Unduh file PDF ini

advertisement
Analisis Pola Pita Protein Albumin .......................................................Abdur Rokhim A.
ANALISIS POLA PITA PROTEIN ALBUMIN DARAH
SAPI PASUNDAN DI VILLAGE BREEDING CENTER KECAMATAN TERISI
KABUPATEN INDRAMAYU
ANALYSIS BAND PATTERN BLOOD ALBUMIN PROTEIN
OF PASUNDAN CATTLE IN VILLAGE BREEDING CENTER
SUBDISTRICT TERISI INDRAMAYU REGENCY
Abdur Rokhim Amin*, Dudung Muliadi N.** dan Nena Hilmia**
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
*Alumni Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran Tahun 2015
**Staff Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Informasi mengenai marka genetik sapi Pasundan yang merupakan sapi lokal
Jawa Barat masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pita protein
albumin darah sapi Pasundan di Village Breeding Center kecamatan Terisi kabupaten
Indramayu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, penentuan tempat penelitian
ditentukan secara purposive sampling, pengambilan sampel darah dilakukan secara acak
sederhana dan data dianalisis secara deskriptif . Penentuan pola pita protein albumin
menggunakan Bovine Serum Albumin (BSA) yang dideteksi dengan metode
elektroforesis vertikal polyacrilamide gel electrophoresis (PAGE). Hasil penelitian
menunjukan terdapat 3 lokus pita albumin pada sapi Pasundan (polimorfik), yaitu Alb A,
Alb B, dan Alb C, dengan migrasi masing-masing sebesar 15 mm, 17 mm dan 21 mm .
Persentase genotip heterezigot tertinggi BC sebesar 70%, genotip homozigot AA 20%
dan BB 10%.
Kata Kunci: Pola Protein Albumin, Sapi Pasundan.
Analisis Pola Pita Protein Albumin .......................................................Abdur Rokhim A.
ABSTRACT
The genetic marker information of Pasundan cattle as the local cattle in West Java
is limited. This study was held to find out blood albumin protein band pattern of Pasundan
cattle in village breeding center subdistrict Terisi Indramayu regency. This research used
the descriptive method, the area was choosen by purposive sampling, and the sample was
choosen by simple random sampling design. The data was analized using descriptive
statistical. Albumin protein band pattern was identified by polyacrilamide gel
electrophoreses (PAGE). The result showed albumin band pattern of Pasundan cattle
controlled by 3 albumin locus were Alb A Alb B , and Alb C , with 15 mm, 17 mm and 21
mm migration respectively. The percentation of heterezygot genotype BC (70%) was
higher than homozygote genotype AA (20%) and BB (10%).
Keyword: Albumin Protein Pattern, Pasundan Cattle.
PENDAHULUAN
Sapi Pasundan merupakan sapi lokal di Jawa Barat yang diresmikan pada tahun
2014 oleh Menteri pertanian (mentan), sebagai rumpun baru berdasarkan SK Nomor
1051/kpts/SR.120/10/2014. Sapi Pasundan secara historik lebih dikenal dengan sebutan
sapi kacang atau sapi kacangan, sapi pekidulan, sapi rancah dan nama lokal lainnya.
Sebaran sapi Pasundan salah satunya terdapat di wilayah buffer zone hutan priangan utara
Jawa Barat terutama di Kabupaten Indramayu yaitu di Kecamatan Gantar dan Kecamatan
Terisi yang merupakan Village Breeding Center (VBC) yaitu pusat pengembangan bibit
di pedesaan. Wilayah ini diketahui memiliki kondisi temperatur lingkungan yang tinggi,
dan pada saat musim kemarau penyedian pakan hijauan sangat terbatas.
Menurut Indrijani dkk, (2013) menyatakan bahwa diantara keunggulan dari sapi
lokal, yaitu mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar, seperti terhadap pengaruh
iklim (cekaman), lebih tahan terhadap penyakit di wilayah tropis seperti caplak, dan
parasit cacing. Pemeliharaan secara ekstensif atau semi intensif yang hanya seadanya
memanfaatkan pakan di sekitar wilayahnya dan penyesuaian dengan lingkungan tersebut
menyebabkan performan dari sapi Pasundan secara eksterior kecil. Keadaan fenotipe
Analisis Pola Pita Protein Albumin .......................................................Abdur Rokhim A.
tersebut menjadikan sapi ini mudah untuk dipelihara oleh peternak dan memberikan
manfaat bagi masyarakat karena tidak memerlukan input yang besar khususnya pakan
dan pemeliharaannya yang mudah.
Sebagai langkah awal dalam pengelolaan sapi Pasundan maka diperlukan upaya
identifikasi karakter genetik sapi Pasundan terutama di wilayah sebaran utama geografis,
salah satunya di Kabupaten Indramayu yaitu di Kecamatan Gantar dan Terisi. Identifikasi
keragaman genetik dapat dilihat salah satunya melalui karakter alel dari lokus tertentu
yang merupakan ekspresi dari gen, atau melalui identifikasi pola pita protein. Kajian
untuk mendeskripsikan keberadaan suatu ternak secara interior pada suatu wilayah, salah
satunya dengan mengetahui pita-pita protein albumin darah.
Dalam menganilisis keadaan suatu populasi Johari, dkk (2009) menyatakan
besarnya penyimpangan sifat atau keragaman genetik yang terjadi dapat dihitung melalui
analisis protein darah. Protein albumin darah merupakan protein yang selalu diproduksi
dalam tubuh oleh sel darah sebagai fungsi menjaga tekanan osmotik tubuh, sistem
transport nutrien, dan selalu ada pada semua individu (hewan dan manusia), sehingga
keberadaannya selalu stabil dalam kondisi lingkungan apapun. Berdasarkan hal tersebut,
protein albumin darah layak dijadikan sebagai marker keberadaan individu pada populasi
secara genetis. Sampai saat ini belum ada informasi mengenai sebaran pola pita protein
albumin darah dari sapi pasundan.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan 10 ekor sampel darah sapi Pasundan. Bahan yang
digunakan untuk pengambilan sampel darah, isolasi albumin dan elekroforesis yaitu spuit
10 ml, N2 cair, alkohol 70 %, tabung reaksi, tabung heparin. alat sentrifugasi untuk
Analisis Pola Pita Protein Albumin .......................................................Abdur Rokhim A.
mendapatkan serum, aquabides, natrium sulfat 11,25 %, natrium sulfat 30 %, natrium
sulfat 22,5 % dan bahan polyacrilamid gel electrophoresis (PAGE).
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan penentuan
tempat penelitian ditentukan secara purposive sampling, pengambilan sampel darah
dilakukan
secara
acak.
1051/kpts/SR.120/10/2014
Penentuan
sampel
tentang penetapan
sapi
rumpun
berdasarkan
sapi
SK
Pasundan.
No.
Teknik
pengambilan darah dilakukan pada pembuluh balik bagian ekor atau vena coccygea
sebanyak 5-10 ml kemudian dilakukan sentrifugasi untuk mendapatkan serum darah.
Penetapan albumin darah menggunakan metode fenol-ciocalteu menurut Girindra
(1989) untuk mendapatkan bovine serum albumin (BSA). Pola pita protein albumin darah
sapi Pasundan dideteksi dengan metode elektroforesisi system vertikal (PAGE) menurut
Harris (1994).
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati adalah pola pita protein albumin darah hasil dari
elektroforesis sisitem vertikal (PAGE). Pada penelitian ini dilakukan pengamatan
terhadap lokus protein albumin darah. Penentuan lokus pita protein hasil elektroforesis
adalah berdasarkan pada beberapa laporan dari penelitian-penelitian sebelumnya (Astuti
1997, dalam, Arifin 2004; Astuti, 1998). Adanya perbedaan besar muatan dan kecepatan
gerak pada suatu medan listrik akan memberikan pita protein yang berbeda pula.
Pembacaan alel untuk masing-masing lokus didasarkan pada kecepatan mobilitas
relatif dari sampel (migrasi). Alel yang paling dekat dengan anoda (+) dinotasikan sebagai
Analisis Pola Pita Protein Albumin .......................................................Abdur Rokhim A.
alel A dan alel yang menjauhi anoda dan mendekati katoda (-) berturut-turut di notasikan
B, C, D dan seterusnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaman pola pita protein darah disebabkan oleh keragaman gen-gen yang
mengatur sifat-sifat yang diekspresikan oleh pita-pita protein, sedangkan banyak
kelompok keragaman bentuk protein darah menunjukan keragaman protein darah
(Tjahjaningsih, 1991). Kajian tentang biomolekuler diharapkan dapat menggali informasi
mengenai pola pita protein dari sapi Pasundan di Village Breeding Center (VBC) dengan
cara menganalisis hasil dari elektroforesis vertical. Menurut Wongsosupatio (1992)
menyatakan bahwa Elektroforesis dapat menentukan polimorfisme protein yang
didasarkan pada mobilitas molekul di dalam suatu medan listrik yang ditentukan oleh
ukuran, bentuk, besar muatan dan sifat kimia molekul. Hasil pola protein berupa band
atau pita yang dapat diukur jarak migrasinya. Jarak migrasi adalah letak pita protein
setelah dilakukan elektroforesis sistem vertikal sehingga dapat diketahui polimorfisme
protein.
Setiap molekul protein yang dikode oleh gen dengan gen berbeda akan
mempunyai berat molekul serta muatan yang berbeda sehingga mobilitas dari anoda
(kutub positif) ke arah katoda (kutub negatif) dalam gel elektroforesis juga berbeda.
Protein dengan berat molekul tinggi tetapi muatan positifnya banyak akan bergerak
lambat dan sebaiknya apabila berat molekulnya rendah tetapi muatan negatifnya sedikit
maka gerak atau mobilitasnya semakin cepat dan hal ini akan menghasilkan gambaran
susunan genotipe serta gen dari setiap individu sapi dalam suatu populasi (Maeda dkk,
1980 dalam Aminah, 2005).
Analisis Pola Pita Protein Albumin .......................................................Abdur Rokhim A.
Berikut ini merupakan pola pita protein albumin darah hasil dari elektrforesis
sistem vertikal dengan menggunakan Bovine Serum Albumin (BSA) dari sapi Pasundan
di desa Cikawung dusun Sukasari kecamatan Terisi kabupaten Indramayu Jawa Barat.
Gambar 1. Pola Pita Protein Albumin Sapi Pasundan Village Breeding Center Kecamatan Terisi
dengan Metode Elektroforesis Vertikal Polyacrilamide Gel Electrophoresis (PAGE)
Dari gambar diatas dapat terlihat ada 3 lokus dan 3 bentuk genotip protein albumin yang
dapat diilustrasikan oleh gambar dibawah ini :
Gambar 2. Ilustrasi Pola Pita Albumin Sapi Pasundan Berdasarkan Hasil Gambaran Polyacrilamid
Electrophoresis
Analisis Pola Pita Protein Albumin .......................................................Abdur Rokhim A.
Keterangan :
Penetapan lokus pita protein albumin darah pada sapi Pasundan berdasarkan jarak kemunculan
ukuran pita/band :
 Lokus A : berjarak 15 mm.
 Lokus B : berjarak 17 mm.
 Lokus C : berjarak 21 mm.
Tabel 1. Karakteristik Pola Pita Protein Albumin Sapi Pasundan
No.
Gen Lokus Protein Albumin Jarak migrasi Jumlah
kemunculan
Alb
mm
N
1.
AA
15/15
2
2.
BB
17/17
1
3.
BC
17/21
7
Jumlah
10
Hasil penelitian pada 10 sampel sapi Pasundan di VBC kecamatan Terisi,
menunjukkan 3 sebaran pita lokus albumin (Alb) yaitu alel A, alel B, dan alel C. Sebaran
lokus tersebut sejalan dengan sebaran genotipik alel albumin pada sapi Jawa oleh Johari,
dkk (2007) yang menunjukkan bahwa sapi Jawa memiliki 3 sebaran genotipik alel
albumin, yaitu Alb A, Alb B dan Alb C. Alel A memiliki karakteristik bergerak lambat
ke arah kutub negatif (katoda) dibandingkan dengan alel B, lebih lanjut alel C bergerak
lebih cepat dibandingkan dengan alel-alel albumin yang lain.
Berdasarkan gambar hasil elektroforesis protein albumin sapi Pasundan, tidak
berbeda yaitu posisi pita/band alel Alb A paling dekat dengan kutub positif (anoda),
diikuti pita/band alel Alb B berjarak tidak terlalu jauh dengan pita alel Alb A yang tepat
berada di bawahnya, dan pita alel Alb C mempuyai jarak yang paling jauh. Penentuan
genotip sapi Pasundan berdasarkan jarak migrasi dari anoda ke permukaan pita/band
lokus protein yang muncul dari setiap sampel.
Berdasarkan bentuk dan kecepatan migrasi molekul dari lokus pita gen Alb A
sebesar 15 milimeter, lokus pita gen Alb B sebesar 17 milimeter, dan lokus pita gen Alb
C sebesar 21 milimeter. Perbedaan-perbedaan jarak migrasi tersebut disebabkan oleh
Analisis Pola Pita Protein Albumin .......................................................Abdur Rokhim A.
ukuran/berat molekul protein tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Sumitro dkk. (1996)
bahwa pada saat elektroforesis berlangsung, protein (molekul) akan bergerak menuju
elektroda positif sampai pada jarak tertentu pada gel poliakrilamid yang tergantung pada
berat molekulnya. Semakin kecil berat molekulnya maka semakin jauh pula protein
bergerak atau mobilitasnya tinggi. Protein dengan berat molekul tinggi atau lebih besar,
sebaliknya akan bergerak pada jarak yang lebih pendek atau mobilitasnya rendah.
Adanya perbedaan tersebut menurut Plummer (1979) sebagai akibat adanya perbedaan
struktur primer protein karena disandikan oleh gen yang berbeda. Selain itu protein
merupakan produk langsung dari deret asam nukleotida suatu gen, sehingga adanya
perbedaan tersebut dapat diputuskan sebagai akibat perbedaan genotipik antar kultivar
yang diuji.
Persentase kemunculan bentuk pita heterezigot dari semua sampel didapatkan alel
heterezigot Alb BC (migrasi 17/21) sebesar 70% dan alel homozigot Alb AA (migrasi
15/15) 20%, dan Alb BB (migrasi 17/17) 10% (Tabel 1.). Hal ini menandakan bahwa
pola pita potein albumin dari sapi Pasundan di Village Breeding Center kecamatan Terisi
adalah polimorfik dengan ditemukannya 3 pola pita albumin, dan tipe genotip heterozigot
jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan genotip homozigot.
Analisis Pola Pita Protein Albumin .......................................................Abdur Rokhim A.
Sebagai pembanding dalam penelitian dapat dilihat pula pola pita protein albumin
sapi Jawa pada penelitian Aminah (2005) :
Sumber : (Aminah, 2005)
Gambar 3. Pola Pita Protein Albumin Darah dari Sapi Jawa (N = 30)
Berdasarkan penelitian Aminah (2005), pola protein albumin darah pada sapi Jawa
dengan menggunakan sampel 30 sapi didapatkan sebaran Alb BB 15 sapi, Alb BC 5 sapi,
AA 1 sapi, sisanya terdiri dari Alb AC (6 sapi), Alb AB (3 sapi). Gambaran dari pola pita
protein albumin antara sapi Pasundan dan sapi Jawa terdapat kemiripan pada sebaran alel
B lebih banyak dari sebaran alel lainnya di kedua sapi. Berdasarkan asal-usul genetiknya
menurut Sutopo dkk, (2001), sapi Jawa merupakan turunan dari Bos sondaicus yaitu sapi
Bali yang merupakan sapi asli Indonesia dan Bos indicus (Zebu) seperti sapi Ongole.
Berdasarkan Indrijani, dkk (2013) bahwa Sapi Pasundan ini mempunyai 2 tipe jenis yaitu
sapi Pasundan tipe bergumba/berpunuk dan non gumba/punuk. Hal ini diakibatkan dari
asal-ususl genetik dari sapi Pasundan berasal dari perkawinan antar bangsa sapi yang
berbeda (outbreeding) dari sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, dan sapi Peranakan Ongol
kemudian keturunannya terjadi inbreeding selama sepuluh keturunan sehingga
menghasilkan performa ukuran tubuh yang kecil.
Berdasarkan hal tersebut diatas,
terdapat kemiripan genetik antara sapi Jawa dengan sapi Pasundan.
Analisis Pola Pita Protein Albumin .......................................................Abdur Rokhim A.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Pola pita lokus protein albumin sapi Pasundan di VBC kecamatan Terisi adalah
polimorfik, terdiri dari lokus pita Alb A (15 mm), Alb B (17 mm), dan Alb C (21
mm).

Sebaran pola pita albumin darah pada sapi Pasundan dari 10 ekor sampel
didapatkan pola I AA (15-15 mm) dengan satu pita muncul pada 2 sapi, pola II
BB (17-17 mm) pada 1 sapi, dan pola III BC (17-21 mm) pada 7 sapi.
Saran
Sapi Pasundan merupakan rumpun baru sehingga perlu dilakukan penelitian lanjut
dengan jumlah sampel yang lebih banyak sebagai upaya inventarisasi sumber daya
genetik.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Siti. 2005. Keragaman Protein Darah (Albumin, Transferin, Ceruloplasmin, Dan
Post Transferrin) Sebagai Parameter Biogenetik Pada Sapi Jawa. Thesis.
Program Studi Magister Ilmu Peternakan Program Pasca Sarjana – Fakultas
Peternakan.UNDIP. Semarang.
Arifin, J. 2004. Analisis Pola Protein Globulin Darah Untuk Mengestimasi
Keseimbangan Hukum Hardy-Weinberg Populasi Domba Ekor Tipis(Javanese
Thin Tailed) Di Daerah Garut dan Banjarnegara. Tesis. Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
----------. 2009. Analisis Pola Protein Globulin Darah Untuk Mengestimasi
Keseimbangan Hukum Hardy-Weinberg Populasi Domba Ekor Tipis (Javanese
Thin Tailed) Di Daerah Banjarnegara. Jurnal ISTEK. Media Kajian Islam Dan
Teknologi. ISSN 1979-8911. vol III No.1-2 halaman 75-86. Juni 2009.
-----------,Indrijani,H., Anang, A. 2014. Kajian Penyusunan Roadmap Sapi Pasundan di
Jawa Barat. Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat dengan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.Bandung.
Analisis Pola Pita Protein Albumin .......................................................Abdur Rokhim A.
Astuti, M. 1997. Estimasi jarak genetik antar populasi kambing Kacang, kambing
Peranakan Etawah dan kambing Lokal berdasarkan polimorfisme protein darah.
Buletin Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 21 (1) : hal. 1-9.
Dinas
Peternakan Jawa Barat. 2014. Sapi Pasundan Resmi Bersertifikat.
http://disnak.jabarprov.go.id/index.php/subblog/read/2014/3264/SapiPasundan-Resmi-Bersertifikat/2524 (diakses 11 Februari 2015 jam 10.00 WIB)
Girindra, Aisyah. 1989. Biokimia Patologi. Bioteknologi, Pusat antar Universitas, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Harris, Harry. 1994. Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia. Edisi Ketiga. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. 495-498.
Hasan, Irsan., Tities A. I. 2008. Peran Albumin dalam Penatalaksanaan Sirosis Hati.
Divisi Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM-Jakarta. 3.
Indrijani, Heni., Arifin, Johar., Dudi., Islam, Romi Z., Putranto, Wendry S., dan Hilmia,
Nena. 2013. Mengenal Sapi Lokal Jawa Barat (Sapi Rancah). Dalam
Mendukung Program Swasambada Daging Sapi. Fakultas Peternakan,
Universiatas Padjadjaran. Bandung.
Plummer, D.T. 1979. An Introduction to Practical Biochemistry. New Delhi: Tata Mc
Graw Hill Publ. Co.
Johari S, E. Kurnianto, Sutopo, dan S. Aminah. 2007. Keragaman Protein Darah sebagai
Parameter Biogenetik pada Sapi Jawa. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro, Semarang.
Tjahjaningsih, D.P. 1991. Studi Karakteristik Fenotipe Ayam Kampung, Ayam Bangkok
dan Keturunan Pertamanya (F1) melalui Polimorfisme Protein Darah. Karya
Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Wongsosupantio, S. 1992. Elektroforesis Gel Protein. Bioteknologi, Pusat Antar
Universitas, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Download