pendahuluan - Jurnal UNESA

advertisement
JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN DI
SEKOLAH DASAR
Erwin Syafi’i Ma’arif
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya ([email protected])
Supriyono
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya
Abstrak
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 07 November 2014 pada
pembelajaran tematik, belum terlihat pembelajaran tematik yang sebenarnya. Pembelajaran masih
menekankan pada sejumlah fakta dan konsep. Guru juga masih sering menggunakan metode ceramah,
meskipun kadang diselingi dengan metode Tanya jawab, namun guru belum dengan teman sebangkunya,
ada yang memukul-mukul mejabahkan ada yang mengantuk. Penelitian ini bertujuan untuk
mendiskripsikan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mojorejo 1
Kecamatan Jetis Mojokerto melalui penerapan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tematik
Matematika dan Bahasa Indonesia.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri - dari 2 siklus setiap siklus
dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu perancanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Mojorejo 1 Kecamatan Jetis Mojokerto.Data penelitian
diperoleh melalui observasi, dan tes .Data tes hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan persentasi
ketuntasan belajar secara individu dan klasikal kemudian dijabarkan secara diskriptif.
Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan persentasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan
siklus II.Aktivitas guru mengalami peningkatan sebesarnya 23,75% yaitu dari 67,79% pada siklus I
menjadi 86% pada siklus II. Sedangkan aktifitas siswa mengalami peningkatan sebesar 19,30% yaitu
dari 73,2% pada siklus I menjadi 89,25% pada siklus II. Hasil belajar siswa secara klasikal mengalami
peningkatan sebesar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia 74% dan matematika 71 % pada siklus I
menjadi 91% pada mata pelajaran yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, Hasil belajar, Tematik.
Abstract
Based on the results of observation made by researchers at the date of Desember 2014 on thematic
learning, have not seen the actual thematic learning. Learning is focused on a number of facts and
concepts. Theachers are also still often use the lecture method, although sometimes interspersed with
question and answer method, but the teacher has not been able to condition the student to focus on
material. There are many student who are chatting with friends on table, there banging the table and
some have sleepy. This study aimed to describe the activities of the teacher, student activities, and student
learning outcomes of class 4 SDN Mojorejo I Jetis Krickcaldy District of Mojokerto through the
application of STAD cooperative models in thematic learning mathematics and Indonesian.
This type of research is action research that consist of 2 cycles. Each cycle is carried out through four
stages : planning, implementation, observation, and reflection. The subjects were all students of class 4
SDN Mojorejo I Jetis Kirkcaldy District of Mojokerto. Data were obtained through observation, and
testing. Data resulting from the activity of the teacher and student observation analyzed in terms of
percentage. Student achievement test data were analyzed based on the percentage of mastery learning
individually and then classically described descriptively.The result showed an increased in the
percentage of all teacher in the first cycle and second cycle. Teacher activity increased by 23.75% from
67.79% n the first cycle to 86% in the second cycle. While the student activity increased by 19.30% from
73.2% in the first cycle to 89.25% in the second cycle. Student learning outcomes acquired SDN Mojorejo
I class 4 Jetis Mojokerto hs increased. Mastery learning in classical student increased by the Indonesian
subject 74% and 71% maths in the first cycle to 91% to eyes Indonesian subjects and 91% in mathematics
I the second cycle. Based on the obtained result it can be concluded that the application of the model
STAD cooperative learning can improve student learning outcomes.
Keyword: Model STAD cooperative learning, Learning outcomes thematic.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Achivement Devision (STAD) untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto ?
(3) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achivement Devision (STAD) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mojorejo
I Jetis Mojokerto ?
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan
masalah, maka tujuan Penelitian adalah : (1) Untuk
mendeskripsikan peningkatan aktivitas guru dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achivement Devision (STAD) pada tema
Indahnya Kebersamaan dikelas IV SDN Mojorejo I Jetis
Mojokerto. (2) Untuk mendeskripsikan peningkatan
aktivitas
siswa
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada tema indahnya
kebersamaan dikelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto.
(3) Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
siswa pada tema Indahnya Kebersamaan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD di kelas IV SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achivement Devinision (STAD) adalah merupakan
pembelajaran yang paling sederhana tetapi sangat tepat
dan relevan untuk menumbuh kembangkan kepekaan dan
pola pikir active, creative, innovative dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dilingkungan
sekitar baik secara individu maupun kelompok.
Hasil belajar adalah kemampuan baik itu
kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang
didapat siswa dari proses perolehan ilmu yang ada dan
terus melekat.
Dalam Student Team Achievement Division
(STAD) para siswa dibagi dalam tim belajar yang
berbeda – beda tingkat kemampuan akademik, jenis
kelamin, dan latar belakang. Guru menyampaikan
pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa anggota tim telah menguasai
pelajaran.
Menurut
Nurhadi
(2003:60)
pengertian
pembelajaran kooperatif adalah sistem didasarkan bahwa
manusia sebagai makhluk sosial berinteraksi dengan
sesama. Guru yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Achievement Division ( STAD),
harus mengaju pada belajar kelompok siswa, menyajikan
informasi akademik yang baru pada siswa setiap
menggunakan presentasi verbal atau teks.
Hal yang penting dalam model pembelajaran
kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara
bekerja sama dalam kelompok. Bahwa teman yang lebih
mampu dapat menolong teman yang lebih lemah. Dan
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman akan berpengaruh dalam
sebuah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan pendidikan di Indonesia ditandai dengan
perkembangan kurikulum yang telah menerapkan enam
kurikulumyaitu
kurikulum
1969kurikulum
1975
kurikulum 1984 kurikulum 1994 kurikulum 2004terakhir
kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP).
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran
yang menggunakan tema tertentu untuk memadukan
beberapa materi pembelajaran dart berbagai standart
kompetensi dan kompetensi dasar dart satu atau beberapa
mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan sehari –
hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna pada siswa.
Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan
kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan
berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat
perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan
antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran
masih bergantung kepada objek – objek konkrit dan
pengalaman yang dialami secara langsung.
Pembelajaran tematik dengan menggabungkan
Standar Kompetensi dari Mata Pelajaran Matematika, dan
Bahasa Indonesia. Maka peneliti ingin melakukan
penelitian dengan judul “PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK
MENINGKATKAN HASILBELAJAR SISWA PADA
TEMA Indahnya Kebersamaan Di KELAS IV SDN
MOJOREJO I JETIS MOJOKERTO”.
Peningkatan aktivitas guru setelah penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achivement Devision (STAD) untuk meningkatkan hasil
belajar pada tema Indahnya Kebersamaan siswa kelas IV
SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto, peningkatan hasil
belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achivement Devision
(STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1
SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: (1)
Bagaimanakah peningkatan aktivitas guru setelah
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achivement Devision(STAD) untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada tema Indahnya Kebersamaan di
kelas IV SDN MojorejoI Jetis Mojokerto? (2)
Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa di kelas IV
SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto setelah digunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
587
JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015
tiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada
prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan
untuk bersosialisasi sehingga terjadi interaksi positif
antar anggota kelompok maupun antar kelompok.
Secara rinci ciri – ciri model pembelajaran
kooperatif tipe Student Achievement Division (STAD)
adalah sebagai berikut : Tujuan kognitif berupa infomiasi
akademik sederhana, tujuan sosial berupa kerja kelompok
dan kerjasama, Struktur kelompok harus heterogen
dengan 4 – 5 orang anggota, pemilihan topik pelajaran
dipilih oleh guru, tugas utama siswa dapat menggunakan
lembar kegiatan dan saling membantu untuk
menuntaskan materi belajarnya, penilaian dengan
menggunakan tes mingguan, pengakuan dengan
menggunakan lembar pengetahuan dan penghargaan.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah Siswa dapat menyampaikan ide ide dan ga
gasannya, dapat melatih keberanian siswa, dapat melatih
kemandirian siswa, siswa dapat saling membantu, siswa
yang pandai dapat membantu siswa yang kurang mampu.
Kelemahan dengan menggunakan Student
Achievement Division (STAD). Adanya siswa yang
fakum atau kurang aktif selama proses pembelajaran
berlangsung, siswa tidak memiliki catatan secara
individu, ada siswa yang takut untuk presentasi sehingga
siswa tersebut tidak mau mengikuti pelajaran,
membedakan siswa didalam kelompok.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni : faktor dari diri siswa itu sendiri
dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau
lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali
terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang
dikemukakan oleh Clark (dalam Nana Sudjana. 2011:39),
bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh
lingkungan. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi
oleh lima faktor, yakni (a) bakat belajar, (b) waktu yang
tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa
untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan
(e) kemampuan individu.
Matematika pada hakekatnya merupakan ilmu
yang berkenaan dengan ide – ide, struktur – struktur, dan
hubungan – hubungan yang tersusun secara hirarki dan
penalaran deduktif Suatu kebenaran matematika
dikembangkan berdasarkan teorema – teorema dan
aksioma – aksioma yang merupakan suatu pernyataan
benar bersifat umum, dan tidak perlu lagi dipersoalkan.
Dalam pembelajaran matematika di tingkat
Sekolah Dasar, diharapkan terjadi penemuan kembali.
Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara
penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di
kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan
hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya,
tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan
sesuatu hal yang baru.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2006 (BSNP, 2006), matematika merupakan suatu bahan
kajian yang memiliki obyek subyek dan dibangun melalui
proses penalaran deduktif, yaitu penalaran suatu konsep
yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sehingga berkaitan antara konsep dalam
matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Pendidikan dan pembelajaran Bahasa Indonesia
merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan
kepada siswa disekolah, dan merupakan suatu tantangan
tersendiri bagi seorang guru. Mengingat bahasa ini bagi
sebagian sekolah merupakan bahasa pengantar yang
dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran yang lain.
Selain itu juga berfungsi membantu peserta didik untuk
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi
dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut
dan menemukan kemampuan imajinatif Sesuai dengan
kenyataan yang terjadi pada saat ini, mata pelajaran
Bahasa Indonesia sering diremehkan oleh sebagian besar
siswa, bahkan dianggap sebagai mata pelajaran yang
membosankan, khususnya dalam aspek membaca.
Beberapa hal penyebab menurunya prestasi belajar
siswa dalam pembelajaran membaca adalah : (1)
kurangnya minat siswa dalam kegiatan membaca, (2)
kurangnya motivasi siswa, baik dari dalam diri mereka
sendiri maupun dari lingkungan belajar. Hal ini
disebabkan karena siswa kurang terampil dalam
membaca, tidak pernah memanfaatkan buku yang tersedia
diperpustakaan sekolah, (3) pengembangan strategi
pembelajaran yang kurang membangkitkan daya imajinasi
siswa dan kreatifitas siswa dalam berbahasa maupun
bersastra, (4) media yang digunakan dalam pembelajaran
kurang sesuai sehingga siswa kurang bersemangat dalam
belajar.
Batasan masalah ini hanya di fokuskan pada:
Tema : Indah Kebersamaan
Subtema 1 : Keberagaman Budaya Bangsaku
Pembelajaran 2
Kompetensi Dasar
3.4 Mengenal sudut siku = siku melalui pengamatan dan
membandingkan dengan sudut yang berbeda
4.3 Mempresentasikan sudut lancip tumpul dalam
bangun datar
Indikator
3.4.1 Membedakan yang sudut lancip, tumpul, dan sikusiku
4.3.1Mengukur besar sudut dengan menggunakan busur
Pembelajaran 5
Kompetensi Dasar
1.4 mengenal sudut siku- siku melalui pengamatan dan
membandingkan dengan sudut yang berbeda
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
1.5
mempresentasikan
menggunakan busur
besar
sudut
dengan
mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu
para siswa bekerja secara berkelompok. Mengingatkan
kerjasama dan bekerja dalam kelompok akan
memberikan hasil lebih baik. PengertianTipe STAD
adalahpembelajaran cooperative yang masing – masing
kelompok memiliki kemampuan heterogen.
Menurut
Nurhadi
(2003:60)
pengertian
pembelajaran cooperative adalah sistem di dasarkan
bahwa manusia sebaga imakhluk social berinteraksi
dengan sesama.
Landasan Teori Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD)
Robert Salvin dan teman – temannya di
Universitas John Hopkons merupakan salah satu pencetus
pembelajaran kooperatif. Guru yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD), harus mengaju pada belajar kelompok
siswa,menyajikan informasi akademik yang baru pada
siswa setiap menggunakan presentasi verbal atau teks.
Rachmadiarti (2003:13) menyatakan bahwa
Student Team Achievement Division (STAD) Siswa
dalam satu kelas tertentu menjadi beberapa kelompok
dengan anggota 4 – 5 orang,setiap kelompok haruslah
heterogen terdiri dari perempuan dan laki – laki. Anggota
tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi
pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama
lain untuk memahami bahan pelajaran.
Student Achievement Division (STAD) adalah
para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari 4 – 5
orang yang berbeda – beda tingkat kemampuan jenis
kelamin,
dan
latar
belakang
etniknya.
Gurumenyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam
tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim
telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa
mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri dimana
saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling
membantu.
Hal yang penting dalam model pembelajaran
kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara
bekerja sama dalam kelompok. Bahwa teman yang lebih
mampu dapat menolong teman yang lebih lemah.Dan tiap
anggota kelompok tetap member sumbangan pada
prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan
untuk bersosialisasi sehingga terjadi interaksi positif
antar anggota kelompok maupun antar kelompok.
Secara rinci Ciri – ciri model pembelajaran
kooperatif tipe Student Achievement Division (STAD)
sebagai berikut: (1) Tujuan kognitif berupa infomiasi
akademik sederhana. (2) Tujuan sosial berupa kerja
kelompok dan kerjasama. (3) Struktur kelompok harus
heterogen dengan 4 – 5 orang anggota. (4) Pemilihan
topik pelajaran dipilih oleh guru. (5) Tugas utama siswa
dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling
membantu untuk menuntaskan materi belajarnya. (6)
Penilaian dengan menggunakan tes mingguan. (7)
Indikator
1.4.1 Membedakan yang sudut lancip, tumpul, dan sikusiku
1.5.1 Mengukur besar sudut dengan menggunakan
busur
Pembelajaran 6
Kompetensi Dasar
4.5 Mengenal sudul siku-siku melalui pengamatan dan
membandingkandengan sudut yang berbeda
4.3 Mempresentasikanbesar sudut dengan menggunakan
busur
Indikator
4.2.1 Membedakan segi banyak dan bukan segi banyak
4.3.1Mengidentifikasi sudut-sudut yang ada dalam bangun
datar dan mengukurbesar sudut.
METODE
Student Team Achivement Devision (STAD)
merupakan salah satu model Cooperative Learning (CO)
yaitu sebuah bentuk pembelajaran bernuansa kerja team
yang menyertakan segala kaitan,interaksi,dan perbedaan
yang
memaksimalkan
momen
belajar
secara
bertahap,yakni penyajian materi oleh guru,siswa bekerja
dalam team yang terdiri dari 4 – 5 anggota dengan latar
yang berbeda. Sumber model pembelajaran kooperatif
dilihat dari aktifitas siswa dalam menggunakan
pembelajaran klasikal tidak efisien di dalam kreatifitas
anak dan
Student Team Achievement Division (STAD)
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana,dan merupakan model yang paling baik
untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan
model pembelajaran kooperatif.Dalam Student Team
Achievement Division (STAD) para siswa dibagi dalam
tim belajar yang berbeda – beda tingkat kemampuan
akademik, jenis kelamin, dan latar belakang. Guru
menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa anggota tim telah
menguasai pelajaran. Selanjutnya siswa mengerjakan
tugas mengenai pelajaran tersebut secara individual saat
itu mereka tidak boleh saling bekerjasama.Dari kuis ini
didapatkan skor individual dan skor rata – rata tim. Skor
tim dihitung berdasarkan kemajuan yang diperoleh oleh
tiap anggota tim.
Para pakar yang memberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan model pembelajaran
kooperatif adalah John Dewey dan Herbet Thelan.
Menurut John Deway (1969;8) kelas merupakan cermin
masyarakat
yang
lebih
besar.
Thelan
telah
589
JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015
Pengakuan dengan menggunakan lembar pengetah uan
dan penghargaan.
Sintaks model Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
guru memulai pembelajarannya dengan menyajikan
informasi akademik baru pada siswa,siswa didalam kelas
dibagi kedalam kelompok dengan anggota 4 – 5 anggota
siswa yang diatur secara heterogen.Pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD diajarkan
keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam
kelompoknya,seperti menjadi pendengar yang baik,
memberikan penjelasan kepada teman sekelompok
dengan baik, adapun sintaks dari model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (a) Siswa dapat menyampaikan ide ide dan
gagasannya. (b) Dapat melatih keberanian siswa. (c)
Dapat melatih kemandirian siswa (d) Siswa dapat saling
membantu, siswa yang pandai dapat membantu siswa
yang kurang mampu.
Kelemahan dengan menggunakan Student
Achievement Division (STAD). (a) Adanya siswa yang
fakum atau kurang aktif selama proses pembelajaran
berlangsung. (b) Siswa tidak memiliki catatan secara
individu. (c) Ada siswa yang takut untuk presentasi
sehingga siswa tersebut tidak mau mengikuti pelajaran.
(d) Membedakan siswa didalam kelompok.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan
operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai
menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai
memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu
aspek situasi ke aspek lain secara reflektif
danmemandang unsur – unsur secara serentak, (2) Mulai
berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara
berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda –
Benda,
(4)
Membentuk
dan
mempergunakan
keterhubungan aturan – aturan, prinsip ilmiah sederhana,
dan mempergunakan hubungan sebab akibat dan
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut,
kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki
tiga ciri, yaitu : (a) Konkrit, (b) integrative, (c) Hirarkis
Konkrit mengandung makna proses belajar
beranjak dari hal – hal yang konkrit yakni yang dapat
dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan
titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih
bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang
alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih
bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung
jawabkan.
Integrative, pada tahap usia sekolah dasar anak
memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu
keutuhan, mereka belum mampu memilah – milah
konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan
cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke
bagian demi bagian.
Hirarkis, pada tahapan usia sekolah dasar, cara
anak belajar berkernbang secara bertahap mulai dari hal –
hal yang sederhana ke hal – hal yang lebih kompleks.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan
mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan
cakupan keluasan serta kedalaman materi.
Perubahan yang terjadi sebagai hasil dari proses
pembelajaran dapat dilihat melalui beberapa bentuk
seperti : perubahan tingkat penguasaan pengetahuan,
pemahaman konsep, ketrampilan dan kecakapan sikap
serta aspek – aspek lain yang ada pada individu yang
belajar. Hasil belajar yang diharapkan yaitu siswa
memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kecakapan
berfikir yang baik.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni : faktor dari diri siswa itu sendiri
dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau
lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti
yang dikemukakan oleh Clarkl (dalam Nana Sudjana.
2011:39 ), bahwa basil belajar siswa di sekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi
oleh lingkungan.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki
siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan,
sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Hasil belajar pada hakekatnya tersirat dalam
tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa di
sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas
pengajaran. Pendapat itu sejalan dengan teori belajar di
sekolah dari Bloom2 (dalam Nana Sudjana.2011:40 ),
yang mengatakan ada tiga variabel utama dalam teori
belajar di sekolah, yakni karakteristik individu, kualitas
pengajaran, dan hasil belajar siswa. Sedangkan Caroll 3
(dalam Nana Sudjana. 201 1:40), berpendapat bahwa
hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima
faktor, yakni (a) bakat belajar, (b) waktu yang tersedia
untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk
menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan(e)
kemampuan individu. Empat faktor yang disebut diatas (a
b c d e) berkenaan dengan kemampuan individu dan
faktor (d) adalah faktor diluar individu (lingkungan).
Kedua faktor diatas (kemampuan siswa dan
kualitas pengajaran) mempunyai hubungan berbanding
lures dengan hasil belajar siswa. Artinya, makin tinggi
kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi
pula hasil belajar siswa.
Sesuai dengan tahapan perkembangan anak,
karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan
pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran
bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan
Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema
adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi
pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Penelitian dengan judul “Meningkatkan hasil
belajar siswa pada tema dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Achievement
Division (STAID di kelas IV SDN Mojorejo I Jetis
Mojokerto” termasuk jenis penelitian tindakan kelas
(PTK) penelitian ini dilakukan didalam kelas dengan
tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru kelas atau disekolah tempat dia
mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses pembelajaran (Arikunto, 2010:135).
Sedangkan Akbar (2009:26) juga berpendapat
bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah proses
investigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan
masalah pembelajaran dikelas.
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
indikatornya sudah mernenuhi kriteria ini yang ditetapkan
peneliti.Suatu indikator dikatakan berhasil jika memenuhi
kriteria sebagai berikut : (a) Hasil observasi Aktifitas
Guru, Dilihat dari ketercapaian aktifitas guru dalam
kegiatan pembelajaran dikatakan tuntas jika mencapai
keberhasilan lebih dari atau sama dengan ≥ 80 %. (b)
Hasil observasi Aktifitas Siswa, Dilihat dari ketercapaian
aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dikatakan
tuntas jika mencapai keberhasilan lebih dari atau sama
dengan ≥ 80 %. (c) Hasil Belajar Siswa, Dilihat dari basil
belajar berupa tes.Siswa secara klasikal dianggap tuntas
belajar apabila mendapat nilai ≥ 80% dan secara individu
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 75.
Landasan Pembelajaran tematik mencakup:Landasan
filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi
oleh tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme,
konstruktivism dan humanisme. Aliran progresivisme
memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan,
suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan
pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat
pengalaman langsung siswa sebagai kunci dalam
pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah
hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi
dengan
obyek,
fenomena,
pengalaman
dan
lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu
saja dari seorang guru kepada anak, tetapi hares
diinterpretasikan sendiri oleh masingmasing siswa.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan
suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan
siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat
berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran
humanisme melihat siswa dari segi keunikan /
kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik
terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan
peserta didik dan psikoiogi belajar. Psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan
isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada
siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai
dengan tahap perkembangan peserta didik.Psikologi
belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana
isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan
kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus
mempelajarinya. Landasan yuridis dalam pembelajaran
tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau
peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran
tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut
adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan bakat, dan minat.
Prinsip – Prinsip Pembelajaran Tematik Sebagai
bagian dari pembelajaran terpadu, maka pembelajaran
tematik memiliki prinsip dasar sebagai hal pembelajaran
terpadu. Menurut Ujan ( dalam Trianto, 2010:84),
pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat
dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan
sehari – hari. Tema ini menjadi alat mempersatu materi
yang beragamdari beberapa materi pelajaran.
Pengajaran tematik tidak holeh bertentangan
dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya
pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian
tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.
Materi pembelajaran harus disamakan dengan tema dan
mempertimbangkan karakteristik siswa, artinya materi
yang tidak mungkin dipadukan tidak perlu dipadukan.
Secara umun prinsip – prinsip pembelajaran
tematik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa prinsip
yakni prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan
pembelajaran, prinsip evaluasi, dan prinsip reaksi.
Karakteristik Pembelajaran Tematik Menurut
Depdiknas, pembelajaran tematik memililki beberapa ciri
khas antara lain : (1) Pengalaman dan kegiatan belajar
sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan anak usia sekolah Dasar. (2) Kegiatan –
kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik yang bertolak dari minat kebutuhan siswa.(3)
591
JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015
Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi
siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lama. (4)
Membantu mengembangkan ketrampilan berfikir
siswa.(5) Menyajikan kegiatan belajar yang sesuai
dengan permasalahan yang sering ditemukan siswa dalam
lingkungannya. (6) Mengembangakan ketrampilan siswa
seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap
terhadap gagasan orang lain.
Pendidikan Matematika, Alam semesta itu
bagaikan sebuah buku raksasa yang hanya bisa dibaca
jika orang mengerti bahasanya, akrab dengan lambang
dan huruf yang dipakai di dalamnya. Dan bahasa alam
semesta itu tidak lain adalah matematika, menurut
Galileo Galilai(dalam Sriyanto.2007:3).
Sedangkan hakikat matematika menurut Soejadi
(dalam Heruman.2007:1) yaitu memiliki objek tujuan
abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir
deduktif.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika pada hakekatnya merupakan ilmu yang
berkenaan dengan ide – ide, struktur – struktur, dan
hubungan – hubungan yang tersusun secara hirarki dan
penalaran deduktif Suatu kebenaran matematika
dikembangkan berdasarkan teorema – teorema dan
aksioma – aksioma yang merupakan suatu pernyataan
benar bersifat umum, dan tidak perlu lagi dipersoalkan.
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar,
Dalam pembelajaran matematika di tingkat Sekolah
Dasar, diharapkan terjadi penemuan kembali. Penemuan
kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian
secara informal dalam pembelajaran di kelas.Walaupun
penemuan tersebut sederhana dan bukan hal barn bagi
orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi
siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang
baru.
Bruner ( dalam Heruman. 2007:1 ), dalam
metode penemuannya mengungkapkan bahwa dalam
pembelajaran matematika, siswa harus menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukan.
Menemukan di sini terutama adalah menemukan lagi (
discorvery ), atau dapat juga menemukan yang sama
sekali baru ( invertion ).Datam pembelajaran ini guru
harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing
dibandingkan sebagai pemberitahu.
Dalarn maternatika, setiap konsep yang abstrak
yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan,
agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa,
sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola
tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan
adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian,
tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja,
karena hal itu akan mudah dilupakan siswa. Menurut
Heruman (2007:2) Pepatah Cina mengatakan,“Saya
mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu,
saya berbuat maka saya mengerti”.
Guru matematika di Sekolah Dasar mempunyai
tugas yang kompleks. Tugas tersebut antara lain adalah
memaharni dengan baik mated matematika yang akan
diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan baik
cara peserta didik belajar maternatika untuk pembelajaran
yang dilaksanakan, memahami cara mengajarkan
matematika yang efektif, menggunakan cara – cara
pembelajaran matematika, sertamemperoleh wawasan
yang utuh tentane tugas mengajar matematika di SD, dan
pada gilirannya mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik dan efektif pada saat mengajarkan matematika.
Seperti yang tercantum dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (BSNP, 2006),
matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki
obyek subyek dan dibangun melatui proses penalaran
deduktif, yaitu penalaran suatu konsep yang diperoleh
sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga
berkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat
kuat dan jelas.
Tujuan pembelajaran matematika di Sekolah
Dasar. Dalam GBPP mata pelajaran matematika SD
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
(BSNP, 2006), tujuan diberikannya matematika pada
jenjang pendidikan dasar pada hakekatnya dapat dibagi
menjadi dua bagian , yaitu : Mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan di dunia yang selatu berkembang metalui
latihan dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur, dan efektif. Mempersiapkan siswa agar
dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari – hari dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Pada Tingkat Satuan Dasar (SD) tujuan khusus
pengajaran matematika adalah sebagai berikut
Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan
berhitung menggunakan bilangansebagai alat dalam
kehidupan sehari – hari. Menumbuhkan kemampuan
siswa, yang dapat dialiligunakan inclalui kegiatan
matematika. Mengembangkan pengetahuan dasar
matematika sebagai bekal lebih lanjut di Sekolah Lanjut
Tingkat Pertama ( SLTP ). Membentuk sikap logis, kritis,
cermat, kreatif, dan disiplin.
Hakekat pendidikan Bahasa Indonesia Pelajaran
Bahasa Indonesia diarahkan untuk mcningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Komunikasi
tersebut tentunya dengan menggunakan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil belajar siswa
di sekolah. Bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta
didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
mempelajari semua bidang studi BSNP. Untuk berbahasa
dengan baik dan benar, maka diperlukan pendidikan
danpembelajaran Bahasa Indonesia.
Pendidikan dan pembelajaran Bahasa Indonesia
merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan
kepada siswa disekolah, dan merupakan suatu tantangan
tersendiri bagi seorang guru. Mengingat bahasa ini bagi
sebagian sekolah merupakan bahasa pengantar yang
dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran yang lain.
Selain itu juga berfungsi membantu peserta didik untuk
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi
dalam masyarakat dengan menggunakan bahasatersebut
dan menem ukan kemant puan imajinatiI Sesuai dengan
kenyataan yang terjadi pada saat ini, mata pelajaran
Bahasa Indonesia sering dircrnehkan oleh sebagian besar
siswa, bahkan dianggap sebagai mata pelajaran yang
membosankan, khususnya dalam aspek membaca.
Kesulitan siswa dalam membaca biasanya terlihat ketika
siswa diminta untuk membaca bacaan atau cerita
kemudian siswa menceritakan kembali isi cerita dengan
menggunakan kata – kata mereka sendiri. Siswa sering
mengeluh dan terlihat bingung dengan apa yang ingin
mereka ceritakan. Kebosanan, kejenuhan serta
kebingungan siswa dalam hal membaca yang
mengakibatkan menurunnya prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SDN
Mojorejo I Jetis Mojokerto ditemukan beberapa hal
penyebab menurunya prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran membaca adalah : (1) kurangnya minat
siswa dalam kegiatan membaca. Pada urnumnya siswa
merasa bosan dan jenuh ketika ditugasi untuk membaca
bacaan atau cerita kemudian menjelaskan kembali isi
bacaan tersebut dengan kata – kata mereka sendiri, (2)
kurangnya motivasi siswa, baik dari dalam diri mereka
sendiri maupun dari lingkungan belajar. Hal ini
disebabkan karena siswa kurang terampil dalam
membaca, tidak pernah mernanfaatkan buku yang
tersedia diperpustakaan sekolah, (3) pengembangan
strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan daya
imajinasi siswa dan kreatifitas siswa dalam berbahasa
maupun bersastra, (4) media yang digunakan dalam
pembelajaran kurang sesuai sehingga siswa kurang
bersemangat dalam belajar.
Untuk mengoptimalkan kemampuan membaca,
diperlukan strategi pembelajaran yang lebih menekankan
pada aktifitas dan kreatifitas belajar sisvva selarna proses
pembelajaran berlangsung. Keterlibatan siswa dalam
pembelajaran hares lebih banyak di banding dengan guru.
Strategi pembelajaran yang akan digunakan peneliti
untuk mengatasi permasalahan yang telah diuraikan
adalah melalui buku cerita bergambar. Buku cerita
bergambar merupakan buku yang berisikan cerita beserta
gambar anak – anak, melalui buku cerita bergambar
siswa langsung berinteraksi dengan cerita tersebut, siswa
dapat memahami, menghayati, dan merespon cerita yang
sudah dibaca. Buku cerita bergambar juga dapat
memotivasi
anak
untuk
membaca,
sehingga
mempermudah anak untuk menjelaskan kembali isi cerita
atau bacaan yang telah dibacanya. Siswa bisa
memanfaatkan buku cerita yang tersedia diperpustakaan
sekolah. Dengan strategi ini diharapkan pembelajaran
menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
tindakan kelas, dimana dalam pelaksanaannya siklusnya
tidak dibatasi sampai penelitian berhasil. Tiap siklus
mengikuti beberapa tahapan yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan penelitian tindakan kelas ( PTK ) siklus satu
dilakukanperbaikan pada siklus kedua dan seterusnya
sampai berhasil.
Tahap Perencanaan mempersiapkan materi KD I
semester I Kelas I Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan
mengintegrasikan (mata pelajaran matematika dan
Bahasa Indonesia), menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran atau RPP, membuat skenario kegiatan
dengan mengutamakan tujuan keberhasilan belajar dalam
langkah – langkah kerja, mempersiapkan Instrumen yang
diperlukan dalam penelitian berupa lembar observasi
guru, observasi siswa dan basil belajar siswa, menyusun
alat evaluasi pembelajaran berupa tes untuk mengetahui
hasil belajar siswa, sebelum dilakukan penelitian siswa
dilatih pembelajaran dengan menggunakan terra lain
untuk pembiasaan.
Jika perencanaan yang telah dirumuskan
sebelumnya merupakan perencanaan yang cukup matang,
maka pada tahap pelaksanaan semata – mata merupakan
pelaksanaan perencanaan itu. Menurut Arikunto, dkk
(2010:18) pada tahap pelaksanaan dari penelitian kelas
adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan. yaitu menggunakan tindakan di
kelas.
Dalam melaksanakan pengamatan dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung peneliti dan guru
kelas SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto melakukan dengan
cara : mengamati, dan mencatat kejadian – kejadian yang
terjadi dalam proses pembelajaran sesuai dengan fokus
penelitian yang sudah ditentukan.
Dari hasil pengamatan tersebut dapat dievaluasi
sehingga dapat ditentukan dan di ukur keberhasilan atau
kegagalan sehingga dengan itu dapat dilakukan upaya –
upaya selanjutnya untuk mencapai apa yang menjadi
tujuan semula. Dengan kata lain, refleksi merupakan
pengajian terhadap keberhasilan dan kegagalan pencapai
593
JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015
tujuan. Untuk maksud ini guru hendaknya terlebih dahulu
menentukan kriteria keberhasilan.
Teknik observasi ini digunakan untuk menjawab
rumusan masalah yang pertama. Observasi atau yang
disebut pengamatan adalah alat untuk memotret seberapa
jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Teknik Tes
(test) digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang
kedua adalah mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bekat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik Penelitian
Lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan
pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan
dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Penelitian
lapangan bisa dilakukan untuk memutuskan kearah mana
penelitiannya berdasarkan lapangan biasa dilakukan di
luar ruangan.
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang
bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta dengan
data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa juga untuk
memperoleh
respon
siswa
terhadap
kegiatan
pembelajaran serta aktifitas siswa selama proses
pembelajaran.
Pada gambaran umum kondisi tempat penelitian,
menjelaskan tentang gambaran kondisi sekolah,
gambaran kondisi guru dan gambaran kondisi siswa di
tempat penelitian. Pada hasil penelitian, menjelaskan
tentanghasil pelaksanaansiklus I, hasil pelaksanaansiklus
II.Sedangkan pada pembahasan, menjelaskan tentang
aktivitas guru selama pembelajaran, aktivitas siswa
selama pembelajaran, hasil belajar siswa dan respon
siswa selama penerapan model pembelajaran berdasarkan
masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
SDN Mojorejo I Jetis Mojokerto.
Kondisi sekolah ini terletak di jalan Raya
Mojorejo I Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto.
Adapun batas-batas dari sekolah ini, sebelah barat dan
utara berbatasan dengan sawah, sebelah timur berbatasan
dengan rumah penduduk, sebelah selatan berbatasan
dengan jalan raya. Sekolah ini memiliki 12 ruangan yan
terdiri dari: 6 ruang kelas mulai dari kelas 1 sampai kelas
IV dan juga ada beberapa ruang lainnya seperti:1 ruang
kantor, 1 ruang guru, 1 mushola, 1 perpustakaan, dan 2
gudang. Kelas yang dijadikan sebagai penelitian adalah
kelas 1, dimana kelas 1 ini tempatnya cukup luas
sehingga penataan tempat duduk yang akan digunakan
sebagai diskusi kelompok lebih mudah untuk diubah.
Kondisi guru, jumlah guru dari sekolah 10 orang
yang terdiri dari kepala sekolah, guru kelas I sampai
kelas VI dan 1 pak kebun. Latar belakang pendidikan
guru yang ada di SD ini kebanyakan dari lulusan S1 pada
umumnya. Guru di SD ini bersikap terbuka terhadap
pembelajaran baru dan selalu melakukan. Inovasi
pembelajaran. Dengan baik guru yang dijadikan sebagai
pengamat pada penelitian ini adalah guru kelas IV SDN
Mojorejo 1 Jetis Mojokerto.
Kondisi siswa SDN Mojorejo 1 Jetis Mojokerto ini
terdiri- dari siswa kelas 1 sampai dengan kelas VI dengan
jumlah 184 siswa. Siswa yang dijadikan subyekpenelitian
adalah siswa kelas IV yang terdiri dari 35 siswa dengan
siswa perempuan 23 sedangkan siswa laki-laki 12 anak
dipilihnya siswa kelas IV, menurut Piaget siswa pada usia
kelas IV termasuk dalam tahap operasional konkrit,
dimana pada tahap ini siswa sudah dapat melakukan
perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis
dan pemikirannya tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi. Hal
ini memungkinkan siswa untuk mengkoordinasikan
beberapa karakteristik berpikirnya bersifat rasional
sehingga materi yang disampaikan guru dapat diterima
oleh siswa.
Pembahasan
Hasil penelitian tentang Penggunaan Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
STAD
untuk
meningkatkan hasil belajar pada tema Indahnya
Kebersamaan Siswa Kelas IV SDN Mojorejo I Jetis
Mojokerto. Dapat diuraikan berdasarkan siklus – siklus
tindakan pembelajaran, dimana setiap siklus terdapat
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Analisis data ini berupa hasil pengamatan hasil
aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
berlangsung dan data hasil belajar yang diberikan diakhir
siklus penelitian. Pelaksanaan setiap siklus penelitian.
Setelah selesai semua siswa diberikan lembar
penelitian oleh guru dan dikerjakan secara individu.
Pada kegiatan akhir siswa bersama guru
menyampaikan materi yang telah dipelajari dan guru
memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dan
kelompok yang mendapat nilai tertinggi. Guru menutup
pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.
Peningkatan aktivitas guru dan siswa dipengaruhi
oleh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan media benda konkrit, siswa dan guru lebih
aktif dalam mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan dan menyampaikan gagasan.
Hal ini dapat menimbulkan keinginan kepada
siswa sehingga membuat siswa berfikir untuk
memecahkan suatu permasalahan dan membuat menjadi
aktif. Peningkatan persentase aktivitas siswa dan
peningkata aktivitas guru akan mempengaruhi hasil
belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa selama
proses pembelajaran dengan menggunakan media benda
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
konkrit dapat dilihat pada hasil tes belajar siswa selama
dua siklus. Persentase siklus I dibidang studi Bahasa
Indonesia 74% dan Matematika 71%. Pada siklus II
dibidang Bahasa Indonesia 91% dan Matematika 91%,
hasil belajar mengalami peningkatan sesuai dengan
indikator keberhasilan pembelajaran klasikal yang
ditetapkan yaitu ≥80% dan secara individu mencapai
kriteria ketuntasan belajar (KKM) yang ditetapkan yaitu
≥75%.
Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian
tindakan kelas tentang model pembelajaran kooperatif tipe
STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema
Indahnya Kebersamaan kelas IV SDN Mojorejo I Jetis,
maka dapat disimpulkan bahwa : Aktifitas guru selama
proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Persentasi di
siklus I 67,79% sedangkan pada silklus II mencapai
89,25%. Aktifitas siswa selamaproses penbelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD mengalami pningkatan dari siklus I sampai siklus
II. Persentase di siklus I 73% sedangkan pada siklus II
mencapai 83%, aktivitas siswa yang menonjol adalah
siswa yang lebih aktif dalam mendengarkan penjelasan
guru, bekerja dalam kelompok dan menjawab pertanyaan
yang diajukan guru, adanya peningkatan hasil belajar
siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat
hasil belajar siswa selama dua siklus. Persentase siklus I
dibidang studi bahasa Indonesia 74% dan matematika
71% pada siklus II dibidang studi bahasa Indonesia 91%
dan matematika 91%. Hasil belajar mengalami
peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan
pembelajaran klasikal yang ditetapkan yaitu ≥ dan secara
individu. Mencapai Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM)
yang ditentukan yaitu ≥75.
pningkatan dari siklus I sampai siklus II. Persentase di
siklus I 73% sedangkan pada siklus II mencapai 83 % .
Aktivitas siswa yang menonjol adalah siswayang lebih
aktif dalam mendengarkan penjelasan guru, bekerja
dalam kelompok dan menjawab pertanyaan yang
diajukan guru. (3) Adanya peningkatan hasil belajar
siswaselama proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat
hasil belajar siswa selama dua siklus. Persentase siklus
I dibidang studi bahasa Indonesia 74% dan matematika
71% pada siklus II dibidang studi bahasa Indonesia
91% dan matematika 91% .Hasil belajar mengalami
peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan
pembelajaran klasikal yang ditetapkan yaitu ≥ dan
secara individu Mencapai Kriteria Ketuntasan Belajar
(KKM) yang ditentukan yaitu ≥75. (4) Adanya
peningkatan hasil belajar siswa selama proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat di lihat pada
hasil tes belajar siswa selama dua siklus. Presentase
siklus I
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan agar dapat meningkatkan hasil belajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD, maka penulis memberikan saran ─ saran
sebagai berikut : (1) Guru dalam pembelajaran
sebaiknya
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan memperhatikan pembagian
kelompok secara hiterogen agar aktifitas guru
meningkat terus. (2) Guru sebaiknya dalam
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
inovatif agar aktifitas siswa dalam pembelajaran
meningkat terus. (3) Dalam pembelajaran guru
sebaiknya menggunakan model pmbelajaran yang
inovatif agar hasil balajar siswa meningkat terus. (4)
Guru sebaiknya setelah melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD guru mengakhiri pembelajaran dengan
melakukan tes agar mengetahui hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian
tindakan kelas tentang model pembelajaran kooperatif
tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada tema Indahnya Kebersamaan kelas IV SDN
Mojorejo I Jetis, maka dapat disimpulkan bahwa: (1)
Aktifitas guru selama proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD mengalami peningkatan dari siklus I sampai
siklus II. Persentasi di siklus I 67,79% sedangkan pada
silklus II mencapai 89,25 %. (2) Aktifitas siswa
selamaproses penbelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami
DAFTAR PUSTAKA
Alley, S,P,et,al.1999,A mathermatics handbook math at
hand. USA; Great source Education Group, Inc.
Sample Units of works mathematics k-6. 2003. Australia
; Board of studies NSW
Tarwasih , V. L. 2005. Creative activities art and design
projects ages 5-11. Usa ; Scholastic.
Tim abdi Guru penjasarkes untuk SD kelas IV. Jakarta ;
Penerbit erlangga.
595
JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015
Wahyono B, & Nuracmandani S. 2008. Ilmu
pengetahuan alam 4 ; untuk SD/MI kelas IV.
Jakarta; Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Sadirman, Arief, dkk. 1990. Media Pendiikan. Jakarta
CV. Rajawali
Sriharmianto, dkk 2011. Model – Model Pembelajaran
Inovatif. Surabaya :Unesa Universty Press
Sudjana, Nana. 2011 Dasar - Dasar Proses Belajar
Mengajar . Bandung : Sinar Baru Algensindo
Suryanti, dkk 2008, Model – Model Pembelajaran
Inovatif . Surabaya : Unesa Uneversty Press
Sugiyono. 2011. Metedologi Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
Suyono, dkk 2006. Matematika sekolah dasardan
menengah. Jakarta ; Erlangga
Zuriah, Nurul 2007. Metedologi Penelitian Sosial Dan
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Trianto, (009:10). Pembelajaran tematik, Jakarta
Galilai, Galileo ( Sriyanto , 00 :3 ) Pendidikan
Matematika , Jakarta : Erlangga
Download