BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1. Hasil Belajar Tugas penting lainya yang harus dilakukan oleh seorang guru setelah melaksanakan proses pembelajaran adalah menilai hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diukur melalui evaluasi penilaian hasil belajar untuk mengetahui pencapaian belajar siswa. Sudjana (2012: 9) menjelaskan Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar mengajar sehngga pelaksanaannya berkesinambungan. Dalam penilaian hasil belajar, guru berperan penting dalam proses pencapaian hasil belajar siswa. Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar tidak dinilai secara terpisah melainkan secara komprehensif. Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2013: 5) hasil belajar berupa : 1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2. Keterampilan inelektual yaitu kemampuan mempresentasekan konsep dan lambing. 3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. 4. Kemampuan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Menurut Howard Kingsley (dalam Sudjana, 2006: 22) membagi 3 macam hasil belajar yaitu, (a) keterampilan dan kekonvensionalan, (b) pengetahuan dan pengertian (c) sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Pada ketiga ranah tersebut Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 2006: 22-32) masih membagi dalam beberapa aspek : 1. Ranah Kognitif Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang konvensional diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari enam aspek yaitu : a. Pengetahuan (C1): mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan di simpan dalam ingatan b. Pemahaman (C2): mengacu pada kemampuan memahami makna materi. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan kasus lain. c. Aplikasi (C3): mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penguasaan aturan dan prinsip. d. Analisis (C4): mengacu pada kemampuan menguraikan materi kedalam komponen-komponen atau fakor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. e. Sintesis (C5): mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. f. Evaluasi (C6): mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. 2. Ranah Afektif Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan, terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari lima aspek yaitu: a. Menerima: mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat. b. Sambutan: merupakan sikap dalam memberikan sikap aktif terhadap stimulus yang dating dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan partisipasi dalam suatu kegiatan. c. Penghargaan: mengacu pada penilaian atau pentingnya mengaitkan diri dengan objek atau kejadian tertentu dengan reaki-reaksi seperti menerima menolak, atau tidak memperhitungkan. d. Pengorganisasian: mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. e. Karakteristik nilai: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan. 3. Ranah Psikomotor Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot serta fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari enam aspek yaitu: a. Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat, antara dua perangsang berdasarkan perbedaan ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. b. Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan. c. Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan d. Gerakan yang terkonvensional: mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan e. Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang teridiri dari beberapa komponen dengan lancar, tepat dan efisien. f. Penyesuaian pola gerak: mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran. Dari ketiga kemampuan ini dijadikan dasar sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik untiuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam menempuh pembelajaran selanjutnya. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. 2.2. Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2012: 17) pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa didalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Isjoni (2012: 16) menjelaskan bahwa dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Menurut Shaw (dalam Suprijono, 2013: 57) , ciri yang dipunyai semua klompok yaitu anggotanya saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Kelompok bukanlah semata-mata sekumpulan orang, kumpulan disebut kelompok apabila ada interaksi, mempunyai tujuan, berstuktur, groupnes. Roger dan David Johnson (dalam Suprijono, 2013: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, harus diterapkan lima unsur pembelajaran kooperatif yaitu : 1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif) 2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) 3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif) 4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) 5. Group processing (pemrosesan kelompok) Meurut Ibrahim (dalam Isjoni, 2012: 27-28) pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu : a. Hasil Belajar Akademik Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. c. Pengembangan Keterampilan Sosial Mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. Menurut Suprijono (2013: 65) agar pembelajaran kooperatif lebih terarah seorang guru harus benar-benar memahami dan menguasai sintak pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 6 fase yaitu : Table 1. Sintak pembelajaran kooperatif FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1: Present goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan mempersiapkan peserta didik siap peserta didik. belajar. Fase 2: present information Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi peserta didik secara verbal kepada Fase 3: Organize students into learning teams. Mengorganisir peserta didik ke dalam timtim belajar Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya. Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok. Berdasarkan prinsip pembelajarannya model kooperatif dapat membantu siswa belajar mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah dengan saling mengintegrasikan pengetahuan satu sama lain dan saling menghargai antar sesama. Melalui pembelajaran kooperatif siswa mampu mencapai ranah penilaian kognitif (pengetahuan) dimana siswa mampu memahami dan mengembangkan konsep pelajaran, afektif (sikap) dimana siswa mampu berinteraksi satu sama lain dengan rasa saling menghargai dalam proses memberi dan menerima, serta psikomotorik (keterampilan) dimana siswa mampu melakukan perlakuan terhadap masalah. 2.3. Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student-Achievment Divisions Model pembelajaran koperatif tipe Student-Achievment Divisions merupakan medel pembelajaran yang mengorganisir siswa kedalam kelompok dengan jumlah anggota kelompok 4 orang secara heterogen. Suprijono (2013: 133) langkah-langkah Model pembelajaran koperatif tipe Student-Achievment Divisions : 1. Membentuk kelompok beranggotakan 4 orang secara heterogen 2. Guru menyajikan pelajaran 3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan .Anggota kelompok yang sudah mengerti menjelaskan pada anggota kelompok yang lainnya. 4. Guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa. 5. Memberi evaluasi. 6. Kesimpulan. 2.4. Model Pembelajaran Koperatif Tipe The Power of Two Silberman (2006:173) menjelaskan Model The Power Of Two berarti menggabungkan kekuatan dua kepala. Menggabungkan dua kepala dalam hal ini adalah membentuk kelompok kecil, yaitu masing-masing siswa berpasangan. Kegiatan ini dilakukan agar munculnya suatu sinergi yakni dua kepala lebih baik dari satu. Model belajar kekuatan berdua (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif dimana siswa dibagi dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar. Suprijono (2013: 100) langkah-langkah atau prosedur the power of two yang harus dilakukan guru adalah sebagai berikut: 1. Langkah pertama, membuat problem. dalam proses belajar, guru memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan refleksi (perenungan) dalam menetukan jawaban. 2. Langkah kedua, guru meminta peserta didik untuk merenung dan menjawab pertanyaan sendiri-sendiri. 3. Langkah ketiga, guru membagi perserta didiik berpasang-pasangan. Pasangan kelompok ditentukan menurut daftar urutan absen atau bisa juga diacak. Dalam proses belajar setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya, bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk saling berbagi jawaban. 4. Langkah keempat, guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban baru. Dalam proses belajar, guru meminta siswa untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu. 5. Langkah kelima, guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses pembelajaran, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang dimengerti. Semua pasangan membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran. 2.5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power of Two Kelebihan pembelajaran Kooperatif Tipe The power of two, yaitu: 1) Dapat meningkatkan belajar kolaboratif. 2) Mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu. 3) Meningkatkan kemampuan belajar (pencapaian akademik) Kelemahan pembelajaran Kooperatif Tipe The power of two, yaitu: 1) Pembagian kelompok yang tidak heterogen,dimungkinkan kelompok anggotanya lemah semua. 2) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. 2.6.Tinjauan Materi Termoidinamika Kerja dilakukan ketika energy diransfer dari suatu benda ke benda lain melalui cara-cara mekanis. Pada kalor, energy ditransfer dari benda satu ke benda dua yang temperaturnya lebih rendah. Berarti, kalor sangaat mirip dengan kerja. Termodinamika berasal dari bahasa Yunani yaitu thermos yang berarti panas dan dynamic yang berarti perubahan karena adanya suatu usaha atau kerja. Jadi termodinamika dapat diartikan sebagai studi proses dimana energi ditransfer sebagai kalor dan sebagai kerja. I. Teori Kinetik Gas Teori kinetik gas memberikan jembatan antara tinjauan gas secara mikroskopik dan makrokospik. Hukum-hukum gas seperti hukum Boyle, Charles, dan Gay Lussac, menunjukkan hubungan antara besaran-besaran mikrokospik dari berbagai macam proses serta perumusannya. Dalam teori kinetik gas, kita akan membahas tentang perilaku partikelpartikel gas dalam ruang yang terbatas. Partikel-partikel gas ini kita anggap sebagai sebuah bola yang selalu bergerak. Tiap-tiap partikel bergerak dengan arah sembarang dan dimungkinkan terjadi tumbukan antar masing-masing partikel atau antara partikel dengan dinding ruang. Tumbukan yang terjadi tersebut berupa tumbukan lenting sempurna. Dengan sifat tumbukan yang demikian, maka tidak ada proses kehilangan energi yang dimiliki partikel gas pada saat terjadi tumbukan. Gas yang tersusun atas partikel-partikel dengan perilaku seperti anggapan di atas pada kenyataannya tidak ada. Dalam bahasan teoritik, diperlukan objek gas yang sesuai dengan anggapan tersebut. Objek gas ini disebut sebagai gas ideal. Sifat-sifat gas ideal, antara lain, sebagai berikut. a. Gas terdiri atas partikel-partikel padat kecil yang bergerak dengan kecepatan tetap dan dengan arah sembarang. b. Masing-masing partikel bergerak dalam garis lurus, gerakan partikel hanya dipengaruhi oleh tumbukan antara masing-masing partikel atau antara partikel dan dinding. Gaya tarik-menarik antarpartikel sangat kecil sekali dan dianggap tidak ada (diabaikan). c. Tumbukan antara masing-masing partikel atau antara partikel dengan dinding adalah tumbukan lenting sempurna. d. Waktu terjadinya tumbukan antarpartikel atau antara partikel dengan dinding sangat singkat dan bisa diabaikan. e. Ukuran volume partikel sangat kecil dibandingkan ukuran volume ruang tempat partikel tersebut bergerak. f. Berlaku hukum Newton tentang gerak. II. Hukum-Hukum Tentang Gas 1. Hukum Boyle Hukum Boyle dikemukakan oleh fisikawan Inggris yang bernama Robert Boyle. Hasil percobaan Boyle menyatakan bahwa apabila suhu gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya. (T = konstan) p1V1 = p 2V 2 (1) Keterangan: p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2 ) p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2 ) V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3 ) V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3 ) 2. Hukum Charles Hukum Charles dikemukakan oleh fisikawan Prancis bernama Jacques Charles. Charles menyatakan bahwa jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya. (P = konstan) V1 V2 = T1 T2 (2) Ketrangan : V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3 ) V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3 ) T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K) T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K) 3. Hukum Gay-Lussac Hukum Gay Lussac dikemukakan oleh kimiawan Perancis bernama Joseph Gay Iussac. Gay Lussac menyatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya. (V= konstan) P1 P2 = T1 T2 (3) Keterangan : T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K) T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K) p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2 ) p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2 ) a. Hukum Termodinamika I Hukum Termodinamika I merupakan penjabaran lebih lanjut dari hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa “energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain”. Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa “meskipun semua energi kalor telah berubah menjadi usaha dan energi dalam, jumlah energi tersebut adalah tetap”. Hal tersebut menbuktikan bahwa tidak ada energi yang berkurang atau hilang, akan tetapi hanya berubah bentuk. Pernyataan hukum termodinamika I diatas dapat dinyatakan dengan persamaan : DU = Q - W (4) Keterangan : DQ = perubahan energi kalor (J) W = usaha (J) DU = perubahan energi dalam (J) (Giancoli, 2001:519) Dalam Termodinamika, terdapat hubungan antara sistem dan lingkungan. Sistem adalah segala sesuatu atau keadaan yang menjadi pusat perhatian atau penelitian, sedangkan lingkungan merupakan sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan ΔQ (+) W (-) Sistem ΔQ (-) W (+) Lingkungan Gambar 1. Keadaan ΔQ dan W terhadap system dan lingkungan Keterangan : ΔQ (+) artinya sistem menerima kalor ΔQ (--) artinya sistem mengeluarkan kalor W (+) artinya sistem melakukan usaha W (--) artinya sistem menerima usaha b. Usaha Dalam Proses Termodinamika 1. Proses Isothermal Proses isothermal adalah proses yang berlangsung pada suhu tetap. pV = nRT atau pV 1 1 = p2V2 Gambar 2. Usaha dalam proses isotermal Usaha yang dilakukan dalam proses isothermal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : W = nRT ln V2 V1 (5) Keterangan : = Usaha (J) = Jumlah mol gas = Konstanta gas (8,31 J/mol K) = Suhu (K) 2. Proses Isobarik proses isobaric adalah proses yang berlangsung dalam keadaan suhu tetap. V1 V2 = T1 T2 Gambar 3. Usaha dalam proses Isobarik Usaha yang dilakukan dalam proses isobarik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan W = p(V2 - V1 ) = pDV (6) Keterangan : p = Tekanan ΔV = Perubahan Volume 3. Proses Isokhorik Proses isokhorik adalah proses yang berlangsung pada volume tetap. p1 p = 2 T1 T2 Gambar 4. Usaha dalam proses isokhorik selalu nol Karena pada proses isokhorik volume dalam keadaan tetap, maka usaha yang dilakukan dalam proses isokhorik adalah nol W = pDV = p (0 ) = 0 Keterangan: p ΔV (7) = Tekanan = Perubahan Volume a. Hukum II Termodinamika Hukum II termodinamika dapat dinyatakan dalam tiga bentuk pernyataan yaitu sebagai berikut. a. Hukum II Termodinamika tentang Entropi. “Total entropi semesta tidak berubah ketika proses reversible terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel terjadi”. Entropi (ΔS) merupakan ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak diubah menjadi usaha. b. Pernyataan Klausius. “Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya”. c. Pernyataan Kelvin-planck. “Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang hanya menyerap kalor dari sebuah sumber kalor dan mengubah seluruhnya menjadi usaha”. c. Siklus Proses dan Efisiensi Mesin a. Siklus Carnot siklus carnot adalah suatu siklus yang menggunakan mesin kalor reversibel (bolak balik) ideal yang bekerja dengan 2 proses isothermal dan 2 proses adiabatik. Siklus carnot secara analitik ditemukan oleh fisikawan Prancis Sadi Nicolas Leonard Carnot. Sikllus carnot terdiri atas rangkaian proses : ekspansi isothermal-ekspansi adiabatic-pemampatan isothermal-pemampatan adiabatic. Gambar 5 .Selama proses ekspansi isothermal (sisi atas), kalor masuk dalam siklus, tetapi terdapat juga kalor keluar selama proses pemampatan isothermal pada sisi bawah. Besarnya usaha yang dilakukan selama siklus ini sebesar selisih kalor yang masuk dan keluar tersebut. (Suratman, 2007:268) b. Efisiensi mesin Efisiensi mesin kalor dapat didefinisikan sebagai perbandingan kerja atau usaha (W) yang dilakukan terhadap masukan kalor (Q1) pada temperatur tinggi. Secara metematis dapat dituliskan sebagai berikut. Definisi diatas dapat dipahami sebagai berikut, W adalah keluaran yang diterima dari mesin. Q1 adalah kalor yang diberikan pada reservoir suhu itnggi. Karena energy bersifat kekal, masukan kalor Q1 harus sama dengan kerja yang dilakukan ditambah dengan kalor yang mengalir keluar pada temperatur rendah (Q2). Dengan demikian efisiensi mesin kalor dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut. æ Q h = çç1 - 2 Q1 è ö ÷÷ ´ 100% ø (8) Keterangan: η = efisiensi mesin Q1= kalor masuk Q2 = kalor keluar d. Mesin Pendingin (Refrigerator) Mesin pendingin pada dasarnya merupakan mesin kalor yang bekerja terbalik, artinya usaha diberikan pada mesin pendingin untuk menyerap kalor dari reservoir dingin dan membuangnya ke reservoir panas. Untuk menerapkan hal tersebut membutuhkan energy atau usaha tambahan. Dengan usaha luar tersebutdapat memaksa aliran kalor terbalik. Benda yang dingin akan semakin dingin dan benda yang panas akan semakin panas. Hal ini merupakan konsep dasar mesin pendingin seperti kulkas dan air conditioner.kerja mesin pendingin akan menguntungkan jika dapat dikeluarkan kalor sebanyak-banyaknya dengan berbekal usaha luar sekecilkecilnya. Qm W Qm h= Qk - Q m h= Keterangan: η = efisiensi mesin Qm= kalor masuk Qk= kalor keluar (9) 2.7. Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian terdahulu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe The Power of Two , dilakukan oleh : 1. Nurhidayat dkk (2013) dengan jurnal upaya meningkatkan penerapan konsep sifat-sifat cahaya melalui model the power of two. Disimpulkan bahwa model The Power of Two dapat meningkatkan penerapan konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Ang-kasa Lanud Adi Soemarmo, Karanganyar. Peningkatan nilai penerapan konsep sifat-sifat cahaya tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai penerapan konsep sifat-sifat cahaya pada setiap siklusnya yaitu pada tindakan prasiklus nilai rata-rata penerapan konsep sifat-sifat cahaya 62, siklus I nilai rata-rata penerapan konsep sifatsifat cahaya 73,33, dan siklus II nilai rata-rata penerapan konsep sifat-sifat cahaya 80,48. Jumlah siswa yang nilai penerapan konsep sifat-sifat cahayanya mencapai batas KKM sebanyak 11 siswa atau 41%. Siswa yang mencapai batas KKM pada siklus I sebanyak 18 siswa atau 66,67%, sedangkan pada siklus II sebesar 25 siswa atau 92,59%. Hal ini menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 25,92%, sedangkan peningkatan ketuntasan dari pra-siklus sampai siklus II sebesar 51,59%. Siswa juga mampu membuat produk dari penerapan konsep sifat-sifat cahaya yaitu periskop dan cakram warna. Maka keterca-paian penerapan konsep sifat-sifat cahaya telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan. Jurnal penelelitian diatas merupakan penelitian yang menggunakan model pembelajaaran kooperatif tipe The Power of Two dengan jenis penelitian tindakan kelas pada sampel siswa kelas V Sekolah Dasar (SD) . Sedangkan penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang dilakukan pada kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA). 2. Nuraini (2012) dengan jurnal penerapan model pembelajaran aktif tipe the power of two dengan menggunakan media power point pada konsep organisasi kehidupan. Berdasarkan hasil analisa uji t komparatif diperoleh nilai thitung = -16,56 dan ttabel = 2,07 atau -2,07 sehingga – ttabel > thitung. Hal ini menunjukan bahwa hasil pretest tidak sama dengan hasil posttest, karena rata-rata hasil pretest (15,48), sedangkan hasil posttest (29,89). Selain itu, dari hasil uji t deskriptif menunjukkan thitung > -ttabel. Maka diperoleh nilai KKM sebenarnya = 29,89 sedangkan KKM ditentukan = 29,2, hal ini menunjukan bahwa KKM telah tercapai. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh bahwa model pembelajaran aktif tipe the power of two dengan menggunakan media power point cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Organisasi Kehidupan di kelas VII MTs. Persis Ciberekah, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal penelelitian diatas merupakan penelitian yang menggunakan model pembelajaaran kooperatif tipe The Power of Two diintegrasikan media power point dengan jenis penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) . Sedangkan penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian eksperimen menggunakan model pembelajaaran kooperatif tipe The Power of Two dengan perbandingan model pembelajaaran kooperatif tipe STAD sebagai pembanding yang dilakukan paada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA). 3. Rahmawati dkk (2012) dengan jurnal penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two pada materi operasi himpunan. Di simpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two pada materi operasi himpunan di kelas VII-I secara keseluruhan mendapatkan skor rata-rata 3,55 dan termasuk dalam kriteria sangat baik. Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two telah muncul semua dengan aktivitas yang dominan yaitu memperhatikan penjelasan guru/ teman dengan skor rata-rata sebesar 31,25% dan aktivitas dengan skor rata-rata terendah yaitu sebesar 2,35% adalah aktivitas mengeluarkan pendapat. Hasil belajar kognitif siswa pada materi operasi himpunan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two yaitu sebanyak 31 siswa atau sebesar 79,49% mencapai ketuntasan belajar dan sebanyak 8 siswa atau sebesar 20,51% tidak mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan hasil belajar afektif siswa, 19 siswa atau sebesar 48,71% termasuk ke dalam kategori baik, 9 siswa atau sebesar 23,08% siswa termasuk ke dalam kategori cukup, dan 11 siswa atau sebesar 28,21% termasuk ke dalam kategori kurang. Jurnal penelelitian diatas merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan model pembelajaaran kooperatif tipe The Power of Two pada mata pelajaran matematika yang dilakukan pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) .Dalam jurnal tersebut aspek pengetahguan yang diteliti meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Sedangkan penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian eksperimen menggunakan model pembelajaaran kooperatif tipe The Power of Two dengan model pembelajaaran kooperatif tipe STAD sebagai pembanding dan aspek yang diteliti hanya aspek pengetahuan pada ranah kognitif yang dilakukan paada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA). 2.7. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe The Power of Two dengan hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi termodinamika ”.