KANDUNGAN SENYAWA KIMIA PADA DAUN TEH (Camellia sinensis) RESUME Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Bahan Penyegar dan Rempah-rempah yang diampu oleh Puji Rahmawati, S.TP.,M.Si dan Siti Mujdalipah, S.TP.,M.Si Oleh : Isnaeni Apriliani 1305572 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015 Teh (Camellia sinensis) sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan tertentu seperti pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis dan pengeringan. Manfaat yang dihasilkan dari minuman teh adalah memberi rasa segar, dapat memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak negatif. Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh tersebut berasal dari kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun teh. Komposisi susunan kimia dalam daun teh sangat sangat bervariasi bergantung pada beberapa faktor diantaranya yaitu jenis klon, variasi musim dan kondisi tanah, perlakuan kultur teknis, umur daun, dan banyaknya sinar matahari yang diterima. 1. Komposisi Kimia Daun Teh Kandungan senyawa kimia dalam daun teh dapat digolongkan menjadi 4 kelompok besar yaitu golongan fenol, golongan bukan fenol, golongan aromatis, dan enzim. Keempat kelompok tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifatsifat baik pada teh, apabila pengendaliannya selama pengolahan dapat dilakukan dengan tepat. a. Golongan Fenol Golongan fenol yang terdapat dalam daun teh adalah : Katekin Katekin adalah senyawa metabolit sekunder yang secara alami dihasilkan oleh tumbuhan dan termasuk dalam golongan flavonoid. Senyawa ini memiliki aktivitas antioksidan berkat gugus fenol yang dimilikinya. Struktur molekul katekin memiliki dua gugus fenol (cincin A dan B) dan satu gugus dihidropiran (cincin C), dikarenakan memiliki lebih dari satu gugus fenol, maka senyawa katekin sering disebut senyawa polifenol. Katekin pada daun teh merupakan senyawa yang sangat kompleks, tersusun sebagai komponen senyawa katekin (C), epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC), epigalokatekin galat (EGCG), dan galokatekin (GC). Senyawa katekin merupakan senyawa yang paling penting pada daun teh yang berfungsi sebagai antioksidan yang menyehatkan tubuh. Hasil penelitian University of Kansas (2007) yang dipresentasikan di America Chemical Society, menyatakan bahwa katekin dalam teh hijau berkemampuan 100 kali lebih efektif untuk menetralisir radikal bebas daripada vitamin C dan 25 kali lebih ampuh dari vitamin E. Selain itu senyawa katekin juga berperan dalam menentukan sifat produk teh seperti rasa, warna, dan aroma. Senyawa katekin dalam reaksinya dengan kafein, protein, peptida, ion tembaga dan siklodekstrin membentuk beberapa senyawa kompleks yang sangat berhubungan dengan rasa dan aroma. Katekin menentukan warna seduhan terutama pada teh hitam, pada proses oksidasi enzimatis (fermentasi) sebagaian katekin terurai menjadi senyawa theaflavin yang berperan memberi warna kuning dan senyawa thearubigin yang berperan memberi warna merah kecoklatan. Selama proses pengolahan teh kandungan katekin akan berkurang. Kandungan katekin akan mengalami penurunan akibat proses pelayuan, oksidasi enzimatis, penggilingan, dan pengeringan. Hasil penelitian Karori et al (2007) mendapatkan bahwa kandungan katekin yang terdegradasi pada pengolahan teh oolong, teh hijau, dan teh hitam adalah seperti yang tertera pada tabel. Penurunan kandungan katekin tertinggi terjadi pada pengolahan teh hitam. Penurunan kandungan katekin yang tertinggi pada pengolahan teh hitam merupakan keharusan, mengingat katekin sengaja diubah menjadi theaflavin dan thearubigin untuk menghasilkan cita rasa yang khas. Flavanol Struktur molekul senyawa flavanol hampir sama dengan katekin tetapi berbeda pada tingkatan oksidasi dari inti difenilpropan primernya. Flavanol merupakan satu diantara sekian banyak antioksidan alami yang terdapat dalam tanaman pangan dan mempunyai kemampuan mengikat logam. Senyawa flavanol dalam teh kkurang disebut sebagai penentu kualitas, tetapi diketahui mempunyai aktivitas yang dapat menguatkan dinding pembuluh darah kapiler dan memacu pengumpulan vitamin C. Flavanol pada daun teh meliputi senyawa kaemferol, kuarsetin, dan mirisetin dengan kandungan 3-4% dari berat kering. 2. Golongan Bukan Fenol Golongan bukan fenol yang terdapat dalam daun teh adalah : Karbohidrat Daun teh mengandung karbohidrat meliputi sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Keseluruhan karbohidrat yang terkandung dalam teh adalah 3-5% dari berat kering daun. Peranan karbohidrat dalam pengolahan teh yaitu dapat bereaksi dengan asamasam amino dan katekin, yang pada suhu tinggi akan membentuk senyawa aldehid yang menimbulkan aroma seperti aroma karamel, bunga, buah, madu, dan sebagainya. Pektin Pektin terutama terdiri dari pektin dan asam pektat, dengan kandungan berkisar antara 4,9-7,6% dari berat kering daun. Dalam proses pengolahan teh, pektin akan terurai menjadi asam pektat dan metil alkohol, sebagian metil alkohol akan menguap ke udara, tetapi sebagain lagi akan bereaksi dengan asam-asam organik menjadi ester-ester yang berperan dalam menyusun aroma. Adapun asam pektat dalam suasana asam akan membentuk gel, dimana gel ini berfungsi untuk mempertahankan bentuk gulungan daun setelah digiling. Selanjutnya gel akan membentuk lapisan dipermukaan daun teh, sehingga berperan dalam mengendalikan proses oksidasi. Pada proses pengeringan lapisan gel akan mengering membentuk lapisan mengkilat yang sering disebut bloom dari teh. Alkaloid Sifat menyegarkan seduhan teh berasal dari senyawa alkaloid yang dikandungnya, dengan kisaran 3-4% dari berat kering daun. Alkaloid utama dalam daun teh adalah senyawa kafein, theobromin, dan theofolin. Senyawa kafein dipandang sebagai bahan yang menentukan kualitas teh. Selama pengolahan teh, kafein tidak mengalami penguraian, tetapi kafein akan bereaksi dengan katekin membentuk senyawa yang menentukan nilai kesegaran (briskness) dari seduhan teh. Protein dan asam-asam amino Kandungan protein dalam daun teh dirasakan sangat besar peranannya dalam proses pembentukan aroma pada teh terutama pada teh hitam. Perubahan utama selama proses pelayuan adalah penguraian protein menjadi asam-asam amino. Asam amino bersama karbohidrat dan katekin akan membentuk senyawa aromatis asam amino, yang berupa senyawa hidrokarbon, alkohol, aldehid, keton, dan ester. Asam amino yang banyak berperan dalam pembentukan senyawa aromatis adalah alanin, fenil alanin, valin, leusin, dan isoleusin. Adapun kandungan protein dan asam amino bebas pada daun teh adalah berkisar antara 1,4 – 5 % dari berat kering daun, dimana kandungan asam amino bebas pada C. Sinensis varietas sinensis lebih tinggi daripada C. sinensis varietas assamica, sehingga seduhan C. sinensis varietas sinensis memiliki aroma yang lebih baik. Kandungan asam amino bebas pada daun teh sebanyak 50% didominasi oleh asam amino L-theanin, sisanya berupa asam glutamat, asam aspartat, dan arginin. L-theanin merupakan asam amino yang khas karena hanya ditemukan didalam daun teh dan beberapa jenis jamur serta beberapa spesies Camellia yaitu C. javonica dan C. sasanqua. Asam amino L-theanin telah terbukti mendorong terbentuknya alfa didalam otak yang dapat memberikan rasa tenang. Klorofil dan Zat Warna yang lain Kandungan zat warna dalam daun teh sekitar 0,019% dari berat kering daun teh. Salah satu unsur penentu kualitas teh hijau adalah warnanya, sehingga klorofil sangat berperan dalam warna hijau pada teh hijau. Dalam proses oksidasi enzimatis pada pengolahan teh hitam, klorofil yang berwarna hijau segar mengalami penguraian menjadi feofitin yang berwarna hitam. Adapun sebagain zat warna karotenoid akan teroksidasi menjadi substansi mudah menguap yang terdiri dari aldehid dan keton tak jenuh yang berperan dalam aroma seduhan teh. Sedangkan sebagian lagi karotenoid akan berperan dalam memberi warna kuning jingga. Asam Organik Kandungan asam organik dalam daun teh berkisar 0,5-2% dari berat kering daun. Adapun jenis asam organik yang terkandung dalam daun teh adalah asam malat, asam sitrat, asam suksinat dan asam oksalat. Dalam proses pengolahan teh, asam-asam organik tersebut akan bereaksi dengan metil alkohol membentuk senyawa ester yang memiliki aroma yang enak. Resin Resin merupakan senyawa polimer rantai karbon dengan kandungan pada daun teh sekitar 3% dari berat kering daun. Peranan resin dalam pengolahan teh adalah turut berperan dalam membentuk bau dan aroma teh. Adapun peranan lain dari resin adalah meningkatkan daya tahan daun teh terhadap embun beku (frost). Vitamin-vitamin Pada daun teh terkandung beberapa jenis vitamin antara lain vitamin A, B1, B2, B3, B5, C, E dan K. Pada umumnya vitamin-vitamin tersebut sangat peka terhadap proses oksidasi dan suhu yang tinggi, sehingga kandungan vitamin tersebut pada teh hijau (tanpa oksidasi) jauh lebih tinggi daripada teh hitam. Selain itu teh hijau mempunyai kandungan vitamin B (B1, B2, B3, dan B5) sepuluh kali lebih besar dibandingkan dengan yang terdapat pada serealia dan sayur. Begitupun kandungan vitamin C lebih tinggi dari buah apel, tomat ataupun jeruk. Adapun dalam satu cangkir teh hijau mengandung vitamin E sebanyak 100200 IU dan vitamin K sebanyak 300-500 IU. Mineral Kandungan mineral dalam daun teh sekitar 4-5% dari berat kering daun. Jenis mineral yang terkandung dalam daun teh adalah K, Na, Mg, Ca, F, Zn, Mn, Cu, dan Se. Dibandingkan dengan mineral lainnya F merupakan mineral yang kandungan tertinggi dalam daun teh, yang mempunyai fungsi penting dalam mempertahankan dan menguatkan gigi agar terhindar dari karies. 3. Senyawa Aromatis Aroma merupakan salah satu sifat yang penting sebagai penentu kualitas teh, dimana aroma tersebut sangat erat hubungannya dengan substansi aromatis yang terkandung dalam daun teh. Substansi aromatis pembentuk aroma teh merupakan senyawa volatile (mudah menguap) baik yang terkandung secara alamiah pada daun teh maupun yang terbentuk sebagai hasil reaksi biokimia pada proses pengolahan teh (pelayuan, penggulungan, oksidasi enzimatis, pengeringan). Substansi aromatis yang terkandung secara alamiah jumlahnya jauh lebih sedikit daripada yang terbentuk selama proses pengolahan teh. Adapun senyawa aromatis yang secara alamiah sudah ada pada daun teh diantaranya adalah linalool, linalool oksida, pfhenuetanol, geraniol, benzil alkohol, metil salisilat, n-heksanal dan cis-3heksenol. Saat ini telah teridentifikasi sekitar 638 senyawa yang bertanggung jawab terhadap aroma teh. Adapun komponen senyawa tersebut adalah seperti yang tertera pada tabel. 4. Enzim-enzim Enzim yang terkandung dalam daun teh diantaranya adalah invertase, amilase, beta glukosidase, oksimetilase, protease, dan peroksidase yang berperan sebagai biokatalisator pada setiap reaksi kimia didalam tanaman. Selain itu terdapat juga enzim polifenol oksidase yang berperan penting dalam proses pengolahan teh yaitu pada proses oksidasi katekin. Dalam keadaan normal enzim polifenol oksidase tersimpan dalam kloroplast, adapun senyawa katekin berada dalam vakuola, sehingga dalam keadaan tidak ada perusakan sel, kedua bahan tersebut tidak dapat saling bereaksi. Enzim lain yang terkandung dalam daun teh yang menentukan dalam pembentukan sifat spesifik teh hitam adalah pektase dan klorofillasse yang masingmasing aktif dalam reaksi perubahan pektin dan klorofil. 5. Pengolahan Teh dengan Kandungan Katekin Tinggi Sejumlah hasil penelitian terkini mendapatkan bahwa katekin merupakan senyawa yang paling bertanggung jawab dalam menimbulkan efek yang menyehatkan dari teh. Diantara semua jenis produk teh, teh hijau yang paling banyak menyita perhatian. Hal ini disebabkan oleh kandungan katekinnya yang tinggi, saat ini teh hijau tidak hanya sebagai produk minuman saja, tetapi telah menjadi salah satu komponen penting pada berbagai produk makanan, farmasi, perawatan tubuh dan kecantikan. Pusat penelitian teh dan kina telah mengembangkan teknologi proses pengolahan teh hijau berkatekin tinggi yang dapat menghasilkan teh hijau dengan kandungan katekin yang lebih tinggi 24,5% daripada teh hijau yang dihasilkan oleh pengolahan konvensional. Prinsip dasar pengolahan teh hijau berkatekin tinggi adalah inaktivasi enzim polifenol oksidase melalui pemberian uap panas (steaming) secara merata keseluruh permukaan daun pada proses pelayuan. Proses penggilingannya merupakan kombinasi antara OTR (open top roller) dan CTC (crushing tearing curling) untuk meningkatkan total padatan terlarutnya. Proses pengolahan ini tidak saja menghasilkan teh hijau dengan kandungan katekin yang lebih tinggi, tetapi juga menghasilkan teh dengan kemampuan padatan terlarut yang cukup tinggi yaitu 43%, jauh lebih tinggi dengan teh hijau hasil pengolahan konvensional yang mempunyai padatan terlarutnya hanya 33%. Sumber : Balittri, Juniaty Tohawa. (2013) Kandungan Senyawa Kimia pada Daun Teh (Camellia sinensis). [jurnal] Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 19 Nomor 3.