9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Motivasi

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Motivasi
Menjadi seorang entrepreneur sering dipandang sebagai pilihan karir yang
menantang, dimana seseorang menghadapi kehidupan sehari – hari dalam situasi
kerja yang penuh dengan rintangan kerja, kegagalan, ketidakpastian, dan frustasi
yang dihubungkan dengan proses pembentukan usaha yang dilakukan. Gilad dan
Levine (Gilad dan Levine dalam Widhari dan Suarta, 2012: 55) mengemukakan dua
teori berkenaan tentang dorongan untuk berwirausaha,”push” theory dan “pull”
theory. Menurut push theory, setiap individu didorong untuk menjadi wirusahawan
oleh faktor-faktor eksternal yang bersifat negatif, seperti ketidakpuasan kerja,
kesulitan mendapatkan pekerjaan (bekerja pada orang lain), gaji yang tidak memadai,
atau jadwal kerja yang tidak fleksibel. Sebaliknya pull theory berargumentasi bahwa
orang tertarik untuk menjadi wirausahawan karena hasratakan kemandirian,
kebebasan, aktualisasi diri, keberhasilan, kekayaan, atau hal lainnya yang cenderung
bersifat positif.
Mc.Donald, dalam Sardiman (2009:73), mengatakan motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Sedangkan menurut
Pasaribu dan Simanjuntak (dalam Basrowi, 2011: 65) motivasi berasal dari kata
motif yang berarti suatu keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu
untuk melaksanakan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi terdiri
dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu hal dan keadaan yang
datang dari dalam diri dan merupakan pendorong untuk melakukan kegiatan,
sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu
dan merupakan pengaruh dari orang tua atau lingkungan.
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow (Robbins dan Coulter,
2014), Ia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi
atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di
tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi. Terdapat lima tingkat kebutuhan
dasar, yaitu :
9
10
Sumber : Google.com
Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan menurut maslow
(1) Kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan paling dasar yakni kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen. (2) Setelah
kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang disebut
Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan
rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan,
perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme,
penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam (3) Jika kebutuhan
fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan
akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini
meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan,
kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan
untuk memberi dan menerima cinta (4) Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki
tercukupi, manusia akan bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan.
Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai
kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.
Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan
akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi,
martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri
termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan
kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah
siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan
11
Maslow. (5) Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri.
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan,
tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow
melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh
kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Kebutuhan
manusia menurut teori Maslow dapat dipilih menjadi dua kelompok kebutuhan, yaitu
kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer meliputi kebutuhan
dasar (fisiologis), dan kebutuhan akan rasa aman. Sedangkan kebutuhan sekunder
meliputi kebutuhan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan
aktualisasi diri.
Teori motivasi juga dikembangkan oleh Mc Clelland (Robbins dan Coulter,
2014). Dalam teori ini, banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui motivasi
memenuhi kebutuhan manusia dalam berprestasi. Kebutuhan untuk berprestasi ini
ada karena orang-orang memiliki dorongan kuat untuk berhasil. Mereka lebih
mengejar prestasi pribadi ketimbang imbalan terhadap keberhasilannya. Mereka
bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien dibandingkan
sebelumnya.
Mc Clelland menemukan bahwa mereka dengan dorongan prestasi yang
tinggi berbeda dari orang lain dalam keinginan kuat mereka untuk melakukan hal-hal
dengan lebih baik. Mereka mencari kesempatan-kesempatan dimana mereka
memiliki tanggung jawab pribadi dalam menemukan jawaban-jawaban terhadap
masalah. Mereka yang memiliki kebutuhan berprestasi lebih suka pekerjaanpekerjaan yang dimana mereka memiliki tanggung jawab pribadi, akan memperoleh
balikan dan tugas pekerjaannya memiliki resiko yang sedang. Dalam penelitiannya,
Mc Clelland menemukan bahwa mereka yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi
paling tinggi adalah para wirausahawan yang berhasil. Sebaliknya ia tidak
menemukan adanya manajer dengan kebutuhan prestasi yang tinggi.
Kebutuhan untuk berkuasa juga merupakan kebutuhan dari teori Mc Clelland,
kebutuhan berkuasa adalah adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang
lain, untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang
lain. Orang yang ingin kekuasaannya besar adalah mereka yang suka untuk menjadi
pemimpin.
Kebutuhan untuk berafiliasi adalah trori ketiga milik Mc Clelland,
kebutuhan ini yang paling sedikit mendapat perhatian untuk diteliti. Orang dengan
kebutuhan berafiliasi yang tinggi adalah orang yang berusaha mendapat
12
persahabatan.
Mereka ingin disukai orang lain dan menghindari konflik.
Berdasarkan semua teori tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah semua
kekuatan yang memberi energi, daya, arah, dan dorongan untuk melakukan atau
tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan, baik pemenuhan
kebutuhan atau pencapaian kepuasan.
Atkinson (2006:142) mengusulkan ada tiga macam dorongan mendasar
dalam diri orang yang termotivasi :
1. Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), adalah dorongan
dalam diri seseorang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan
dalam mencapai tujuan. Entrepreneur yang berorientasi dan bekerja keras
apabila mereka memandang bahwa mereka akan memperoleh kebanggaan
pribadi atas upaya mereka, apabila hanya terdapat sedikit resiko gagal,
dan apabila mereka mendapat balikan spesifik tentang prestasi diwaktu
lalu.
2. Kebutuhan kekuatan (need for power), dorongan untuk mempengaruhi
orang-orang dan mengubah situasi. Orang-orang yang bermotivasi
kekuasaan ingin menimbulkan dampak dan mau memikul resiko untuk
melakukan hal itu.
3. Kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation), dorongan untuk
berhubungan dengan orang-orang atas dasar social. Orang-orang yang
bermotivasi afiliasi bekerja lebih baik apabila mereka dipuji karena sikap
dan kerja sama mereka yang menyenangkan.
Keseimbangan antara ketiga dorongan ini bervariasi dari orang yang satu ke
orang yang lain. Misalnya, seseorang mungkin mempunyai kebutuhan untuk
berafiliasi yang kuat, sementara orang lain mempunyai kebutuhan berprestasi yang
kuat. Selain ketiga dorongan itu, motivasi seorang individu juga sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada
faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri;
(c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi
kerja yang dihasilkan.
2.1.2 Psikologi
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang
mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Para
praktisi dalam bidang psikologi disebut para psikolog. Para psikolog berusaha
13
mempelajari peran fungsi mental dalam perilaku individu maupun kelompok, selain
juga mempelajari tentang proses fisiologis dan neurobiologis yang mendasari
perilaku.Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan
panjang. Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Psikologi
memiliki akar dari bidang ilmu filosofi yang diprakarsai sejak zaman Aristoteles
sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles
memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala - gejala kehidupan.
Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap - tiap makhluk hidup
mempunyai jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan
perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua
Amerika.
Pada Metode Psikologi Perkembangan memiliki 2 metode, yaitu metode
umum dan metode khusus. pada metode umum ini pendekatan yang dipakai dengan
pendekatan longitudinal, transversal, dan lintas budaya. Dari pendekatan ini terlihat
adanya data yang diperoleh secara keseluruhan perkembangan atau hanya beberapa
aspek saja dan bisa juga melihat dengan berbagai faktor dari bawaan dan lingkungan
khususnya kebudayaan. Sedangkan pada metode khusus merupakan suatu metode
yang akan diselidiki dengan suatu proses alat atau perhitungan yang cermat dan pasti.
Dalam pendekatan ini dapat digunakan dengan pendekatan eksperimen dan
pengamatan. Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
•
Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa
tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan
yang bersifat deskriptif.
•
Memprediksikan, yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa,
bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa
prognosa, prediksi atau estimasi.
•
Pengendalian, yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang
diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau
pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan
ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan
anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi
diantaranya adalah:
14
1. Psikologi perkembangan
adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan
faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut
usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena
sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial.
Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan
individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut
2. Psikologi sosial
Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :
•
studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya :
studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat).
•
studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap
sosial, perilaku meniru dan lain-lain.
•
studi
tentang
interaksi
kelompok,
misalnya
kepemimpinan,
komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, dan
persaingan.
3. Psikologi kepribadian
adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan
erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian
adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana
cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
4. Psikologi kognitif
adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti:
Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan
emosi.
2.1.3 Kewirausahaan (Entreprenuer)
Entrepreneur adalah seorang pelopor bisnis baru atau seorang manajer yang
mencoba untuk memperbaiki suatu unit organisasi dengan mempreakarsai perubahan
produk. Menurut J.B Say (1816) Wirausaha adalah seseorang yang mampu
memindahkan atau mengkonversikan sumber-sumber daya ekonomis dari tingkat
produktivitas rendah ketingkat produktivitas yang lebih tinggi. Pendapat lain dari
15
Suryana mendefinisikan wirausaha adalah seseorang yang memiliki karakteristik
percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko yang wajar,
kepemimpinan yang lugas, kreatif menghasilkan inovasi, serta berorientasi pada
masa depan.
Menurut Schumpeter (1934) wirausahawan adalah seorang inovator yang
mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasikombinasi baru. Kombinasi tersebut bisa dalam bentuk memperkenalkan produk
baru atau dengan kualitas baru, memperkenalkan metode atau cara produksi baru,
membuka pasar yang baru, memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau
komponen baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan
konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan
kombinasi sumber daya. Oleh karena itu enterprenuership berkaitan dengan
penemuan, pendayagunaan peluang-peluang yang menguntungkan. Dengan kata lain
fungsi spesifik dari entrepreneur adalah inovasi. Inovasi berarti cara atau metode
baru yang tidak pernah ditemukan. Melalui inovasi, para entrepreneur akan terus
melakukan ekspansi memperluas daerah pemasaran, menambah jumlah pelanggan,
dan meningkatkan penjualan dan laba.
Kewirausahaan mempunyai beberapa manfaat sosial, yaitu kewirausahaan
dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produktivitas, menciptakan
teknologi, produk, dan jasa baru, serta mengubah dan meremajakan persaingan pasar.
Menurut Suryana (2009 : 3) jiwa kewirausahaan adalah orang yang memiliki
cirri-ciri sebagai berikut :
1. Penuh percaya diri, yaitu penuh keyakinan, optimis, berkomitmen,
disiplin dan bertanggungjawab.
2. Memiliki inisiatif, yaitu penuh energi, cekatan dalam bertindak dan
aktif.
3. Memiliki motif berprestasi terdiri atas orientasi pada hasil dan
wawasan kedepan.
4. Memiliki jiwa kepemimpinan adalah berani tampil beda, dapat
dipercaya dan tangguh dalam bertindak.
5. Berani mengambil resiko dengan penuh pertimbangan.
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha yaitu :
1. Tahap memulai, tahap dimana seseorang yang berniat untuk melakuan
usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan
16
melihat peluang usaha baru yang memungkin untuk membuka usaha
baru.
2. Tahap melaksanakan usaha, tahap ini seorang entrepreneur mengelola
berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencangkup aspek-aspek :
pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi
bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan
melakukan evaluasi.
3. Mempertahankan usaha, tahap dimana entrepreneur berdasarkan hasil
yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
4. Mengembangkan usaha, tahap dimana jika hasil yang diperoleh positif,
mengalami perkembangan, dan dapat bertahan maka perluasan usaha
menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Dalam berwirausaha, entrepreneur perlu memiliki kompetensi seperti halnya
profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini mendukung kearah kesuksesan. Triton
(2007) mengemukakan 10 kompetensi yang harus dimiliki entrepreneur dalam
menjalankan usahanya, yaitu :
1. Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan.
Dengan kata lain, seorang entrepreneur harus mengetahui segala sesuatu
yang ada hubunganya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.
2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar
pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan
mengendalikan
perusahaan,
termasuk
dapat
memperhitungkan,
memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan
usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses
dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.
3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap
usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang,
industriawan, pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh dan tidak
setengah hati.
4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak
hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati
merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu harus cukup
waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.
17
5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan untuk
mengelola keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan
menggunakanya secara tepat, dan mengendalikanya secara akurat.
6. Managing time efficiently, yaitu mengatur waktu seefisien mungkin.
Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai kebutuhanya.
7. Managing
people,
yaitu
kemampuan
merencanakan,
mengatur,
mengarahkan atau memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam
menjalankan usahanya.
8. Statisfying customer by providing hight quality product, yaitu
memberkepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan
jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.
9. Knowing method to compete, yaitu mengetahui strategi atau cara bersaing.
Wirausaha harus dapat mengungkapkan kekuatan (Strength), kelemahan
(weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan
pesaing.
10. Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan yang
jelas tersurat, bukan tersirat.
Wirausaha merupakan pilihan yang tepat bagi individu yang tertantang untuk
menciptakan kerja, bukan mencari kerja. Memperhatikan kondisi sekarang,
pembekalan dan penanaman jiwa entrepreneur pada mahasiswa dapat memotivasi
mahasiswa untuk melakukan kegiatan wirausaha. Pengalaman yang diperoleh di
bangku kuliah khususnya melalui mata kuliah kewirausahaan diharapkan dapat
dilanjutkan setelah lulus, sehingga munculah entrepreneur baru yang berhasil
menciptakan kerja, sekaligus menyerap tenaga kerja.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang dalam berwirausaha
Menurut peneliti terdahulu yang dijalankan oleh Tama (2010) dan menurut
dan menurut jurnal Zhang & Bruning (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi
minat mahasiswa untuk menjadi entrepreneur yaitu : variabel keberhasilan diri
dalam berwirausaha, variabel toleransi akan resiko, variabel keinginan merasakan
pekerjaan bebas dan varabellocus of control .
2.1.5 Keberhasilan diri dari berwirausaha
Keberhasilan diri sebagai seorang entrepreneurdi sini, yaitu kemungkinan
dari mendapatkan kesempatan- kesempatan yang diinginkan dan keuntungan
18
pekerjaan atas pekerjaan yang telah dilakukan. Lingkungan yang dinamis
menyebabkan seorang entrepreneur menghadapi keharusan untuk menyesuaikan dan
mengembangkan diri agar keberhasilan dapat dicapai. Seorang entrepreneur bukan
saja mengikuti perubahan yang terjadi dalam dunia usaha tapi perlu berubah
seseringkali dan dengan cepat memiliki pemikiran yang inovatif dan berorientasi
pada masa depan.
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Tama (2010), indikator
yang
mempengaruhi keberhasilan diri dalam berwirausaha yaitu :
1. Semangat dalam bekerja
Yaitu sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplin dan rasa
tanggugjawab terhadap kegiatannya.
2. Orientasi pada tujuan
Yaitu, pandangan yg mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan pada
tujuan.
3. Optimis
yaitu orang yang selalu berpengharapan (berpandagan) baik dalam
menghadap segala hal atau persoalan.
4. Tekun
Yaitu sikap rajin dan bersungguh-sungguh.
5. Kompeten
Yaitu, berwenang untuk mengambil keputusan, berkuasa, berhak untuk
memutuskan sesuatu; berkepentingan.
2.1.6 Toleransi akan resiko
Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di
awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung
risiko. Pengambilan keputusan pelaku bisnis atau seorang entrepreneur sebaiknya
mempertimbangkan tingkat toleransi akan adanya resiko. Seorang entrepreneur
dapat dikatakan risk averse (menghindari resiko) dimana mereka hanya mau
mengambil peluang tanpa resiko, dan seorang entrepreneur dikatakan risk lover
(menyukai resiko) dimana mereka mengambil peluang dengan tingkat resiko yang
tinggi. Kegiatan akan selalu memiliki tingkat resiko yang berbanding lurus dengan
tingkat pengembalianya. Apabila anda menginginkan pengembalian atau hasil yang
tinggi, anda juga harus menerima tingginya tingkat resiko. Setiap individu memiliki
19
tingkat toleransi yang berbeda – beda terhadap resiko, ada yang senang dengan
resiko dengan tingkat pengembalian yang diinginkan dan ada yang takut akan resiko
Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan
dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil (Meredith dalam
Basrowi 2011: 27). Sikap seorang wirausaha atas risiko ini erat kaitannya dengan
kapabilitas yang tergantung pada sifat dinamis dan progresifnya (Sofyan dalam
Rismayani, 2009: 4).
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Tama (2010), indikator
yang
mempengaruhi toleransi akan resiko dapat diukur dengan menggunakan indicator :
1. Kolektif
Yaitu, sikap berhati-hati atau berpikir panjang dalam menghadapi resiko atau
secara berkelompok, secara gabungan (bersama-sama).
2. Tanggungjawab
Yaitu, suatu pengertian dasar untuk memahami manusia sebagai makhluk
susila, dan tinggi rendahnya akhlak yang dimilikinya
3. Menyukai tantangan
Yaitu, sikap menyukai adanya tantangan-tantanga baru.
4. Sabar
Yaitu, sikap menahan diri terhadap emosional diri seseorang
5. Kontrol diri
yaitu, suatu pengertian dasar untuk memahami manusia sebagai makhluk
susila, dan tinggi rendahnya akhlak yang dimilikinya.
2.1.7 Keinginan merasakan kebebasan dalam bekerja
Seorang wirausaha senang kemandirian dan kebebasan dalam bekerja.
Kebebasan dalam hal ini berarti bebas dari pengawasan dan aturan birokrasi
organisasi (Basrowi, 2011: 25). Mengutamakan kebebasan dalam bekerja adalah
salah satu karakteristik wirausahawan, dimana mereka sangat mementingkan
kepuasan pribadi dalam bekerja, seperti dapat mengatur usaha secara fleksibel dan
membentuk struktur organisasi sesuai dengan keinginan (Rye dalam Saiman, 2009:
49).
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Tama (2010), indikator
mempengaruhi kebebasan dalam bekerja dapat diukur dengan Indikator :
1. Tidak suka diatur
Yaitu, sikap tidak mau diatur.
yang
20
2. Suka mengambil inisiatif
Yaitu, sebuah ungkapan yang artinya Membuat terobosan atau langkah
pertama dalam mengupayakan suatu hal.
3. Keras kepala
Yaitu, tidak mau menurut nasihat orang; kepala batu.
4. Kebebasan pribadi
Yaitu, rasa bebas dalam mengerjakan segala sesuatu tidak adanya pengaruh
pada individu berdaulat oleh pemerintah atau masyarakat.
5. Bersifat intuisi
Yaitu, istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran
rasional dan intelektualitas.
2.1.8 Locus Of Control
Konsep locus of control pertama kali dikembangkan pada tahun 1966 oleh
Rotter. Menurut Rotter dalam Friedman dan Schustack (2006), locus of control
mengacu pada kemampuan individu dalam menghubungkan peristiwa-peristiwa
dalam kehidupan pribadinya kepada faktor-faktor eksternal atau terhadap deposisi
dirinya sendiri. Singkatan, locus of control mengacu pada derajat keyakinan
seseorang mengenai kemampuan dirinya dalam mengatur dan mempengaruhi
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup.
Rotter (dalam Ghufron dan Risnawati,2010) membagi locus of control
menjadi dua kontinium, yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal.
Rotter ( dalam Friedman dan Schustack 2006) menjelaskan bahwa locus of control
bersifat kontinum atau tidak statis. Individu yang memiliki locus of control eksternal
bias berubah menjadi individu yang berorientasi internal, begitu juga sebaliknya. Hal
tersebut dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tertentu, misalnya lingkungan dimana
individu itu tinggal dan beraktifitas.
Rotter (dalam Ghufron dan Risnawati,2010) memaparkan perbedaan
karakteristik antara individu yang memiliki locus of control internal dan locus of
control eksternal sebagai berikut :
21
Tabel 2.1 Perbandingan karakteristik Locus of control
Internal
Eksternal
Suka kerja keras
Memiliki kepercayaan bahwa antara
usaha dan keberhasilan tidak terlalu
berkorelasi
Memiliki inisiatif
Kurang memiliki inisiatif
Selalu berusaha menemukan pemecah
Merasa bahwa control berasal luar
dirinya, sehingga kurang mau berusaha
Memikirkan apa yang akan dilakukan di Kurang memikirkan aktivitas yang akan
waktu mendatang
dilakuakan di masa mendatang
Mempunyai persepsi bahwa keberhasilan Mempunyai
persepsi
bahwa
nasib,
berasal dari usaha yang dilakukan oleh kesempatan, keberuntungan, dan orang
diri sendiri
lain yang menentukan keberhasilan
Sumber : Ghufron dan Risnawati (2010:68)
Spector dalam W.K Lau (2012) memaparkan dua dimensi dari locus of
control yang menjadi dimensi pada penelitian ini meliputi :
1. Internal adalah suatu ketidakyakinan karena adanya faktor pendukung dari
dalam diri individu meliputi perilaku dan usaha.
2. Eksternal adalah suatu ketidakyakinan karena adanya faktor pendukung dari
luar diri individu meliputi keadaan sekitar, pekerjaan yang diterima, keadaan
sekitar dan nasib.
2.1.9 Minat Berwirausaha
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atauaktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akansuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat
ataudekat hubungan tersebut, maka semakin besar minatnya (Djaali, 2008).
Jikaseseorang telah melaksanakan kesungguhannya kepada suatu objek maka minat
ini
akan
menuntun
seseorang
untuk
memperhatikan
lebih
rinci
dan
mempunyaikeinginan untuk ikut atau memiliki objek tersebut.
Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang mendorongnya
untukmemperoleh sesuatu atau untuk mencapai suatu tujuan, sehingga minat
mengandungunsur keinginan untuk mengetahui dan mempelajari dari sesuatu yang
22
diinginkannya itu sebagai kebutuhannya. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang
terjadi apabilaseseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengankeinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Oleh sebab itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan
minatnya sejauh apa yang dilihatitu mempunyai hubungan dengan kepentinganya
sendiri. Minat merupakan suatukeinginan yang cenderung menetap pada diri
seseorang untuk mengarahkan pada suatu pilihan tertentu sebagai kebutuhannya,
kemudian dilanjutkan untuk diwujudkandalam tindakan nyata dengan adanya
perhatian pada objek yang diinginkannya ituuntuk mencari informasi sebagai
wawasan bagi dirinya.
Mahasiswa akan mempunyai dorongan yang kuat untuk berwirausaha
apabilamenaruh minat yang besar terhadap kegiatan wirausaha. Dengan adanya
minat akanmendorong mahasiswa untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, karena
di dalam minatterkandung unsur motivasi atau dorongan yang menyebabkan
mahasiswa melakukanaktivitas sesuai dengan tujuan. Kuatnya dorongan bagi diri
seseorang dapat berubah- ubah sewaktu-waktu. Perubahan tersebut terjadi karena
kepuasan kebutuhan yakniseseorang telah mencapai kepuasan atas kebutuhannya.
Dengan demikian dorongankuat untuk melakukan kegiatan berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan. Apabila kebutuhan terpenuhi, maka akan timbul kepuasan,
sedangkan kepuasan itu sendirisifatnya menyenangkan. Hal ini berarti bahwa
dorongan untuk berhubungan lebihaktif dengan obyek yang menarik ini disertai
dengan perasaan senang.
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Tama (2010), indikator
yang
mempengaruhi minat berwirausaha dapat diukur dengan Indikator :
1. Percaya diri
Yaitu, merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka
sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan
mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat
menerimanya.
2. Inovatif dan kreatif
Yaitu, Kemampuan seseorang dalam mendayagunakan kemampuan dan
keahlian untuk menghasilkan karya baru.
23
3. Memiliki jiwa kepemimpinan
Yaitu, proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
4. Efektif
Yaitu, Bisa mencapai tujuan yang maksimal dari yang diharapkan (efektif),
Hemat biaya tenaga dan waktu, mendapatkan hasil maksimal tanpa
mengeluarkan banyak (efisien).
5. Berorientasi pada masa depan
Yaitu, kemampuan untuk membaca situasi pasar yang akan datang.
24
2.2
Kerangka Pemikiran
Berikut gambar kerangka pemikiran :
Keberhasilan Diri (X1)
-
Semangat Bekerja
Orientasi pada Tujuan
Optimis
Tekun
Kompeten
Toleransi Akan Resiko (X2)
-
Kolektif
Tanggung Jawab
Menyukai Tantangan
Sabar
Kontrol Diri
Kebebasan Dalam Bekerja
(X3)
-
Tidak suka diatur
Suka
mengambil
inisiatif
Keras Kepala
Kebebasan Pribadi
Bersifat Intuisi
Locus OF Control (X4)
-
Internal
External
Gambar 2.2 Kerangka Hipotesis
Keinginan menjadi
Entrepreneur(Y)
-
Percaya diri
Inovatif dan kreatif
Memiliki juwa
kepemimpinan
Efektif
Berorientasi pada
masa depan
25
2.3
Rancangan Uji Hipotesis
Untuk memberikan arah bagi penelitian ini maka diajukan suatu hipotesis.
Hipotesis adalah suatu pernyataan atau dugaan yang masih lemah kebenaranya dan
perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya semantara. Adapun hipotesis yang dapat
diajukan dari kerangka pikiran teoritis tersebut adalah sebagai berikut :
Untuk Tujuan 1
Ho : Keberhasilan diri dalam berwirausaha tidak memiliki pengaruh yang signifikan
.
terhadap minat mahasiswa dalam berwirausaha.
H1 : Keberhasilan diri dalam berwirausaha memiliki pengaruh yang signifikan
……..terhadap minat mahasiswa dalam berwirausaha.
Untuk Tujuan 2
Ho : Toleransi akan resiko tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat
…….mahasiswa dalam berwirausaha.
H1 : Toleransi akan resiko memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat
……..mahasiswa dalam berwirausaha.
Untuk Tujuan 3
Ho : Keinginan merasakan kebebasan dalam bekerja tidak memiliki pengaruh yang
……signifikan terhadap minat mahasiswa dalam berwirausaha.
H1 : Keinginan merasakan kebebasan dalam bekerja memiliki pengaruh yang
……..signifikan terhadap minat mahasiswa dalam berwirausaha.
Untuk Tujuan 4
Ho : Locus of control tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat
……..mahasiswa dalam berwirausaha.
H1 : Locus of control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa
…….dalam berwirausaha.
Untuk Tujuan 5
Ho : Varibel keberhasilan diri, motivasi toleransi akan resiko, motivasi kebebasan
……..dalam bekerja dan motivasi locus of control secara simultan tidak memiliki
……..pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa dalam berwirausaha.
H1 : Varibel keberhasilan diri, motivasi toleransi akan resiko, motivasi kebebasan
……..dalam bekerja dan motivasi locus of control secara simultan memillih
……..pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa dalam berwirausaha.
26
Download