4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah

advertisement
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk
menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam
keseimbangan yang tepat dalam lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu
spesies tanaman (Xiaolin et al 2012).
Kesuburan kimia tanah yaitu kesuburan tanah yang ditentukan oleh jumlah
jenis dan ketersediaan senyawa atau unsur atau ion-ion dalam tanah.Parameter
kesuburan kimia tanah ditentukan dalam jumlah kation yang dapat berubah, KPK,
kejenuhan basa, karbon organik, ketersediaan N, P, dan K, pH, kejenuhan Al dan
Fe.Sifat kimia tanah ini sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara di
dalamtanah (Arihara 2000).
Produksi tanaman didasarkan pada penggunaan hara tanaman yang tersedia
dalam tanah.Tiap-tiap tanah sangat beragam dalam kemampuannya untuk
ditanami sampai beberapa lama tanpa ada penurunan produksi sebelum pemberian
hara yang diperlukan.Penambahan kebutuhan hara didasarkan pada kebutuhan
hara oleh tanaman dan kemampuan tanah menyediakan hara.Apabila tanah tidak
cukup memadai menyediakan hara bagi pertumbuhan tanaman secara normal,
maka perlu ditambahkan sejumlah hara kedalamtanah (Handayanto1998).
Manajemen hara yang baik untuk produksi tanaman adalah didasarkan pada
pengetahuan tentang hara yang dibutuhkan tanaman dan ketersediaan hara di
dalam tanah.Perawatan manajemen hara dapat didasarkan pada jumlah hara yang
terambil dari dalam tanah oleh tanaman saat panen.Agar produksi tanaman dapat
berhasil dan berkelanjutan dalam waktu yang lama, tanah harus mengandung
sejumlah hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, terutama nitrogon, fosfor,
dan kalium. (Ahmad et al 2014).
Kebutuhan pupuk bagi tanaman didasarkan atas : (1) jumlah hara yang
terangkut bersama panen, (2) cadangan hara yang ada di dalam tanah, (3) tanda
kekurangan hara pada tanaman. Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan
cadangan
hara
di
dalam
tanah
memerlukan
4
analisis
tanah
di
5
laboratorium.Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan tanda kekurangan hara
yang diperlihatkan tanaman memerlukan keahlian dan pengalaman khusus,
kadang-kadang gejala kekurangan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain
sulit dibedakan dan gejala tersebut tidak menggambarkan berapa jumlah pupuk
yang harus diberikan. Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan perkiraan jumlah
hara yang terangkut bersama panen merupakan cara yang paling sederhana dan
mudah (Giannakiset al2014).
B. Lahan Kering
Lahan kering merupakan sumber daya pertanian terbesar ditinjau dari segi
luasnya, potensi lahan kering di Indonesia sekitar 148 juta ha, namun profil
usahatani agroekosistem ini sebagian masih diwarnai oleh rendahnya produksi
yang berkaitan erat dengan rendahnya produktivitas
lahan. Pengelolaan
konvensional telah menyebabkan petani tidak mampu meningkatkan pendapatan.
Berdasarkan data hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan (2007) bahwa luas lahan kering yang sesuai untuk tanaman semusim
diperkirakan mencapai 25,3 juta ha (Abbas dan Marwanto 2008).
Pada umumnya lahan kering didominasi oleh tanah Ultisol, yang dicirikan
oleh kapasitas tukar kation (KTK) dan kemampuan memegang/menyimpan air
yang rendah, tetapi kadar Al dan Mn tinggi. Oleh karena itu, kesuburan tanah
Ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kadar bahan organik pada lapisan atas,
dan bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin hara dan bahan organik.
Di samping itu, kekahatan fosfor merupakan salah satu kendala terpenting bagi
usaha tani di lahan masam.Hal ini karena sebagian besar koloid dan mineral tanah
yang terkandung dalam tanah Ultisol mempunyai kemampuan menyemat fosfat
cukup tinggi, sehingga sebagian besar fosfat dalam keadaan tersemat oleh Al dan
Fe, tidak tersedia bagi tanaman maupun biota tanah (BBPPSLP 2008).
Menurut Endjang et al (2010) permasalahan teknis yang terjadi pada lahan
kering adalah produktivitas usaha tani masih rendah, salah satu penyebabnya
adalah keadaan tanah yang kurang subur akibat dari erosi yang terjadi, lahan
kering juga sangat peka terhadap kekeringan, rendahnya tingkat kesuburan tanah
yang dicirikan oleh: (1) tingginya tingkat kemasaman tanah, (2) kekahatan hara P,
6
K, Ca dan Mg, (3) rendahnya kapasitas tukar kation (KTK), (4) kejenuhan basa
dan kandungan bahan organik, dan (5) tingginya kadarAl dan Mn yang dapat
meracuni tanaman. Keadaan yang demikian ini selain disebabkan oleh erosi yang
tinggi, juga proses-proses lain seperti penggurunan (desertification), pemasaman
(acidification), penggaraman (salinisation), polusi (pollution), pemadatan
(compaction), genangan (waterlogging), penurunan permukaan tanah organik
(subsidence) dan penurunan tinggi muka air (Lifianthi et al 2012).
C. Sifat Kimia Tanah
Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi tanaman adalah sifat
tanah.Sifat tanah memegang peranan penting dalam menjaga ketersediaan dan
serapan hara dalam tanah. Sifat ini meliputi reaksi tanah, kandungan bahan
organik, kapasitas tukar kation, kadar pH dan sifat tanah lainnya (Xiaolin et al
2012).
Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsure hara bagi tanaman.
Pada reaksi tanah netral, yaitu pH 6,5 - 7,5 unsur hara tersedia dalam jumlah yang
cukup banyak (optimal). Pada pH tanah kurang dari 6,0 ketersediaan unsur-unsur
fosfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium dan molibdinum menurun dengan
cepat. Sedangkan pH tanah yang lebih tinggi dari 8,0 akan menyebabkan unsurunsur nitrogen, besi, mangan, barium, tembaga dan seng ketersediaannya relative
jadi sedikit (Leifeld et al 2014).
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Menurut Subowo (2010), tanah dengan
kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi
daripada tanah dengan kandungan bahan organic rendah atau tanah-tanah berpasir.
Sifat kimia tanah salah satunya dipengaruhi oleh bahan organik. Fungsi
kimia bahan organik dalam tanah adalah sebagai penyimpan dan penyedia hara
bagi tanaman serta meningkatkan KTK tanah (Conte 2014).
Pupuk anorganik mengandung unsur hara dengan kadar tinggi cepat tersedia
dan praktis dalam pemakaian. Pupuk anorganik dapat meningkatkan kesuburan
tanah, mengganti unsur hara yang hilang karena terangkut bersama panen,
7
pencucian, penguapan, dan pengikatan oleh berbagai unsur lain di dalam tanah
(Kavoomwangi et al 2014).
D. Pengelolaan Kesuburan Tanah
Menurut Prasetyo et al (2006) Lahan kering mempunyai potensi yang tinggi
untuk pengembangan pertanian. Namun demikian, pemanfaatan tanah ini
menghadapi kendala karakteristik tanah yang dapat menghambat pertumbuhan
tanaman terutama tanaman pangan bila tidak dikelola dengan baik. Terdapat
beberapa kendala yang umum pada lahan kering adalah kemasaman tanah tinggi,
pH rata- rata < 4,50, kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama
P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organik rendah. Untuk mengatasi
kendala tersebut dapat diterapkan teknologi pengapuran, pemupukan P dan K, dan
pemberian bahan organik.
Untuk mengatasi kendala kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi dapat
dilakukan teknik pengapuran, Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH
tanah dari sangat masam atau masam ke pH agak netral atau netral, serta
menurunkan kadar Al. Untuk menaikkan kadar Ca dan Mg dapat diberikan
dolomit, walaupun pemberian kapur selain meningkatkan pH tanah juga dapat
meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan basa. Makin besar persentase kejenuhan Al
dalam tanah, maka makin banyak kapur yang harus diberikan ke dalam tanah
untuk mencapai pH agak netral sampai netral (Sumarni et al 2010).
Pemupukan fosfat merupakan salah satu cara mengelola tanah di lahan
kering, karena disamping kadar P rendah, juga terdapat unsur-unsur yang dapat
meretensi fosfat yang ditambahkan. Kekurangan P pada lahan kering dapat
disebabkan oleh kandungan P dari bahan induk tanah yang memang sudah rendah,
atau kandungan P sebenarnya tinggi tetapi tidak tersedia untuk tanaman karena
diserap oleh unsur lain seperti Al dan Fe.
Struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan kepekaan
tanah terhadap tingkat erosi di lahankering. Oleh karena itu sejak beberapa tahun
lalu dimulai usaha-usaha untuk memperbaiki struktur tanah melalui pemberian
preparat-preparat kimia yang secara umum disebut pemantap tanah atau soil
conditioner. Metode ini untuk di Indonesia dan negara berkembang lainnya jarang
8
dipergunakan karena mahal. Suwarto (2012) mengemukakan bahwa untuk
memantapkan struktur tanah dapat dipergunakan pemberian bahan organik. Bahan
organik tanah berperan sebagai reservoir unsur hara, memperbaiki struktur tanah,
drainase tanah, peredaran udara tanah, kapasitas tukar kation, kapasitas penyangga
tanah, kapasitas penahan air, dan sumber energi bagi mikro organisme tanah.
Menurut Subowo (2010) seresah, sisa tanaman, dan sisa fauna dapat
meningkatkan ketersediaan bahan organik tanah. Dari segi kimia, bahan organik
berperan penting dalam menambah unsur hara dan meningkatkan kapasitas tukar
kation dalam tanah. Selain dengan penambahan bahan organik, ketersediaan unsur
N dalam tanah dapat ditingkatkan dengan menanam tanaman kacang-kacangan
pada lahan agroforestri. Kesuburan tanah dapat diketahui setelah dilakukan
analisis terhadap sifat kimia tanah yang meliputi derajad kemasaman tanah (pH),
C-organik, N total, P tersedia, K tersedia, kandungan unsur Na, Ca, dan Mg,
kapasitas tukar kation (KTK), dan kejenuhan basa (KB).
Download