MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Akhlaq Pribadi Islami Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 06 Kode MK 90002 Disusun Oleh Dian Febrianingsih, M.S.I Abstract Kompetensi Akhlak memiliki pengertian yang sangat luas. Standar atau ukuran baik dan buruk akhlak adalah berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah sehingga bersifat universal dan abadi. Akhlak Islami adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia. Akhlak Nabi Muhammad saw yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu, disebut dengan akhlak Islam atau akhlak Islami, karena bersumber dari wahyu Allah swt yang kini terdapat dalam al Qur’an yang menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam. Mampu menjelaskan pentingnya akhlak pribadi Islami yang kuat Mampu menyebutkan dan menjelaskan akhlak pribadi Islam Mampu mengimplementasikan kepribadian jujur dan menghargai waktu dalam kehidupan seharihari Pengantar Pengertian Akhlaq Secara etimologi akhlaq (bahasa Arab) adalah bentuk jamak (jumlah banyak) dari khulqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan). Dari pengertian tersebut, akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun. Akhlaq secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlaq sudah mengandung konotasi baik sehingga orang yang berakhlaq berarti orang yang berakhlaq baik. Kata khulqun terdapat dalam QS Al Qalam (68): 4 sebagai berikut: “dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Dan juga dalam QS Asy Syuaraa’ (26): 137 sebagai berikut: “ (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu”. Secara terminologi, terdapat beberapa definisi yaitu: 1. Menurut Imam al Ghazali Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan 2. Menurut Ibrahim Anis Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macammacam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan 2015 2 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Menurut Abdul Karim Zaidan Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya. 4. Menurut Ibnu Maskawaih Akhlaq adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan 5. Menurut Prof Dr. Ahmad Amin Akhlaq adalah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan dengan akhlaq. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa istilah akhlaq memiliki pengertian yang sangat luas dan hal ini memiliki perbedaan yang signifikan dengan istilah moral dan etika. Standar atau ukuran baik dan buruk akhlaq adalah berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah sehingga bersifat universal dan abadi. Akhlaq dapat diwujudkan melalui sekurang-kurangnya dua pendekatan sebagai berikut: a. Rangsangan Perilaku manusia yang terwujud karena adanya dorongan dari suatu keadaan. Keadaan dimaksud terwujud karena adanya latihan, tanggung jawab, mencontoh dan sebagainya. b. Kognitif Penyampaian informasi yang didasari oleh dalil-dalil Al Qur’an dan Hadits, teori dan konsep. Hal dimaksud dapat diwujudkan melalui dakwah, ceramah, diskusi, drama dan sebagainya. Ciri Perbuatan Akhlaq 1. Perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya 2. Perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran 3. Perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar 4. Perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena sandiwara 5. Perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas sematamata karena Allah swt. 2015 3 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sumber Akhlaq Sumber akhlaq yang dimaksud adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlaq adalah Al Qur’an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya sebagaimana pandangan kaum mu’tazilah. Dalam konsep akhlaq, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk terpuji atau tercela, semata-mata karena syara’ (Al Qur’an dan Sunnah) menilainya demikian. Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al Qur’an memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah swt memiliki fitrah bertauhid, mengakui keesaan-Nya sebagaimana tercantum dalam QS Ar Ruum (30): 30. Karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebenaran itu tidak akan didapat kecuali dengan Allah swt sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Betapa banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat kebenaran. Oleh sebab itu, ukuran baik dan buruk tidak dapat diserahkan sepenuhnya hanya kepada hati nurani atau fitrah manusia semata. Harus dikembalikan kepada penilaian syara’. Semua keputusan syara’ tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karena keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah swt. Demikian juga dengan akal pikiran. Ia hanyalah satu kekuatan yang dimiliki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Dan keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengetahuannya. Oleh karena itu, keputusan yang diberikan akal hanya bersifat spekulatif dan subyektif. Pandangan masyarakat juga bisa dijadikan salah satu ukuran baik dan buruk, tetapi sangat relatif, tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan kebersihan pikiran mereka dapat terjaga. Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertutup dan akal pikiran mereka sudah dikotori oleh sikap dan perilaku yang tidak terpuji tentu tidak bisa dijadikan ukuran. Ukuran yang pasti, tidak spekulatif, obyektif, komprehensif dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah Al Qur’an dan Sunnah, bukan yang lainnya. 2015 4 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pembagian Akhlaq Secara garis besar, akhlaq dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Akhlaq yang terpuji (akhlaq karimah/ mahmudah) Akhlaq yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat. 2. Akhlaq yang tercela (akhlaq madzmumah) Akhlaq yang tidak dalam kontrol ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaithaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan umat manusia Ruang Lingkup Akhlaq Muhammad Abdullah Draz dalam bukunya Dustur al Akhlaq fi al-Islam (dalam Ilyas, Yunahar) membagi ruang lingkup akhlaq kepada lima bagian yaitu: 1. Akhlaq pribadi (al akhlaq al fardiyah), yang mencakup: a. Yang diperintahkan b. Yang dilarang c. Yang dibolehkan d. Akhlaq dalam keadaan darurat 2. Akhlaq berkeluarga (al akhlaq al usariyah) yang mencakup: a. Kewajiban timbal balik orang tua dan anak b. Kewajiban suami isteri c. Kewajiban terhadap karib kerabat 3. Akhlaq bermasyarakat, yang mencakup: a. Yang dilarang b. Yang diperintahkan c. Kaedah-kaedah adab 4. Akhlaq bernegara, yang mencakup: a. Hubungan antara pemimpin dan rakyat b. Hubungan luar negeri 5. Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah swt Dari sistematika tersebut tampaklah bagi kita bahwa ruang lingkup akhlaq itu sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah swt maupun secara horizontal sesama makhluqNya. 2015 5 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kedudukan dan Keistimewaan Akhlaq dalam Islam Dalam keseluruhan ajaran Islam, akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Rasulullah saw menempatkan penyempurnaan akhlaq yang mulia sebagai misi pokok risalah Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (HR Baihaqi) 2. Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah saw pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlaq yang baik. Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw: “ Ya Rasulullah, apakah agama itu? Beliau menjawab: (Agama adalah) akhlaq yang baik”. Pendefinisian agama (Islam) dengan akhlaq yang baik itu sebanding dengan pendefinisian ibadah haji dengan wuquf di Arafah. Rasulullah saw menyebutkan, “Haji adalah wuquf di Arafah”, artinya tidak sah haji seseorang tanpa wuquf di Arafah. 3. Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Tidak ada satupun yang akan lebih memberatkan timbangan (kebaikan) seorang hamba mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlaq yang baik …” (HR Tirmidzi) 4. Rasulullah saw menjadikan baik buruknya akhlaq seseorang sebagai ukuran kualitas imannya. Hal tersebut dapat diperhatikan dalam beberapa hadits berikut ini: a. Rasulullah saw bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya”. (HR Tirmidzi) b. Rasulullah saw bersabda: “Rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu, maka bilamana lenyap salah satunya hilang pulalah yang lain” (HR Hakim dan Thabrani) c. Rasulullah saw bersabda: “Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Seorang sahabat bertanya: “Siapa dia (yang tidak beriman itu) ya Rasulullah? Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya.” (HR Bukhari) d. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari dan Muslim) 2015 6 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Islam menjadikan akhlaq yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah swt. Dapat dilihat sebagai berikut: a. QS Al Ankabut (29): 45 b. QS At Taubah (9): 103 c. QS Al Baqarah (2) : 197 d. Sabda Rasulullah saw: “Bukanlah puasa itu hanya menahan makan dan minum saja, tapi puasa itu menahan diri dari perkataan kotor dan keji. Jika seseorang mencaci atau menjahilimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR Ibnu Khuzaimah) Dari beberapa ayat dan hadits di atas, dapat dilihat adanya kaitan langsung antara sholat, puasa, zakat dan haji dengan akhlaq. Akhlaq yang baik adalah buah dari ibadah yang baik, atau ibadah yang baik dan diterima oleh Allah swt tentu akan melahirkan akhlaq yang baik dan terpuji. 6. Nabi Muhammad saw selalu berdoa agar Allah swt membaikkan akhlaq beliau. Salah satu doa beliau adalah sebagai berikut: “(Ya Allah) tunjukilah aku (jalan menuju) akhlaq yang baik, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memberi petunjuk (menuju jalan) yang lebih baik selain Engkau. Hindarkanlah aku dari akhlaq yang buruk, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat menghindarkan aku dari akhlaq yang buruk kecuali Engkau”. (HR Muslim) 7. Di dalam Al Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlaq, baik berupa perintah untuk berakhlaq yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan kepada orang-orang yang mematuhi perintah tersebut, maupun larangan berakhlaq yang buruk serta celaan dan dosa bagi orang-orang yang melanggarnya. Hal tersebut yang membuktikan betapa pentingnya kedudukan akhlaq dalam Islam. Akhlaq Islami Akhlaq islami adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia. Karena itu suatu perbuatan baru dapat disebut pencerminan akhlaq, jika memenuhi beberapa syarat yaitu: 1. Dilakukan berulang-ulang 2. Timbul dengan sendirinya, tanpa dipikir-pikir atau ditimbang berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan baginya. Akhlaq menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan takwa merupakan “buah” pohon Islam yang berakarkan aqidah, bercabang dan berdaun syari’ah. 2015 7 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pentingnya kedudukan akhlaq dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah Rasulullah saw. Diantaranya adalah hadits-hadits sebagai berikut: a. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq” (HR. Ahmad) b. “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaqnya” (HR Tirmidzi) Allah swt sendiri menyatakan dalam Al Qur’an, bahwa beliau adalah orang yang memiliki akhlaq yang mulia dan agung yang perlu dicontoh oleh manusia, dengan ungkapan “uswatun hasanah” (teladan yang paling baik) bagi manusia. Sebagaimana dalam Al Qur’an QS Al Ahzaab (33): 21 sebagai berikut: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. Sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an QS Ali Imran (3): 31 sebagai berikut: “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Ketika Aisyah ditanya: “Bagaimanakah akhlaq Rasulullah itu? Beliau menjawab: Seluruh Al Qur’an itulah akhlaq Rasulullah saw. Akhlaq Rasulullah saw telah sempurna yang dicerminkan dalam asas-asas Islam yaitu: 1. Imaniyah (keyakinan kepada Allah swt) 2. Ubudiyah (penghambaan) Akhlaq islami bersifat mutlak, sedangkan moral dan etika bersifat nisbi (relatif). Akhlaq islami bersifat tetap dan berlaku untuk selamanya. 2015 8 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ciri-ciri Akhlaq dalam Islam Terdapat lima ciri khas dalam Islam yaitu: 1. Akhlaq Rabbani Ajaran akhlaq dalam Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang termaktub dalam Al Quran dan Sunnah. Sifat rabbani dari akhlaq juga menyangkut tujuannya, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan di dunia kini dan di akherat nanti. Ciri rabbani juga menegaskan bahwa akhlaq dalam Islam bukanlah moral kondisional dan situasional, tetapi akhlaq yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Akhlaq rabbani lah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam hidup manusia. Sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur’an QS Al An’aam (6): 153 2. Akhlaq manusiawi Ajaran akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlaq dalam Islam. Ajaran akhlaq dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlak Islami adalah adalah akhlaq yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya. 3. Akhlaq universal Ajaran akhlaq dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek hidup manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun horizontal. 4. Akhlaq keseimbangan Ajaran akhlaq dalam Islam berada di titik tengah antara yang mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang menitikberatkan segi kebaikannya dan yang mengkhayalkan manusia seperti hewan yang menitiberatkan sifat keburukannya saja. Menurut pandangan Islam, manusia memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik pada hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Akhlaq Islami memenuhi tuntutan kebutuhan manusia, jasmani dan rohani, secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan akherat secara seimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi harus seimbang dengan 2015 9 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id memenuhi kewajiban kepada masyarakat. Rasulullah saw membenarkan ucapan Salman kepada Abu Darda’: “Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak yang wajib kau penuhi; dirimu mempunyai hak yang wajib kau penuhi; isterimu mempunyai hak yang wajib kau penuhi; berikanlah orang-orang yang mempunyai hak akan haknya.” (HR Bukhari) 5. Akhlaq realistik Ajaran akhlaq dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding makhluk-makhluk yang lain, tetapi manusia mempunyai kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Dengan kelemahan-kelemahannya itu, manusia sangat mungkin melakukan kesalahan dan pelanggaran. Oleh karena itu, Islam memberikan kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri dengan bertaubat. Bahkan dalam keadaan terpaksa, Islam membolehkan manusia melakukan sesuatu yang dalam keadaan biasa tidak dibenarkan. Sebagaimana dalam QS Al Baqarah (2): 173. Akhlaq Pribadi Islami Perilaku manusia yang berhubungan dengan individu manusia adalah seperangkat norma hukum yang dibuat oleh Allah swt (Pencipta) yang diperuntukkan kepada makhluq manusia (ciptaan). Norma hukum yang dimaksud bersifat mengatur hak perseorangan manusia dan kewajiban yang harus dipikulnya. Hal ini tercermin dalam hukum-hukum Al Qur’an yang bersifat hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Seorang muslim wajib mengetahui dan diharapkan dapat mengimplementasikan akhlaq pribadi Islami dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits yang mencakup sebagaimana berikut: 1. Shidiq, berkata benar atau jujur. Sebagaimana tercantum dalam QS At Taubah: 75-77; QS At Taubah: 19; Al Mu’min: 8 2. Percaya diri, sebagaimana tercantum dalam QS Al Ahzab (33): 39, QS Al Baqarah (2): 218, QS Hud (11) : 123 3. Bekerja keras, mujahadah yaitu mencurahkan segala kemampuan. sebagaimana dalam QS Al Ankabut (29): 69, Al Mulk: 15 4. Menghargai waktu, sebagaimana tercantum dalam Al Baqarah (2): 123, QS Al Ashr (103): 1-3 2015 10 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Berpikir positif atau selalu khusnudzan, sebagaimana tercantum dalam QS Al A’raaf (7): 99, QS Yusuf (12): 87, QS Az Zumar (39) : 53 QS At Thalaq (65): 3 6. Memiliki harga diri, iffah, memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. sebagaimana tercantum dalam QS An Nuur (24): 30-31, QS An Nuur (24): 33, QS Al Ahzab (33): 59, QS Al Isra’ (17): 32 dan QS Al Furqan (25): 72 7. Mandiri, sebagaimana tercantum dalam QS An Nisa (4): 71 8. Hemat, sebagaimana tercantum dalam QS Al Isra (17): 26, QS Al An’am (6): 141 9. Amanah, dapat dipercaya, seakar dengan kata iman. sebagaimana tercantum dalam QS Al Ahzab: 72 al mukmin: 8 an nisa: 58 10. Bersyukur sebagaimana tercantum dalam QS An Nahl (16): 14; QS Al Baqarah (2) : 152 11. Sabar sebagaimana tercantum dalam QS Al Baqarah: 153, QS Al Baqarah: 155-157 12. Tawadhu’ (rendah hati) sebagaimana tercantum dalam QS Lukman: 18 dan QS An Nahl (16): 53 13. Istiqamah (konsisten) sebagaimana tercantum dalam QS Fushshilat (41) : 6, QS Hud (11): 112, dan QS Asy Syura (42): 15 14. Syaja’ah, berani berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan. sebagaimana tercantum dalam QS Al Anfal (8) : 15-16 15. Pemaaf, sebagaimana tercantum dalam QS Ali Imran (3): 133-134 dan 159, QS Al Maidah (5): 13, QS An Nuur (24): 22 16. Adil, sebagaimana tercantum dalam QS Al Maidah (5): 8, QS An Nisa (4): 58 dan QS An Nahl (16): 90 Jika seorang muslim sebagai umat Nabi Muhammad saw dapat mengimplementasikan keseluruhan akhlaq pribadi tersebut dalam kehidupan sehari-hari maka akan mendapatkan pahala, ampunan, rahmat, keberkahan hidup, bahkan kelak akan dimasukkan ke dalam surga. 2015 11 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Abbas, Syubli dan Shamad, Nawawi A. 2014. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia Ali, Muhammad Daud. 2006. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada Aminuddin dkk. 2005. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia Ilyas, Yunahar. 2004. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI UMY Zainuddin Ali, Haji. 2012. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara 2015 12 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id