File

advertisement
 “Bila kau lucuti semua hingga ke intinya,
kau akan menemukan bahwa blues adalah perasaan.
Singkirkan sejenak lengkingan senar yang dibending.
Lupakan alat musikmu.
Lupakan gitar slide.
Bila kau mendapatkan perasaan itu, apapun situasinya, kau akan
mencoba menemukan cara untuk mengatasinya.
Kau melolong, meraung, memanggil, tertawa, menghentak, berlari,
meninju, menggaruk, mengetuk, melompat, mencengkeram,
merunduk, mengerut, menyeringai, berbisik, apapun,
tak jadi masalah apapun itu.
Tapi kau tau apa yang kau rasakan itu nyata dan ia akan
terwujud dengan caranya sendiri.
Kau bahkan tak kuasa untuk mengendalikannya.”
Setelah 5 tahun berselang, akhirnya beredarlah album ke 2 Adrian Adioetomo, dengan judul “KARAT & ARANG”. Album ini merekam beranjaknya pengembaraan musik Adrian dari Delta-­‐
Bluesnya di album pertama menuju eksplorasi yang melampaui stereotype dan hal-­‐hal yang telah berulang-­‐ulang menjadi klise dari musik blues. Esensi yang dipercaya Adrian sebagai inti sebenarnya dari blues ditorehkan dengan suara-­‐suara dan nada-­‐nada yang tidak melulu nada blues atau hanya suara alat musik barat, tapi juga melalui alat musik tradisional dan nada-­‐nada atonal. Album ini terdiri dari 2 CD yang merepresentasikan 2 sisi. Sisi “Karat” yang lebih berkisar pada introspeksi ke arah dalam batin Adrian. Sementara sisi “Arang” lebih menelusuri psikologi-­‐sosial di arah luar yang dilihatnya. Isi keseluruhan album berjumlah 22 lagu; 8 lagu utama dan 3 lagu tambahan di tiap CDnya. Produksi album ini ditangani oleh Syafwin Bajumi, salah seorang musisi yang juga berjiwa eksperimental. Ia dikenal akan eksplorasinya memadukan bunyi-­‐
bunyi digital dari gadget dan mainan elektronik yang diaransemen dengan instrumen dan musik tradisional. Pendekatan eksperimentalnya membantu Adrian menyusun dimensi instrumen dan aransemen lagu-­‐lagu di album ini. Adrian juga mengandalkan bantuan dari musisi-­‐musisi independen yang telah dikenal kepiawaiannya, antara lain; : Anu Sirwan, Hendrikus Wisnugroho, Bonny Sidharta, Kartika Jahja, Bonita Adi, Aryo Adhianto, Hayunadji Markam, Cliff Sumeisey, Dadang Pranoto, Iman Fattah, Damon Koeswoyo, dan banyak lagi. Tiap musisi ini menyumbangkan keahliannya dalam mewujudkan visi Adrian di mana penggunaan instrumen dan nada tradisional maupun barat dilakukan tanpa menggantungkan pada “pakem” yang ada. Hasilnya adalah kreativitas mereka menginterpretasikan ide Adrian dengan suara/keahlian yang mereka miliki. Keahlian mereka membungkus rangka gitar resonator khas Adrian yang masih berlandaskan delta-­‐blues namun juga bereksplorasi, mewakili gagasan lagunya. Adrian akhirnya dapat menuangkan rasa penasarannya akan arti blues sebenarnya dalam bentuk eksperimental dan di luar dari konvensi-­‐konvensi blues umum. Seperti yand dimaksudkan, ia bukan ingin memainkan musik blues yang liriknya berbahasa Indonesia, namun ia ingin membuat musik blues-­‐
Indonesia. Blues dalam konteks Indonesia. Dengan segala idiom-­‐idiomnya dilukiskan dalam setting dan bahasa Indonesia. Ini karena blues adalah perasaan mendasar yang dimiliki hampir seluruh umat manusia. Siapapun mereka, di mana pun mereka berada, apapun keadaan mereka sebagai manusia. Tidak terbatas pada tradisi, pola, bahkan budaya tertentu. Inilah blues dalam pragmatika-­‐esensinya. Didekonstruksi dalam suguhan audio dan kemasan fisik yang introspektif. Selamat menikmati. Find more about Adrian on the Internet: Search his name on Google, Facebook, YouTube Contact Adrian at 0823 1099 8407 International Correspondence, please contact: Shannon Smith at +62 811 88 1244 Follow Adrian at @MySeedsRecords Look out for the first single: “Lidah Api Menari” to be released soon! ©MySeeds Records 2013 
Download