BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum 2.1.1. Pengertian Hotel Menurut (Sulastiyono, 2011), hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Pengertian hotel berdasarkan Keputusan Menteri Parpostel Nomor KM 94/HK103/MPPT 1987, hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersil. Klasifikasi Hotel ditetapkan berdasarkan minimum jumlah kamar, fasilitas dan peralatan yang tersedia serta mutu pelayanan sebagaimana disyaratkannya (Dirjen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi,SKNo. KM 37/ PW.304/ MPPT–86 7 Juni 1986).Penentuan kelas atau bintang diadakan setiap tiga tahun sekali dan ditetapkan oleh Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata dalam bentuk sertifikat. 2.1.2. Pengertian Hostel Menurut Markward (Markward, 2008), Hostel menyediakan akomodasi yang berorientasi pada anggaran, akomodasi dimana para tamu dapat menyewa tempat tidur dan berinteraksi, umumnya tempat tidur dengan ranjang bersusun, seperti asrama yang saling berbagi kamar mandi, ruang berkumpul dan terkadang dapur. Kamar hostel dapat tercampur antara pria dan wanita, tetapi dapat juga hanya untuk pria/wanita. Tarif pada hostel biasanya lebih murah dibanding hotel. Dan tidak sedikit pengguna hostel yang tinggal untuk waktu yang lama. Di beberapa Negara, seperti di Inggris, Irlandia, India dan Australia, kata hostel terkadang juga mengacu pada 9 10 akomodasi berjangka panjang. Di India, Pakistan dan Afrika, hostel dapat dijadikan sebagai asrama mahasiwa di universitas. Sedangkan di bagian dunia lainnya, kata hostel diartikan kepada akomodasi penginapan dengan sistem berbagi (shared) untuk wisatawan atau backpackers. Gambar 1. Ruang Komunal dan Kamar Hostel Diakses dari Google pada 19 Maret 2015 Kata-kata “hotel”, “hostel”, dan “hostal” yang secara etimologisnya sama, berasal dari Bahasa Perancis yang diartikan kebahasa Inggris, yang berarti “rumah sakit” atau tempat istirahat. (Rodriguez, 2011) 2.1.3. Perbedaan Hotel dan Hostel Berikut ada beberapa perbedaan antara hotel dan hostel, yaitu: 1. Hostel sebagai akomodasi yang mengacu pada anggaran/biaya yang biasanya murah, dan banyak hostel yang menawarkan beberapa fasilitas seperti terdapat suatu ruang dimana pengguna hostel dapat saling berbagi buku, DVD, dan beberapa barang lainnya. 2. Lingkungan hostel tidak formal seperti lingkungan hotel. 3. Di hostel terdapat sebuah ruang komunal dimana kesempatan untuk bersosialisasi dengan tamu lainnya lebih tinggi dibanding hotel, sehingga terdapat faktor sosial yang tinggi di hostel. 11 4. Ruang komunal Gambar 2. Lounge dan Dapur pada Hostel Diakses dari Google pada 19 Maret 2015 Tingkat privasi di hostel lebih sedikit dibandingkan dengan hotel. Berbagi kamar sebagai tempat beristirahat tentu berbeda dibanding dengan kamar hotel. Hostel mendorong adanya interaksi sosial antar tamu dengan saling berbagi kamar dan ruang komunal seperti lounge, dapur, dan kafe. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan wisatawan yang berada di hostel, yaitu lebih memperhatikan barang bawaan pribadi, karena tamu berbagi ruang dengan tamu lainnya. Hal ini memicu pengelola hostel untuk membuat sistem keamanan seperti loker pribadi bagi para tamu untuk menyimpan barang bawaan mereka, 24 jam pengawasan, dan CCTV. Gambar 3. Loker di Hostel Diakses dari Google pada 19 Maret 2015 5. Dalam upaya untuk menarik lebih banyak pengunjung, banyak hostel memberikan jasa atau layanan tambahan yang sebelumnya tidak tersedia, seperti antar jemput dari bandara, kafe dengan internet, kolam renang dan spa, penyewaan mobil, dan pemesanan tiket. 12 Gambar 4. Ruang Kafe dilengkapi dengan komputer dan internet Diakses dari Google pada 19 Maret 2015 2.1.4. Pengertian Backpackers Backpacking adalah melakukan sebuah perjalanan murah dan independen, wisatawan biasanya menggunakan ransel yang mudah dibawa untuk perjalanan jarak jauh atau jangka waktu yang lama, menggunakan transportasi umum, penginapan murah seperti hostel, durasi perjalanan yang lebih lama dibanding liburan pada umumnya, dan memiliki niat yang besar untuk berinteraksi dengan penduduk setempat. (Government, 2014) Menurut Rodriguez, (Rodriguez, 2011) beberapa karakteristik dari backpackers, yaitu: 1. Memilih akomodasi yang murah dengan tinggal di hostel 2. Tinggal di hostel agar dapat bertemu dengan backpackers lainnya, sehingga memperoleh informasi dari backpackers lainnya 3. Senang untuk bertemu dan berinteraksi dengan penduduk setempat untuk menemukan budaya baru, menambah kenangan dan pengalaman akan hidup 4. Mengatur anggaran untuk perjalanan yang berjangka 5. Mandiri dalam mengatur rencana dan fleksibel terhadap waktu 6. Aktif (interaksi dengan penduduk dan lingkungan setempat) 7. Umumnya berumur 20-35 tahun 8. Menggunakan transportasi umum dan mencari penerbangan murah 13 2.1.5. Karakteristik Lokasi Hostel Dalam penelitiannya, Wilhelm (Wilhelm, 2013) memaparkan beberapa karakteristik lokasi hostel pada umumnya, diantaranya: 1. Terletak di perkotaan, dekat dengan transportasi umum, dan kehidupan malam. 2. Umumnya dekat dengan kawasan kota tua dan pecinan atau landmark dalam suatu kota, karena pengguna hostel yakni backpackers, biasanya memiliki keinginan untuk mempelajari budaya atau sejarah kota, interaksi dengan penduduk setempat dan memilih tempat wisata yang murah atau terjangkau. 2.2. Tinjauan Khusus 2.2.1. Definisi Sustainable Design Desain yang berkelanjutan (sustainable design) merupakan salah satu bagian yang terlingkupi oleh pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). McLennan (McLennan, 2004) menyatakan dalam bukunya bahwa “sustainable design is a design philosophy that seek to maximize the quality of the built environment, while minimizing or eliminating negative impact to the natural environment”. Hal tersebut menjelaskan bahwa desain berkelanjutan merupakan sebuah filosofi desain yang berusaha untuk memaksimalkan kualitas lingkungan binaan namun meminimalkan atau menghilangkan dampak negatifnya kepada alam. Tujuan dari sustainable adalah lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan juga terhadap manusia. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menggambarkan sebuah desain yang berkelanjutan, yaitu: 1. Mengurangi 2. Menggunakan kembali 3. Daur ulang 4. Memperbaharui Menurut Tri Harso Karyono (Karyono, 2010) dalam bukunya Green Architecture, prinsip-prinsip sustainable adalah: 1. Memperhatikan pada iklim setempat a. Penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengaturan iklim 14 b. Melakukan antisipasi terhadap problematik yang ditimbulkan iklim setempat untuk dipecahkan secara ilmiah. 2. Efisiensi lahan a. Menggunakan lahan secara efisien, tidak semua lahan perlu dijadikan bangunan atau ditutupi dengan bangunan 3. Substitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui a. Pemanfaatan energi surya b. Renewable energy, menggunakan alternatif lain untuk mendapatkan hasil energi seperti memanfaatkan energi surya c. Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharukan digunakan secara efisien dan digunakan dengan teknologi yang tepat d. Memajukan penggunaan energi alternatif 4. Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang hemat energi a. Penggunaan bahan bangunan yang sustainable b. Optimalisasi penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan c. Penggunaan sisa-sisa bahan bangunan 5. Pembentukan peredaran yang utuh antara penyedia dan pembuang bahan bangunan energi dan air a. Gas kotor, limbah air dan sampah dihindari sejauh mungkin b. Mendaur ulang limbah yang digunakan kembali (air kotor diprogres untuk menyiram kebun) c. Memperhatikan pada air minum dan air limbah d. Perhatian pada pangan sampah 6. Hemat energi secara menyeluruh Meminimalkan “perolehan panas” radiasi matahari yang jatuh mengenai bangunan, dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: a. Menghalangi radiasi matahari langsung pada dinding transparan yang dapat mengakibatkan suhu dalam bangunan b. Mengurangi radiasi matahari langsung ke bangunan dengan cara membuat dinding berlapis yang diberi ventilasi pada rongganya, dan menempatkan ruang-ruang servis pada sisi timur dan barat. 15 2.2.2. Definisi Arsitektur Hemat Energi Priatman (Priatman, 2002) mengartikan arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran ‘meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya’ dengan memanfaatkan sains dan teknologi secara aktif. Penghematan energi yang dapat diaplikasikan pada bangunan arsitektur yang hemat energi umumnya lebih mengoptimalkan sistem tata udara dan tata cahaya alami. Keduanya merupakan sumber energi yang berlimpah dan ‘gratis’. Credo form follows function bergeser menjadi form follows energy yang berdasarkan pada prinsip konservasi energi (non-renewable resources). Hawkes Dean (Hawkes, Partnership, & Foster, 2002) dalam bukunya menjelaskan bahwa desain bangunan yang hemat energi dapat diartikan sebagai perancangan bangunan untuk meminimalisasi penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun kenyamanan dan produktivitas penghuninya. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut, perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan pasif maupun aktif. Pendekatan pasif mengandalkan kemampuan perancang atau arsitek untuk mengantisipasi fluktuasi iklim luar melalui solusi arsitektural, sedangkan perancangan aktif memerlukan perancang dan engineering melalui solusi teknologi (Priatman, 2007). 2.2.3. Iklim Tropis Iklim berasal dari Bahasa Yunani, yang berdasarkan kamus Oxford berarti daerah dengan kondisi, suhu, kelembapan, angin dan cahaya matahari. Dalam pengertian ilmiah, iklim adalah integrasi berbagai parameter fisik lingkungan atmosfir, yang menjadi karakteristik geografis kawasan tertentu. Sedangkan tropis merupakan kata yang berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “tropikos” yang berarti garis balik yang meliputi sekitar 40% dari luas seluruh permukaan bumi. Balik ini adalah garis lintang 23°27’ Utara dan Selatan. 16 Tabel 1. Ciri Bangunan Sesuai Iklim Iklim Tropis Ciri/kriteria bangunan Pada iklim tropis, bangunan akan didesain dengan banyak bukaan. Bangunan didesain dengan mengutamakan pembayangan agar bangunan tidak terlalu panas. Pada iklim tropis, bangunan akan menggunakan balkon atau beranda sebagai salah satu strategi perancangan. Dinding bangunan akan lebih tebal. Pada iklim dingin, bangunan akan memiliki ruang peralihan sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah. Sub Tropis Dingin Sumber: Sue Roaf, Manuel Fuentes dan Stephanie Thomas, Ecohouse Berdasarkan kutipan dalam buku Bangunan Tropis (Lippsmeier, 1980), Lippsmeier menyatakan bahwa iklim digolongkan menjadi iklim makro dan iklim mikro. 1. Iklim makro merupakan iklim suatu Negara, benua, atau daerah tertentu. Iklim tersebut menurut sifat digolongkan menjadi 3 yaitu daerah tropis lembab, daerah tropis kering dan daerah pegunungan. 2. Iklim mikro merupakan iklim dilapisan udara dekat permukaan bumi. Iklim makro di Indonesia sendiri yaitu tropis lembab dimana daerah beriklim ini mengalami hujan dan kelembapan tinggi dengan suhu yang hampir selalu tinggi, angin sedikit, radiasi matahari sedang sampai kuat, dan pertukaran panas kecil karena tingginya kelembapan. Semakin tinggi letak suatu tempat dari permukaan laut, maka semakin berkurang temperatur udaranya. Pada iklim tropis lembab ini terdapat perbedaan suhu yang relatif kecil antara suhu siang dan suhu pada malam hari. 2.2.4. Kenyamanan Termal Kenyamanan termal (thermal comfort) pada dasarnya merupakan perancangan bangunan hemat energi dengan pendekatan perancangan pasif yang bertujuan untuk mencapai kenyamanan termal. Faktor-faktor alam yang tentunya mempengaruhi kenyamanan termal bagi manusia adalah suhu udara, kelembapan udara, dan pergerakan angin. 17 Menurut Satwiko (Satwiko, 2004) ada enam faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal, dimana empat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan dua dipengaruhi oleh faktor manusia, yaitu: 1. Suhu udara/temperatur udara Batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah khatulistiwa adalah 19ºC TE (batas bawah) - 26ºC TE (batas atas). Pada suhu 26ºC umumnya manusia sudah mulai berkeringat (Lippsmeier, Bangunan Tropis, 1997). Daya tahan dan kemampuan bekerja manusia akan mulai menurun pada suhu 26ºC TC - 30ºC TC. Gambar 5. Batas kenyamanan dalam temperatur efektif Sumber: Buku Bangunan Tropis (Lippsmeier, Bangunan Tropis, 1997) Produktivitas manusia cenderung akan mengalami penurunan atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman, seperti halnya bila suhu udara terlalu dingin atau terlalu panas. Produktivitas kerja manusia meningkat pada kondisi suhu yang nyaman (Idealistina, 1991). Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa batas kenyamanan TE berbeda-beda tergantung pada lokasi geografis dan subjek manusia yang diteliti. 2. Kecepatan angin Kecepatan udara yang terjadi disebabkan oleh pemanasan lapisan-lapisan udara yang berbeda-beda. Skalanya berkisar mulai dari angin sepoi-sepoi hingga angin topan, yakni kekuatan angin dari 0-12 (Skala Beaufort). Angin adalah udara yang bergerak karena adanya gaya yang diakibatkan oleh adanya perbedaan tekanan dan perbedaan suhu. Pada daerah tropis lembab, angin cenderung minim namun biasa berhembus kuat pada siang hari (Satwiko, 2004). Kenyamanan tropis lembab hanya dapat dicapai dengan aliran angin yang cukup. Tabel 2. Pengaruh Kecepatan Angin Kecepatan Angin (km/jam) 0-2 2-10 10-20 Pengaruhnya Terhadap Manusia Tidak ada angin Angin terasa di wajah dan rambut Debu naik, kertas terbang, rambut dan pakaian berantakan 18 20-25 25-30 30-55 55-100 >100 Kekuatan angin terasa di tubuh Payung sukar digunakan Susah untuk berjalan, manusia terasa seperti didorong oleh angin Angin topan/badai, berbahaya bagi manusia dan struktur bangunan Kekuatan angin tornado, sangat berbahaya bagi manusia dan struktur bangunan Sumber: Buku Fisika Bangunan (Mangunwijaya, 1997) 3. Kelembapan udara relatif (Relative Humidity) Kadar kelembapan udara berbeda dengan unsur yang lainnya, dapat mengalami fluktuasi yang tinggi dan tergantung pada perubahan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, semakin tinggi pula dengan kemampuan udara menyerap air. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan iklim makro tropis lembab (Lippsmeier, Bangunan Tropis, 1997). Daerah dengan iklim ini mengalami hujan dan kelembapan yang tinggi. Angin sedikit, radiasi matahari sedang sampai kuat, dan pertukaran panas kecil disebabkan oleh tingginya kelembapan. 4. Radiasi Matahari Suhu radiasi rata-rata merupakan ukuran suhu untuk aliran panas radiasi dari sekeliling permukaan (selubung) yang menaungi ruangan, dimana kondisi suhu tersebut terkait dengan jenis material, tekstur, dan warnanya. Langit di daerah beriklim tropis cenderung selalu berawan sepanjang tahun biarpun di wilayah pantai yang biasanya cerah. Dengan demikian, radiasi matahari terpancar terus menerus dan sebagian lainnya tereduksi oleh asap. Jadi pada malam hari, panas matahari disiang hari terkumulasi tetap ada dan tidak menghilang begitu saja. 5. Aktivitas Manusia Jenis aktivitas yang dilakukan oleh manusia memiliki pengaruh besar terhadap laju metabolisme tubuh manusia. Tubuh akan terus melakukan metabolisme dan menghasilkan panas yang akan terus terpancar (McDowall, 2008). Besarnya metabolisme yang dihasilkan bervariasi tergantung jenis aktivitas yang dilakukannya, semakin banyak pergerakan atau aktivitas yang dilakukan maka tingkat suhu akan bertambah. Setiap pemakaian energi oleh tubuh akan menghasilkan panas dan jika mencapai suhu optimum tubuh maka reaksi pada tubuh akan mengeluarkan keringat. 19 6. Jenis Pakaian Pakaian yang dikenakan akan berpengaruh pada kualitas proses pertukaran panas antara tubuh manusia dan ruang lingkungannya. Pakaian sendiri bersifat insulator. Besar pertukaran suhu bergantung pada jenis, bahan, sifat, bentuk, warna dan ketebalan pakaian. 2.2.5. Perancangan Pasif dari Sisi Penghawaan Perancangan pasif mengandalkan kemampuan arsitek dalam merancang bangunan yang dengan sendirinya dapat mengantisipasi permasalahan di iklim luar bangunan. Perancangan pasif di wilayah tropis seperti Indonesia umumnya digunakan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah atau diminimalkan, tanpa mengurangi kebutuhan akan penerangan dan pengudaraan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas dapat dimanfaatkan komponen cahayanya sebagai penerangan alami dan menepis panas terhadap bangunan. Dalam pengaplikasiannya teori-teori penghawaan alami pada bangunan, menurut Prianto (Prianto, 2007) dalam bukunya menyebutkan semakin maju dan serba modern di jaman seperti sekarang ini, energi listrik sudah menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan manusia. Segala perlengkapan kebutuhan hidup kini mengkonsumsi energi listrik, bahkan untuk tempat perlindungan (rumah/bangunan) dalam usaha menciptakan kenyamanan. Sehingga banyak orang membutuhkan penghawaan buatan seperti AC untuk menjaga suhu ruangan tetap nyaman. Menurut Satwiko (Satwiko, 2004), perancangan pasif dapat berupa bukaan sirkulasi udara yang membuat udara atau aliran angin dapat masuk dan keluar didalam ruang. Bukaan pada ruang dirancang sedemikian rupa sehingga sirkulasi penghawaan alami pada ruang dapat berjalan atau terjadi pertukaran udara. 20 Gambar 6. Pengaruh penghawaan alami pada aliran udara Selain bukaan pada ruang, teritisan atau kisi-kisi juga dapat berpengaruh pada sirkulasi udara yang masuk ke dalam ruang. Bentuk dan peletakan teritisan (overhang) dapat membelokan atau mengarahkan angin. Tri Harso Karyono (Karyono, 2009) berpendapat bahwa pengurangan radiasi matahari pada bangunan dapat dilakukan dengan menciptakan pembayangan oleh bangunan disekitarnya, atau dengan pembayangan pohon besar disekitar bangunan. Jika perolehan panas matahari dapat diminimalkan, maka suhu udara didalam bangunan akan rendah. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meminimalisirkan penggunaan AC namun tetap dapat menjaga kenyamanan termal, yaitu: 1. Orientasi bangunan Memperhatikan orientasi pada letak bangunan dengan mempertimbangkan arah garis edar matahari, ini bertujuan untuk menghindari radiasi panas matahari yang akan diterima oleh permukaan bangunan. Radiasi panas matahari sendiri akan berdampak pada suhu didalam ruang yang terkena sinar langsung. Pada daerah diiklim tropis 21 seperti di Indonesia, permukaan bangunan yang menghadap ke arah timur dan barat menerima radiasi panas matahari lebih besar dibanding dengan permukaan bangunan di bagian utara dan selatan. 2. Ventilasi alami Ventilasi alami adalah proses pergantian udara secara alami (tanpa melibatkan peralatan mekanis, seperti mesin penyejuk udara buatan). Kualitas ventilasi alami sangat tergantung pada kualitas udara lingkungan. Oleh karena itu, pemahaman akan iklim dan cuaca menjadi sangat penting. Ada tiga penerapan prinsip ventilasi yang berbeda untuk ventilasi alami, yaitu: Single-side ventilation (ventilasi satu sisi) Gambar 7. Single-side ventilation Ventilasi Single bergantung pada bukaan yang hanya terdapat pada satu sisi saja. Udara segar yang masuk ke dalam ruang melalui sisi yang sama dengan udara yang keluar. Dengan bukaan pada ventilasi tunggal tersebut, pendorong utama ketika musim kemarau adalah turbulensi angin. Kenyamanan termal bergantung pada perbedaan suhu antara bagian luar dan dalam bangunan, jarak vertikal antara bukaan dan daerah bukaan. Cross ventilation (ventilasi silang) Ventilasi silang terjadi ketika udara mengalir di antara dua sisi selubung bangunan, melalui angin yang disebabkan karena perbedaan tekanan antara keduanya. Gambar 8. Ventilasi silang (Cross Ventilation) 22 Stack ventilation (ventilasi atap) Gambar 9. Stack Ventilation (Ventilasi Atap) Ventilasi atap terjadi dimana kekuatan pendorong menyebabkan arus udara keluar dari gedung dan menarik udara segar melalui ventilasi pada tingkat rendah. Merancang outlet yang disebabkan oleh perbedaan tekanan, dapat meningkatkan efektivitas ventilasi silang. Hal tersebut dapat dicapai diantaranya dengan menyesuaikan tinggi lantai dengan tinggi langit-langit, meninggikan profil dari atap atau menerapkan cerobong. 3. Vegetasi Vegetasi adalah berbagai macam jenis tumbuhan atau tanaman yang menempati suatu ekosistem. Vegetasi juga dapat didefinisikan sebagai tumbuhan penutup permukaan bumi. Dari sejumlah penelitian dinyatakan bahwa vegetasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kondisi iklim makro. Purnomo (Purnomo, 2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat tiga hal yang mempengaruhi kondisi suhu, yakni pertama pembayangan pohon dapat menahan radiasi panas matahari yang mempengaruhinya, kedua penataan vegetasi dapat menjadikan proses evapotraspirasi pohon yang baik mampu menurunkan suhu udara sekitarnya, ketiga proses penghambatan radiasi panas matahari yang mengenai variasi bahan perkerasan disekitarnya tertahan oleh pola vegetasi. 2.2.6. Insulasi Termal Menurut Allen (Allen, 2005), Insulasi termal membantu menjaga agar bangunan dapat lebih dingin di musim panas dan lebih hangat di musim dingin dengan merintangi laluan panas melalui permukaan luar bangunan tersebut. Insulasi termal ini membantu penghuni bangunan tersebut merasa lebih nyaman dengan mengatur temperatur permukaan dalam bangunan dan mengurangi tarikan konveksi dan insulasi ini 23 mengurangi konsumsi energi bangunan tersebut untuk pemanasan dan pendinginan sebanyak energi yang hilang jika bangunan tersebut tidak menggunakan insulasi. Material insulasi termal digunakan untuk membantu mencapai kenyamanan termal yang mengurangi laju perpindahan panas melalui material tersebut, biasanya diaplikasikan pada atap dan langit-langit, dinding serta lantai. Insulasi mengurangi hilangnya panas yang tidak diinginkan atau dapat juga menambahkan panas. Insulasi dapat mengurangi kebutuhan energi dari sistem pemanas dan pendingin. Gambar 10. Insulasi sebagai pendingin dan pemanas ruang Diakses dari tukangbata.blogspot.com pada 10 April 2015 Bahan atau material insulasi tidak padat seperti bahan bangunan lainnya yang merupakan konduktor. Material ini memiliki jutaan kantong udara kecil didalam serat atau gelembung dalam insulasi busa plastik. Serat dan gelembung kecil ini membantu untuk memperlambat proses transmisi panas. R-value atau nilai-R adalah istilah yang diberikan untuk material insulasi termal. Semakin tinggi nilai R dari suatu produk material insulasi maka semakin efektif nilai insulasi material tersebut. Insulasi membantu dalam mengurangi penggunaan sistem pemanas dan pendingin buatan, menghemat biaya, meningkatkan kenyamanan penghuni ruang, mengurangi kebisingan, memperlambat dan mencegah kebocoran udara dan transmisi uap air, serta membantu meningkatkan ketahanan bangunan terhadap api. Ada dua jenis insulasi utama, yaitu: Insulasi curah/bulk (biasanya berupa gulungan atau papan) bertindak sebagai penghalang untuk aliran panas, menjaga panas yang tidak diinginkan didalam atau 24 diluar bangunan. Hal ini umumnya terbuat dari bahan-bahan seperti glass wool, polyester, woll atau kertas daur ulang. Insulasi reflektif membantu menjaga kesejukan didalam ruangan dengan membelokan radiasi panas. Ini biasanya diaplikasikan bersama alumunium foil yang dilaminasi ke kertas atau plastik dan tersedia dalam bentuk lembaran atau bantalan. Insulasi termal dapat dikategorikan oleh komposisi material (bahan-bahan alami atau sintetis), bentuk material (batts, blanket, loose-fill, spray foam, dan panels), structural material (insulasi bentuk beton, panel terstruktur, dan jerami), fungsionalnya (konduktif, radiasi, dan konveksi), ketahanan terhadap perpindahan panas, dampak terhadap lingkungan, dan lain-lain. Pilihan bahan dan kombinasi bahan yang digunakan tergantung pada berbagai macam faktor. Selain memiliki kelebihnan, beberapa material insulasi termal juga memiliki resiko kesehatan bahkan beberapa material sudah tidak diizinkan untuk digunakan seperti asbes dan urea formaldehida. Spray foam adalah jenis insulasi yang disemprotkan ditempat melalui alat semprotan khusus. Polyurethane salah satu contoh material tipe spray yang banyak digunakan. Insulasi spray foam disemprotkan ke beton, dalam rongga dinding interior ruang yang belum selesai atau dapat dengan cara melubangi selubung/drywall ke dalam rongga dinding yang belum selesai. Gambar 11. Pengaplikasian material spray foam pada langit-langit dan dinding Diakses dari Google pada 13 April 2015 Terdapat 2 tipe spray foam, yaitu: Open cell foam insulation Jenis busa yang sel-sel pada materialnya kecil dan tidak benar-benar padat. Material ini lebih murah karena bahan kimia yang digunakan lebih sedikit. Merupakan penghalang udara yang baik. Penampilan material berupa spons, 25 umumnya digunakan untuk dinding interior karena memberikan pengurangan suara dan tidak dianjurkan untuk luar ruangan. Closed cell foam insulation Sel-sel pada closed cell lebih padat dari satu sel ke sel yang lainnya. Merupakan penghalang udara yang sangat baik serta penghalang uap air. Hal ini digunakan pada atap, tetapi juga dapat digunakan pada bagian rumah lainnya. Material insulasi termal yang sering digunakan lainnya adalah Expanded Polystyrene (EPS), material berbahan plastik yang memiliki sifat khusus karena strukturnya terdiri dari sel-sel yang kepadatannya rendah atau ringan. EPS berupa busa plastic yang menawarkan sifat insulasi yang sangat baik dengan biaya yang rendah. Tersedia dalam berbagai ketebalan dan kepadatan untuk aplikasi pada dinding, pondasi dan pipa di bangunan perumahan, komersial, dan industri. EPS dengan ketebalan 5 cm umumnya sering digunakan. Gambar 12. Material Expanded Polystyrene (EPS) Diakses dari www.inmatteria.com pada 13 April 2015 Keuntungan dari material EPS ini, yaitu: Mengurangi gerakan udara pada dinding Tahan terhadap rayap, jamur dan lumut Tersedua dalam berbagai ketebalan, kepadatan dan ukuran Tahan lama, kuat dan stabil Tidak mengandung CFC Dapat didaur ulang dan biaya terjangkau 26 Selain aplikasi pada material bangunan, insulasi termal juga dapat diaplikasikan pada ventilasi udara atau jendela. Insulated glazing atau yang lebih dikenal double glazing dan triple glazing adalah dua hingga tiga panel kaca pada jendela yang dipisahkan oleh air gap atau gas lainnya untuk mengurangi perpindahan panas di bagian selubung bangunan. Biasanya ketebalan kaca dari 3 mm sampai 10 mm atau lebih dalam pemakaian khusus. Kaca yang digunakan dapat berupa kaca tempered atau laminated. Ketebalan ruang hampa diantara panel kaca umumnya 16-19 mm atau dua kali dari ketebalan kaca. Untuk meningkatkan kinerja isolasi udara didalam ruang hampa (air gap) dapat diganti dengan gas dengan konduktivitas termal rendah seperti argon, krypton dan xenon. Gas-gas yang digunakan tidak beracun, tidak berbau dan tersedia di pasaran hanya saja harga gas-gas tersebut masih sangat mahal. Gambar 13. Contoh jendela dengan double glazing dan triple glazing Diakses dari www.filbertec.com pada 15 April 2015 27 2.3. Kerangka Berpikir Gambar 14. Kerangka Berpikir Penelitian 2.4. Hipotesa Hipotesa dalam penelitian ini yaitu bahwa dengan pengoptimalan perancangan pasif seperti ventilasi alami, teritisan (overhang) dan pengaplikasian insulasi termal pada bangunan dapat mengurangi radiasi matahari dan membantu pergerakan angin masuk kedalam ruang hostel sehingga kenyamanan termal dalam hostel dapat terpenuhi tanpa harus menggunakan Air Conditioner (AC) secara terus menerus sehingga pemborosan energi dapat diminimalisir. 2.5. Unsur Kebaruan (Novelty) Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya yaitu penerapan kenyamanan termal pada ruang hostel khususnya ruang kamar dorm dengan pengaplikasian bukaan/ventilasi alami, teritisan (overhang) dan material insulasi termal sehingga penggunaan Air Conditioner (AC) dapat diminimalkan. 28