tugas1-21110110120038

advertisement
TUGAS PRAKTIKUM TEKNOLOGI INFORMASI
Oleh :
Nama : Ummi Athiyyah Y
NIM : 21110110120038
Program Studi Teknik Geodesi
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
2010
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 3
Bab I
Pendahuluan .............................................................................................. 4
I.1
Latar Belakang .......................................................................................... 4
I.2
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
I.3
Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
I.4
Ruang Lingkup Pembahasan..................................................................... 7
I.5
Metodologi Penelitian ............................................................................... 7
I.6
Sistematika Pembahasan ......................................................................... 10
Bab II
Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 11
II.1
Gempabumi ............................................................................................. 11
II.1.1
Sumber Penyebab Gempa Bumi ..................................................... 12
II.1.2
Siklus Gempabumi .......................................................................... 13
II.1.3
Geometri Bidang Gempa................................................................. 13
II.2
Gempa Bengkulu 2007 ........................................................................... 15
Bab III Geodesi Satelit ........................................................................................ 20
III.1 Konsep Dasar Geodesi Satelit ................................................................. 20
III.2 Aplikasi Geodesi Satelit .......................................................................... 21
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Focal Mechanism Gempa Bengkulu 2007 dan beberapa gempa
susulan ................................................................................................. 5
Gambar I.2 Daerah kajian penelitian ..................................................................... 7
Gambar II.1 Lokasi Kegempaan di Daerah Indonesia dan Australia. ................. 11
Gambar II.2 Geometri Bidang Gempa (digambar ulang dari Stein & Wysession,
2003) .................................................................................................. 14
Gambar II.3 Tipe dasar sesar berdasar arah slip (digambar ulang dari Eakins
(1987) dalam Stein & Wysession (2003)) ......................................... 15
Gambar II.4 Lokasi gempa Bengkulu 2007......................................................... 16
Gambar II.5 Distribusi slip gempa Bengkulu yang diproyeksikan ke permukaan
dan ditumpangkan ke ETOPO2 hasil hitungan USGS (2007) .......... 17
Gambar II.6 Distribusi slip gempa Bengkulu hasil hitungan Gusman dkk (2009)
........................................................................................................... 18
Gambar II.7 Distribusi slip gempa Bengkulu hasil hitungan Ambikapathy dkk
(2010)................................................................................................. 18
3
Bab I
I.1
Pendahuluan
Latar Belakang
Gempabumi adalah getaran yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu aktifitas
kerak bumi, aktivitas gunungapi, runtuhan batuan dan beberapa penyebab lain.
Dari beberapa penyebab gempabumi, aktifitas kerak bumi yang bisa berupa
tumbukan antar lempeng bumi atau aktivitas sesar, memberikan dampak
guncangan yang relatif lebih besar dibandingkan penyebab yang lain. Gempabumi
dapat menyebabkan kerusakan bangunan, infrastruktur yang dapat mengakibatkan
kerusakan harta benda bahkan dapat menimbulan korban jiwa.
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu
lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia
bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau
Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke
perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi
tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu
terjadi di sekitar Sulawesi. Hal tersebut menyebabkan Indonesia termasuk daerah
yang rawan terjadi gempabumi terutama di daerah dekat pertemuan lempenglempeng tersebut.
Bengkulu merupakan salah satu wilayah di sebelah barat daya Sumatera-Indonesia
yang dipengaruhi oleh aktivitas subduksi. Karena wilayahnya yang terletak di
dekat zona subduksi lempeng samudera indo-australia dengan lempeng eurasia,
maka daerah ini rawan terhadap kejadian gempa. Diketahui bahwa daerah ini juga
dilewati Patahan Sumatera, dan mendapat pengaruh dari patahan di Kepulauan
Mentawai.
Oleh karena itu, di daerah Bengkulu ini sering terjadi gempabumi. Tercatat dari
sejarah kegempaan di pantai barat Pulau Sumatera, di Bengkulu telah terjadi
gempa dengan magnitude besar pada tahun 1833 (magnitude 8.7), tahun 2000
4
(magnitude 7.9) dan terakhir 12 September 2007 dengan magnitude gempa utama
8.5 pada kedalaman 34 km, diikuti gempa besar lain pada hari yang sama dengan
magnitude 7.9, selanjutnya gempa-gempa susulan dengan magnitude yang cukup
besar terus terjadi (USGS, 2007). Penggambaran mekanisme gempa Bengkulu
2007 dan beberapa gempa susulannya dapat dilihat pada Error! Reference
source not found..
Gambar I.1 Focal Mechanism Gempa Bengkulu 2007 dan beberapa gempa
susulan
(data focal mechanism gempa diambil dari www.globalcmt.org)
Teori dislokasi elastis mengasumsikan bahwa kerak bumi bersifat homogen,
isotropis, linier dan elastis. Pergeseran di bidang gempa akan mengakibatkan
pergeseran juga di permukaan bumi. Besarnya pergeseran di bidang gempa tidak
bisa diukur secara langsung, tetapi dengan adanya data pergeseran di permukaan
bumi yang bisa didapat dari pengukuran GPS, pergeseran di bidang gempa bisa
dihitung dengan teknik inversi dari data-data pergeseran di permukaan (Okada,
1985). Permasalahan yang muncul dari hitungan inversi untuk masalah ini adalah
sifat ketidakunikan dan ketidakstabilan dari solusi yang dihasilkan. Untuk itu
5
diperlukan beberapa teknik inversi dengan memanfaatkan sifat linier dari problem
serta melibatkan beberapa macam konstrain dari informasi geofisika dan geologi
untuk mendapatkan solusi inversi yang unik dan stabil (Du, 1992).
Beberapa studi dan penelitian terdahulu yang menghitung distribusi slip dari
gempa Bengkulu 2007 pernah dilakukan oleh USGS, Aditya Gusman dkk (2009)
dan Ambikapathy (2010). USGS menghitung distribusi slip dengan menggunakan
data teleseismik dan menggunakan diskrit bidang gempa dengan ukuran yang
cukup kecil 20km x 14.5km. Gusman dkk menggunakan data gelombang tsunami
dan data InSAR. Sedangkan Ambikapathy dkk menggunakan data SuGAr dengan
diskrit gempa yang realtif masih besar. Dari beberapa studi tersebut belum ada
yang melakukan hitungan inversi kuadrat terkecil dengan menggunakan diskrit
bidang gempa dengan ukuran yang cukup kecil dan menggunakan data dari farfield (data GPS).
Tesis ini akan menghitung distribusi slip di bidang gempa dengan dari data
pengukuran SuGAr dengan beberapa teknik inversi kuadrat terkecil serta
konstrain dari informasi geofisika dan geologi sehingga mendapatkan solusi
distribusi pergeseran yang optimal pada kasus Gempa Bengkulu 12 September
2007.
I.2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung distribusi slip di bidang gempa dari
data pengukuran GPS dengan beberapa teknik inversi kuadrat terkecil serta
konstrain dari informasi geofisika dan geologi sehingga mendapatkan solusi
distribusi slip yang optimal pada kasus Gempa Bengkulu 12 September 2007.
I.3
Manfaat Penelitian
Dari segi keilmuan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui
distribusi slip gempabumi yang terjadi pada Gempa Bengkulu 12 September
2007, serta memperkaya kajian teknik-teknik inversi kudrat terkecil yang tepat
untuk memodelkan pergeseran di bidang gempa.
6
Dari segi praktis, jika distribusi slip dari proses gempa (baik tahapan sebelum,
saat dan sesudah gempa) bisa dihitung dengan hasil yang teliti maka pergeseran
titik-titik di permukaan bumi bisa dihitung dengan teliti pula.
I.4
Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan tesis ini adalah:
Daerah bidang gempa yang diamati adalah bidang gempa Bengkulu 12 September
2007 seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar I.2 Daerah kajian penelitian
Data seismitas yang dipakai untuk mengestimasi besar area bidang gempa adalah
data dari USGS dengan batasan lokasi antara 98.60 BT – 105.30 BT dan 5.20 LS –
1.30 LU pada tanggal 10 September 2007 sampai dengan 10 Maret 2008.
Data seismitas yang dipakai untuk mengestimasi sudut kemiringan bidang gempa
(dip) adalah data dari Engdahl dengan batasan lokasi antara 98.60 BT – 105.30 BT
dan 5.20 LS – 1.30 LU.
Data GPS yang digunakan adalah data pengukuran GPS kontinu dari SuGAr.
Teknik inversi yang akan dilakukan adalah inversi dengan teknik penghalusan
solusi, penambahan konstrain nilai slip = 0 di tepi bidang gempa dan variasi
pembobotan dari teknik penghalusan solusi dan konstrain.
I.5
Metodologi Penelitian
7
Untuk menghitung distribusi slip bidang gempa dilakukan hitungan inversi dari
data pergeseran di beberapa stasiun GPS kontinu yang ada di permukaan dengan
mengunakan beberapa teknik inversi. Dalam hal ini akan melibatkan beberapa
metoda penelitian secara sekaligus, yaitu: studi literatur (STL), inventarisasi data
dan informasi yang sudah ada (IDI), serta pengolahan data, pemodelan dan
analisis (PDA). Pemanfaatan meroda-metoda tersebut di ilustrasikan pada Error!
Reference source not found. berikut, sebagai fungsi dari parameter yang akan
diteliti serta data yang diperlukan
Parameter dan metode penelitian
Parameter yang diteliti
Informasi geologi dan geofisika
dan data kejadian gempa
Bengkulu
Area bidang gempa Bengkulu
Dip/kemiringan bidang gempa
Vektor pergeseran stasiun GPS
akibat gempa Bengkulu
Distribusi slip bidang gempa
Data yang diperlukan
Data sekunder dari
literature
Metode
STL
Data seismitas dari USGS
setelah gempa bengkulu
sampai kurang lebih 6
bulan sesudahnya.
Data seismitas dari
Engdahl
Data pengamatan GPS
sesaat dan sesudah gempa
Bengkulu
Vektor pergeseran stasiun
GPS akibat gempa
Bengkulu
IDI dan PDA
8
IDI dan PDA
IDI dan PDA
STL, IDI dan
PDA
Data Seismisitas
USGS
Data Seismisitas
Engdahl
Digitasi Area Gempa Bengkulu
Hitungan Regresi Linier
Model Bidang Gempa
(Panjang, Lebar,
Strike, Koordinat)
Data pengamatan GPS SuGAr
Pengolahan Data GPS
Koordinat Geosentrik
SuGAr
Dip bidang gempa
Transformasi Koordinat
Parameter Model Bidang Gempa
(Panjang, Lebar, Strike, Dip,
Depth, Koordinat)
Koordinat Toposentrik
SuGAr
Hitungan selisih koordinat
toposentrik sesaat dan sesudah
gempa
Diskritisasi Bidang Gempa
Vektor pergeseran
stasiun GPS akibat
gempa
Parameter Model Bidang Gempa
yang sudah didiskrit
Checker Board Test
Kombinasi Bobot Terpilih
Hitungan Inversi Distribusi Slip
Hitungan RMS
Hitungan Momen Gempa & Mw
Distribusi Slip Hasil Inversi
RMS
Momen Gempa & Mw
Analisis Hasil
Distribusi Slip Optimal
Diagram alir metodologi penelitian
9
I.6
Sistematika Pembahasan
Secara garis besar sistematika tesis ini dijelaskan sebagai berikut :
Bab I
Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan latar belakang penelitian, tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian,
ruang
lingkup
penelitian,
metodologi penelitan dan sistematika penulisan.
Bab II
Tinjauan Pustaka
Bab ini akan menguraikan secara singkat mengenai teori
gempabumi, gempa Bengkulu dan studi mengenainya, survei
geodesi untuk gempabumi, elastic half-space, dislokasi elastis
serta perhitungan distribusi slip gempa dengan inversi kuadrat
terkecil.
Bab III
Pemodelan Parameter Model Bidang Gempa
Bab ini akan membahas tentang parameter model gempa dari data
yang dibutuhkan sampai perhitungan parameter model gempa
yang digunakan dalam tesis ini,
Bab IV
Pengolahan Data SuGAr
Bab IV akan mengkaji pengolahan data SuGAr hingga
mendapatkan vektor pergeseran stasion SuGAr akibat gempa
Bengkulu.
Bab V
Hitungan Inversi Kuadrat Terkecil
Bab ini akan mengkaji beberapa hal yaitu : checker board test
untuk mencari kombinasi bobot yang akan digunakan dalam
inversi, hitungan inversi, hitungan RMS, hitungan momen gempa
dan Mw beserta analisisnya.
Bab VI
Kesimpulan dan Saran
Bab ini akan berisi kesimpulan dari keseluruhan pelaksanaan
penelitian ini dan juga saran untuk penelitian selanjutnya.
10
Bab II
Tinjauan Pustaka
II.1 Gempabumi
Gempabumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, terletak pada lokasi tertentu,
dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada bumi terjadi akibat dari adanya proses
pergeseran secara tiba-tiba pada kerak bumi. Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya
sumber gaya sebagai penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia.
Selain disebabkan oleh pergeseran tiba-tiba, getaran pada bumi juga bisa disebabkan oleh
gejala lain yang sifatnya lebih halus atau berupa getaran kecil yang sulit dirasakan manusia.
Getaran tersebut dapat disebabkan oleh lalu-lintas, mobil, kereta api, tiupan angin pada pohon
atau bangunan tinggi. Getaran seperti ini dikelompokkan sebagai mikroseismisitas.
Gambar II.1 Lokasi Kegempaan di Daerah Indonesia dan Australia.
Lokasi gempa sebagian besar terdapat di sekitar batas lempeng
(http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/world/seismicity/australia.php)
Gempa bumi biasanya akan menyebabkan kerak bumi di sekitarnya terdeformasi, baik dalam
arah horizontal maupun vertikal. Dalam suatu siklus terjadinya gempa bumi, proses
deformasi dapat dibagi kedalam beberapa tahapan, yaitu: interseismik, praseismik, koseismik,
dan pascaseismik (Mori, 2004; Natawidjaja dkk, 2004). Tahapan interseismik merupakan
tahapan awal suatu siklus gempa bumi. Pada tahapan ini energi dari dalam bumi
11
menggerakkan lempeng, dan energi mulai terakumulasi di bagian-bagian lempeng tempat
biasanya terjadinya gempa bumi (batas antarlempeng dan sesar). Sesaat sebelum terjadinya
gempa bumi dinamakan tahapan praseismik, dan ketika terjadinya gempa utama dinamakan
tahapan koseismik. Deformasi koseismik adalah deformasi kerak bumi yang diakibatkan oleh
gempa utama dan gempa-gempa susulannya yang besar. Deformasi ini umumnya berupa
deformasi horizontal maupun deformasi vertikal dan cakupan spasialnya proporsional dengan
magnitudo gempanya. Tahapan pascaseismik didefinisikan sebagai tahapan ketika sisa-sisa
energi gempa terlepaskan secara perlahan dan dalam kurun waktu yang lama sampai kondisi
kembali ke tahap kesetimbangan yang baru.
Deformasi yang cepat hasil sebuah gempa dari sebuah bidang deformasi yang kompleks yang
meluas sampai ke daerah yang luas dan waktu yang lama. Oleh karena itu, informasi
tambahan tentang gempa bumi dan proses yang menyebabkan mereka dapat diperoleh dengan
mengukur deformasi tanah yang lambat, menggunakan teknik dari geodesi. Kebanyakan
mengandalkan tehnik seperti mendeteksi gerakan monumen geodetik. Data koordinat
monumen sebelum dan sesudah gempabumi memberikan pergerakan koseismik monumen
geodetik.
Teknologi geodesi yang pertama kali digunakan untuk pengukuran koordinat monumen
geodetik adalah dengan triangulasi dan trilaterasi untuk pengukuran komponen horizontal
serta dengan pengukuran sipat datar teliti untuk komponen vertikal. Saat ini, teknologi Global
Positioning System merupakan teknologi yang banyak digunakan untuk pemantauan
deformasi akibat aktivitas tektonik dengan ketelitian hingga sub-centimeter. Teknologi lain
yang sering digunakan adalah dengan InSAR (Stein & Wyssesion, 2003)
II.1.1 Sumber Penyebab Gempa Bumi
Para peneliti kebumian berkesimpulan bahwa penyebab terjadinya gempabumi berawal dari
adanya gaya pergerakan di dalam interior bumi (gaya konveksi mantel) yang menekan kerak
bumi yang bersifat rapuh, sehingga ketika kerak bumi sudah tidak kuat untuk merespon gaya
gerak dari dalam bumi tersebut maka akan membuat sesar dan menghasilkan gempabumi.
Akibat gaya gerak dari dalam bumi ini maka kerak bumi telah terbagi-bagi menjadi beberapa
fragmen yang disebut lempeng. Gaya gerak penyebab gempabumi ini selanjutnya disebut
gaya sumber tektonik.
12
Selain sumber tektonik yang menjadi faktor penyebab terjadinya gempabumi, terdapat
beberapa sumber lainnya yang dikategorikan sebagai penyebab terjadinya gempabumi, yaitu
sumber non-tektonik dan gempabumi buatan.
II.1.2 Siklus Gempabumi
Gempabumi mempunyai sifat berulang. Suatu gempabumi yang terjadi di suatu daerah akan
terjadi lagi di masa yang akan datang dalam periode waktu tertentu. Istilah perulangan
gempabumi ini dinamakan siklus gempabumi. Satu periode siklus gempabumi ini biasanya
berlangsung dalam kurun waktu puluhan sampai ratusan tahun (Shimazaki dan Nakata dalam
Vigny, 2005).
Dalam satu siklus gempabumi terdapat beberapa tahapan mekanisme terjadinya gempabumi,
yaitu tahapan interseismik, koseismik, dan post-seismik. Tahapan interseismik merupakan
tahapan awal dari suatu siklus gempabumi. Pada tahapan ini energi dari dalam bumi
menggerakkan lempeng dan energi mulai terakumulasi di bagian-bagian lempeng tempat
biasanya terjadi gempabumi. Tahapan koseismik adalah saat terjadinya gempa utama.
Tahapan post-seismik didefinisikan sebagai tahapan ketika sisa-sisa energi gempa terlepaskan
secara perlahan dan dalam kurun waktu yang lama sampai kondisi kembali ke tahap
kesetimbangan awal yang baru.
Selain tiga tahapan di atas, dikenal juga tahapan diantara tahapan interseismik dan koseimik
yaitu tahapan preseismik yang merupakan tahapan sesaat sebelum terjadinya gempabumi.
Para peneliti kemudian menyebut tahapan ini sebagai tahapan precursor gempabumi. Selain
itu ada juga tahapan yang terjadi setelah koseismik dan sebelum post-seismik, yaitu tahapan
afterslip yang didefinisikan sebagai tahapan ketika sisa-sisa energi gempa terlepaskan melalui
gempa susulan yang kekuatannya lebih kecil dari kekuatan gempa utama.
II.1.3 Geometri Bidang Gempa
Geometri bidang gempa dapat dideskripsikan dalam orientasi bidang gempa dan arah slip
sepanjang bidang tersebut. Bidang sesar dikarakterisasi oleh vektor normal 𝑛̂ dan vektor slip
𝑑̂ . Vektor slip merupakan arah gerakan hanging wall (bagian atas) terhadap foot wall (bagian
bawah). Vektor slip selalu terletak pada bidang gempa dan tegak lurus terhadap vektor
13
normal. Sudut kemiringan bidang gempa (dip)  adalah sudut antara permukaan atau bidang
horizontal dan bidang gempa. Garis strike didefinisikan sebagai garis perpotongan antara
bidang horizontal dengan bidang gempa. Arah strike mengikuti kaidah tangan kiri, dengan
jari telunjuk ke arah strike dan jari empu ke arah dip. Sudut strike f adalah sudut yang
dihitung searah jarum jam dari arah utara geografis ke arah strike. Arah gerak hanging wall
dinyatakan oleh sudut slip  yang diukur berlawanan arah jarum jam dari suatu garis pada
bidang gempa yang sejajar dengan arah strike (Stein & Wysession, 2003).
Gambar II.2 Geometri Bidang Gempa (digambar ulang dari Stein & Wysession, 2003)
Jika kita mengasumsikan sebuah bidang gempa dengan bentuk persegipanjang, maka ukuran
sepanjang strike disebut sebagai panjang dan ukuran sepanjang arah dip disebut lebar. Bidang
gempa yang sebenarnya mempunyai bentuk geometri yang tidak sederhana seperti
persegipanjang dan slip yang terjadi pada satu bidang gempa tidak harus homogen. Bidang
robekan gempa dapat terjadi dalam beberapa bagian dari bidang gempa yang masing-masing
bisa mempunyai orientasi dan besar slip yang berbeda. Oleh karena itu untuk mendekati
bidang gempa yang sebenarnya, kita dapat membagi bidang gempa menjadi sub-bidang
gempa (diskrit) dengan ukuran lebih kecil (Stein & Wysession, 2003).
Meskipun arah slip bervariasi dari 00 – 3600, tetapi ada beberapa geometri fault dasar yang
dapat digambarkan dengan arah slip tertentu. Ketika sisi fault bergerak horizontal relatif
terhadap sisi yang lainya, hal ini dikenal sebagai strike-slip fault. Jika arah slip () = 00,
14
berarti bagian hanging wall bergerak ke kanan dan disebut sebagai left-lateral. Jika  = 1800,
hanging wall bergerak ke kiri dan disebut right-lateral. Ketika sisi fault bergerak vertikal
relatif terhadap sisi yang lainya, hal ini dikenal sebagai dip-slip fault. Jika  = 2700, hanging
wall bergerak ke arah bawah dan disebut normal faulting. Jika  = 900, hanging wall
bergerak ke atas dan disebut reverse/thrust faulting (Stein & Wysession, 2003).
left-lateral strike-slip fault
( = 00)
( = 1800)
right-lateral strike-slip fault
normal dip-slip fault reverse/thrust dip-slip fault
( = 2700)
( = 900)
Gambar II.3 Tipe dasar sesar berdasar arah slip (digambar ulang dari Eakins (1987) dalam
Stein & Wysession (2003))
II.2 Gempa Bengkulu 2007
Gempabumi Bengkulu pada tanggal 12 September 2007 mempunyai titik pusat pada
koordinat 4.520°S, 101.374°E dengan kedalaman 34 km. Gempabumi terjadi sebagai akibat
dari dorongan patahan di perbatasan antara lempeng Australia dan lempeng Sunda. Di lokasi
gempa ini, lempeng Australia bergerak ke timur laut terhadap lempeng Sunda dengan
kecepatan sekitar 60 mm / tahun. Arah gerak relatif lempeng miring terhadap orientasi batas
lempeng lepas pantai dari pantai barat Sumatera. Komponen pergerakan lempeng tegak lurus
terhadap batas tersebut diakomodasi oleh dorongan faulting pada batas-lempeng lepas pantai.
Sebagian besar komponen gerak lempeng paralel dengan batas lempeng yang diakomodasi
oleh strike-slip faulting pada sesar Sumatera, yang berada pada daratan Sumatera (USGS,
2007).
15
Gambar II.4 Lokasi gempa Bengkulu 2007
( Koordinat dan focal mechanism gempa diambil dari www.globalcmt.org )
Beberapa studi dan penelitian terdahulu yang menghitung distribusi slip dari gempa
Bengkulu 2007 pernah dilakukan oleh USGS, Aditya Gusman dkk (2009) dan Ambikapathy
(2010). USGS menghitung distribusi slip dengan menggunakan data teleseismik dan
menggunakan diskrit bidang gempa dengan ukuran yang cukup kecil 20km x 14.5km.
Gusman dkk menggunakan data gelombang tsunami dan data InSAR. Sedangkan
Ambikapathy dkk menggunakan data SuGAr dengan diskrit gempa yang realtif masih besar.
USGS melakukan hitungan distribusi slip dengan menggunakan data teleseismik. Bidang
gempa dibuat diskrit dengan ukuran 20km x 14.5 km, sejumlah 28 buah sepanjang strike dan
11 buah sepanjang downdip dengan total diskrit sejumlah 308 buah diskrit. Hasil distribusi
slip yang dihasilkan pada Error! Reference source not found. menunjukkan bahwa
distribusi slip maksimal sebesar 4 m berada di tengah bidang gempa dan nilai slip cenderung
mengecil ke tepi bidang gempa.
16
Gambar II.5 Distribusi slip gempa Bengkulu yang diproyeksikan ke permukaan dan
ditumpangkan ke ETOPO2 hasil hitungan USGS (2007)
(http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eqinthenews/2007/us2007hear/finite_fault.php)
Sedangkan momen gempa yang dihasilkan gempa Bengkulu 2007, menurut USGS adalah
5.05 x 1021 N.M (setara dengan Mw = 8.4). Sedangkan momen magnitude yang dikeluarkan
oleh USGS dari data seismologi adalah 8.5.
Gusman dkk melakukan hitungan inversi distribusi slip dengan menggunakan data
gelombang tsunami dan data InSAR. Mereka membagi bidang gempa menjadi 72 diskrit
dengan ukuran 25 km x 25 km. Hasil hitungan inversi yang dilakukan oleh Gusman dkk
(2009) menghasilkan distribusi slip seperti pada Error! Reference source not found.. Pada
gambar tersebut distribusi slip yang digambarkan secara diskrit menunjukkan nilai maksimal
sebesar  6 m di dua lokasi diskrit.
17
Gambar II.6 Distribusi slip gempa Bengkulu hasil hitungan Gusman dkk (2009)
Sedangkan momen gempa yang dihasilkan gempa Bengkulu 2007, menurut Gusman dkk
adalah 3.8 x 1021 N.M (setara dengan Mw = 8.3).
Ambikapathy dkk juga melakukan hitungan distribusi slip gempa Bengkulu 2007 dengan
menggunakan data SuGAr dengan hasil seperti pada Error! Reference source not found..
Pada gambar tersebut, nilai slip maksimal sebesar
Gambar II.7 Distribusi slip gempa Bengkulu hasil hitungan Ambikapathy dkk (2010)
18
Ambikapathy dkk hanya menghitung sejumlah 7 buah diskrit bidang gempa dengan ukuran
cukup besar dibandingkan USGS dan Gusman dkk dan hasil slipnya belum smooth antar
diskrit. Ambikapathy tidak menghitung momen gempa dari distribusi slip yang dihasilkan.
Dari ketiga studi tersebut USGS dan Gusman dkk sudah menggunakan ukuran diskrit yang
lebih kecil dibandingkan Ambikapathy dkk. Tetapi hanya USGS yang menghitung dengan
bidang gempa yang lebih besar menjangkau hingga tepi trench. Dengan asumsi bahwa bidang
gempa adalah bidang yang mengalami robekan secara kontinyu tetapi tidak homogen nilai
slipnya maka dengan penggunaan ukuran diskrit yang lebih kecil diharapkan distribusi slip
yang dihasilkan dapat mendekati fenomena fisis yang sebenarnya.
Data yang digunakan oleh USGS dikategorikan data far-field (diamati dari jauh), sehingga
relatif kurang sensitif dibandingkan jika menggunakan data pengamatan GPS (SuGAr) yang
digunakan oleh Ambikapathy dkk atau data gelombang tsunami dan data InSAR dalam
menangkap fenomena slip bidang gempa.
Untuk itu dalam penelitian tesis ini dilakukan hitungan distribusi slip inversi kuadrat terkecil
dengan memperlakukan bidang gempa sebagai bidang-bidang diskrit yang berukuran kecil
dan menggunakan data SuGAr (data near-feld).
Global CMT Solution juga menghitung momen seismik dan momen magnitude gempa
Bengkulu. Hasil hitungan momen seismik sebesar 6.71 x 1021 N.M (setara dengan Mw = 8.5).
19
Bab III
Geodesi Satelit
III.1 Konsep Dasar Geodesi Satelit
Misi geodesi mengalami kemajuan yang signifikan dengan dikembangkannya metode dan
teknologi satelit bumi buatan untuk survei geodetik dan geofisik seperti penentuan posisi
teliti 3D dan satellite altimetry untuk penentuan geoid. Kemajuan yang signifikan tersebut
dicapai oleh karena kapabilitas metode dan teknologi satelit yang sangat tinggi, terutama
dalam aspek jangkauan wilayah operasi (dari jarak puluhan meter sampai ratusan bahkan
ribuan kilimeter), ketelitian hasil survei, dan kemudahan serta kecepatan operasi. Kendala
cuaca dan waktu pengamatan malam hari tidak lagi menjadi masalah karena pengamatan dan
pengukuran ke/dari satelit menggunakan gelombang elektromagnetik. Disamping itu karena
ketinggian orbit satelit maka cakupan wilayah survei menjadi sangat luas sehingga titik-titik
di permukaan bumi yang terpisah jauh dimungkinkan untuk mengamati satelit dalam waktu
bersamaan tanpa terkendala oleh syarat saling dapat melihat antar stasiun pengamatan.
Penerapan teknologi satelit bumi buatan untuk survei geodetik dan geofisik telah medorong
studi geodesi global secara komprehensif. Kenyataan ini kemudian mengangkat satellite
geodesy(geodesi satelit) menjadi salah satu subyek dalam pengembangan ilmu geodesi dan
penerapannya. Apakah gerangan geodesi satelit itu? Seeber (1993) mengungkapkan bahwa
geodesi satelit mencakup teknik-teknik pengamatan dan perhitungan yang memungkinkan
pemecahan masalah-masalah geodesi dengan menggunakan pengukuran teliti ke, dari, atau
antar satelit bumi buatan. Sementara itu Seeber juga mengidentifikasi tiga masalah dasar
geodesi sebagai berikut:
Penentuan posisi teliti tiga dimensi secara global (pengembangan jaring kontrol geodetik).
Penentuan medan gayaberat bumi atau geoid secara teliti.
Pengukuran dan pemodelan fenomena geodinamik seperti gerakan kutub, rotasi bumi, dan
deformasi kerak bumi
Dalam geodesi satelit dikenal pengamatan dengan metode geometrik dan metode dinamik.
Dalam metode geometrik, satelit-satelit dianggap sebagai target pengamatan dengan posisi
“fixed” atau sebagai titik-titik kontrol, sementara titik-titik pengamatan di bumi secara
bersamaan mengamat dan mengukur jarak (ranging) ke satelit-satelit tersebut. Posisi satelitsatelit (fixed) dan titik-titik pengamatan serta jarak terukur membentuk jaringan segitiga
dalam ruang dalam sistem koordinat global tiga dimensi.
Dalam metode dinamik, satelit-satelit dipandang atau difungsikan sebagai sensor di dalam
medan gayaberat bumi. Pengamatan dilakukan di titik-titik kontrol di bumi terhadap lintasan
20
orbit satelit yang hasilnya kemudian dianalisis untuk menentukan parameter-parameter orbit
satelit dan variasinya. Jenis dan besar gaya-gaya atau percepatan yang bekerja pada satelit
diinterpretasi dari parameter-parameter orbit satelit dan variasinya tersebut. Salah satu fokus
analisis ialah hubungan antara realitas medan gayaberat bumi dengan penyimpangan orbit
satelit yang sesungguhnya terhadap orbit normal menurut teori Kepler. Dengan metode
dinamik ini dikaji perilaku orbit satelit dalam sistem acuan (koordinat) geosentrik. Dalam
analisis perilaku orbit satelit untuk menyimpulkan gaya-gaya yang bekerja mempengaruhi
gerak satelit, selain dihitung parameter medan gayaberat bumi, dapat pula dihitung parameter
rotasi bumi (gerakan kutub, variasi kecepatan rotasi) dan parameter-parameter yang lain,
seperti parameter-parameter geofisik/geodinamik dan atmosfer.
III.2 Aplikasi Geodesi Satelit
Geodesi satelit (terjemahan dari “satellite geodesy”) merupakan konsep dan aplikasi satelit di
bidang geodesi. Selain di bidang geodesi, teknologi satelit juga diaplikasikan di bidang
komunikasi, iklim dan cuaca, inderaja, dsb. Pada awal perkembangannya, geodesi satelit
diterapkan untuk misi ilmiah seperti studi tentang bentuk dan dimensi bumi, medan gayaberat
bumi, unifikasi datum geodetik, pengukuran tinggi permukaan laut (altimetri), dan
sebagainya. Dalam fase ini dilaksanakan uji coba melalui proyek-proyek EXPLORER-1,
ECHO-1, ANNA-1B, TRANSIT-1B, GEOS-3, STARLETTE, dan LAGEOS. Dalam
perkembangan selanjutnya geodesi satelit dikembangkan, disamping untuk penyelenggaraan
misi geodesi ilmiah, juga untuk penyelenggaraan misi praktis. Diawali dengan proyek
TRANSIT (satelit Doppler) yang kemudian dilanjutkan dengan NAVSTAR GPS,
GLONASS, TOPEX/POSEIDON, misi geodesi ilmiah dan praktis diselenggarakan secara
lebih intensif. Dalam kerangka misi ilmiah, geodesi satelit diterapkan antara lain untuk studi
tentang dinamika orbit dan rotasi bumi, medan gayaberat bumi dan geoid, dan dinamika
kerak bumi. Sementara itu dalam kerangka misi praktis, geodesi satelit diterapkan terutama
untuk mendukung kegiatan-kegiatan survei-pemetaan, baik di darat, laut, maupun udara,
melalui perannya sebagai pengontrol posisi spasial atau penyedia data dan informasi spasial.
21
Download