Interaksi Biodiversitas Hutan-Pertanian

advertisement
Bab 10. CONTOH PERTANIAN BERLANJUT
SISTEM PERTANIAN
PADA BENTANG LAHAN
Oleh : Sri Karindah dan Medha Baskara
PTI4208 Pertanian Berlanjut
Tujuan Instruksional
¨
¨
Membahas contoh pertanian berlanjut yang
memanfaatkan biodiversitas tanaman pertanian
Membahas interaksi biodiversitas tanaman pertanian
dengan biodiversitas flora-fauna asal hutan
Outline
1.
2.
3.
4.
5.
Biodiversitas tanaman pertanian
Biodiversitas flora-fauna hutan
Biodiversitas flora-fauna di lahan pertanian
Interaksi biodiversitas pertanian dan biodiversitas
hutan tropis
Contoh sistem pertanian berlanjut yang
memanfaatkan interaksi biodiversitas pertanian
dan hutan.
Karakteristik Hutan Tropis
¨
¨
¨
¨
¨
Rata-rata temperatur di bulan (terdingin) >18ºC
Curah hujan >2000 mm, musim kering < 4 bulan
Tanaman Deciduous < 15%
Ketinggian kanopi pohon tertutup > 25m
Elevasi < 1000 m
Tipe Hutan berdasarkan Jumlah Curah Hujan
¨ 800-2000mm
: Closed canopy forest forms
¨ 2000-4000mm
: Semi-evergreen & Evergreen
¨ 4000-8000mm
: Wet rainforest
¨ >8000
: Pluvial Forest
Sebaran Hutan Tropis
¨
NEOTROPICAL (4 juta km2)
Trans Pegunungan Andes, Pesisir Venezuela, Amazon, dan
Atlantik
¨
MELASIA (2.5 juta km2)
Asia tenggara hingga Australia utara, Western Ghats &
Srilanka. Terdapat perbedaan Biogeografi antara Zona Asia
& Zona Papua-Australia
¨
AFRIKA (1.8 juta km2)
Cekungan Kongo, dan Area Barat ke Tengah Afrika,
Madagaskar
Biodiversitas di Hutan Tropis
¨
¨
¨
¨
¨
¨
¨
Terdapat 1.4 juta organisme, 400.000 diantaranya kumbang,
meliputi 40% semua Arthropods
Keragaman Katak di Kalimantan ± 140 spesies
Keragaman burung di Indonesia berjumlah ± 1.599 dengan
± 353 jenis burung endemik (Indonesia nomor 4 di Dunia, )
Jumlah taxa (Famili) lebih tinggi dibanding hutan temperate
Jumlah spesies dalam famili juga lebih besar
Beberapa famili Lebah dan Parasitoid lebih rendah di tropis
Perbandingan wilayah :
Keragaman Fauna à Neotropics>Afrika>Asia
Keragaman Flora à Neotropics>Asia>Afrika
Mengapa Biodiversitas Hutan penting?
Ecosystem services
¨ Re-newable resources
¨ Potential cultivation (new crops) or
¨ Improved cultivation (genetic diversity)
¨ Bio-prospecting
¨ Cultural importance :
How much species worth?
¨
Mengapa Biodiversitas Hutan penting?
“ Biodiversitas merupakan harta karun
penting khususnya tidak hanya bagi
sumber adaptasi, tapi juga sumber
mitigasi terhadap perubahan
lingkungan global "
Eduardo Rojas (Asisten Direktur Jenderal FAO)
Pengelolaan Biodiversitas Hutan
§
§
§
§
§
Timber production
Water
Community Values
Carbon
Biodiversity
Resource
Sustainable Management
Time
Pengelolaan Biodiversitas Hutan
Uniform Management
§
§
Taman Nasional
Taman Hutan raya dll
Specialised Management
§
Pengelolaan biodiversitas
hutan bambu di TN, dll
Biologi Reproduksi Pohon Hutan
Reproduksi sangat penting dalam
pemeliharaan populasi
¨ Reproduksi seksual mendorong variasi
genetik à kombinasi berbeda, saling
silang dan mutasi
¨ Strategi dalam menghadapi variasi
kondisi lingkungan
¨ Kunci evolusi oleh seleksi alam
¨
growth
survival
sexual
ADULT PLANT
pollination
asexual
apomixis
SAPLING
self pollination
growth
survival
SEED
dispersal
SEEDLING
germination
establishment
Harrison, 2010
Interaksi Biodiversitas Hutan-Pertanian
Penyediaan sumber air/hidrologi dan
siklus hara
¨ Polinasi/penyerbukan tanaman pertanian
oleh fauna hutan
¨ Penyebaran biji (secara biotik & abiotik)
¨ Pengendalian hama dan penyakit
¨ Penunjang kehidupan musuh alami dalam
¨
Bagaimana Fauna hutan mencari
buah/bunga untuk dimakan/dihisap?
Deteksi lokasi dengan indra
¨ Menggunakan inspeksi/pemeriksaan
wilayah serta pemilahan berdasar
pengalaman (mis. saat memilih buah untuk
dimakan)
¨ Tanpa menggunakan memori (bersifat
simple) saat menelan dan mencerna buah
atau nectar bunga
¨
Sumber: Corlett, 2010
(Yumoto. 2000).
Sumber: Corlett, 2010
Pollination (Penyerbukan)
Penyerbukan, merupakan jasa lingkungan
yang sangat penting untuk produksi tanaman
¨ Berhubungan langsung dengan habitat alami
àdianggap ‘selayaknya’ ada di alam (free
service) dan tersedia setiap saat
à free public good
¨ Dapat terus dilakukan fauna hutan (burung,
serangga, mamalia, dll) selama dalam
jangkauan homerange habitat.
¨
Penyerbukan Bunga Tumbuhan
POLLEN VECTOR
Wind
Water
Bees
Hymenoptera
Butterflies/Moths
Flies
Beetles
Thrips
Birds
Bats
ANGIOSPERMS POLLINATED
8.3 %
.
0.6 %
.
16.6 %
.
18.0 %
.
8.0 %
.
5.9 %
.
88.3 %
.
0.2 %
.
0.4 %
.
0.07 %
.
Buchmann & Nabhan, 1996 dalam Harrison, 2010
Fauna Hutan mendeteksi buah/bunga
¨
Bervariasi antar famili hewan, diantaranya :
Penyerbukan berdasar Polinator
Penyerbukan berdasar Polinator
Budidaya Buah Durian
Penyerbukan Buah Durian
¨
Dua faktor yang paling mempengaruhi yaitu pollinator
(Yumoto. 2000 dan Bumrungsri et al. 2009) dan waktu
penyerbukannya (Honso et al. 2004).
¨
¨
¨
Waktu efektif penyerbukan bunga durian berlangsung dalam
periode antara 6 jam sebelum hingga 12 jam setelah mekar
dikenal dengan Efective Pollination Period (EPP).
EPP dipengaruhi oleh tiga parameter reproduksi pohon, yaitu
tingkat penerimaan putik, pergerakan buluh serbuk sari, dan
umur bakal buah (ovule).
Pollinator : Kelelawar buah/Eonycteris spelacea (Bumrungsri et
al. 2009), Burung pemakan serangga /nectariniidae dan
lebah madu raksasa (Yumoto. 2000).
Penyerbukan Buah Durian
¨
¨
¨
¨
Tiap varietas durian memiliki karakter bunga dan serbuk sari
berbeda, yang menyebabkan variasi pada jenis pollinator dan
tingkat keberhasilan penyerbukan.
Kelelawar merupakan agen penyerbuk paling efektif,
kedatangannya bersifat sporadis yg tertarik pada tumbuhan
durian yg berbunga secara serentak (Bumrungsri et al. 2008).
Jenis-jenis durian yang penyerbukannya dibantu burung
(ornithophily) memiliki karakter warna yang menarik, aroma tidak
terlalu kuat, dasar bunga dalam, dan waktu mekar di siang hari.
Penyerbukan bunga durian oleh serangga adalah bunga yang
berwarna kekrem-kreman/cenderung putih, aroma yang kuat,
dan bidang bunga yang lebar atau dasar bunga yang dangkal.
(Yumoto. 2000).
Sumber: Yumoto. 2000
Budidaya Sayuran Brassica rapa (caisin)
¨
¨
¨
¨
Caisin merupakan tanaman sayuran penting di Indonesia dan
Asia. Daun bertangkai, bentuk oval, warna hijau mengkilap.
Penelitian dilakukan di pinggir hutan & jauh dari hutan
Serangga penyerbuk pertanaman caisin didominasi oleh
Hymenoptera (10 spesies). Serangga penyerbuk dari ordo
Diptera (2 spesies), Coleoptera (1 spesies), dan Lepidoptera (6
spesies) ditemukan dengan kelimpahan rendah.
Lebah Apis cerana, Ceratina sp., dan A. dorsata (Apidae:
Hymenoptera) memiliki kelimpahan tinggi, masing-masing
43.11, 36.98, dan 8.36%, spesies lainnya dengan kelimpahan
kurang dari 3%.
Sumber: Tri Atmowidi, 2008
Budidaya Sayuran Brassica rapa (caisin)
Sumber: Tri Atmowidi, 2008
Budidaya Sayuran Brassica rapa (caisin)
Sumber: Tri Atmowidi, 2008
Budidaya Sayuran Brassica rapa (caisin)
¨
¨
¨
¨
Keanekaragaman pollinator serangga ditemukan tinggi di
pagi hari (pukul 08.30-10.30), yang berkaitan dengan
tingginya sumberdaya (bunga, serbuksari, & nektar).
Faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban udara, dan
intensitas cahaya berpengaruh terhadap keaneka-ragaman
serangga penyerbuk.
Pada pertanaman caisin dipinggir HUTAN, dimana serangga
berperan dlm penyerbukan, terjadi peningkatan jumlah biji per
polong, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, dan
perkecambahan biji.
Kelimpahan individu serangga penyerbuk berpengaruh positif
terhadap jumlah biji yang dihasilkan
(sumber: Tri Atmowidi, 2008)
Budidaya Kelapa Sawit
(Oil Palm)
Kelapa sawit native dari Afrika Barat è tanam di Asia untuk memenuhi
kebutuhan……TETAPI…produksi rendah!
Manual pollination .. tidak efisien dan terlalu mahal
è Dikembang biakkan pollinator native dari kamerun
Elaeidobius kamerunicus
Foto: Kurniatun Hairiah
Budidaya Kelapa Sawit
¨
¨
¨
Perkebunan kelapa sawit selama ini dikenal bertentangan
dengan biodiversitas lingkungan terutama bila dibandingkan
dengan bentuk hutan sebelumnya.
Namun dengan menambah biodiversitas di lapisan
understory perkebunan kelapa sawit, memberikan kontribusi
untuk memelihara beberapa keanekaragaman hayati
(Aratrakorn et al 2006.)
Manipulasi eksperimental dari pengembangan lapisan
understory menunjukkan mempunyai manfaat yang signifikan
bagi burung mirip perkebunan lainnya (karet, kopi & kakao)
Emergent adalah lapisan hutan di atas 40
meter yang terdiri dari pohon raksasa.
Contohnya adalah pohon Redwood. Pohon ini
dapat mencapai tinggi hingga 120 meter.
Namun hanya sedikit pohon Emergent.
Kanopi adalah lapisan hutan yang terletak di
ketinggian 40 meter ke bawah. Contoh
tumbuhan di sini adalah Durian. Di sini banyak
terdapat hewan seperti Monyet dan
sebagainya. Lapisan ini adalah lapisan yang
paling banyak mendapat cahaya.
Understorey adalah bagian yang meliputi
tumbuhan rambat, pakis, dan sebagainya.
Contohnya adalah Sirih, Paku, dan
sebagainya. Di sini banyak terdapat kadal
dan ular.
Dasar hutan adalah lapisan meliputi rumput
dan semak. Dasar hutan hanya mendapat 12% cahaya mata hari. Di sini banyak
terdapat hewan pemburu, rumput, dll
Budidaya Kelapa Sawit
¨
¨
¨
Understory bisa menyediakan sumber makanan, tempat
berlindung dan berkembang biak bagi burung dan spesies lain
sehingga keanekaragaman hayati terjadi
Kelimpahan Burung dan musuh alami dapat digunakan untuk
mengurangi kelimpahan serangga herbivora, sehingga burung
pemakan serangga dapat memberikan kontribusi terhadap
pengendalian hama alami, memperkuat pembenaran untuk
melestarikan keanekaragaman hayati dalam lanskap pertanian
(Koh 2008b).
Selanjutnya, perkebunan kelapa sawit dengan peningkatan
understory bahkan dapat berfungsi sebagai koridor antara
ekosistem alam
(Na´jera & Simonetti, 2010)
¨
Biodiversitas pada kebun kelapa sawit
ditingkatkan dengan pengelolaan vegetasi di
antara / di bawah kelapa sawit (understorey),
jumlah burung pemakan serangga lebih banyak
daripada di lahan kelapasawit yang di
sekelilingnya dibersihkan dari tb2-an (Without
understorey)
Budidaya Kopi Multistrata
Hutan
Kirikkirik
(Merop
s sp.)
Caladi ulam
(Dendrocop
us macei)
Rangkong
(Buceros
bicornis)
Burung madu
(Ixos
(Aethopyga
malacc
Takur tutut
Sriguntin
Rangkong
temminckii) Burung madu
ensis)
(Megalaima
g
belukar
(Aceros
rafflesii)
(Dicrurus Pelatuk
(Hypsi
Burung
(Anthreptes
undulatus)
sp.) (Picus
petes
singalensis)
madu
canus)
Burung cabai
(Anthreptes
(Dicaeum
Sempur hujan
flavala
simplex)
chysorrheum)
darat
)
(Phaenic
Punai
(Eurylaimus
ophaeus
gading
(Calyptome diardi)
ochromalus)Pentis pelangi
Cabai jawa
(Treron
Kehicap
na
viridis)
(Prionochilus
verans)
(Dicaeum
ranting
Burung
cabai
percussus)
Cica daun
trochileum)
(Hypothymis
(Prionochilus
(Aloph
sayap biru
Delimukan
azurea)
maculatus)
oixus
(Chloropsis
Kadalan
(Chalcophap
Sikatan
ochracKutilang
conchinchin
s indica)
Murai
birah
ninon
eus) jenggot
ensis)
Peladuk
(Trichixos (Phaenic
(Eumyias
(Malalcoci
yrrhopygus) ophaeus
(Alophoixu
indigo)
Burung
api
ncla sp.)
curvirostri
s bres)
(Ceyx
s)
erithacus)
Peladuk
Cica kopi
(Trichastoma
melayu
Peladuk
bicolor)
(Pomatorhinus
(Stachyris
montanus)
striolata)
Peladuk
(Stachyris
nigriceps)
Burung tikus
(Rhinomyias
olivacea)
Kopi campuran
Kepodang
ungu kecil
(Coracina
fimbriata)
Burung hantu
(Bubo
sumatrensis
Sikatan hijau
laut
(Eumyias
thalassina)
Pelatuk
merah
(Picus
Perenjak
miniaceus)
sayap garis)
(Prinia
Caladi
familiaris)
tikus
(Sasia
abnormis)
Sepah hutan
(Pericrotus
flammeus)
Kedasih
hitam
(Surniculus
Jingjing lugubris)
bukit
(Hemipus
picatus) Kepodang
kuduk hitam
(Oriolus
chinensis)
Burung
madu
(Anthreptes
simplex)
Burung madu rimba
(Hypogramma
hypogrammicum)
Alang-alang: Imperata grassland
Kekep babi
(Artamus
leucorynchus)
Layanglayang
rumah
(Delichon
dasypus)
Perenjak
rawa
(Prinia
flaviventris
)
Perenjak
gunung
(Prinia
atrogularis)
Perenjak
belalang
lurik
(Locustella
lanceolata)
Kutilang
(Pycnonotus
aurigaster)
Puyuh batu
(Coturnix
chinensis)
Budidaya Kopi
¨
¨
¨
Praktek budidaya kopi multistrata memiliki fungsi
lindung bagi daerah aliran sungai & secara finansial
berkelanjutan (Sumberjaya, Lampung, Budidarsono &
Wijaya, 2003).
Vandermeer (2002) menyatakan bahwa biodiversitas
kopi multistrata dapat menyerupai hutan alami untuk
beberapa famili terutama burung.
Perkebunan kopi multistrata juga dapat menunjang
pengurangan erosi kawasan (Perfecto et al., 1996; Moguel
and Toledo, 1999), dan penyerapan (sequestrasi) karbon
(Fournier, 1995; Miirquez-Barrientos, 1997; DeJong et al., 1995,
1997)
(Budidarsono & Wijaya, 2003)
Budidaya Kopi
¨
¨
Biodiversitas burung tinggi karena pertanian kopi
multistrata mampu berfungsi sebagai habitat seperti
hutan alami. Makanan burung adalah hama tanaman
kopi sehingga burung berfungsi sebagai pengendali
hama tanaman alami.
Vandermeer (2002) juga menyatakan bahwa perkebun
an kopi di Meksiko mampu berfungsi sebagai tempat
singgah bagi burung migrasi dengan densitas melebihi
hutan alami.
Kelimpahan biodiversitas
tumbuh-tumbuhan mendukung
secara langsung kelimpahan
biodiversitas invertebrata
Kelimpahan biodiversitas
invertebrata mendukung
secara langsung pengurangan
populasi hama
Ngadirejo, Poncokusumo,
¨
Kelimpahan
hama lebih
rendah pada
lahan pertanian
yang
biodiversitasnya
lebih tinggi
5
Number of Metioche per 10
hills
farmer
4
3
2
1
farmer
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0
2WAT
2WAT
4WAT
6WAT
8WAT
10WAT
12WAT
14WAT
8WAT
10WAT 12WAT 14WAT 16WAT
dry season 2005
weed strip
farmer
25
20
15
10
5
0
4WAT
6WAT
8WAT
10WAT
12WAT
(Weeks After Transplanting)
14WAT
16WAT
Number of Anaxipha per 10
hills
Number of Paederus spp.
6WAT
(Weeks After Transplanting)
selective weeding
30
2WAT
4WAT
16WAT
(Weeks After Planting)
dry season 2005
selective
weeding
weed strip
dry season 2005
Number Metioche per 10
hills
selective
weeding
weed strip
rainy season 2004-2005
selective
weeding
weed strip
farmer
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
2WAT 4WAT 6WAT 8WAT 10WAT 12WAT 14WAT 16WAT
(Weeks After Transplanting)
Rerata populasi predator
(Metioche vittaticollis,
Anaxipha longipennis dan
Paederus spp.) lebih tinggi
di pertanaman padi yang
tidak disiang bersih
gulmanya (Monochoria
vaginalis, Limnocharis,
Fimbristylis, Cyperus iria)
dibandingkan pada
pertanaman padi
konvensional
Fungsi Tumbuhan Liar Bagi Kehidupan Heksapoda
Predator dan Parasitoid
¨
¨
¨
¨
Inang alternatif bagi mangsa atau inang
Sumber pakan tambahan: nektar dan polen
Tempat berlindung (shelter)
Tempat bertelur (oviposisi)
“GULMA” sebagai SHELTER
No. Eggs
20
10
0
C.dactylon
Cynodon sp.
E.indica
L.chinensis
C.iria
D. ciliaris
E.tenella
C.rotundus
E. colonum
F.miliaris
P.repens
L.flava
Rice seedling
P.conjugatum
M.vaginalis
Rice
Plants
Jumlah telur Metioche vittaticollis
(predator) yang diletakkan masing-masing
pada bibit padi, padi umur 1 bulan setelah
transplanting dan 14 species gulma pada
uji pilih peletakan telur secara bebas
Beberapa predator membutuhkan tempat
spesifik untukberkembang biak
Telur yang
disisipkan pada
batang tumbuhan
FARMSCAPING
Source: http://benton-franklin.wsu.edu/agriculture/Farmscaping.html
FARMSCAPING
¨
"Farmscaping" adalah suatu pendekatan
holistik pengendalian hama dan penyakit
tanaman pada suatu lahan pertanian yang
fokus pada peningkatan biodiversitas untuk
mempertahankan populasi serangga
berguna, burung, kelelawar, dan kehidupan
liar lainnya sebagai bagian dari progam
pengelolaan ekologi hama dan penyakit
tanaman
FARMSCAPING
Farmscaping perlu memperlakukan
“beneficial wildlife” sebagai "minature
livestock" yang perlu dipelihara seperti
memelihara ternak sapi, kambing, ayam dan
lain-lain.
¨ Farmscaper perlu belajar dan mengamati
jenis tumbuhan yang sesuai untuk tanaman
pinggir, cover crop, “flower beds” yang
berhubungan “beneficial wildlife”.
¨
¨
Keuntungan Farmscaping
¨
¨
¨
¨
Farmscaping menurunkan kebutuhan pestisida,
menurunkan biaya dan mengurangi paparan bahan
kimia pada petani dan konsumen.
Farmscaping sederhana dan murah untuk
diimplementasikan.
Farmscaping menambah keindahan lansekap.
Farmscaping juga dapat menambah pendapatan
sampingan untuk petani, seperti ternak lebah, bunga
potong dan fish farming.
Kekurangan Farmscaping
¨
¨
Farmscaping memerlukan pengamatan dan
manajemen lebih dibandingkan cara konvensional
untuk mendapatkan keuntungan maksimum.
Karena farmscaping lebih tergantung pada siklus
alami, sehingga keefektifannya tidak akan sama dari
musim ke musim
Pentingnya diversitas tanaman bagi kehidupan
biota
Kurniatun Hairiah
Supply
CLIMATE
Crop diversity & its rotation,
Drivers
Organic Resource Quality
Soil Tillage, fertilization
Factors
Eficiency Use
MANAGEMENT
Processes
Soil Fauna
Soil Structure
C and N cycle
N Use Efficiency
Services
Water cycle
Water Use Efficiency
C sequestration
(Brussard et al.,
2006)
Sustainable Agro-ecosystems
Fungsi Biota Utama
No
1
Fungsi Biologi
Siklus hara, mineralisasi/
immobilisasi
• Fiksasi N
• Serapan P
Grup fungsional
Mikro & makro organisma tanah
Pemfiksasi N ~ bebas, simbiosis
dengan akar legume
2
Dekomposisi
Mikroorganisma
3
Bioturbasi
Akar tanaman, Ecosystem engineer
4
• Agregasi tanah
Akar, mikoriza, meso & makro- fauna
tanah
• Redistribusi BO
Akar, mikoriza, makrofauna tanah
Pengendali hama
Predator, parasit, pathogen
Rayap
Cacing tnh
I
(Bignel et al., 2000)
Epigeic
Anecic
Endogeic
*“Ecosystem Engineers”
* Dekomposers
* Macropredators
MAKROFAUNA
Nematoda
Bacterivores Fungifores Plant parasities
omnivores predators
II
MIKROPREDATOR
Mycorrhiza
III
III
Fungi
IV
IV
N-fixers
Inang spesifik
ketersediaan hara
MIKROSYMBION
Protists
“Dekomposer” sbg.
BIOMASA MIKROBIA
Bacteria
Pencampuran Tanah Secara Biologi
(bioturbasi)
Rayap
Semut
AKAR
Cacing tanah
Penggali Tanah
CONTOH KASUS
Dari Sumberjaya, Lampung Barat
Fungsi Biodiversitas Tanah (Dewi et al, 2005)
Earthworms sampling
SOIL MONOLITH
Earthworm DIVERSITY (Taxonomi, Functional Group)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Species
Megascolecidae
sp./Morphospesies 1
Metaphire javanica
grup/Morphospesies 2
Metaphire 1/Perionyx
excavatus
Metaphire 2/Amynthas
gracilis
Ocnerodriidae:
Malabariinae sp.
/Morphospesies 3
Nematogenia
panamaensis/Morphosp
esies 4
Ocnerodrilus
occidentalis/ M4
Dichogaster
saliens/Morphospesies 5
Gordiudrilus elegan/
Dichogaster bolaui
Pontoscolex corethrurus
/aff. Pontoscolex
corethrurus 1
Jumlah
Func
End
Orig
N
Epi
N
Epi
N
Epi
N
End
E
End
E
End
E
End
E
End
E
End
E
HA
HT
AF
KM
TP
HR
AL
4 species
disappeared
Tolerable
Common Species
3
5
6
6
3
4
1
Stepwise regression analysis
Macropore = 0.78 Roots – 15.6 B/Pnon-Pontoscolex
5.02 Litter thickness
Variable
Roots DW
Litter
thickness
Ratio B:Pnon
Pontoscolex
+
(R2 = 0.98**)
TPY
value value
9.37 0.001** PV = 4.79 + 0.74 Root Dw
PV = - 0.40 + 10.1 Litter
6.10 0.004**
thickness
PV = 9.65 + 34.5 B/P non
-3.27 0.031*
R2
0.85**
0.58*
0.47*
Pontoscolex
è Managing Crop Diversity is the key factor
for maintaining Soil macropore
Impact of forest conversion to agricultural land on Nematoda
diversity (BGBD-UNILA, Lampung)
(Gede Swibawa,
2007)
Effect cropping pattern in coffee based agroforestry system on
abudance of parasite nematode (Radopholus)
Cropping pattern
Monoculture
Coffee + banana
Coffee+ Gliricidia
Coffee + Gliricidia +
Avocado
Coffee + Gliricidia +
Avocado +
Mahogany
Probability
Population
(idividu per
300 cc soil)
97.47 b
328.39 a
95.02 b
88.47 b
136.92 b
0.0005
(Swibawa et al, 2008)
Litter thickness and population density of nematode in various land
use systems
(Gede Swibawa,
2009)
Kesimpulan
¨
BioDiversitas tanaman pertanian perlu
dipertahankan, untuk:
¤ Diversitas
Jenis masukan BO
¤ Iklim mikro
¨
Mempertahankan BIOTA yang menguntungkan dan
menekan Biota yang merugikan
Download