Sejaran gorontalo

advertisement
Sejarah Singkat
Provinsi Gorontalo sebagai provinsi ke-32 di wilayah RI dengan ibu kota
Gorontalo dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000
tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo yang disetujui dan disahkan oleh
DPR RI pada tanggal 5 Desember 2000 bertepatan dengan tanggal 8
Ramadan 1421 Hijriah. Undang-undang tersebut ditandatagani oleh Presiden
Abdurrahman Wahid pada tanggal 22 Desember 2000 atau 25 Ramadan 1421
Hijriah.
Dua bulan kemudian, tepatnya Jumat, tanggal 16 Februari 2001 (22 Zulhijah
1421 Hijriah) Mendagri dan Otonomi Daerah, Surjadi Soedirdja,meresmikan
Gorontalo sebagai provinsi ke-32 di wilayah Republik Indonesia. Peresmian itu
berlangsung di Lapangan Taruna Remaja Kota Gorontalo, ditandai
dengan pelepasan 32 ekor burung
merpati sebagai perlambang 'provinsi
ke-32', pelepasan ratusan balon ke
udara, penyerahan dana alokasi
umum (DAU) Rp 45 miliar, dan
penyerahan sumbangan bagi para
korban banjir di Kota Gorontalo.
Sebagai ibu kota Provinsi Gorontalo
adalah Gorontalo (UU No.38/2000
Pasal 7). Gorontalo merupakan salah
satu dari empat kota tertua yang ada
di Pulau Sulawesi, yakni Gorontalo,
Makassar, Manado, dan Parepare.
Foto: Pakaian Adat Perkawinan Gorontalo
Bersamaan dengan peresmian itu,
Mendagri dan Otda, Surjadi Soedirdja,
atas nama Presiden melantik dan
mengambil sumpah Drs. Tursandi
Alwi sebagai Penjabat Gubernur
Gorontalo, yang bertugas untuk
menyiapkan perangkat pemerintahan
Provinsi Gorontalo sampai dengan
saat dipilihnya gubernur definitif untuk
Provinsi Gorontalo.
Pada tanggal 12 September 2001 (23 Rajab 1422 H) pasangan Ir. Fadel Muhammad/Ir. Ir. Gusnar Ismail,
M.M., terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo dalam Sidang Paripurna DPRD.
Pasangan Fraksi Partai Golkar ini memperoleh 26 suara, mengungguli pasangan Suharso Monoarfa/
Gusnar Ismail dari Fraksi Persatuan Pembangunan (7 suara), Bob Hippy /Ratnaningsih Luneto dari
Fraksi Perserikatan Demokrasi (4 suara), dan Laksamana Madya (Purn) Abdul Rahim Katili/Gusnar
Ismail dari Fraksi TNI/Polri (5 suara).
Menurut Sekretaris Panitia Pemilihan, Sujadi,
sebanyak 45 anggota DPRD Gorontalo ikut
memilih, tetapi tiga suara batal. Ia menjelaskan
bahwa Selasa (11/9/2001) tengah malam,
Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah,
Hari Sabarno, mengirimkan faksmile tentang
pergantian antarwaktu empat anggota Dewan
yang tidak mau pindah dari DPRD Sulawesi
Utara.
Foto: Pelantikan & Pengambilan Sumpah Ir. Fadel
Muhammad / Ir. Gusnar Ismail, M.M. sebagai
Gubernur / Wakil Gubernur Gorontalo 2001-2006
Pada Senin, 10 Desember 2001 atau 24
Ramadan 1422 Hijriah, Ir. Fadel Muhamad dan
Ir. Gusnar Ismail, M.M. dilantik oleh Mendagri
dan Otonomi Daerah, Hari Sabarno, sebagai
Gubernur Gorontalo (2001-2006) pertama yang
definitif, menggantikan Penjabat Gubernur
Gorontalo, Drs. Tursandi Alwi, yang telah
bertugas selama 10 bulan (16 Februari 2001 –
10 Desember 2001).
Pelantikan tersebut sebagai tindak lanjut dari
Keppres Nomor 318/M/2001 tentang Pelantikan
Gubernur/Wakil Gubernur Gorontalo Periode
2001 -2006.
Peta 32 Provinsi di Wilayah Republik Indonesia Tahun 2000
Letak, Wilayah, Luas, dan Penduduk
Provinsi Gorontalo secara resmi lepas dari Provinsi Sulawesi Utara sejak tanggal 5 Desember 2000,
yakni setelah disetujuinya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 tentang Provinsi Gorontalo oleh DPR,
yang disahkan oleh Presiden Abdurrahaman Wahid pada tanggal 22 Desember 2000.
Provinsi Gorontalo terletak di bagian utara Pulau Sulawesi pada posisi yang cukup strategis, yakni pada
posisi dan OOo 24'04" hingga O1o 02'30" lintang utara (LU),120o 8'04" hingga 123o32'09" bujur timur (BT),
memiliki batas-batas wilayah bagian:




utara: Laut Sulawesi,
selatan: Teluk Tomini,
barat: Provinsi Sulawesi Tengah, dan
timur: Provinsi Sulawesi Utara.

Peta Wilayah Provinsi Gorontalo 2003
Adapun wilayah administratif, luas, dan penduduk Provinsi Gorontalo tahun 2003 adalah sebagai berikut
(lihat Tabel 1).
TABEL 1
WILAYAH, LUAS, DAN JUMLAH PENDUDUK
PROVINSI GORONTALO TAHUN 2003
Luas
(km2)
%x
Luas
Provin
si
Jumlah
Kecamat
an
(2002)
Jumla
h
Desa
Jumlah
Kelurah
an
Jumlah
Pendud
uk
(1997)
Kepadat
an
(jiwa/km
2)
(1997)
Kabupaten
Boalemo
(Tilamuta)
2.517,36
20,61
%
5
46
-
94.824
37,67
Kabupaten
Bonebolang
o
(Suwawa)
1.984,40
16,25
%
4
59
4
108.914
54.89
No
.
Nama
Wilayah
(Ibu Kota)
1
2
3
Kabupaten
Gorontalo
(Limboto)
3.408,98
27,91
%
15
155
29
379.472
86,15
4
Kabupaten
Pohuwato
(Marisa)
4.244,31
34,75
%
5
49
-
88.796
20,92
5
Kota
Gorontalo
64,79
0,53 %
3
-
46
135.074
(SP
2000)
2.084
79
(837.38
6)
(SP
2000)
(68,55)
Provinsi
Gorontalo
(Gorontal
o)
12.215,4
4
100 %
32
(294)
Sumber: UU Nomor 38 Tahun 2000 dan UU Nomor 6 Tahun 2003 dengan penyesuaian seperlunya.
Pemerintahan
Ir. Fadel Mohammad
Gubernur Gorontalo
Ir. Gusnar Ismail,M.M.
Wagub Gorontalo
Berikut kami turunkan daftar lengkap pejabat dan lembaga pemerintahan di Provinsi Gorontalo Tahun
2002.
Pejabat Teras
Jabatan
Nama Pejabat
Gubernur
Ir. Fadel Muhammad
Wakil Gubernur
Ir. Gusnar Ismail, M.M.
Sekretaris Daerah
Drs. Mansur Detuage, M.M.
Asisten I
Drs. Idris Rahim
Asisten II
Bonnie Ointoe
Asisten III
Drs. Hamdan Datunsolang
Kepala Biro
Biro Pemerintahan
Drs. Ranis Luwiti
Biro Hukum
Indra Yasin
Biro Humas
Drs. Adrian Lahay
Biro Ekonomi
Djaridin Nento
Biro Pembangunan
Beno Yasin Harun
Biro Sosial
Idrus Biki
Biro Umum
Drs. Abdullah Paneo
Biro Keuangan
Andha Fauzin Mirza
Badan (Lembaga Teknis)
Badan Perencanaan Pembangunan & Percepatan
Ekonomi Daerah (Bapppeda)
Dr. Sudirman Habibie
Badan Pengawas (Daerah) (BPD)
Abubakar Mopangga,S.H.
Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Dra. Hanna Rauf
Kesatuan Bangsa & Perlindungan Masyarakat
(Kesbanglinmas)
M. Abdullah
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Drs. Jangga Lomban Batu
Dinas
Dinas Pendapatan Daerah
Amin Lakoro
Dinas Perikanan dan Kelautan
Nasrun PatadjaI
Dinas Pendidikan dan Olahraga
Drs. Irvan Mbuinga
Dinas Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi
Erman Djafar
Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman, dan
Prasarana Wilayah (PU Kimpraswil)
Ir. Nurdin Mokoginta
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan
Dr. Jamaluddin
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Bambang Winarto
Dinas Pertambangan dan Energi
Oemar Hatibie
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal
Ramli Usman
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi
Arjon Paris
Dinas Kesejahteraan Sosial
Alfon usman
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil)
Departemen Agama
Drs. Hi. Moh. Salim Djufri
Departemen Kehakiman & Hak Asasi Manusia (Hak-HAM)
Djuanda Husin, S.H.
Kantor Imigrasi
Dirjen Anggaran
Drs. Seto Utarko, M.Si.
Kantor Perbendaharaan & Keuangan Negara
(KPKN)
Mochmad Solichin
Pengelolaan Data Elektronik, Arsip, dan
Perpustakaan (PDEAP)
Biro Pusat Statistik (BPS)
Sekretaris Dewan
Sujadi
Sumber: Gorontalopromo, dengan penyesuaian seperlunya.
DPRD
Anggota DPRD Provinsi Gorontalo Periode 2001-2004 berjumlah 45 orang, terdiri atas:



4 unsur pimpinan,
4 fraksi, dan
5 komisi.
A. Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) (6 orang)
 Abd. Djafar Bahua
 Murni Thalib, S.H.
 Ir. Abdul Halim Usman
 Tu'u Mohammad
 Hi. Faisal Hulukati
 Alun Mi'u
B. Partai Syarikat Islam Indonesia
(1 anggota)
 Achmad Jaina
C. Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan
(PDIP) (1 anggota)
 Ir. Laode Haimuddin
D. Partai Bulan Bintang (PBB)
(1 anggota)
 Irianto Nurul Huda
E. Partai Demokrasi Indonesia
(PDI) (1 anggota)
 Abd. Hakim Hadjarati
Unsur Pimpinan
F. TNI/Polri (4 anggota)
o
o
o
o
Letkol CKU Drs. Muchtar Darise, M.Si.
Letkol Inf. Rudy Lituuran
Letkol. Tek AU Sukiman
Letkol Pol. Welem Wusain,B.A.
G. Partai Golongan Karya
(24 anggota)
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Hi. Amir Piola Isa
Hi. Fauzio Wartabone
Ishak Liputo
Drs. Hi. Sun Biki
Drs. Yoseph Th. Pati
Ny. Hj. Hemeto Otuhu
Drs. Hi. Rustam Wantongia
Hi. Abdul Karim Sidiki
Hasan Dankua
Ibrahim Buloto, B.A.
Ny. Hj. Ani M Otoluwa
Budiyanto Napu
Drs. Paris RA. Yusuf
Rustam Hs. Akili, S.E.
Drs. Habu Wahidji
Ny. Itjiko Naue Hilawa
Marten Taha, S.E.
Jotje Nento, S.H.
Drs. GR Noho
Yunus Jakatara
Saleh Hilimi
Farid Liputo,B.A.
Abd. Kadir Akib
Tahir Abdul
Syarif Mbuinga
Fraksi




Ketua:

Drs. Hamid Piola Isa (Partai
Golkar)
Fraksi Partai Golkar
Fraksi Persatuan Pembangunan
Fraksi Perserikatan Demokrasi, dan
Fraksi TNI / Polri
Wakil Ketua:



Drs. Sun Biki (Partai Golkar)
Mochtar Darise (TNI/Polri)
Abdul Djafar Bahua (PPP)
Komisi




Alamat Kantor
Komisi A:
Komisi B:
Komisi C:
Komisi D:
Kantor DPRD Provinsi Gorontalo beralamat
di Jalan Ahmad Yani no. 57, Kota Gorontalo,
telefon 62-0435-
Komisi E:
Sumber: Harian Gorontalo Post, Juni 2001
Potensi Daerah
Kawasan laut di Gorontalo, terutama di Teluk Tomininya disinyalir kaya potensi karena merupakan teluk
yang dilalui garis khatulistiwa. Dan itu satu-satunya teluk yang dilewati garis khatulistiwa.
Perikanan dan Kelautan merupakan sektor unggulan bagi Gorontalo yang memiliki garis pantai yang
cukup panjang. Garis pantai Utara dan Selatan masing-masing memiliki panjang sekitar 270 kilometer
dan 320 kilometer. Gorontalo akan dikembangkan sebagai wilayah Agropolitan dengan Pertanian dan
Perikanan yang akan menjadi Sektor Pengembangan Ekonomi Unggulan Provinsi.
Luas wilayah perairan Gorontalo termasuk cukup besar yakni di Utara sepanjang 270 kilometer
menghadap ke Laut Sulawesi ada areal Zone Ekonomic Exclusive (ZEE) yang kaya dengan hasil laut.
Jenis ikan yang ada di wilayah itu adalah palangis besar, palangis kecil, demersal, serta crustacea dan
molusca.
Di sebelah Selatan, dibatasi oleh Teluk Gorontalo (Teluk Tomini) dengan panjang pantai sekitar 320
kilometer. Luas perairan di Teluk Gorontalo mencapai 7.400 kilometer per segi dan di Laut Sulawesi
mencapai 43.100 kilometer persegi. Sebagai contoh berkembangnya potensi perikanan di Gorontalo,
saat ini ada investor dari Korea yang menanamkan modalnya untuk coold storage. Saat ini juga telah
ada investor asing yang menanam saham sebesar 50-100 ton ikan segar. Sebulan bahkan bisa
mencapai 250 ton ikan tuna dan ikan layang. Ikan layang sebagian besar dieskpor ke Eropa dan AS.
Sementara ikan tuna diekspor ke Jepang dan Korea.
Sejak menjadi provinsi, produksi perikanan di Gorontalo meningkat sebanyak 50 ton. Pasalnya, perhatian
Pemerintah Daerah menjadi lebih intensif dibandingkan ketika masih berstatus kabupaten. Dulu banyak
masyarakat yang tidak mengerti. Kini, masalah yang dihadapi Pemprov Gorontalo adalah penjualan ikan
di tengah laut. Banyak nelayan lebih memilih menjual ikannya di tengah laut Teluk Tomini karena
harganya lebih tinggi. Ikan-ikan itu dijual kepada nelayan asing. Sebagian besar kapal asing dari Filipina
dan RRC sering masuk ke wilayah Gorontalo. Pemprov tidak bisa melakukan apa-apa karena nelayan
merasa lebih untung.
Potensi sumber daya perikanan Gorontalo berada di tiga perairan, yakni Teluk Tomini, Laut Sulawesi,
dan Zone Ekonomi Ekslusif Laut Sulawesi. Sayangnya, tingkat pemanfaatan perikanan tangkap baru
24,05 persen atau 19.771 ton per tahun. (luk)
Sumber: Kompas Online
Pendapatan Daerah
Pajak
Sumber pendapatan Provinsi Gorontalo, antara lain, diperoleh dari sektor perjakan. Realisasi pajak
penghasilan untuk Pemprov Grontalo sampai April 2002 mencapai Rp 6,65 miliar, terdiri atas pajak
penghasilan orang per orang Rp 553,7 juta dan PPh 21 sebesar Rp 6,1 miliar.
Persentase penduduk Gorontalo yang terdaftar efektif sebagai wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Gorontalo adalah 2.690 atau 0,34% dari jumlah penduduk yang meliputi tiga wilayah daerah tingkat dua,
yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Boalemo.
Selain pajak, sumber pendapatan daerah diperoleh dari bantuan Pemerintah Pusat berupa Dana Alokasi
Umum (DAU) yang dikucurkan setiap tahun anggaran.
Pajak penghasilan yang dibayar wajib pajak orang pribadi dalam empat bulan pertama 2002, menurut
Gubernur Provinsi Gorontalo, Ir. Fadel Muhamad, masih rendah, yaitu Rp 1.715 per hari. Apabila
diibandingkan dengan jumlah kepala keluarga yang ada di Provinsi Gorontalo, dalam empat bulan
pertama 2002 setiap kepala keluarga memberikan kontribusi bagi pajak penghasilan sebesar Rp 50 per
hari.
Dana Alokasi Umum (DAU)
Sejak diresmikan 16 Februari 2001, Provinsi Gorontalo mendapat anggaran berupa DAU untuk provinsi,
kota, dan kabupaten sebagai berikut.
TABEL 2
RINCIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN / KOTA
TAHUN ANGGARAN 2001
No.
19
Provinsi/Kabupaten/Kota
Provinsi Gorontalo
DAU (Miliar Rupiah )
45,35
19.1
Kabupaten Boalemo
78,47
19.2
Kabupaten Gorontalo
148,59
19.3
Kota Gorontalo
90,32
Jumlah se-Provinsi Gorontalo
362,73
Sumber: Lampiran Keppres No.181/2000, tanggal 23 Desember 2000.
TABEL 3
RINCIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN / KOTA
TAHUN ANGGARAN 2002
No.
Provinsi/Kabupaten/Kota
DAU (Miliar Rupiah )
30
Provinsi Gorontalo
129,04
30.1
Kabupaten Boalemo
102,69
30.2
Kabupaten Gorontalo
185,37
30.3
Kota Gorontalo
108,18
Jumlah se-Provinsi Gorontalo
525,28
Sumber: Lampiran Keppres No.131/2001, tanggal 31 Desember 2001.
TABEL 3
RINCIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN / KOTA
TAHUN ANGGARAN 2003
No.
Provinsi/Kabupaten/Kota
DAU (Miliar Rupiah )
21
Provinsi Gorontalo
177,13
21.1
Kabupaten Boalemo *)
124,58
21.2
Kabupaten Gorontalo **)
229,43
21.3
Kota Gorontalo
133,02
Jumlah se-Provinsi Gorontalo
664,17
*) Sudah termasuk DAU untuk Kabupaten Pohuwato, yang disahkan oleh DPR pada tanggal 27 Januari
2003.
**) Sudah termasuk DAU untuk Kabupaten Bonebolango, yang disahkan oleh DPR pada tanggal 27
Januari 2003.
Sumber: Lampiran Keppres Nomor 1 Tahun 2003, tanggal 6 Januari 2003.
Gorontalo dalam Perspektif Sejarah
Jumat, 23 Februari 2001
KOTA Gorontalo, Kompas Online-- satu dari empat kota tua dan penting di Pulau Sulawesi yang sudah
dikenal sejak 400 tahun lalu. Keempat kota dimaksud itu adalah Makassar, Manado, Parepare, dan
Gorontalo. Pada masa itu, Gorontalo menjadi salah satu poros penting penyebaran agama Islam di
Indonesia Timur, di samping Ternate (Maluku Utara) dan Bone (Sulawesi Selatan). Pada masa itu juga
Gorontalo karena letaknya di Teluk Tomini dikenal sebagai pusat pendidikan dan perdagangan dari
wilayah di sekitarnya, seperti Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara), Buol Tolitoli, Donggala, dan Luwuk
Banggai (Sulawesi Tengah), bahkan hingga ke Sulawesi Tenggara.
Dampak atas pengaruh letak yang strategis Gorontalo juga membuat Belanda menjadikannya sebagai
pusat pemerintahan yang disebut Kepala Daerah Afdeling Sulawesi Utara Gorontalo. Lingkup
pemerintahannya mencakup seluruh Gorontalo, wilayah sekitarnya Buol Tolitoli, Donggala, dan Bolaang
Mongondow.
Sebelum masa penjajahan Belanda, daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut
hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Seluruh kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan
yang disebut "Pohalaa".
Dalam buku Profil Provinsi Gorontalo yang digunakan untuk berargumen memperjuangkan
terbentuknya provinsi ke-32 ini dijelaskan bahwa di wilayah Gorontalo terdapat lima pohalaa, yakni
Pohalaa Gorontalo, Pohalaa Limboto, Pohalaa Suwawa, Pohalaa Boalemo, dan Pohalaa Atinggola.
Hukum adat yang berlaku di Gorontalo menjadikan daerah itu termasuk dalam 19 wilayah adat di
Indonesia. Antara adat dan agama di Gorontalo menyatu dengan nama "Adat Bersendikan Syarak; dan
Syarak Bersendikan Kitabullah (Al-Quran)".
Pohalaa Gorontalo tercatat sebagai pohalaa yang paling menonjol di antara kelima pohalaa. Itu pula
sebabnya sehingga pada tahun 1942, daerah "Limo lo Pohalaa" berada dalam wilayah kekuasaan
seorang Asisten Residen, selain pemerintahan tradisional.
Pada tahun 1889 pemerintahan beralih menjadi pemerintahan langsung Belanda yang kemudian dikenal
dengan nama "Rechtatreeks Bestuur".
Pada tahun 1911 terjadi perubahan struktur pemerintahan daerah yang terbagi atas tiga Onder Afdeling,
meliputi Afdeling Kwandang, Afdeling Gorontalo, dan Afdeling Boalemo. Selanjutnya tahun 1920 menjadi
lima distrik, terdiri atas Distrik Kwandang, Limboto, Bone, Gorontalo, dan Boalemo.
Tahun 1922 kembali lagi menjadi tiga afdeling, masing-masing Afdeling Gorontalo, Boalemo, dan Buol.
Kondisi administrasi pemerintahan ini berlangsung hingga meletusnya Perang Dunia II.
Menjelang kemerdekaan RI, rakyat Gorontalo dipelopori Pejuang Nasional Maha Putra Nani Wartabone
berjuang dan menyatakan kemerdekaan pada tanggal 23 Januari 1942, sekaligus membentuk
pemerintahan sendiri. Kondisi ini berlangsung selama dua tahun, hingga tahun 1944. Perjuangan Nani
Wartabone kemudian dicacat sebagai salah satu puncak perjuangan dari banyak puncak kemerdekaan
Indonesia. Pada masa pergolakan Permesta 1957, kembali Gorontalo di bawah Nani Wartabone
menyatakan kesetiaannya terhadap Negara Kesatuan RI. Ketika itu, Nani tampil dengan semboyan
"Sekali ke Yogya Tetap ke Yogya", artinya "Sekali Indonesia, Tetap Indonesia".
Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Gorontalo tergabung dalam Provinsi Sulawesi yang berpusat di
Makassar. Tahun 1949 Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur (NIT), sebagai salah satu
dari 16 negara bagian di Republik Indonesia Serikat (RIS), negara boneka Belanda.
Pada tahun 1950 RIS bubar dan kembali ke NKRI. Tahun 1953, Sulawesi Utara menjadi daerah otonom
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1953. Daerah Bolaang Mongondow terpisah
menjadi daerah otonom tingkat II pada tahun 1954, sehingga Sulut hanya meliputi bekas kawasan
Gorontalo dan Buol yang berpusat di Gorontalo.
Berdasarkan UU No. 29/1959, maka daerah Sulut yang dimaksud dengan PP No 11/1953 dipisahkan
menjadi daerah tingkat II, meliputi Daerah Kotapraja Gorontalo dan Daerah Tingkat II setelah dikurangi
Swapraja Buol. Selanjutnya, pada tanggal 20 Mei 1960, resmi berdiri Kotapraja Gorontalo dan pada
tahun 1965 berubah menjadi Kotamadya Gorontalo hingga tahun 1999.
Faktor sejarah itulah yang membuat Gorontalo berpengaruh terhadap sejumlah daerah di sekitarnya. Ini
juga yang menjadi penyebab para tokoh Gorontalo mengklaim pembentukan Provinsi Gorontalo yang
mandiri dan otonom berkaitan dengan hak sejarah.
***
KINI Gorontalo resmi berdiri sebagai pronvinsi sendiri dengan tiga daerah tingkat II: Kabupaten
Gorontalo, Kabupaten Boalemo, dan Kota Gorontalo. Melihat sejarah yang panjang serta kegigihan dan
tekad Gorontalo yang konsekuen dan konsisten terhadap ke-Indonesiaan, sedikit pun tidak ada keraguan
tentang masa depan Gorontalo.
Peta Wilayah Republik Indonesia
Gorontalo: Plus Minus dan Harapan Masa Depannya
Selasa, 23 Januari 2001
Gorontalo--Kompas Online---PROKLAMASI Indonesia oleh Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945
sudah diketahui semua orang. Tetapi, mungkin belum banyak orang tahu, jauh sebelum tanggal tersebut,
sudah ada wilayah Indonesia berhasil menyatakan kemerdekaan. Menaikkan bendera Sang MerahPutih, menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dan menjalankan roda pemerintahan hampir
selama satu tahun. Wilayah tersebut adalah Gorontalo, daerah yang akan menjadi provinsi baru, terpisah
dari Sulawesi Utara.
"Peristiwanya berlangsung Jumat siang 23 Januari 1942 (5 Muharam 1361 H). Sekitar 500 pemuda
dipimpin Nani Abdulkadir Wartabone mulai menguasai pemerintah daerah Gorontalo. Petugas keamanan
dilumpuhkan, bendera Belanda diturunkan, diganti dengan Sang Merah Putih," kenang Prof. Dr. Aloei
Saboe dalam buku Penderitaanku untuk Merah Putih.
Situasi awal tahun 1942 memang menguntungkan para pejuang kemerdekaan. Pemerintah Hindia
Belanda sedang dilanda kepanikan sesudah negara induknya diduduki Jerman, sementara di Asia
Jepang bersiap menyerbu. Situasi tersebut dipakai Wartabone untuk mengusir kekuasaan Hindia
Belanda dan menyatakan Gorontalo merdeka. Mereka kemudian membentuk Dewan Nasional untuk
menjalankan pemerintahan, terdiri dari Nani Wartabone, Koesno Danoepojo, Oesoep Reksosoemitro,
dan Aloei Saboe. Sayang, langkah mereka bagai bertepuk sebelah tangan, "...meskipun berita
kemerdekaan tersebut kami kirim ke daerah-daerah lain, tidak ada sambutan dan dukungan."
Pasukan Jepang bulan Maret tahun 1942 berhasil menaklukkan seluruh Hindia Belanda, tetapi
'membiarkan' Gorontalo tetap menikmati kemerdekaan. Baru pada tanggal 16 Desember 1942, armada
Jepang dipimpin Laksamana Mori mendarat di Gorontalo dan meringkus para pejuang kemerdekaan.
Daerah merdeka dengan nama Gorontalo seluas 50.000 km2 (sekitar setengah luas Negeri Belanda)
tersebut disatukan dalam Provinsi Sulawesi. Dalam perkembangannya, Gorontalo pernah menjadi bagian
Provinsi Sulawesi Utara-Tengah (tahun 1960-an), kemudian bagian Provinsi Sulawesi Utara (1970-2000),
dan pada milenium ketiga ini akan menjadi provinsi yang mandiri.
Hanya pintu belakang
"Gorontalo selalu jadi pintu belakang dan cenderung dilupakan," keluh Ir. Razif Uno. Namun, walau
disembunyikan di belakang, sejumlah nama eks Gorontalo sempat mewarnai kancah nasional; semisal
Habibie, Gobel, Ciputra, Panigoro, Katili, Uno, dan Biki.
Selain itu, potensi alamnya dari segi kandungan minyak bumi, dengan dua cekungan, sangat
menjanjikan. Menurut ahli perminyakan Razif Uno, "Potensinya berpeluang dijual ke investor asing, asal
jangan dihadang peraturan daerah ini-itu dan Pertamina sebagai wakil Pemerintah Pusat harus merestui
high risk venture tersebut."
Pada sisi lain, Gorontalo juga dihadang kerusakan ekosistem, seperti terjadi di Danau Limboto yang
mengalami penyusutan sebelas persen per tahun, atau setiap tahun berkurang 711 hektar. Menurut
Amanda Katili-Niode Ph.D. dalam seminar di Gorontalo awal bulan Januari 2001 ini, "Jika tahun 1935
kedalamannya rata-rata masih tujuh meter, sekarang sudah kurang dari dua meter dan Limboto
diperkirakan bakal lenyap tahun 2016..."
Situasi tersebut diperburuk dengan kerusakan hutan milik negara yang selama lima tahun berkurang dari
694.943 hektar menjadi 670.914 hektar (tahun 1998). Menghadapi kenyataan ini, masyarakat Gorontalo
tidak perlu pesimis. Suharso Manoarfa menawarkan upaya terobosan dengan sudut pandang peripheral
mainstream macroeconomy.
Ada tiga argumen melandasinya. Pertama, selama ini orientasi kebijakan ekonomi makro bersifat
kontinental, sedangkan Indonesia negara kepulauan. Kedua, ketika Gorontalo memasuki kemerdekaan,
tanpa modal infrastruktur memadai, tidak ada jalan raya dan rel kereta. Sehingga ketika harga kopra
melonjak tinggi di pasar dunia, justru habis dimakan biaya transportasi. Ketiga, setiap implementasi
humaniora memerlukan persyaratan kultural.
Suharso Manoarfa menunjukkan, "Dengan mempertimbangkan ketiga argumentasi ini, perlu ditarik garis
waktu sampai tahun 2020, sehingga dengan izin Allah dan kerja cerdas seluruh masyarakatnya,
Gorontalo bakal mencapai wilayah maritim yang punya percepatan pembangunan." Gorontalo punya
potensi dan kemampuan. Setelah warganya sibuk berkelana dan ikut membangun Indonesia, kini
peluang untuk menampilkan bekas pintu belakang menjadi harapan masa depan telah dan sedang
dibuka. (Julius Pour).
Profil Gorontalo
30 Maret 2001 17:10:00
Gorontalo--ROL---Provinsi Gorontalo lahir 5 Desember 2000. Provinsi ini menjadi provinsi ke-32 setelah
rapat paripurna tingkat IV tentang pengambilan keputusan atas RUU Pembentukan Provinsi Gorontalo,
10 Fraksi di DPR menyetujuinya.
Kontan keputusan tersebut disambut ratusan warga Gorontalo yang ada di depan Gedung Nusantara V
sambil menari dan menyanyi gembira. Provinsi Gorontalo, yang selama ini tergabung dalam Provinsi
Sulawesi Utara, berdiri sendiri dengan ibu kota Gorontalo.
Provinsi Gorontalo, melahirkan pejuang nasional terkenal yaitu Nurani Nani Wartabone. Pada 23 Januari
1942, Belanda dikejutkan dengan gerakan perjuangan kemerdekaann yang diprakarsai Nani Wartabone.
Pemuda ini dengan gigih dan berani membacakan deklarasi kemerdekaan, memisahkan diri dari
pemerintahan penjajah, dan sekaligus membentuk pemerintahan sendiri (1942-1944).
Selain deklarasi merdeka, Nani juga memimpin kaum muda Gorontalo menaikkan Sang Saka Merah
Putih yang diiringi dengan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Sejak muda Nani dinyatakan sebagai
musuh besar penjajah. Ia menjadi orang yang paling diincar untuk dijebloskan ke dalam penjara. Pejuang
muda pemegang gelar Maha Putra Nani Wartabone sudah berani menyatakan sikapnya bahwa
Gorontalo memisahkan diri dari pemerintah penjajah Belanda, saat kebanyakan penduduk Indonesia
waktu itu menderita di bawah penjajahan Belanda.
Roem Kono, tokoh Gorontalo mengatakan bahwa pembentukan Provinsi Gorontalo adalah nurani dari
Maha Putera Indonesia Nani Wartabone, dan Nurani Wartabone adalah nurani rakyat Gorontalo
seluruhnya. Menurut Roem, pembentukan Provinsi Gorontalo bukanlah suatu bentuk eforia, melainkan
merupakan panggilan sejarah. Roem juga menambahkan bahwa sejak dulu Gorontalo tidak pernah
menuntut yang terlalu berlebihan.
Menurut data, jumlah penduduk Provinsi Gorontalo saat ini lebih 800.000 jiwa dengan luas wilayah 47
persen dari total luas Sulawesi Utara. Wilayah Gorontalo meliputi Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo,
dan Boalemo.
Mendagri dan Otonomi Daerah, Soejadi Sudirja, mengatakan, dari sisi pendapatan asli daerah (PAD),
data terakhir lebih Rp 12 miliar, memang masih menjadi aspek kelemahan untuk Gorontalo menjadi
provinsi otonom. Tetapi dari segi semangat perjuangan rakyat Gorontalo diwarisinya dari Nani
Wartabone, tampaknya Gorontalo layak menjadi provinsi.
Gorontalo berhiaskan banyak gunung. Bila Gunung yang tingginya di bawah 1000 meter ikut dihitung,
terdapat 29 buah. Gunung Pendolo (2.051 meter), Dulamayo (1.070 meter), Olive (1.149 meter), Gunung
Ali (1.495 meter), dan Gunung Tilongkabila) adalah beberapa contoh. Dua sungai yang dipergunakan
untuk irigasi teknis adalah Sungai Paguyaman (99 km) dan Milango. Kedua sungai ini bermuara ke Teluk
Tomini (Teluk Gorontalo). Juga terdapat sebuah danau, Danau Limboto (5.231 ha) sebagai salah satu
objek wisata dan tempat pencarian ikan bagi para nelayan setempat.
Menurut masyarakat Gorontalo, nenek moyang mereka bernama Hulontalangi, artinya 'seorang
pengembara yang turun dari langit'. Tokoh ini berdiam di Gunung Tilongkabila, akhirnya ia menikah
dengan seorang wanita pendatang bernama Tilopudelo yang singgah dengan perahu ke tempat itu.
Perahu tersebut berpenumpang delapan orang. Mereka inilah yang kemudian menurunkan komunitas
etnis atau suku Gorontalo. Sebutan Hulontalangi kemudian berubah menjadi Hulontalo dan akhirnya
Gorontalo.
Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga dialek, dialek Gorontalo, dialek
Bolango, dan dialek Suwawa. Saat ini yang paling dominan adalah dialek Gorontalo.
Penarikan garis keturunan yang berlaku di masyarakat Gorontalo adalah bilateral, garis ayah dan ibu.
Seorang anak tidak boleh bergurau dengan ayahnya, melainkan harus berlaku taat dan sopan. Sifat
hubungan tersebut berlaku juga terhadap saudara laki-laki ayah dan ibu.
Orang Gorontalo hampir dapat dikatakan semuanya beragama Islam. Islam masuk ke daerah ini sekitar
abad ke-16. Karena adanya kerajaan-kerajaan di masa lalu sempat muncul kelas-kelas dalam
masyarakat Gorontalo: kelas raja dan keturunannya (wali-wali), lapisan rakyat kebanyakan (tuangolipu),
dan lapisan budak (wato).
Perbedaan kelas ini semakin hilang seiring dengan semakin besarnya pengaruh ajaran Islam yang tidak
mengenal kelas sosial. Namun, pandangan tinggi rendah dari satu pihak terhadap pihak lain masih
terasakan sampai saat ini. Dasar pelapisan sosial seperti ini semakin bergeser oleh dasar lain yang baru,
yaitu jabatan, gelar pendidikan, dan kekayaan ekonomi. ram.
Dasar Pertimbangan Pembentukan
Provinsi Gorontalo
(Penjelasan UU Nomor 38 Tahun 2000)
Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, dan Kota Gorontalo dengan luas wilayah keseluruhan
mencapai 12.215,44 km2, yang merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan
Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 47 PRP Tahun 1960
tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi SelatanTenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 7) menjadi undang-undang, telah
menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan
peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1990 berjumlah 715.443 jiwa dan pada Tahun 1999
meningkat menjadi 844.737 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 2% per tahun. Hal ini mengakibatkan
bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan
pembinaan kemasyarakatan.
Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah
Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, dan Kota Gorontalo.
Secara geografis wilayah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, dan Kota Gorontalo mempunyai
kedudukan yang strategis ditinjau dari segi politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan,
serta berada pada posisi strategis jalur pelayaran internasional Laut Sulawesi dan Samudra Pasifik.
Apabila dilihat dari potensi daerah wilayah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, dan Kota
Gorontalo yang antara lain mempunyai potensi hutan, pertambangan, pertanian, perhubungan, industri
dan perdagangan, perikanan, serta pariwisata yang potensial dan mempunyai prospek yang baik bagi
pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri.
Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang dan sejalan
dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat, maka
wilayah yang meliputi Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, dan Kota Gorontalo perlu dibentuk
menjadi Provinsi Gorontalo.
Selanjutnya sejalan dengan jiwa dan semangat yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, gagasan pembentukan Provinsi
Gorontalo yang meliputi Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, dan Kota Gorontalo telah
membulatkan tekad DPRD Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, dan Kota Gorontalo untuk
merespon aspirasi masyarakatnya agar dapat lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat serta
untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat.
Di sisi lain, sesuai dengan aspirasi masyarakat yang sejalan dengan kebutuhan pembangunan dan
pemerintahan di Provinsi Sulawesi Utara, maka Provinsi Sulawesi Utara dimekarkan menjadi dua provinsi
yaitu Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo.
Dalam rangka pengembangan wilayah dan melihat potensi yang dimiliki Kabupaten Gorontalo,
Kabupaten Boalemo, dan Kota Gorontalo serta guna memenuhi kebutuhan pada masa yang akan
datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta untuk kesatuan perencanaan dan
pembinaan wilayah, maka Sistem Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo harus benar-benar
dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistim
kesatuan pengembangan terpadu dengan Propinsi Sulawesi Utara.
Strategi Gorontalo ke Depan
Jakarta--Kompas Online--23/02/2001
PARA perancang berdirinya Provinsi Gorontalo meletakkan program pengembangan ke depan atas dua
strategi, program jangka pendek dan panjang. Program jangka pendek didasarkan pada sasaran
pertumbuhan ekonomi jangka pendek (tahunan) yang direfleksikan oleh besarnya produk domestik
regional bruto (PDRB). Para perancang Provinsi Gorontalo me
mprediksi, PDRB Provinsi Gorontalo
sebesar Rp 1,3 trilun, dan diharapkan bakal mampu memotivasi investasi pemerintah dan swasta.
Investasi pun diarahkan berdasarkan potensi wilayah dengan harapan dapat menghasilkan
pengembalian sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya. Untuk mencapai sasaran itu, para perancang
memprediksikan investasi per tahun besar-nya Rp 400 miliar dengan investasi infrastruktur pada tahun
pertama Rp 40 miliar yang diusahakan dari pemerintah, sedangkan sisanya Rp 360 miliar dari swasta.
Jika nilai investasi swasta itu diarahkan untuk membangun industri jagung, tiga pabrik berkapasitas 1.000
ton per bulan menjadi minyak jagung mentah ( CCO, crude corn oil) diperkirakan akan mampu
menghasilkan CCO 36.000 ton per tahun atau senilai Rp 540 miliar. Sedangkan nilai kebutuhan bahan
baku berkisar Rp 360 miliar dengan luas areal tanam yang dibutuhkan berkisar 50.000 hektar. Kegiatan
ini, menurut perhitungan bakal menghasilkan nilai tambah bagi petani sebesar Rp 250.000 per ton
jagung. Juga dari kegiatan bongkar muat di pelabuhan otomatis bertambah sebanyak 36.000 ton per
tahun. Hal ini tentunya membutuhkan penambahan luas dermaga pelabuhan seluas 1.440 meter persegi
dari total dermaga yang tersedia dan penambahan fasilitas gudang 1.200 meter persegi.
Dengan demikian, bakal terjadi beragam kegiatan ikutan lain yang sekaligus berdampak terjadinya
pergerakan ekonomi masyarakat di tingkat strata terbawah. Pada gilirannya akan me-naikkan
kemampuan atau daya beli masyarakat, termasuk kemampuan membayar pajak dari masyarakat. Tentu
pendapatan asli daerah (PAD) ikut berkembang. Dana investasi sektor swasta yang diproyeksikan itu
dapat pula diarahkan ke kegiatan ekonomi lainnya, seperti perikanan dan peternakan. Gorontalo
memang pantas berbicara dalam pertanian jagung karena daerah dan masyarakat di sana sudah
berpengalaman dalam penanaman dan ekspor jagung. Potensi lahan jagung pun cukup tersedia di
wilayah itu. Pembangunan infrastruktur yang menjadi tanggung jawab pemerintah dalam jangka pendek
dibutuhkan untuk membuka dan melancarkan orientasi ekonomi ke Sulawesi Tengah, khususnya ke
Kabupaten Buol dan Tolitoli. Ketiga daerah itu, Gorontalo, Buol, dan Tolitoli dapat berkembang secara
bersama, tetapi hal itu bergantung kepada sejauh mana pemerintah merancang jalan-jalan darat yang
dapat menghubungkan ketiga daerah yang berbasis pertanian itu. Pembangunan infrastruktur jalan,
pelabuhan, dan pergudangan serta otomatis sektor transportasi darat dan laut di ketiga wilayah itu
sekaligus akan berdampak positif terhadap pengembangan sektor pendidikan yang tentunya akan
membuat mutu SDM meningkat.
***
STRATEGI jangka menengah dan panjang diarahkan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi
sumber-sumber alam mineral, seperti batu gamping yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku semen,
kimia, pupuk, dan sebagainya. Potensi emas dan tembaga yang dikandung Bumi Gorontalo, menurut
buku Profil Provinsi Gorontalo diarahkan untuk program jangka panjang. Demikian halnya dengan potensi
hutan konversi yang mencapai luas 1,5 juta hektar perlu dikembangkan dari hanya sekadar menjual kayu
gelondongan menjadi industri kayu ekspor. Juga masuk dalam program jangka panjang, perbaikan dan
rehabilitasi hutan-hutan kritis yang selama ini telah menjadi penyebab terjadinya banjir, kekeringan dan
kekerdilan tanah diarahkan dengan menanam kembali pepohonan yang produktif. Salah satunya yaitu
penanaman hutan jati yang telah terbukti mampu hidup subur di Gorontalo. Sedikitnya sudah disurvei, di
Provinsi Gorontalo tersedia lahan seluas 8.000 hektar yang cocok untuk tanaman jati. Selain tanaman
jati, tanaman produktif dan bernilai ekonomi tinggi lainnya yang diincar yaitu tanaman kopi dan kayu
manis. Kekayaan alam Gorontalo memang tidak sehebat Irianjaya atau Kalimantan, tetapi berdasarkan
laporan dan hasil survei, masih terdapat sejumlah kawasan berpotensi ekonomi yang hingga kini belum
tersentuh secara intensif. Di antaranya kawasan Marisa, Tolinggula, Sumalata, hampir seluruh kawasan
pantai utara dan selatan. Di sinilah relevansinya investasi sektor pemerintah berupa pembangunan
infrastruktur jalan, jembatan, baik jalan-jalan utama maupun jalan-jalan ka-bupaten.
Melihat kenyataan potensi yang belum tergarap, dapat disimpulkan obsesi pembentukan Provinsi
Gorontalo yang kini sudah menjadi kenyataan bukanlah sebuah mimpi atau angan-angan tanpa dasar.
"Saya percaya, kalau semua unsur Gorontalo bersinergi, bersatu padu seperti halnya ketika Pejuang
Nasional Mahaputra Indonesia Nani Wartabone menentang Belanda dan mengibarkan Merah Putih,
sekaligus membentuk pemerintahan sendiri pada tanggal 23 Januari 1942, dapat dipastikan Gorontalo
bias sejajar dengan provinsi-provinsi lain," ujar Bupati Boalemo Ir. Iwan Boking.
***
KESUNGGUHAN orang Gorontalo membentuk provinsi sendiri juga bias tampak melalui peletakan
proyeksi RAPBD 2001 yang sudah dibuat jauh sebelum Provinsi Gorontalo diresmikan oleh Mendagri
dan Otonomi Daerah Surjadi Soedirdja tanggal 16 Februari 2001. RAPBD pertama provinsi untuk tahun
2001 diprediksikan berimbang pada angka Rp 65 miliar. Memang tidak sebanding dengan provinsiprovinsi lain yang APBD-nya mencapai ratusan miliar rupiah, bahkan terdapat satu dua provinsi APBD di
atas Rp 1 triliun. Akan tetapi, angka Rp 65 miliar yang diprediksikan itu, kata seorang panitia
pembentukan provinsi, didasarkan pada perhitungan riil, mendekati kebenaran. Angka itu pada
kenyataannya mungkin saja, lanjutnya, bisa lebih besar setelah pejabat gubernur dilantik dan DPRD
terbentuk. Para perancang memprediksikan PAD dalam RAPBD 2001 sebesar Rp 12,5 miliar
(bandingkan dengan angka koleksi dua tahun lalu dari seluruh dati II se -Gorontalo, hampir Rp 5 miliar,
sementara angka target PAD Provinsi Sulut tahun 2001 minus Gorontalo Rp 40 miliar.
Kenaikan lebih 100 persen dari total perolehan PAD seluruh Gorontalo dua tahun lalu bukan spekulasi,
tetapi berdasarkan kenyataan, apalagi jika melihat angka perolehan dari sumber kehutanan yang
memiliki delapan HPH pada tahun-tahun sebelumnya hanya berkisar satu sampai dua miliar. Artinya,
dengan terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan yang mendelegasikan kewenangan perizinan HPH ke
daerah, otomatis terbuka peluang bagi daerah untuk mengoreksi kekeliruan-kekeliruan perhitungan
pendapatan daerah dari kayu atau hutan. Di sektor ini, Gorontalo dapat memasang target lebih besar dari
sekadar satu dua milyar rupiah yang bisa masuk ke kas daerah. "Ini harus dipelajari, dikoreksi dan
dicermati, sebab kemungkinan naiknya pendapatan dari sektor kehutanan menjadi semakin terbuka," ujar
Bupati Boalemo Iwan Boking yang sebagian besar wilayahnya telah menjadi areal HPH. (fr)
Gorontalo sebagai Etalese Perikanan:
Potensinya Besar, Tetapi Baru Dimanfaatkan 20 Persen
Senin, 18 Februari 2002
Gorontalo--Surya Online--Menteri Kelautan dan Perikanan mengatakan hal ini kepada wartawan seusai
mencanangkan Teluk Gorontalo dan Teluk Tomini sebagai etalase perikanan dan kelautan bagi
Indonesia Timur, atas kerja sama empat provinsi, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan
Maluku Utara. Menurut Menteri, potensi perikanan di Teluk Gorontalo dan Tomini sangat besar, tetapi
baru dimanfaatkan 20 persen. Kendala utama karena letak daerah ini jauh dari Jakarta.
Dikatakan, bila etalase perikanan dan keluatan di Gorontalo ini berhasil, maka menyusul dikembangkan
provinsi lain yang wilayahnya berbatasan dengan negara lain seperti NTT. Demi memajukan
pengembangan potensi kelautan dan perikanan di Gorontalo, Menteri Rokhmin Dahuri mengajukan dua
pendekatan. Pertama, para nelayan harus menjadi tuan di rumah sendiri. Nelayan hendaknya menjadi
makmur di daerah yang potensial. Kedua, pemerintah hendaknya membangun infrastruktur menuju
kemakmuran nelayan dan rakyat pada umumnya.
Sebelum melakukan pencanangan, menteri didampingi Gubernur Goronralo, Fadel Muhammad, para
Dirjen dan rombongan meninjau desa nelayan Bajo di Kecamatan Tilamuta, Boalemo. Menteri juga
menerima beberapa orang demonstran yang menghendaki Kecamatan Dulupi diperhatikan. Ditanya dana
pembangunan etalase perikanan, Menteri Kelautan mengatakan bersumber dari dana pemerintah dan
pengusaha yang menanamkan modal.
Tentang dana, Gubernur Fadel Muhammad, mengatakan Pemerintah Gorontalo menyediakan dana
mikro APBD sebesar Rp 4,7 miliar sebagai pendamping. Selain itu, Pemerintah Provinsi melakukan
pelatihan bagi tenaga-tenaga terampil. Selebihnya akan diperoleh dari investasi dan bantuan pihak lain.
Selain mencanangkan etalase kelautan dan perikanan di Tabalu, Menteri mengunjungi pula desa nelayan
Dulupi. Warga Dulupi tidak menyia-nyiakan kesempatan meminta bantuan. Menteri langsung menyetujui
memberikan bantuan bergulir bagi 40 kepala keluarga (KK) nelayan. Gubernur Fadel Muhammad
langsung menyanggupi untuk memberikan dana sisipan bagi nelayan Dulupi Rp 500 juta tahun ini.
Potensi perikanan di Teluk Gorontalo dan Teluk Tomini menurut Bupati Boalemo, Ir. Iwan Bokings,
perikanan tangkap berupa tuna, cakalang, dan palagis sebesar 10.320 ton/tahun. Selain itu, terdapat
rumput laut, kerang mutiara, udang lobster, ikan kerapu, teripang, dan ikan hias yang punya potensi
pengembangan dalam areal 2.300 hektar.
Sementara areal bagi ikan bandeng mencapai 9.800 hektar. Menurut Bupati saat ini nelayan di Boalemo
berjumlah 5.829 orang dari total jumlah penduduk 199.120 jiwa. Dalam waktu dekat kata Bupati, ada
kerja sama membangun pusar diving di Pulau Bintila. Pulau berpasir putih ini akan dibangun pengusaha
PT Sarana Wisata Wakai yang kini bergerak di Kepulauan Togian, Sulawesi Tengah.
Amin, seorang nelayan di Tabalu, mengatakana ia bersyukur kalau Pemerintah membangun desanya
sebagai pusat perikanan. Dikatakan, nelayan di desanya sangat mendambakan peralatan tangkap yang
lebih baik agar lebih banyak menangkap ikan.(mw)
Download