MODUL PERKULIAHAN Gangguan gangguan Psikologi GG. Skizofrenia dan Gg Psikotik Fakultas Program Studi PSIKOLOGI S1 Psikologi Tatap Muka 11 Kode MK Disusun Oleh Putri R. Wulandari Abstract Kompetensi Berisikan hal-hal yang berkaitan dengan gangguan skizofrenia dan gg psikotik lainnya, seperti definisi, kriteria, dan penanganan Mahasiswa mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan gangguan skizofrenia dan gg psikotik lainnya, seperti definisi, kriteria, dan penanganan Pendahuluan Nama awal dari gangguan ini adalah dementia praecox yang dikemukakan oleh Emil Kraepelin, lalu kemudian dinamakan skizofrenia oleh Eugen Bleuler. Skizofrenia dicirikan dengan waham atau delusi, halusinasi, pikiran yang tidak logis, pembicaraan yang tidak koheren, dan perilaku yang aneh. Selain itu, penderita skizofrenia mungkin memiliki emosi dan perasaan hanya saja mereka kehilangan dan tidak mampu untuk merealisasikannya dalam bentuk respon emosional yang tepat. Definisi Pengertian Skizofrenia Kata skizofrenia terdiri dari dua kata, yaitu skhizein = spilit = pecah dan phrenia = mind = pikiran. Jadi skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sifatnya merusak, melibatkan gangguan berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan gangguan perilaku. Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat tergantung pada perimbangan pengaruh genetik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 2000 : 46). Menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217), skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan dan perbuatan. Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik kronik, sering mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya (Kaplan, 2000 : 407). Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan disintegrasi, depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta regresi akut yang parah(Kartono, 2002 : 243). 2. Pengertian Gangguan Psikotik Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh. Pandangan teoritis 1) Teoretis Psikoanalisis. Dalam pandangan ini, penderita skizofrenia dibanjiri dengan dorongan-dorongan seksual primitif yang berasal dari id. Ini kemudian berkembang menjadi konflik intrapsikis yang kuat. Kerusakan pada fungsi ego disebabkan adanya konflk yang kuat ini, dan oleh karena rusaknya fungsi ego ini realitas dunia dan diri mengalami putus hubungan sehatnya dan menimbulkan waham dan halusinasi. Hubungan yang buruk antara ibu dan anak mungkin mendorong penarikan diri anak dan 2015 2 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id permusuhan, kemudian anak mengembangkan defense mechanismnya dengan membentuk dunia fantasi pribadinya sendiri yang berbeda dengan realitas. Pendekatan terapi psikodinamika Freudian terhadap pasien skizofrenia mungkin dilakukan untuk membantu menemukan asal penyebab gangguannya sehingga dapat dilakukan penanganan yang sesuai.Asosiasi bebas dapat dilakukan untuk menemukan penyebab gangguan skizofrenia tersebut. 2) Teoretis Biokimia. Teoretis biokimia dan kedokteran mengasumsikan adanya gangguan pada otak dan faktor genetika dalam menjelaskan gangguan ini. Skizofrenia cenderung menurun dalam hubungan biologis atau keluarga. Prevalensi akan semakin besar untuk mengidap gangguan ini jika seseorang semakin dekat dalam hubungan genetis keturunan dengan penderita skizofrenia. Kembar satu telur lebih memiliki prevalensi yang tinggi ketimbang kembar dua telur (Onstad, dkk, 1991). Selain itu, juga berhubungan dengan usia orang tua saat melakukan konsepsi berperan dalam kemunculan skizofrenia. Prevalensi akan semakin besar dalam kondisi usia yang jauh lebih tua saat melakukan konsepsi (Fertilisasi). Teori Dopamin menjelaskan pada penderita skizofrenia terjadi terlalu aktifnya reseptor dopamin yang terletak di postsynpatic neuron dimana molekul dopamin terikat (Haber & Fudger, 1997). Secara umum, bukti menjelaskan adanya ketidakteraturan pada jalur saraf di otak yang memanfaatkan dopamin (Maedor-Woodruff, dkk, 1997). Mengenai adanya infeksi virus tertentu dalam skizofrenia masihlah bersifat dugaan sementara. Meskipun ini terbukti, penderita skizofrenia hanya sedikit yang mendapatkan penyakitnya dari viru tersebut. Yang pasti adanya kerusakan pada otak jelas mendukung asumsi skizofrenia. Kerusakan otak ditemukan terjadi dengan pembesaran ventrikel di otak yang menandai hilangnya jaringan otak tertentu pada korteks prefrontalis. Asumsi lainnya yaitu terjadi infeksi virus pada masa prenatal, nutrisi janin yang buruk, kerusakan genetis, trauma kelahiran, berkurangnya aktivitas gelombang otak (ERP) pada korteks prefrontalis yang mengatur proses berpikir dan pengaturan otak. Bagian inilah yang juga mengatur fungsi kognitif dan emosional. Terapi yang diajukan teoretis ini yaitu dengan menggunakan obat antipsikotik (neuroleptis) yang bertujuan untuk menormalkan reseptor dopamin yang terlalu aktif pada penderita skizofrenia, sehingga mengurangi tingkat aktivitas dopamin (Kane, 1996). Konsekuensinya, Neoruleptis menghambat transmisi berlebihan dari impulsimpuls neuron yang dapat meningkatkan perilaku skizofrenia. 3) Teoretis Behaviorisme dan Belajar. Perspektif teoretis perilaku keluarga menjelaskan ibu yang dingin, angkuh, overprotektif, dan mendominasi memungkinkan menghilangkan kepercayaan, melumpuhkan kemandirian dan memaksa ketergantungan anak pada ibunya. Anak yang didik serupa ini memiliki kecenderungan yang tinggi terkena gangguan skizofrenia, apalagi ditambah dengan ayah yang tidak mampu menetralkan perilaku tersebut. Komunikasi double blind dalam keluarga terutama antara ibu dan anaknya, rupanya berkontribusi juga. Kondisi keluarga seperti ini dapat meningkatkan resiko tersebut. Keluarga yang kaku dan pola ekspresi emosi yang tinggi dapat menjadi sumber stress yang potensial. Terapi yang dapat dilakukan yaitu dengan modifikasi perilaku agar mengembangkan perilaku yang efektf dalam lingkungannya. Model terapinya yaitu : Pemberian Reinforcement secara selektif terhadap perilaku tertentu yang diharapkan. 2015 3 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pelatihan keterampilan sosial yang sesuai dengan prinsip belajar. Pelatithan ini mencakup program yang membantu individu memperoleh sejumlah keterampilan sosial dan vokasional. In dilakukan demi menigkatkan fungsi adaptif individu (Hunter, Bedell, & Corrigan, 1997). Penerapan Terapi Modelling. Melakukan rehabilitasi sosial penderita skizofrenia. Hal ini bertujuan agar penderita skizofrenia menemukan tempatnya di dalam masyarakat. 4) Teoretis Model Diatesis-Stress. Zubin dan Spring (1977) mengemukakan bahwa skizofrenia sebagai interaksi atau kombinasi dari diatesis dalam bentuk predisposisi genetis untuk berkembangnya gangguan, dengan stress lingkungan yang melebihi ambang stress atau coping individu. Adanya kombinasi antara genetis dan lingkungan dalam hal ini. Kerusakan struktural pada otak meliputi gangguan neurotransmitters. Skizofrenia cenderung berkembang pada masa remaja akhir atau dewasa awal ketika individu mengalami tekanan yang berhubungan dengan tantangan perkembangan yang berkaitan dengan pemerolehan kemandirian dan penemuan sebuah peran dalam kehidupan. Stress psikososial mempeburuk simtom yang ada sehingga meningkatkan resiko kambuhnya (King, & Dixon, 1997). Faktor-faktor lingkungan tertentu misalnya pola asuh yang baik mempunyai peran penting dalam hal mencegah perkembangan gangguan tersebut. Intinya model ini menekankan bahwa kerentanan bawaan genetis skizofrenia yang didukung oleh faktor stress potensial dari lingkungan sosialnya dan faktor pelindung sosial yang rendah dapat menyokong perkembangan gangguan skizofrenia. Terapi dapat dilakukan untuk mempertahankan hubungan antara penderita gangguan skizofrenia dan lingkungannya. Perlunya dukungan sosial sangat menyokong penyembuhan skizofrenia itu sendiri. Inti terapinya yaitu mengatasi faktor stress potensial dan menguatkan faktor pelindung potensialnya Penyebab Faktor Penyebab Skozofrenia Adapun faktor – faktor penyebab skozofrenia antara lain : a. Faktor biologis yaitu faktor gen yang melibatkan skizofrenia, obat-obatan, anak keturunan dari ibu skizofrenia, anak kembar yang indentik ataupun frental dan abnormalitas cara kerja otak. b. Faktor psikologis yaitu faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan pikiran, keyakinan, opini yang salah, ketidakmampuan membina, mempertahankan hubungan sosial, adanya delusi dan halusinasi yang abnormal dan gangguan afektif. c. Faktor lingkungan yaitu pola asuh yang cenderung skizofrenia, adopsi keluarga skizofrenia dan tuntunan hidup yang tinggi. d. Faktor organis yaitu ada perubahan atau kerusakkan pada sistem syaraf sentral juga terdapat gangguan – gangguan pada sistem kelenjar adrenalin dan piluitari (kelenjar dibawah otak). Kadang kala kelenjar thyroid dan adrenal mengalami atrofi berat. Dapat juga disebabkan oleh proses 2015 4 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id klimakterik dan gangguan menstruasi. Semua ganguan tadi menyebabkan degenerasi pada energi fisik dan energi mentalnya. 2. Faktor Penyebab Gangguan Psikotik Adapun faktor – faktor penyebab gangguan psikotik antara lain : a. Faktor organo – biologik 1) Genetik (heredity) Adanya kromosom tertentu yang membawa sifat gangguan jiwa (khususnya pada skizofrenia). Hal ini telah dipelajari pada penelitian anak kembar, dimana pada anak kembar monozigot (satu sel telur) kemungkinan terjadinya skizofrenia persentase tertinggi 86,2%, sedangkan pada anak kembar dengan dua sel telur (heterozigot) kemungkinannya hanya 14,5%. 2) Bentuk Tubuh (konstitusi) Kretschmer (1925) dan Sheldon (1942), meneliti tentang adanya hubungan antara bentuk tubuh dengan emosi, temperamen dan kepribadian(personality). Contohnya, orang yang berbadan gemuk emosinya cendrung meledak –ledak, ia bisa lompat kegirangan ketika mendapat hal yang menyenangkan baginya dan sebaliknya. 3) Terganggunya Otak Secara Organik Contohnya, Tumor, trauma (bisa disebabkan karena gagar otak yang pernah dialami karena kecelakaan), infeksi, gangguan vaskuler, gangguan metabolisme, toksin dan gangguan cogenital dari otak 4) Pengaruh Cacat Cogenital Contohnya, Down Syndrome (mongoloid). 5) Pengaruh Neurotrasmiter Yaitu suatu zat kimia yang terdapat di otak yang berfungsi sebagai pengantar implus antar neuron (sel saraf) yang sangat terkait dengan penelitian berbagai macam obat –obatan yang bekerja pada susunan saraf. Contohnya, perubahan aktivitas mental, emosi, dan perilaku yang disebabkan akibat pemakaian zat psikoaktif. b. Faktor Psikologik 1) Hubungan Intrapersonal 2015 5 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a) Inteligensi. b) Keterampilan c) Bakat dan minat. d) Kepribadian. 2) Hubungan Interpersonal a) Interaksi antara kedua orang tua dengan anaknya. b) Orang tua yang over protektif. c) Orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. d) Peran ayah dalam keluarga. e) Persaingan antar saudara kandung. f) Kelahiran anak yang tidak diharapkan. c. Faktor Sosio – Agama 1) Pengaruh Rasial Contohnya, adanya pengucilan pada warga berkulit hitam di negara Eropa. 2) Golongan Minoritas Contohnya, pengucilan terhadap seseorang atau sekelompok orang yang menderita penyakit HIV. 3) Masalah Nilai – Nilai yang Ada dalam Masyarakat. 4) Masalah Ekonomi Contohnya, karena selalu hidup dalam kekurangan seorang ibu menganiyaya anaknya. 5) Masalah Pekerjaan. 6) Bencana Alam. 7) Perang. Contohnya, karena perang yang berkepanjangan seorang anak menjadi stress. 8) Faktor Agama atau religius baik masalah intra agama ataupun inter agama. Contoh, perasaan bingung dalam keyakinan yang dialami seorang anak karena perbedaan keyakinan dari orang tuanya. 2015 6 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gejala klinis Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial) ciri – ciri 1. Ciri – Ciri Skizofreni Ciri – ciri klinis skizofrenia antara lain : a. Mengalami delusi dan halusinasi. b. Disorganisasi dan pendaftaran afektif. c. Pendataran alogia, avolusi dan anhedonia. d. Disfungsi sosial, okupasional, tidak peduli pada perawatan diri dan persistensinya berlangsung selama enam bulan. e. Mengalami kesulitan dalam hubungan sosial atau masyarakat. f. Cendrung tidak membangun, membina, dan mempertahankan hubungan sosial. g. Harapan hidup yang sangat rendah, cendrung untuk bunuh diri. h. Reaksi emosional yangt abnormal. i. 2015 Adanya kerusakan bagian otak terutama pada neurotransmiter. 7 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ciri – ciri umum skizofrenia antara lain : a. Gangguan Delusi Gangguan delusi disebut juga sebagai disorder of thought content atau the basic characteristic of madness adalah gejala gangguan psikotik penderita skizofrenia yang ditandai gangguan pikiran, keyakinan kuat yang sebenarnya misrespresentation dari keyakinannya. Ciri – ciri klinis dari gangguan delusi yaitu : 1) Keyakinan yang persisten dan berlawanan dengan kenyataan tetapi tidak disertai dengan keberadaan sebenarnya. 2) Terisolasi secara sosial dan bersikap curiga pada orang lain. Bentuk – bentuk delusi yang berkaitan dengan skizofrenia yaitu : 1) Delusions of persecution adalah penderita skizofrenia yang mengalami gangguan psikotik ditandai waham kebesaran, tersohor, sebagai tokoh – tokoh penting atau merasa hebat. 2) Delusions of persecution adalah pasien skizofrenia yang mengalami gangguan psikotik ditandai adanya waham prasangka buruk terhadap dirinya atuapun orang lain yang tidak realitas. Merasa orang lain sangat dengki dengan dirinya. 3) Cotard’s syndrome (somatic) adalah penderita skizofrenia yang mengalami gangguan psikotik atau ketakuatan yang tidak real. Penderita memiliki waham bahwa kondisi fisiknya sakit atau di bagian – bagian tubuh tertentu rusak. Perasaan bagian tubuh yang terganggu atau sakit secara medis tidak ditemukan. 4) Cogras syndrome yaitu penderita skizofrenia yang mengalami gangguan psikotik ditandai adanya waham pengganti yang tidak real terhadap dirinya. Merasa curiga bahwa selain dirinya ada yang sangat sama dengan dirinya. 5) Erotomatic adalah keyakinan penderita skizofrenia mencari membututi orang – orang tersohor ataupun pada orang – orang yang dicintainya. Penderita merasa dirinya dicintai. 6) Jealous yaitu keyakinan penderita skizofrenia bahwa pasangan seksualnya melakukan selingkuh atau tidak setia pada dirinya. b. Halusinasi Adalah gejala gangguan psikotik penderita skizofrenia yang ditandai gangguan persepsi pada berbagai hal yang dianggap dapat dilihat, didengar ataupun adanya perasaan dihina meskipun sebenarnya tidak realitas. Adapun ciri – ciri klinis dari penderita halusinasi yaitu : 1) Tidak memiliki insight yang jelas dan kesalahan dalam persepsi. 2) Adanya associative spilitting dan cognitive splitting. 2015 8 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bentuk – bentuk halusinasi yang berkaitan dengan penderita skizofrenia yaitu : 1) Halusinasi pendengaran (audiotory hallucination) adalah penderita skizofrenia yang mengalami gangguan psikotik melalui adanya pendengaran terhadap objek suara – suara tertentu. Keadaan ini sering terjadi ketika penderita skizofrenia tida melakukan aktivitas. Terjadi pada bagian wernicke’s area. 2) Halusinasi pada bagian otak (brain imaging) yaitu gangguan daerah otak terutama bagian broca’s area adalah daerah pada bagian otak yang selalu memberikan halusinasi pada penderita skizofrenia. c. Disorganisai Adalah gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan ketidakmampuan dalam mengatur arah bicara, reaksi emosional dan perilaku motoriknya. Bentuk – bentuk dari gangguan pikiran disorganisasi yaitu : 1) Tangentialty adalah ketidakmampuan dari penderita skizofrenia untuk mengikuti arah pembicaraan. Topik dan arah pembicaraan. Pembicaraan penderita ini selalu menyimpang jauh dari setiap arah pembicaraannya. 2) Loose association adalah penderita skizofrenia yang mengalami gangguan dalaam topik pembicaraaan. Topik dan arah pembicaraan penderita skizofrenia ini sama sekali tidak berkaitan dengan apa yang dibicarakan. 3) Derailment adalah pola pembicaraan penderita skizofrenia sama sekali keluar dari alur pembicaraan. d. Pendataran Afek Adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan ketidakmampuannya dalam mengatur antara reaksi emosional dan pola perilaku (inappropriate affect) atau afektif yang tidak sesuai dengan perilaku. Misalnya, reaksi emosi yang tidak sesuai dengan cara menimbun barang yang tidak lazim. Adapun ciri – ciri klinis pendataran afek yaitu : 1) Tidak adanya reaksi emosional dalam komunikasi. 2) Selalu menatap kosong dalam pandangannya. 3) Berbicara datar tanpa ada nada pembicaraan. e. Alogia Adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan adanya disefisiensi dalam jumlah atau isi pembicaraan. Adapun ciri – ciri klinis dari penderita alogia yaitu : 2015 9 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1) Jawaban yang diberikan penderia singakat atau pendek. 2) Cendrung kurang tertarik untuk berbicara. 3) Lebih banyak berdiam diri dan komonikasi yang tidak adekuat. 4) Adanya gangguan pikiran negatif dan berkomunikasi. 5) Kesulitan dalam memformulasikan kata. 6) Kalimat (kata – kata) selalu tidak sesuai dengan formulasi pikiran. f. Avolisi Yaitu gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai ketidakmampuan memulai ataupun mempertahankan kegiatan – kegiatan penting. Ciri – ciri klinis gangguan avolisi yaitu : 1) Tidak menunjukkan minat pada aktivitas atau fungsi kehidupannya sehari – hari dan tidak berminat merawat kesehatan tubuhnya. 2) Cenderung menjadi pemalas dan kotor. g. Anhedonia Yaitu gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan ketidakadaan perasaan senang, sikap tidak peduli terhadap kegiatan sehari – hari, cendrung tidak suka makan dan ketidakpedulian terhadap hubungan interaksi sosial atau seks. 2. Ciri – Ciri Gangguan Psiotik Adapun ciri – ciri gangguan psikotik antara lain : a. Memiliki labilitas emosional. b. Menarik diri dari interaksi sosial. c. Tidak mmpu bekerja sesuai fungsinya. d. Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri. e. Mengalami penurunan daya ingat dan kognitif parah. f. Berpikir aneh, dangkal, berbicara tidak sesuai keadaan. g. Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat. 2015 10 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id h. Sulit tidur dalam beberapa hari atau bisa tidur yang terlihat oleh keluarganya, tetapi pasien mesrasa sulit atau tidak bisa tidur. i. Memiliki keengganan melakukan segala hal, mereka berusaha untuk tidak melakukan apa – apa bahkan marah jika diminta untuk melakukan apa – apa. j. Memiliki perilaku yang aneh misalnya, mengurung diri di kamar, berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan, tiba – tiba menangis, berjalan mondar – mandir, berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Diagnosis skizofrenia_________________________________________________________________________ Menurut DSM-IV (APA, 2000) diagnosis skizofrenia dicirikan sebagai berikut : Kondisi-kondisi yaitu waham, halusinasi, inkoherensitas pembicaraan, katatonik, dan gangguan afek secara signifikan muncul selama minimal sebulan. Fungsi pada bidang-bidang seperti hubungan sosial, pekerjaan, atau perawatan diri selama perjalanan penyakit secara nyata berada di bawah tingkatan yang dapat dicapai sebelum munculnya gangguan. Apabila gangguan muncul pada masa kanak-kanak atau remaja, terdapat suatu kegagalan dalam mencapai tingkat perkembangan sosial yang seharusnya. Tanda-tanda gangguan nyata terjadi secara kontinuitas selama setidaknya 6 bulan, dan selama itu harus mencapai fase aktif setidaknya sebulan dimana tierjadi simtom waham, halusinasi, inkoherensitas pembicaraan, katatonik, dan gangguan afek. Gangguan bukan karena penggunaan zat-zat tertentu. Gangguan psikotik lainnya_____________________________________________________________ Ada beberapa bentuk-bentuk gangguan psikotik lainnya, yaitu : 1) Gangguan Psikotik Singkat, berlangsung satu hingga satu bulan dan ditandai dengan minimal satu ciri yaitu halusinasi, waham, inkoherensitatif pembicaraan dan perilaku, dan katatonik. 2) Gangguan Skizofreniform, yang identik dengan skizofrenia, dikategorikan setelah simtom muncul minimal sebulan dan maksimal 6 bulan. Sedangkan skizofrenia dikategorikan setelah simtom minimal 6 bulan terjadi secara persisten. 3) Gangguan Delusi, yang diberikan pada seseorang yang mengalami waham yang persisten dan jelas yang acapkali meliputi topik-topik paranoid. Perilaku inidvidu tidak menunjukkan bukti adanya keanehan atau keganjilan sebagaimana dalam skizofrenia. Hanya saja, pikiran penderitanya menjadi 2015 11 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kacau seperti penderita skizofrenia. Waham terealisasi dalam persepsi, pikiran, dan dan kepercayaan. Ada 7 macam gangguan delusi, yaitu : ü Jenis Erotomanik, dimana delusinya yaitu bahwa orang dengan status sosial yang lebih tinggi jatuh cinta pada penderita. ü Jenis Grandiose, dimana delusinya yaitu bahwa penderita memiliki keyakinan bahwa dirinya mempunyai hubungan khusus dengan Tuhan atau orang terkenal. ü Jenis Cemburu, dimana delusinya yaitu bahwa kekasih atau pasangan hidupnya tidak setia pada dirinya. ü Jenis Persekusi, dimana penderitanya mengalami delusi dengan gambaran adanya konspirasi yang menentang dirinya, diikuti, dimata-matai, dan sejenisnya. ü Jenis Somatik, dimana delusinya yaitu bahwa dirinya yakin bahwa dirinya mengalami sesuatu yang mal atau kerusakan, atau penyakit tanpa adanya bukti yang riil. 4) Gangguan Spektrum Skizofrenia, yang meliputi gangguan yang bervariasi tingkat keparahannya mulai dari skizoid hingga skizofrenia itu sendiri. Salam satunya adalah skizoafektif yang ditandai dengan pencampuran simtom termasuk ciri psikotik layaknya skizofrenia (waham dan halusinasi), bersama dengan gangguan utama dari mood misalnya depresi mayor. Penanganan 1) Cara Mengatasi Skizofrenia a. Menciptakan kontak sosial yang baik. b. Terapi ECT (electrocompulsive therapy) dan (insulin comma therapy). c. Menghindarkan dari frustrasi dan kesulitan psikis lainnya. d. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan mau melihat hari depan dengan rasa berani. e. Memberi obat neuroleptik yaitu obat yang dapat mengendalian saraf delusi, halusinasi dan agitasi, clozapine serta olanzapine. 2) Cara Mengatasi Gangguan Psikotik a. Psikotik Akut Penatalaksanaan Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang psikotik akut berikut hak dan kewajibannya. 2015 12 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Informasi yang perlu untuk pasien dan keluarga 1) Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama perjalanan penyakit sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu episode akut saja. 2) Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat, memerlukan hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu tempat yang aman. Jika pasien menolak pengobatan, mungkin diperlukan tindakan dengan bantuan perawat kesehatan jiwa masyarakat dan perangkat desa serta keamanan setempat 3) Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya: a) Keluarga atau teman harus mendampingi pasien. b) Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan kebersihan). c) Hati hati agar pasien tidak mengalami cedera. Konseling pasien dan keluarga 1) Membantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik antara lain hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien. 2) Mendampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stresor. 3) Memotivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari – hari setelah gejala membaik. Pengobatan Program pengobatan untuk psikotik akut : 1) Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik, haloperidol 2 – 5 mg, 1 – 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100 – 200 mg 1 – 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi. 2) Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya : lorazepam 1 – 2 mg, 1 – 3 kali sehari). 3) Obat antipsikotik selama sekurang – kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang. Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya. a) Kekakuan otot (distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson. b) Kegelisahan motorik berat (akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta bloker. 2015 13 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c) Gejala parkinson (tremor atau gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari). b. Psikotik Kronik Penatalaksanaan Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang asuhan keperawatan pada pasien halusinasi, waham, isolasi sosial, defisit perawatan diri. Beberapa informasi yang dapat disampaikan pada pasien dan keluarga antara lain : 1. Gejala penyakit jiwa (perilaku aneh dan agitasi). 2. Antisipasi kekambuhan. 3. Penanganan psikosis akut. 4. Pengobatan yang akan mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan. 5. Perlunya dukungan keluarga terhadap pengobatan dan rehabililtasi pasien. 6. Perlunya organisasi kemasyarakatan sebagai dukungan yang berarti bagi pasien dan keluarga. Konseling pasien dan keluarga 1. Pengobatan dan dukungan keluarga terhadap pasien. 2. Membantu pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam pekerjaan dan kegiatan sehari-hari. 3. Kurangi stress dan kontak dengan stres. Pengobatan Program pengobatan untuk psikotik kronik : 1. Antipsikotik yang mengurangi gejala psikotik : a. Haloperidol 2-5 mg 1 – 3 kali sehari b. Chlorpromazine 100-200 mg 1 – 3 kali sehari Dosis harus serendah mungkin hanya untuk menghilangkan gejala, walaupun beberapa pasien mungkin membutuhkan dosis yang lebih tinggi. 2. Obat anti psikotik diberikan sekurang – kurangnya 3 bulan sesudah episode pertama penyakitnya dan lebih lama sesudah episode berikutnya. 3. Obat antipsikotik mempunyai efek jangka panjang yang disuntikkan jika pasien gagal untuk minum obat oral. 4. Berikan terapi untuk mengatasi efek samping yang mungkin timbul : 2015 14 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Kekakuan otot (distonis dan spasme akut) yang dapat diatasi dengan obat anti parkinson atau benzodiazepine yang disuntikkan. b. Kegelisahan motorik yang berat (akatisia) yang dapat diatasi dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta – bloker. c. Obat anti Parkinson yang dapat mengatasi gejala parkinson (antara lain trihexyphenidil 2 mg sampai 3 kali sehari, ekstrak belladonna 10 – 20 mg 3 X sehari, diphenhydramine 50 mg 3 X sehari). Daftar Pustaka Fitri Fausiah & Julianty Widury, ed. Augustine S. Basri (2005). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Kring, Ann M., Johnson, Sheri, L., Davison, G.C., Neale, J.M. (2010). Abnormal Psychology 11th ed. New York : John Wiley & Sons . Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. (2008). Abnormal Psychology in a Changing World 7th ed. Pearson International Edition 2015 15 Gangguan-Gangguan Psikologi Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id