BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi antarpribadi tidak dapat dielakkan dari kehidupan bermasyarakat. Hal ini terjadi karena tiap individu dalam kelompok memiliki perbedaan hakiki antarpribadi, perbedaan motif (dorongan-dorongan untuk mencapai kebutuhan yang berbeda baik kebutuhan biologis maupun soiologis) serta keinginan untuk memperoleh pengakuan dari orang lain dalam kelompoknya. Bila diperhatikan dengan sungguh dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkomunikasi antarpribadi dengan orang lain melalui penyampaian pesan atau berita, maksud, baik secara verbal atau non verbal. Dalam komunikasi antarpribadi tanda-tanda verbal yang diwakili dengan kata-kata dan ungkapan secara lisan maupun tertulis. Sementara tanda-tanda non verbal terlihat dalam ekspresi wajah dan gerak gerik, asesoris yang dipakai, kualitas suara, waktu dan ruang untuk menyatakan maksud tertentu. Pesan yang disampaikan juga bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu budaya dengan budaya lain. Variasi pada pesan ini juga dapat disimak melalui lambang atau simbol komunikasi berupa kata-kata “makian” yang berbeda dari suatu daerah dengan daerah lain. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, (2001-848) kata “makian” merupakan lambang atau simbol komunikasi antarpribadi yang memiliki arti yang kotor dan jorok atau kasar untuk mencelah seseorang dalam situasi tertentu. Lambang atau simbol komunikasi antarpribadi berupa kata-kata “makian” ini biasa diungkapkan peserta komunikasi (komunikator atau komunikan) secara spontan bila berada pada situasi tertentu. Selain bermakna jorok, ungkapan-ungkapan “makian” terkadang memliki arti lain dalam berkomunikasi komunikasi antarpribadi. Sering kali penggunaan kata-kata “makian” dimaksudkan untuk mencelah, merendahkan, mencerca atau menghina orang. Namun dalam situasi tertentu kata-kata “makian” memiliki arti positif seperti mengungkapkan keakraban, kerinduan. Pujian, rasa ingin tahu, rasa sakit, heran, kecewa, senang, terkejut, ungkapan gemas dan malu-malu. Di Amerika kata “Hey asshole” yang artinya lubang pantat merupakan kata yang memiliki arti yang kotor dan jorok. Akan tetapi pada situasi tertentu kata tersebut menjadi ungkapan sapaan bagi mereka yang sudah akrab. Hal ini serupa dengan ungkapan untuk menanyakan apa yang dilakukan seseorang dengan kata “what a hell are you doing”? akan tetapi pada situasi tertentu ungkapan tersebut dimaknai sebagai ungkapan keakraban. Lambang atau simbol komunikasi antarpribadi berupa kata-kata “makian” ini juga terdapat pada berbagai daerah di Indonasia dengan bentuk dan variasi yang berbeda dari suatu daerah dengan daerah lain. Misalkan kata sontoloyo dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2006) bermakna konyol, tidak beres, digunakan sebagai kata “makian”. Kata “makian” sontoloyo ini digunakan untuk seseorang yang menurut pandangan orang lain tidak becus. Walaupun kata sontoloyo bermakna kurang ajar, agak gila, akan berbeda dampak ucapan kata kurang ajar dan agak gila bagi orang yang dimaki. Namun, bagi orang yang terbiasa dengan kata sontoloyo, bisa juga ungkapan tersebut menjadi ungkapan keakraban. Kata jancuk pada kalangan Arek-arek Suroboyo misalnya, juga merupakan sebuah kata “makian”. Kata ini berasal dari kata “cuk” atau “encuk” yang berarti bersetubuh. Misalnya pada saat marah karena melihat sesuatu yang jelek mereka mengungkapkan “jancuk elek-e” atau pada saat mengungkapkan perasaan gemas arek-arek suroboyo meneriakan jancuuu….k! ‘jan’nya pendek bila diikuti ‘cuk’ yang panjang. Komunukasi antarpribadi berupa kata-kata “makian” juga tardapat pada remaja putra Maumere Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur (NTT). Bagi mereka yang sudah akrab terkadang menanyakan tujuan kepergian teman atau sahabat mereka dengan kata “makian”. Salah satu contoh kata “makian “ era yang berarti vagina. Misalnya Au era e..! Gai pae ma au? (vagina kamu mau kemana)? Begitu pula kalangan remaja putri di daerah Manggarai (NTT) kadang mengungkapkan ekspresi keakraban di antara mereka melalui kata-kata “makian” misalya dengan mengungkapkan kata ‘mengkus’ dari kata ‘memeng’ yang berarti vagina dan kata ‘kukus’, bila digabungkan menjadi kata memeng kukus (vagina kukus). Salah satu contoh misalkan terkejut bila melihat perubahan yang terjadi pada pada teman mereka dengan mengungkapkan kata “mengkus” (kependekan dari kata memeng kukus) Kau tambah gemuk saja”! Dan masih banyak lagi contoh lain dari fenemena komunikasi antarpribadi berupa kata-kata “makian” dengan berbagai variasi tidak terkecuali masyarakat Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur. Ungkapan lambang komunikasi antarpribadi berupa kata-kata “makian” terkadang menjadi hal yang biasa bagi masyarakat Ende. Kata-kata “makian” biasa diungkapakan oleh biasa saja sebagai salah satu bentuk ekspresi untuk menyatakan maksud tertentu bila seseorang berada dalam situasi tertentu, misalkan pada saat marah, menyesal melihat sesuatu, tekajut, saat mengungkpakan perasaan rindu dengan teman lama, atau pada saat kasakitan, saat terkejut, saat menawarkan atau menginginkan sesuatu dari teman dan eksperesi perasaan takut. Ungkapan berupa kata-kata “makian” pada komunitas Ende adalah ekspresi pada tataran masyarakat biasa atau orang tidak terikat pada hirarki dalam arti orang yang berasal dari latar belakang yang sama. Sehingga ekpresi verbal tidak dibebani dengan strata sosial atau jarak sosial. Hal ini dapat disebabkan karena pergeseran pengguanaan bahasa yang hirarkis ke bahasa yang egaliter atau dengan kata lain masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa daerah Ende dari pada bahasa Indonesia pada saat berkomunikasi antarpribadi. Hal ini menarik untuk diteliti karena masyarakat Ende menerima kata-kata “makian” seolah-olah hal yang baik dan benar walupun kata-kata “makian” tersebut mengandung makna kasar, kotor, dan jorok. Dari fenomena komunukasi antarpribadi dengan menggunakan kata-kata “makian” ini dapat diamati pada siswa-siswi Kelas II SMA Negeri 2 Ende. Karena siswa-siswi Kelas II SMA Ngeri 2 Ende merupakan bagian dari komunitas Ende secara otomatis terpengaruh dengan budaya setempat. Dari aspek sosiologis mereka berada pada strata sosial yang sama yaitu pelajar dengan kelas yang sama. Selanjutnya dari segi usia mereka juga tergolong remaja, yang terkadang kurang kontrol dalam mengungkapkan suatu kata. Berdasarkan pengamatan awal, bahwa dalam berinteraksi terlihat para siswa sering menggunakan kata-kata “makian” untuk mengungkapkan isi hati mereka, baik untuk mengungkapkan hal-hal positif maupun negatif. Sisi negatif mengungkapkan rasa marah mereka menggunakan “makian” dalam bahasa daerah misalnya: Mboko, Ndaru, Rhi’e, Rhapa, (kemaluan pria) Puki, Mburi, Weza, (vagina) Puki mai (Vagina tapi lebih khusus untuk Ibu), lase (buah pelir), sambe dan mbua (bulu). Selanjutnya kata anjing, babi, sundal, kurang ajar, pantat bangsat,gila, gigi, monyet dan kata sial dalam bahasa Indonasia. Kata- kata “makian” ini dapat diungkapkan untuk hal-hal positif seperti ungkapan perasaan rindu. Fenomena penggunaan kata-kata “makian” untuk mengekspresikan hal-hal positif dan negatif ini menarik untuk diteliti. Sebab sebagian siswa-siswi kelas II SMA Negeri 2 Ende merasa kata-kata “makian” tersebut bermakna negatif tetapi dalam realitas lebih banyak orang menggunakannya untuk menjalin komunikasi. Dan hal tersebut kadang dimaklumi atau diterima masyrakat Ende sebagai hal yang wajar. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Dengan demikian berdasaarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah makna kata-kata “makian” saat berkomunukasi antarpribadi pada siswa-siswi Kelas II SMA Negeri 2 Ende? 1.3 TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkanan makna penggunaan katakata “makian” saat berkomunikasi antarpribadi pada siswa-siswi Kelas II SMA Negeri 2 Ende. 1.4 KEGUNAAN PENELITIAN Kegunaan dari penelitian ini debedakan atas dua aspek, antara lain aspek teoritis dan aspek praktis. Kegunaan teoritis berhubungan dengan ilmu pengetahuan sedangkan kegunaan praktis memerlukannya. berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bagi pihak yang 1.4.1 Kegunaan teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan studi komunikasi antarpribadi berupa makna penggunaan kata-kata “makian” saat berkomunikasi pada siwa-siswi Kelas II SMA Negeri 2 Ende. 1.4.2 Kegunaan praktis 1. Memberi tambahan pengetahuan bagi peneliti dan masyarakat tentang makna penggunaan kata-kata “makian” saat berkomunikasi antarpribadi khususnya pada siswa-siswi Keles II SMA Negeri 2 Ende. 2. Melengkapi kepustakaan pada FISIP Unwira Kupang khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi tentang makna penggunaan kata-kata “makian” saat berkomunikasi. 1.5 KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTES 1.5.1 Kerangka Pikiran Kerangka pikiran merupakan penalaran yang menjadi titik pijak telaah untuk memudahkan peneliti melihat makna penggunaan kata-kata “makian” saat berkomunikasi antarpribadi. Kerangka pikiran ini berfungsi sebagai konstruksi pikiran dan sebagai landasan rasional untuk menelaah makna penggunaan kata “makian” saat berkomunikasi. Dalam pergaulan sehari-hari siswa-siswi Kelas II SMA Negeri 2 Ende menggunakan kata-kata “makian” untuk mengungkapkan perasaan positif dan negatif dalam berkomunikasi antarpribadi. Penggunaan kata-kata “makian” ini memiliki makna-makna tertentu antara lain: untuk menawarkan sesuatu, ingin tahu, terkejut, ungkapan kesakitan, heran, ungkapan rasa rindu, memuji, menyatakan kekecewaan, menyatakan persaan takut, menyatakan kegembiraan, panik, malu-malu, marah dan gemas. Sesuai dengan pemahaman konseptual yang telah diuraikan di atas maka alur kerangaka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar I Skema kerangka pemikiran Makna Siswa-siswi Kelas II SMA Negeri 2 Ende 1.5.2 Hipotesis Penelitian Penggunaan Kata-kata “makian” Tawaran Ingin tahu Terkejut Ungkapan rasa sakit Heran Ungkapan rasa rindu Memuji Ungkapan kecewa Ungkapan ketakutan Ungkapan panik Ungkapan malu- malumalu Marah Ungkapan gemas Dalam penelitian kualitataif deskriptif dengan varian studi kasus pengambilan hipotesisnya adalah hipotesis kerja yang akan menjadi pegangan penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Jadi hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: penggunaan kata-kata “makian” dalam berkomunikasi antarpribadi ternyata memiliki makna-makna tertentu, antara lain ungkapan penawaran, ungkapan rasa ingin tahu, ungkapan kesakitan, heran, memuji, menyatakan kekecewaan, menyatakan perasaan takut, ungkapan kegembiraan, ungkapan panik, ungkapan malu-malu, ungkapan marah serta ungkapan gemas.