Tugas : Bisnis Internasional Tanggal Pengumpulan : Dosen : Arief Daryanto, Ir, DipAgEc,MEc, PhD CAMPUR TANGAN PEMERINTAH DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Disusun oleh : Lily Purnama Sari P056080622.31E Minia Artpita Barus P056080632.31E PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGANTAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL Perekonomian suatu negara berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh perekonomian Negara lain. Hubungan ini meliputi transaksi ekonomi berupa perdagangan barang-barang, jasa-jasa dan sumber-sumber serta transaksi investasi penanaman modal dan transaksi finansial utang-piutang. Perekonomian internasional tersebut mempelajari 4 aspek antara lain sebagai berikut : 1. Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional adalah hubungan tukar-menukar barang atau jasa yang saling menguntungkan antara suatu Negara dengan negara lainnya. Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional, antara lain : a. Perbedaan sumber daya yang dimiliki. b. Perbedaan kualitas penduduk ditinjau dari segi pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya. c. Berkembangnya sistem komunikasi dan sarana transportasi. d. Adanya spesialisasi produksi. Selain itu, manfaat yang bisa diperoleh dari adanya perdagangan internasional / antarnegara, antara lain : a. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi dalam negeri Setiap Negara tidak dapat menghasilkan semua barang-barang yang dibutuhkannya, untuk itu diperlukan perdagangan antar Negara yang satu dengan negara yang lain. Misalnya, negara-negara maju memerlukan hasil alam tetapi barang tersebut tidak dapat dihasilkan di Negara-negara mereka. Maka mereka terpaksa mengimpor barangbarang tersebut dari negara-negara di Asia Tenggara terutama dari Indonesia, Thailand, Dan Malaysia. Sebaliknya negara-negara di Asia Tenggara belum dapat memproduksi sendiri beberapa hasil Industri modern, seperti pesawat terbang, kapal pengangkut minyak dan mesin-mesin industri. Maka negara-negara itu harus mengimpor barang-barang tersebut dari negara maju. b. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi Sebab yang utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksikan sesuatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksikan oleh negara lain, tetapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri. Contoh: Amerika Serikat dan Jepang mempunyai kemampuan untuk memproduksi kain. Tetapi Jepang dapat memproduksikannya dengan lebih efisien dari Amerika Serikat. Dalam keadaan seperti ini, untuk mempertinggi koefisien penggunaan faktor-faktor produksi, Amerika Serikat perlu mengurangi produksi kainnya dan mengimpor barang tersebut dari Jepang. Dengan mengadakan spesialisasi dan perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keuntungan yang berikut: i. Faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan dengan lebih efisien. ii. Setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksikan di dalam negeri Pengertian keuntungan mutlak adalah keuntungan yang diperoleh oleh sesuatu Negara dari mengkhususkan kegiatannya kepada memproduksikan barang-barang dengan efisiensi yang lebih tinggi dari Negara-negara lain. Pengertian keuntungan berbanding adalah keuntungan yang diperoleh oleh suatu Negara dari mengkhususkan (melakukan spesialisasi) dalam memproduksikan barangbarang yang mempunyai harga relatif yang lebih rendah dari Negara lain. c. Memperluas pasar Industri dalam negeri Beberapa jenis industri telah dapat memenuhi permintaan dalam negeri sebelum alatalat produksi sepenuhnya digunakan, ini berarti bahwa industri masih dapat menaikkan produksi dan meningkatkan keuntungannya apabila masih terdapat pasar untuk barang-barang yang dihasilkan oleh industri itu. Karena seluruh permintaan dari dalam negeri telah terpenuhi satu-satunya cara untuk memperoleh pasaran adalah dengan mengekspornya keluar negeri. Apabila kapasitas dari mesin-mesin masih rendah, sehingga produksi mesin-mesin itu belum mencapai titik yang optimum, ekspor ke luar negeri akan mempertinggi keefisienan dari mesin-mesin yang digunakan dan mengurangi biaya produksi. Dengan demikian, untuk industri-industri yang mempunyai sifat seperti itu, perdagangan luar negeri bukan saja akan menambah produksi dan meningkatkan keuntungan. Tetapi juga dapat menurunkan biaya produksi. d. Menggunakan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas Selanjutnya perdagangan luar negeri memungkinkan sesuatu Negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan negara tersebut mengimpor mesinmesin atau alat-alat yang lebih modern untuk melaksanakan teknik produksi dan cara produksi yang lebih baik. Keuntungan-keuntungan ini terutama dinikmati oleh Negara-negara berkembang. Di negara-negara tersebut kegiatan ekonomi masih banyak yang menggunakan teknik produksi dan cara menajemen yang tradisional. Oleh karena itu daya produktivitasnya masih rendah dan produksinya terbatas. Dengan mengimpor teknologi yang lebih modern negara tersebut dapat menaikkan produktivitasnya, dan ini akan mempercepat pertumbuhan produksi Untuk melihat apakah suatu negara menikmati lebih banyak keuntungan dari perdagangan luar negeri atau ia menimbulkan efek buruk kepada perekonomian negara, perlulah diperhatikan perubahan-perubahan dalam syarat perdagangan negara tersebut. 2. Kebijakan Perdagangan Internasional Meskipun jelas dengan mengadakan spesialisasi dan perdagangan bebas antar negara penduduk negara-negara didunia memperoleh manfaat berupa output lebih besar, tetapi untuk mencapai tujuan tertentu berbagai kebijakan perdagangan telah membatasi serta merupakan penghalang spesialisasi dan perdagangan internasional hingga tidak diperoleh manfaat sepenuhnya. Kebijakan yang merintangi perdagangan internasional biasanya berupa tarif bea masuk dan atau kuota. Selanjutnya akan dibahas konsekuensi ekonomi serta argument yang menyokong dan menentang. Misalnya perlukah suatu negara melindungi industri yang baru didirikan dengan mengenakan tarif, kuota atau berbagai rintangan perdagangan internasional? Pembela dan penyokong perdagangan bebas menyatakan secara singkat bahwa dengan mengadakan perdagangan bebas berdasarkan prinsip keunggulan komparatif maka perekonomian dunia akan mencapai alokasi sumber secara optimal yang memberikan taraf hidup lebih tinggi. Hal ini karena masing-masing negara memiliki anugerah sumbersumber alam, tenaga kerja, akumulasi kapital serta teknologi yang berbeda baik kuantitas maupun kualitas dan mereka harus berspesialisasi pada komoditi di mana biaya produksinya relatif lebih rendah daripada negara-negara lain dan kemudian menukarkan. Dengan demikian maka penduduk dunia bisa memperoleh pendapatan riel lebih tinggi dengan menggunakan sumber-sumber yang ada dan dimilikinya. Proteksi atau rintangan perdagangan akan mengurangi manfaat yang dapat diperoleh dari adanya spesialisasi. Dengan pembatasan ini maka sumber-sumber tak dapat dimanfaatkan untuk penggunaan paling efisien. Para pembela perdagangan bebas akan mencegah terbentuknya proteksi monopoli di dalam negeri. Tanpa persaingan dari luar negeri yang diakibatkan oleh pembatasan perdagangan, monopoli akan muncul. 3. Pasar Valuta Asing Untuk memahami bagaimana kurs valuta asing ditentukan, kita perlu menganalisis cara kerja pasar valuta asing. Pasar Valuta Asing adalah tempat berlangsungnya perdagangan berbagai mata uang negara yang berbeda; disinilah nilai tukar ditentukan. Pada umumnya, valuta asing diperdagangkan oleh bank-bank serta perusahaanperusahaan yang berspesialisasi pada bisnis tersebut. Pasar valuta asing yang terorganisir seperti di New York, Tokyo, London dan Zurich memperdagangkan beratus-ratus milyar dolar mata uang setiap harinya. Harga valuta asing / kurs valuta asing terbentuk pada saat penawaran dan permintaan berada dalam keadaan seimbang. Penawaran dan permintaan pound Inggris berinteraksi di pasar valuta asing. Kekuatan pasar akan menggerakkan kurs valuta asing ke atas / ke bawah, untuk menyeimbangkan arus masuk dan arus keluar pound; harga yang kemudian akan berlaku adalah pada saat terjadi keseimbangan kurs valuta asing, yaitu ketika pound yang dibeli persis sama dengan yang ingin dijual. Keseimbangan penawaran dan permintaan valuta asing menentukan kurs mata uang tertentu 4. Neraca Pembayaran Neraca pembayaran internasional (International Balance Of Payment) suatu negara merupakan lapangan keuangan negara yang bersangkutan atas semua transaksi ekonomi dengan negara-negara lain, yang disusun secara sistematis; neracapembayaran menghitung dan mencatat semua arus barang, jasa dan modal antara suatu negara dengan negara-negara lain. Neraca pembayaran luar negeri umumnya dibagi dalam empat bagian, yaitu : a. Transaksi berjalan b. Neraca modal c. Penyimpangan statistik d. Penyelesaian resmi Tahap-tahap neraca pembayaran : a. Negara debitur muda yang sedang tumbuh b. Negara debitur madya c. Negara kreditur muda d. Negara kreditur madya Jika pertumbuhan ekonomi suatu negara lebih cepat daripada pertumbuhan rata-rata pada pasar ekspornya, maka hal ini akan cenderung mempercepat peningkatan impor daripada ekspor melalui efek penyerapan. Dalam melakukan perdagangan, dengan alasan-alasan budaya, politi, dan ekonomi maka campur tangan pemerintah dalam arus bebas perdagangan diperlukan. Motif campur tangan pemerintah didalam arus bebas perdagangan : 1. Motif Budaya Negara-negara membatasi perdagangan barang dan jasa demi suatu tujuan budaya – yang paling umum adalah untuk melindungi identitas nasional. Banyak negara memandang kebudayaan AS sebagai ancaman terhadap kebudayaan nasionalnya sendiri karena kekuatan global perusahaan-perusahaan AS dalam barang-barag konsumen serta dalam dunia hiburan dan media. 2. Motif Politik Mencakup melindungi lapangan pekerjaan, menjaga keamanan nasional, menanggapi praktek dagang yang tidak adil yang dilakukan oleh negara lain, dan mendapatkan pengaruh atas negara-negara lain. 3. Motif Ekonomi Melindungi industri-industri baru dari persaingan dan mendorong kebijakan perdagangan strategis. Alat/metoda yang paling umum digunakan oleh pemerintah untuk mendorong perdagangan yaitu : a. Subsidi Subsidi adalah bantuan finansial bagi produsen domestik dalam bentuk pembayaran tunai, pinjaman berbunga rendah, keringanan pajak, atau bentuk lainnya. Bertujuan membantu perusahaan-perusahaan domestik mengimbangi pesaing internasional. b. Pembiayaan Ekspor Pemerintah seringkali mendorong ekspor dengan membantu perusahaan mendanai kegiatan ekspornya melalui pinjaman atau jaminan pinjaman. Sebagai contoh, dua badan khusus yang berfungsi membantu perusahaan-perusahaan AS memperoleh pembiayaan ekspor adalah Export-Import Bank of The United States dan Overseas Private Insurance Corporation (OPIC). c. Zona Perdagangan Luar Negeri Zona perdagangan luar negeri adalah suatu kawasan gegrafis tertentu dimana barang dagang diperbolehkan masuk dengan bea cukai yang lebih rendah dan/atau prosedur pabean yang lebih sedikit. Saat ini banyak perusahaan membuat sarana-sarana di zona-zona seperti ini untuk operasi perakitan akhir produk. Sebagai contoh, pabrik mobil Jepang di Indiana, Kentucky, Ohio, dan Tennessee ditetapkan sebagai zona perdagangan luar negeri yang dikelola oleh Departemen Perdagangan AS d. Badan Pemerintah Khusus Badan pemerintah khusus ini seringkali didirikan untuk mendorong ekspor suatu Negara. Badan-badan ini sangat membantu dalam memperoleh kontrak bagi usaha-usaha kecil dan menengah yang memiliki sumberdaya finansial yang terbatas, juga dapat membantu perusahaan-perusahaan asing menemukan lokasi yang cocok di negara tuan rumah. Selain mendorong perdagangan, maka pemerintah juga memiliki cara-cara untuk menghambat perdagangan, dimana secara umum dibagi menjadi dua kategori yaitu hambatan tarif dan hambatan non tarif. a. Tarif Hambatan tarif yaitu pajak pemerintah yang dibebankan pada suatu produk yang masuk atau meninggalkan suatu negara. Contohnya tarif ekspor, tarif transit, dan tarif impor. Tarif impor dapat dibagi menjadi : • Tarif ad valorem tarif yang dibebankan sebagai suatu presentase harga yang tertera pada suatu produk impor. • Tarif spesifik tarif yang dibebankan sebagai biaya spesifik pada tiap unit (diukur oleh jumlah, berat, dll) sebuah produk impor. • Tarif majemuk tarif yang dihitung sebagai presentase harga yang tertera pada sebuah produk impor, dan sebagian sebagai biaya spesifik tiap unit. Negara membebakan tarif karena.dua alas an utama, yaitu : 1. Tarif merupaka cara melindungi produsen domestik suatu produk. 2. Tarif merupakan sumber pendapatan pemerintah. b. Non Tarif Adapun hambatan non tarif yang diberlakukan, yaitu : a. Kuota Kuota yaitu pembatasan jumlah (diukur dalam unit atau berat) barang yang dapat masuk atau keluar dari suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Contohnya yaitu kuota impor dan kuota ekspor. Alasan diberlakukannya kuota impor, antara lain : Pemerintah ingin melindungi produsen domestiknya dengan membatasi jumlah barang yang diperbolehkan masuk ke dalam suatu Negara. Pemerintah memaksa perusahaan negara-negara lain bersaing satu sama lain untuk sejumlah tertentu impor yang diperbolehkan. Alasan diberlakukannya kuota ekspor, antara lain : Pemerintah menjaga penawaran suatu produk di pasar domestik. Pemerintah membatasi ekspor untuk membatasi penawaran di pasar dunia. b. Embargo Embargo yaitu larangan total perdagangan (impor dan ekspor) satu atau lebih produk dengan negara tertentu. Embargo dapat dikenakan atas satu atau beberapa barang, atau melarang perdagangan seluruh produk. Embargo dapat ditetapkan oleh negara-negara secara individual atau oleh organisasi seperti PBB. Sebagai contoh yaitu embargo Amerika Serikat terhadap Kuba mencakup semua bidang dan bahkan tidak memperbolehkan warga negara AS berlibur di Kuba. c. Persyaratan Kandungan Lokal Persyaratan kandungan lokal merupakan peraturan yang mengharuskan sejumlah tertentu barang atau jasa dipasok oleh produsen-produsen dalam pasar domestik. Tujuan adalah untuk memaksa perusahaan-perusahaan dari negara lain menggunakan sumberdaya lokal dala proses produksinya - terutama tenaga kerja. d. Penundaan Administratif Penundaan administrasi merupakan ketentuan pengendali atau peraturan birokratik yang dirancang untuk menghambat arus impor yang deras ke dalam suatu negara. Tujuan utamanya adalah proteksionisme. e. Pengendalian Mata Uang Pengendalian mata uang merupakan pembatasan daya konversi suatu mata uang ke dalam mata uang lainnya atau menetapkan nilai tukar yang tidak menguntungkan bagi pengimpor. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Lingkungan bisnis internasional dipengaruhi oleh organisasi yang bekerja untuk mengatur dan memperluas perdagangan dan investasi dunia. Organisasi ini mempengaruhi strategi, taktik, dan operasi sehari-hari dari perusahaan yang ikut serta dalam bisnis internasional, terutama karena tujuan perusahaan sering kali rumit bahkan bersifat bertentangan. I. Umum World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya. Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan jasa, eksportir dan importer dalam kegiatan perdagangan. Indonesia merupakan salah satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan WTO melalui UU NO. 7/1994. II. Sejarah Pembentukan WTO secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 tetapi sistem perdagangan itu sendiri telah ada setengah abad yang lalu. Sejak tahun 1948, General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) - Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan telah membuat aturan-aturan untuk sistem ini. Sejak tahun 1948-1994 sistem GATT memuat peraturan-peraturan mengenai perdagangan dunia dan menghasilkan pertumbuhan perdagangan internasional tertinggi. Pada awalnya GATT ditujukan untuk membentuk International Trade Organization (ITO), suatu badan khusus PBB yang merupakan bagian dari sistem Bretton Woods (IMF dan bank Dunia). Meskipun Piagam ITO akhirnya disetujui dalam UN Conference on Trade and Development di Havana pada bulan Maret 1948, proses ratifikasi oleh lembaga-lembaga legislatif negara tidak berjalan lancar. Tantangan paling serius berasal dari kongres Amerika Serikat, yang walaupun sebagai pencetus, AS tidak meratifikasi Piagam Havana sehingga ITO secara efektif tidak dapat dilaksanakan. Meskipun demikian, GATT tetap merupakan instrument multilateral yang mengatur perdagangan internasional. Hampir setengah abad teks legal GATT masih tetap sama sebagaimana pada tahun 1948 dengan beberapa penambahan diantaranya bentuk persetujuan “plurilateral” (disepakati oleh beberapa negara saja) dan upaya-upaya pengurangan tariff. Masalahmasalah perdagangan diselesaikan melalui serangkaian perundingan multilateral yang dikenal dengan nama “Putaran Perdagangan” (trade round), sebagai upaya untuk mendorong liberalisasi perdagangan internasional. III. Putaran-putaran Perundingan Pada tahun-tahun awal, Putaran Perdagangan GATT mengkonsentrasikan negosiasi pada upaya pengurangan tariff. Pada Putaran Kennedy (pertengahan tahun 1960-an) dibahas mengenai tariff dan Persetujuan Anti Dumping (Anti Dumping Agreement). Putaran Tokyo (1973-1979) meneruskan upaya GATT mengurangi tariff secara progresif. Hasil yang diperoleh rata-rata mencakup sepertiga pemotongan dari bea impor/ekspor terhadap 9 negara industri utama, yang mengakibatkan tariff rata-rata atas produk industri turun menjadi 4,7%. Pengurangan tariff, yang berlangsung selama 8 tahun, mencakup unsur “harmonisasi” – yakni semakin tinggi tariff, semakin luas pemotongannya secara proporsional. Dalam isu lainnya, Putaran Tokyo gagal menyelesaikan masalah produk utama yang berkaitan dengan perdagangan produk pertanian dan penetapan persetujuan baru mengenai “safeguards” (emergency import measures). Meskipun demikian, serangkaian persetujuan mengenai hambatan non tariff telah muncul di berbagai perundingan, yang dalam beberapa kasus menginterpretasikan peraturan GATT yang sudah ada. Selanjutnya adalah Putaran Uruguay (1986-1994) yang mengarah kepada pembentukan WTO. Putaran Uruguay memakan waktu 7,5 tahun. Putaran tersebut hampir mencakup semua bidang perdagangan. Pada saat itu putaran tersebut nampaknya akan berakhir dengan kegagalan. Tetapi pada akhirnya Putaran Uruguay membawa perubahan besar bagi sistem perdagangan dunia sejak diciptakannya GATT pada akhir Perang Dunia II. Meskipun mengalami kesulitan dalam permulaan pembahasan, Putaran Uruguay memberikan hasil yang nyata. Hanya dalam waktu 2 tahun, para peserta telah menyetujui suatu paket pemotongan atas bea masuk terhadap produk-produk tropis dari negara berkembang, penyelesaian sengketa, dan menyepakati agar para anggota memberikan laporan reguler mengenai kebijakan perdagangan. Hal ini merupakan langkah penting bagi peningkatan transparansi aturan perdagangan di seluruh dunia. IV. Persetujuan-persetujuan WTO Hasil dari Putaran Uruguay berupa the Legal Text terdiri dari sekitar 60 persetujuan, lampiran (annexes), keputusan dan kesepakatan. Persetujuan-persetujuan dalam WTO mencakup barang, jasa, dan kekayaaan intelektual yang mengandung prinsip-prinsip utama liberalisasi. Struktur dasar persetujuan WTO, meliputi : 1. Barang/ goods (General Agreement on Tariff and Trade/ GATT) 2. Jasa/ services (General Agreement on Trade and Services/ GATS) 3. Kepemilikan intelektual (Trade-Related Aspects of Intellectual Properties/ TRIPs) 4. Penyelesaian sengketa (Dispute Settlements) Persetujuan-persetujuan di atas dan annexnya berhubungan antara lain dengan sektorsektor di bawah ini : Pertanian Sanitary and Phytosanitary/SPS Badan Pemantau Tekstil (Textiles and Clothing) Standar Produk Tindakan investasi yang terkait dengan perdagangan (TRIMs) Tindakan anti-dumping Penilaian Pabean (Customs Valuation Mathods) Pemeriksaan sebelum pengapalan (Preshipment Inspection) Ketentuan asal barang (Rules of Origin) Lisensi Impor (Imports Licencing) Subsidi dan Tindakan Imbalan (Subsidies and Countervailing Measures) Tindakan Pengamanan (safeguards) Untuk jasa (dalam Annex GATS): Pergerakan tenaga kerja (movement of natural persons) Transportasi udara (air transport) Jasa keuangan (financial services) Perkapalan (shipping) Telekomunikasi (telecommunication) V. Prinsip-prinsip Perdagangan Multilateral MFN (Most-Favoured Nation): Perlakuan yang sama terhadap semua mitra dagang Dengan berdasarkan prinsip MFN, negara-negara anggota tidak dapat begitu saja mendiskriminasikan mitra-mitra dagangnya. Keinginan tarif impor yang diberikan pada produk suatu negara harus diberikan pula kepada produk impor dari mitra dagang negara anggota lainnya. Perlakuan Nasional (National Treatment) Negara anggota diwajibkan untuk memberikan perlakuan sama atas barang-barang impor dan lokal- paling tidak setelah barang impor memasuki pasar domestik Transparansi (Transparency) Negara anggota diwajibkan untuk bersikap terbuka/transparan terhadap berbagai kebijakan perdagangannya sehingga memudahkan para pelaku usaha untuk melakukan kegiatan perdagangan. VI. Persetujuan Bidang Pertanian Persetujuan Bidang Pertanian (Agreement on Agriculture/ AoA) yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 1995 bertujuan untuk melakukan reformasi kebijakan perdagangan di bidang pertanian dalam rangka menciptakan suatu sistem perdagangan pertanian yang adil dan berorientasi pasar. Program reformasi tersebut berisi komitmen-komitmen spesifik untuk mengurangi subsidi domestik, subsidi ekspor dan meningkatkan akses pasar melalui penciptaan peraturan dan disiplin GATT yang kuat dan efektif. Persetujuan tersebut juga meliputi isu-isu di luar perdagangan seperti ketahanan pangan, perlindungan lingkungan, perlakuan khusus dan berbeda (special and differential treatment – S&D) bagi negara-negara berkembang, termasuk juga perbaikan kesempatan dan persyaratan akses untuk produk-produk pertanian bagi negara-negara tersebut. Dalam Persetujuan Bidang Pertanian dengan mengacu pada sistem klasifikasi HS (harmonized system of product classification), produk-produk pertanian didefinisikan sebagai komoditi dasar pertanian (seperti beras, gandum, dll.) dan produk-produk olahannya (seperti roti, mentega, dll.) Sedangkan, ikan dan produk hasil hutan serta seluruh produk olahannya tidak tercakup dalam definisi produk pertanian tersebut. Persetujuan Bidang Pertanian menetapkan sejumlah peraturan pelaksanaan tindakan-tindakan perdagangan di bidang pertanian, terutama yang menyangkut akses pasar, subsidi domestik dan subsidi ekspor. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, para anggota WTO berkomitmen untuk meningkatkan akses pasar dan mengurangi subsidi-subsidi yang mendistorsi perdagangan melalui skedul komitmen masingmasing negara. Komitmen tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari GATT. A. Aspek Pasar Dilihat dari sisi akses pasar, Putaran Uruguay telah menghasilkan perubahan sistemik yang sangat signifikan: perubahan dari situasi dimana sebelumnya ketentuan-ketentuan non-tarif yang menghambat arus perdagangan produk pertanian menjadi suatu rezim proteksi pasar berdasarkan pengikatan tarif beserta komitmen-komitmen pengurangan subsidinya. Aspek utama dari perubahan yang fundamental ini adalah stimulasi terhadap investasi, produksi dan perdagangan produk pertanian melalui: (i) akses pasar produk pertanian yang transparan, prediktabel dan kompetitif, (ii) peningkatan hubungan antara pasar produk pertanian nasional dengan pasar internasional, dan (iii) penekanan pada mekanisme pasar yang mengarahkan penggunaan yang paling produktif terhadap sumber daya yang terbatas, baik di sektor pertanian maupun perekonomian secara luas. Umumnya tarif merupakan satu-satunya bentuk proteksi produk pertanian sebelum Putaran Uruguay. Pada Putaran Uruguay, yang disepakati adalah ”diikatnya” tarif pada tingkat maksimum. Namun bagi sejumlah produk tertentu, pembatasan akses pasar juga melibatkan hambatan-hambatan non-tarif. Putaran Uruguay bertujuan untuk menghapuskan hambatan-hambatan tersebut. Untuk itu disepakati suatu paket ”tarifikasi” yang diantaranya mengganti kebijakankebijakan non-tarif produk pertanian menjadi kebijakan tarif yang memberikan tingkat proteksi yang sama. Negara anggota dari kelompok negara maju sepakat untuk mengurangi tarif mereka sebesar rata-rata 36% pada seluruh produk pertanian, dengan pengurangan minimum 15% untuk setiap produk, dalam periode enam tahun sejak tahun 1995. Bagi negara berkembang, pengurangannya adalah 24% dan minimum 10% untuk setiap produk. Negara terbelakang diminta untuk mengikat seluruh tarif pertaniannya namun tidak diharuskan untuk melakukan pengurangan tarif. B. Subsidi Domestik Subsidi domestik dibagi ke dalam dua kategori. Kategori pertama adalah subsidi domestik yang tidak terpengaruh atau kalaupun ada sangat kecil pengaruhnya terhadap distorsi perdagangan (sering disebut sebagai Green Box) sehingga tidak perlu dikurangi. Kategori kedua adalah subsidi domestik yang mendistorsi perdagangan (sering disebut sebagai Amber Box) sehingga harus dikurangi sesuai komitmen. Subsidi Domestik dalam sektor Pertanian : 1. Amber Box, adalah semua subsidi domestik yang dianggap mendistorsi produksi dan perdagangan. 2. Blue Box, adalah amber box dengan persyaratan tertentu yang ditujukan untuk mengurangi distorsi. Subsidi yang biasanya dikategorikan sebagai Amber Box akan dimasukkan ke dalam Blue Box jika subsidi tersebut juga menuntut dikuranginya produksi oleh para petani. 3. Green Box, adalah subsidi yang tidak berpengaruh atau kalaupun ada sangat kecil pengaruhnya terhadap perdagangan. Subsidi tersebut harus dibiayai dari anggaran pemerintah (tidak dengan membebani konsumen dengan harga yang lebih tinggi) dan harus tidak melibatkan subsidi terhadap harga. Berkaitan dengan kebijakan yang diatur dalam Green Box terdapat tiga jenis subsidi lainnya yang dikecualikan dari komitmen penurunan subsidi yaitu kebijakan pembangunan tertentu di negara berkembang, pembayaran langsung pada program pembatasan produksi (blue box), dan tingkat subsidi yang disebut de minimis C. Subsidi Ekspor Hak untuk memberlakukan subsidi ekspor pada saat ini dibatasi pada: i. subsidi untuk produk-produk tertentu yang masuk dalam komitmen untuk dikurangi dan masih dalam batas yang ditentukan oleh skedul komitmen tersebut. ii. kelebihan pengeluaran anggaran untuk subsidi ekspor ataupun volume ekspor yang telah disubsidi yang melebihi batas yang ditentukan oleh skedul komitmen tetapi diatur oleh ketentuan ”fleksibilitas hilir” (downstream flexibility). iii. subsidi ekspor yang sesuai dengan ketentuan S&D bagi negara-negara berkembang. iv. Subsidi ekspor di luar skedul komitmen tetapi masih sesuai dengan ketentuan anti-circumvention. Segala jenis subsidi ekspor di luar hal-hal di atas adalah dilarang. VII. Putaran Doha A. Deklarasi Doha Sejak terbentuknya WTO awal tahun 1995 telah diselenggarakan lima kali Konperensi Tingkat Menteri (KTM) yang merupakan forum pengambil kebijakan tertinggi dalam WTO. KTM-WTO pertama kali diselenggarakan di Singapura tahun 1996, kedua di Jenewa tahun 1998, ketiga di Seatlle tahun 1999 dan KTM keempat di Doha, Qatar tahun 2001. Sementara itu KTM kelima diselenggarakan di Cancun, Mexico tahun 2003. KTM ke-4 (9-14 Nopember 2001) yang dihadiri oleh 142 negara. Menghasilkan dokumen utama berupa Deklarasi Menteri (Deklarasi Doha) yang menandai diluncurkannya putaran perundingan baru mengenai perdagangan jasa, produk pertanian, tarif industri, lingkungan, isu-isu implementasi, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), penyelesaian sengketa dan peraturan WTO. Deklarasi tersebut mengamanatkan kepada para anggota untuk mencari jalan bagi tercapainya konsensus mengenai Singapore Issues yang mencakup isu-isu: investasi, kebijakan kompetisi (competition policy), transparansi dalam pengadaan pemerintah (goverment procurement), dan fasilitasi perdagangan. Namun perundingan mengenai isu-isu tersebut ditunda hingga selesainya KTM V WTO pada tahun 2003, jika terdapat konsensus yang jelas (explicit concensus) dimana para anggota menyetujui dilakukannya perundingan. Deklarasi juga memuat mandat untuk meneliti program-program kerja mengenai electronic commerce, negara-negara kecil (small economies), serta hubungan antara perdagangan, hutang dan alih teknologi. Deklarasi Doha juga telah memberikan mandat kepada para anggota WTO untuk melakukan negosiasi di berbagai bidang, termasuk isu-isu yang berkaitan dengan pelaksanaan persetujuan yang ada. Perundingan dilaksanakan di Komite Perundingan Perdagangan (Trade Negotiations Committee/TNC) dan badan-badan dibawahnya (subsidiaries body). Selebihnya, dilakukan melalui program kerja yang dilaksanakan oleh Councils dan Commitee yang ada di WTO. B. Doha Development Agenda Keputusan-keputusan yang telah dihasilkan KTM IV ini dikenal pula dengan sebutan ”Agenda Pembangunan Doha” (Doha Development Agenda) mengingat didalamnya termuat isu-isu pembangunan yang menjadi kepentingan negaranegara berkembang paling terbelakang (Least developed countries/LDCs), seperti: kerangka kerja kegiatan bantuan teknik WTO, program kerja bagi negara-negara terbelakang, dan program kerja untuk mengintegrasikan secara penuh negaranegara kecil ke dalam WTO. Mengenai perlakuan khusus dan berbeda” (special and differential treatment), Deklarasi tersebut telah mencatat proposal negara berkembang untuk merundingkan Persetujuan mengenai Perlakuan khusus dan berbeda (Framework Agreement of Special and Differential Treatment/S&D), namun tidak mengusulkan suatu tindakan konkrit mengenai isu tersebut. Para menteri setuju bahwa masalah S&D ini akan ditinjau kembali agar lebih efektif dan operasional. C. Isu-isu yang disetujui untuk dirundingkan lebih lanjut Deklarasi Doha mencanangkan segera dimulainya perundingan lebih lanjut mengenai beberapa bidang spesifik, antara lain di bidang pertanian. Perundingan di bidang pertanian telah dimulai sejak bulan sejak bulan Maret 2000. Sudah 126 anggota (85% dari 148 anggota) telah menyampaikan 45 proposal dan 4 dokumen teknis mengenai bagaimana perundingan seharusnya dijalankan. Salah satu keberhasilan besar negara-negara berkembang dan negara eksportir produk pertanian adalah dimuatnya mandat mengenai ”pengurangan, dengan kemungkinan penghapusan, sebagai bentuk subsidi ekspor”. Mandat lain yang sama pentingnya adalah kemajuan dalam hal akses pasar, pengurangan substansial dalam hal program dukungan/subsidi domestik yang mengganggu perdagangan (trade-distorting domestic suport programs), serta memperbaiki perlakukan khusus dan berbeda di bidang pertanian bagi negaranegara berkembang. Paragraf 13 dari Deklarasi KTM Doha juga menekankan mengenai kesepakatan agar perlakuan khusus dan berbeda untuk negara berkembang akan menjadi bagian integral dari perundingan di bidang pertanian. Dicatat pula pentingnya memperhatikan kebutuhan negara berkembang termasuk pentingnya ketahanan pangan dan pembangunan pedesaan. VIII. Konferensi Tingkat Menteri (KTM) V WTO di Cancun, Meksiko Konperensi Tingkat Menteri (KTM) V WTO berlangsung di Cancun, Meksiko tanggal 10-14 September 2003. Berbeda dengan KTM IV di Doha, KTM V di Cancun kali ini tidak mengeluarkan Deklarasi yang rinci dan substantif, karena gagal menyepakati secara konsensus, terutama terhadap draft teks pertanian, akses pasar produk non pertanian (MANAP) dan Singapore issues. Perundingan untuk isu pertanian diwarnai dengan munculnya joint paper AS-UE, proposal Group 20 (yang menentang proposal gabungan AS-UE) dan proposal Group 33 (yang memperjuangkan konsep special product dan special safeguard mechanism). Secara singkat, joint paper AS-UE antara lain memuat proposal yang menghendaki adanya penurunan tarif yang cukup signifikan di negara berkembang, tetapi tidak menginginkan adanya pengurangan subsidi dan tidak secara tegas memuat komitmen untuk menurunkan tarif tinggi (tariff peak) di negara maju. Sebaliknya, negara berkembang yang tergabung dalam Group 20 menginginkan adanya penurunan subsidi domestik (domestik support) dan penghapusan subsidi ekspor pertanian di negara-negara maju, sebagaimana dimandatkan dalam Deklarasi Doha. Sementara itu, kelompok negara-negara berkembang lainnya yang tergabung dalam Group 33 (group yang dimotori Indonesia dan Filipina) mengajukan proposal yang menghendaki adanya pengecualian dari penurunan tarif, dan subsidi untuk Special Products (SPs) serta diberlakukannya Special Safeguard Mechanism (SSM) untuk negara-negara berkembang. IX. Kesepakatan Juli 2004 Setelah gagalnya KTM V WTO di Cancun, Meksiko pada tahun 2003, Sidang Dewan Umum WTO tanggal 1 Agustus 2004 berhasil menyepakati Keputusan Dewan Umum tentang Program Kerja Doha, yang juga sering disebut sebagai Paket Juli. Pada kesempatan tersebut berhasil disepakati kerangka (framework) perundingan lebih lanjut untuk DDA (Doha Development Agenda) bagi lima isu utama yaitu perundingan pertanian, akses pasar produk non-pertanian (NAMA), isu-isu pembangunan dan impelementasi, jasa, serta Trade Facilitation dan penanganan Singapore issues lainnya. Keputusan Dewan Umum WTO melampirkan Annex A sebagai framework perundingan lebih lanjut untuk isu pertanian. Keputusan untuk ketiga pilar perundingan sektor pertanian (subsidi domestik, akses pasar dan subsidi ekspor) adalah : Subsidi Domestik : a. Negara maju harus memotong 20% dari total subsidi domestiknya pada tahun pertama implementasi perjanjian pertanian. b. Pemberian subsidi untuk kategori blue box akan dibatasi sebesar 5% dari total produksi pertanian pada tahun pertama implementasi. c. Negara berkembang dibebaskan dari keharusan untuk menurunkan subsidi dalam kategori de minimis asalkan subsidi tersebut ditujukan untuk membantu petani kecil dan miskin. Subsidi Ekspor : a. Semua subsidi ekspor akan dihapuskan dan dilakukan secara paralel dengan penghapusan elemen subsidi program seperti kredit ekspor, garansi kredit ekspor atau program asuransi yang mempunyai masa pembayaran melebihi 180 hari. b. Memperketat ketentuan kredit ekspor, garansi kredit ekspor atau program asuransi yang mempunyai masa pembayaran 180 hari atau kurang, yang mencakup pembayaran bunga, tingkat suku bunga minimum, dan ketentuan premi minimum. c. Implementasi penghapusan subsidi ekspor bagi negara berkembang yang lebih lama dibandingkan dengan negara maju. d. Hak monopoli perusahaan negara di negara berkembang yang berperan dalam menjamin stabilitas harga konsumen dan keamanan pangan, tidak harus dihapuskan. e. Aturan pemberian bantuan makanan (food aid) diperketat untuk menghindari penyalahgunaannya sebagai alat untuk mengalihkan kelebihan produksi negara maju. f. Beberapa aturan perlakuan khusus dan berbeda (S&D) untuk negara berkembang diperkuat. Akses Pasar : a. Untuk alasan penyeragaman dan karena pertimbangan perbedaan dalam struktur tarif, penurunan tarif akan menggunakan tiered formula. b. Penurunan tarif akan dilakukan terhadap bound rate. c. Paragraf mengenai special products (SP) dibuat lebih umum dan tidak lagi menjamin jumlah produk yang dapat dikategorikan sebagai sensitive product. Negara berkembang dapat menentukan jumlah produk yang dikategorikan sebagai special products berdasarkan kriteria food security, livelihood security, dan rural development. KASUS BISNIS # 6 UNFAIR PROTECTION OR VALID DEFENSE? ”Kanada melontarkan keberatan WTO terhadap U.S...... Meksiko memperluas tindakan anti-dumping............ Cina memulai penyelidikan terhadap impor karet sintetik........ Permasalahan baja meningkatkan isu dari kredibilitas perdagangan bebas.....Hal itu harus dihentikan” adalah isi sebagian headline yang beredar diseluruh dunia. Teori-teori perdagangan internasional berargumentasi bahwa negara seharusnya membuka pintu terhadap adanya perdagangan. Kebijakan perdagangan bebas yang konvensional mengajarkan bahwa melalui perdagangan dengan negara lain, sebuah negara dapat memberikan warga negaranya, jumlah yang besar dan pilihan akan barang yang berharga murah dibandingkan jika negara tersebut menutup diri dari perdagangan. Meskipun demikian, sesungguhnya perdagangan bebas masih belum berlaku, sebab beberapa pemerintah negara menghalangi. Meskipun banyak usaha dari World Trade Organization (WTO) dan kelompok-kelompok negara yang lebih kecil, namun beberapa pemerintah negara masih terlibat permainan dalam perdagangan. Secara luas, jumlah kasus anti-dumping yang diajukan rata-rata 234 per tahun selama 7 tahun terakhir, dengan kasus yang tertinggi sepanjang masa tercatat terjadi pada tahun 1999 yakni, 356 kasus. Dimasa lalu, negara-negara terkaya di dunia akan secara khusus mengenakan biaya pada negara berkembang yang menggunakan dumping. Tetapi hari ini, pasar yang besar juga akan terjun dan terseret kedalam perselisihan. Cina saat ini meluncurkan sebuah keinginan untuk menentukan apakah import karet sintetik (yang digunakan ban kendaraan dan alas kaki) dari Jepang, Korea Selatan dan Rusia juga merupakan produk dumping. Meksiko memperluas cakupan dari Sistem Pemberitahuan Impor Otomatis. Sistem ini meminta importir (dari sebuah daftar yang berisi beberapa negara-negara tertentu) untuk memberitahukan petugas Meksiko jumlah barang dan harga dari suatu pengiriman, 10 hari sebelum kedatangan yang dijadwalkan di Meksiko. Pemberitahuan 10 hari sebelum kedatangan memberikan sebuah peringatan yang lebih baik kepada produsen domestik akan adanya produk berharga murah yang akan masuk sehingga mereka dapat melaporkan akan adanya dumping sebelum produk tersebut masuk ke pasar. India membentuk sebuah badan untuk menangani kasus antidumping. Bahkan, Argentina, Indonesia, Afrika Selatan dan Thailand menggunakan ini sebagai alat yang dikenal secara umum untuk melakukan proteksi terhadap praktek dumping. Mengapa dumping begitu populer? Dan yang cukup mengherankan, bahwa WTO memperbolehkannya. WTO telah membuat terobosan penting dalam penerapan tarif, potongan tarif melalui hampir setiap kategori produk pada beberapa tahun terakhir ini. Tetapi WTO tidak memiliki otoritas untuk memberikan sanksi kepada perusahaan, hanya kepada pemerintah negara dimana perusahaan itu berada. Kemudian, WTO tidak dapat mengadili perusahaan yang melakukan praktek dumping di pasar lain. WTO hanya dapat meloloskan aturan terhadap pemerintah dari suatu negara yang mengenakan sebuah kewajiban antidumping. Tetapi, WTO mengijinkan negara-negara untuk melakukan pembalasan melawan negara yang produsennya dicurigai melakukan dumping ketika itu dapat ditunjukkkan seperti (1) adanya pelanggar yang dinyatakan secara jelas merugikan produsen domestik dan (2) harga eksport yang lebih rendah dari biaya produksi atau lebih rendah dari harga pasar asal barang tersebut. Alternatif untuk mengajukan kasus anti-dumping yang diajukan ke WTO, Presiden Amerika George W. Bush menyadarkan pada pasal 201 atau ”global safeguard” penyelidikan dibawah hukum perdagangan Amerika untuk mengenakan tarif hingga 30% untuk impor baja. Industri baja Amerika telah menderita dibawah serangan gencar baja impor dari banyak negara yang antara lain dari Brasil, Eropa, Jepang, dan Korea Selatan. Namun negara-negara masih tetap mengajukan komplain tentang tindakan-tindakan tersebut sebelum keberadaan WTO. Serupa, pada tahun 2004 pemerintah Amerika memberikan sebuah tamparan dengan memberikan tarif sekitar 100% terhadap produk udang yang diimport dari Cina, dan Vietnam, pembebanan biaya negara-negara tersebut dengan dumping terhadap produk udang-udangan di pantai Amerika. Pendukung tarif anti-dumping mengklaim bahwa mereka mencegah pelaku dumping menjual dengan harga yang jauh lebih murah dari harga yang dikenakan oleh produsennya dalam sebuah pasar target, yang dapat mengusir mereka agar keluar dari bisnis. Klaim lain dalam mendukung kebijakan antidumping adalah dengan sebuah jalan terbaik mempertahankan beberapa tindakan proteksi untuk menghadapi potensi bahaya dari perdagangan bebas yang dijalankan sepenuhnya. Pihak yang tidak setuju dengan pengenaan tarif antidumping berpendapat bahwa sekali tarif tersebut diterapkan maka kemungkinan kecil bahwa kebijakan itu akan ditarik. Mereka juga mengklaim bahwa ganti rugi perusahaan dan pemerintah sebuah kesepakatan bagus akan waktu dan uang untuk menyimpan dan memperdebatkan kasus tersebut.. Ini juga menjadi alasan bahwa ketakutan dari pengenaan biaya lebih dengan dumping menyebabkan pesaing Internasional untuk menjaga harga mereka lebih tinggi pada sebuah pasar target daripada akan berbalik terkena kasus tersebut. Hal ini akan menjadi alasan dan jalan untuk mengijinkan bagi perusahaan domestik untuk membebani produk dengan harga yang lebih tinggi dan tanpa kehilangan market share – memaksa konsumen untuk membayar lebih untuk barang yang mereka beli. PERTANYAAN Soal #1 : “Anda tidak dapat memberitahukan bahwa harga rendah yang mereka bayarkan untuk mesin fax atau mobil adalah sesuatu yang tidak adil. Mereka tidak memperdulikan pada keuntungan yang diterima perusahaan. Bagi mereka, hal tersebut adalah suatu penawaran yang bagus dan mereka ingin hal tersebut berlanjut.” Apakah anda setuju dengan pendapat ini? Apakah anda kira orang dari budaya yang berbeda akan berpandangan berbeda mengenai pendapat ini? Jelaskan jawaban anda. Jawaban #1 : Dalam konteks ini ada 2 buah jawaban yang saling kontradiksi tergantung berada di posisi mana orang tersebut. a. Bagi konsumen adalah tentu hal yang lumrah jika ia mengharapkan suatu produk yang bagus, murah dan banyak alternatif pilihan. b. Namun ketika ia sebagai karyawan suatu perusahaan, yang terancam di PHK dikarenakan masuknya produk dari luar dengan kualitas bagus dan harga yang lebih murah tentu ia tidak akan suka dengan kondisi ini. Budaya memiliki peranan penting dalam mempengaruhi cara seseorang melihat suatu permasalahan. Sebagai contoh : Jepang sebagai suatu negara dulu dikenal dengan begitu kuatnya yang memegang teguh budayanya yang mereka gunakan sebagai dasar bagi mereka untuk membatasi produk-produk dari luar masuk ke dalam pasar mereka yang dikhawatirkan akan merusak budaya mereka. Beda dengan negara maju lainnya dimana isu masalah HAM ataupun lingkungan hidup telah begitu kuat mempengaruhi mereka dalam melihat serta menilai apakah suatu produk pantas serta etis untuk mereka terima atau tidak. Sedangkan bagi negara yang sedang berkembang dimana kemiskinan masih menjadi permasalahan utama, jangankan permasalahan produk dengan dumping yang masih jadi perdebatan, sedangkan produk barang selundupanpun masih banyak ditemukan. Soal #2 : Seperti yang kita lihat, saat ini WTO tidak dapat ikut terlibat dalam memberikan sanksi hukuman kepada suatu negara. Aksi ini hanya dapat ditujukan melalui pemerintah suatu negara. Apakah anda pikir ini adalah kebijakan yang baik? Kenapa dan kenapa tidak? Kenapa anda pikir WTO tidak diberikan wewenang untuk memberikan sanksi perusahaan dengan dumping? Jelaskan! Jawaban #2 : Menurut kami ini adalah tindakan yang bijaksana. WTO seharusnya menjadi penengah atau wasit, namun untuk sanksi memang harus diarahkan pada penyelesaian pada negara yang terlibat. Hal ini untuk menghindari pemanfaatan WTO sebagai alat politik dari segelintir negara untuk menekan negara lain. Hal ini akan menjadi hal yang berbahaya dimana akan ada peluang baru untuk memanfaatkan isu ekonomi untuk kepentingan politik suatu negara. WTO terbentuk berdasarkan keanggotaan negara bukan perusahaan sehingga penyelesaiannya diarahkan kepada penyelesaian antar negara dimana perusahaan yang menjadi korban praktek dumping berada. Soal #3 : Identifikasilah kasus antidumping yang baru-baru ini dibawa ke WTO. Gunakan artikel agar dapat mendiskusikan kasus tersebut. Identifikasi negara, produk, dan sanksi potensial. Anggaplah anda sebagai bagian dari anggota penyelesaian perselisihan WTO, apakah anda akan memilih negara yang membalas melakukan dumping? Kenapa atau kenapa tidak????? Jawaban #3 (Kasus Antidumping) : Indonesia sebagai negara yang melakukan perdagangan internasional dan juga anggota dari WTO, pernah mengalami tuduhan praktek dumping pada produk kertas yang diekspor ke Korea Selatan. Kasus ini bermula ketika industri kertas Korea Selatan mengajukan petisi anti-dumping terhadap produk kertas Indonesia kepada Korean Trade Commission (KTC) pada 30 September 2002. Perusahaan yang dikenakan tuduhan dumping adalah PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, PT. Pindo Deli Pulp & Mills, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dan April Pine Paper Trading Pte Ltd. Fakta – Fakta Hukum Para Pihak a. Penggugat : Indonesia b. Tergugat : Korea Selatan Objek Sengketa Produk kertas Indonesia yang dikenai tuduhan dumping mencakup 16 jenis produk, tergolong dalam kelompok uncoated paper and paper board used for writing, printing, or other graphic purpose serta carbon paper, self copy paper and other copying atau transfer paper. Kronologis Kasus Korea Selatan mengajukan petisi anti-dumping terhadap produk kertas Indonesia kepada Korean Trade Commission (KTC) pada 30 September 2002. Perusahaan yang dikenakan tuduhan dumping adalah PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, PT. Pindo Deli Pulp & Mills, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dan April Pine Paper Trading Pte Ltd. Pada Mei 2003 Korea Selatan memberlakukan BM (bea masuk) anti dumping atas produk kertas Indonesia, namun pada November 2003 mereka menurunkan BM anti dumping terhadap produk kertas Indonesia ke Korsel. Tepatnya pada 9 Mei 2003 KTC mengenai Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) sementara dengan besaran untuk PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk sebesar 51,61 persen, PT Pindo Deli 11,65 persen, PT Indah Kiat 0,52 persen, April Pine dan lainnya sebesar 2,80 persen. Kemudian Pada 7 November 2003, KPC menurunkan BMAD untuk PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk, PT Pindo Deli dan PT Indah Kiat masingmasing sebesar 8,22 persen, serta untuk April Pine dan lainnya 2,8 persen. Pada 4 Juli 2004, Indonesia dan Korea Selatan mengadakan konsultasi bilateral akan tetapi tidak mencapai kesepakatan. 27 September 2004, Disputes Settlement Body WTO membentuk Panel. Pihak yang berpartisipasi diantaranya Amerika Serikat, Eropa, Jepang, China dan Kanada. 1-2 Februari 2005, diselenggarakan Sidang Panel kesatu 30 Maret 2005, diselenggarakan Sidang Panel kedua 28 Oktober 2005, Panel Report Gugatan Indonesia Terhadap Pemerintah Korea yaitu : Gugatan Indonesia bahwa pemerintah Korea melakukan berbagai pelanggaran terhadap ketentuan agreement on anti dumping WTO dalam tindakan anti dumping terhadap produk kertas Indonesia. Hasil Panel Report 1. KTC telah melanggar ketentuan WTO dalam hal penentuan margin dumping bagi beberapa perusahaan Indonesia. 2. Korea Selatan telah melanggar ketentuan WTO dengan menolak data dari perusahaan kertas Indonesia. 3. Dalam hal ini, Panel hanya memeriksa kasus hukum ekonomi berdasarkan klaim utama yang diajukan oleh Indonesia. 4. Panel menolak permohonan Indonesia agar Panel membatalkan tindakan antidumping yang dilakukan oleh Korea Selatan. Sanksi yang dikenakan Dalam kasus dumping kertas yang dituduhkan oleh Korea Selatan terhadap Indonesia pada perusahaan eksportir produk kertas tersebut diatas, Indonesia berhasil memenangkan sengketa anti-dumping ini. Indonesia telah menggunakan haknya dan kemanfaatan dari mekanisme dan prinsipprinsip multilateralisme sistem perdagangan WTO terutama prinsip transparansi. Indonesia untuk pertama kalinya memperoleh manfaat dari mekanisme penyelesaian sengketa atau Dispute Settlement Mechanism (DSM) sebagai pihakpenggugat utama (main complainant) yang merasa dirugikan atas penerapan peraturan perdagangan yang diterapkan oleh negara anggota WTO lain. Indonesia mengajukan keberatan atas pemberlakuan kebijakan anti-dumping Korea ke DSM dalam kasus Anti-Dumping untuk Korea-Certain Paper Products. Pada tanggal 4 Juni 2004, Indonesia membawa Korea Selatan untuk melakukan konsultasi penyelesaian sengketa atas pengenaan tindakan anti-dumping Korea Selatan terhadap impor produk kertas asal Indonesia. Hasil konsultasi tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan kedua belah pihak. Indonesia kemudian mengajukan permintaan ke DSB WTO agar Korea Selatan mencabut tindakan anti dumpingnya yang melanggar kewajibannya di WTO dan menyalahi beberapa pasal dalam ketentuan Anti-Dumping. Pada tanggal 28 Oktober 2005, DSB WTO menyampaikan Panel Report ke seluruh anggota dan menyatakan bahwa tindakan anti-dumping Korea Selatan tidak konsisten dan telah menyalahi ketentuan Persetujuan Anti-Dumping. Kedua belah pihak yang bersengketa pada akhirnya mencapai kesepakatan bahwa Korea harus mengimplementasikan rekomendasi DSB dan menentukan jadwal waktu bagi pelaksanaan rekomendasi DSB tersebut (reasonable period of time/RPT). Namun sangat disayangkan hingga kini Korea Selatan belum juga mematuhi keputusan DSB, meskipun telah dinyatakan salah menerapkan bea masuk antidumping (BMAD) terhadap produk kertas dari Indonesia, karena belum juga mencabut pengenaan bea masuk anti-dumping tersebut. Padahal Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body/DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) telah menyatakan Korea Selatan melakukan kesalahan prosedur dalam penyelidikan antidumping kertas Indonesia pada 2003. Untuk itu DSB meminta Korea Selatan segera menjalankan keputusan ini. Jika kami bagian dari WTO’s Dispute Settlement Body….. Tindakan membalas melakukan dumping oleh suatu negara terhadap negara lain yang melakukan praktek dumping adalah hal yang sah selama hal tersebut benar didasarkan fakta dan bukan berdasarkan asumsi dan kecurigaan semata. Negara yang melakukan antidumping harus bisa menunjukkan bahwa dumping benarbenar terjadi, dapat menghitung kerugiannya terhadap perusahaan dalam negerinya sendiri, dan dapat menunjukan bahwa kerugian yang dialaminya nyata. Karena free trade itu juga harus memenuhi prinsip Fair trade, adalah merupakan kewajiban dari pemerintah suatu negara untuk melindungi kepentingan nasional, apalagi yang bersifat strategis, yang menguasai hajat hidup rakyatnya seperti sektor pangan, pertahanan dan keamanan, sektor migas, dll. Hal ini ditujukan untuk menghindari atau meminimalisir ketergantungan sektor tersebut dari negara lain yang mungkin pada kondisi normal atau damai tidak akan memberikan persoalan yang berarti. Namun apabila dalam kondisi konflik atau perang, maka hal ini akan menimbulkan permasalahan yang tidak sederhana. PRESENTASI BISNIS INTERNASIONAL ANGKATAN E-31, MB-IPB Kelompok :V Anggota : - Lily Purnama Sari (P056080622.31E) - Minia Artpita Barus (P056080623.31E) Topik/Judul : Unfair Protection or Valid Defense? Dosen Pengasuh : Arief Daryanto, Ir, DipAgEc,MEc, PhD. Pertanyaan/Tanggapan: 1. Nama : Bambang Ismono (P056080432.31E) Pertanyaan : WTO belum sepakat mengenai dumping dan anti dumping. USA adalah sebuah negara yang besar, dan kita susah untuk melawan mereka. Paha ayam merupakan bagian yang banyak mengandung kolesterol sehingga di USA tidak banyak peminatnya dan harganya menjadi rendah. Harga tersebut kemudian dialihkan ke dada ayam, sehingga akhirnya harga paha ayam murah dan dada ayam menjadi mahal. Menurut kelompok Anda apakah hal tersebut merupakan contoh dumping atau tidak? Bagaimana pendapat Anda mengenai fenomena ini, apalagi hal tersebut berputar terus menerus?. Jawaban/Tanggapan: Menurut kami hal tersebut bukan merupakan praktik dumping, karena balik ke pengertian dumping adalah eksportir menjual dengan harga ekspor lebih murah dari harga bila dijual di pasar negara asal barang. Jadi, pertama kali kita harus membandingkan nilai jual paha ayam tersebut ke pasar luar negeri dengan harga jual di pasar dalam negeri. Bila harga jual ke pasar luar negeri tidak lebih tinggi/sama dibandingkan dengan harga jual di pasar dalam negeri maka berarti tidak terjadi potik dumping. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada teori awal perdagangan internasional, bahwa setiap Negara memiliki budaya yang berbeda, dimana warga Negara USA memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan pentingnya kesehatan yang berimbas pada perilaku yang menghindari makanan berkolesterol tinggi. Perusahaan yang melihat peluang bisnis, akan mencari celah untuk menarik keuntungan yang besar dari kondisi ini. Kecenderungan ekonomi yang berlaku umum yaitu “Semakin berkualitas barang maka akan tinggi pula harga barang tersebut”. Jika dilihat dari hal ini, maka dada ayam yang tingkat kesehatannya lebih tinggi dibandingkan paha ayam wajar untuk diberi harga yang lebih mahal di USA. Sedangkan untuk paha ayam yang harganya lebih murah, selain dijual di dalam negeri yang peminatnya sangat sedikit maka perusahaan akan mencoba mencari pelanggan baru. Salah satunya adalah menjual barang keluar negeri yang tingkat kehidupannya rendah dan belum begitu memperhatikan pentingnya kesehatan. Memang hal ini akan merugikan produsen dalam negeri Negara yang dimasuki oleh perusahaan pengekspor namun untuk mengurangi tingkat kerugian dari produsen, pemerintah dapat membuat kebijakan tariff bea masuk dan memberikan subsidi kepada produsen untuk mampu bersaing. Pemerintah berhak campur tangan dalam urusan perdagangan internasional ini mengingat hal-hal seperti ini sering terjadi. 2. Nama : Askin Tohari (P056080662.31E) Pertanyaan : Indonesia sebagai negara anggota WTO berarti ikut serta dalam perdagangan bebas, dan harus membuka diri terhadap barang luar negeri. Namun banyak negara-negara yang melakukan subsidi, sehingga harga produk-produknya menjadi rendah dan produk kita menjadi kalah bersaing. Menurut kelompok Anda apakah kita masih perlu ikut serta dalam WTO? Jawaban/Tanggapan: Ada untung rugi bila ikut WTO, namun perlu dilakukan riset dahulu sebelum memutuskan akan ikut atau keluar dari WTO. China saja sebagai sebuah negara yang besar melakukan riset selama 5 tahun sebelum akhirnya memutuskan bergabung dengan WTO. Memang selama ini negara-negara shareholder WTO seperti USA dan Uni Eropa banyak mementingkan kepentingan dalam negerinya. Dan negara-negara berkembang seperti Indonesia, Australia, Selandia Baru kurang diberikan pengetahuan (transfer knowledge) dari mereka sehingga bila kita keluar dari WTO pun secara prinsipal kita memang belum siap. Jadi untuk saat ini, posisi kita sulit untuk keluar dari WTO. Jika Indonesia keluar dari WTO berarti kita tidak akan bisa melakukan ekspor keluar negeri, yang berarti juga bahwa terjadi pengurangan pendapatan devisa negara. Mengapa kita tidak bisa mengikuti perdagangan internasional jika keluar dari WTO? Salah satunya adalah kita tidak akan tahu persyaratan apa yang harus dipenuhi untuk melakukan ekspor dan kita tidak tahu peraturan tariff terbaru yang telah ditetapkan. Untuk mengantisipasi hal ini, maka salah satunya adalah membaca dengan teliti dokumen perjanjian kerjasama perdagangan bebas antara dua negara. Apabila isi perjanjian tidak akan dapat kita penuhi dimana hanya akan membawa erugian bagi negara kita dimana kita akan mengalami kesulitan untuk mengekspor barang-barang dalam negeri, maka lebih baiik perjanjian kerjasama tersebut dibatalkan / tidak ditandatangani. Walaupun ini salah satu alternatif, tetapi seiring dengan itu, negara kita harus segera membenahi diri dengan mulai menggunakan tekhnologi yag lebih baik untuk menghasilkan barang yang lebih berkualitas yang dapat bersaing dengan produsen dari negara lain. 3. Nama : Bambang Bimo Ajie (P056080712.31E) Pertanyaan : Dalam kasus tuntutan mengenai dumping kertas antara Indonesia dan Korea, terlihat bahwa WTO yang seharusnya mempunyai peran sebagai penengah dan wasit dari sengketa yang terjadi, tidak terlihat perannya secara nyata dalam penyelesaian masalah sengketa antara kedua negara tersebut, dan kasus tersebut terlihat berputar-putar. Lalu mengapa suatu negara harus melakukan pembalasan dumping apalagi bila terbukti tidak ada dumping? Jawaban/Tanggapan: Seperti yang diketahui dan diterangkan sebelumnya bahwa untuk pembentukan WTO pun banyak terjadi pertemuan-pertemuan yang berakhir pada kegagalan dalam kesepakatan. Hal ini dikarenakan masing-masing negara mempertimbangkan usulan kebijakan tersebut dengan kepentingan pribadi negaranya. WTO membuat aturan-aturan perdagangan internasional namun karena yang bersengketa adalah perusahaan dari masing-masing negara maka yang berhak menyelesaikan adalah perusahaan tersebut melalui bantuan pemerintah. WTO sebagai wasit hanya memberitahukan hasil bahwa perusahaan tersebut apakah benar telah melakukan hal-hal yang melanggar aturan yang ditetapkan oleh WTO, berdasarkan tuntutan dan fakta yang ada. Memang seharusnya WTO memiliki suatu kekuatan untuk menghukum negara atau perusahaan yang tidak mau menjalankan hasil keputusan WTO, sehingga perusahaan /negara tidak mudah menentukan suatu perbuatan perusahaan sebagai dumping tanpa bukti yang jelas. Dalam kasus sengketa antara Indonesia dan Korea memang terlihat bahwa peran WTO tidak terlalu nyata, dimana pada akhirnya melalui proses yang panjang, perusahaan Korea belum mengindahkan hasil keputusan WTO. Menanggapi masalah melakukan dumping kembali, Maksud disini bukan melakukan kembali dumping untuk membalas dumping yang dilakukan oleh negara lain tetapi melakukan anti dumping dengan mengenakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) yang besarnya adalah margin dumping yaitu selisih antara harga jual di pasar domestik dengan harga jual ke pasar internasional. DAFTAR PUSTAKA WTO. 2003. Understanding the WTO. World Trade Organization Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Persetujuan Bidang Pertanian, Terjemaha,n Ditjen Multilateral Ekubang, Deplu. 2004. Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Sekilas WTO. World Trade Organization, Ditjen Multilateral Ekubang, Deplu. 2003. WTO. The Legal Text, The Results of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations, 2002. Alan M. Rugman, Donald J. Lecraw, Laurence D. Booth, Bisnis Internasional 2, PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1993 Hidayat, Mochamad Slamet, dkk. 2006. Sekilas Tentang WTO (World Trade Organization). Jakarta : Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan HKI, Direktorat Jendral Multilateral Departemen Luar Negeri. Kartadjoemena, H.S. 1996. “GATT dan WTO” Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Widayanto, Sulistyo, 2007. Buletin Departemen Perdagangan Ditjen KPI Negosiasi untuk Mengamankan Kepentingan Nasional di Bidang Perdagangan. Jakarta. Rafianti, Laina, 2005. Unpad Journal of International Law : Tindakan Anti Dumping Dalam Kegiatan Perdagangan Internasional. Bandung Ratya Anindita dan Michael R. Reed, 2008, Bisnis dan Perdagangan Internasional, Penerbit ANDI, Yogyakarta