BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1. Hasil Belajar Tugas

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
2.1. Hasil Belajar
Tugas penting lainya yang harus dilakukan oleh seorang guru setelah
melaksanakan proses pembelajaran adalah menilai hasil belajar siswa. Hasil belajar
siswa diukur melalui evaluasi penilaian hasil belajar untuk mengetahui pencapaian
belajar siswa. Sudjana (2012: 9) menjelaskan Penilaian hasil belajar hendaknya
menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa
dilaksanakan pada setiap saat proses belajar mengajar sehngga pelaksanaannya
berkesinambungan. Dalam penilaian hasil belajar, guru berperan penting dalam
proses pencapaian hasil belajar siswa.
Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar tidak dinilai secara terpisah melainkan secara
komprehensif.
Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2013: 5) hasil belajar berupa :
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan inelektual yaitu kemampuan mempresentasekan konsep dan
lambing.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
4. Kemampuan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Howard Kingsley (dalam Sudjana, 2006: 22) membagi 3 macam
hasil belajar yaitu, (a) keterampilan dan kekonvensionalan, (b) pengetahuan dan
pengertian (c) sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan
hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada
diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Pada ketiga ranah tersebut Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 2006: 22-32)
masih membagi dalam beberapa aspek :
1. Ranah Kognitif
Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara
logis yang konvensional diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari
enam aspek yaitu :
a. Pengetahuan (C1): mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
di simpan dalam ingatan
b. Pemahaman (C2): mengacu pada kemampuan memahami makna materi.
Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sesuatu yang dibaca atau
didengarnya, memberi contoh lain dari yang dicontohkan atau menggunakan
petunjuk penerapan kasus lain.
c. Aplikasi (C3): mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan
materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
penguasaan aturan dan prinsip.
d. Analisis (C4): mengacu pada kemampuan menguraikan materi kedalam
komponen-komponen atau fakor penyebabnya, dan mampu memahami
hubungan di antara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan
aturannya dapat lebih dimengerti.
e. Sintesis (C5): mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk
baru.
f. Evaluasi (C6): mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
2. Ranah Afektif
Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan, terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini
terdiri dari lima aspek yaitu:
a. Menerima: mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan
respon terhadap stimulasi yang tepat.
b. Sambutan: merupakan sikap dalam memberikan sikap aktif terhadap
stimulus yang dating dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan
secara aktif dan partisipasi dalam suatu kegiatan.
c. Penghargaan: mengacu pada penilaian atau pentingnya mengaitkan diri
dengan objek atau kejadian tertentu dengan reaki-reaksi seperti menerima
menolak, atau tidak memperhitungkan.
d. Pengorganisasian: mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan
pegangan dalam kehidupan.
e. Karakteristik nilai: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi
pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan.
3. Ranah Psikomotor
Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot serta fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari
enam aspek yaitu:
a. Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat,
antara dua perangsang berdasarkan perbedaan ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan.
b. Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan
akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan
d. Gerakan yang terkonvensional: mencakup kemampuan untuk melakukan
sesuatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih
secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan
e. Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu
keterampilan, yang teridiri dari beberapa komponen dengan lancar, tepat dan
efisien.
f. Penyesuaian pola gerak: mencakup kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau
dengan menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
Dari ketiga kemampuan ini dijadikan dasar sebagai kemampuan yang harus
dimiliki oleh peserta didik untiuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam
menempuh pembelajaran selanjutnya. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan
dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
2.2. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2012: 17) pembelajaran kooperatif
adalah mengelompokkan siswa didalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar
siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan
mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Isjoni (2012: 16) menjelaskan bahwa dalam kegiatan kooperatif, siswa
mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar
kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka
dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.
Menurut Shaw (dalam Suprijono, 2013: 57)
, ciri yang dipunyai semua
klompok yaitu anggotanya saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara satu
dengan yang lain. Kelompok bukanlah semata-mata sekumpulan orang, kumpulan
disebut kelompok apabila ada interaksi, mempunyai tujuan, berstuktur, groupnes.
Roger dan David Johnson (dalam Suprijono, 2013: 58) mengatakan bahwa
tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, harus diterapkan lima unsur pembelajaran kooperatif
yaitu :
1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
5. Group processing (pemrosesan kelompok)
Meurut Ibrahim (dalam Isjoni, 2012: 27-28) pada dasarnya model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting yaitu :
a. Hasil Belajar Akademik
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
Menurut Suprijono (2013: 65) agar pembelajaran kooperatif lebih terarah
seorang guru harus benar-benar memahami dan menguasai sintak pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari 6 fase yaitu :
Table 1. Sintak pembelajaran kooperatif
FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan mempersiapkan peserta didik siap
peserta didik.
belajar.
Fase 2: present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi
peserta didik secara verbal
kepada
Fase 3: Organize students into learning
teams.
Mengorganisir peserta didik ke dalam timtim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta
didik tentang tata cara pembentukan
tim belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien.
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Membantu tim-tim belajar selama
peserta didik mengerjakan tugasnya.
Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai
berbagai
materi
pembelajaran
atau
kelompokkelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6: provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
kelompok.
Berdasarkan prinsip pembelajarannya model kooperatif
dapat membantu
siswa belajar mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah dengan
saling mengintegrasikan pengetahuan satu sama lain dan saling menghargai antar
sesama. Melalui pembelajaran kooperatif siswa mampu mencapai ranah penilaian
kognitif (pengetahuan) dimana siswa mampu memahami dan mengembangkan
konsep pelajaran, afektif (sikap) dimana siswa mampu berinteraksi satu sama lain
dengan rasa saling menghargai dalam proses memberi dan menerima, serta
psikomotorik (keterampilan) dimana siswa mampu melakukan perlakuan terhadap
masalah.
2.3. Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student-Achievment Divisions
Model pembelajaran koperatif tipe Student-Achievment Divisions merupakan
medel pembelajaran yang mengorganisir siswa kedalam kelompok dengan jumlah
anggota kelompok 4 orang secara heterogen.
Suprijono (2013: 133) langkah-langkah Model pembelajaran koperatif tipe
Student-Achievment Divisions :
1. Membentuk kelompok beranggotakan 4 orang secara heterogen
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan .Anggota
kelompok yang sudah mengerti menjelaskan pada anggota kelompok yang
lainnya.
4. Guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa.
5. Memberi evaluasi.
6. Kesimpulan.
2.4. Model Pembelajaran Koperatif Tipe The Power of Two
Silberman (2006:173) menjelaskan Model The Power Of Two berarti
menggabungkan kekuatan dua kepala. Menggabungkan dua kepala dalam hal ini
adalah membentuk kelompok kecil, yaitu masing-masing siswa berpasangan.
Kegiatan ini dilakukan agar munculnya suatu sinergi yakni dua kepala lebih baik dari
satu.
Model belajar kekuatan berdua (the power of two) termasuk bagian dari
belajar kooperatif dimana siswa dibagi dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan
kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri
dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar.
Suprijono (2013: 100) langkah-langkah atau prosedur the power of two yang
harus dilakukan guru adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama, membuat problem. dalam proses belajar, guru memberikan
satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan refleksi
(perenungan) dalam menetukan jawaban.
2. Langkah kedua, guru meminta peserta didik untuk merenung dan menjawab
pertanyaan sendiri-sendiri.
3. Langkah ketiga, guru membagi perserta didiik berpasang-pasangan. Pasangan
kelompok ditentukan menurut daftar urutan absen atau bisa juga diacak.
Dalam proses belajar setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya,
bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk saling berbagi
jawaban.
4. Langkah keempat, guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban
baru. Dalam proses belajar, guru meminta siswa untuk membuat jawaban baru
untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing
individu.
5. Langkah kelima, guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya.
Dalam proses pembelajaran, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal
untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang
dimengerti. Semua pasangan membandingkan jawaban dari masing-masing
pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri pembelajaran guru
bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
2.5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power of
Two
Kelebihan pembelajaran Kooperatif Tipe The power of two, yaitu:
1) Dapat meningkatkan belajar kolaboratif.
2) Mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih
baik daripada satu.
3) Meningkatkan kemampuan belajar (pencapaian akademik)
Kelemahan pembelajaran Kooperatif Tipe The power of two, yaitu:
1) Pembagian kelompok yang tidak heterogen,dimungkinkan kelompok anggotanya
lemah semua.
2) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
2.6.Tinjauan Materi Termoidinamika
Kerja dilakukan ketika energy diransfer dari suatu benda ke benda lain
melalui cara-cara mekanis. Pada kalor, energy ditransfer dari benda satu ke benda dua
yang temperaturnya lebih rendah. Berarti, kalor sangaat mirip dengan kerja.
Termodinamika berasal dari bahasa Yunani yaitu thermos yang berarti panas
dan dynamic yang berarti perubahan karena adanya suatu usaha atau kerja. Jadi
termodinamika dapat diartikan sebagai studi proses dimana energi ditransfer sebagai
kalor dan sebagai kerja.
I.
Teori Kinetik Gas
Teori kinetik gas memberikan jembatan antara tinjauan gas secara
mikroskopik dan makrokospik. Hukum-hukum gas seperti hukum Boyle, Charles,
dan Gay Lussac, menunjukkan hubungan antara besaran-besaran mikrokospik
dari berbagai macam proses serta perumusannya.
Dalam teori kinetik gas, kita akan membahas tentang perilaku partikelpartikel gas dalam ruang yang terbatas. Partikel-partikel gas ini kita anggap sebagai
sebuah bola yang selalu bergerak. Tiap-tiap partikel bergerak dengan arah
sembarang dan dimungkinkan terjadi tumbukan antar masing-masing partikel atau
antara partikel dengan dinding ruang. Tumbukan yang terjadi tersebut berupa
tumbukan lenting sempurna. Dengan sifat tumbukan yang demikian, maka tidak
ada proses kehilangan energi yang dimiliki partikel gas pada saat terjadi
tumbukan.
Gas yang tersusun atas partikel-partikel dengan perilaku seperti anggapan
di atas pada kenyataannya tidak ada. Dalam bahasan teoritik, diperlukan objek gas
yang sesuai dengan anggapan tersebut. Objek gas ini disebut sebagai gas ideal.
Sifat-sifat gas ideal, antara lain, sebagai berikut.
a. Gas terdiri atas partikel-partikel padat kecil yang bergerak dengan
kecepatan tetap dan dengan arah sembarang.
b. Masing-masing partikel bergerak dalam garis lurus, gerakan partikel hanya
dipengaruhi oleh tumbukan antara masing-masing partikel atau antara
partikel dan dinding. Gaya tarik-menarik antarpartikel sangat kecil sekali
dan dianggap tidak ada (diabaikan).
c. Tumbukan antara masing-masing partikel atau antara partikel dengan
dinding adalah tumbukan lenting sempurna.
d. Waktu terjadinya tumbukan antarpartikel atau antara partikel dengan
dinding sangat singkat dan bisa diabaikan.
e. Ukuran volume partikel sangat kecil dibandingkan ukuran volume ruang
tempat partikel tersebut bergerak.
f. Berlaku hukum Newton tentang gerak.
II. Hukum-Hukum Tentang Gas
1. Hukum Boyle
Hukum Boyle dikemukakan oleh fisikawan Inggris yang bernama Robert
Boyle. Hasil percobaan Boyle menyatakan bahwa apabila suhu gas yang berada
dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding
terbalik dengan volumenya. (T = konstan)
p1V1 = p 2V 2
(1)
Keterangan:
p1
: tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2 )
p2
: tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2 )
V1
: volume gas pada keadaan 1 (m3 )
V2
: volume gas pada keadaan 2 (m3 )
2. Hukum Charles
Hukum Charles dikemukakan oleh fisikawan Prancis bernama Jacques
Charles. Charles menyatakan bahwa jika tekanan gas yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
(P = konstan)
V1 V2
=
T1 T2
(2)
Ketrangan :
V1
: volume gas pada keadaan 1 (m3 )
V2
: volume gas pada keadaan 2 (m3 )
T1
: suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2
: suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
3. Hukum Gay-Lussac
Hukum Gay Lussac dikemukakan oleh kimiawan Perancis bernama Joseph
Gay Iussac. Gay Lussac menyatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam
bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu
mutlaknya. (V= konstan)
P1 P2
=
T1 T2
(3)
Keterangan :
T1
: suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2
: suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
p1
: tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2 )
p2
: tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2 )
a. Hukum Termodinamika I
Hukum Termodinamika I merupakan penjabaran lebih lanjut dari hukum
kekekalan energi yang menyatakan bahwa “energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi satu ke bentuk
energi yang lain”.
Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa “meskipun semua energi kalor
telah berubah menjadi usaha dan energi dalam, jumlah energi tersebut adalah
tetap”.
Hal tersebut menbuktikan bahwa tidak ada energi yang berkurang atau hilang,
akan tetapi hanya berubah bentuk.
Pernyataan hukum termodinamika I diatas dapat dinyatakan dengan
persamaan :
DU = Q - W
(4)
Keterangan :
DQ = perubahan energi kalor (J)
W
= usaha (J)
DU = perubahan energi dalam (J)
(Giancoli, 2001:519)
Dalam Termodinamika, terdapat hubungan antara sistem dan lingkungan.
Sistem adalah segala sesuatu atau keadaan yang menjadi pusat perhatian atau
penelitian, sedangkan lingkungan merupakan sesuatu yang berada diluar sistem.
Lingkungan
ΔQ (+)
W (-)
Sistem
ΔQ (-)
W (+)
Lingkungan
Gambar 1. Keadaan ΔQ dan W terhadap system
dan lingkungan
Keterangan :
ΔQ (+) artinya sistem menerima kalor
ΔQ (--) artinya sistem mengeluarkan kalor
W (+) artinya sistem melakukan usaha
W (--) artinya sistem menerima usaha
b. Usaha Dalam Proses Termodinamika
1. Proses Isothermal
Proses isothermal adalah proses yang berlangsung pada suhu tetap.
pV = nRT atau pV
1 1 = p2V2
Gambar 2. Usaha dalam proses isotermal
Usaha yang dilakukan dalam proses isothermal dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
W = nRT ln
V2
V1
(5)
Keterangan :
= Usaha (J)
= Jumlah mol gas
= Konstanta gas (8,31 J/mol K)
= Suhu (K)
2. Proses Isobarik
proses isobaric adalah proses yang berlangsung dalam keadaan suhu tetap.
V1
V2
=
T1
T2
Gambar 3. Usaha dalam proses Isobarik
Usaha yang dilakukan dalam proses isobarik dapat dihitung
dengan
menggunakan persamaan
W = p(V2 - V1 ) = pDV
(6)
Keterangan :
p
= Tekanan
ΔV
= Perubahan Volume
3. Proses Isokhorik
Proses isokhorik adalah proses yang berlangsung pada volume tetap.
p1
p
= 2
T1
T2
Gambar 4. Usaha dalam proses isokhorik selalu nol
Karena pada proses isokhorik volume dalam keadaan tetap, maka usaha yang
dilakukan dalam proses isokhorik adalah nol
W = pDV = p (0 ) = 0
Keterangan:
p
ΔV
(7)
= Tekanan
= Perubahan Volume
a. Hukum II Termodinamika
Hukum II termodinamika dapat dinyatakan dalam tiga bentuk pernyataan
yaitu sebagai berikut.
a. Hukum II Termodinamika tentang Entropi.
“Total entropi semesta tidak berubah ketika proses reversible terjadi dan
bertambah ketika proses ireversibel terjadi”.
Entropi (ΔS) merupakan ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak
diubah menjadi usaha.
b. Pernyataan Klausius.
“Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda
bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah
kebalikannya”.
c. Pernyataan Kelvin-planck.
“Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu
siklus yang hanya menyerap kalor dari sebuah sumber kalor dan
mengubah seluruhnya menjadi usaha”.
c. Siklus Proses dan Efisiensi Mesin
a. Siklus Carnot
siklus carnot adalah suatu siklus yang menggunakan mesin kalor reversibel (bolak
balik) ideal yang bekerja dengan 2 proses isothermal dan 2 proses adiabatik. Siklus carnot
secara analitik ditemukan oleh fisikawan Prancis Sadi Nicolas Leonard Carnot. Sikllus
carnot terdiri atas rangkaian proses : ekspansi isothermal-ekspansi adiabatic-pemampatan
isothermal-pemampatan adiabatic.
Gambar 5 .Selama proses ekspansi isothermal (sisi atas), kalor masuk dalam siklus, tetapi
terdapat juga kalor keluar selama proses pemampatan isothermal pada sisi bawah.
Besarnya usaha yang dilakukan selama siklus ini sebesar selisih kalor yang masuk dan
keluar tersebut.
(Suratman, 2007:268)
b. Efisiensi mesin
Efisiensi mesin kalor dapat didefinisikan sebagai perbandingan kerja atau
usaha (W) yang dilakukan terhadap masukan kalor (Q1) pada temperatur tinggi.
Secara metematis dapat dituliskan sebagai berikut.
Definisi diatas dapat dipahami sebagai berikut, W adalah keluaran yang
diterima dari mesin. Q1 adalah kalor yang diberikan pada reservoir suhu itnggi.
Karena energy bersifat kekal, masukan kalor Q1 harus sama dengan kerja yang
dilakukan ditambah dengan kalor yang mengalir keluar pada temperatur rendah (Q2).
Dengan demikian efisiensi mesin kalor dapat dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut.
æ Q
h = çç1 - 2
Q1
è
ö
÷÷ ´ 100%
ø
(8)
Keterangan:
η = efisiensi mesin
Q1= kalor masuk
Q2 = kalor keluar
d. Mesin Pendingin (Refrigerator)
Mesin pendingin pada dasarnya merupakan mesin kalor yang bekerja terbalik,
artinya usaha diberikan pada mesin pendingin untuk menyerap kalor dari reservoir
dingin dan membuangnya ke reservoir panas. Untuk menerapkan hal tersebut
membutuhkan energy atau usaha tambahan. Dengan usaha luar tersebutdapat
memaksa aliran kalor terbalik. Benda yang dingin akan semakin dingin dan benda
yang panas akan semakin panas. Hal ini merupakan konsep dasar mesin pendingin
seperti kulkas dan air conditioner.kerja mesin pendingin akan menguntungkan jika
dapat dikeluarkan kalor sebanyak-banyaknya dengan berbekal usaha luar sekecilkecilnya.
Qm
W
Qm
h=
Qk - Q m
h=
Keterangan:
η = efisiensi mesin
Qm= kalor masuk
Qk= kalor keluar
(9)
2.7. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
The Power of Two , dilakukan oleh :
1. Nurhidayat dkk (2013) dengan jurnal upaya meningkatkan penerapan konsep
sifat-sifat cahaya melalui model the power of two. Disimpulkan bahwa model
The Power of Two dapat meningkatkan penerapan konsep sifat-sifat cahaya
pada siswa kelas V SD Ang-kasa Lanud Adi Soemarmo, Karanganyar.
Peningkatan nilai penerapan konsep sifat-sifat cahaya tersebut dapat
dibuktikan dengan meningkatnya nilai penerapan konsep sifat-sifat cahaya
pada setiap siklusnya yaitu pada tindakan prasiklus nilai rata-rata penerapan
konsep sifat-sifat cahaya 62, siklus I nilai rata-rata penerapan konsep sifatsifat cahaya 73,33, dan siklus II nilai rata-rata penerapan konsep sifat-sifat
cahaya 80,48. Jumlah siswa yang nilai penerapan konsep sifat-sifat cahayanya
mencapai batas KKM sebanyak 11 siswa atau 41%. Siswa yang mencapai
batas KKM pada siklus I sebanyak 18 siswa atau 66,67%, sedangkan pada
siklus II sebesar 25 siswa atau 92,59%. Hal ini menunjukkan peningkatan dari
siklus I ke siklus II sebesar 25,92%, sedangkan peningkatan ketuntasan dari
pra-siklus sampai siklus II sebesar 51,59%. Siswa juga mampu membuat
produk dari penerapan konsep sifat-sifat cahaya yaitu periskop dan cakram
warna. Maka keterca-paian penerapan konsep sifat-sifat cahaya telah
mencapai indikator kinerja yang diharapkan.
Jurnal penelelitian diatas merupakan penelitian yang menggunakan
model pembelajaaran kooperatif tipe The Power of Two dengan jenis
penelitian tindakan kelas pada sampel siswa kelas V Sekolah Dasar (SD) .
Sedangkan penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian eksperimen
yang dilakukan pada kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA).
2. Nuraini (2012) dengan jurnal penerapan model pembelajaran aktif tipe the
power of two dengan menggunakan media power point pada konsep
organisasi kehidupan. Berdasarkan hasil analisa uji t komparatif diperoleh
nilai thitung = -16,56 dan ttabel = 2,07 atau -2,07 sehingga – ttabel > thitung.
Hal ini menunjukan bahwa hasil pretest tidak sama dengan hasil posttest,
karena rata-rata hasil pretest (15,48), sedangkan hasil posttest (29,89). Selain
itu, dari hasil uji t deskriptif menunjukkan thitung > -ttabel. Maka diperoleh
nilai KKM sebenarnya = 29,89 sedangkan KKM ditentukan = 29,2, hal ini
menunjukan bahwa KKM telah tercapai. Berdasarkan hasil analisis data yang
diperoleh bahwa model pembelajaran aktif tipe the power of two dengan
menggunakan media power point cocok diterapkan pada proses pembelajaran
konsep Organisasi Kehidupan di kelas VII MTs. Persis Ciberekah, Kecamatan
Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya.
Jurnal penelelitian diatas merupakan penelitian yang menggunakan
model pembelajaaran kooperatif tipe The Power of Two diintegrasikan media
power point dengan jenis penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa
kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) . Sedangkan penelitian dalam
skripsi ini merupakan jenis penelitian eksperimen menggunakan
model
pembelajaaran kooperatif tipe The Power of Two dengan perbandingan model
pembelajaaran kooperatif tipe STAD sebagai pembanding yang dilakukan
paada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA).
3. Rahmawati dkk (2012) dengan jurnal
penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe the power of two pada materi operasi himpunan. Di simpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two pada
materi operasi himpunan di kelas VII-I secara keseluruhan mendapatkan skor
rata-rata 3,55 dan termasuk dalam kriteria sangat baik. Aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe the power of two telah muncul semua dengan aktivitas yang dominan
yaitu memperhatikan penjelasan guru/ teman dengan skor rata-rata sebesar
31,25% dan aktivitas dengan skor rata-rata terendah yaitu sebesar 2,35%
adalah aktivitas mengeluarkan pendapat. Hasil belajar kognitif siswa pada
materi operasi himpunan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe the power of two yaitu sebanyak 31 siswa atau sebesar 79,49% mencapai
ketuntasan belajar dan sebanyak 8 siswa atau sebesar 20,51% tidak mencapai
ketuntasan belajar. Sedangkan hasil belajar afektif siswa, 19 siswa atau
sebesar 48,71% termasuk ke dalam kategori baik, 9 siswa atau sebesar
23,08% siswa termasuk ke dalam kategori cukup, dan 11 siswa atau sebesar
28,21% termasuk ke dalam kategori kurang.
Jurnal penelelitian diatas merupakan penelitian eksperimen yang
menggunakan model pembelajaaran kooperatif tipe The Power of Two pada
mata pelajaran matematika yang dilakukan pada siswa kelas VII Sekolah
Menengah Pertama (SMP) .Dalam jurnal tersebut aspek pengetahguan yang
diteliti meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
Sedangkan penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian eksperimen
menggunakan
model pembelajaaran kooperatif tipe The Power of Two
dengan model pembelajaaran kooperatif tipe STAD sebagai pembanding dan
aspek yang diteliti hanya aspek pengetahuan pada ranah kognitif yang
dilakukan paada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA).
2.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini
adalah “terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang
diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe The Power of Two
dengan hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi termodinamika ”.
Download