6. Fitria

advertisement
Pertanggungjawaban, Pengelolaan, Keuangan Daerah
PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003
TENTANG KEUANGAN NEGARA
OLEH :
Fitria, S.H., M.H.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk:1. Untuk mengetahui Pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan daerah berdasarkan Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara. 2.Untuk mengetahui pengawasan terhadap pengelolaan keuangan
daerah. Pengaturan pengelolaan Keuangan Daerah merupakan bagian dari pengelolaan
Keuangan Negara, oleh karenya asas-asas, prinsip-prinsip, fungsi dan tujuan
pengelolaan Keuangan Daerah tidak dapat dilepaskan dari asas-asas, prinsip-prinsip,
fungsi dan tujuan dari pengelolaan Keuangan Negara. Kepala Daerah adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah. Kepala Daerah sebagai pemegang
kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah dapat melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaan kepada aparat yang ada dibawahnya.Pelimpahan kekuasaan tersebut
dimaksudkan jangan sampai terjadi kekuasaan menumpuk pada Kepala Daerah saja
yang mengakibatkan beban yang begitu berat pada Kepala daerah, dan yang lebih
penting dari itu adalah untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang dan
sewenang-wenang.Pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan Daerah oleh Kepala
Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003. Gubernur/Bupati/Walikota
menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD kepada DPRD berupa Laporan keuangan uyang telah diperiksa oleh badan
Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.Pengawasan atau kontrol yang dapat dilakukan oleh DPRD maupun organisasi
kemasyarakatan mulai dari perencanaan anggaran daerah (RAPBD) sampai
pelaksanaan anggaran. Dari tahapan perencanaan,pelaksanaan dan pengawasan
pengelolaan Keuangan Daerah, tahapan perencanaan tersebut mempunyai peran yang
sangat strategis karena dalam tahapan ini akan sangat menentukan dalam proses
pelaksanaan maupun pengawasan pengelolaan Keuangan Daerah. Hasil penelitian nanti
diharapkan jelasnya pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dan tegasanya
pengawasan terhadap pengelolaan daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 17
tahun 2003 tentang keuangan Negara.
Kata Kunci : Pertanggungjawaban, Pengelolaan, Keuangan Daerah.
I. Pendahuluan.
Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah
(Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005). Kepala Daerah sebagai pemegang
JMP Volume I Nomor I Juni 2014
83
kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah dapat melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaan kepada aparat yang ada dibawahnya, hal tersebut diatur dalam Pasal 156
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dinyatakan
sebagai berikut:
(1) Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah.
(2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Kepala Daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang
berupa
perencanaan,
pelaksaan,penatausahaan,
pelaporan
dan
pertanggungjawaban, serta pengawasan Keuangan Daerah kepada para
pejabat perangkat daerah.
(3) Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) di daerah pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang
memerintahkan, menguji dan yang menerima mengeluarkan uang.
Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD diatur dalam Pasal 31 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 jo. Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 jo.Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang menyatakan
bahwa:
Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa Laporan keuangan uyang
telah diperiksa oleh badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah menyangkut 2 hal: Pertama,
menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepada pemerintah serta
menginformasikan kepada masyarakat 9Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang 32 Tahun
2004); kedua, menyampaikan laporan Raperda tentang Pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK paling
lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir (Pasal 31 ayat (1) UndangUndang Nomor 17 tahun 2003 jo. Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 jo. Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005).
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
84
Laporan penyelenggaraan pemerintah daerah oleh gubernur disampaikan
kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk laporan
penyelenggaraan pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Dalam hal Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah Pengawasan mengacu
pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak diluar eksekutif (yaitu masyarakat
dan DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengawasan DPRD dan masyarakat
harus sudah dilakukan sejak tahap persiapan dan penyusunan APBD.
Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD dalam tahap penyusunan APBD
merupakan fungsi yang sangat strategis karena pelaksanaan APBD oleh pemerintah
daerah akan lebih terarah dan terkendali. Disamping itu Peraturan Daerah tentang APBD
dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan pengelolaan Keuangan Daerah.
Pengawasan atau kontrol yang dapat dilakukan oleh DPRD maupun organisasi
kemasyarakatan mulai dari perencanaan anggaran daerah (RAPBD) sampai pelaksanaan
anggaran. Dari tahapan perencanaan,pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan
Keuangan Daerah, tahapan perencanaan tersebut mempunyai peran yang sangat strategis
karena dalam tahapan ini akan sangat menentukan dalam proses pelaksanaan maupun
pengawasan pengelolaan Keuangan Daerah.
Hal-hal tersebutlah yang kemudian menarik minat penulis untuk mengangkat
masalah tersebut ke dalam suatu penelitian yang mengambil judul “Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara”. Dengan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana Pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara ?
2. Bagaimana pengawasan terhadap pengelolaan Keuangan Daerah ?
II. Pembahasan
1. Pengertian Hukum Keuangan Negara
Menurut Pasal 1.1 Undang-undang Keuangan Negara Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 yaitu Semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang
serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
85
2. Kerugian Negara
Pengertian kerugian negara berdasarkan perspektif hukum administrasi negera,
dapat dilihat dari ketentuan Pasal 35 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan:
1. Setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar
hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang
merugikan Keuangan Negara diwajibkan mengganti kerugian dimaksud.
2. Setiap bendahara bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian negara yang
berada dalam pengurusannya.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menyatakan pada Pasal 1 angka 22 bahwa kerugian negara/daerah kekurangan
uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat
perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Rumusan pengertian
kerugian negara ini sama dengan rumusan pengertian kerugian negara
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2006 tentang Badan Pemerikasaan Keuangan.1
2. Sumber Keuangan Daerah
Adapun yang dimaksud dengan sumber Keuangan Daerah adalah asal Keuangan
Daerah itu didapat. Hal ini jika dicerna dapat dilihat dari pemecahan kata sumber
Keuangan Daerah yaitu sumber yang berarti asal mula atau berasal dari, sedangkan
Keuangan Daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik yang berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
3. Kewenangan pemerintah daerah
Adapun yang dimaksud dengan kewenangan pemerintah daerah adalah dilihat dari
dua sudut pandang yaitu pertama, dilihat dari pengertian kewenangan. Kewenangan
berasal dari kata wewenang, menurut Robert Bierstedt dalam karangannya An
1
Fitri Noor Azizah dalam Marwan Efendi, Pengertian Keuangan Negara dari Perspektif
Hukum Administrasi Negara, Perdata dan Pidana, Makalah, Jakarta: Workshop Pembuktian
Unsur Kerugian Keuangan Negara dan Perhitungannya dalam Tindak Pidana Korupsi, 11
Desember 2007.
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
86
analysis of social power yang mengatakan “ bahwa wewenang (authority) adalah
institutionalized power (kekuasaan yang dilembagakan)”(2).
4. Kewenangan Pemerintah Daerah dibidang keuangan
Pemerintah daerah juga mememiliki kewenangan dibidang Keuangan Daerah. Dalam
hal ini pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam mengelola sumber-sumber
pendapatan daerah sebagaimana ketentuan yang diatur dalam undang-undang.
Pemerintah daerah juga mempunyai keterkaitan dalam pengelolaan keuangan yang
berasal dari pemerintah pusat melalui dana perimbangan.
Ketentuan yuridis tentang kewenangan pengelolaan keuangan oleh pemerintah
daerah menjadi kewenangan yang dimiliki oleh kepala daerah dengan DPRD melaui
format peraturan daerah tentang APBD sebagaimana diatur dalam Undang-undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri No 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan Keuangan Daerah.
5. Pengelolaan Keuangan pemerintah Daerah di Indonesia
Pengelolaan keuangan pemerintah daerah di Indonesia terkait dengan kekuasaan atau
kewenangan yang dimiliki oleh kepala daerah sebagai pemimpin pemerintahan
daerah. Ketentuan yuridis tentang kekuasaan pengelolaan keuangan pada pemerintah
daerah dapat dilihat dari beberapa peraturan yang mengatur tentang Keuangan
Negara yang sekaligus terkait dengan pemerintah daerah. Ketentuan dalam undangundang yang dimaksud adalah :
1. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
2. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
3. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Ketentuan dalam undang-undang ini juga memberikan kekuasaan dalam pengelolaan
keuangan pemerintah daerah kepada Kepala daerah dan perangkat penyelenggara
pemerintahan daerah. Selain itu juga terkait dengan DPRD sebagai lembaga yang
2
Robert Bierstedt “ An Analysis of social
Volume 15, desember 1950, hal. 732.
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
power, American Sociological Revieuw,
87
berperan dalam pembentukan dan pengesahan APBD serta pelaporan pelaksanaan
APBD dalam setiap tahun anggaran.
I.
Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Daerah
1. Oleh Kepala Daerah ( Eksekutif)
Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan
Daerah (Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005). Kepala Daerah
sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah dapat melimpahkan
sebagian atau seluruh kekuasaan kepada aparat yang ada dibawahnya, hal
tersebut diatur dalam Pasal 156 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang dinyatakan sebagai berikut:
(1) Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah.
(2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Kepala Daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang
berupa
perencanaan,
pelaksaan,penatausahaan,
pelaporan
dan
pertanggungjawaban, serta pengawasan Keuangan Daerah kepada para
pejabat perangkat daerah.
(3) Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) di daerah pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang
memerintahkan, menguji dan yang menerima mengeluarkan uang.
(4) Pelimpahan kekuasaan tersebut dimaksudkan jangan sampai terjadi
kekuasaan menumpuk pada Kepala Daerah saja yang mengakibatkan beban
yang begitu berat pada Kepala daerah, dan yang lebih penting dari itu adalah
untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang dan sewenangwenang.
RAPBD yang telah mendapatkan persetujuan oleh DPRD harus
ditindaklanjuti oleh Kepala Daerah dengan mengeluarkan Keputusan Kepala
Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) sebagai pelaksanaan pengelolaan Keuangan
Daerah yang telah ditetapkan oleh APBD.
Pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan Daerah oleh Kepala Daerah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara jo.
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
88
Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah jo Peraturan
Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD diatur dalam Pasal 31 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 jo. Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 jo.Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
yang menyatakan bahwa:
Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa
Laporan keuangan uyang telah diperiksa oleh badan Pemeriksa Keuangan,
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah menyangkut 2 hal: Pertama,
menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepada pemerintah
serta menginformasikan kepada masyarakat 9Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang 32
Tahun
2004);
kedua,
menyampaikan
laporan
Raperda
tentang
Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh BPK paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir (Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 jo.
Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo. Pasal 100 Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005).
Laporan penyelenggaraan pemerintah daerah oleh gubernur disampaikan
kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk laporan
penyelenggaraan pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Dalam pertanggungjawaban Keuangan Daerah terdapat tiga lembaga yang
terlibat yaitu (1). Kepala Daerah sebagai pimpinan pemerintahan daerah, (2). DPRD
sebagai Lembaga Legislatif daerah dan (3). Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK )
sebagai lembaga yang berwenang memeriksa Keuangan Negara. Adapun
mekanisme yang digunakan adalah sebelum laporan pertanggungjawaban
disampaikan ke DPRD terlebih dahulu diperiksa oleh BPK. Ketentuan ini
menunjukkan bahwa ketika ada permasalahan dalam pelaksanaan APBD, maka
BPK memberikan kesempatan untuk menyempurnakan administrasi laporan
tersebut, tetapi jika tidak dapat dipenuhi dengan jangka waktu tertentu maka akan
berlanjut pada ketentuan hukum pidana yang menjadi kewenangan KPK.
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
89
II.
Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah
1. Sistem Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak
diluar eksekutif (yaitu masyarakat dan DPRD) untuk mengawasi kinerja
pemerintahan. Pengawasan DPRD dan masyarakat harus sudah dilakukan sejak
tahap persiapan dan penyusunan APBD.
Fungsi pengawasan DPRD dapat dilakukan dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan APBD. Dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan APBD. Pengelolaan Keuangan Daerah yang modern secara yuridis
harus dituangkan dalam perangkat peraturan hukum yang sesuai dengan prinsipprinsip ‘good financial governance” yang berupa keterbukaan (“transparency) dan
peran serta masyarakat (“public paricipation”.)3
Sehubungan dengan pengelolaan keuangan di daerah, presiden menyerahkan
kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah kepada Gurbenur/Bupati/Walikota
selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuanagan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
Kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah tersebut di atas:
1. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola Keuangan Daerah selaku
pejabat pengelola APBD;
2. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah.
3. Sistem Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Daerah
2. Sistem Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah
APBD merupakan wujud pengelolaan Keuangan Daerah karena di dalam APBD di
samping mencantumkan jumlah anggaran ditentukan pula tentang arah dan
strategi pembangunan daerah yang berorientasi pada kesejateraan dan
kemakmuran rakyat.
Sehubungan dengan pengelolaan keuangan di daerah, presiden menyerahkan
kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah kepada Gurbenur/Bupati/Walikota
3
Ibid., hal. 4.
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
90
selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuanagan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
Kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah tersebut di atas:
a. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola Keuangan Daerah selaku
pejabat pengelola APBD;
b. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah.
3. Sistem Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Lembaga pemeriksa dan pengawas pengelola Keuangan Daerah dilakukan oleh
suatu lembaga yang kompeten dalam tugasnya dan profesional. Untuk lembaga
pengawas (pengendalian) internal terdiri dari Inspektorat Jenderal Departemen,
Satuan Pengawas Intern (SPI) dilingkungan lembaga negara dan BUMN/BUMD,
Badan Pengawas Daerah Propinsi (Bawasdaprop), Badan Pengawas Daerah
Kabupaten/Kotamadya (Bawasda Kab/Bawasko), dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan audit eksternal (lembaga pemeriksa)
adalah BPK, yang merupakan lembaga pemeriksa Independen.4
Lembaga BPK bertanggungjawab kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) yang diwujudkan dengan penyampaian kinerja BPK dalam setiap sidang
tahunan MPR dan menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada Lembaga
Perwakilan (DPR), untuk pengelola Keuangan Daerah kepada DPRD. Sedangkan
lembaga
pengawas
(pengendalian)
internal
bertanggungjawab
kepada
Pemerintah, BPKP bertanggungjawab kepada Presiden, Itjen bertanggungjawab
kepada
Menteri,
Bawasda
bertanggungjawab
kepada
Gubernur
atau
Bupati/Walikota.
Kewenangan Lembaga Pemeriksa BPK dalam kaitannya dengan
pengelolaan Keuangan Daerah dapat dilihat dalam Pasal 31 ayat 91) UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Pasal 17 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara.
4
Ibid., hal. 157.
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
91
Pasal 31 ayat 91 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dinyatakan:
Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 dinyatakan:
“Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah
disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah”.
Pembentukan audit internal adalah membantu Pemerintah Daerah untuk
meningkatkan pengawasan dan atau pemeriksaan tanggung-jawab Keuangan
Daerahsecara terpadu efisien dan efektif dalam rangka menertibkan pelaksanaan
anggaran dan penyusunan pertanggungjwaban Keuangan Daerah.
III. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD diatur dalam Pasal 31 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 jo. Pasal 184 ayat (1) UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 jo.Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun
2005
yang
menyatakan
bahwa:
Gubernur/Bupati/Walikota
menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa Laporan keuangan uyang telah
diperiksa oleh badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir. Dalam pertanggungjawaban
Keuangan Daerah terdapat tiga lembaga yang terlibat yaitu (1). Kepala
Daerah sebagai pimpinan pemerintahan daerah, (2). DPRD sebagai Lembaga
Legislatif daerah dan (3). Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ) sebagai
lembaga yang berwenang memeriksa Keuangan Negara. Adapun mekanisme
yang digunakan adalah sebelum laporan pertanggungjawaban disampaikan ke
DPRD terlebih dahulu diperiksa oleh BPK. Ketentuan ini menunjukkan bahwa
ketika ada permasalahan dalam pelaksanaan APBD, maka BPK memberikan
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
92
kesempatan untuk menyempurnakan administrasi laporan tersebut, tetapi jika
tidak dapat dipenuhi dengan jangka waktu tertentu maka akan berlanjut pada
ketentuan hukum pidana yang menjadi kewenangan KPK.
b. Lembaga pemeriksa dan pengawas pengelola Keuangan Daerah dilakukan
oleh suatu lembaga yang kompeten dalam tugasnya dan profesional. Untuk
lembaga pengawas (pengendalian) internal terdiri dari Inspektorat Jenderal
Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) dilingkungan lembaga negara
dan BUMN/BUMD, Badan Pengawas Daerah Propinsi (Bawasdaprop), Badan
Pengawas Daerah Kabupaten/Kotamadya (Bawasda Kab/Bawasko), dan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan audit eksternal
(lembaga pemeriksa) adalah BPK, yang merupakan lembaga pemeriksa
Independen. Pembentukan audit internal adalah membantu Pemerintah
Daerah untuk meningkatkan pengawasan dan atau pemeriksaan tanggungjawab Keuangan Daerahsecara terpadu efisien dan efektif dalam rangka
menertibkan pelaksanaan anggaran dan penyusunan pertanggungjwaban
Keuangan Daerah.
2. Saran
1. Diharapkan pengaturan yang lebih tegas berdasarkan Undang-Undang Nomor
17 tahun 2003 mengenai pertanggungjawaban pertanggungjawaban
keuangan antara Kepala Daerah dan DPRD dikarenakan ketimpangan
prosedur. Kepala daerah lebih berat dalam hal mempertanggungjawabkan
pengelolaan Keuangan Daerah dibandingkan dengan DPRD. Atas terjadinya
ketimpangan prosedur tersebut nampak dari luar terjadi “arogansi” pemakaian
anggaran oleh DPRD.
2. Diharapkan pengaturan yang lebih tegas mengenai eksistensi BPK agar lebih
berperan lagi sebagai pengawas eksternal bukan hanya sebatas memberikan
opini (pendapat) terhadap laporan pertanggungjawaban penggunaan
Keuangan Daerah oleh Kepala Daerah.
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
93
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Andrian Sutedi. 2010. Hukum Keuangan Negara. Sinar Grafika, Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2009. Sepintas mengenal BPK Menurut
Undang-Undang Di Bidang Keuangan Negara. Ditama binbankum, Jakarta.
La Ode Husen. 2005. Hubungan Fungsi Pengawasan DPR dengan BPK Dalam sistem
Ketatanegaraan Indonesia. Cv. Utomo, Bandung.
N.E. Algra Et.al., 1983. Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae, Belanda Indonesia,
terjemahan Saleh Adiwinata, A.Teloeki, Boerhanuddin St. Batoeah, Bina Cipta,
Jakarta.
Nur Basuki Minarno. 2009. Penyalahgunaan Wewenang dan tindak Pidana korupsi Dalam
Pengelolaan keuangan Daerah. Laksbang Mediatama,Surabaya.
Ni’matul Huda. 2007. Pengawasan Pusat Terhadap Daerah Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah. FH UII Press,Yogyakarta.
Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Prenada Media Group, Jakarta.
Philipus M. Hadjon. 1994. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gadjah mada
University Press, Yogyakarta.
W. Riawan Tjandra. 2006. Hukum Keuangan Negara. Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan
1. Undang-Undang
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Sebelum Amandemen.
_______________, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Setelah Amandemen.
_______________, Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah
daerah.
_______________, Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
_______________, Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan
Negara.
_______________, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
94
_______________, Undang-Undang
Perbendaharaan Negara.
Nomor
1
Tahun
2004
tentang
_______________, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Pengelolaan Keuangan Negara.
2. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
_______________, Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Cara penghapusan Piutang Negara/Daerah.
JMP Volume I Nomor I Juni 2014.
Download