bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Umum
2.1.1. Pengertian Hotel
Menurut (Sulastiyono, 2011), hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh
pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar
untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu membayar
dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya
perjanjian khusus.
Pengertian hotel berdasarkan Keputusan Menteri Parpostel Nomor KM
94/HK103/MPPT 1987, hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan
sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan
dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersil.
Klasifikasi Hotel ditetapkan berdasarkan minimum jumlah kamar, fasilitas dan
peralatan yang tersedia serta mutu pelayanan sebagaimana disyaratkannya (Dirjen
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi,SKNo. KM 37/ PW.304/ MPPT–86 7 Juni
1986).Penentuan kelas atau bintang diadakan setiap tiga tahun sekali dan ditetapkan oleh
Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata dalam bentuk sertifikat.
2.1.2. Pengertian Hostel
Menurut Markward (Markward, 2008), Hostel menyediakan akomodasi yang
berorientasi pada anggaran, akomodasi dimana para tamu dapat menyewa tempat tidur
dan berinteraksi, umumnya tempat tidur dengan ranjang bersusun, seperti asrama yang
saling berbagi kamar mandi, ruang berkumpul dan terkadang dapur. Kamar hostel dapat
tercampur antara pria dan wanita, tetapi dapat juga hanya untuk pria/wanita.
Tarif pada hostel biasanya lebih murah dibanding hotel. Dan tidak sedikit
pengguna hostel yang tinggal untuk waktu yang lama. Di beberapa Negara, seperti di
Inggris, Irlandia, India dan Australia, kata hostel terkadang juga mengacu pada
9
10
akomodasi berjangka panjang. Di India, Pakistan dan Afrika, hostel dapat dijadikan
sebagai asrama mahasiwa di universitas. Sedangkan di bagian dunia lainnya, kata hostel
diartikan kepada akomodasi penginapan dengan sistem berbagi (shared) untuk
wisatawan atau backpackers.
Gambar 1. Ruang Komunal dan Kamar Hostel
Diakses dari Google pada 19 Maret 2015
Kata-kata “hotel”, “hostel”, dan “hostal” yang secara etimologisnya sama,
berasal dari Bahasa Perancis yang diartikan kebahasa Inggris, yang berarti “rumah sakit”
atau tempat istirahat. (Rodriguez, 2011)
2.1.3. Perbedaan Hotel dan Hostel
Berikut ada beberapa perbedaan antara hotel dan hostel, yaitu:
1. Hostel sebagai akomodasi yang mengacu pada anggaran/biaya yang biasanya murah,
dan banyak hostel yang menawarkan beberapa fasilitas seperti terdapat suatu ruang
dimana pengguna hostel dapat saling berbagi buku, DVD, dan beberapa barang
lainnya.
2. Lingkungan hostel tidak formal seperti lingkungan hotel.
3. Di hostel terdapat sebuah ruang komunal dimana kesempatan untuk bersosialisasi
dengan tamu lainnya lebih tinggi dibanding hotel, sehingga terdapat faktor sosial
yang tinggi di hostel.
11
4. Ruang komunal
Gambar 2. Lounge dan Dapur pada Hostel
Diakses dari Google pada 19 Maret 2015
Tingkat privasi di hostel lebih sedikit dibandingkan dengan hotel. Berbagi kamar
sebagai tempat beristirahat tentu berbeda dibanding dengan kamar hotel. Hostel
mendorong adanya interaksi sosial antar tamu dengan saling berbagi kamar dan ruang
komunal seperti lounge, dapur, dan kafe. Namun, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan wisatawan yang berada di hostel, yaitu lebih memperhatikan barang
bawaan pribadi, karena tamu berbagi ruang dengan tamu lainnya. Hal ini memicu
pengelola hostel untuk membuat sistem keamanan seperti loker pribadi bagi para
tamu untuk menyimpan barang bawaan mereka, 24 jam pengawasan, dan CCTV.
Gambar 3. Loker di Hostel
Diakses dari Google pada 19 Maret 2015
5. Dalam upaya untuk menarik lebih banyak pengunjung, banyak hostel memberikan
jasa atau layanan tambahan yang sebelumnya tidak tersedia, seperti antar jemput dari
bandara, kafe dengan internet, kolam renang dan spa, penyewaan mobil, dan
pemesanan tiket.
12
Gambar 4. Ruang Kafe dilengkapi dengan komputer dan internet
Diakses dari Google pada 19 Maret 2015
2.1.4. Pengertian Backpackers
Backpacking adalah melakukan sebuah perjalanan murah dan independen,
wisatawan biasanya menggunakan ransel yang mudah dibawa untuk perjalanan jarak
jauh atau jangka waktu yang lama, menggunakan transportasi umum, penginapan murah
seperti hostel, durasi perjalanan yang lebih lama dibanding liburan pada umumnya, dan
memiliki niat yang besar untuk berinteraksi dengan penduduk setempat. (Government,
2014)
Menurut Rodriguez, (Rodriguez, 2011) beberapa karakteristik dari backpackers,
yaitu:
1. Memilih akomodasi yang murah dengan tinggal di hostel
2. Tinggal di hostel agar dapat bertemu dengan backpackers lainnya, sehingga
memperoleh informasi dari backpackers lainnya
3. Senang untuk bertemu dan berinteraksi dengan penduduk setempat untuk
menemukan budaya baru, menambah kenangan dan pengalaman akan hidup
4. Mengatur anggaran untuk perjalanan yang berjangka
5. Mandiri dalam mengatur rencana dan fleksibel terhadap waktu
6. Aktif (interaksi dengan penduduk dan lingkungan setempat)
7. Umumnya berumur 20-35 tahun
8. Menggunakan transportasi umum dan mencari penerbangan murah
13
2.1.5. Karakteristik Lokasi Hostel
Dalam
penelitiannya,
Wilhelm
(Wilhelm,
2013)
memaparkan
beberapa
karakteristik lokasi hostel pada umumnya, diantaranya:
1. Terletak di perkotaan, dekat dengan transportasi umum, dan kehidupan malam.
2. Umumnya dekat dengan kawasan kota tua dan pecinan atau landmark dalam suatu
kota, karena pengguna hostel yakni backpackers, biasanya memiliki keinginan untuk
mempelajari budaya atau sejarah kota, interaksi dengan penduduk setempat dan
memilih tempat wisata yang murah atau terjangkau.
2.2. Tinjauan Khusus
2.2.1. Definisi Sustainable Design
Desain yang berkelanjutan (sustainable design) merupakan salah satu bagian yang
terlingkupi
oleh pembangunan
yang berkelanjutan (sustainable development).
McLennan (McLennan, 2004) menyatakan dalam bukunya bahwa “sustainable design is
a design philosophy that seek to maximize the quality of the built environment, while
minimizing or eliminating negative impact to the natural environment”. Hal tersebut
menjelaskan bahwa desain berkelanjutan merupakan sebuah filosofi desain yang
berusaha untuk memaksimalkan kualitas lingkungan binaan namun meminimalkan atau
menghilangkan dampak negatifnya kepada alam.
Tujuan dari sustainable adalah lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
juga terhadap manusia. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menggambarkan
sebuah desain yang berkelanjutan, yaitu:
1. Mengurangi
2. Menggunakan kembali
3. Daur ulang
4. Memperbaharui
Menurut Tri Harso Karyono (Karyono, 2010) dalam bukunya Green Architecture,
prinsip-prinsip sustainable adalah:
1. Memperhatikan pada iklim setempat
a. Penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengaturan iklim
14
b. Melakukan antisipasi terhadap problematik yang ditimbulkan iklim setempat untuk
dipecahkan secara ilmiah.
2. Efisiensi lahan
a. Menggunakan lahan secara efisien, tidak semua lahan perlu dijadikan bangunan
atau ditutupi dengan bangunan
3. Substitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui
a. Pemanfaatan energi surya
b. Renewable energy, menggunakan alternatif lain untuk mendapatkan hasil energi
seperti memanfaatkan energi surya
c. Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharukan digunakan secara efisien dan
digunakan dengan teknologi yang tepat
d. Memajukan penggunaan energi alternatif
4. Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang hemat energi
a. Penggunaan bahan bangunan yang sustainable
b. Optimalisasi penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan
c. Penggunaan sisa-sisa bahan bangunan
5. Pembentukan peredaran yang utuh antara penyedia dan pembuang bahan bangunan
energi dan air
a. Gas kotor, limbah air dan sampah dihindari sejauh mungkin
b. Mendaur ulang limbah yang digunakan kembali (air kotor diprogres untuk
menyiram kebun)
c. Memperhatikan pada air minum dan air limbah
d. Perhatian pada pangan sampah
6. Hemat energi secara menyeluruh
Meminimalkan “perolehan panas” radiasi matahari yang jatuh mengenai bangunan,
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Menghalangi radiasi matahari langsung pada dinding transparan yang dapat
mengakibatkan suhu dalam bangunan
b. Mengurangi radiasi matahari langsung ke bangunan dengan cara membuat dinding
berlapis yang diberi ventilasi pada rongganya, dan menempatkan ruang-ruang
servis pada sisi timur dan barat.
15
2.2.2. Definisi Arsitektur Hemat Energi
Priatman (Priatman, 2002) mengartikan arsitektur hemat energi adalah arsitektur
yang berlandaskan pada pemikiran ‘meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi
atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya’
dengan memanfaatkan sains dan teknologi secara aktif.
Penghematan energi yang dapat diaplikasikan pada bangunan arsitektur yang
hemat energi umumnya lebih mengoptimalkan sistem tata udara dan tata cahaya alami.
Keduanya merupakan sumber energi yang berlimpah dan ‘gratis’. Credo form follows
function bergeser menjadi form follows energy yang berdasarkan pada prinsip konservasi
energi (non-renewable resources).
Hawkes Dean (Hawkes, Partnership, & Foster, 2002) dalam bukunya menjelaskan
bahwa desain bangunan yang hemat energi dapat diartikan sebagai perancangan
bangunan untuk meminimalisasi penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan
maupun kenyamanan dan produktivitas penghuninya. Sehingga untuk mencapai tujuan
tersebut, perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan pasif
maupun aktif. Pendekatan pasif mengandalkan kemampuan perancang atau arsitek untuk
mengantisipasi fluktuasi iklim luar melalui solusi arsitektural, sedangkan perancangan
aktif memerlukan perancang dan engineering melalui solusi teknologi (Priatman, 2007).
2.2.3. Iklim Tropis
Iklim berasal dari Bahasa Yunani, yang berdasarkan kamus Oxford berarti daerah
dengan kondisi, suhu, kelembapan, angin dan cahaya matahari. Dalam pengertian
ilmiah, iklim adalah integrasi berbagai parameter fisik lingkungan atmosfir, yang
menjadi karakteristik geografis kawasan tertentu. Sedangkan tropis merupakan kata
yang berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “tropikos” yang berarti garis balik yang meliputi
sekitar 40% dari luas seluruh permukaan bumi. Balik ini adalah garis lintang 23°27’
Utara dan Selatan.
16
Tabel 1. Ciri Bangunan Sesuai Iklim
Iklim
Tropis
Ciri/kriteria bangunan
Pada iklim tropis, bangunan akan didesain
dengan banyak bukaan. Bangunan didesain
dengan mengutamakan pembayangan agar
bangunan tidak terlalu panas.
Pada iklim tropis, bangunan akan menggunakan
balkon atau beranda sebagai salah satu strategi
perancangan. Dinding bangunan akan lebih
tebal.
Pada iklim dingin, bangunan akan memiliki
ruang peralihan sebelum benar-benar masuk ke
dalam rumah.
Sub Tropis
Dingin
Sumber: Sue Roaf, Manuel Fuentes dan Stephanie Thomas, Ecohouse
Berdasarkan kutipan dalam buku Bangunan Tropis (Lippsmeier, 1980),
Lippsmeier menyatakan bahwa iklim digolongkan menjadi iklim makro dan iklim
mikro.
1. Iklim makro merupakan iklim suatu Negara, benua, atau daerah tertentu. Iklim
tersebut menurut sifat digolongkan menjadi 3 yaitu daerah tropis lembab, daerah
tropis kering dan daerah pegunungan.
2. Iklim mikro merupakan iklim dilapisan udara dekat permukaan bumi.
Iklim makro di Indonesia sendiri yaitu tropis lembab dimana daerah beriklim ini
mengalami hujan dan kelembapan tinggi dengan suhu yang hampir selalu tinggi, angin
sedikit, radiasi matahari sedang sampai kuat, dan pertukaran panas kecil karena
tingginya kelembapan. Semakin tinggi letak suatu tempat dari permukaan laut, maka
semakin berkurang temperatur udaranya. Pada iklim tropis lembab ini terdapat
perbedaan suhu yang relatif kecil antara suhu siang dan suhu pada malam hari.
2.2.4. Kenyamanan Termal
Kenyamanan termal (thermal comfort) pada dasarnya merupakan perancangan
bangunan hemat energi dengan pendekatan perancangan pasif yang bertujuan untuk
mencapai kenyamanan termal. Faktor-faktor alam yang tentunya mempengaruhi
kenyamanan termal bagi manusia adalah suhu udara, kelembapan udara, dan pergerakan
angin.
17
Menurut Satwiko (Satwiko, 2004) ada enam faktor yang mempengaruhi
kenyamanan termal, dimana empat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan dua
dipengaruhi oleh faktor manusia, yaitu:
1. Suhu udara/temperatur udara
Batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah khatulistiwa adalah 19ºC TE (batas
bawah) - 26ºC TE (batas atas). Pada suhu 26ºC umumnya manusia sudah mulai
berkeringat (Lippsmeier, Bangunan Tropis, 1997). Daya tahan dan kemampuan
bekerja manusia akan mulai menurun pada suhu 26ºC TC - 30ºC TC.
Gambar 5. Batas kenyamanan dalam temperatur efektif
Sumber: Buku Bangunan Tropis (Lippsmeier, Bangunan Tropis, 1997)
Produktivitas manusia cenderung akan mengalami penurunan atau rendah pada
kondisi udara yang tidak nyaman, seperti halnya bila suhu udara terlalu dingin atau
terlalu panas. Produktivitas kerja manusia meningkat pada kondisi suhu yang nyaman
(Idealistina, 1991). Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa batas kenyamanan
TE berbeda-beda tergantung pada lokasi geografis dan subjek manusia yang diteliti.
2. Kecepatan angin
Kecepatan udara yang terjadi disebabkan oleh pemanasan lapisan-lapisan udara yang
berbeda-beda. Skalanya berkisar mulai dari angin sepoi-sepoi hingga angin topan,
yakni kekuatan angin dari 0-12 (Skala Beaufort).
Angin adalah udara yang bergerak karena adanya gaya yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan tekanan dan perbedaan suhu. Pada daerah tropis lembab, angin cenderung
minim namun biasa berhembus kuat pada siang hari (Satwiko, 2004). Kenyamanan
tropis lembab hanya dapat dicapai dengan aliran angin yang cukup.
Tabel 2. Pengaruh Kecepatan Angin
Kecepatan Angin
(km/jam)
0-2
2-10
10-20
Pengaruhnya Terhadap Manusia
Tidak ada angin
Angin terasa di wajah dan rambut
Debu naik, kertas terbang, rambut dan pakaian berantakan
18
20-25
25-30
30-55
55-100
>100
Kekuatan angin terasa di tubuh
Payung sukar digunakan
Susah untuk berjalan, manusia terasa seperti didorong oleh
angin
Angin topan/badai, berbahaya bagi manusia dan struktur
bangunan
Kekuatan angin tornado, sangat berbahaya bagi manusia
dan struktur bangunan
Sumber: Buku Fisika Bangunan (Mangunwijaya, 1997)
3. Kelembapan udara relatif (Relative Humidity)
Kadar kelembapan udara berbeda dengan unsur yang lainnya, dapat mengalami
fluktuasi yang tinggi dan tergantung pada perubahan suhu udara. Semakin tinggi suhu
udara, semakin tinggi pula dengan kemampuan udara menyerap air. Indonesia
merupakan salah satu Negara dengan iklim makro tropis lembab (Lippsmeier,
Bangunan Tropis, 1997). Daerah dengan iklim ini mengalami hujan dan kelembapan
yang tinggi. Angin sedikit, radiasi matahari sedang sampai kuat, dan pertukaran panas
kecil disebabkan oleh tingginya kelembapan.
4. Radiasi Matahari
Suhu radiasi rata-rata merupakan ukuran suhu untuk aliran panas radiasi dari
sekeliling permukaan (selubung) yang menaungi ruangan, dimana kondisi suhu
tersebut terkait dengan jenis material, tekstur, dan warnanya.
Langit di daerah beriklim tropis cenderung selalu berawan sepanjang tahun biarpun di
wilayah pantai yang biasanya cerah. Dengan demikian, radiasi matahari terpancar
terus menerus dan sebagian lainnya tereduksi oleh asap. Jadi pada malam hari, panas
matahari disiang hari terkumulasi tetap ada dan tidak menghilang begitu saja.
5. Aktivitas Manusia
Jenis aktivitas yang dilakukan oleh manusia memiliki pengaruh besar terhadap laju
metabolisme tubuh manusia. Tubuh akan terus melakukan metabolisme dan
menghasilkan panas yang akan terus terpancar (McDowall, 2008). Besarnya
metabolisme yang dihasilkan bervariasi tergantung jenis aktivitas yang dilakukannya,
semakin banyak pergerakan atau aktivitas yang dilakukan maka tingkat suhu akan
bertambah. Setiap pemakaian energi oleh tubuh akan menghasilkan panas dan jika
mencapai suhu optimum tubuh maka reaksi pada tubuh akan mengeluarkan keringat.
19
6. Jenis Pakaian
Pakaian yang dikenakan akan berpengaruh pada kualitas proses pertukaran panas
antara tubuh manusia dan ruang lingkungannya. Pakaian sendiri bersifat insulator.
Besar pertukaran suhu bergantung pada jenis, bahan, sifat, bentuk, warna dan
ketebalan pakaian.
2.2.5. Perancangan Pasif dari Sisi Penghawaan
Perancangan pasif mengandalkan kemampuan arsitek dalam merancang bangunan
yang dengan sendirinya dapat mengantisipasi permasalahan di iklim luar bangunan.
Perancangan pasif di wilayah tropis seperti Indonesia umumnya digunakan untuk
mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah
atau diminimalkan, tanpa mengurangi kebutuhan akan penerangan dan pengudaraan
alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas dapat dimanfaatkan komponen
cahayanya sebagai penerangan alami dan menepis panas terhadap bangunan.
Dalam pengaplikasiannya teori-teori penghawaan alami pada bangunan, menurut
Prianto (Prianto, 2007) dalam bukunya menyebutkan semakin maju dan serba modern di
jaman seperti sekarang ini, energi listrik sudah menjadi kebutuhan primer bagi
kehidupan manusia. Segala perlengkapan kebutuhan hidup kini mengkonsumsi energi
listrik, bahkan untuk tempat perlindungan (rumah/bangunan) dalam usaha menciptakan
kenyamanan. Sehingga banyak orang membutuhkan penghawaan buatan seperti AC
untuk menjaga suhu ruangan tetap nyaman.
Menurut Satwiko (Satwiko, 2004), perancangan pasif dapat berupa bukaan
sirkulasi udara yang membuat udara atau aliran angin dapat masuk dan keluar didalam
ruang. Bukaan pada ruang dirancang sedemikian rupa sehingga sirkulasi penghawaan
alami pada ruang dapat berjalan atau terjadi pertukaran udara.
20
Gambar 6. Pengaruh penghawaan alami pada aliran udara
Selain bukaan pada ruang, teritisan atau kisi-kisi juga dapat berpengaruh pada
sirkulasi udara yang masuk ke dalam ruang. Bentuk dan peletakan teritisan (overhang)
dapat membelokan atau mengarahkan angin.
Tri Harso Karyono (Karyono, 2009) berpendapat bahwa pengurangan radiasi
matahari pada bangunan dapat dilakukan dengan menciptakan pembayangan oleh
bangunan disekitarnya, atau dengan pembayangan pohon besar disekitar bangunan. Jika
perolehan panas matahari dapat diminimalkan, maka suhu udara didalam bangunan akan
rendah. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk meminimalisirkan penggunaan AC namun tetap dapat menjaga
kenyamanan termal, yaitu:
1. Orientasi bangunan
Memperhatikan orientasi pada letak bangunan dengan mempertimbangkan arah garis
edar matahari, ini bertujuan untuk menghindari radiasi panas matahari yang akan
diterima oleh permukaan bangunan. Radiasi panas matahari sendiri akan berdampak
pada suhu didalam ruang yang terkena sinar langsung. Pada daerah diiklim tropis
21
seperti di Indonesia, permukaan bangunan yang menghadap ke arah timur dan barat
menerima radiasi panas matahari lebih besar dibanding dengan permukaan bangunan
di bagian utara dan selatan.
2. Ventilasi alami
Ventilasi alami adalah proses pergantian udara secara alami (tanpa melibatkan
peralatan mekanis, seperti mesin penyejuk udara buatan). Kualitas ventilasi alami
sangat tergantung pada kualitas udara lingkungan. Oleh karena itu, pemahaman akan
iklim dan cuaca menjadi sangat penting. Ada tiga penerapan prinsip ventilasi yang
berbeda untuk ventilasi alami, yaitu:
 Single-side ventilation (ventilasi satu sisi)
Gambar 7. Single-side ventilation
Ventilasi Single bergantung pada bukaan yang hanya terdapat pada satu sisi saja.
Udara segar yang masuk ke dalam ruang melalui sisi yang sama dengan udara yang
keluar. Dengan bukaan pada ventilasi tunggal tersebut, pendorong utama ketika
musim kemarau adalah turbulensi angin. Kenyamanan termal bergantung pada
perbedaan suhu antara bagian luar dan dalam bangunan, jarak vertikal antara bukaan
dan daerah bukaan.
 Cross ventilation (ventilasi silang)
Ventilasi silang terjadi ketika udara mengalir di antara dua sisi selubung bangunan,
melalui angin yang disebabkan karena perbedaan tekanan antara keduanya.
Gambar 8. Ventilasi silang (Cross Ventilation)
22
 Stack ventilation (ventilasi atap)
Gambar 9. Stack Ventilation (Ventilasi Atap)
Ventilasi atap terjadi dimana kekuatan pendorong menyebabkan arus udara keluar
dari gedung dan menarik udara segar melalui ventilasi pada tingkat rendah.
Merancang outlet yang disebabkan oleh perbedaan tekanan, dapat meningkatkan
efektivitas ventilasi silang. Hal tersebut dapat dicapai diantaranya dengan
menyesuaikan tinggi lantai dengan tinggi langit-langit, meninggikan profil dari atap
atau menerapkan cerobong.
3. Vegetasi
Vegetasi adalah berbagai macam jenis tumbuhan atau tanaman yang menempati suatu
ekosistem. Vegetasi juga dapat didefinisikan sebagai tumbuhan penutup permukaan
bumi. Dari sejumlah penelitian dinyatakan bahwa vegetasi memiliki pengaruh
signifikan terhadap kondisi iklim makro. Purnomo (Purnomo, 2003) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa terdapat tiga hal yang mempengaruhi kondisi suhu,
yakni pertama pembayangan pohon dapat menahan radiasi panas matahari yang
mempengaruhinya, kedua penataan vegetasi dapat menjadikan proses evapotraspirasi
pohon yang baik mampu menurunkan suhu udara sekitarnya, ketiga proses
penghambatan radiasi panas matahari yang mengenai variasi bahan perkerasan
disekitarnya tertahan oleh pola vegetasi.
2.2.6. Insulasi Termal
Menurut Allen (Allen, 2005), Insulasi termal membantu menjaga agar bangunan
dapat lebih dingin di musim panas dan lebih hangat di musim dingin dengan merintangi
laluan panas melalui permukaan luar bangunan tersebut. Insulasi termal ini membantu
penghuni bangunan tersebut merasa lebih nyaman dengan mengatur temperatur
permukaan dalam bangunan dan mengurangi tarikan konveksi dan insulasi ini
23
mengurangi konsumsi energi bangunan tersebut untuk pemanasan dan pendinginan
sebanyak energi yang hilang jika bangunan tersebut tidak menggunakan insulasi.
Material insulasi termal digunakan untuk membantu mencapai kenyamanan termal
yang mengurangi laju perpindahan panas melalui material tersebut, biasanya
diaplikasikan pada atap dan langit-langit, dinding serta lantai. Insulasi mengurangi
hilangnya panas yang tidak diinginkan atau dapat juga menambahkan panas. Insulasi
dapat mengurangi kebutuhan energi dari sistem pemanas dan pendingin.
Gambar 10. Insulasi sebagai pendingin dan pemanas ruang
Diakses dari tukangbata.blogspot.com pada 10 April 2015
Bahan atau material insulasi tidak padat seperti bahan bangunan lainnya yang
merupakan konduktor. Material ini memiliki jutaan kantong udara kecil didalam serat
atau gelembung dalam insulasi busa plastik. Serat dan gelembung kecil ini membantu
untuk memperlambat proses transmisi panas. R-value atau nilai-R adalah istilah yang
diberikan untuk material insulasi termal. Semakin tinggi nilai R dari suatu produk
material insulasi maka semakin efektif nilai insulasi material tersebut.
Insulasi membantu dalam mengurangi penggunaan sistem pemanas dan pendingin
buatan, menghemat biaya, meningkatkan kenyamanan penghuni ruang, mengurangi
kebisingan, memperlambat dan mencegah kebocoran udara dan transmisi uap air, serta
membantu meningkatkan ketahanan bangunan terhadap api.
Ada dua jenis insulasi utama, yaitu:
 Insulasi curah/bulk (biasanya berupa gulungan atau papan) bertindak sebagai
penghalang untuk aliran panas, menjaga panas yang tidak diinginkan didalam atau
24
diluar bangunan. Hal ini umumnya terbuat dari bahan-bahan seperti glass wool,
polyester, woll atau kertas daur ulang.
 Insulasi reflektif membantu menjaga kesejukan didalam ruangan dengan
membelokan radiasi panas. Ini biasanya diaplikasikan bersama alumunium foil
yang dilaminasi ke kertas atau plastik dan tersedia dalam bentuk lembaran atau
bantalan.
Insulasi termal dapat dikategorikan oleh komposisi material (bahan-bahan alami
atau sintetis), bentuk material (batts, blanket, loose-fill, spray foam, dan panels),
structural material (insulasi bentuk beton, panel terstruktur, dan jerami), fungsionalnya
(konduktif, radiasi, dan konveksi), ketahanan terhadap perpindahan panas, dampak
terhadap lingkungan, dan lain-lain. Pilihan bahan dan kombinasi bahan yang digunakan
tergantung pada berbagai macam faktor. Selain memiliki kelebihnan, beberapa material
insulasi termal juga memiliki resiko kesehatan bahkan beberapa material sudah tidak
diizinkan untuk digunakan seperti asbes dan urea formaldehida.
Spray foam adalah jenis insulasi yang disemprotkan ditempat melalui alat
semprotan khusus. Polyurethane salah satu contoh material tipe spray yang banyak
digunakan. Insulasi spray foam disemprotkan ke beton, dalam rongga dinding interior
ruang yang belum selesai atau dapat dengan cara melubangi selubung/drywall ke dalam
rongga dinding yang belum selesai.
Gambar 11. Pengaplikasian material spray foam pada langit-langit dan dinding
Diakses dari Google pada 13 April 2015
Terdapat 2 tipe spray foam, yaitu:
 Open cell foam insulation
Jenis busa yang sel-sel pada materialnya kecil dan tidak benar-benar padat.
Material ini lebih murah karena bahan kimia yang digunakan lebih sedikit.
Merupakan penghalang udara yang baik. Penampilan material berupa spons,
25
umumnya digunakan untuk dinding interior karena memberikan pengurangan
suara dan tidak dianjurkan untuk luar ruangan.
 Closed cell foam insulation
Sel-sel pada closed cell lebih padat dari satu sel ke sel yang lainnya. Merupakan
penghalang udara yang sangat baik serta penghalang uap air. Hal ini digunakan
pada atap, tetapi juga dapat digunakan pada bagian rumah lainnya.
Material insulasi termal yang sering digunakan lainnya adalah Expanded
Polystyrene (EPS), material berbahan plastik yang memiliki sifat khusus karena
strukturnya terdiri dari sel-sel yang kepadatannya rendah atau ringan. EPS berupa busa
plastic yang menawarkan sifat insulasi yang sangat baik dengan biaya yang rendah.
Tersedia dalam berbagai ketebalan dan kepadatan untuk aplikasi pada dinding, pondasi
dan pipa di bangunan perumahan, komersial, dan industri. EPS dengan ketebalan 5 cm
umumnya sering digunakan.
Gambar 12. Material Expanded Polystyrene (EPS)
Diakses dari www.inmatteria.com pada 13 April 2015
Keuntungan dari material EPS ini, yaitu:
 Mengurangi gerakan udara pada dinding
 Tahan terhadap rayap, jamur dan lumut
 Tersedua dalam berbagai ketebalan, kepadatan dan ukuran
 Tahan lama, kuat dan stabil
 Tidak mengandung CFC
 Dapat didaur ulang dan biaya terjangkau
26
Selain aplikasi pada material bangunan, insulasi termal juga dapat diaplikasikan
pada ventilasi udara atau jendela. Insulated glazing atau yang lebih dikenal double
glazing dan triple glazing adalah dua hingga tiga panel kaca pada jendela yang
dipisahkan oleh air gap atau gas lainnya untuk mengurangi perpindahan panas di bagian
selubung bangunan. Biasanya ketebalan kaca dari 3 mm sampai 10 mm atau lebih dalam
pemakaian khusus. Kaca yang digunakan dapat berupa kaca tempered atau laminated.
Ketebalan ruang hampa diantara panel kaca umumnya 16-19 mm atau dua kali dari
ketebalan kaca. Untuk meningkatkan kinerja isolasi udara didalam ruang hampa (air
gap) dapat diganti dengan gas dengan konduktivitas termal rendah seperti argon,
krypton dan xenon. Gas-gas yang digunakan tidak beracun, tidak berbau dan tersedia di
pasaran hanya saja harga gas-gas tersebut masih sangat mahal.
Gambar 13. Contoh jendela dengan double glazing dan triple glazing
Diakses dari www.filbertec.com pada 15 April 2015
27
2.3. Kerangka Berpikir
Gambar 14. Kerangka Berpikir Penelitian
2.4. Hipotesa
Hipotesa dalam penelitian ini yaitu bahwa dengan pengoptimalan perancangan
pasif seperti ventilasi alami, teritisan (overhang) dan pengaplikasian insulasi termal pada
bangunan dapat mengurangi radiasi matahari dan membantu pergerakan angin masuk
kedalam ruang hostel sehingga kenyamanan termal dalam hostel dapat terpenuhi tanpa
harus menggunakan Air Conditioner (AC) secara terus menerus sehingga pemborosan
energi dapat diminimalisir.
2.5. Unsur Kebaruan (Novelty)
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya yaitu penerapan
kenyamanan termal pada ruang hostel khususnya ruang kamar dorm dengan
pengaplikasian bukaan/ventilasi alami, teritisan (overhang) dan material insulasi termal
sehingga penggunaan Air Conditioner (AC) dapat diminimalkan.
28
Download