USU Repository©2006

advertisement
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . ...................................................................................................2
Daftar isi ..............................................................................................................3
Pendahuluan .......................................................... ... ............... .......... .............. 4
Karakteristik . ......................................................................................................5
Patogenesis ............................................................................................... ..........8
Gambaran klinik . ................................................................................................9
Epidemiologi ... ................................... ......... ....................... .............. . ............11
Diagnosa Laboratorium . .....................................................................................12
Pencegahan dan Pengobatan ...............................................................................13
Kesimpulan . ........................................................................................................14
Daftar pustaka . ....................................................................................................15
3
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
Pseudomonas aeruginosa; Karakteristik, Infeksi dan Penanganan
Evita Mayasari
Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Pseudomonas
aeruginosa
termasuk
dalam
famili
Pseudomonadaceae.
Pseudomonadaceae dan beberapa genus lain bersama beberapa organisme tertentu, dikenal
sebagai pseudomonad. Istilah pseudomonad ditujukan pada bakteri yang mempunyai
perlengkapan fisiologik sama dengan bakteri dari genus Pseudomonas. Beberapa dari
bakteri-bakteri ini pada awalnya termasuk genus Pseudomonas tetapi kemudian dipindahkan
ke genus atau famili lain karena jauhnya jarak filogenetik mereka dari genus Pseudomonas.1
Pseudomonad biasanya hidup di tanah dan air, merupakan organisme patogen pada
tanaman. Tetapi P. aeruginosa bersama spesies terdahulu dari Pseudomonas yaitu
Pseudomonas cepacia (kini dinamakan Burkholderia cepacia) dan Pseudomonas maltophilia
(dinamai kembali menjadi Xanthomonas maltophilia dan sekarang disebut Stenotrophomonas
maltophilia) adalah patogen pada manusia. Pseudomonas pseudomallei (kini dinamakan
Burkholderia pseudomallei) adalah penyebab melioidosis.1,2
P. aeruginosa adalah patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada
mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat menyebabkan
infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernafasan, dermatitis, infeksi jaringan lunak,
bakteremia, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran pencernaan dan bermacam-macam
infeksi sistemik, terutama pada penderita luka bakar berat, kanker, dan penderita AIDS yang
mengalami penurunan sistem imun. Infeksi P. aeruginosa menjadi problema serius pada
pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Angka fatalitas
4
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
kasus (case fatality rate) pasien-pasien tersebut adalah 50%. Bakteri ini merupakan
penyebab sepsis yang umum dijumpai pada pasien di unit perawatan intensif.1,3
Karakteristik
P. aeruginosa adalah bakteri gram-negatif berbentuk batang lurus atau lengkung,
berukuran sekitar 0,6 x 2 μm. Dapat ditemukan satu-satu, berpasangan, dan kadang-kadang
membentuk rantai pendek, tidak mempunyai spora, tidak mempunyai selubung (sheath),
serta mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak.4,5
Gambar 1. Pseudomonas aeruginosa pada pewarnaan Gram1
P. aeruginosa adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis
media pembiakan, karena memiliki kebutuhan nutrisi yang sangat sederhana. Di
laboratorium, medium paling sederhana untuk pertumbuhannya terdiri dari asetat (untuk
karbon) dan amonium sulfat (untuk nitrogen). Metabolisme bersifat respiratorik tetapi dapat
tumbuh tanpa O2 bila tersedia NO3 sebagai akseptor elektron. Kadang-kadang berbau manis
atau menyerupai anggur yang dihasilkan aminoasetofenon. Beberapa strain menghemolisis
darah.1,4
P. aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu 37-42°C. Pertumbuhannya pada suhu
42°C membantu membedakannya dari spesies pseudomonas lain dalam kelompok fluoresen.
Bakteri ini oksidase positif, nonfermenter, tetapi banyak strain mengoksidasi glukosa.4,6
5
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
P. aeruginosa menghasilkan satu atau lebih pigmen, yang dihasilkan dari asam amino
aromatik seperti tirosin dan fenilalanin. Beberapa pigmen tersebut antara lain:
- piosianin, pigmen berwarna biru, dihasilkan strain piosianogenik
-
pioverdin, pigmen berwama kuning
-
piorubin, pigmen berwarna merah, dan
-
piomelanin, pigmen berwarna cokelat
Piosianin, piorubin, dan piomelanin tidak berfluoresensi serta larut dalam air. Strain yang
tidak menghasilkan piosianin disebut apiosianogenik. Kebanyakan strain membentuk koloni
halus bulat dengan warna fluoresensi kehijauan, yang merupakan kombinasi pioverdin dan
piosianin.1,4,6
Gambar 2. A. Pigmen piosianin dihasilkan banyak strain. B. Koloni Pseudomonas aeruginosa pada agar 1
P. aeruginosa dalam biakan dapat menghasilkan berbagai jenis koloni sehingga
memberi kesan biakan dari campuran berbagai spesies bakteri. Tiap jenis koloni dapat
mempunyai aktivitas biokimia dan enzimatik berbeda serta pola kepekaan antimikroba yang
berbeda pula. Isolat dari tanah atau air mempunyai ciri koloni yang kecil dan tidak rata.
Pembiakan dari spesimen klinik biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus:
1. Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi (fried-egg appearance).
2. Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berlebihan dari alginat. Tipe ini
sering didapat dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih. 1,4,5
6
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
Alginat adalah suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari glucuronic acid
dan mannuronic acid, berbentuk gel kental di sekeliling bakteri. Alginat memungkinkan
bakteri-bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu kumpulan koloni sel-sel mikroba yang
menempel pada suatu permukaan misalnya kateter intravena, atau jaringan paru. Alginat
dapat melindungi bakteri dari pertahanan tubuh inang, seperti limfosit, fagosit, silia di
saluran pernafasan, antibodi, dan komplemen. P. aeruginosa membentuk biofilm untuk
membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru manusia.1,5,7
Pili (fimbriae) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epitel
inang. Lipopolisakarida yang terdapat dalam banyak imunotipe merupakan salah satu faktor
virulensi dan juga melindungi sel dari pertahanan tubuh inang. P. aeruginosa dapat
digolongkan berdasarkan imunotipe lipopolisakarida dan kepekaannya terhadap piosin
(bakteriosin). Produk ekstraseluler yang dihasilkan berupa enzim-enzim, yaitu elastase,
protease dan dua hemolisin, fosfolipase C yang tidak tahan panas dan rhamnolipid.1,4,8
Gambar 3. Faktor-faktor virulensi P. aeruginosa. Flagel, pili dan pelekat non-pili, alginat, dan
Lipopolisakarida (LPS) adalah faktor virulensi yang berhubungan langsung dengan sel
(cell-associated virulence factors).Protease, hemolisin, eksotoksin A,eksoenzim S dan piosianin
adalah faktor virulensi ekstrasseluler.8
7
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
P. aeruginosa resisten terhadap konsentrasi tinggi garam dan zat pewarna, antiseptik
dan banyak antibiotik yang sering digunakan. Suatu studi intensif menyatakan bakteri ini
mempunyai gen untuk resistensi terhadap merkuri, disebut gen mer yang berada dalam
plasmid.1,5
Patogenesis
Kemampuan P. aeruginosa menyerang jaringan bergantung pada produksi enzimenzim dan toksin-toksin yang merusak barier tubuh dan sel-sel inang. Endotoksin P.
aenrginosa seperti yang dihasilkan bakteri gram-negatif lain, menyebabkan gejala sepsis dan
syok septik. Eksotoksin A yang dihasilkan banyak strain menyebabkan nekrosis jaringan dan
dapat mematikan hewan bila disuntikkan dalam bentuk murni. Eksotoksin A menghambat
sintesis protein eukaryotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria
(walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu mengkatalisis pemindahan sebagian
ADP-ribosil dari NAD (nicotinamide adenine dinucleotide) kepada EF-2 (elongation factor
2) sesuai reaksi berikut:
ecotouin A
NAD + EF-2<——— ADP-ribosyl-EF-2 + nicotinamide + H+
————>
Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis protein sehingga
mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim ekstraseluler, seperti elastase dan
protease mempunyai efek histotoksik dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam
pembuluh darah.2,5,9
Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam beberapa serum manusia,
termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi yang berat. Piosianin merusak silia
dan sel mukosa pada saluran pernafasan. Lipopolisakarida mempunyai peranan penting
8
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
sebagai penyebab timbulnya demam, syok, oliguria, leukositosis dan leukopenia, koagulasi
intravaskular diseminata, dan sindroma gagal pernafasan pada orang dewasa.2,4
Bakteri yang baru diisolasi dari paru-paru penderita fibrosis kistik bersifat mukoid.
Lapisan alginat yang mengelilingi bakteri dan mikrokoloni bakteri dalam paru-paru
berfungsi sebagai adhesin dan kemungkinan mencegah fagositosis bakteri, bahkan dapat
meningkatkan resistensi P.aeruginosa terhadap antibiotika.7
Strain P.aeruginosa yang mempunyai sistem sekresi tipe III secara signifikan lebih
virulen dibandingkan dengan yang tidak mempunyai sistem sekresi tersebut. Sistem sekresi
tipe III adalah sistem yang dijumpai pada bakteri gram negatif, terdiri dari ± 30 protein yang
terbentang dari bagian dalam hingga luar membran sel bakteri, berfungsi seperti jarum suntik
yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke dalam set inang sehingga memungkinkan
toksin mencegah netralisasi antibodi.2
P. aeruginosa bersifat patogen hanya bila memasuki daerah dengan sistem pertahanan
yang tidak normal, misalnya saat membran mukosa dan kulit "robek" karena kerusakan
jaringan langsung, sewaktu penggunaan kateter intravena atau kateter air kemih, atau bila
terdapat neutropenia, seperti pada kemoterapi kanker.4
Gambaran Klinik
P. aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka bakar terutama luka bakar
derajat II dan III dengan nanah hijau kebiruan disebabkan pigmen piosianin, meningitis bila
masuk lewat punksi lumbal, dan infeksi saluran kemih bila masuk bersama kateter dan
instrumen lain atau dalam larutan untuk irigasi. Keterlibatan saluran pernapasan, terutama
dari respirator yang terkontaminasi, mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis.
Bakteri ini sering ditemukan pada perenang dengan otitis eksterna ringan, serta dapat
9
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
menyebabkan otitis eksterna invasif (maligna) pada penderita diabetes. Infeksi mata yang
dengan cepat mengakibatkan kerusakan mata, sering terjadi setelah cedera atau pembedahan.
Pada bayi atau orang yang lemah dapat menyerang aliran darah dan mengakibatkan sepsis
yang fatal, biasanya terjadi pada penderita leukemia atau limfoma yang mendapat obat
antineoplastik atau terapi radiasi, dan pada penderita dengan luka bakar berat.4,10
Pada sebagian besar infeksi, gejala dan tanda-tandanya tidak spesifik dan berkaitan
dengan organ yang terlibat. Kadang-kadang, verdoglobin (suatu produk pemecahan
hemoglobin) atau pigmen yang berfluoresen dapat dideteksi pada luka, luka bakar, atau urine
dengan penyinaran fluoresen ultraviolet. Nekrosis hemoragik pada kulit sering terjadi pada
sepsis akibat P. aeruginosa. Lesi yang disebut ektima gangrenosum ini dikelilingi oleh
eritema dan sering tidak berisi nanah. P. aeruginosa dapat dilihat pada spesimen dari lesi
ektima yang diberi pewarnaan Gram, dan biakannya positif. Ektima gangrenosum tidak lazim
pada bakteremia akibat organisme lain.4
Suatu studi di Kanada membuktikan P. aeruginosa sebagai penyebab berjangkitnya
folikulitis yang berhubungan dengan penggunaan kolam renang dan sejenisnya, sauna serta
kolam hidroterapi. Pada penderita yang adalah anak-anak dapat dijumpai pruritus folikular,
makulopapular, vesikular atau lesi pustular di setiap bagian tubuh yang terendam dalam air.
Lesi nodular jarang dijumpai. Pada anak yang terinfeksi setelah menggunakan kolam renang
umum yang terkontaminasi, 10 hingga 40 jam kemudian dapat dijumpai nyeri hebat di
telapak kaki diikuti bengkak, kemerahan dan rasa panas. Gejala paling berat berupa demam
(37.7-38.8 °C), malaise dan rasa mual. Kumpulan gejala akut ini disebut "pseudomonas hotfoot syndrome".11
10
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
Epidemiologi
P. aeruginosa terdapat di tanah dan air, dan pada ±10% orang merupakan flora
normal di kolon (usus besar). Dapat dijumpai pada daerah lembab di kulit dan dapat
membentuk koloni pada saluran pernafasan bagian atas pasien-pasien rumah sakit.2
P. aeruginosa dapat dijumpai di banyak tempat di rumah sakit; disinfektan, alat bantu
pernafasan, makanan, saluran pembuangan air, dan kain pel merupakan beberapa contoh
reservoir. Suatu penelitian di unit perawatan
intensif neonatus
menyatakan bahwa
P. aeruginosa paling sering membentuk koloni di saluran pernafasan dan saluran cerna. Hal
ini terutama dijumpai pada bayi prematur oleh karna pH lambung sering tinggi sehingga
mendukung pertumbuhan bakteri. Penyebaran terjadi dari pasien ke pasien lewat tangan
karyawan rumah sakit, melalui kontak langsung dengan reservoir, atau lewat pencernaan
makanan dan minuman yang terkontaminasi. 1,12
P. aeruginosa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi
pernafasan, cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan. Endoskopi, termasuk
bronkoskopi adalah alat-alat medik yang paling sering dihubungkan dengan berjangkitnya
infeksi nosokomial. Suatu penelitian di AS membuktikan bahwa dari 414 pasien yang
menjalani prosedur bronkoskopi didapati 9.4% infeksi saluran nafas atas dan bawah serta
infeksi lewat aliran darah, dan pada 66.7% dari infeksi tersebut didapati P. aeruginosa
sesudah dilakukan kultur.1,13
Karena merupakan patogen nosokomial, maka metode untuk mengendalikan infeksi
ini mirip dengan metode untuk patogen nosokomial lainnya. Kemampuannya untuk tumbuh
subur dalam lingkungan yang basah menuntut perhatian khusus pada bak cuci, bak air,
pancuran, bak air panas, dan daerah basah yang lain. Untuk mencegah terkontaminasinya
kolam renang umum, dilakukan klorinasi terhadap air kolam renang, menghindari lantai
kolam renang yang kasar untuk mengurangi gesekan pada kulit, dan membersihkan lantai
11
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
kolam renang beserta saluran air menggunakan senyawa ammonium quaternium diikuti
penggunaan ozone untuk memecah biofilm 4,11
Untuk tujuan epidemiologi, strain dapat ditentukan tipenya berdasarkan kepekaan
terhadap piosin dan imunotipe lipopolisakarida-nya. Vaksin dari jenis yang tepat yang
diberikan pada penderita dengan risiko tinggi akan memberikan perlindungan sebagian
terhadap sepsis Pseudomonas. Terapi semacam itu telah digunakan secara eksperimental
pada penderita leukemia, luka bakar, fibrosis kistik, dan imunosupresi.4
Diagnosa Laboratorium
Biakan merupakan tes spesifik untuk diagnosis infeksi P. aeruginosa. Bakteri batang
gram-negatif nonfermenter mudah tumbuh pada media isolasi primer rutin dan mudah
diisolasi dari spesimen klinik atau lingkungan rumah sakit. Biasanya diisolasi pada media
agar pepton dengan atau tanpa penambahan 5% darah domba atau kelinci, meskipun media
yang diperkaya darah tidak menjadi dasar untuk isolasi bakteri ini. Selain agar darah, untuk
isolasi primer digunakan salah satu media diferensial, misalnya agar MacConkey atau eosinmetlrylene blue. Pada media diferensial tersebut P. aeruginosa tumbuh sebagai koloni yang
tidak memfermentasi laktosa (tidak berwarna). Media isolasi primer biasanya diinkubasi pada
35 atau 37°C. Media mengandung cetrimide, irgasan, C-390, sodium lauroyl sarcosine, atau
senyawa yang sama, digunakan untuk isolasi selektif.2,4,6
Prosedur skrining untuk membedakan P. aeruginosa dari genus yang sama
dan
spesies nonfermenter lainnya adalah; bau, pigmentasi, morfologi koloni, reaksi pada
pewarnaan Gram, morfologi fagel, bentuk penggunaan glukosa, produksi hidrogen sulfida,
arginin dihidrolase clan indofenol oksidase, pertumbuhan pada 42°C, clan proses oksidasi
glukosa, xylosa, laktosa dan maltosa pada media basal oxidative fermentative (OF).6
12
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
Lebih kurang 15% dari seluruh gram-negatif yang diisolasi dari spesimen klinik
adalah nonfermenter, dan lebih kurang 70% dari isolat tersebut adalah P.aeruginosa
piosianogenik. Untuk membedakan dari isolat lainnya, diperlukan metode identifikasi
tambahan. Uji serologik, bactertophage, pola bakteriosin, profil plasmid, dan profil enzim
telah digunakan sebagai penanda epidemiologik atau sarana penelitian untuk identifikasi
P. aeruginosa. Antibodi monoklonal dan hibridisasi DNA juga telah digunakan untuk
identifikasi.6
Pencegahan dan pengobatan
Pencegahan meliputi eliminasi sumber-sumber potensial bakteri dan perawatan segera
terhadap luka. Pembuangan secara hati-hati jaringan mati pada penderita luka bakar, diikuti
penggunaan krim anti bakteri misalnya silver sulfadiazine sering efektif dalam pencegahan
infeksi. Menjaga jumlah neutrofil tetap di atas 500/μL merupakan salah satu usaha
membatasi infeksi pada pasien dengan penurunan sistem imun. 8,14
Infeksi yang telah terbentuk sulit untuk diobati karena P. aeruginosa sering resisten
terhadap banyak antimikroba. Karena angka keberhasilan suatu pengobatan cukup rendah
dan bakteri cepat membentuk resistensi bila digunakan hanya satu jenis antimikroba, maka
pengobatan sebaiknya secara kombinasi. Sinergi ditunjukkan antara penisilin antiPseudomonas dan aminoglikosida. Tes kepekaan terhadap antimikroba dilakukan sebagai
pedoman pemilihan regimen yang efektif Pengobatan harus selalu diberikan secara intravena
dalam dosis tinggi. 4,6,14
Strain P. aeruginosa umumnya peka terhadap penisilin anti-Pseudomonas
(karbenisilin, tikarsilin, piperasilin, mezlosilin, dan azlosilin), sefalosporin generasi ketiga
(sefoperazon, sefotaksim, dan seftazidim), dan aminoglikosida (gentamisin, tobramisin, dan
amikasin), juga senyawa karboksikuinolon berfluor (siprofloksasin), monobaktam
13
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
(aztreonam), dan tienamisin (imipenem). Seftazidim digunakan pada pengobatan primer
infeksi. Batu-baru ini ditemukan suatu bentuk tobramisin yang diberikan secara inhalasi,
sehingga pengobatan infeksi paru pada penderita fibrosis kistik oleh P. aeruginosa lebih
aman dan efektif.3,6,14
Kesimpulan
P. aeruginosa adalah bakteri batang gram-negatif termasuk dalam famili
Pseudbmonadaceae, merupakan patogen oportunistik pada manusia. Alginat dan
lipopolisakarida melindungi organisme ini dari pertahanan tubuh inang.
Kemampuan P. aeruginosa menyerang jaringan bergantung pada produksi enzimenzim dan toksin-toksin, misalnya endotoksin menyebabkan gejala sepsis dan syok septik,
eksotoksin A menyebabkan nekrosis jaringan, enzim-enzim ekstraseluler bersifat histotoksik
dan mempermudah invasi ke dalam pembuluh darah.
P. aeruginosa dapat menginfeksi hampir setiap jaringan atau lokasi tubuh dan
penyebab sepsis yang umum dijumpai pada pasien di unit perawatan intensif.Sering
menginfeksi pasien luka bakar derajat II dan III. Menyebabkan meningitis, infeksi saluran
kemih, pneumonia disertai nekrosis, otitis eksterna ringan pada perenang, otitis eksterna
invasif pada penderita diabetes, infeksi mata setelah cedera atau pembedahan, dan lain-lain.
Pada sebagian besar infeksi, gejala dan tanda-tandanya tidak spesifik.
P. aeruginosa terdapat di tanah dan air, pada beberapa orang merupakan flora normal
di kolon. P. aeruginosa dijumpai di banyak tempat di rumah sakit, perlu perhatian khusus
pada lingkungan yang basah.
Biakan merupakan tes spesifik untuk diagnosis infeksi P. aeruginosa. Isolasi primer
menggunakan agar darah dan salah satu media diferensial; MacConkey atau eosin-methylene
blue. P. aeruginosa piosianogenik paling sering diisolasi dari spesimen klinik.
14
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
Pemberian vaksin dari jenis yang tepat pada penderita risiko tinggi akan memberikan
perlindungan sebagian terhadap sepsis Pseudomonas.
Infeksi yang telah terbentuk sulit diobati, maka pencegahan berupa perawatan segera
terhadap luka lebih efektif.Pengobatan sebaiknya secara kombinasi misalnya antara
penisilin anti-Pseudomonas dan aminoglikosida. Tes kepekaan terhadap antimikroba
dilakukan dalam memilih regimen yang efektif P. aeruginosa umumnya peka terhadap
penisilin anti-Pseudomonas, sefalosporin generasi ketiga, aminoglikosida, siprofloksasin,
aztreonam, dan imipenem. Seftazidim (sefalosporin generasi ketiga) digunakan pada
pengobatan primer infeksi.
Daftar pustaka
1.
Todar
K.
Department
Pseudomonas
of
University
aeruginosa,
Bacteriology,
2004.
of
Wisconsin - Madison
Available
from
URL:
http://www.textbookofbacteriology.net/pseudomonas.htmi
2.
Levinson W, Jawetz E. Medical Microbiology & Immunology: Examination & Board
Review, 7th Edition, McGraw-Hill Companies USA 2003: 130-31
3.
Utji R. Microbiology Aspect of Infection in Intensive Care Unit, 2"d Symposium of
Indonesian Antimicrobial Resistance Watch (IARW) in Conjunction with PIT
PAMKI, Jakarta 2-3 July 2005.
4.
Jawetz E, Melnick, Adelberg. Medical Microbiology, 22nd Edition, McGraw-Hill
Companies USA 2001: 229-31.
5.
Madigan M T, Martinko J M, Parker J. Brock Biology of Microorganisms, 10th
Edition, Southern Illinois University Carbondale, Pearson Education, Inc. Upper
Saddle River, NJ 2003: 370,633-37,673,745.
15
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
6.
Balows A, Hausler W J, Herrmann K L, Isenberg H D, Shadomy H J. Manual of
clinical microbiology, 5th Edition, American Society for Microbiology, Washington
DC 1991: 429-30,431,439.
7.
Salyers A A, Whitt D D. Bacterial pathogenesis: a molecular approach, American
Society for Microbiology, Washington DC 1994: 265,268
8.
Van Delden C, Iglewski B H. Cell-to-Cell Signaling and Pseudomonas aeruginosa
Infections, Emerging Infectious Diseases Vol.4 No.4 Oct-Nov 1998. Available from
URL: http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol4no4/vandelden.htm
9.
Iglewski B H. Pseudomonas, Medmicro chapter 27. Available from URL:
http://gsbs.utmb.edu/microbook/ch027.htm
10.
Tortora G J, Funke B R, Christine L C. Microbiology an Introduction, 8th Edition,
Pearson Education, Inc. San Francisco, CA 2004: 599
11.
Fiorillo L, Zucker M, Sawyer D, Lin A N. The Pseudomonas hot-foot Syndrome, N
Engl J Med, Vo1.345, No.5, August 2, 2001.
12.
Foca M, et al. Endemic Pseudomonas aeruginosa Infection in a Neonatal Intensive
Care Unit, N Engl J Med, Vol.343, No. 10, September 7, 2000
13.
Srinivasan A, et al. An Outbreak of Pseudomonas aeruginosa Infections Associated
with Flexible Bronchoscopes, N Engl J Med, Vo1.348, No.3, January 16, 2003.
14.
Nester E W, Anderson D G, Roberts C E Jr, Pearsall N N, Nester M T, Hurley D.
Microbiology: a human perspective, 4th Edition, McGraw-Hill Companies, Inc. NY
2004: 698
16
Evita Mayasari: Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi dan Penanganan, 2005
USU Repository©2006
Download