer memiliki struktur yang sangat kompleks. Atmosfer memiliki karakteristik sendiri, yaitu dari troposfer yang berputar di atas tanah hingga eksosfer jernih yang jauh tinggi diluar angkasa. Atmosfer memiliki kedalaman sekitar 700 km, namun tidak ada batas yang nyata. Atmosfer lenyap begitu saja diangkasa ketika udara menjadi semakin tipis. Adapun lapisanlapisan atmosfer atmosfer sesuai perbedaan suhu dan ketinggiannya. Di troposfer sebagai terbawah kemudian stratosfer, mesosfer terletak diatas stratosfer, merupakan lapisan gas tipis di mana suhu turun dengan sangat cepat. Gas-gas dalam tiga lapisan terakhir atmosfer-ionosfer, termosfer, dan eksosfermenjadi semakin tipis. Dalam lapisan atmosfer terbawah, yaitu troposfer, udara terus menerus begerak karena ada perbedaan tekanan. Ini di picu oleh distribusi panas matahari yang tidak merata antara daerah kutub dan ekuator. Gerakan berkelanjutan menyebabkan perbedaan kondisi cuaca di seluruh dunia. Dan menimbulkan keberanekaragaman flora dan fauna yang ada. Tanpa atmosfer 39 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 12, hal. 351. 53 bumi tidak akan memiliki kehidupan. Atmosfer menjaga agar bumi tetap hangat, melindungi dari sinar matahari yang berbahaya dan dari meteor.40 Atmosfer bumi terdiri dari 77% nitrogen, 21% oksigen, 1% karbondioksida41. Kehidupan di bumi tidak akan berkembang andaikan bumi iklimnya sangat panas yang suhunya ratusan derajat. Tidak ada mahluk hidup di bumi yang tahan terhadap suhu yang begitu tinggi seperti di planet Venus42. Ketepatan komposisi yang ada dalam atmosfer menyebabkan bumi memiliki suhu yang stabil sehingga berada dalam kedaan yang seimbang untuk memungkinkan adanya sebuah kehidupan. Harlan T. Stetson menurutnya atmosfer memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan di Bumi. Menurutnya43: “The atmosphere protect man from a steady hail of meteoric particles that would otherwise make his life upon earth a constan nightmare. Meteors range in size from tiny fragments to huge rocks; the vast majority are very small. It is estimated the over of hundred billion meteors strike the earth‟s atmosphere every twenty-four hours, but they as came in contact with the air most of the are reduced to gas and dust through friction. It so probable that the atmosphere protects man not only from meteor but also from certain type of electrically charged particles from the sun. If there were no atmosphere, the sky above the earth would be forever dead black. The beautiful blue of a clear day time sky, the stirring colors of sunrise and sunset and even the celestial arch of the rainbow could not exist were it not for the presence of an atmosphere.” Artinya : “Atmosfer melindungi manusia dari hujan partikel-partikel meteor secara terus menerus. Karena itu membuat hidup manusia tidak menjadi mimpi buruk ketika hidup di Bumi. Meteor-meteor dari ukuran potongan kecil- kecil sampai batu yang sangat besar; kebanyakan meteor sangat kecil. Hal ini diperkirakan lebih dari seratus milliard meteor menyerang 40 Richard Walker dkk,Ensiklopedia Ipa: Visual Fisika, Kimia, Biologi, dan Matematika, terj. Anis apriliawati dkk, (Jakarta : PT Lentera Abadi, 2009) , jilid. 3, hal, 290. 41 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.86 . 42 Achmad Baiquni, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, hal. 109. 43 Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 230. 54 atmosfer Bumi setiap dua puluh empat jam, tetapi meteor-meteor itu bersentuhan dengan udara (atmosfer) kebanyakan dari meteor-meteor direduksi menjadi gas dan debu dengan gesekan. Ini sangat memungkinkan atmosfer melindungi manusia tidak hanya dari meteor tetapi juga dari tipe tertentu partikel bermuatan listrik dari Matahari. Jika atmosfer tidak ada, langit di atas Bumi akan selamanya mati dan berwarna hitam. Biru indah dari siang hari yang jelas, perpaduan warna ketika Matahari terbit dan Mathari terbenam dan bahkan lengkungan pelangi surgawi tidak akan pernah ada jikata tanpa adanya atmosfer.” Dalam buku Pathway To Astronomy, menjelaskan tentang pentingnya atmosfer sebagai berikut44: “Most planet in the solar system have an atmosphere, but the earth‟s has many unique features, one of the striking differences between atmosphere of the earth and the other planet‟s it‟s composition. For example the atmosphere of Mars and Venus are nearly complety carbondioxide while the atmospheres of the jovian planets are mostly hydrogen and hydrogen compounds. On the other hand, earth‟s atmosphere is primarily a mixture of hydrogen and oxygen. Nitrogen molecules make up 78% of the atmosphere and oxygen about 21% the remaining is mostly the gas argon but include trace a mounts of carbon dioxide. And ozone gases crucial for protecting us and making live pissible”. Artinya : “kenbanyakan planet di tata surnya memiliki atmosfer, tetepi yang dimiliki Bumi mempunyai keistimewaan yang unik. Salah satu perbedaan mendasara antara atmosfer planet Bumi dan planet lainya adalah komposisinya. Sebagai contoh, atmosfer planet Mars dan Venus hampir semuanya karbondioksida sementara itu atmosfer “planet jovian” kebanyakan hidrogen dan campuran hydrogen. Disis lain, atmosfer yang dimiliki Bumi komposisi utamanya adalah campuran hydrogen dan oksigen. 78% molekul atmosfer terbuat dari nitrogen dan 21% oksigen sisanya ebagaian besar argon dan ditemukan sekumpulan karbondioksida. Dan ozon memliki peran penting dalam melindingi kita dan membuat hidup memungkinkan.” Keunikan atmosfer bumi yang terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, 1% karbondioksida45. Penetapan ukuran oksigen yang hanya 21% juga merupakan sebuah keajaiban yang langka diantara berjuta-juta planet. 44 Stephen E. Schelder, dkk, Patway To Astronomy, (New York: The McGraw-hill Componies. Inc, 2007), hal. 270. 55 Hal yang menarik bahwa oksigen yang dihirup oleh manusia telah tepat disesuaikan, Michael denton menulis tentang hal ini46: “Could your atmosphere contain more oxygen and still support life? No! Oxygen is a very reactive element. Even the current percentage of oxygen in the atmosphere, 21 percent, is close to the upper limit of safety for life at ambient temperatures. The probability of a forest fire being ignited increases by as much as 70 percent for every 1 percent increase in the percentage of oxygen in the atmosphere.” Bahwa peningkatan oksigen pada atmosfer dapat berakibat fatal bagi Bumi. Seluruh hutan di Bumi akan terbakar dengan mudah oleh panas Matahari. Menurut ahli biokimia dari Inggris, James Lovelock: “Kandungan oksigen di atas 25 % , sedikit sekali dari timbuhan saat ini yang mampu bertahan dari amukan api yang memusnahkan hutan hujan tropisdan padang lumut kutub. Kandungan oksigen saat ini adalahpada titik dimana resiko dan keuntungan tepat seimbang.” Apa yang di maksud James Lovelock, adalah bahwa Kadar oksigen dibumi selalu berada dalam keadaan tapat melalui proses “daur ulang” yang luar biasa. Yaitu dimana binatang terus menerus menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida, tumbuhan tepat sebalik, tumbuhan menghirup karbondioksida dan mengeluarkan oksigen. Dikarenakan sistem ini berlangsung secara terus menerus sehingga keadaan oksigen di atmosfer tetap stabil dan terjaga.47 Thomas T. Arny menulis dalam bukunya “Exploration Star Galaxies And Planets” bahwa48: “The oxygen in our atmosphere not only important to us for breathing bit it also forms vitally protective blanket. Shielding us form harsh solar ultraviolet radiation, but most of it come from another molecular from 45 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.86 . Michael Denton, Nature's Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, (The New York: The Free Press, 1998), hal. 121 47 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.86 . 48 Thomas T. Arny, Exploration Star Galaxies And Planets, (New York: The McGrawhill Componies. Inc, 2004), hal. 381. 46 56 oxygen, O3 or Ozone. In fact is doubtful that life could exist on the earth‟s surface whitout the Ozone layer to shiled us”. Kemudian John D. fix menambahkan pendapatnya mengenai fungsi dari ozon itu sendiri, menurutnya: “the ability of ozone layer to block potentially lethal solar ultraviolet radiation is vital to continued existence of life on the earth.” Dari beberapa peryataan di atas tanpa adanya atmosfer kehidupan di Bumi akan sulit tercipta. Jika planet Bumi tidak memiliki atmosfer bisa jadi planat Bumi akan seperti Bulan yang tidak memiliki atmosfer yang dipenuhi kawah-kawah yang sangat besar yang diakibatkan oleh hantaman benda-benda langit yang berjatuhan tanpa adanya pelindung. Seluruh keseimbangan yang tepat ini menujukan bahwa atmosfer telah dengan telah sengaja dirancang dengan teliti sehingga memungkinkan terciptanya kehidupan. merupakan sebuah kenyataan ilmu pengetahuan yang telah menemukan jalanya sendiri untuk mencapai Tuhan. Dengan kenyataan ini menunjukan bahwa Bumi bukanlah tercipta dari sebuah kebetulan belaka. Tidaklah diragukan lagi terdapat sang pencipta yang mengatur dan membentuk materi sesuai kehendak-Nya. d. Keseimbangan yang Menopang Kehidupan di Bumi 57 “Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuhtumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”49(6) Menurut M.Quraish Shihab, dalam ayat tersebut Allah SWT menunjukan bukti kuasa-Nya yang dapat ditarik dari alam raya. Allah SWT berfirman sekaligus “bertanya” dengan tujuan mengecam bahwa penciptaan langit lebih sulit dari pada penciptaan manusia. Ayat ini menjelaskan kuasanya mengenai penciptaan langit yang kokoh dan harmonis. Dia meninggikan bagunannya sehingga langit menjadi bagaikan atap bagi Bumi, dan juga meninggikan gugusan-gugusan bintangya lalu menyempurnakannya sehingga menjadi padu tanpa sedikit ketimpanganpun dan jarak pun menjadi sesuai untuk menunjang kehidupan di bumi. Kata samkahâ terambil dari kata As-samk yang dari segi bahasa antara lain diartikan atap atau jarak antara bagian atas sesuatu dan bagian bawahnya. Para ulama memahami kata tersebut sebagai bermakna jarak antara Bumi dan benda langit lainnya sehingga kehindupan di bumi bisa berlangsung dengan nyaman.50 Menurut Hamka, ketika ayat al qur’an menyebutkan “apakah kamu yang lebih sukar diciptakan ataukah langit?, ini merupakan pertanyaan yang tepat untuk menginsyafkan manusia dari kesombongannya. Mana yang lebih sukar menjadikan manusia jika dibanding dengan menjadikan langit. kemudian kata “ 49 QS. An Na’ziat : 27-33. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 15, hal. 44. 50 58 lalu disempurnakan-Nya..” bahwa keadaan langit tetap seperti dahulu berada dalam keteraturannya.51 Dalam tafsir Jalalain, lafadz menunjukan proses tantang cara penciptaan langit yang telah Allah SWT bina sehingga bisa menopang kehidupan52. Bagaimana peryataan para ulama tafsir di atas mempercayai bahwa Bumi memang dirancang istimewa untuk menunjang kehidupan dengan segala keharmonisannya. Yang kemudian penjelasan mengenai segala keteraturan penciptaan Bumi itu dapat di temukan di dunia sains. Di samping keseimbangan yang telah dijelaskan sebelumnya, posisi bumi juga merupakan salah satu keseimbangan sempurna yang membuat Bumi dapat bertahan dari hantaman benda luar angkasa. Menurut seorang ilmuwan bernama George Watherill dalam karyanya “how special Jupiter is” 53: “Without a large planet positioned precisely where Jupiter is, the earth would have been struck a thousand times more frequently in the past by comets and meteors and other interplanetary debris. If it were not for Jupiter, we wouldn't be around to study the origin of the solar system.” Lihatlah bagaimana letak posisi Yupiter dan struktur tata surya yang telah dirancang untuk memberikan peran bagi kalangsungan hidup yang ada di Bumi. Lebih lanjut lagi, Michael denton dalam bukunya nature‟s destiny menjelaskan bagaimana letak keberadaan tata surya yang didiami oleh Bumi berada di salah satu tepian cabang spiral galaksi Bima Sakti, menurutnya 54: 51 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Cet. Ke-3, Juz. 30, hal. 36 Imam Jalalain, Tafsir Jalalain, terj. Bahrun Abubakar, cet. Ke-6, hal. 1257. 53 Harun Yahya, The Creation of The Universe, cet. I, hal. 68 54 Michael Denton, Nature's Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, (The New York: The Free Press, 1998), hal. 262. 52 59 “What is so striking is that the cosmos appears to be not just supremely fit for our own being and for our biological adaptations, but also for our understanding... Because of the position of our solar system on the edge of the galactic rim, we can gaze farther into the night to distant galaxies and gain knowledge of the overall structure of the cosmos. Were we positioned in the center of a galaxy, we would never look on the beauty of a spiral galaxy nor would we have any idea of the structure of our universe.” Lihatlah bagaimana keseimbangan posisi Bumi yang memang di desain untuk kehidupan manusia. Bumi yang berada lebih dekat ke tepi dari pada ke tengah galaksi Bima Sakti membuat manusia dapat menyaksikan galaksi yang spiral dan memilki gagasan tentang struktur alam semesta. Bahkan, perkembangan mahluk hidup di Bumi tidak akan terjadi seperti sekarang andaikan bumi tidak berputar sebagaimana mestinya, sehingga tidak terjadi pergantian siang dan malam. Karena rotasi Bumi, Bumi memiliki iklim yang bervariasi. Untuk memberikan iklim yang membina adanya Allah telah melatakan bumi pada jarak 150 Km dari Matahari, memberikan pada bumi sumbu miring dengan sudut kira-kira 66,5 derajat terhapad bidang orbit perputaran bumi mengelilingi Matahari, serta memberikan rotasi kepada Bumi dengan waktu putar sekitar 24 jam dalam sehari semalam55. Letak bumi dari Matahari serta sudut Bumi yang begitu direncanakan memungkinkan terjadinya variasi cuaca yang ada di Bumi sehingga menimbulkan keaneka ragaman flora dan fauna. 55 Achmad Baiquni, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, hal. 110. 60 Bumi yang memang telah di desain secara rumit untuk bisa menopang kehidupan memang menjadi sebuah teka-teki ilmiah yang membawa kepada kebesaran sang Pencipta. Menurut Jhon D. Fix56: “We can‟t expect another planet to be just like the earth, but we can use what we know about the earth‟s as a starting point or standar comparison.” Peryataan di atas menunjukan bahwa sangat amat sulit bahkan hampir mendekati mustahil untuk menemukan kehidupan di planet selain Bumi yang memang diciptakan khusus untuk menunjang kehidupan bagi manusia. Keseimbangan yang rumit yang menjadikan bumi layak untuk dihuni manusia memang bukan hanya sebuah kebetulan. Para ahli astronomi Amerika membuat daftarnya sendiri mengenai faktor yang menentukan kehidupan 57: Gravitasi di Permukaan Jika lebih kuat: atmosfer terlalu banyak menahan ammonia dan methana. Jika lebih lemah: atmosfer terlalu banyak kehilangan air. Jarak dengan Bintang Induk Matahari Jika lebih jauh: planet akan terlalu dingin bagi siklus air yang stabil. Jika lebih dekat: planet akan terlalu panas bagi siklus air yang stabil. Ketebalan Kerak Bumi 56 John D. Fix, Astronomy : Journey To The Cosmic Frontier, 4th ed, (New York : McGraw-Hill, 2006), hal. 153. 57 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.92 . 61 Jika lebih tebal: terlalu banyak oksigen yang pindah dari atmosfer ke kerak bumi. Jika lebih tipis: aktifitas tektonik dan vulkanik akan terlalu besar. Periode Rotasi Jika lebih lama: perbedaan suhu antara siang dan malam terlalu besar. Jika lebih cepat: kecepatan angin pada atmosfer terlalu tinggi. Interaksi Gravitasi dengan Bulan Jika lebih besar: efek pasang-surut pada laut, atmosfer dan periode rotasi semakin merusak. Jika lebih kecil: perbuhan tidak langsung kepada orbit menyebabkan ketidakstabilan iklim. Medan Magnet Jika lebih kuat: badai elektro magnetik terlalu merusak. Jika lebih lemah: kurang perlindungan dari radiasi bintang yang membahayakan. Albedo Jika lebih besar: zaman es tak terkendali akan terjadi. Jika lebih kecil: efek rumah kaca tak terkendali kan terjadi. Aktivitas Gempa Jika lebih besar: terlalu banyak mahluk hidup yang binasa. Jika lebih kecil: bahan makanan di dasar laut yang dibawa oleh aliran sungai tidak akan didaur ulang ke daratan oleh pengangkatan tektonik. 62 “Keputusan rancangan” ini dibuat agar kehidupan yang ada dapat bertahan. Ini menunjukan kemustahilan orang yang menyatakan keberadaan Bumi adalah sebuah kebetulan acak alam semesta. Keseimbangan alam semesta termasuk bumi membuat para ilmuan menyadari akan keberdaan sang pencipta. Albert Einstein pernah berkata58: "kita menemukan di dunia nyata sebuah keteraturan tingkat tinggi." Kemudian Isaac Newton menambahkan59: “Sistem paling indah yang terdiri dari matahari, planet dan komet ini dapat muncul dari tujuan dan kekuasaan Zat yang berkuasa dan cerdas .. Dia mengendalikan semuanya, tidak sebagai jiwa namun penguasa dari segalanya, dan disebabkan kekuasaan-Nya, Dia biasa disebut sebagai Tuhan yang Maha Agung. ” Hal ini menunjukan bahwa Bumi dan alam semesta terdapat hukum alam yang sesuai kehendak-Nya yang begitu tak terbatas dan amat rumit. Kenyataan ini mengembalikan akan kekuasaan Allah swt dan hanyalah Allah swt yang menciptakan alam semesta dari kehampaan dan mengaturnya dengan begitu istimewa. Hal ini pula sesuai dengan yang di isyaratkan firman Allah swt: “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?”60 58 Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal. 76. Michael A. Corey, God and the New Cosmology: The Anthropic Design Argument, (Maryland: Rowman & Littlefield Publishers, Inc., 1993), hal. 259 60 QS. Al-Mulk: 3. 59 63 B. Hikmah Dibalik Keseimbangan Bumi 1. Bukti Keberadaan Allah Yang Maha Pencipta Bukti dari sebuah kebenaran ialah ada persesuaian antara perkataan dan kenyataan. Dalam hal ini kalam Allah, yaitu yang tertuang dalam al qur’an haruslah memiliki keserasian yang membuktikan keberadaan-Nya. Menurut Ahmad Khan, al Qur’an secara mutlak tidak bertentangan dengan hukum alam. Mengenai prinsip ini, sejak awal, Ahmad Khan telah mendeklarasikan bahwa alam dan Alquran sama-sama hasil kreasi Allah; alam merupakan hasil kerja-Nya sedangkan Alquran merupakan kalamNya. Atas dasar itu tidak akan ada kontradiksi antara sicience modern dengan firman Allah yang terdapat Alquran. Prinsipnya adalah: “The word of God (Alquran) must be in harmony with the work of God (nature)”. Alquran adalah kalam Allah, sedangkan hukum alam adalah hasil perbuatan-Nya (Nature is the “Work of God” and the Qur‟ân is the “Word of God”). Atas dasar itu dapat dipastikan bahwa mustahil terjadi pertentangan antara perkataan dan perbuatan-Nya sendiri, atau tidak ada kontradiksi antara pernyataan Alquran dengan sains modern.61 Kebenaran ini mengarahkan manusia kepada pemikiran, ketika manusia berpikir bahwa alam itu ada, secara otomatis dia mengakui akan 61 h. 90 Mukti Ali, Alam Pokiran Islam Modren di India dan Pakistan (Bandung: Mizan, 1995), 64 keberdaan-Nya.maka tidak logislah seseorang percaya wujud dari sesuatu yang tidak mutlak. Demikian itu merupakan analogi yang batal.62 Jika Allah, menurunkan wahyu-Nya melalui para nabi-Nya, itu semata-mata untuk kepentingan manusia sendiri dan merupakan wujud dari kasih saying-Nya. Kepada manusia, agar manusia memperoleh keselamatan dan kebahagiaan63. Nama-nama dan sifat-sifat Tuhan muncul hanya dalam konteks hugungan-Nya dengan alam, sedangkan dalam konteks diri-Nya sendiri, Dia tidak memiliki sifat apa-apa kecuali dzat-Nya. Diperkenalkan sifatsifat dan nama-nama Tuhan dalam al qur’an tidak lain dari upaya Tuhan untuk memperkenalkan diri-Nya kepada mahluk-Nya terutama manusia.64 2. Tanda-tanda kekuasaan Allah Teks-teks Islam seringkali melukiskan alam semesta sebagai tandatanda akan keberadaan sang Pencipta. Hal ini merujuk pada banyak ayatayat al Qur’an yang berkaitan dengan kegiatan tulis menulis. Manusia diciptakan dalam citra Allah dan penguasaan bahasa dalam segenap dimensinya adalah salah satu sifat menonjol al Qur’an menggunakan tamsil yang erat kaitanya dalam menjelaskan asal usul Nya sendiri, serta segala sesuatu yang diciptakan, kitab itu adalah ucapan Allah dan alam semesta adalah hasil dari ucapan-Nya pada segala sesuatu “jadilah”. 65 62 Waheeuddin khan, Islam Menjawab Tantangan Zaman.(Surabaya : Bina Ilmu,1982),hal. 44. 63 Musa Asy’arie, Filsafat Islam, Sunah Nabi Dalam Berfikir ,(Yogyakarta : Lesfi, 2002), cet. III, hal. 119. 64 Mulyadi Kartanegara, Menembus Batas Waktu, Panorama Filsafat Islam, (Bandung : Mizan, 2005) cet. III, hal. 40. 65 Sachiko Murata, The Tao Of Islam, Edisi terjemah, (Bandung: Mizan, 2004),` hal. 73. 65 Tidak sepotong ayat pun mengisyaratkan bahwa bumi terguncang dengan sendirinya, akan tetapi ia “diguncangkan”, maka terjadilah gempa. Dalam sekian banyak ayat al Qur’an yang berbicara tentang terjadinya gempa secara faktual, al Qur’an mengunakan akata “kami”. Redaksi ini apabila menunjukan kepada Allah swt maka ia antara lain, untuk mengisyaratkan bahwa ada keterlibatan selain Allah pada peristiwa tersebut. Boleh jadi manusia itu sendiri atau paling tidak hukum-hukum alam yang telah ditetapkan-Nya.66 Kelerasan alam semesta memang merupakan suatu tanda akan keberadaan Allah dengan segala keseimbangan penciptaan. Kalau dibayangkan besarnya Matahari yang mencapai satu juta kali lipat besarnya Bumi, dan dia bergerak di angkasa raya yang begitu luas. Dan ini pada giliranya menimbulkan rasa kagum kepada-Nya. Karena “Inilah Pengetahuan Tuhan Yang Maha Perkasa Lagi Maha Mengetahui”.67 3. Agar Manusia Berpikir Sebagai manusia yang dianugrahi akal manusia dituntut untuk berpikir tentang segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Dengan adanya gejala-gejala alam yang ada di Bumi ini manusia dapat mencermati dan belajar sehingga bisa mengambil pelejaran dari segla sesuatu yang ada di Bumi. Maha besar Allah swt dengan segala firman-Nya; 66 M. Quraish Shihab, Lentera hati:kisah dan hikmah kehidupan, (Jakarta: Mizan Pustaka,1994), hal. 323. 67 M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, hal. 448. 66 “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya),”68 68 QS. An Nahl : 12 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Ada tiga kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian singkat mengenai keseimbangan penciptaan bumi dalam al-Qu’ran di atas, yaitu: 1. Planet Bumi yang merupakan salah satu wujud dari salah satu keseimbangan alam semesta yang diciptakan oleh Allah swt merupakan salah satu pembenaran akan sebuah kemustahilan adanya perbedaan antara nature sebagai work of God dan The Qur’an sebagai word of God. Sehingga benarlah bahwa al-Qur’an adalah kalam-Nya. 2. Penciptaan bumi yang sangat mengagumkan merupakan salah satu tandatanda kebesaran Tuhan untuk menunjukan keberadaan-Nya. Jika ada orang yang mengatakan bahwa penciptaan bumi merupakan sebuah pristiwa kebetulan saja, tampak dia harus berpikir ulang dan melihat sekelilingnya kesempurnaan keseimbangan. Bagaimana mungkin sebuah sistem yang sangat sempurna yang ter dapat dalam penciptaan Bumi merupakan sebuah kebetulan belaka yang bergerak dan berproses secara tepat untuk keberadaan sebuah kehidupan. hanya orang-orang yang merenungkannya yang dapat melihat tanda-tadan ini. 3. Bumi telah diciptakan oleh Allah swt dengan kesempurnaan keseimbang yang memungkinkan tercipta kehidupan untuk manusia dan mahluk lainnya. Alangkah bijaknya bila manusia menjaga keteraturan dan keseimbangn yang telah disediakan untuk kehidupan manusia itu sendiri, 67 68 sehingga tidak terjadi kepincangan dan ketidakseimbangan yang akibatnya akan menimpa manusia itu sendiri. Dalam keadaan Bumi yang nyaman ini sungguh sangat disayangkan bila manusia hidup dalam kesiasiaan tidak bersujud mengakui adanya Tuhan yang telah menunjukan keberadaan-Nya melalui ciptaan-Nya yang sangat mengagumkan ini. B. Saran-saran Kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta termasuk Bumi dengan kedaan yang seimbang sehingga menunjang kehidupan dan menjadi manusia sebagai Khalifah di Bumi, agar manusia yang diberikan kecerdasan akal untuk mengelola Bumi ini dengan baik dan menjaga segala sesuatu agar Bumi ini berada dalam Keadaan yang serasi dan harmonis bagi kehidupan. Sebagai umat islam, penulis berharap umat islam tidak melupakan ilmu pengetahuan tetang sains yang menjadi salah satu tanda akan keberadaan Tuhan. Serta, menunjukan kepada umat lain bahwa islam datang dengan kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan. Penelitian ini sangatlah sederhana dan belum optimal, dalam menyingkap rahasia keagungan penciptaan Bumi. Namun peneliti berharap dengan tulisan yang sederhana ini banyak memberikan inspirasi, dan menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dapat mengungkap sebuah kebenaran akan keyakinan yang masih diragukan oleh sebagian orang. Dengan pembenaran ini semoga menjadi sebuah tindak lanjut dalam lebih mengamalkan ajaran-ajaran Al Qur’an. 69 DAFTAR PUSTAKA Admiranto, A. Gunawan, Tata Surya Dan Alam Semesta, Yogyakarta : Kanisius, 2000. Ali, Mukti, Alam Pokiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1995. Arny, Thomas T, Exploration Star Galaxies And Planets, New York: The McGraw-hill Componies. Inc, 2004 Asyarie, Sukmadjaja, Indeks Al-Quran, Bandung : Pustaka, 1984, cet. Ke-1. Asyarie, Musa, Filsafat Islam, Sunah Nabi Dalam Berfikir ,Yogyakarta : Lesfi, 2002, cet. Ke-3. Barbour, Ian G, Juru Bicara Tuhan, terj. E.R. Muhammad, Mizan: Bandung, 2002, Cet. Ke-1. Baiquni, Achmad, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997. Bergamini, David, The Universe, New York : Time-Life Books, 1970. Bucaille, Maurice, Bibel, Qur-an, dan Sains Modern, Jakarta : Bulan Bintang, 1979. Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, (Jakarta: G-Kreatif, 2006), Cet. Ke-1 Denton, Michael, Nature's Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, The New York: The Free Press, 1998. Field, George B, Cosmic Evolution : An Introduction To Astronomy, Boston : Houghton Mifflin Company, 1978. Fix, john D, Astronomy : Journey To The Cosmic Frontier, 4th ed, New York : McGraw-Hill, 2006. Gani, H. bustami A., dkk, al Qur’an Dan Tafsirnya, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 1990 Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999, cet. Ke1. Graham , Howard, dkk, The Book of Popular Science,( Canada: Grolier Limited, 1977). Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Cet. Ke-3, Juz. 30. Hidayat, Ahmad, Teologi Qur’ani, Bandung :Gunung Jati Press, 1998. 70 Ibnu katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Beirut : Dar al-Fikr, 1994. Jalalain, Imam, Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009, cet. Ke6. Jauhari, al-Tantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, Kairo: Musthafa al-Bab Halab, 1350 H. Kartanegara, Mulyadi, Menembus Batas Waktu, Panorama Filsafat Islam, Bandung : Mizan, 2005, cet. III Khan, Waheeuddin, Islam Menjawab Tantangan Zaman.Surabaya : Bina Ilmu,1982. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik AlQur’an Dan Sains (Tafsir ‘Ilmi), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf AlQur’an, 2010, Cet. Ke-1. Lerner , K. Lee, dkk, U.X.L Encylopedia of Water Science, (USA : Thomson Gale, 2005). al-Marâghi, Ahmad Mustafâ, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar, dkk, Semarang: CV. Toha Putra, 1998. Michael A. Corey, God and the New Cosmology: The Anthropic Design Argument, Maryland: Rowman & Littlefield Publishers, Inc., 1993. Milton, Jacqueline, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, New York: Cambridge Universty Press, 2007. Misriyadi, M. Ratim, Bumi Dan Antariksa 1, Bandung : Angkasa, 1982, cet. Ke2 Murata, Sachiko, The Tao Of Islam, Edisi terjemah, Bandung: Mizan, 2004. Muslim, Mustafa, Mabahis Fi ijaz al-Qur’an, Jeddah: Dar al-Manar AsSaudiyah, 1988 M/1408 H, cet. Ke-1. Nasuhi, Hamid, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: CeQda, 2007, cet. Ke-1 Purwanto, Agus, Ayat-Ayat Semesta, Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009, cet. Ke-3. Rahman, Afzalur, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj. Arifin, Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992, cet. Ke-2. Ritonga, Abdul Rahman, Alam Semesta, Jakarta: FE UI, 1997. Razak, Nasrudin, Dienul Islam, Bandung: al-Ma’arif, 1996. 71 ar-Razi, Fakruddin, Mafatihul Ghayb,Beirut: Dar Al-Fikri, 1994, juz. V. Sandi, Setiawan, Gempita Tarian Cosmos, Yogyakarta: Andi Offset, 1994. Schelder, Stephen E, dkk, Patway To Astronomy, New York: The McGraw-hill Componies. Inc, 2007 Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002. --------------------------, M. Quraish Shihab, Lentera hati:kisah dan hikmah kehidupan, Bandung: Mizan Pustaka,1994 Taylor , Charles, dkk, Ensiklopedia Sains untuk pelajar dan umum, terj. Tim Penerbit lentera abadi, Jakarta : PT Lentera Abadi,2007. Thalbah, Hisham, dkk, Esiklopedia Mukjizat Alquran Dan Hadis, terj. Syarif Hade Masyah dkk, ( Jakarta : PT. Sapta Sentosa, 2009), cet. Ke-3. Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Walker, Richard dkk,Ensiklopedia Ipa: Visual Fisika, Kimia, Biologi, dan Matematika, terj. Anis apriliawati dkk, Jakarta : PT. Lentera Abadi, 2009. Yahya, Harun, the creation of universe, London : Ta-Ha Publisher Ltd, 2000, cet. Ke-1. Yahya, Harun, Penciptaan Alam Raya, terj. Catur sriherwanto, Bandung : Dzikra, 2003. Zar, Sirujuddin, Konsep Penciptaan Alam Dalam Pemikiran Islam, Sains Dan Al-Qur’an, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997, cet. Ke-3. al-Zamakhsyariy, Abi al-Qasim jar-Allah Mahmud bin Umar, Al-Kasyaaf, Beirut : Dar al-Kutub ilmiyyah, 1995, juz IV