BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Energi Panas Bumi
Secara sederhana, energi panas bumi adalah energi panas yang dipindahkan dari
bagian dalam bumi.Energi tersebut dapat diambil dalam bentuk uap atau air panas,
Semua sumber panas bumi didefinisikan sebagai suatu reservoar di mana energi panas
bumi dapat diekstraksi secara ekonomis dan dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga
listrik atau untuk keperluan yang sesuai (Armstead, 1978, Gupta 1980).Energi panas
bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Itali sejak tahun 1913 dan di New
Zealand sejak tahun 1958.
Energi panas bumi bumi berasal dari formasi asli planet ini (20%) dan dari
peluruhan radioaktif dari mineral (80%). Gradien panas bumi, yang merupakan
perbedaan temperatur antara inti dari planet dan permukaannya, drive konduksi
kontinyu energi panas dalam bentuk panas dari inti ke permukaan. Kata sifat panas
bumi berasal dari akar Yunani γη (ge), yang berarti bumi, dan θερμος (termos), yang
berarti panas. Karena lebih ringan dari batuan padat. Magma memanaskan batu dan air
di kerak,
kadang-kadang sampai 700 derajat Fahrenheit 3700 , Gupta, 1980.
2.2 Model sistem panas bumi
Sumber panas bumi berasal dari distribusi suhu dan energi panas dibawah
permukaan bumi.
Suhu bumi bertambah besar secara konstan selaras dengan
bertambahnya kedalaman pada system dibawah permukaan bumi, Hochstein, 199.
Gambar 2.1.Model system Panas Bumi.
Sumber Foto : PGE, 2003.
2.3 Potensi Panas Bumi
Potensi panas bumi Indonesia dapat dibagi dalam 2 (dua) kelas, yaitu : sumber
daya dan cadangan; yang masing-masing dibagi lagi menjadi subkelas-subkelas.
Kriteria sumber daya terdiri dari :

Spekulatif, dicirikan oleh terdapatnya manifestasi panas bumi aktif dimana luas
reservoir dihitung dari data geologi yang tersedia dan rapat dayanya berdasarkan
asumsi.

Hipotesis, dicirikan oleh manifestasi panas bumi aktif dengan data dasar hasil
survei regional geologi, geokimia dan geofisika. Luas daerah prospek ditentukan
berdasarkan penyebaran manifestasi dan batasan geologi, sementara penentuan
suhu berdasarkan geotermometer.
Kriteria cadangan terdiri dari :

Terduga, dibuktikan oleh data pemboran landaian suhu dimana estimasi luas dan
ketebalan
reservoir
serta
parameter
fisika
batuan
dan fluida dilakukan
berdasarkan data ilmu kebumian terpadu, yang digambarkan dalam bentuk
model tentatif.

Mungkin, dibuktikan oleh sebuah sumur eksplorasi yang berhasil dimana
estimasi luas dan ketebalan reservoir didasarkan pada data sumur dan hasil
penyelidikan ilmu kebumian rinci terpadu. Parameter batuan, fluida dan suhu
reservoir diperoleh dari pengukuran langsung dalam sumur.

Terbukti, dibuktikan oleh lebih dari satu sumur eksplorasi yang berhasil
mengeluarkan uap/air panas, dimana estimasi luas dan ketebalan reservoir
didasarkan kepada data sumur dan hasil penyelidikan ilmu kebumian rinci
terpadu. Parameter batuan dan fluida serta suhu reservoir didapatkan dari data
pengukuran langsung dalam sumur dan atau laboratorium.
2.4 Jenis-Jenis Panas Bumi
Energi panas bumi dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber panasnya menjadi
lima bagian :
1. Energi magma (magma energy).
2. Energi panas bumi kering (hot dry rock energy).
3. Energi bumi (earth energy).
4. Energi tekanan bumi (geopresure enrgy).
5. Energi hydrothermal (hydrothermal energy).
Berdasarkan kandungan fluidanya, Sistem hydrothermal dibedakan menjadi :
1. Sitem satu fasa, fluida hanya terdiri atas air dan uap saja. Biasanya berisi air
yang mempunyai suhu 900 sampai dengan 1800 . Contohnya system hydrothermal
di Waiwera New Zaeland.
Sistem dua fasa dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Sitem dominasi air (water Dominated System).
b. Sistem dominasi uap (Vapour dominated system).
Sistem panas bumi berdasarkan suhu dibagi menjadi tiga bagian, antara lain
seperti pada tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1. Klasifikasi sistem panas bumi berdasarkan suhu
Klasifikasi
Muffer & Cataldi
Haenel & Ryback
Benderiter & Cormy
(1978)
(1998)
(1990)
<900 C
<1500 C
<1000 C
90-1500 C
-
100-2000 C
>1500 C
>2500 C
>2000 C
Sistem
panas bumi
suhu rendah
Sitem panas
bumi
suhu
sedang
Sistem
panas bumi
suhu tinggi
2.5 Energi Panas Bumi Di Indonesia
Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panasbumi pertama kali dilakukan
di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga tahun 1929 lima
sumur eksplorasi dibor dimana sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu
sumur KMJ‐3 masih memproduksikan uap panas kering atau dry steam. Pecahnya
perang dunia dan perang kemerdekaan.Indonesia mungkin merupakan salah satu alasan
dihentikannya kegiatan eksplorasi di daerah tersebut.Kegiatan eksplorasi panasbumi di
Indonesia baru dilakukan secara luas pada tahun 1972. Direktorat Vulkanologi dan
Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perancis dan New Zealand melakukan survey
pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia (ESDM 2006).
Dari hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek
panasbumi, yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera, terus ke
Pulau Jawa, Bali, Nusatenggara dan kemudian membelok ke arah utara melalui Maluku
dan Sulawesi. Survey yang dilakukan selanjutnya telah berhasil menemukan beberapa
daerah prospek baru sehingga jumlahnya meningkat menjadi 256 prospek, yaitu 84
prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di
Nusatenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di
Kalimantan.Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal
yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperatur sedang (150‐225oC).
Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta karakteristiknya
dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut.Ada tiga lempengan yang berinteraksi
di
Indonesia,
Eurasia.Tumbukan
yaitu
yang
lempeng
terjadi
Pasifik,
antara
lempeng
ketiga
India‐Australia
lempeng
tektonik
dan
lempeng
tersebut
telah
memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi panas bumi
di Indonesia.Tumbukan antara lempeng India‐Australia di sebelah selatan dan lempeng
Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160 ‐
210 km di bawah Pulau Jawa‐ Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks
et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di
bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau
Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda.
Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa
dan
lebih
menghasilkan
cair
dengan
kandungan
erupsi gunung
gas
api yang
magmatik
lebih
kuat
yang
lebih
tinggi sehingga
yang
pada
akhirnya
akan
menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu,
reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan
volkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan
sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.
Sistem panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan kegiatan
gunung api andesitisriolitis yang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat lebih
asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi umumnya
berasosiasi dengan kegiatan vulkanik bersifat andesitis‐basaltis dengan sumber magma
yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah panas bumi di ujung utara Pulau
Sulawesi memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau Jawa.
Akibat dari sistim penunjaman yang berbeda, tekanan atau kompresi yang
dihasilkan oleh tumbukan miring (oblique) antara lempeng India‐Australia dan lempeng
Eurasia menghasilkan sesar regional yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera yang
merupakan sarana bagi kemunculan sumbersumber panas bumi yang berkaitan dengan
gunung‐gunung api muda. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa sistim panas bumi di
Pulau Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh sistim patahan regional yang terkait
dengan sistim sesar Sumatera, sedangkan di Jawa sampai Sulawesi, sistim panas
buminya lebih dikontrol oleh sistim pensesaran yang bersifat lokal dan oleh sistim
depresi kaldera yang terbentuk karena pemindahan masa batuan bawah permukaan pada
saat letusan gunung api yang intensif dan ekstensif.
Reservoir panas bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang
telah mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran setidak‐tidaknya
sejak
Tersier
sampai Resen.Hal ini menyebabkan terbentuknya porositas atau
permeabilitas sekunder pada batuan sedimen yang dominan yang pada akhirnya
menghasilkan permeabilitas reservoir panas bumi yang besar, lebih besar dibandingkan
dengan permeabilitas reservoir pada lapangan‐lapangan panas bumi di Pulau Jawa
ataupun di Sulawesi.
2.5.1 Jenis-Jenis Sumber Panas Bumi di Indonesia
Jenis-jenis sumber panas bumi dapat dilihat
berdasarkan jenis-jenis uap yang
dihasilkan dan dimanfaatkan sebagai sumber energi utama sebuah pembangkit energi
listrik.
Berdasarkan kondisi geologinya sumber panas bumi yang ada di Indonesia
dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Energi Panas Bumi Uap Panas.
2. Energi Panas Bumi Air Panas.
3. Energi Panas Bumi Batuan Panas.
1.
Energi Panas Bumi Uap Panas
Sebenarnya sumber energi yang cocok untuk dijadikan sumber tenaga listri adalah
uap kering, karena tidak perlu melalui proses penyesuaian lagi dan bisa langsung
digunakan. Misalnya untuk menggerakan turbin pada pembangkit listrik.Namun, uap
kering yang keluar dari perut bumi ini termasuk sulit untuk ditemukan, khususnya di
Indonesia.Uap bsah adalah uap panas bumi yang mengandung air.Jadi, untuk digunakan
sebagai sumber panas bumi harus dipisahkan dulu antara gas dan air.Uap basah berasal
dari air panas bertekanan tinggi yang berasal dari dalam perut bumi.Uap ini menekan ke
celah-celah rekahan ditanah sehingga mencapai permukaan.Perbandingan antara gas
dan air biasanya sekitar 20% gas dan 80% air.Maka dari itu, diperlukan pemisah untuk
dapat memanfaatkan uap sebagai sumber energi. Air yang telah berhasil dipisahkan
akan disuntikan kembali kedalam tanah agar keseimbangan air tanah tetap terjaga.
2.
Energi Panas Bumi Air Panas
Biasanya, energi panas bumi yang berupa air ini adalah dari jenis brine, yaitu panas
yang
asin
dan mengandung banyak
mineral.
Karena banyaknya mineral yang
terkandung, maka air ini tidak dapat langsung digunakan, misalnya untuk memutar
generator listrik, dalam jangka waktu tertentu, akan menimbulkan penyumbatan. Oleh
karena
itu,
untuk
pemanfaatanya,
biasanya
menggunakan
sistem
biner.Wadah
penanpung air panas sebagai sistem utama dan sistem kedua adalah heat exchanger
yang mengasilkan uap yang bisa digunakan sebagai energi. Kelemahan energi ini adalah
uap panas yang dihasilkan memiliki sifat korosit
Gambar 2.2 .Skema Sistem Energi Panas Bumi Air Panas.
Sumber Gambar : Chevron, 2003.
3.
Energi Panas Bumi Batuan Panas
Batuan panas terletak jauh di dalam perur bumi. Batuan ini bersifat panas kerena
mengalami kontak langsung dengan magma. Untuk memanfaatkan energi ini perlu
dilakukan teknik pengeboran khusus dengan biaya yang tinggi.Stelah batu panas
berhasil diambil, perlu dilakukan penyuntikan cairan kedalam batu agar uap panas
keluar.Dan alat uap ini digunakan sebagai sumber energi.
Gambar 2.3.Skema Sistem Energi Panas Bumi Batuan Panas.
Sumber Gambar : Chevron 2003.
2.6 Tingkat Kebutuhan Energi di Indonesia
Penggunaan energi di Indonesia cukup tinggi, terutama energi yang berasal
dari fosil, seperti minyak bumi .Energi minyak bumi yang dimanfaatkan untuk
menggerakan turbin pembangkit tenaga listrik tremasuk sangat besar, disamping
penggunaanya untuk kendaraan dan industri. Padahal, seandainya pembangkit tenaga
listrik mengoptimalkan penggunaan energi yang berasal dari panas bumi, maka
ketersediaan energi di Indonesia akan mencukupi. Energi minyak bumi bisa lebih
dimanfaatkan untuk kepentingan industri petrokimia yang bisa lebih menghasilkan
devisa. Penggunaan energi minyak bumi di Indonesia cenderung semakin meningkat.
Contohnya, pada tahun 1994 energi minyak bumi yang dihabiskan untuk kegiatan
perindustrian mencapai 284,3 juta SBM, dan pada tahun 1990 penggunanya melonjak
hingga 504,5 juta SBM (SBM= Setara Barrel Minyak satuan untuk minyak bumi).
2.7 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit listrik yang
menggunakan panas bumi sebagai sumber energinya.Listrik dari tenaga panas bumi saat
ini digunakan di 24 negara, sementara pemanasan memanfaatkan panas bumi digunakan
di 70 negara.Perkiraan potensi listrik yang bisa dihasilkan oleh tenaga panas bumi
berkisar antara 35 s.d. 2.000 GW. Kapasitas di seluruh dunia saat ini adalah 10.715
Megawatt (MW), dengan kapasitas terbesar di Amerika Serikat sebesar 3.086 MW,
diikuti oleh Filipina dan Indonesia.
India sudah mengumumkan rencana untuk
mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi pertamanya di Chhattisgarh.
Tenaga panas bumi dianggap sebagai sumber energi terbarukan karena ekstraksi
panasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan muatan panas bumi. Emisi karbon
dioksida pembangkit listrik tenaga panas bumi saat ini kurang lebih 122 kg CO2 per
megawatt-jam (MW·h) listrik, kira-kira seperdelapan dari emisi pembangkit listrik
tenaga batubara.
Indonesia dikaruniai sumber panas Bumi yang berlimpah karena banyaknya
gunung berapi di Indonesia. Dari pulau-pulau besar yang ada, hanya pulau Kalimantan
saja yang tidak mempunyai potensi panas Bumi. Untuk membangkitkan listrik dengan
panas Bumi dilakukan dengan mengebor tanah di daerah yang memiliki potensi panas
Bumi untuk membuat lubang gas panas yang akan dimanfaatkan untuk memanaskan
ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa menggerakkan turbin uap yang tersambung ke
generator. Untuk panas bumi yang mempunyai tekanan tinggi, dapat langsung memutar
turbin generator, setelah uap yang keluar dibersihkan terlebih dahulu.
Eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik
tergolong minim. Untuk menghasilkan energi listrik, pembangkit listrik tenaga panas
bumi hanya membutuhkan area seluas antara 0,4 - 3 hektar. Sedangkan pembangkit
listrik tenaga uap lainnya membutuhkan area sekitar 7,7 hektar.[6] Hal ini menjawab
kecemasan masyarakat mengenai dampak lingkungan eksploitasi panas bumi, terutama
isu penebangan hutan di daerah yang memiliki potensi panas bumi.
Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal yang
mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai
temperatur sedang (150‐225oC).Pengalaman dari lapangan‐lapangan panas bumi yang
telah dikembangkan di dunia maupun di Indonesia menunjukkan bahwa sistem panas
bumi bertemperatur tinggi dan sedang,
sangat potensial bila diusahakan untuk
pembangkit listrik. Potensi sumber daya panas bumi Indonesia sangat besar, yaitu
sekitar 27500 MWe , sekitar 30‐40% potensi panas bumi dunia. Pembangkit Listrik
Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler,
sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panasbumi. Apabila fluida di kepala
sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan
kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan
memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.
Gambar 2.4. Skema PLTP. Sumber Gambar: Chevron, 2003.
Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida
dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada
fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga
fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator
inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.
Gambar 2.5.Sistem PLTP. Sumber Gambar : Chevron, 2003.
Apabila sumber daya panas bumi mempunyai temperatur sedang, fluida panas
bumi masih dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik
dengan menggunakan
pembangkit listrik siklus binari (binary plant).Dalam siklus pembangkit ini, fluida
sekunder (isobutane, isopentane or ammonia) dipanasi oleh fluida panas bumi melalui
mesin penukar kalor (heat exchanger).
Fluida sekunder menguap pada temperatur lebih rendah dari temperatur titik
didih air pada tekanan yang sama. Fluida sekunder mengalir ke turbin dan setelah
dimanfaatkan
dikondensasikan
sebelum
dipanaskan
kembali
oleh
fluida
panas
bumi.Siklus tertutup dimana fluida panas bumi tidak diambil masanya, tetapi hanya
panasnya saja yang diekstraksi oleh fluida kedua, sementara fluida panas bumi
diinjeksikan kembali kedalam reservoir.
Gambar 2.6.Siklus binary plant. Sumber : Chevron, 2003.
Masih ada beberapa sistem pembangkit listrik dari fluida panas bumi lainnya
yang telah diterapkan di lapangan, diantaranya : Single Flash Steam, Double Flash
Steam,
Multi Flash
Steam,Combined
Cycle,
Hybrid/fossil–geothermal conversion
system.
2.8 Jenis Pembangkit Listrik Panas Bumi
Pembangkit listrik tenaga panas bumi sama prinsipnya dengan pembangkit
listrik termal berturbin uap lainnya - panas dari bahan bakar (dalam hal ini adalah inti
bumi) digunakan untuk memanaskan air atau fluida lainnya yang sesuai. Fluida yang
sudah berjalan lalu digunakan untuk memutar turbin generator sehingga menghasilkan
listrik.Fluida tersebut lalu didinginkan dan dikembalikan ke sumber panas.
1. Sistem Pembangit Uap Kering (Dry Steam)
Pembangkit dengan sistem uap kering merupakan rancangan paling tua
dan sederhana.Dalam sistem ini uap panas bumi bersuhu 150°C atau lebih langsung
digunakan untuk memutar turbin.
Gambar 2.7.Pembangkit Dry Steam. Sumber Gambar Chevron, 2009.
2. Sistem Pembangkit Uap Basah (Flash Steam)
Pembangkit dengan sistem flash steam mengambil air panas bertekanan
tinggi dari kedalaman bumi masuk ke tangki bertekanan rendah lalu menggunakan uap
yang dihasilkan untuk
memutar turbin.
Sistem ini membutuhkan fluida bersuhu
sekurang-kurangnya 180°C; biasanya lebih. Ini adalah jenis yang paling umum
dioperasikan saat ini.
Gambar 2.8.Sistem Pembangkit Flash Steam. Sumber Gambar Chevron, 2009.
3. Sistem Pembangkit Uap Panas (Binary Cycle)
Pembangkit dengan sistem siklus biner adalah pengembangan terbaru dan
memungkinkan suhu terendah fluida hingga 57°C.Air panas bumi yang tidak terlalu
panas tersebut dialirkan melewati fluida sekunder yang memiliki titik didih jauh di
bawah titik didih air.Hal ini menyebabkan fluida sekunder menguap yang lalu
digunakan untuk memutar turbin.Ini adalah jenis yang paling umum dibangun saat
ini.Siklus Rankine Organik maupun siklus Kalina keduanya digunakan.Efisiensi termal
pembangkit jenis ini biasanya sekitar 10-13%.
Gambar 2.9. Pembangkit Siklus Biner.
Sumber Gambar : Chevron, 2009.
2.9 Kelebihan Dan Kelemahan Energi Panas Bumi
1. Kelebihan
Kelebihan energy Panas Bumi adalah :

Biaya operasi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) lebih rendah
dibandingkan dengan biaya operasi pembangkit listrik yang lain.

Ramah lingkungan.

Mampu memproduksi secara terus menerus selama 24 jam, sehingga
tidak membutuhkan tempat penyimpanan energy (Energy Storage).

Tingkat ketersediaan (Avaibility) yang sangat tinggi yaitu diatas 95%.

Bebas emisi (binary-cyle).

Tidak memerlukan bahan bakar, dan

Harga yang kompetitif.
2. Kelemahan

Tidak bisa diekspor.

Cairan bersifat korosit.

Efesiensi agag rendah, namun karena tidak perlu bahan bakar sehingga
efesiensi tidak merupakan faktor yang sangat penting.

Untuk teknologi Dry Steam dan Flash masih menghasilkan emisi walau
sangat sedikit.
2.10 Perkiraan Beban Kebutuhan Energi Listrik
Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam membuat rencana operasi sistem
tenaga listrik adalah perkiraan beban yang akan dialami oleh sistem tenaga listik yang
bersangkutan. Tidak ada rumus eksak untuk ini karena besarnya beban ditentukan oleh
para pemakai (konsumen) tenaga listrik yang secara bebas dapat menentukan
pemakaiannya.Namun pada umumnya pemakaian energi listrik konsumen sifatnya
priodik maka grafik pemakaian tenaga listrik atau lazimnya dibuat sebagai grafik beban
dari sistem tenaga listrik juga mempunyai sifat priodik.Grafik beban secara perlahan-
lahan berubah bentuknya baik kuantitatif maupun kualitatif. Berikut ini adalah faktor –
faktor yang mempengaruhi beban kebutuhan enrgi listrik antara lain, Sukanto, 1988 :
1. Bertambahnya jumlah konsumen tenaga listrik.
2. Bertambahnya konsumsi tenaga listrik dari konsumen lama, misalnya karena dia
membeli peralatan listrik tambahan.
3. Suhu udara, kalau suhu udara tinggi maka pemakaian alat-alat penyejuk udara
bertambah dan ini menambah pemakaian tenaga listrik.
4. Kegiatan ekonomi masyarakat.
5. Kegiatan sosial masyarakat, sebagai contoh adanya pertandingan olahraga
seperti bulu tangkis, tinju, sepak bola dan lain sebagainya. Hal ini akan
menimbulkan kenaikan beban.
Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa tidaklah mungkin ditemukan rumus
yang pasti untuk menentukan besarnya beban. Tetapi beban dapat diperkirakan
besarnya berdasarkan pengalaman-pengalaman dan pengamatan-pengamatan di masa
lalu kemudian diadakan perkiraan untuk masa yang akan datang.
2.11 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Energi Listrik
Konsumsi energi termaksud energi listrik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor ,
diantaranya : tingkat produksi industri, tinggkat pemakaian energi pengganti, kondisi
politik, usaha-usaha konservasi, batasan pemerintah, dalam hal pemakaian energi,
pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi (pendapatan penduduk) dan harga
energi tersebut, Sukanto, 1988. Sedangkan menurut Aminuddin, 2008, menyatakan
bahwa permintaan akan suatu komoditas energi termaksud energi listrik dipengaruhi
oleh faktor harga, barang yang diminta, harga barang lain, pendapatan, selera, dan
kemakmuran.
Namun dalam pembahasan kali ini dititikberatkan pada pengaruh
ekonomi saja seperti pertumbuhan ekonomi dalam hal ini pendapatan konsumen dan
harga jual energi. Faktor –Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi energi listrik
adalah sebagai berikut Sugiono, 2004 :
a. Pertumbuhan ekonomi (pendapatan konsumen)
Sesuai dengan penjelasan kedua pendapat di atas, sangat berpengaruh
pendapatan konsumen terhadap pemakaian energi listrik.Hal tersebut sangat logis
karena dengan pendapatan konsumen meningkat,
maka cenderung membeli
barang-barang untuk memenuhi kepuasan hidupnya termaksud barang-barang yang
memakai energi listrik sebagai sumber tenaganya.Dengan demikian konsumsi
energi listrik semakin meningkat.
Mengacu dari penjelasan di atas, maka konsumsi energi merupakan fungsi
dari pendapatan konsumen,
q = f(x)
……..…………………………………………………...…. (1)
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari produk domestik
regional (PDRB) dan PDRB per sektor serta pendapatan perkapita (in come
percapita ) penduduk. PDRB merupakan salah satu indikator perekonomian yang
penting bagi suatu daerah yang diartikan sebagi keseluruhan nilai tambah barang
dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun di suatu daerah atau wilayah, Sugiono,
2004.
b. Menghitung Produk Domestik Bruto / PDB / Produk Domestik Kotor
Pengertian Produk Domestik Bruto atau PDB merupakan hasil output
produksi dalam suatu perekonomian dengan tidak memperhitungkan pemilik
faktor produksi dan hanya menghitung total produksi dalam suatu perekonomian
saja.Rumusnya merupakan
PDB = C + G + I + ( X - M )……………………(2)atau produk domestik bruto
= pengeluaran rumah tangga + pengeluaran pemerintah + pengeluaran investasi
+ ( ekspor - impor ), Sugiono, 2004.
c. Kepadatan penduduk
Laju
pertumbuhan
penduduk
lebih
tinggi di negara berkembang.
Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan luas
area dimana mereka tinggal. Negara-negara kecil biasanya memiliki kepadatan
penduduk tertinggi. Distribusi usia dan jenis kelamin penduduk dalam negara
atau
wilayah
tertentu
dapat
digambarkan
dengan
suatu
piramida
penduduk.Grafik ini berbentuk segitiga, di mana jumlah penduduk pada sumbu
X, sedang kelompok usia (cohort) pada sumbu Y. Penduduk lak-laki
ditunjukkan pada bagian kiri sumbu vertikal, sedang penduduk perempuan di
bagian kanan.
Piramida penduduk menggambarkan perkembangan penduduk dalam
kurun waktu tertentu. Negara atau daerah dengan angka kematian bayi yang
rendah dan memiliki usia harapan hidup tinggi, bentuk piramida penduduknya
hampir menyerupai kotak, karena mayoritas penduduknya hidup hingga usia tua.
Sebaliknya yang memiliki angka kematian bayi tinggi dan usia harapan hidup
rendah, piramida penduduknya berbentuk menyerupai genta (lebar di tengah),
yang menggambarkan tingginya angka kematian bayi dan tingginya resiko
kematian.
Piramida penduduk yang menunjukkan tingkat mortalitas stabil dalam setiap
kelompok
usiaJumlah penduduk sangatlah berpengaruh terhadap konsumsi energi
listrik. Jadi konsumsi energi bukan hanya fungsi dari pendapatan, melainkan juga fungsi
dari jumlah peduduk, Sugiono, 2004.
q = f (x,p) …………………...……………………………………. (3)
Dari persamaan (12) di atas maka dapat ditulis model persamaan regresi
berganda untuk permintaan energi listrik pada pelanggan rumah tangga, bisnis,
sosial, dan industri merupakan :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 …………………………………………… (4)
d. Penggolongan Tarif Dasar Listrik PLN
Menurut Abdul Kadir (1996), tarif dasar listrik secara umum dapat
diartikan sebagai daftar
harga penjualan tenaga listrik yang ditetapkan
perusahaan listrik yang meningkat perusahaan dengan langganan atau konsumen
energi listrik.Tujuan umum tarif dasar listrik
adalah untuk
menghasilkan
pendapatan bagi perusahaan listrik untuk menutupi biaya-biaya oprasional
sehingga sistem penyediaan energi listrik dapat berkesinambungan.Pengadaan
energi listrik di Indonesia dikelola oleh PLN yang diawasi oleh pemerintah dan
tidak mengejar keuntungan semata-mata karena energi listrik sebagai komoditi
publik, pemenuhan menyangkut hajat hidup seluruh rakyat Indonesia dan harus
terjamin ketersediaanya dengan harga yang terajangkau oleh semua lapisan
masyarakat.
Penetuan tarif dasar listrik didasarkan pada beberapa faktor seperti biaya
modal, perawatan dan perbaikan, upah tenaga kerja , biaya bahan bakar, dan lain
sebagainya yang berkaiatan dengan proses pembangkitan energi listrik tersebut
sampai digunakan
oloh
konsumen.
Biaya-biaya tersebut tidak
semuanya
ditanggung oleh PLN tetapi juga dilimpahkan kepada konsumen melalui tarif
dasar listrik.
Penetuan tarif yang tidak bijaksana dapat berakibat buruk terhadap
perkembangan perusahaan, misalnya tarif yang tinggi terhadap biaya instalasi
dapat membuat langganan berkurang atau tarif yang rendah akan menyebabkan
pemborosan energi listrik yang dapat mengakibatkan perusahaan mengalami
kerugian. Penetuan tarif yang akan berlaku bagi kelompok konsumen ditentukan
berdasarkan pada cara pemakaian, waktu dan besarnya pemakaian.
Berdasarkan tarif dasar listrik 2003, PLN menggunakan tarif dasar
berdasarkan jenis pelanggan dan daya tersambung adalah sebagai berikut PLN,
2003:
a) Golongan tarif pelanggan rumah tangga (tarif R) yang terdidri atas:
1. Golongan tarif R1, merupakan sambungan tegangan rendah dengan batas
daya 450 VA sampai 2200 VA.
2. Golongan tarif R2, merupakan sambungan tegangan rendah dengan batas
daya 2200 VA sampai 6600 VA.
3.
Golongan tarif R3, merupakan sambungan tegangan rendah dengan
batas daya di atas 6600 VA.
b) Golongan tarif pelanggan bisnis (tarif B)
1. Golongan tarif B1, merupakan sambungan tegangan rendah dengan batas
daya 2200 VA sampai 6600 VA.
2. Golongan tarif B2, merupakan sambungan tegangan rendah dengan batas
daya 2200 VA sampai 200 kVA.
3. Golongan tarif B3, merupakan sambungan tegangan rendah dengan batas
daya di atas 200 kVA.
c) Golongan tarif pelanggan sosial (tarif S)
1.
Golongan tarif S1, merupakan sambungan tegangan rendah dengan
batas daya 220 VA.
2. Golongan tarif S2, merupakan sambungan tegangan rendah dengan batas
daya 450 VA sampai 200 kVA.
3.
Golongan tarif S3, merupakan sambungan tegangan rendah dengan
batas daya 220 kVA .
d) Golongan tarif pelanggan industri (tarif I)
1.
Golongan tarif I1, merupakan sambungan tegangan rendah dengan batas
daya 450 VA sampai 14 kVA.
2. Golongan tarif I2, merupakan sambungan tegangan rendah dengan batas
daya 14 kVA sampai 200 kVA.
3.
Golongan tarif I3, merupakan sambungan tegangan rendah dengan batas
daya 200 kVA sampai dengan 30000 kVA .
4. Golongan tarif I3, merupakan sambungan tegangan rendah dengan batas
daya 30000 kVA ke atas.
Berdasarakan dari pengelolahan tarif, maka konsumen akan memakai
energi listrik
sesuai dengan batas daya yang disediakan sesuai dengan
penggolongan tarifnya. Pembayaran rekening listrik itu dirinci berdasarkan
biaya pemakaian yang merupakan hasil kali per kW dengan kWH terpakai
ditambah biaya beban, pajak, dan lain-lain.
2.12 Peramalan Kebutuhan Energi Listrik
Kalau suatu pembangkit listrik akan dipasang pada suatu daerah/lokasi, seharusnya
kita mengetahui beban kebutuhan tenaga maksimal pada lokasi tersebut. Hal itu untuk
dapat secara tepat memperkirakan kapasitas pembangkit yang akan dipasang. Meskipun
sangat sulit untuk memperkirakan/meramalkan beban maksimal pada masa mendatang
didaerah termaksud, kita dapat membuat estimasi atau perkiraan yang mendekati
kenyataan.
Ada 2 metode yang digunakan dalam perkiraan/peramalan beban, antara lain :
1. Metode Statistik
Dalam metode statistik data – data kebuuhan maksimal tahunan untuk area
termasuk dukumpulkan untuk beberapa tahun terakhir.Dan hasil data termasuk
dapat diperkirakan beban pada masa mendatang dilokasi tersebut.
2. Metode Survey lapangan
Dalam metode survey lapangan, data – data kebutuhan listrik/beban dari lokasi
yang bersangkutan (dengan beban yang bervariaasi) seperti untuk industry,
pertanian, kantor – kantor dan perumahan penduduk dikumpulkan dari
hasil
survey lapangan.
Secara umum terdapat lima kelompok besar metode peramalan yang biasa
digunakan oleh banyak perusahaan kelistrikan dewasa ini. Kelima metode tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Metode sampling statistik
2. Metode ekstrapolasi
3. Metode perbandingan
4. Metode sektoral
5. Metode gabungan
2.13 Model Peramalan
Model peramalan yang digunakan dalam peramalan harus dapat menggambarkan
kaitan antara penjualan energy elektrik dengan variable lain yang ada dalam masyarakat
seperti variable pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat. Hubungan antara
penjumlah energy elektrik dengan variable – variable tersebut biasanya sangat rumit
dan saling berkaitan. Oleh sebab itulah biasanya digunakan model pendekatan untuk
memudahkan dalam melakukan perhitungan peramalan. Ada dua macam pendekatan,
yaitu :
1. Model mikro
Model ini adalah model yang meninjau secara terperinci setiap komponen atau
variable yang mempunyai penjualan energi listrik.
2. Model makro
Model ini adalah model yang meninjau secara umum dengan menyederhanakan
variable yang mempengaruhi penjualan energi listrrik. Dalam penyesusunan
ramalan ini, dilakukan pembagian kebutuhan energy listrik secara sektoral yang
meliputi :

Sektor rumah tangga

Sektor rumah tangga

Sektor komersil (pelayanan umum)

Sektor public Sektor industry
3. Model peramalan algoritma
Alogaritma peramalan yang dilakukan dalam laporan Tugas Akhir ini dibagi
dalam dua bagian yakni :
a. Peramalan kebutuhan listrik
Dalam peramalankebutuhan listrik, tetuntanya harus memperhatikan
data serta variable yang mempengaruhinya kebutuhan energy listrik
tersebut,
seperti data historis kependudukan,
produk
domistik
regional bruto, tingkat konsumsi masyarakat, dan data produksi
energy PLN untuk beberapa tahun terakhir, factor beban serta
beberapa data lain.
b. Peramalan beban
Dalam laporan Tugas Akhir ini, peramalan beban dilakukan setelah
peramalan kebutuhan energi dilakukan. Pada dasarnya laju pertumbuhan
kebutuhan energy sama dengan laju pertumbuhan beban rata–rata,
sedangkan untuk menghitung pertumbuhan beban puncak harus dicari
dulu hubungan antara laju pertumbuhan beban puncak.
2.14 Metode Peramalan
Memprediksi nilai suatu besaran pada kondisinya dimasa yang akan datang dengan
tepat adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah, apalagi jika besaran besaran tersebut
dipengaruh oleh banyak factor. Akan tetapi seringkali hasil prediksi tersebut menjadi
salah satu masukan yang penting dalam menyusun rencana masa depan.Dalam laporan
Tugas Akhir ini metode peramalan yang digunakan adalah metode regresi linear
berganda dan metode DKL 3.02. Metode peramalan yang digunakan dalam laporan
Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
2.14.1 Regresi
Perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, namun
perubahan nilai variabel itu dapat pula disebabkan oleh berubahnya variabel lain yang
berhubungan dengan variabel tersebut. Untuk mengetahui pola nilai suatu variabel yang
disebabkan oleh variabel lain diperlukan alat analisis yang memungkinkan kita untuk
membuat
perkiraan
nilai
variabel
tersebut
pada
nilai
tertentu
variabel
yang
mempengaruhinya.
Teknik yang umum digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua atau
lebih variabel dalam ilmu statistik adalah analisis regresi. Analisis regresi adalah teknik
statistik yang berguna untuk memeriksa dan memodelkan hubungan di antara variabelvariabel. Analisis regresi berguna dalam menelaah hubungan dua variabel atau lebih
dan terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan
sempurna, sehingga dalam penerapannya lebih bersifat eksploratif.
Persamaan regresi yang digunakan untuk membuat taksiran mengenai nilai
variabel terikat disebut persamaan regresi estimasi, yaitu suatu formula matematis yang
menunjukkan hubungan keterkaitan antara satu atau beberapa variabel yang nilainya
sudah diketahui dengan satu variabel yang nilainya belum diketahui. Sifat hubungan
antara variabel dalam persamaan regresi merupakan hubungan sebab akibat.
Regresi yang berarti peramalan, penaksiran atau pendugaan pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton (1822 – 1911) sehubungan
dengan penelitiannya terhadap manusia. Penelitian tersebut membandingkan antara
tingggi anak laki-laki dan tinggi badan orang tuanya. Istilah regresi pada mulanya
bertujuan untuk membuat perkiraan nilai suatu variabel (tinggi badan anak) terhadap
suatu variabel yang lain (tinggi badan orang tua). Pada perkembangan selanjutnya,
analisis regresi dapat digunakan sebagai alat untuk membuat perkiraan nilai suatu
variabel dengan menggunakan beberapa variabel lain yang berhubungan dengan
variabel tersebut, Kutner, Nachtsheim dan Neter, 2004.

Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana pada dasarnya adalah garis linier
dimana variabel bebas X merupakan variabel waktu. Baik garis regresi maupun
trend dapat berupa garis lurus maupun tidak lurus. Persamaan garis analisis
regresi linier sederhana sebagai berikut:
Y’ = a +bX (X =waktu) ……………………………………………… (12)
Perhatikan bahwa bentuk persamaan seperti persamaan garis regresi
linier berganda. Dengan demikian cara menghitung a,b dan c sama dengan
menghitung a dan b, yaitu menggunakan persamaan normal.
∑
a=
b=
∑
∑
…………………………………………………………………..(13)
……………………………………………………………….(14)
keterangan:
Y’= Perkiraan perkembangan
X = Tahun yang dicari
a dan b = koefisien regresi
2.14.2 Metode DKL 3.02
Model yang digunakan dalam metode DKL 3.02 untuk menyusun perkiraan
adalah model sektoral. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik ini ditujukan untuk menyusun
perkiraan kebutuhan energy listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Metodelogi yang
digunakan dalam model sektoral adalah metode gabungan antara kecenderungan,
ekonometri dan analitis. pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan
listrik adalah dengan mengelompokan pelanggan menjadi empat sektor yaitu :
1.
Sektor Rumah Tangga.
2.
Sektor Bisnis.
3.
Sektor Publik.
4.
Sektor Industri.
ETSt = ERTt + EKt + EPt + EISt…………………………………….…..(15)
Dimana :
ETSt = Total energi terjual pada tahun t.
ERTt = Energi terjual sektor rumah tangga pada tahun t.
EKt = Energi terjual sektor bisnis pada tahun t.
EPt = Enegi terjual sektor public pada tahun t.
EISt = Energi terjual sektor industry pada tahun t.
2.15 Beban Puncak
Beban puncak merupakan salah satu ukuran besarnya konsumsi energi listrik,
sehingga dengan diketahui besar beban puncak, maka akan dapat diperhitungkan
produksi atau kapasitas terpasang yang harus tersedia. Perkiraan beban puncak
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BPt
Dimana :
BPt = Beban puncak pda tahun t.
EPTt = Energi produksi pada tahun t.
LFt = Faktor beban pada tahun t.
2.16 Rasio Elektrifikasi
Rasio elektrifikasi didefinisikan sebagai jumlah rumah tangga yang sudah
berlistrik
dibagi dengan jumlah rumah tangga yang ada. Ratio elektrifikasi ini
menunjukan banyaknya rumah tangga yang sudah merasakan fasilitas listrik di wilayah
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Rumus untuk mengetahui rasio elektrifikasi adalah
sebagai berikut :
Rasio Elektrifitas =
∑
∑
x 100%
Download