BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fashion atau mode adalah bagian dari sejarah sehingga sangat menarik untuk diperbincangkan dan dijadikan objek penelitian. Mode merupakan media untuk mengkomunikasikan dan mengkonstruksikan identitas suatu kelompok maupun individu dalam masyarakat (Bernard, 2007-54). Dalam buku terserbut juga dijelaskan menurut masyarakat kontemporer Barat bahwa mode memiliki arti yang sama dengan “busana”, “gaya”, dan “dandanan”. Fungsi mode sendiri disebutkan sebagai perlindungan tubuh, bentuk kesopanan terhadap busana setempat, dan alat komunikasi kelas, gender, serta seksualitas. Menurut Troxcel dan Stone dalam buku Fashion Merchandising mode didefinisikan sebagai gaya yang diterima dan digunakan suatu kelompok dalam waktu tertentu. Dari teori tersebut disebutkan bahwa mode adalah sesuatu yang dinamis dan terus berkembang. Pilihan cara berpakaian telah menjadi penanda status sosial sejak abad ke 19 di Eropa. Para keluarga bangsawan menggunakan material mewah dan berlapis-lapis untuk menunjukkan strata sosial mereka yang tinggi. Rakyat jelata yang miskin tentu tidak mampu membeli material mahal sehingga hanya mampu menggunakan kain-kain murah. Pasca revolusi Perancis dan revolusi industri di Inggris, daya beli masyarakat semakin tinggi sehingga banyak lapisan masyarakat mampu menyerap perkembangan mode. Toko-toko kain dan penjahit mulai 1 menjamur dan banyak wanita yang antusias untuk menambah koleksi busana mereka. Setiap dekade menunjukkan berbagai ciri khas busana yang berbeda. Hal ini bisa menunjukkan kondisi sosial dan ekonomi pada era tersersebut. Namun, dalam kurun waktu lebih dari 100 tahun ada satu negara yang sangat menonjol dalam bidang mode dan terus menjadi kiblat tren dunia yaitu Perancis. Sejarah mencatat bahwa rumah mode adi busana pertama di dunia didirikan di Paris pada tahun 1858. Di tahun 1906 di kota Paris telah menjamur berbagai toko kain, parfum, hingga penjahit. Di tahun 1913 Gabrielle Chanel atau yang lebih dikenal sebagai Choco Chanel membuka butik pertamanya di Deauville, Perancis. Choco Chanel adalah perancang busana yang melakukan revolusi berpakaian pada wanita. Coco Chanel melakukan revoulusi berpakaian pada wanita seperti blazer, celana bekerja, dan tas tangan quilt. Inovasi Coco Chanel pada zaman itu menjadi titik tolak kebebasan berpakaian pada wanita yang lepas dari norma-norma tradisional yang mengikat. Saat ini fashion telah menjadi aspek dalam kehidupan sehari-hari setiap orang. Istilah fashion tidak lagi menjadi istilah ekslusif yang hanya bisa dipakai oleh kalangan atas namun telah menjadi gaya hidup yang diadaptasi semua orang. Fashion telah menjadi indutri besar yang memiliki rantai ekonomi panjang sehingga memiliki pengaruh terhadap kehidupan orang banyak. Proses yang dimulai dari ide kreatif yang ditungkan dalam karya busana, ditampilkan dalam pagelaran busana, liputan media, hingga terciptanya tren yang mendunia melibatkan banyak pihak dan proses yang sangat panjang. 2 Empat kota terbesar yang menjadi tolak ukur perkembangan tren fashion adalah London, New York, Milan, dan Paris. Kota terakhir dan menjadi tempat tempat pagelaran busana terbesar adalah di Paris, Prancis. Kota ini memiliki peranan sangat penting dalam peta mode dunia. Di kota ini terdapat banyak pelaku di bidang mode professional seperti perancang busana, penata gaya, editor mode, hingga para sosialita dan selebritas yang menjadi tolak ukur tren baru dunia. Pagelaran terbesar dalam industri mode dunia dikenal dengan istilah Fashion Week. Dalam satu tahun minimal akan ada dua pagelaran busana besar yaitu Fall/Winter dan Spring/Summer. Tren yang ditampilkan akan 3-4 bulan lebih cepat dari musim yang seharusnya supaya terdapat cukup waktu hingga tren tersebut siap diadaptasi pasar diseluruh dunia. Pada perkembangannya diantara kedua musim tersebut terdapat pagelaran busana lain seperti Resort sebelum Spring/Summer dan Pre Fall sebelum Fall/Winter. Pagelaran mode terakhir dan terbesar akan dilakukan di Prancis yaitu Haute Couture atau Adi Busana. Pagelaran busana ini khusus untuk pakaian dan aksesoris mode dengan tingkat pekerjaan yang rumit, dikerjakan manual dengan tangan, dan diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas. Sebagai konsumen yang selalu mengikuti perkembangan dengan tren mode terbaru tentu harus paham dengan istilah-istilah yang ada dalam dunia tersebut. Paris sebagai kota mode terbesar tentu akan menghasilkan liputan media yang besar melalui majalah-majalah mode terdepan seperti Vogue, Elle, dan Marie Claire. Sudah tidak diperlukan waktu lama untuk mengetahui tren mode terbaru 3 karena saat ini hampir semua majalah mode memiliki situs digital yang memungkinkan pembaca untuk tahu berita terbaru dalam hitungan jam. Semua berita tentang detail busana hingga tren yang diprediksi akan mengglobal bisa dibaca oleh banyak orang diberbagai belahan dunia. Istilah-istilah mode yang ditampilkan pada artikel-artikel majalah bisa menjadi sesuatu yang membingungkan jika pembaca kurang familiar terhadap istilah-istilah tersebut. Dibutuhkan pengetahuan khusus untuk mengerti dan memahami istilah-istilah yang ditampilkan karena pada aktivitas sehari-hari jarang digunakan istilah yang spesifik untuk berbagai jenis pakaian dan aksesoris. Secara garis besar masyarakat umum cenderung hanya menyebutkan jenis-jenis pakaian dan aksesoris dasar seperti atasan, rok, celana, sepatu, tas, dll. Namun, pada artikel-artikel yang diterbitkan pada majalah mode terdapat berbagai istilah yang lebih spesifik. Artikel-artikel yang diambil berasal dari majalah mode Elle Perancis terbitan 31 Agustus 2013. Majalah tersebut dipilih karena telah menjadi salah satu majalah mode terbesar yang menjadi kiblat tren di seluruh dunia. Jenis artikel yang dikeluarkan juga sangat beragam sehingga memungkinkan untuk ditemukannya berbagai variasi kata dan istilah. Pada edisi tersebut terdapat lebih dari 100 halaman yang didedikasikan khusus untuk artikel tren mode. Pengelompokkan istilah dalam bidang mode bahasa Prancis akan menggunakan teori register yang merupakan bagian dari sosiolinguistik. Sosiolinguistik tidak hanya mempelajari tentang bahasa tetapi juga mempelajari tentang aspek-aspek bahasa yang digunakan oleh masyarakat 4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran yang telah dilakukan pada latar belakang telah ditemukan permasalahan yang dapat dikembangkan menjadi bahan penelitian. Permasalahan tersebut muncul karena terdapat banyak jenis dan kategorisasi dalam bidang register terutama register mode bahasa Prancis. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana klasifikasi leksikon yang terdapat dalam register mode berbahasa Prancis? 1.3 Tujuan Penelitian Rumusan masalah yang telah dibuat untuk penelitian ini tentu memiliki tujuan. Permasalahan-permasalahn tersebut dibutuhkan untuk membantu dan mempermudah proses klasifikasi register mode dalam bahasa Prancis. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengklasifikasikan leksikon yang terdapat dalam register bidang mode Bahasa Prancis 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian akan fokus pada artikel di majalah Elle Perancis terbitan Agustus 2013. Majalah ini dipilih karena jenis artikelnya yang variatif dan melingkupi berbagai aspek dalam tren busana. Terdapat lebih dari 100 halaman yang didedikasikan khusus untuk memuat tren berbusana dan istilah mode dalam bahasa Prancis 5 1.5 Landasan Teori 1.5.1 Sosiolinguistik Sosiolinguistik berasal dari kata “sosio” dan “linguistic”. Sosio sama dengan kata sosial yaitu berhubungan dengan masyarakat. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari dan membicarakan bahasa khususnya unsur-unsur bahasa dan antara unsur-unsur itu. Jadi sosiolingustik dalah kajian yang menyusun teori-teori tentang hubungan masyarakat dengan bahasa. Sosiolinguistik juga mempelajari dan membahas aspek –aspek kemasyarakatan bahasa khususnya perbedaanperbedaan yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor- faktor kemasyarakatan ( Nababan 1993:2). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik tidak hanya mempelajari tentang bahasa tetapi juga mempelajari tentang aspek-aspek bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Oleh karena itu teori sosiolinguistik bisa menjadi salah satu teori yang digunakan untuk membedah istilah-istilah mode. Perkembangan mode yang begitu pesat terutama dalam satu decade terakhir membuat teriptanya banyak teriptanya istilah-istilah spesifik yang hanya ada dalam dunia mode. Beberapa kata juga telah menjadi sebuah istilah khusus yang selalu dipakai delam artikel-artikel yang berhubungan dengan dunia mode walaupun pada awalnya kata tersebut memiliki korelasi makna yang berbeda. Contohnya pada punggunaan istilah printemps/été dan l’automne/l’hiver untuk istilah periode koleksi busana yang keluar setiap tahunnya. Kedua istilah tersebut tidak mengacu kepada penjelasan iklim di suatu wilayah tapi mengau pada waktu keluarnya sebuah koleksi pada perancang busana. 6 Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dengan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan erat. Sosiologi merupakan kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga, proses social dan segala masalah social di dalam masyarakat, akan diketahui cara- cara manusia 7 menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang bahasa, atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisipliner yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat (Chaer dan Agustina 2003: 2). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah antardisipliner yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan tersebut. Ditinjau dari nama, sosiolingustik menyangkut sosiologi dan linguistik, karena itu sosiolinguistik mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi kajian sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (Sumarsono 2004:1). Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti ilmu yang mempelajari tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi masyarakat tertentu. Sosiolinguistik cenderung 7 memfokuskan diri pada kelompok sosial serta variabel linguistik yang digunakan dalam kelompok itu sambil berusaha mengkorelasikan variabel tersebut dengan unit- unit demografik tradisional pada ilmu-ilmu sosial, yaitu umur, jenis kelamin, kelas sosio-ekonomi, pengelompokan regioanal, status dan lain- lain. Bahkan pada akhir-akhir ini juga diusahakan korelasi antara bentuk-bentuk linguistik dan fungsi- fungsi sosial dalam interaksi intra-kelompok untuk tingkat mikronya, serta korelasi antara pemilihan bahasa dan fungsi sosialnya dalam skala besar untuk tingkat makronya (Ibrahim, 1995:4). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa yang memfokuskan diri pada kelompok sosial serta variabel linguistik. Pada akhisrnya sosilingustik bisa menjadi teori untuk menganalisis tentang konteks social istilah-istilah mode yang semakin beragam. Istilah-istilah tersebut muncul dan dipakai dalam sebuah artikel majalah karena adanya permintaan pasar yang tinggi untuk memuat tren mode terbaru. Semakin spesifik deskripsi dan istilah yang dipakai tentu penjelasannya akan semakin terperinci dan menarik. Diperlukan adanya daftar istilah mode yang akan membantu pembaa untuk lebih mengerti dan memahami istilah-istilah mode tersebut. 1.5.2 Register Konsep- konsep mengenai register yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan skripsi diterangkan di bawah ini, pertama adalah pengertian register dan yang kedua adalah bentuk register. Register merupakan ragam bahasa yang dipergunakan untuk maksud tertentu, sebahagai kebalikan dari dialek sosial atau 8 regional ( yang bervariasi karena penuturnya) register ini dapat dibatasi menjadi lebih sempit dengan acuan pada pokok ujaran, pada media atau pada tingkat keformalan (Harman dan Stork dalam Alwasilah 1993 : 53). Register menurut Halliday (1994 :54) merupakan konsep semantik yang dapat didefinisikan sebagai suatu susunan makna yang dihubungkan secara khusus dengan susunan tertentu dari medan, pelibat, dan sarana. Ungkapan 13 susunan makna register termasuk juga ungkapan dari ciri leksikon gramatis dan fonologis yang secara khusus menyertai atau menyatakan makna- makna. Register merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya, yaitu bahasa yang digunakan tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya. Register mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial, yaitu proses sosial yang merupakan proses macam- macam kegiatan sosial yang biasanya melibatkan orang. Register merupakan bentuk makna khususnya dihubungkan dengan konteks sosial tertentu, yang di dalamnya banyak kegiatan dan sedikit percakapan, yang kadang- kadang sering disebut dengan bahasa tindakan. Register dipahami sebagai konsep semantik yaitu sebagai susunan makna yang dikaitkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu. Konsep situasi menurut Halliday mengacu pada tiga hal, yaitu (1) medan (field), (2) pelibat (tenor), (3) sarana (mode). Medan mengacu pada hal yang sedang terjadi atau pada saat tindakkan berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang disebutkan oleh para pelibat (bahasa termasuk sebagai unsur pokok tertentu). Pelibat menunjukkan pada orang yang turut mengambil bagian, sifat para pelibat, kedudukan dan peran mereka. Sarana menunjuk pada peranan yang diambil bahasa dalam situasi 9 tertentu, seperti bersifat membunjuk, menjelaskan, mendidik, dan sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sosiolinguistik menjelaskan konsep register secara lebih sempit, yakni mengacu pada pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan kelompok pekerjaan yang berbeda. Di samping itu register juga merupakan variasi bahasa yang berbeda satu dengan lainnya karena kekhasan penggunannya. Berdasarkan pada situasi pemakaiannya Chaer (1995 : 90) 14 menyatakan register merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu sesuai dengan profesi dan perhatian yang sama. Maryono (2002 :18) menyebutkan register merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya sifat- sifat khas keperluan pemakaianya, misalnya bahasa tulis terdapat bahasa iklan, bahasa tunjuk, bahasa artikel, dan sebagainya, dalam bahasa lisan terdapat bahasa lawak, bahasa politik, bahasa doa, bahasa pialang dan sebagainya.Ferguson (dalam Purnanto 2002 :21) berpendapat register adalah situasi komunikasi yang terjadi berulang secara teratur dalam suatu masyarakat (yang berkenaan dengan partisipan, tempat, fungsi-fungsi komunikatif, dan seterusnya) sepanjang waktu cenderung akan berkembang menandai struktur bahasa dan pemakaian bahasa yang berbeda dengan pemakaian bahasa pada situasi komunikasi yang lain Register sering dihubungkan dengan masalah dialek jika dialek berkenaan dengan bahasa yang digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan, maka register berkenaan dengan bahasa itu dugunakan untuk kegiatan apa. Masyarakat di daerah tertentu memiliki dialek yang berbeda dengan daerah lain. Meskipun 10 demikian, ada berbagai macam register yang muncul. Register tersebut disebabkan kegiatan masyarakat yang bermacam-macam. Alwasilah (1985:22) mengatakan bahwa penggunaan bahasa yang khas dalam linguistik disebut linguistik. Adi Sumartono (1993:24) mengatakan bahwa register merupakan perangkat makna pengguna bahasa dengan makna dan tujuan yang relevan dengan fungsi, bahasa secara khusus. Fungsi tersebut meliputi kata-kata, penggunaan istilah dan idiom-idiom, pilihan struktur, ragam lisan atau tulisan-tulisan dan gaya wacana. Halliday (1978 :25) mengemukakan bahwa register adalah bahasa yang dipergunakan saat ini. Tergantung pada apa saja yang sedang dikerjakan. Selain itu, sifat kegiatannya mencerminkan aspek lain dari tingkat social yang biasanya melibatkan orang. Dapat disimpulkan dari uraian tentang register di atas, register adalah ragam bahasa menurut pemakaianya, yaitu bahasa yang digunakan tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya. Register mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial, yaitu proses sosial yang merupakan macam- macam kegiatan sosial yang selalu melibatkan orang. Dalam penelitian ini register akan memiliki peran besar untuk bisa mengelompokkan dan memilah-memilah istilah mode dalam sub tertentu. Istilah mode yang begitu beragam membutuhkan klasifikasi yang spesifik untuk memudahkan pembaca mengerti tentang konteks dan makna istilah tersebut. Sebagai contoh pembaca awam biasanya hanya mengerti tentang istilah-istilah mode yang berhubungan dengan jenis pakaian umum seperti misalnya le pantalon, 11 la chemise, la jupe, dan le sac. Sedangkan pada artikel-artikel di majalah mode besar seperti Vogue terdapat banyak istilah yang lebih spesifik seperti yang berkaitan dengan detail pakaian, material pakaian, hingga teknik jahitan. 1.6 Tinjauan Pustaka Kajian tentang mode pernah dibahas oleh Destalian Bata Mallua dalam skripsinya yang berjudul Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Prancis dalam Bahasa Indonesia di Bidang Mode. Skripsi ini membahas tentang istilah-istilah mode dalam bahasa Perancis yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia dan perubahannya dalam proses tersebut. Skripsi menggunkan teori semantik dan teori pembentukan kata serapan. Selanjutnya adalah skripsdi Nadia Aviani dengan judul Register Fotografi Dalam Bahasa Pranis. Skripsi ini membahas tentang daftar istilah fotografi dalam bahasa Prancis yang diambil dari sebuah situs pembelajaran fotografi. Teori yang dipakai adalah teori sosiolinguistik dan register. Penelitian ini akan fokus membahas tentang register mode bahasa Prancis yang diambil dari majalah Elle Prancis yang diterbitkan pada Agustus 2013. Istilah-istilah dalam bidang mode tersebut akan dikelompokkan dan tidak membahas tentang perubahan makna dalam pembentukan istilah-istilah tersebut. Penelitian ini akan mempermudah pembaca dan masyarakat untuk memahami istilah-istilah mode dalam bahasa Prancis. 1.7 Metode Penelitian 12 Penelitian ini menggunakan metode analisis bahasa. Metode tersebut terdiri dari tahap pengumpulan data, analisis data, dan tahap penyajian data (Sudaryanto, 1993: 5-7). Data-data yang dikumpulkan berasal dari artikel majalah Elle Prancis edisi 13 Agustus 2013. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik catat dan disusun secara non alfabetis. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan diklasifikasikan menggunakan teori register dalam sosiolingustik. Penyajian data akan menggunakan tabel untuk mempermudah pembaca untuk memahami dan membandingkan varian kata yang ada dalam artikel-artikel tersebut. 13