JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015 PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN DI SEKOLAH DASAR Erwin Syafi’i Ma’arif PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya ([email protected]) Supriyono PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya Abstrak Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 07 November 2014 pada pembelajaran tematik, belum terlihat pembelajaran tematik yang sebenarnya. Pembelajaran masih menekankan pada sejumlah fakta dan konsep. Guru juga masih sering menggunakan metode ceramah, meskipun kadang diselingi dengan metode Tanya jawab, namun guru belum dengan teman sebangkunya, ada yang memukul-mukul mejabahkan ada yang mengantuk. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mojorejo 1 Kecamatan Jetis Mojokerto melalui penerapan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tematik Matematika dan Bahasa Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri - dari 2 siklus setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu perancanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Mojorejo 1 Kecamatan Jetis Mojokerto.Data penelitian diperoleh melalui observasi, dan tes .Data tes hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan persentasi ketuntasan belajar secara individu dan klasikal kemudian dijabarkan secara diskriptif. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan persentasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan siklus II.Aktivitas guru mengalami peningkatan sebesarnya 23,75% yaitu dari 67,79% pada siklus I menjadi 86% pada siklus II. Sedangkan aktifitas siswa mengalami peningkatan sebesar 19,30% yaitu dari 73,2% pada siklus I menjadi 89,25% pada siklus II. Hasil belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan sebesar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia 74% dan matematika 71 % pada siklus I menjadi 91% pada mata pelajaran yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, Hasil belajar, Tematik. Abstract Based on the results of observation made by researchers at the date of Desember 2014 on thematic learning, have not seen the actual thematic learning. Learning is focused on a number of facts and concepts. Theachers are also still often use the lecture method, although sometimes interspersed with question and answer method, but the teacher has not been able to condition the student to focus on material. There are many student who are chatting with friends on table, there banging the table and some have sleepy. This study aimed to describe the activities of the teacher, student activities, and student learning outcomes of class 4 SDN Mojorejo I Jetis Krickcaldy District of Mojokerto through the application of STAD cooperative models in thematic learning mathematics and Indonesian. This type of research is action research that consist of 2 cycles. Each cycle is carried out through four stages : planning, implementation, observation, and reflection. The subjects were all students of class 4 SDN Mojorejo I Jetis Kirkcaldy District of Mojokerto. Data were obtained through observation, and testing. Data resulting from the activity of the teacher and student observation analyzed in terms of percentage. Student achievement test data were analyzed based on the percentage of mastery learning individually and then classically described descriptively.The result showed an increased in the percentage of all teacher in the first cycle and second cycle. Teacher activity increased by 23.75% from 67.79% n the first cycle to 86% in the second cycle. While the student activity increased by 19.30% from 73.2% in the first cycle to 89.25% in the second cycle. Student learning outcomes acquired SDN Mojorejo I class 4 Jetis Mojokerto hs increased. Mastery learning in classical student increased by the Indonesian subject 74% and 71% maths in the first cycle to 91% to eyes Indonesian subjects and 91% in mathematics I the second cycle. Based on the obtained result it can be concluded that the application of the model STAD cooperative learning can improve student learning outcomes. Keyword: Model STAD cooperative learning, Learning outcomes thematic. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Achivement Devision (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto ? (3) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Devision (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto ? Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan Penelitian adalah : (1) Untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Devision (STAD) pada tema Indahnya Kebersamaan dikelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto. (2) Untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada tema indahnya kebersamaan dikelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto. (3) Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada tema Indahnya Kebersamaan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto. Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Devinision (STAD) adalah merupakan pembelajaran yang paling sederhana tetapi sangat tepat dan relevan untuk menumbuh kembangkan kepekaan dan pola pikir active, creative, innovative dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dilingkungan sekitar baik secara individu maupun kelompok. Hasil belajar adalah kemampuan baik itu kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang didapat siswa dari proses perolehan ilmu yang ada dan terus melekat. Dalam Student Team Achievement Division (STAD) para siswa dibagi dalam tim belajar yang berbeda – beda tingkat kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa anggota tim telah menguasai pelajaran. Menurut Nurhadi (2003:60) pengertian pembelajaran kooperatif adalah sistem didasarkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial berinteraksi dengan sesama. Guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Achievement Division ( STAD), harus mengaju pada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik yang baru pada siswa setiap menggunakan presentasi verbal atau teks. Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dalam kelompok. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lebih lemah. Dan PENDAHULUAN Perkembangan zaman akan berpengaruh dalam sebuah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan pendidikan di Indonesia ditandai dengan perkembangan kurikulum yang telah menerapkan enam kurikulumyaitu kurikulum 1969kurikulum 1975 kurikulum 1984 kurikulum 1994 kurikulum 2004terakhir kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP). Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk memadukan beberapa materi pembelajaran dart berbagai standart kompetensi dan kompetensi dasar dart satu atau beberapa mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan sehari – hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek – objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Pembelajaran tematik dengan menggabungkan Standar Kompetensi dari Mata Pelajaran Matematika, dan Bahasa Indonesia. Maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR SISWA PADA TEMA Indahnya Kebersamaan Di KELAS IV SDN MOJOREJO I JETIS MOJOKERTO”. Peningkatan aktivitas guru setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Devision (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar pada tema Indahnya Kebersamaan siswa kelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto, peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Devision (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah peningkatan aktivitas guru setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Devision(STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema Indahnya Kebersamaan di kelas IV SDN MojorejoI Jetis Mojokerto? (2) Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa di kelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto setelah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team 587 JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015 tiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi sehingga terjadi interaksi positif antar anggota kelompok maupun antar kelompok. Secara rinci ciri – ciri model pembelajaran kooperatif tipe Student Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut : Tujuan kognitif berupa infomiasi akademik sederhana, tujuan sosial berupa kerja kelompok dan kerjasama, Struktur kelompok harus heterogen dengan 4 – 5 orang anggota, pemilihan topik pelajaran dipilih oleh guru, tugas utama siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya, penilaian dengan menggunakan tes mingguan, pengakuan dengan menggunakan lembar pengetahuan dan penghargaan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah Siswa dapat menyampaikan ide ide dan ga gasannya, dapat melatih keberanian siswa, dapat melatih kemandirian siswa, siswa dapat saling membantu, siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang mampu. Kelemahan dengan menggunakan Student Achievement Division (STAD). Adanya siswa yang fakum atau kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung, siswa tidak memiliki catatan secara individu, ada siswa yang takut untuk presentasi sehingga siswa tersebut tidak mau mengikuti pelajaran, membedakan siswa didalam kelompok. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni : faktor dari diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Clark (dalam Nana Sudjana. 2011:39), bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni (a) bakat belajar, (b) waktu yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e) kemampuan individu. Matematika pada hakekatnya merupakan ilmu yang berkenaan dengan ide – ide, struktur – struktur, dan hubungan – hubungan yang tersusun secara hirarki dan penalaran deduktif Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan teorema – teorema dan aksioma – aksioma yang merupakan suatu pernyataan benar bersifat umum, dan tidak perlu lagi dipersoalkan. Dalam pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar, diharapkan terjadi penemuan kembali. Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang baru. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (BSNP, 2006), matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek subyek dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu penalaran suatu konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga berkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Pendidikan dan pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa disekolah, dan merupakan suatu tantangan tersendiri bagi seorang guru. Mengingat bahasa ini bagi sebagian sekolah merupakan bahasa pengantar yang dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran yang lain. Selain itu juga berfungsi membantu peserta didik untuk mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut dan menemukan kemampuan imajinatif Sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada saat ini, mata pelajaran Bahasa Indonesia sering diremehkan oleh sebagian besar siswa, bahkan dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan, khususnya dalam aspek membaca. Beberapa hal penyebab menurunya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran membaca adalah : (1) kurangnya minat siswa dalam kegiatan membaca, (2) kurangnya motivasi siswa, baik dari dalam diri mereka sendiri maupun dari lingkungan belajar. Hal ini disebabkan karena siswa kurang terampil dalam membaca, tidak pernah memanfaatkan buku yang tersedia diperpustakaan sekolah, (3) pengembangan strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan daya imajinasi siswa dan kreatifitas siswa dalam berbahasa maupun bersastra, (4) media yang digunakan dalam pembelajaran kurang sesuai sehingga siswa kurang bersemangat dalam belajar. Batasan masalah ini hanya di fokuskan pada: Tema : Indah Kebersamaan Subtema 1 : Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 2 Kompetensi Dasar 3.4 Mengenal sudut siku = siku melalui pengamatan dan membandingkan dengan sudut yang berbeda 4.3 Mempresentasikan sudut lancip tumpul dalam bangun datar Indikator 3.4.1 Membedakan yang sudut lancip, tumpul, dan sikusiku 4.3.1Mengukur besar sudut dengan menggunakan busur Pembelajaran 5 Kompetensi Dasar 1.4 mengenal sudut siku- siku melalui pengamatan dan membandingkan dengan sudut yang berbeda Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa 1.5 mempresentasikan menggunakan busur besar sudut dengan mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Mengingatkan kerjasama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. PengertianTipe STAD adalahpembelajaran cooperative yang masing – masing kelompok memiliki kemampuan heterogen. Menurut Nurhadi (2003:60) pengertian pembelajaran cooperative adalah sistem di dasarkan bahwa manusia sebaga imakhluk social berinteraksi dengan sesama. Landasan Teori Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) Robert Salvin dan teman – temannya di Universitas John Hopkons merupakan salah satu pencetus pembelajaran kooperatif. Guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD), harus mengaju pada belajar kelompok siswa,menyajikan informasi akademik yang baru pada siswa setiap menggunakan presentasi verbal atau teks. Rachmadiarti (2003:13) menyatakan bahwa Student Team Achievement Division (STAD) Siswa dalam satu kelas tertentu menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 – 5 orang,setiap kelompok haruslah heterogen terdiri dari perempuan dan laki – laki. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran. Student Achievement Division (STAD) adalah para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari 4 – 5 orang yang berbeda – beda tingkat kemampuan jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Gurumenyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu. Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dalam kelompok. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lebih lemah.Dan tiap anggota kelompok tetap member sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi sehingga terjadi interaksi positif antar anggota kelompok maupun antar kelompok. Secara rinci Ciri – ciri model pembelajaran kooperatif tipe Student Achievement Division (STAD) sebagai berikut: (1) Tujuan kognitif berupa infomiasi akademik sederhana. (2) Tujuan sosial berupa kerja kelompok dan kerjasama. (3) Struktur kelompok harus heterogen dengan 4 – 5 orang anggota. (4) Pemilihan topik pelajaran dipilih oleh guru. (5) Tugas utama siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya. (6) Penilaian dengan menggunakan tes mingguan. (7) Indikator 1.4.1 Membedakan yang sudut lancip, tumpul, dan sikusiku 1.5.1 Mengukur besar sudut dengan menggunakan busur Pembelajaran 6 Kompetensi Dasar 4.5 Mengenal sudul siku-siku melalui pengamatan dan membandingkandengan sudut yang berbeda 4.3 Mempresentasikanbesar sudut dengan menggunakan busur Indikator 4.2.1 Membedakan segi banyak dan bukan segi banyak 4.3.1Mengidentifikasi sudut-sudut yang ada dalam bangun datar dan mengukurbesar sudut. METODE Student Team Achivement Devision (STAD) merupakan salah satu model Cooperative Learning (CO) yaitu sebuah bentuk pembelajaran bernuansa kerja team yang menyertakan segala kaitan,interaksi,dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar secara bertahap,yakni penyajian materi oleh guru,siswa bekerja dalam team yang terdiri dari 4 – 5 anggota dengan latar yang berbeda. Sumber model pembelajaran kooperatif dilihat dari aktifitas siswa dalam menggunakan pembelajaran klasikal tidak efisien di dalam kreatifitas anak dan Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan model pembelajaran kooperatif.Dalam Student Team Achievement Division (STAD) para siswa dibagi dalam tim belajar yang berbeda – beda tingkat kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya siswa mengerjakan tugas mengenai pelajaran tersebut secara individual saat itu mereka tidak boleh saling bekerjasama.Dari kuis ini didapatkan skor individual dan skor rata – rata tim. Skor tim dihitung berdasarkan kemajuan yang diperoleh oleh tiap anggota tim. Para pakar yang memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan model pembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbet Thelan. Menurut John Deway (1969;8) kelas merupakan cermin masyarakat yang lebih besar. Thelan telah 589 JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015 Pengakuan dengan menggunakan lembar pengetah uan dan penghargaan. Sintaks model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru memulai pembelajarannya dengan menyajikan informasi akademik baru pada siswa,siswa didalam kelas dibagi kedalam kelompok dengan anggota 4 – 5 anggota siswa yang diatur secara heterogen.Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD diajarkan keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya,seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, adapun sintaks dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (a) Siswa dapat menyampaikan ide ide dan gagasannya. (b) Dapat melatih keberanian siswa. (c) Dapat melatih kemandirian siswa (d) Siswa dapat saling membantu, siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang mampu. Kelemahan dengan menggunakan Student Achievement Division (STAD). (a) Adanya siswa yang fakum atau kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. (b) Siswa tidak memiliki catatan secara individu. (c) Ada siswa yang takut untuk presentasi sehingga siswa tersebut tidak mau mengikuti pelajaran. (d) Membedakan siswa didalam kelompok. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif danmemandang unsur – unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda – Benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan – aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat dan Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri, yaitu : (a) Konkrit, (b) integrative, (c) Hirarkis Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal – hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan. Integrative, pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah – milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. Hirarkis, pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkernbang secara bertahap mulai dari hal – hal yang sederhana ke hal – hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi. Perubahan yang terjadi sebagai hasil dari proses pembelajaran dapat dilihat melalui beberapa bentuk seperti : perubahan tingkat penguasaan pengetahuan, pemahaman konsep, ketrampilan dan kecakapan sikap serta aspek – aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Hasil belajar yang diharapkan yaitu siswa memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kecakapan berfikir yang baik. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni : faktor dari diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Clarkl (dalam Nana Sudjana. 2011:39 ), bahwa basil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Hasil belajar pada hakekatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Pendapat itu sejalan dengan teori belajar di sekolah dari Bloom2 (dalam Nana Sudjana.2011:40 ), yang mengatakan ada tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah, yakni karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa. Sedangkan Caroll 3 (dalam Nana Sudjana. 201 1:40), berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni (a) bakat belajar, (b) waktu yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan(e) kemampuan individu. Empat faktor yang disebut diatas (a b c d e) berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor (d) adalah faktor diluar individu (lingkungan). Kedua faktor diatas (kemampuan siswa dan kualitas pengajaran) mempunyai hubungan berbanding lures dengan hasil belajar siswa. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Penelitian dengan judul “Meningkatkan hasil belajar siswa pada tema dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Achievement Division (STAID di kelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto” termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK) penelitian ini dilakukan didalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru kelas atau disekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran (Arikunto, 2010:135). Sedangkan Akbar (2009:26) juga berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah proses investigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran dikelas. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila indikatornya sudah mernenuhi kriteria ini yang ditetapkan peneliti.Suatu indikator dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria sebagai berikut : (a) Hasil observasi Aktifitas Guru, Dilihat dari ketercapaian aktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran dikatakan tuntas jika mencapai keberhasilan lebih dari atau sama dengan ≥ 80 %. (b) Hasil observasi Aktifitas Siswa, Dilihat dari ketercapaian aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dikatakan tuntas jika mencapai keberhasilan lebih dari atau sama dengan ≥ 80 %. (c) Hasil Belajar Siswa, Dilihat dari basil belajar berupa tes.Siswa secara klasikal dianggap tuntas belajar apabila mendapat nilai ≥ 80% dan secara individu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 75. Landasan Pembelajaran tematik mencakup:Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivism dan humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi hares diinterpretasikan sendiri oleh masingmasing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan / kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikoiogi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, dan minat. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Tematik Sebagai bagian dari pembelajaran terpadu, maka pembelajaran tematik memiliki prinsip dasar sebagai hal pembelajaran terpadu. Menurut Ujan ( dalam Trianto, 2010:84), pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari – hari. Tema ini menjadi alat mempersatu materi yang beragamdari beberapa materi pelajaran. Pengajaran tematik tidak holeh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran harus disamakan dengan tema dan mempertimbangkan karakteristik siswa, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak perlu dipadukan. Secara umun prinsip – prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa prinsip yakni prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi, dan prinsip reaksi. Karakteristik Pembelajaran Tematik Menurut Depdiknas, pembelajaran tematik memililki beberapa ciri khas antara lain : (1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah Dasar. (2) Kegiatan – kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik yang bertolak dari minat kebutuhan siswa.(3) 591 JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015 Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lama. (4) Membantu mengembangkan ketrampilan berfikir siswa.(5) Menyajikan kegiatan belajar yang sesuai dengan permasalahan yang sering ditemukan siswa dalam lingkungannya. (6) Mengembangakan ketrampilan siswa seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Pendidikan Matematika, Alam semesta itu bagaikan sebuah buku raksasa yang hanya bisa dibaca jika orang mengerti bahasanya, akrab dengan lambang dan huruf yang dipakai di dalamnya. Dan bahasa alam semesta itu tidak lain adalah matematika, menurut Galileo Galilai(dalam Sriyanto.2007:3). Sedangkan hakikat matematika menurut Soejadi (dalam Heruman.2007:1) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir deduktif. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika pada hakekatnya merupakan ilmu yang berkenaan dengan ide – ide, struktur – struktur, dan hubungan – hubungan yang tersusun secara hirarki dan penalaran deduktif Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan teorema – teorema dan aksioma – aksioma yang merupakan suatu pernyataan benar bersifat umum, dan tidak perlu lagi dipersoalkan. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Dalam pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar, diharapkan terjadi penemuan kembali. Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas.Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal barn bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang baru. Bruner ( dalam Heruman. 2007:1 ), dalam metode penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukan. Menemukan di sini terutama adalah menemukan lagi ( discorvery ), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru ( invertion ).Datam pembelajaran ini guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberitahu. Dalarn maternatika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal itu akan mudah dilupakan siswa. Menurut Heruman (2007:2) Pepatah Cina mengatakan,“Saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti”. Guru matematika di Sekolah Dasar mempunyai tugas yang kompleks. Tugas tersebut antara lain adalah memaharni dengan baik mated matematika yang akan diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik belajar maternatika untuk pembelajaran yang dilaksanakan, memahami cara mengajarkan matematika yang efektif, menggunakan cara – cara pembelajaran matematika, sertamemperoleh wawasan yang utuh tentane tugas mengajar matematika di SD, dan pada gilirannya mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan efektif pada saat mengajarkan matematika. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (BSNP, 2006), matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek subyek dan dibangun melatui proses penalaran deduktif, yaitu penalaran suatu konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga berkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Dalam GBPP mata pelajaran matematika SD Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (BSNP, 2006), tujuan diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar pada hakekatnya dapat dibagi menjadi dua bagian , yaitu : Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selatu berkembang metalui latihan dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari – hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Pada Tingkat Satuan Dasar (SD) tujuan khusus pengajaran matematika adalah sebagai berikut Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung menggunakan bilangansebagai alat dalam kehidupan sehari – hari. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialiligunakan inclalui kegiatan matematika. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lebih lanjut di Sekolah Lanjut Tingkat Pertama ( SLTP ). Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin. Hakekat pendidikan Bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk mcningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Komunikasi tersebut tentunya dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa mempelajari semua bidang studi BSNP. Untuk berbahasa dengan baik dan benar, maka diperlukan pendidikan danpembelajaran Bahasa Indonesia. Pendidikan dan pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa disekolah, dan merupakan suatu tantangan tersendiri bagi seorang guru. Mengingat bahasa ini bagi sebagian sekolah merupakan bahasa pengantar yang dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran yang lain. Selain itu juga berfungsi membantu peserta didik untuk mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasatersebut dan menem ukan kemant puan imajinatiI Sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada saat ini, mata pelajaran Bahasa Indonesia sering dircrnehkan oleh sebagian besar siswa, bahkan dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan, khususnya dalam aspek membaca. Kesulitan siswa dalam membaca biasanya terlihat ketika siswa diminta untuk membaca bacaan atau cerita kemudian siswa menceritakan kembali isi cerita dengan menggunakan kata – kata mereka sendiri. Siswa sering mengeluh dan terlihat bingung dengan apa yang ingin mereka ceritakan. Kebosanan, kejenuhan serta kebingungan siswa dalam hal membaca yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto ditemukan beberapa hal penyebab menurunya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran membaca adalah : (1) kurangnya minat siswa dalam kegiatan membaca. Pada urnumnya siswa merasa bosan dan jenuh ketika ditugasi untuk membaca bacaan atau cerita kemudian menjelaskan kembali isi bacaan tersebut dengan kata – kata mereka sendiri, (2) kurangnya motivasi siswa, baik dari dalam diri mereka sendiri maupun dari lingkungan belajar. Hal ini disebabkan karena siswa kurang terampil dalam membaca, tidak pernah mernanfaatkan buku yang tersedia diperpustakaan sekolah, (3) pengembangan strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan daya imajinasi siswa dan kreatifitas siswa dalam berbahasa maupun bersastra, (4) media yang digunakan dalam pembelajaran kurang sesuai sehingga siswa kurang bersemangat dalam belajar. Untuk mengoptimalkan kemampuan membaca, diperlukan strategi pembelajaran yang lebih menekankan pada aktifitas dan kreatifitas belajar sisvva selarna proses pembelajaran berlangsung. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran hares lebih banyak di banding dengan guru. Strategi pembelajaran yang akan digunakan peneliti untuk mengatasi permasalahan yang telah diuraikan adalah melalui buku cerita bergambar. Buku cerita bergambar merupakan buku yang berisikan cerita beserta gambar anak – anak, melalui buku cerita bergambar siswa langsung berinteraksi dengan cerita tersebut, siswa dapat memahami, menghayati, dan merespon cerita yang sudah dibaca. Buku cerita bergambar juga dapat memotivasi anak untuk membaca, sehingga mempermudah anak untuk menjelaskan kembali isi cerita atau bacaan yang telah dibacanya. Siswa bisa memanfaatkan buku cerita yang tersedia diperpustakaan sekolah. Dengan strategi ini diharapkan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas, dimana dalam pelaksanaannya siklusnya tidak dibatasi sampai penelitian berhasil. Tiap siklus mengikuti beberapa tahapan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan penelitian tindakan kelas ( PTK ) siklus satu dilakukanperbaikan pada siklus kedua dan seterusnya sampai berhasil. Tahap Perencanaan mempersiapkan materi KD I semester I Kelas I Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan mengintegrasikan (mata pelajaran matematika dan Bahasa Indonesia), menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP, membuat skenario kegiatan dengan mengutamakan tujuan keberhasilan belajar dalam langkah – langkah kerja, mempersiapkan Instrumen yang diperlukan dalam penelitian berupa lembar observasi guru, observasi siswa dan basil belajar siswa, menyusun alat evaluasi pembelajaran berupa tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, sebelum dilakukan penelitian siswa dilatih pembelajaran dengan menggunakan terra lain untuk pembiasaan. Jika perencanaan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan yang cukup matang, maka pada tahap pelaksanaan semata – mata merupakan pelaksanaan perencanaan itu. Menurut Arikunto, dkk (2010:18) pada tahap pelaksanaan dari penelitian kelas adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. yaitu menggunakan tindakan di kelas. Dalam melaksanakan pengamatan dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung peneliti dan guru kelas SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto melakukan dengan cara : mengamati, dan mencatat kejadian – kejadian yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai dengan fokus penelitian yang sudah ditentukan. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dievaluasi sehingga dapat ditentukan dan di ukur keberhasilan atau kegagalan sehingga dengan itu dapat dilakukan upaya – upaya selanjutnya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan semula. Dengan kata lain, refleksi merupakan pengajian terhadap keberhasilan dan kegagalan pencapai 593 JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015 tujuan. Untuk maksud ini guru hendaknya terlebih dahulu menentukan kriteria keberhasilan. Teknik observasi ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang pertama. Observasi atau yang disebut pengamatan adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Teknik Tes (test) digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua adalah mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bekat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik Penelitian Lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Penelitian lapangan bisa dilakukan untuk memutuskan kearah mana penelitiannya berdasarkan lapangan biasa dilakukan di luar ruangan. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai oleh siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Pada gambaran umum kondisi tempat penelitian, menjelaskan tentang gambaran kondisi sekolah, gambaran kondisi guru dan gambaran kondisi siswa di tempat penelitian. Pada hasil penelitian, menjelaskan tentanghasil pelaksanaansiklus I, hasil pelaksanaansiklus II.Sedangkan pada pembahasan, menjelaskan tentang aktivitas guru selama pembelajaran, aktivitas siswa selama pembelajaran, hasil belajar siswa dan respon siswa selama penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto. Kondisi sekolah ini terletak di jalan Raya Mojorejo I Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. Adapun batas-batas dari sekolah ini, sebelah barat dan utara berbatasan dengan sawah, sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk, sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya. Sekolah ini memiliki 12 ruangan yan terdiri dari: 6 ruang kelas mulai dari kelas 1 sampai kelas IV dan juga ada beberapa ruang lainnya seperti:1 ruang kantor, 1 ruang guru, 1 mushola, 1 perpustakaan, dan 2 gudang. Kelas yang dijadikan sebagai penelitian adalah kelas 1, dimana kelas 1 ini tempatnya cukup luas sehingga penataan tempat duduk yang akan digunakan sebagai diskusi kelompok lebih mudah untuk diubah. Kondisi guru, jumlah guru dari sekolah 10 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru kelas I sampai kelas VI dan 1 pak kebun. Latar belakang pendidikan guru yang ada di SD ini kebanyakan dari lulusan S1 pada umumnya. Guru di SD ini bersikap terbuka terhadap pembelajaran baru dan selalu melakukan. Inovasi pembelajaran. Dengan baik guru yang dijadikan sebagai pengamat pada penelitian ini adalah guru kelas IV SDN Mojorejo 1 Jetis Mojokerto. Kondisi siswa SDN Mojorejo 1 Jetis Mojokerto ini terdiri- dari siswa kelas 1 sampai dengan kelas VI dengan jumlah 184 siswa. Siswa yang dijadikan subyekpenelitian adalah siswa kelas IV yang terdiri dari 35 siswa dengan siswa perempuan 23 sedangkan siswa laki-laki 12 anak dipilihnya siswa kelas IV, menurut Piaget siswa pada usia kelas IV termasuk dalam tahap operasional konkrit, dimana pada tahap ini siswa sudah dapat melakukan perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis dan pemikirannya tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengkoordinasikan beberapa karakteristik berpikirnya bersifat rasional sehingga materi yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa. Pembahasan Hasil penelitian tentang Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar pada tema Indahnya Kebersamaan Siswa Kelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto. Dapat diuraikan berdasarkan siklus – siklus tindakan pembelajaran, dimana setiap siklus terdapat tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data ini berupa hasil pengamatan hasil aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung dan data hasil belajar yang diberikan diakhir siklus penelitian. Pelaksanaan setiap siklus penelitian. Setelah selesai semua siswa diberikan lembar penelitian oleh guru dan dikerjakan secara individu. Pada kegiatan akhir siswa bersama guru menyampaikan materi yang telah dipelajari dan guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dan kelompok yang mendapat nilai tertinggi. Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam. Peningkatan aktivitas guru dan siswa dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media benda konkrit, siswa dan guru lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan menyampaikan gagasan. Hal ini dapat menimbulkan keinginan kepada siswa sehingga membuat siswa berfikir untuk memecahkan suatu permasalahan dan membuat menjadi aktif. Peningkatan persentase aktivitas siswa dan peningkata aktivitas guru akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan media benda Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa konkrit dapat dilihat pada hasil tes belajar siswa selama dua siklus. Persentase siklus I dibidang studi Bahasa Indonesia 74% dan Matematika 71%. Pada siklus II dibidang Bahasa Indonesia 91% dan Matematika 91%, hasil belajar mengalami peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan pembelajaran klasikal yang ditetapkan yaitu ≥80% dan secara individu mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM) yang ditetapkan yaitu ≥75%. Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian tindakan kelas tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema Indahnya Kebersamaan kelas IV SDN Mojorejo I Jetis, maka dapat disimpulkan bahwa : Aktifitas guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Persentasi di siklus I 67,79% sedangkan pada silklus II mencapai 89,25%. Aktifitas siswa selamaproses penbelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami pningkatan dari siklus I sampai siklus II. Persentase di siklus I 73% sedangkan pada siklus II mencapai 83%, aktivitas siswa yang menonjol adalah siswa yang lebih aktif dalam mendengarkan penjelasan guru, bekerja dalam kelompok dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru, adanya peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat hasil belajar siswa selama dua siklus. Persentase siklus I dibidang studi bahasa Indonesia 74% dan matematika 71% pada siklus II dibidang studi bahasa Indonesia 91% dan matematika 91%. Hasil belajar mengalami peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan pembelajaran klasikal yang ditetapkan yaitu ≥ dan secara individu. Mencapai Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) yang ditentukan yaitu ≥75. pningkatan dari siklus I sampai siklus II. Persentase di siklus I 73% sedangkan pada siklus II mencapai 83 % . Aktivitas siswa yang menonjol adalah siswayang lebih aktif dalam mendengarkan penjelasan guru, bekerja dalam kelompok dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru. (3) Adanya peningkatan hasil belajar siswaselama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat hasil belajar siswa selama dua siklus. Persentase siklus I dibidang studi bahasa Indonesia 74% dan matematika 71% pada siklus II dibidang studi bahasa Indonesia 91% dan matematika 91% .Hasil belajar mengalami peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan pembelajaran klasikal yang ditetapkan yaitu ≥ dan secara individu Mencapai Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) yang ditentukan yaitu ≥75. (4) Adanya peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat di lihat pada hasil tes belajar siswa selama dua siklus. Presentase siklus I Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan agar dapat meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka penulis memberikan saran ─ saran sebagai berikut : (1) Guru dalam pembelajaran sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memperhatikan pembagian kelompok secara hiterogen agar aktifitas guru meningkat terus. (2) Guru sebaiknya dalam pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inovatif agar aktifitas siswa dalam pembelajaran meningkat terus. (3) Dalam pembelajaran guru sebaiknya menggunakan model pmbelajaran yang inovatif agar hasil balajar siswa meningkat terus. (4) Guru sebaiknya setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guru mengakhiri pembelajaran dengan melakukan tes agar mengetahui hasil belajar siswa. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian tindakan kelas tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema Indahnya Kebersamaan kelas IV SDN Mojorejo I Jetis, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Aktifitas guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Persentasi di siklus I 67,79% sedangkan pada silklus II mencapai 89,25 %. (2) Aktifitas siswa selamaproses penbelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami DAFTAR PUSTAKA Alley, S,P,et,al.1999,A mathermatics handbook math at hand. USA; Great source Education Group, Inc. Sample Units of works mathematics k-6. 2003. Australia ; Board of studies NSW Tarwasih , V. L. 2005. Creative activities art and design projects ages 5-11. Usa ; Scholastic. Tim abdi Guru penjasarkes untuk SD kelas IV. Jakarta ; Penerbit erlangga. 595 JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015 Wahyono B, & Nuracmandani S. 2008. Ilmu pengetahuan alam 4 ; untuk SD/MI kelas IV. Jakarta; Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Sadirman, Arief, dkk. 1990. Media Pendiikan. Jakarta CV. Rajawali Sriharmianto, dkk 2011. Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya :Unesa Universty Press Sudjana, Nana. 2011 Dasar - Dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung : Sinar Baru Algensindo Suryanti, dkk 2008, Model – Model Pembelajaran Inovatif . Surabaya : Unesa Uneversty Press Sugiyono. 2011. Metedologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Suyono, dkk 2006. Matematika sekolah dasardan menengah. Jakarta ; Erlangga Zuriah, Nurul 2007. Metedologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Trianto, (009:10). Pembelajaran tematik, Jakarta Galilai, Galileo ( Sriyanto , 00 :3 ) Pendidikan Matematika , Jakarta : Erlangga