SECRET CHURCH 1 Old Testament Pt 1 11/10/06 Dr. David Platt Dua ingatan melintas dalam pikiran saya ketika memulai penyelidikan terhadap Perjanjian Lama. Yang pertama adalah mengenai kesempatan yang saya miliki untuk berada bersama dengan sebuah gereja bawah tanah di salah satu negara di Asia. Sebenarnya hal itu bukan bagian dari rencana perjalanan yang sudah dibuat, tetapi dengan anugerah Allah pintu dibukakan sehingga saya bisa mengunjungi mereka dan melakukan beberapa training. Saya tidak mengharapkan apa-apa dari pertemuan itu. Saya masuk ke dalam ruangan dan melihat sekelompok kecil orangorang percaya yang bekeliling dalam sebuah lingkaran, dan kami memulai pemahaman Alkitab pada sekitar pukul dua siang, dan pada pukul sepuluh kami masih sangat bersemangat. Saat itu mereka memandang ke arah saya dan mengatakan, “Kami ingin anda mengajarkan kepada kami seluruh kitab di dalam Perjanjian Lama.” Dari situlah perjalanan itu dimulai, dan selama dua minggu kemudian, itulah yang kami lakukan. Orang-orang yang datang kebanyakan adalah petani dan buruh tani. Mereka meninggalkan semuanya selama dua minggu dimana mereka dan keluarga mereka harus membayar harga yang mahal karena harus berkumpul selama kurang lebih 12 jamn sehari untuk belajar Firman Allah bersama-sama. Mereka memiliki kerinduan yang besar akan Firman Allah dan ingin memakai setiap kesempatan yang ada untuk mempelajarinya. Gambaran yang kedua yang terlintas dalam benak saya adalah mengenai saat-saat ketika saya duduk bersama dengan saudara-saudara yang ada di Sudan. Banyak di antara orang-orang percaya itu bertumbuh di tengah peperangan yang sudah berkecamuk selama dua puluh tahun dan memakan korban sekitar satu juta orang dari kedua belah pihak. Sepanjang saya mengajar mereka, saya hampir tidak pernah bisa melihat wajah mereka dan mengadakan kontak mata dengan mereka. Ini bukan karena mereka mengantuk atau melamun, tetapi karena mereka mencatat hampir semua yang saya katakan. Kemudian setelah selesai pelajaran mereka mendatangi saya dan mengatakan, “David, kami tahu bahwa kami bertanggungjawab untuk menuliskan semua yang anda ajarkan dan kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa kami lalu mengajarkannya kembali kepada suku kami.” Saya memberikan dua gambaran ini karena dua alasan: Pertama, untuk menunjukkan kepada anda bagaimana orang-orang percaya di Asia secara sengaja berkumpul selama berjam-jam untuk mempelajari Fiaman Allah secara mendalam. Tujuan dari pertemuan kita kali ini bukan untuk mencari hiburan, tetapi kita akan saling mengisi akan kebenaran Firman Allah secara mendalam sehingga setelah selesai kita akan semakin dipenuhi oleh kebenaran Allah. Ini lebih bersifat seperti pelajaran di sekolah Alkitab dan tidak ditujukan untuk orang-orang yang lemah hati atau pikirannya. Saya berdoa agar kiranya anda akan bisa menetapkan pikiran dan perhatian anda sepenuhnya kepada Firman-Nya. Sebagaimana orang-orang percaya di Asia, kita akan berusaha masuk sejauh mungkin dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin menyelidiki teks ini. Gambaran kedua tentang apa yang ada di Sudan adalah untuk memberikan kepada anda pemahaman tentang tujuan kita malam ini. Tujuannya bukanlah untuk sekedar mendapatkan pemahaman yang lebih banyak akan Perjanjian Lama (meski saya rasa itu juga sesuatu yang sangat indah); namun, tujuannya adalah untuk membawa anda sedemikian sehingga anda bisa memiliki kemampuan untuk mengajarkan kembali Perjanjian Lama kepada orang-orang lain. Kalau semua yang akan kita diskuksikan nanti hanya berhenti di dalam hidup anda saja, maka kita meleset dari tujuan kita, dan kita sudah menjadikan pemahaman Alkitab kita kali ini menjadi sebuah pelajaran yang lebih berpusat kepada diri sendiri. Tujuan kita malam ini adalah untuk bisa me-reproduksi semua yang sudah dipercayakan kepada kita dari Firman Allah dan kemudian mengajarkannya kepada orang-orang lain. Kalau hal itu terjadi maka kita akan menjadi bagian dari gerakan memuridkan semua bangsa, dan itu bukan hanya berkenaan dengan mereka yang ada di Afrika, tetapi kita memang akan mendapatkan kesempatan untuk membawa pengaruh kepada mereka yang ada di Afrika. Doa saya adalah bahwa sepasukan orang-orang percaya akan diperlengkapi untuk mengajarkan Perjanjian Lama sebagai hasil dari apa yang kita lakukan selama beberapa jam ke depan. SURVEY PERJANJIAN LAMA BAGIAN I SELINTAS TENTANG PERJANJIAN LAMA Pernahkah anda mendengar kisah tentang Larry Lawnchair? Pernahkah anda mendengar tentang Larry Walters? Ini sebuah kisah nyata. Beberapa tahun yang lalu mimpi kanak-kanak Larry adalah untuk bisa terbang. Setelah ia lulus dari SMA, ia mendaftar ke Angkatan Udara untuk menjadi pilot. Sayangnya penglihatannya yang buruk membuyarkan impiannya itu. Setelah itu, ia hanya bisa memandangi pesawat-pesawat yang terbang melewati halaman belakang rumahnya. Suatu hari Larry mendapatkan ide. Ia memutuskan bahwa ia akan terbang. Ia pergi ke sebuah toko di dekat rumahnya dan membeli 45 buah balon cuaca dan beberapa tanki gas helium. Balon cuaca itu, jika dikembangkan penuh, berukuran sekitar 120 cm lebarnya. Sesampai di rumah, Larry mengikatkan balon-balon itu dengan kuat ke bangku taman, yang kemudian ditambatkan ke bumper mobil jeep miliknya. Ia lalu mengisi semua balon itu dengan helium lalu naik dan duduk di bangku taman itu untuk mencoba saat bangku itu masih hanya beberapa sentimeter saja di atas tanah. Puas bahwa rencananya berhasil, Larry membungkus beberapa buah sandwich dan minuman, dan membawa senapan angin dengan pikiran bahwa ia bisa menembak beberapa balon kalau ia memutuskan untuk turun dalam penerbangannya nanti. Ia lalu mengikatkan diri dengan kuat ke bangku taman itu sambil memegang senapan angin dan bekalnya. Rencana Larry adalah untuk terbang melayang pelanpelan sampai setinggi sekitar 10 meter di halaman belakangnya setelah melepaskan diri dari tambatan ke mobil jeepnya dan kemudian setelah beberapa jam turun kembali. Tetapi yang terjadi berbeda dengan apa yang direncanakannya. Ketika ia memutuskan tali yang menambatkan bangkunya ke mobil jeep, Larry tidak sekedar terbang melayang pelahan setinggi sekitar sepuluh meter. Ia justru langsung melesat dengan cepat ke angkasa di atas Los Angeles. Ia tidak berhenti pada ketinggian sepuluh meter, dan juga tidak berhenti pada ketinggian tiga puluh meter. Setelah membubung dan naik akhirnya ia berhenti pada ketinggian hampir 4,900 meter. Bisakah anda membayangkan duduk di bangku taman pada ketinggian 4,900 meter di angkasa? Pada ketinggian yang demikian dia tidak lagi berpikir untuk menembaki balon-balon di atas anda karena takut bahwa hal itu akan mengganggu keseimbangan dan membahayakan dirinya. Karena itu ia bertahan di sana melayang dalam kedinginan dan ketakutan selama beberapa jam. Lalu masalahnya bertambah parah baginya. Ia mendapati dirinya melayang ke arah jalur kedatangan pesawat-pesawat terbang di Bandara Internasional Long Beach. Saat itu Larry pertama kali dilihat oleh seorang pilot dari maskapai penerbangan United Airlines. Ia menyampaikan melalui radio ke menara pengawas dan menjelaskan bahwa ia barus saja melewati seseorang yang duduk di bangku taman dengan membawa sebuah senapan. Saat ia merasakan kedinginan dan pusing di udara yang tipis pada ketinggian hampir lima kilometer di angkasa Larry kemudian mulai menembak beberapa balon dengan senapan anginnya dan melayang turun ke tanah. Ia berusaha mengarahkan pendaratannya ke sebuah padang rumput yang luas di sebuah Country Club di Long Beach Utara tetapi tidak berhasil dan kemudian tersangkut di tiang listrik tegangan tinggi sekitar dua puluh kilometer dari tempat ia tinggal landas. Lapisan plastik melindunginya dari sengatan listrik saat ia tergantung di kabel listrik itu sampai petugas pemadan kebakaran dan petugas keamanan memutuskan untuk memutus aliran listrik di sana. Larry kemudian mengayunkan dirinya ke arah tembok, melangkah ke atas tembok itu dan memutus tali yang mengikat bangkunya. Ada sebuah kutipan dari perkataannya, “Orang tidak hanya cukup duduk-duduk saja.” Saya merasa seperti Larry, jujur saja. Kita akan melayang tinggi untuk bisa melihat keseluruhan Perjanjian Lama dan apa yang dinyatakan di dalamnya mengenai Allah dan tentu saja mengenai Juruselamat kita Yesus Kristus. Kita akan terbang tinggi dan mungkin ada saatnya dimana kita tidak merasa nyaman, tetapi say mau mengatakan, mari kita putuskan tali tambatan kita agar kita bisa mendapatkan apa yang layak kita dapatkan. MENGAPA MEMPELAJARI PERJANJIAN LAMA? Mengapa penting bagi kita untuk mengambil waktu belajar dari Perjanjian Lama? Ada beberapa mitos yang harus kita buang: Perjanjian Lama tidak penting. Ada pemahaman bahwa bagian ini hanyalah sekedar sebagai latar belakang Perjanjian Baru. Mengapa kita harus memusatkan perhatian ke babak awal dari pertandingan kalau kita sudah tahu hasil akhir babak keduanya? Mengapa kita mau duduk di tempat yang pandangannya tertutup kalau kita sudah bisa melihat keseluruhan pemandangan yang dengan jelas dibukakan di dalam Perjanjian Baru? Perjanjian Lama tidak penting. Dan Perjanjian Lama tidak penting bagi kita yang hidup di abad ke-21. Perjanjian Lama tidak relevan. Di dalamnya tertulis banyak hal yang tidak kita lakukan lagi atau yang nampaknya tidak lagi ada kaitannya dengan kehidupan kita. Ada banyak orang (bahkan di kalangan orang Kristen juga) yang mengatakan bahwa Perjanjian Lama lebih ditujukan kepada bangsa Israel dan bukan untuk kita. Mari kita jujur dalam mencoba melihat apa relevansi dari sebuah agama kuno yang mengajarkan tentang pengorbanan binatang, yang berbicara mengenai Allah yang berdiam di dalam sebuah kemah, bagi orang-orang Kristen di abad ke-21 ini? Apa sebenarnya hubungan antara hal itu dengan kita? Pernahkah anda membaca sebuah bagian di dalam Perjanjian Lama dan kemudian berpikir, “Mengapa, Tuhan, Engkau memutuskan untuk mencantumkan hal itu?” 2 Raja pasal 2 ayat 23-24: Elisa pergi dari sana ke Betel. Dan sedang ia mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu mencemoohkan dia serta berseru kepadanya: "Naiklah botak, naiklah botak!" Lalu berpalinglah ia ke belakang, dan ketika ia melihat mereka, dikutuknyalah mereka demi nama TUHAN. Maka keluarlah dua ekor beruang dari hutan, lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak. Para pelajar, berbahagialah karena ini satu-satunya pelayanan kepada kaum muda yang dituliskan di dalam Perjanjian Lama. Mengapa kita perlu tahu tentang beruang yang mencabik-cabik anak-anak muda itu? Ini tidak relevan. Pa hubungannya hal itu dengan kita? Perjanjian Lama tidak konsisten. Isinya tidak masuk akal jika dilihat dari terang Perjanjian Baru. Disinilah banyak orang memutuskan untuk memutus hubungan antara Perjanjian Lama dengan Kekristenan. Mereka memandang Perjanjian Lama sebagai sekedar sebuah Kitab Yahudi. Ada juga sekte-sekte yang memakai bahan dari Perjanjian Lama, seperti kaum Mormon. Bahkan orang-orang Muslim juga memakai bagian-bagian dari Perjanjian Lama sebagai bagian dari Kitab Suci mereka. Pertanyaan yang paling umum diajukan adalah,”Mengapakah Allah yang penuh anugerah, kasih, rahmat dan belas kasihan yang kita lihat di dalam Perjanjian Baru, mencurahkan hukuman, murka dan penghakiman atas dosa di dalam Perjanjian Lama?” Bagaimana semua itu berjalan seiring? Bagaimana anda menjelaskan tentang hukuman-hukuman yang kita lihat di dalam Perjanjian Lama, baik kepada empat-puluh dua anak-anak yang malang maupun kepada sebuah bangsa yang dilenyapkan sama sekali? Bagaimana anda menjelaskannya dalam kerangka kasih dan belas kasihan Allah? Nampaknya kedua hal itu tidak konsisten. Perjanjian Lama tidak bisa dipahami. Pada dasarnya kita menganggapnya membosankan, atau membingungkan dan tidak masuk akal. Hal itu sering membuat kita bosan, apatis dan kemudian mengabaikannya. Ia sangat sulit untuk dimengerti. Kitab-kitab di dalamnya besar-besar. Di dalamnya penuh dengan segala macam sejarah yang kebanyakan tidak kita pahami dengan baik tentang namanama yang sulit kita sebutkan yang bahkan tidak pernah kita bicarakan. Bagaimana kita bisa sungguh-sungguh mulai memahami isinya? Isinya sangat banyak. Isinya juga panjang. Isinya bahkan cenderung membosankan. Kita lebih banyak mengenal isi kitab-kitab Injil dimana kita bisa langsung melihat tentang Yesus. Sebagai akibatnya, kita memang sesekali memakai Perjanjian Lama dalam saat teduh kita, tetapi sebagian besar dari iman kita bergantung kepada Perjanjian Baru. Perjanjian Lama dianggap tidak masuk akal. Nah, semua itu adalah mitos yang ingin saya patahkan dengan sebuah berita yang sangat penting: Perjanjian Lama tidak ternilai harganya. Kalau kita meninggalkan kitab-kitab di dalam Perjanjian Lama maka kita meninggalkan wahyu Allah. Lebih dari itu, kita menghalangi kemampuan kita untuk bisa memahami wahyu Allah di dalam Perjanjian Baru. Kalau kita meninggalkan Perjanjian Lama, kita tidak akan pernah bisa mendapatkan gambaran tentang apa yang diajarkan oleh Perjanjian Baru kepada kita. Kunci untuk memahami Perjanjian Baru adalah Perjanjian Lama. Paling tidak ada 1600 kutipan langsung dari Perjanjian Lama di dalam Perjanjian Baru, selain terdapat juga begitu banyak penyebutan dan juga referensi dari sana. Kalau kita tidak bisa memahami apa yang diajarkan di dalam Perjanjian Lama, kita tidak akan bisa sungguh-sungguh memahami Kristus. Sangat penting bagi kita untuk mengingat bagwa Tuhan alam semesta yang memberikan kepada kita kitab ini tidak mengucapkan kata-kata yang sia-sia. Ia memberikan keseluruhan kitab ini dengan alasan yang pasti. Tidak berarti bahwa kitab itu tidak boleh membingungkan atau membosankan atau tidak masuk akal. Saya bahkan mau berkata jujur di sini; saya tidak akan mampu menjawab semua pertanyaan yang muncul di dalam Perjanjian Lama. Kerinduan saya adalah agar kita bisa melihat sebuah gambaran menyeluruh tentang apa yang dilakukan Allah dan mengapa Perjanjian Lama begitu penting. BAGAIMANA KITA MEMPELAJARI PERJANJIAN LAMA? – Menyelidiki Tiga Dimensi yang ada Saya ingin kita melihat Perjanjian Lama melalui tiga lensa atau tiga dimensi yang berbeda: Pertama, ada dimensi literatur. Perjanjian Lama adalah sebuah buku. Perjanjian Lama adalah sebuah karya literatur. Kita akan mempelajari mengenai hal ini untuk melihat jenis literatur apa yang ada dan bagaimana hal itu berpengaruh terhadap cara pemahaman kita kepada Perjanjian Lama. Kedua, ada dimensi sejarah. Perjanjian Lama adalah sejarah yang nyata tentang orang-orang yang nyata dan kita akan mempelajari latar belakang untuk memahami sejarah itu. Kebanyakan dari kita kemungkinan hanya memiliki sedikit saja pemahaman akan sejarah Perjanjian Lama dan bagaimana semuanya saling berkaitan. Perjanjian Lama adalah kitab yang terbagi-bagi menjadi banyak bagian, dan kita berusaha untuk menyusunnya di dalam pikiran kita, tetapi sangat sulit untuk melakukan hal itu. Karena itu saya ingin kita melihat gambaran menyeluruh dari sejarah yang ada dan melihat bagaimana semuanya saling berkaitan. Kita akan melihat kitab itu dari perspektif literatur dan perspektif sejarah. Ketiga, ada dimensi teologis. Kitab ini dituliskan bukan hanya untuk menjelaskan sebuah kisah tentang sejarah, tetapi juga dituliskan untuk menunjukkan Allah di tengah-tengah sejarah. Itulah yang disebut toelogi...Belajar tentang Allah. Kemudian pembahasan kita terhadap Perjanjian Lama akan kita lakukan dengan pendekatan yang demikian : Dalam bagian Pertama, kita akan melihat penelitian literatur dan sejarahnya. Kita akan menyelami sebanyak mungkin kitab untuk melihat gembaran tentang bagaimana semuanya saling berkaitan. Dengan dasar itu, kita akan melihat sekilas keseluruhan alur cerita dimana Allah menyatakan diri-Nya. Bukan hanya Ia menyatakan diri kepada bangsa Israel, dan kepada orang-orang di jaman Perjanjian Lama, tetapi juga kepada kita sekarang ini. Kita akan melihat kekayaan dan keindahan yang akan muncul dari dalam Perjanjian Lama. Kita harus memiliki dasar yang kuat untuk bisa memahami hal itu. Kita akan menyelami literatur dan sejarah di dalam bagian pertama, dan kemudian kita akan melanjutkan ke Bagian Kedua. Apakah Perjanjian Lama? – Perjanjian Lama adalah sebuah Literatur. Perjanjian Lama adalah sebuah literatur. Perjanjian Lama adalah kumpulan dari 39 kitab. Ada 27 kitab di dalam Perjanjian Baru, sehingga seluruhnya ada 66 kitab di dalam Alkitab. Berdasarkan tradisi ketika mau menggolongkan berbagai jenis literatur, maka ada penggolongan berdasarkan gaya literatur, atau tipe dari literatur itu. Beberapa orang mengatakan bahwa kitab-kitab hukum Taurat ada di bagian awal, diikuti dengan sejarah, diikuti dengan nubuat, dan kemudian syair. Kita membaginya lagi dalam beberapa gaya literatur yang berbeda. Tetapi penggolongan yang demikian sebenarnya tidak sungguh-sungguh mewakili gambaran literatur dari Perjanjian Lama yang sebenarnya. Kitab ini kaya dengan berbagai bentuk literatur. Selain kitab hukum Taurat, sejarah, nubuat dan syair, ada banyak bentuk literatur yang lain di dalam Perjanjian Lama. Perjanjian Lama mengandung banyak hal yang lebih dalam dari bentuk literatur itu. Perjanjian Lama kaya dalam bentuk literatur dengan narasi sejarah. Di dalamnya ada kisah, gambaran tentang apa yang terjadi di dalam sejarah. Dan bukan hanya itu, di dalamnya juga ada hukum dan peraturan. Di dalamnya ada hukum yang diberikan oleh Allah kepada umat-Nya. Di dalamnya ada nubuat kenabian yang menjelaskan tentang hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Di dalamnya juga ada silsilah. Silsilah ada di sana untuk suatu tujuan. Ada tujuan yang jelas mengapa Allah menuliskan nama-nama itu. Luar biasa sekali bukan, bahwa Allah kita sangat peduli kepada pribadi-pribadi dan juga mengenal nama-nama kita? Biarlah hal ini mengubahkan cara pandang kita akan silsilahsilsilah di dalam Perjanjian Lama, dengan mengingat bahwa Allah menganggap nama anda sangat berharga. Setelah silsilah, ada lagu. Ada bagian-bagian di dalam Perjanjian Lama yang memang ditulis untuk dinyanyikan. Perjanjian Lama juga memiliki kata-kata bijak atau Amsal, ratapan penglihatan apokaliptis (seperti kitab Daniel). Penglihatan-penglihatan apokaliptis itu bisa terasa sangat menakjubkan dan terasa dahsyat di dalam Perjanjian Lama, dan kita akan menyelaminya juga di dalam pembahasan-pembahasan kita selanjutnya. Semua jenis literatur yang berbeda itu ada di dalam Perjanjian Lama. Pemahaman tentang masing-masing bentuk literatur itu akan mempengaruhi cara kita memahami Perjanjian Lama. Ketika kita sampai kepada kitab Amsal, kita akan membacanya dengan cara yang berbeda dengan ketika kita membaca kitab 1 Samuel. Ketika kita sampai kepada kitab Imamat kita tidak akan meloncatinya saja untuk bisa menemukan kisah-kisah yang bagus di dalam kitab 1 Raja-Raja. Kita akan menyelami kitab Imamat dan menghargai jenisnya sebagaimana adanya, yaitu hukum yang diberikan kepada para imam. Perjanjian Lama ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda. Jangan lupa bahwa ada satu Penulis Ilahi baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Ia adalah Roh Kudus. Namun, Roh Kudus dari Allah itulah yang berbicara kepada orang-orang yang berbeda dan para hamba-Nya. Lalu, keindahan dari Kitab Suci adalah bahwa Allah Roh Kudus memberikan wahyu kepada pribadi-pribadi seperti anda dan saya. Roh Kudus mengambil kepribadian seseorang, karunia, talenta dan kehendaknya dan kemudian secara bersama-sama Allah dan manusia menghasilkan sebuah kitab yang secara lengkap dan ajaib adalah pengilhaman ilahi serta sekaligus juga ditulis oleh penulis manusia. Gambaran luar biasa di dalam kitab inilah yang membuatnya berbeda dengan kitab lain yang manapun. Jadi ada satu Penulis Ilahi, sang Roh Kudus, dan banyak penulis manusia. Perjanjian Lama sebagian besar ditulis dalam bahasa Ibrani, meski beberapa bagian ditulis dalam bahasa Aram. Jangka waktu penulisannya mencapai sekitar 1.000 tahun. Jangkwa waktu inilah yang sering menjadi issu yang sangat terbuka untuk didiskusikan dan bahkan diperdebatkan di antara para ahli Alkitab sendiri. Beberapa ahli Alkitab yang adalah juga pengikut Kristus masih memperdebatkan mengenai jangka waktu itu, tetapi perkiraannya memang sekitar 1000 tahun. Saya hanya akan memfokuskan diri kepada apa yang bisa kita ketahui dengan jelas dan meninggalkan hal-hal yang memang tidak secara jelas ditunjukkan oleh Perjanjian Lama kepada kita. Kita akan menganggap dengan keyakinan bahwa hal-hal yang tidak secara jelas ditunjukkan oleh Perjanjian Lama memang tidaklah terlalu penting dibandingkan dengan hal-hal yang ditunjukkan dengan jelas. Bagian yang paling awal dituliskan sekitar tahun 1500 semua manusia, dengan selisih beberapa ratus tahun tergantung kepada pandangan anda tentang kapan terjadinya persitiwa Keluaran. Dua pandangan yang paling umum mengenai waktu Allah membawa umat-Nya keluar daru perbudakan di Mesir melalui Musa adalah antara abad ke-15 atau abad ke 13 sebelum Masehi. Yang kita dapatkan adalah bahwa Musa menuliskan kelima kitab-kitab pertama di dalam Alkitab pada masa itu, yaitu antara abad ke-15 sampai abad ke-13 sebelum Masehi. Anda juga akan bisa melihat kitab Ayub yang letaknya hampir di tengah-tengah Alkitab kita, yang kemungkinan dituliskan sebelum kelima kitab pertama di dalam Alkitab kita. Kitab Ayub itu mungkin sudah ditulikan bahkan pada masa sebelum peristiwa Keluaran itu. Jadi kita lihat di sini bahwa kitab-kitab Perjanjian Lama yang dituliskan paling awal, dituliskan sekitar tahun 1500 sM, dan bagian terakhir dituliskan sekitar tahun 400 sM. Di sekitar tahun 400 sM, anda akan menemukan kitab Ezra, Nehemia dan Ester yang menutup sejarah. Kemudian anda akan memasuki masa hening selama 400 tahun sampai kemudian anda memasuki masa Perjanjian Baru dan Kristus. Ini yang biasa disebut sebagai “periode antar-perjanjian” atau “periode intertestamental.” BAGAIMANA KITA MENDAPATKAN PERJANJIAN LAMA? Perjanjian Lama dikumpulkan dalam sebuah kanon oleh umat Allah. Kata “kanon” secara literal berarti sebuah ukuran, atau standar, atau tongkat pengukur. Standar ukuran ini bisa dilihat dalam dua cara. Agar sebuah kitab di dalam Perjanjian Lama bisa dimasukkan ke dalam kanon, ia harus memenuhi beberapa standar tertentu—siapa yang menuliskannya, kapan dituliskannya dan bagaimana penulisannya. Juga akan dilihat engenai bagaimana hubungannya dengan semua wahyu yang diberikan oleh Allah di dalam kitab-kitab yang lainnya. Kalau mau disederhanakan mengenai penjelasan bagaimana sebuah kitab dimasukkan ke dalam kanon, ada tiga kriteria: siapa yang menuliskannya, siapa pembacanya, dan bagaimana ia cocok dengan keseluruhan kitab yang lainnya di dalam Alkitab? Itu standar yang dipakai sehingga sebuah kitab bisa dimasukkan oleh umat Allah ke dalam Perjanjian Lama dan bagaimana Allah menuntun mereka sehingga kita mendapatkan 39 kitab itu. Tetapi kitab-kitab di dalam Perjanjian Lama juga merupakan standar, dalamn pengertian, bagaimana melaluinya kehidupan umat Allah diukur. Ada ukuran yang dipakai supaya sebuah kitab dimasukkan ke dalam kanon Perjanjian Lama, dan kemudian kehidupan kita diletakkan seperti di sebuah cermin kepada kitab-kitab itu untuk melihat bagaimana hasil pengukuran kehidupan kita. Ini arti dari memasukkan ke dalam sebuah kanon. Juga, kitab itu dimasukkan ke dalam Kitab Suci. Ini yang membuat sejarah menjadi sangat menarik. Saya ingin anda berpikir tentang Alkitab, khususnya mengenai Perjanjian Lama, dan memahami bahwa ada tidak terhitung banyaknya orang dalam ribuan tahun yang mengorbankan hidupnya untuk memastikan bahwa Firman ini akan diteruskan dari satu generasi ke generasi lainnya. Ada para penyalin yang tidak memiliki software Word, para penyalin yang tidak mengenal komputer, atau bahkan mesin ketik sekalipun,l yang menuliskan dengan tangan sendiri Firman di dalam Perjanjian Lama, sehingga semua firman itu bisa diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Luar biasa sekali bahwa para penyalin itu siap melakukan hal itu dan kita sangat berhutang kepada mereka. Beberapa orang mungkin bertanya-tanya mengapa saya terlalu bersemangat berkenaan dengan Firman dan gereja. Alasannya adalah karena ada banyak sekali orang yang sangat setia untuk meneruskan Firman itu dari satu generasi ke generasi selanjutnya, dan Allah menolong kita agar tidak membiarkannya berhenti di sini. Kita tidak boleh mengabaikan Firman di dalam gereja. Kiata seharusnya menonjolkan Firman di dalam gereja. Ia harus menjadi yang paling utama dan kita harus mengikuti tradisi orang-orang yang sudah mengorbankan kehidupan mereka untuk memastikan bahwa Firman itu akan diteruskan. Inilah tanggungjawab kita. Ini kewajiban kita sebagai umat Allah. Dan itu sudah diwariskan melalui para penyalin Alkitab itu. Akhirnya, kitab itu diterjemahkan melalui banyak hamba Tuhan. Orang-orang yang berbeda-beda menerjemahkan Perjanjian Lama di perjalanan waktu. Anda bisa mendapatkan Septuaginta, yaitu terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani, dan hal itu dilakukan sekitar yahun 200 – 300 sM. Banyak dari penulis Perjanjian Baru mengutip Perjanjian Lama dalam terjemahan Septuaginta ini. Ada petunjuk bahwa terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani ini membawa pengaruh kepada Perjanjian Baru. Adam dan Hawa tidak bisa berbahasa Inggris, demikian juga dengan bangsa Israel, Musa, Abraham, atau Daud. Yesus tidak berbicara dalam bahasa, tetapi pasti Ia mengerti. Kita harus memahami sekali lagi bahwa kita berhutang kepada para hamba Tuhan yang sudah menerjemahkan kitab ini ke dalam bahasa kita. Dalam bagian ini saya mau mengingatkan kepada anda bahwa lebih dari 2500 bahasa di dunia ini yang masih belum memiliki terjemahan Alkitab. Dan ada tambahan 1000 lagi bahasa yang hanya memiliki terjemahan Alkitab Perjanjian Baru saja. Itu berarti bahwa setengah dari bahasa yang ada di dunia masih belum memiliki Perjanjian Lama. Gereja-gereja di Amerika memiliki sumber daya untuk menambal kekosongan dalam jumlah itu. Kiranya Allah menolong kita untuk menjadi hamba yang setia kepada Firman-Nya. Sekarang anda sudah melihat gambaran dasar atau penelitian singkat tentang literatur Perjanjian Lama. Gambaran ini menunjukkan kepada kita bagaimana kita mendapatkan kitab ini dari titik dimana ia dituliskan sampai kepada titik dimana kita sedang mempelajari dengan membaca teks yang ada pada kita. KAPAN DAN DIMANAKAH TERJADINYA PERISTIWA-PERISTIWA DI DALAM PERJANJIAN LAMA? – PERJANJIAN LAMA SEBAGAI SEJARAH Saat kita bergerak dari dimensi literatur, mari kita berpikir mengenai dimensi sejarah dari Perjanjian Lama. Kapankah peristiwa-peristiwa di dalam Perjanjian Lama terjadi? Pertama-tama, harus diingat bahwa Perjanjian Lama adalah kisah nyata mengenai sejarah yang nyata. Saya mau menekankan hal ini karena kita memiliki kecenderungan untuk membayangkannya sebagai sebuah gambaran mitos, fabel, atau sekedar cerita dari masa lalu yang mungkin benar dan mungkin juga tidak benar. Bahkan di dalam gereja, khususnya di Amerika Serikat, kenyataan itu diragukan di banyak kalangan. Perjanjian Lama adalah sejarah yang nyata, kisah nyata mengenai orang-orang yang nyata. Ini bukan hanya sekedar kitab berisi aturan keagamaan yang bijak atau pandangan theologis saja. Saya ingin anda menangkap hal ini sehingga ketika kita mulai membuka beberapa kebenaran di dalam Perjanjian Lama, anda akan mengingat bahwa kita bukan sedang sekedar saling bercerita saja. Ini kisah nyata dan berbicara mengenai tempat, orang dan waktu yang nyata. Saya ingin memberikan kepada anda gambaran luas mengenai sejarah Perjanjian Lama. Sekali lagi, kita menjadi Larry Lawnchair yang memandang dari ketinggian 4.900 meter di angkasa. Ketika memandang ke bawah, inilah yang terjadi. Pada awalnya. . . tidak ada apa-apa, kemudian ada sesuatu. Sederhana sekali. Perhatikan bahwa kebenaran yang sederhana ini menjadi bahan banyak perdebatan di dalam budaya kita sekarang, tetapi tidak ada yang bisa dihasilkan dari ketiadaan kecuali kalau ada yang menjadikannya ada. Suatu hari anda tidak memiliki apaapa dan kalau anda tidak memilik apa-apa, lalu apa yang bisa hasilkan dari ketiadaan itu? Dari ketiadaan, tidak ada yang menjadi ada. Tetapi di sini kita melihat suatu saat ada ketiadaan kemudian menjadi ada. Yang kita lihat ini adalah penciptaan, kehidupan, makhluk dan manusia yang diciptakan dalam gambar Allah. Laki-laki dan perempuan, diciptakan dalam gambar Allah, puncak dari ciptaan-Nya, ditempatkan di taman Eden, yang tidak lama kemudian menjadi tempat kejatuhan manusia. Ketika kitab Kejadian memasuki pasal 3 kabar buruk mulai merayap masuk. Taman Eden dengan cepat menjadi tempat kejatuhan manusia. Keadaan manusia kemudian menjadi merosot sampai generasi-generasi selanjutnya. Sebagai akibatnya, Allah menghukum dunia dengan apa? Ia menghukum dunia dengan air bah, tetapi Ia melepaskan seorang benar, Nuh. Ia menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Masalahnya adalah setelah hal itu terjadi, Nuh, keluarganya, dan generasi-generasi setelah dia juga tidak menjadi lebih baik. Tidak banyak perkembangan berarti. Manusia memberontak di Menara Babel yang mengakibatkan adanya perpecahan dan perserakan. Selanjutnya, kita melihat sebuah awal baru dan kesetiaan Allah. Awal baru ini mulai nampak dengan adanya Abraham dan keluarganya. Allah mulai memanggil Abraham, pemimpin kaumnya. Dari titik ini, kemakmuran Abraham kemudian berujung kepada perbudakan bagi bangsa Israel. Abraham membawa umat Allah menuju kepada janji Allah melalui beberapa generasi yang berbeda: Ishak, Yakub, dan Yusuf. Akibat di dalam akhir kitab Kejadian adalah bangsa itu berada dalam perbudakan. Kemudian datanglah masa Keluaran. Pada akhir kitab Kejadian, bangsa itu ada di dalam perbudakan, dan itu berarti sangat diperlukan adanya Keluaran. Pada masa Keluaran ini, Musa membawa bangsa Israel keluardari Mesir. Mereka dipimpin keluar dari perbudakan dan setelah mereka keluar, Allah memberikan dua hal kepada bangsa Israel. Ia memberikan kepada mereka hukum dan Firman-Nya, Sepuluh Hukum Allah itu. Allah memberikan hukum kepada bangsa Israel, dan kemudian mereka masuk ke Tanah Perjanjian. Di Tanah Perjanjian, mereka diperintah sementara waktu oleh para Hakim. Lalu akhirnya ada kerajaan yang dibentuk, dengan ditandai oleh kepemimpinan Raja Daud dan anaknya, Salomo. Mereka ada di Tanah Perjanjian; Hakim-hakim memerintah atas mereka dan mereka melihat pentingnya ada raja bagi mereka – Saul, Daud dan kemudian Salomo. Salomo di dalam masa pemerintahannya membangun sebuah bait, yang kemudian menjadi tempat kediaman bagi Tabut Perjanjian dan pusat peribadatan bangsa itu. Setelah Salomo wafat, kerajaan terpecah menjadi kerajaan Israel, yaitu kerajaan Utara, dan Yehuda, yang adalah kerajaan Selatan. Jadi kemudian ada dua kerajaan setelah terbagi, Israel di Utara dan Yehuda di Selatan. Penyembahan berhala berkembang di kedua tempat itu. Bangsa Asyur menyerang Israel dan menghancurkannya pada tahun 722 sM. Kemudian bangsa Babel menghancurkan Yehuda dari tahun 597-586 sM. Orang-orang yang selamat dibawa ke dalam pembuangan di Babel selama 70 tahun selanjutnya. Lalu sisanya, sebagian dari bangsa itu, kembali ke Yerusalem dan membangun kembali Bait Allah, tetapi bangsa Israel masih merindukan kejayaan yang mereka alami ketika di bawah pemerintahan Daud. Inilah sejarah yang ada, kisah di balik Perjanjian Lama yang disederhanakan. Ini gambaran yang lengkapnya. Semua yang terjadi dari sejak Keejadian sampai ke Maleakhi bisa disimpulkan di dalam kisah itu. Satu-satunya masalah adalah karena Perjanjian Lama sudah menjadi sebuah kisah tanpa akhir. Kita masih melihat bangsa Israel merindukan kejayaan yang mereka alami ketika di bawah pemerintahan Daud. Di dalam buku study guide Perjanjian Lama dari (Secret Church) yang menyertai buku ini ada beberapa peta. Peta “rangkuman geografi Perjanjian Lama” adalah peta 1. Peta ini menunjukkan kepada anda bagaimana kejadian dari semua kisah yang baru saja kita diskusikan. Kalau anda melihat ke sisi kanan dari peta ini (di sisi kanan agak ke bawah), anda akan melihat sebuah tempat bernama Ur. Di situlah awal kisah tentang Abraham. Ia pergi ke utara ke Haran, mengikutu sebuah jalur di mengelilingi Mesir, yang ada di bagian ke-3 di dalam peta. Lalu peristiwa Keluaran terjadi. Bergerak ke bagian 4, mereka ada di Gunung Sinai ketika Hukum Taurat diberikan dan tanah itu dijanjikan. Mengikuti jalur itu sampai ke bagian 5, kita melihat mereka berjalan berkeliling untuk beberapa waktu. Kemudian kita melihat bagian 6, dimana mereka masuk ke Tanah Perjanjian. Anda lihat ada Kanaan di sana, dan di bagian itulah banyak hal yang mulai nampak jelas. Ini adalah awal dari pemerintahan para hakim, dan kemudian mereka berada digabungkan ke dalam sebuah kerajaan di bawah pemerintahan Saul, Daud, dan Salomo dengan Yerusalem sebagai ibukota kerajaan. Lalu anda melihat kerajaan itu terbagi menjadi dua, separuh bagian utara adalah Kanaan dan setengah bagian selatannya adalah Israel dan Yehuda. Israel kemudian ditaklukkan oleh Asyur, yang datang dari arah timur laut; dan Yehuda (yang terletak di bagian timur di sisi kanan peta itu) ditaklukan oleh Babel. Mereka dibawa, seperti yang anda ketahui, dari Kanaan menuju ke Babel dan kembali lagi. Ini yang disebut masa pembuangan. Mereka kembali dan membangun lagi Bait Allah di dalam kota Yerusalem. Mereka merindukan kejayaan, kejayaan Israel yang mereka rasakan di bawah pemerintahan Daud. Ini adalah gambaran dari Perjanjian Lama. Peta yang kedua di balik Peta 1 memberikan kepada anda gambaran wilayah itu di jaman modern ini untuk mengingatkan kita bahwa ini adalaj sebuah sejarah yang nyata, di tempat yang nyata dan waktu yang nyata. Yang anda lihat adalah gambar Mesir di bawah bagian kiri yaitu di sudut barat daya. Anda juga bisa melihat Irak, Yordania, dan tentu saja Israel dan Syria. Di sinilah semua peristiwa sejarah itu terjadi. Peta ini juga memberikan kepada anda sebuah gambaran yang baru dari apa yang mungkin anda lihat di CNN atau di Fox News. Ketika kita mengingat bagian dunia itu, memang terus terang di berbagai tempat di sana terasa sangat bergolak, itulah tempat terjadinya semua peristiwa yang kita baca setiap hari di dalam Perjanjian Lama. Saya berharap bahwa peta itu akan memberikan kepada anda gambaran yang lebih lengkap. GAMBARAN SEPINTAS MENGENAI KITAB-KITAB DI DALAM PERJANJIAN LAMA Saya ingin kita menyelidik gambaran mengenai kitab-kitab di dalam Perjanjian Lama. Kita tidak memiliki banyak waktu dalam pertemuan ini untuk membahas 39 kitab yang ada. Study guide kami juga tersedia di internet, sehingga anda bisa mengunduhnya dan membuat catatan pribadi anda di sana. Saya ingin memberikan catatan yang bisa anda pakai untuk mendapatkan sebuah gambaran sepintas mengenai keseluruhan tema dari kitab-kitab yang ada—bagaimana semuanya berkaitan satu dengan yang lainnya. Saya ingin anda mendapatkan gambaran dari masing-masing kitab dan bagaimana semuanya berkaitan dengan dimensi sejarah dan literaturnya. Hal ini akan menjadi dasar bagi kita untuk sungguh-sungguh menyelami dimensi theologis yang ada dalam Perjanjian Lama. Ada tiga pembagian utama di dalam Perjanjian Lama: Kisah tentang umat Allah – itu yang pertama. Coba buka daftar isi dari kitab Perjanjian Lama anda dan perhatikan 17 kitab yang pertama, dari Kejadian sampai kepada kitab Ester, dan anda akan melihat kisah tentang umat Allah. Sebagian besar disusun cukup kronologis, tetapi nanti kita akan melihat ada percampuran kronologi itu. Dari Kitab Kejadian sampai Ester anda akan melihat gambaran kronologis dari sejarah umat Allah sejak masa penciptaan sampai kepada kisah tentang sisa yang kembali ke Yerusalem dan membangun kembali Bait Allah. Ini adalah bagian sejarah; kisah tentang umat Allah. Tulisan umat Allah. Ini ada di dalam kelima kitab selanjutnya – Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung. Semua itu adalah tulisan umat Allah. Semua adalah tulisan umat Allah yang sangat cocok dengan isi tulisan sejarah yang ada di bagian sebelumnya. Tulisan-tulisan ini bukan lanjutan dari sejarah. Pikiran kita sering terbentuk untuk membaca buku secara kronologis. Semuanya saling menyambung, susul-menyusul secara kronologis. Akibatnya, kita mungkin berpikir bahwa kisah tentang Ayub terjadi setelah Ester. Bukan demikian. Ayub, seperti yang sudah saya sebutkan, dituliskan sebelum masa Ester. Ke -17 kitab pertama memberikan kepada kita kisah tentang Allah di tengah umat-Nya, bagaimana Ia berkarya. Kitab-kitab itu sangat jelas berpusatkan kepada Allah. Lalu yang kita baca di dalam Ayub, Mazmur, Amsal dan Kidung Agung adalah response manusia di tengah-tengah sejarah itu. Bagaimana manusia berespon terhadap sejarah yang ada? Response yang muncul bisa berupa pujian, hikmat, dalam pergumulan melalui hal-hal yang berbeda, dan di dalam penderitaan. Mulai dengan kitab Yesaya dan terus sampai ke kitab Maleakhi, anda akan melihat para nabi di antara umat Allah. Perjanjian Lama memiliki tiga pembagian besar. Para nabi di antara umat Allah menjadi pembagian yang terakhir. Mulai dari kitab Yesaya sampai Maleakhi, bisa dibagi lagi menjadi kelompok Nabi-nabi Besar dan Nabi-nabi Kecil. Kitab Yesaya sampai Daniel masuk dalam kelompok Nabi-nabi Besar, dan Hoesa sampai Maleakhi masuk dalam kelompok Nabi-nabi Kecil. Ini tidak berarti bahwa Hosea tidak sama penting dengan Yesaya; demikian juga dengan Yoel, Amos atau Obaja. Tulisan mereka tidak banyak, tetapi kata-kata yang dituliskan sangat penting. Mereka masuk dalam kelompok Nabi-nabi Kecil sematamata karena kitab mereka memang lebih kecil. Para nabi itu secara historis berada pada masa yang bisa kita lihat di dalam 1 dan 2 Raja-Raja, 1 dan 2 Tawarikh, dan Ester. Para nabi tidak sekedar bernubuat saja, tetapi mereka menjelajahi Tanah Perjanjian. Para nabi yang dituliskan di dalam Perjanjian Lama sungguh-sungguh muncul pada masa kerajaan, pada masa terpecahnya kerajaan, kehancuran Israel oleh Asyur, dan kedatangan Babel serta kehancuran Yehuda. Perjanjian Lama terdiri dari kisah, tulisan, dan kemudian para nabi di antara umat Allah. Saya ingin memberikan gambaran sepintas mengenai bagian-bagian kita, yaitu mengenai kisahnya, tulisannya dan para nabi yang ada. Untuk masingmasing kitab ada dua pokok diskusi: Yang pertama diberi label “informasi dasar untuk pemula.” Informasi dasar ini yang akan mempengaruhi cara kita memahami kitab yang sedang didiskusikan. Dalam banyak kasus, khususnya di dalam Perjanjian Baru, informasi dasar ini akan menjelaskan juga tentang panulisnya. Masalah di dalam Perjanjian Lama adalah karena kepenulisan sebuah kitan tidaklah terlalu penting bagi para penulis Ibrani. Dalam beberapa kasus, kita bahkan tidak tahu dengan pasti siapakah penulis kitab-kitab yang ada. Ada banyak dugaan mengenai penulis. Dalam kasus yang demikian, saya akan memberikan kepada anda informasi yang kami tahu. Untuk setiap kitab ada pernyataan kesimpulan yang merangkum semua yang terjadi di dalam kitab itu secara khusus. Pokok yang kedua dari diskusi itu adalah “nasehat prakris untuk belajar.” Pokok ini adalah tentang hal-hal yang kita pikirkan dan kita perhatikan ketika kita membaca sebuah kitab tertentu. Hal ini sangat berguna untuk membuka mata kita sehingga bisa melihat bagaimana semua itu saling berkaitan. KISAH TENTANG UMAT ALLAH Kisah tentang umat Allah ada di dalam 17 kitab yang pertama, mulai dari kitab Kejadian sampai kitab Ester, dan dibagi dalam dua kelompok besar. Pertama ada kitab Taurat atau Pentateukh. Pentateukh pada dasarnya berarti lima kitab, kelima kitab Hukum Taurat. Jadi Pentateukh adalah mulai dari kitab Kejadian sampai Ulangan. Kemudian anda akan melihat Sejarah, mulai dari Kitab Yosua sampai Ester. Dua kelompok itu, Hukum Taurat dan Sejarah mirip dengan pembagian Nabi-nabi Besar dan Nabi-nabi Kecil. Bagian terbesar dari kelompok ini adalah dalam bentuk narasi. Artinya adalah bahwa bagian ini menjelaskan tentang umat Allah, bangsa Israel. Ingatlah bahwa Israel mulai muncul ketika Allah berinteraksi dengan Yakub dan mengatakan, “Aku akan mengubah namamu dan engkau akan dipanggil Israel.” Ini adalah gambaran yang dimulai dengan Abraham. Mereka semua disebut sebagai umat Allah, bangsa Israel. Allah adalah Yang Kudus dari Israel. Ingat, ini adalah sebuah narasi sejarah karena isinya adalah kisah. Bahkan kitab-kitab seperti Imamat dan Ulangan juga cocok masuk di dalam kelompok kisah. Mereka bukan hanya sekedar kitab yang ditambahkan sebagai sebuah “sisipan.” Keduanya adalah bagian dari kisah itu sendiri. Kejadian Informasi Dasar untuk Pemula Musa adalah penulis dari kelima kitab Hukum Taurat. Di sepanjang kitab-kitab Taurat itu, kita melihat Musa terus menerus menerima petunjuk dari Allah. Yesus, Paulus dan Yohanes semua menjelaskan bahwa penulis kitab-kitab ini adalah Musa. Kalau Yesus mengatakan bahwa Musa penulisnya, saya tentu ikut saja. Musa menuliskan sebagian besar dari isi kitab-kitab itu, tetapi kemungkinan dengan mendapatkan bantuan dalam pelaksanaanya; ada kemungkinan Yosua atau orang-orang lain yang menolong dengan menambahkan detail di sana-sini. Musa adalah penulis utamanya. Sebagai contoh, ketika anda sampai ke bagian akhir kitab Taurat ini, Musa meninggal dunia. Sangat kecil kemungkinan bahwa ia sendiri yang menuliskan bagian itu kecuali kalau dipahami bahwa ia menuliskan bagian itu berdasarkan apa yang dilihat di dalam pikirannya beberapa hari sebelumnya. Pada waktu itu, beberapa bagian dari kitab-kitab Taurat perlu diisi sepanjang perjalanan waktu. Kejadian, atau dalam bahasa Inggrisnya Genesis secara literal berarti “awal mula” -- pada mulanya. Kejadian memiliki dua pembagian – sebelum kejatuhan, yaitu sejak awal penciptaan dan kemudian setelah kejatuhan, dimana anda melihat rencana Allah untuk menebus ciptaan-Nya. Penebusan adalah sebuah kata yang sangat kental yang selanjutnya akan banyak muncul, tetapi kata itu memiliki makna dasar memulihkan ciptaan-Nya atau menciptakan ulang, mengembalikan dari keadaan setelah kejatuhan. Nasehat Prakris untuk Belajar Kita perlu memahami bahwa seperti novel yang bagus yang anda baca, pendahuluannya sangat panjang. Kalau anda tidak bisa menangkap apa yang dijelaskan dalam pendahuluan, maka seluruh isi kisahnya menjadi tidak masuk akal. 11 pasal pertama dari kitab Kejadian adalah dasar untuk keseluruhan isi Alkitab. Tema-tema besar di dalam Alkitab mulai dibukakan di sini. Mari kita perhatikan dengan seksama kitab Kejadian pasal 1 sampai 11 karena hal-hal yang dibukakan di sini sangatlah penting. Tema-tema besar itu adalah: Pertama, kedaulatan Allah. Kedaulatan Allah berarti Allah yang mengendalikan. Kita lihat sejak awal – Allah adalah sang pencipta. Semua ciptaan bekerja sesuai dengan rencana-Nya, kehendak-Nya, dan kuasa-Nya. Ia memiliki kuasa atas seluruh ciptaan. Di sepanjang kitab Kejadian kita melihat adanya orang-orang yang bergumul dengan tema yang mendasar ini. Perhatikan kehidupan Ayub ‘Apakah Allah berkuasa mengendalikan semua ini?’ Ketika bangsa Israel dihancurkan oleh Babel ‘Apakah Allah masih berkuasa mengendalikan?’ Di sepanjang kisah ini anda melihat bagaimana orang-orang bergumul dengan kedaulatan Allah. Apakah anda pernah bergumul dengan kedaulatan Allah? “Ya Allah, apakah Engkau berkuasa mengendalikan apa yang terjadi di dalam hidupku? Mengapa hal ini terjadi? Bagaimana menjelaskan hal ini? Mengapa orang itu bertambah makmur sedangkan saya justru hancur?” Banyak di antara anda masih bergumul dengan pertanyaan itu. Ini adalah sumber utama dari pergumulan, tetapi ini juga menjadi sumber utama kekuatan bagi umat Allah. Kedaulatan Allah bukan sesuatu yang mudah untuk digambarkan. Ketika kita memperhatikannya, kita bisa memahami bahwa apapun yang terjadi kepada kita, tetap ada Allah yang memiliki suatu tujuan. Tujuan-Nya akan digenapkan karena Ia maha bijaksana, Ia maha baik, Ia maha kasih, dan Ia maha pemurah. kitab Kejadian. Hal itu sudah dibukakan bahkan sejak awal Tema yang kedua adalah keberdosaan manusia. Kejadian pasal 3 menjadi sebuah pelajaran tang sangat mendalam. Pasal ini secara luar bisa menuliskan penjelasan dari Allah. Yang ketiga, kita melihat adanya janji penebusan. Yang sangat indah adalah bahwa sejak awal sekali di dalam Alkitab, yaitu di dalam tiga pasal pertama dari Kitab Kejadian 1, 2 dan 3 – anda melihat adanya janji penebusan dalam jumlah yang sangat besar. Kebanyakan kita akan bisa menangkap dengan jelas apa yang diajarkan oleh Perjanjian Baru mengenai siapakah Allah itu, dan mengenai siapakah Kristus. Kristus, percaya atau tidak, bisa dilihat di sini di dalam kitab Kejadian pasal 3 – mengenai janji penebusan dan keberdosaan manusia. Kita bukan hanya harus menangkap tema besarnya saja, tetapi juga perlu memahami alur besarnya juga. Alur besar kisah ini adalah kemurahan Allah yang besar kepada keluarga Abraham yang terpilih. Kata ‘pilihan’ mungkin membuat kening beberapa orang berkerut sedikit – pilihan dari keluarga Allah. Beberapa orang mungkin akan mengatakan bahwa hal itu akan membawa ajaran Kalvinisme ke dalam Perjanjian Lama. Jelas Kalvin muncul belakangan. Namun, di sini, ada gambaran tentang Abraham yang tidak melakukan apapun untuk mendapatkan atau menerima panggilan Allah kepadanya, yang terjadi semata-mata sebagai curahan kasih Allah kepadanya. Allah memilih Abraham karena anugerah. Allah memilih untuk mencuragkan anugerah-Nya kepada Abraham. Allah dengan penuh kemurahan memilih Abraham, dan kita melihat hal itu berulangkali di sepanjang kehidupannya. Anda juga bisa melihat Ishak dan Yakub. Bagaimana dengan Yakub dan Esau? Yang satu dpilih Allah, yang lainnya tidak. Bagaimana bisa terjadi demikian? Anugerah Allah sedang dicurahkan. Dan sebagai hasilnya anda mendapatkan Yakub. Di sepanjang pemilihan Allah yang penuh rahmat kepada kaum Abraham, Ia memilih untuk mencurahkan belas kasihan-Nya kepada umat-Nya. Kebenaran yang paling utama adalah, apapun pandangan anda mengenai Kalvinisme, terpujilah Allah bahwa Ia memilih dan menunjukkan belas kasihan-Nya kepada anda dan saya. Kita tidak layak mendapatkannya. Kita tidak patut. Kita sama sekali tidak memiliki apapun yang membuat kita pantas menerimanya. Namun, Allah di dalam anugerah-Nya memilih untuk mencurahkan kasih dan anugerah-Nya kepada kita dan untuk itu Ia layak menerima semua pujian kita. Perjanjian Lama sangat baik menjelaskan hal ini. Kita juga akan melihat beberapa sub-alur kisah yang lebih kecil yang ada di dalam Kitab Kejadian. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, di dalam Kejadian 3:15, kita bisa melihat Kristus. Pengorbanan yang ada (Abraham dan anaknya Ishak) di dalam Kejadian pasal 22 adalah gambaran tentang siapakah Kristus itu. Ketika anda membaca ayat-ayat di dalam Kejadian 35:11-13 dan 49:8-12, yang anda lihat adalah janji yang diberikan kepada Yakub bahwa raja-raja akan bangkit dari antara keturunannya. Perhatikan Kejadian pasal 49. Yakub memberkati anakanaknya dan ia mengatakan hal yang berbeda-beda kepada mereka masing-masing. Perhatikan apa yang terjadi di dalam Kejadian pasal 49:9. Ia mengatakan kepada Yehuda, “Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya. Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.” Apakah anda bisa melihatnya? Di dalam Perjanjian Baru, Yesus dikenal sebagai Singa dari Suku Yehuda. Sampai tongkat kerajaan, pemerintahan dan kekuasaan diberikan kepada-Nya yang memang berhak atasnya, maka semuanya memang ada padaNya dan semua bangsa akan takluk kepada-Nya. Sub-alur kisah yang lain adalah mengenai perjanjian. Saya mengatakan sub-alur, tetapi sebenarnya perjanjian merupakan sebuah pemikiran yang sangat besar, dan anda melihat hal itu pertama kali dibuat dengan Nuh. Bahkan dengan Adam, meski tidak disebut sebagai perjanjian, sebenarnya ada perjanjian di sana. Sebuah perjanjian pada dasarnya berarti suatu kesepapakatan kontrak. Saya sering melihat perjanjian di dalam upacara pernikahan, ada ikrar pernikahan di sana. Anda menyatukan hiudp anda dan membuat komitmen untuk hidup bagi pasangan anda. Inilah yang kita lihat terjadi di dalam kisah antara Allah dengan Adam, Allah dengan Nuh, dan kemudian dengan Abraham. Juga, perhatikan bahwa ada beberapa kekurangan yang menonjol di dalam diri pribadi-pribadi yang dituliskan di dalam kitab Kejadian. Di sinilah kita belajar sejak awal Perjanjian Lama bahwa kisah ini memang tentang orang-orang yang sungguh-sungguh ada dan tidak dituliskan dengan tujuan supaya kita menjadi peniru mereka. Saya tidak mengatakan bahwa tidak ada kebaikan-kebaikan di dalam diri mereka – pasti ada. Dan kita memang akan belajar sungguh-sungguh mengenai pribadi-pribadi di dalam Perjanjian Lama. Tidak ada orang yang mau menjalani kehidupan Abraham atau Ishak atau Yakub, Yakub sang pendusta. Tidak ada yang ingin hidup seperti Musa. Ia kehilangan kesempatan masuk Tanah Perjanjian karena ketidaktaatannya. Tidak ada yang mau menjalani kehidupan Daud. Tetapi ia adalah kekasih Allah, dan Allah memberikan kepada kita penjelasan tentang alasannya. Tidak ada yang mau secara sukarela menjalani kehidupan seperti yang dijalani oleh Daud. Salah satu alasannya adalah karena kita bisa melihat beberapa kekurangan yang menonjol dalam kehidupan mereka. Hal itu menunjukkan betapa terbatasnya manusia dibandingkan dengan ketidakterbatasan Allah. Tujuan dan janji-Nya akan terus berlanjut meski ada cacat dari sisi manusia. Indah sekali untuk memahami bahwa Allah tetap bekerja meski ada kelemahan kita dan bahwa keberhasilan Gereja Brook Hills atau gereja manapun – puji kepada Tuhan – bukan tergantung kepada hamba Tuhannya, yang memiliki kelemahan dan kekurangan. Sangat menguatkan kalau kita memngingat bahwa Allah itu setia. Ia akan menggenapi rencana-Nya meski melalui kelemahan kita. Jangan lupa bahwa kitab Kejadian tidaklah dituliskan untuk menjawab pertanyaan kita mengenai persitiwa-peristiwa yang ada. Lalu bagaimana dengan evolusi? Bagaimana dengan dinosaurus? Itu beberapa pertanyaan yang bisa kita angkat yang tidak bisa kita temukan jawabannya di dalam kitab Kejadian. Saya tidak mengatakan bahwa pertanyaan itu tidak berguna atau tidak penting, tetapi memang pertanyaan itu tidak ada jawabannya sehingga kita tidak perlu berusaha untuk mencari-carinya. Memang, pasti ada binatang dinosaurus itu. Tetapi Allah sudah memberikan wahyu-Nya kepada kita dan menyatakan semua yang perlu agar kita bisa mengenal Dia, mengenal karakter-Nya, dan memiliki hubungan yang baik dengan Dia. Inilah tujuan Alkitab. Alkitab tidak bermaksud memberikan jawaba untuk semua pertanyaan yang mungkin muncul – bahkan mengenai ide evolusi sekalipun. Bagaimana dengan teori evolusi theistic? Apakah Allah memang menciptakan melalui proses evolusi? Apakah hari di dalam penciptaan memang 24 jam atau satu hari di mata Allah yang lamanya seperti seribu tahun dan seribu tahun seperti sehari? Berapa lama satu hari pada waktu itu? Apakah semuanya terjadi pada hari yang sama? Bagaimana hal itu bisa cocok dengan ilmu pengetahuan? Jawabannya tidak ada di seluruh kitab Kejadian, tetapi satu hal yang bisa kita ketahui dengan pasti: tidak ada satupun yang dinyatakan di dalam Alkitab yang pada akhirnya akan ditemukan bertentangan dengan apa yang kita pahami dari ilmu pengetahuan. Tidak ada. Tidak berarti bahwa menyelidiki hal-hal yang demikian itu tidak penting, tetapi bahkan berpikir saja akan ide bahwa Allah mencipta melalui proses evolusi akan membuat kita menyimpang dari hal-hal yang bisa langsung kita pahami. Pandangan evolusi didasarkan kepada peristiwa yang kebetulan dan acak, dan kita tahu bahwa tidak ada yang kebetulan atau acak terjadi di dalam rancangan aktifitas dari Allah yang berkuasa yang ada di dalam Kitab Kejadian. Teori evolusi dibangun di atas ide bahea kita setelah melalui proses waktu akan berpindah melalui perubahan dari satu jenis spesies kepada spesies yang baru dan itu bertentangan sama sekali dengan apa yang kita pahami di dalam Kitab Kejadian. Kejadian berbicara mengenai manusia diciptakan secara unik serupa dengan gambar Allah dan berbeda dengan semua ciptaan yang lain. Jadi berfokuslah kepada apa yang bisa kita ketahui. Biarkan saja tetap terbuka halhal yang memang kita tidak bisa pahami. Jangan berusaha menjawab semua pertanyaan berdasarkan apa yang kita lihat di dalam Kitab Kejadian. Keluaran Informasi Dasar Untuk Pemula Keluaran secara literal berarti “berangkat.” Allah itu maha kuasa dan kuat untuk menyelamatkan, dan itulah yang dijelaskan di dalam paruh pertama dari kitab Keluaran – pasal 1 sampai 19. Ingat sejarah di belakang kisah ini. Pada awalnya, umat Allah ada di dalam perbudakan di Mesir. Musa dipilih menjadi pemimpin umat Allah, dan mereka keluar dari perbudakan di Mesir menuju ke Sinai. Mereka mengembara selama beberapa waktu di Sinai. Keluaran adalah berangkatnya bangsa itu meninggalkan perbudakan. Paruh kedua dari kitab ini berpusat kepada kesetiaan Allah kepada perjanjianNya. Inilah saatnya ketika Allah memberikan kepada umat-Nya di dalam pasal 20 ke Sepuluh Perintah Allah itu. Dalam Keluaran pasal 20 ayat 3 sampai 17, anda bisa melihat Sepuluh Perintah Allah itu disebutkan. Allah memberikan kepada umat-Nya hukum, dan menetapkan perjanjian-Nya, perjanjian dengan Musa. Kita melihat Abraham dalam perjanjian dengan Allah, Nuh dalam perjanjian dengan Allah, dan Adam dalam perjanjian dengan Allah, dan sekarang perjanjian itu diteruskan kepada Musa dan umat Allah yang baru dikeluarkan dari perbudakan. Secara literal ini menunjuk kepada kisah tentang bagaimana umat Allah keluar dari perbudakan dan menuju ke Sinai, tempat dimana mereka membangun perjanjian mereka dengan Allah. Nasehat Praktis Untuk Belajar Ada tiga peristiwa yang sangat penting di dalam sejarah bangsa Israel: (1) Pembebasan mereka dari perbudakan; (2) pentingnya kehadiran Allah – Allah menunjukkan kehadiran0n di tengah umat-Nya melalui sebuah tempat yang bernama Kemah Suci; dan (3) persyaratan dari perjanjian Allah atau komitmen Alalah kepada umat-Nya dan penjelasan tentang bagaimana mereka akan berhubungan dengan Dia, berjalan dengan Dia dan menikmati kehadiran-Nya. Seperti Ia pernah berkata kepada Adam dan Hawa, “berjalanlah bersama-Kain ungu tua dan kain ungu muda, kain kirmizi dan dari lenan halus yang dipintal benangnya dan nikmati kebersamaan kita,” “jangan lakukan ini dan jangan makan dari pohon itu.” Allah mengatakan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh anda lakukan ketika anda berjalan dengan Dia. Ini adalah sebuah perjanjian – sebuah kesepakatan kontrak satu kepada yang lain seperti di dalam sebuah pernikahan. Ada dua pasal kunci dalam Kitab ini. Keluaran pasal 12 salah satunya, karena di sana dituliskan mengenai korban anak domba yang dipersembahkan sehingga bisa terjadi pembebasan dari perbudakan itu. Pengorbanan anak domba itu, atau Paskah, adalah sebuah kebenaran yang besar. Keluaran pasal 20 adalah pasal yang yang juga penting, karena disana dituliskan isi Hukum Taurat. Itu adalah dua pasal yang paling penting di dalam kitab Keluaran. Ambil waktu untuk mempelajari kedua pasal ini agar bisa sungguh-sungguh mendapatkan maknanya. Lalu ada beberapa tempat penting. Mereka keluar dari Mesir menyeberangi Laut Merah ke Gunung Sinai dimana Allah menetapkan perjanjian-Nya. Gunung Sinai adalah tempat yang sangat penting dalam kitab Keluaran. Di sinilah kita melihat Allah memilih untuk mencurahkan anugerah-Nya kepada manusia dan tempat Ia memilih Abraham. Bagaimana cara Allah menunjukkan kedaulatan-Nya? Ketika anda membaca kita Keluaran, saya ingin anda memperhatikan dua hal yaitu kedaulatan Allah dan tanggungjawab manusia. Ketika Allah membawa umat-Nya keluar dari Mesir dan Firaun melawan hal itu, beberapa kali dituliskan “Allah mengeraskan hati Firaun” (Keluaran 4:21; 7:3; 9:12; 10:1, 20, 27; 11:10;14:4, 8, 17), dan hal itu mungkin membuat kita bertanya, “Bagaimana mungkin?” Allah melakukan hal itu kepada manusia, tetapi pada saat yang sama ada sepuluh kali juga disebutkan bahwa Firaun mengeraskan hatinya sendiri (Keluaran 7:13, 14, 22; 8:11, 15, 28; 9:7, 34, 35; 13:5). Ini menjadi issu besar di gereja jaman ini. Bagaimana pilihan atau kedaulatan Allah dihubungkan dengan tanggungjawab manusia? Apakah kita memiliki pilihan? Saya ingin anda melihat bahwa semuanya itu terbuka di dalam Kitab Suci bahkan sejak awal sekali. Kalau anda bertanya, “Bagaimana kita bisa menyatukan keduanya?” Anda tidak menyatukan dua sahabat. Mereka saling bersama-sama. “Bagaimana mereka bisa bersama-sama?” Itu pertanyaan yang penting tetapi yang lebih penting adalah untuk melihat bahwa kedaulatan Allah tidaklah bertentangan dengan tanggungjawab manusia. Keduanya bekerja bersama-sama dan itulah yang dijelaskan di dalam kitab Keluaran. Ini yang perlu kita ingat: Kalau kita tidak memahami kitab Keluaran dengan benar, kita tidak akan pernah bisa memahami Perjanjian Baru. Ketika Yesus mulai tampil, lalu Yohanes mengatakan, “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus segala dosa dunia.” Hal itu akan terasa aneh kalau anda tidak memahami kitab Keluaran. Bahkan cenderung tidak masuk akal. Ia adalah guru agama terbesar di dunia dan mereka justru menyebut-Nya Anak Domba. Apa artinya? Untuk bisa memahami hal itu, anda harus memahami kitab Keluaran. Jadi, kalau anda memahami kitab Keluaran baru anda bisa memahami Perjanjian Baru. Imamat Informasi Dasar untuk Pemula Dalam kitab Imamat umat Allah keluar dari perbudakan dan dibawa ke Gunung Sinai. Kitab ini adalah kitab yang sering disebut sebagai “Hukum bagi Para Imam” – yaitu kaum Lewi. Dalam bahasa Inggris nama kitab ini, Leviticus, memang berarti bagian tentang orang Lewi. Orang-orang Lewi adalah anggota keluarga Harun yang bertanggungjawab untuk menolong para imam di Kemah Suci. Kemah Suci adalah cara Allah berdiam di antara umat-Nya dan para imam menjadi penghubung antara Allah dengan umat-Nya. Inilah artinya menjadi imam. Ini adalah sebuah gambaran yang sangat kaya dan kita akan menyelidikinya lebih mendalam, pada pertemuan yang akan datang. Secara khusus kitab ini juga berbicara mengenai kekudusan. Lebih dari 90 kali, “kekudusan”, “kuduslah”, “adalah kudus”. “Aku kudus,” disebutkan. Kitab ini juga merupakan kitab tentang korban. Agar seseorang bisa menghadap Allah yang Kudus perlu ada korban yang memungkinkan hal itu terjadi. Yang kita lihat di kitab Imamat ini adalah pentingnya pengorbanan. Agar seorang berdosa yang tidak kudus bisa menghadap Allah yang Kudus harus ada pengorbanan, dan itu pelajaran yang sangat besar. Apakah anda memahami pentingnya hal itu? Nasehat Praktis untuk Belajar Ada dua bagian besar yang nampak ketika anda mempelajari kitab Imamat. Bagian yang pertama, pasal 1 sampai 17, berbicara mengenai persekutuan dan berjalan dengan Allah melalui ritual pengorbanan. Disana dijelaskan mengenai korbankorban yang harus dilakukan umat Allah, dan adanya petunjuk pelaksanaan serta waktunya bagi umat Allah untuk mempersembahkan korban itu. Disana juga dijelaskan berbagai masa dalam satu tahun bagi semua korban dan perayaan yang ada. Bagian yang kedua, mulai pasal 18 sampai 27, berbicara mengenai berjalan dengan Allah melalui kehidupan yang benar. Ini bukan hanya mengenai mempersembahkan korban anda. Ini mengenai berjalan dengan Allah dan taat kepada-Nya. Ada banyak makna yang sangat berguna bagi kita saat ini. Ini bukan hanya mengenai menaikkan nyanyian pujian anda; ini berbicara mengenai mempersembahkan kehidupan anda. Ini bukan hanya mengenai ritual yang kita adakan di dalam kebiasan gereja kita, tetapi mengenai berjalan dengan Allah setiap harinya. Kitab Imamat memiliki makna yang sangat besar bagi kita. Ada satu pasal utama, Imamat pasal 16, yang menjelaskan mengai Hari Raya atau Pentahiran, atau Yom Kippur. Kata pentahiran secara literal berarti “menutupi.” Kata ini dipakai 45 kali di dalam Kitab Imamat. Ini berarti kata ini sangat penting. Karena dosa-dosa kita, maka dosa itu harus ditutupi. Dan dosa itu ditutupi pada Hari Raya Pentahiran, hari penutupan. Ada dua elemen yang sangat penting untuk Hari Raya Pentahiran, adanya imam yang berani melakukannya dan adanya darah yang dikorbankan. Seorang imam yang berani, dan yang saya maksud adalah Umam Besar, akan masuk ke dalam hadirat Allah pada waktu yang sudah ditentukan ini. Ia akan memakai pakaian yang digantungi lonceng sehingga ketika ia lewat anda bisa mendengarnya. Ketika ia masuk ke hadirat Allah, semua orang yang berdiri di luar akan mendengarkan dengan seksama untuk memastikan bahwa masih ada bunyi yang menunjukkan gerakan imam itu. Ini untuk memastikan bahwa imam itu tidak dihukum mati di hadirat Allah. Bisakah anda membayangkan ketegangan yang ada? Korban darah diperlukan karena untuk menutupi dosa-dosa, harus ada korban berupa darah. Jangan melewatkan aplikasi praktis dan pelajaran penting yang bisa kita temukan di dalam Kitab Imamat. Yang pertama, Allah itu kudus. Imamat mengajarkan kepada kita bahwa kalau kita mau membawa sesuatu kepada Allah, kita harus memastikan bahwa apa yang kita bawa itu memang layak di hadapan Allah. Ia itu Kudus. Implikasi yang ada di sini sangat besar sekali. Anda tidak boleh membawa sampah; anda tidak membawa barang rusak; anda tidak membawa barang yang tidak bagus; dan anda tidak membawa sesuatu yang tidak ada harganya untuk diberikan kepada Allah. Jangan mempersembahkan kepada-Nya korban yang tidak bermakna. Ia itu Kudus; Ia layak menerima lebih dari itu – Ia layak menerima korban yang layak bagi-Nya. Yang kedua, dosa itu serius. Kitab Imamat mengajarkan kepada kita bahwa dosa di hadapan Allah sangat mahal dan penyembahan itu juga mahal. Dosa sangatlah serius. Yang terakhir, Allah itu penuh dengan kasih karunia. Kalau anda hanya mengingat dua aplikasi tadi, yaitu bahwa Allah itu kudus dan dosa itu serius, kesannya memang tidak menyenangkan. Namun, anda perlu menerima kebenaran yang ketiga dan anda akan melihat bahwa Allah menyediakan pentahiran dan menutupi dosa kita. Saat itu mulai nampak apa yang sebenarnya dilakukan Allah di dalam kehidupan kita. Kristus sudah membayar harga yang mahal di kayu salib, sebuah harga yang tinggi untuk menutupi dosa-dosa kita. Kalau kita mau memahami harga kayu salib, kita harus memahami kitab Imamat. Kalau kayu salib tidak memiliki arti apapun bagi kita, maka kita tidak perlu mempelajari kitab Imamat. Tetapi kalau kayu salib menjadi pusat bagi iman kita, maka kita sangat perlu mempelajari Kitab Imamat dan melihat bagaimana pentingnya kitab itu bagi kita.