DISTOCIA BAHU Pengertian Menurut buku acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal, 2005, setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu mengedan akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis. Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory walaupun jarang terjadi dan karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sakrum. Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitos panggul, kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul. Penilaian Klinik (Menurut sinopsis Obstetri Jilid I, 1998) : 1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva 2. Dagu tertarik dan menekan perineum 3. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina. 4. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di belakang symphisis. Faktor-faktor yang harus diantisipasi dengan kemungkinan distosia bahu : a. Ibu dengan diabetes b. Riwayat obstetri/persalinan dengan bayi besar c. Ibu dengan obesitas d. Postdates e. Janin besar karena macrossomia f. Riwayat obstetri dengan persalinan lama / persalinan sulit g. Cephalopelvic disproportion Penatalaksanaan Distosia Bahu (Menurut buku asuhan persalinan normal, 2004) : 1. Pakai sarung tangan DTT atau steril 2. Lakukan episiotomi secukupnya 3. Lakukan manuver Mc Robert a. Dengan posisi ibu berbaring pada punggunnya, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya, minta dua asisten (boleh suami atau anggota keluarganya) untuk membantu ibu. b. Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (kearah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis. Catatan : Hindari tekanan yang berlebihan pada bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya. c. Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan supra pubis ke arah bawah dengan lembut. Catatan : Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri 4. Jika bahu tetaap tidak lahir : a. Masukkan satu tangan ke dalam vaginaa dan lakkan penekanan pada bahu anterior, ke arah sternum bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu. b. Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum. 5. Jika bahu masih tetap tidak lahir : a. Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan pegang tulang lengah atas yang berada pada posisi posterior b. Fleksikan lengan bayi di bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada bayi. Jika bahu masih tetap tidak lahir setelah melakukan manuver-manuver di atas, minta ibu untuk berganti posisi merangka. Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan tarikan perlaharan pada bahu anterior ke arah atas dengan hati-hati. Segera setelah lahir bahu anterior, lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan ke arah bagian bawah dengan hati-hati. Catatan : Mematahkan tulang selangka bayi hanya dilakukan bila semua cara lainnya mengalami kegagalan.