materi pelatihan - Fakultas Pertanian UNRAM

advertisement
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
MATERI PELATIHAN
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama
dan Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Oleh
Dr. Ir. H.M.Sarjan, M.Agr.CP
Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian –Universitas Mataram
2008
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
I. PENDAHULUAN
Sudah lama disadari bahwa “gangguan pada tanaman”, kini dan seterusnya akan tetap
merupakan masalah dalam persaingan pemenuhan kebutuhan antara umat manusia
dengan organisme lain berupa “pengganggu tanaman” baik yang berstatus hama, patogen
penyebab penyakit maupun gulma. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa persaingan
antara manusia dengan serangga hama sesungguhnya sudah mulai jauh sebelummulainya
peradaban , seperti dicacat dalam sejarah pada tahun 1400 SM, di Mesir dilaporkan
bahwa ulat-ulat telah merusak separuh tanaman gandum. Dan banyak lagi contoh-contoh
kerusakan yang ditimbulkan oleh berbagai jenis serangga hama.
Serangga merupakan kelompok organisme yang paling beragam jenis dan selalu
mendominasi populasi mahluk hidup di muka bumi, baik yang hidup di bawah,pada dan
di atas permukaan tanah. Oleh karena itu hampir semua jenis tanaman baik yang
dibudidayakan maupun yang berfungsi sebagai gulma selalu diganggu oleh kehadiran
serangga hama tersebut. Dengan demikian dalam proses produksi , masalah
hama
tersebut tidak bisa diabaikan, karena akan mempengaruhi produksi secara kualitatif
maupun kuantitatif dan mampu merurunkan produksi sebesar 20,7%, bahkan
menyebabkan kegagalan panen, kalau tidak dilakukan pengendalian secara efektif. Oleh
karena itu petani selalu melakukan upaya pengendalian terhadap gangguan hama tersebut
dengan berbagai teknik pengendalian yang umumnya masih mengandalkan pestisida
kimia. Demikian juga halnya pada tanaman padi terdapat berbagai jenis serangga hama
dari berbagai ordo yang tingkat gangguannya berbeda pada setiap fase pertumbuhan .
Penggerek batang, misalnya sudah lama dikenal di Indonesia sebagai hama utama pada
tanaman padi karena larvanya memakan dan mematikan tunas. Selama fase vegetatif
[stadia muda] larva penggerek batang merusak padi dengan cara memakan bagian dalam.
Hal ini akan mematikan tunas tanaman dan gejala kematian tanaman pada fase ini
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
umumnya disebut “sundep” Pengkajian yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya
sundep yang terjadi pada fase vegetatif awal sampai mencapai 30% tidak akan
menyebabkan kehilangan hasil terutama bagi varitas yang mampu membentuk anakan
banyak selama fase vegetatif dan selanjutnya menjadi anakan produktif. Sedangkan
kerusakan yang terjadi pada fase reproduktif disebut dengan gejala “beluk”. Untuk lebih
jelasnya akan didiskripsikan berbagai spesies penggerek batang padi yang menyerang di
Indonesia.
Sering dilupakan bahwa dalam upaya pengendalian hama perlu memperhatikan
bioekologi serangga hama tersebut agar dicapai hasil yang maksimal dengan metode
pengendalian yang tepat. Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai bioekologi
hama penggerek batang padi dan upaya pengelolaan dan pengendalian hama .
II.
BIOEKOLOGI DAN PENHENDALIAN OPT UTAMA
1. Bioekologi
HAMA
INANG
LINGKUNGAN
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Dalam mempelajari bioekologi hama ada banyak komponen yang perlu dipertimbangkan,
namun yang prinsip terdapat tiga komponen utama yang saling berkaitan satu dengan
lainnya. Komponen tersebut adalah hama itu sendiri yang sangat tergantung dengan
faktor makanan (inang), yang tentu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan suatu jenis serangga hama. Tanaman (inang) dalam pertumbuhan dan
perkembangannya akan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik yang bersifat
biotik maupun abiotik. Demikian juga sebaliknya tanaman akan dipengaruhi secara
langsung oleh kehadiran penganggu tanaman yang disebut hama.Dan hama juga akan
dipengaruhi oleh cocok dan tidaknya lingkungan (biotik maupun abiotik) tempat
hidupnya. Demikian seterusnya ketiga faktor tersebut akan saling mempengaruhi antara
sayu dengan lainnya., sehingga sering disebut dengan istilah “segitiga hama” .
Sebenarnya keterkaitan hubungan antara komponen dalam segitiga hama tersebut akan
sangat dipengaruhi oleh satu komponen yang selalu mengintervensi ketiga komponen
tersebut melalui usaha budidaya. Komponen keempat tersebut adalah manusia, yang
selanjutnya keempat komponen yang saling berpengaruh tersebut dikenal dengan istilah
“segi empat hama”
Dua macam perkembangan yang dikenal dalam dunia serangga, yaitu metamorfosis
sempurna atau holometabola yang melalui tahapan-tahapan atau stadium: telur – larva –
pupa – dewasa, dan metamorfosis bertahap (hemimetabola) yang melalui stadiumstadium: telur – nimfa – dewasa.
Pada hemimetabola, bentuk nimfa mirip dewasa hanya saja sayap belum berkembang dan
habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa biasanya sama dengan habitat stadium
dewasanya. Contoh hemimetabola adalah jenis-jenis kepik seperti walang sangit, yang
nimfanya menempati habitat yang sama dengan kepik dewasa, biasanya pada daun. Jenisjenis belalang (Orthoptera) dan lipas (Blattaria) juga termasuk hemimetabola, nimfa dan
stadium dewasanya hidup dan makan pada habitat yang sama.
Kumbang (Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera) dan semut serta lebah
(Hymenoptera) adalah serangga holometabola. Bentuk pradewasa (larva dan pupa) jenisjenis holometabola ini sangat berbeda dengan stadium dewasanya. Perhatikanlah bentuk-
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
bentuk larva seperti ulat bulu, ulat hijau, ulat jengkal yang kelak menjadi pupa dan
kemudian menjadi kupu-kupu indah dan berwarna-warni. Habitat larva bisanya sangat
berbeda dari habitat dewasanya. Ulat makan daun sedangkan kupu mengisap cairan
bunga. Demikian pula, larva lebah madu dipelihara oleh pekerja (dalam koloni), makan
madu; tapi lebah dewasa yang bersayap terbang mencari serbuk bunga sebagai
makanannya.
Serangga metabola, setelah stadium larva memasuki tahapan pupa yang “tidak aktif”
(tidak makan), terbungkus dalam kulit kepompong yang disebut puparium yang berfungsi
sebagai pelindung.
Serangga termasuk berdarah dingin, sehingga pertumbuhannya banyak dipengaruhi suhu
lingkungannya. Di daerah-daerah beriklim dingin pertumbuhannya lambat, sedangkan di
daerah tropik seperti Indonesia pertumbuhan serangga relatif cepat. Dengan demikian
banyaknya generasi yang terjadi di daerah beriklim panas lebih banyak daripada di
daerah dingin.
Dengan mempelajari perilaku pertumbuhan serangga para pakar pengendalian hama
serangga mengembangkan cara-cara pengendalian dengan menggunakan pengatur
tumbuh (insect growth regulators, IGR). Salah satunya adalah pengendalian dengan
hormon pertumbuhan, yang mengganggu pembentukan kutikel pada saat ganti kulit. Cara
ini sangat efektif dan selektif (tidak mengganggu serangga yang bukan sasaran) karena
hanya mempengaruhi serangga sasaran.
Dinamika pertumbuhan serangga hama tanaman budidaya telah benyak diteliti dan
daripadanya dihasilkan model-model pertumbuhan yang dapat digunakan untuk
meramalkan saat-saat terjadinya epidemi pada tanaman atau inang tertentu, sehingga
tindakan pengendalian dapat dilaksanakan secara lebih tepat.
Identifikasi dan klasifikasi serangga Pengetahuan mengenai klasifikasi serangga
diperlukan agar jenis-jenis serangga yang demikian banyaknya dapat dibedakan.
Misalnya, dari sekian banyak serangga yang menjadi hama tanaman padi, perlu diketahui
jenis-jenisnya, karena mereka memiliki perilaku hidup yang berbeda, menyerang bagian
tanaman yang berbeda (daun, buah, batang, akar) menyebabkan kerugian yang berbeda
sehingga berbeda pula cara penanganannya.
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Pada umumnya spesies-spesies serangga dibedakan sesuai dengan kemiripan dalam
penampakannya. Jenis-jenis lalat misalnya, dibedakan dari kupu-kupa berdasarkan
karakter sayap. Lalat hanya memilki sepasang sayap, sedangkan kupu-kupu dua pasang.
Secara hirarki, dikenal taksa-taksa (taxon, taxa) dalam klasifikasi, oleh karenanya maka
ilmu mengenai penggolongan jenis-jenis mahluk hidup biasanya disebut taksonomi
(taxonomy). Taksonomi ulat kubis misalnya adalah sebagai berikut:
· Filum (Phylum) - Arthropoda
· Kelas - Insecta
· Ordo - Lepidoptera
· Famili - Plutellidae
· Genus - Plutella
· spesies - Plutella xylostella
Dengan demikian nama spesies Plutella xylostella berlaku universal bagi ulat kubis di
seluruh dunia.
Ekologi adalah disiplin kajian hubungan-hubungan antar mahluk hidup dan
lingkungannya. Mengetahui kelimpahan (abundance) serangga (hama) yang menyerang
tanaman tertentu serta pengetahuan tentang kegiatan dan penampilan hama tersebut
(phenology) merupakan factor-faktor penting dalam menentukan pengendaliannya.
Beberapa hama memiliki hanya satu generasi pada satu musim (univoltine), sedangkan
ada pula yang banyak generasi per musim (multivoltine).
Dalam pengendalian hama berkonteks agrosistem biasanya hama dianggap sebagai
populasi. Atribut-atribut penting populasi adalah kerapatan, distribusi umur, laju
kelahiran dan laju kematian.
2. Biologi
Penggerek batang dibedakan menjadi tiga kelompok: dua spesies Scirpophaga, dua
spesies Chilo, dan Sesamia. Telur, larvva, kepompong dan dewasa dari masing-masing
kelompok ini dapast dibedakan. Tetapi untuk membedakan telur , larva dan kepompong
masing-masing spesies pada setiap kelompok sangat sulit. Namun hal yang penting
adalah bahwa kita mampu mengidentifikasi secara umum perbedaan kelompok telur,
larva dan dewasa dari ketiga kelompok penggerek tersebut di sawah.
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Kelompok telur tipe petrtama adalah kelompok telur pengerek batang padi putih dan
kuning ( Scirpophaga sp). Kelompok telur penggerek ini yang paling banyak ditemukan
di lapangan, yaittu berbentuk seperti gundukan kecil yang tertutup dengan rambut-rambut
cokelat mengkilat seperti sutera dan lunak yang berasal dari rambut-rambut ujung
belakang ngengat betina. Kelompok telur biasanya diletakkan di permukaan daun dan
dekat ujung daun.
Kelompok telur tipe yang kedua adalah kelompok telur dari penggerek batang bergaris
dan berkepala gelap (Chilo spp). Kelompom telur ini nampak seperti sisik-sisik ikan yang
terang, pipih dan terletak dalam deretan yang saling tumpang tindih. Biasanya ditemukan
di bawah permukaan daun.
Kelompok telur yang ketiga adalah telur penggerek batang merah jambu ( esamia sp).
Telur –telur tersebut diletakkan di antara batang dan upih daun., biasanya kecil-kecil ,
bulat dan terletak berderet.
Fase telur penggerek batang berkisar selama 1 minggu. Setelah larva pertama muncul
dari kelompok telur, larva bergerak ke bawah dan mulai menggerek bagian antara upih
daun dan batang. Larva terus berpindah dari satu anakan ke anakan yang lain. Penggerek
batang padi kuning instar kedua ditemukan mengapung dari satu anakan ke anakan yang
lain di dalam daun yang menggulung seperti ulat hama putih. Penggerek batang kuning
ini mudah diidentifikasi seperti penggerek batang yang lain., larvanya seperti larva
penggerek batang lainnya. Dan hanya ditemukan di dalam batang. Cara yang paling baik
untuk memudahkan identifikasi serangga adalah dengan cara memelihara dari stadia larva
sampai menjadi dewasa sehingga akan mudah mengenalnya.
Penggerek batang putih dan kuning tidak mempunyai warna seperti penggerek batang
bergaris dan warnanya putih sampai kuning pucat. Larva penggerek batang bergaris dan
berkepala gelap mempunyai lima garis kecoklatan . Larva penggerek batang merah jambu
mempunyai warna merah jambu dengan kepala kemerahan.
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Pupa penggerek batang biasanya ditemukan di pangkal tanaman, pada penggerek batang
putih dan kuning terdapat di bagian batang yang paling dekat dengan tanah. Aapabila
pada waktu panen tanaman tidak dipotong hingga dekat dengan tanah , pupa pengerek
batang putih dan kuning akan tetap tinggal dalam tanaman. Pupa penggerek batang
bergaris , pengerek kepala gelap dan penggerek merah jambu biasanya berada di bagian
batang yang lebih tinggi daripada letak pupa penggerek batang kuning dan putih,
sehingga biasanya ikut terbuang dan mati bersama jerama pada saat tanaman dipanen dan
dipotong bagian batangnya. Pupa penggerek batang merah jambu ditemukan diantara
batang atau upih daun sedikit di atas permukaan air sawah. Penggerek batang putih dan
kuning akan lebih banyak dijumpai pada areal yang cara panennya dengan memotong
seluuruh bagian tanaman hingga ke bagian dasar, karena prilaku pula yang hidup di dasar
batang dekat tanah. Semua spesie pengerek batang akan menjadi masalah pada tanaman
yang cara penennya hanya memotong bagian malai saja. Tingkat keseimbangan
penggerek batang padi disuatu daerah dapat berubah bila terjadi perubahan varietas
uynag ditanam. Penggerek batang padi kuning sangat umum dijumpai di sebagian sistem
tanam, sedangkan pengerek batang putih hanya dominan pada daerah yang tidak
beririgasi, karena larva dapat bertahan (diapause) selama musim kemarau.
3. Gejala Kerusakan dan upaya pengendaliannya
a. Penggerek batang padi kuning ( Scirpophaga incertulas WLK)
Sebenarnya ada sebanyak enam jenis hama penggerek batang padi yang telah
dikenal.Semuanya menimbulkan kerusakan yang sama,yaitu dengan jalan menggrek
batang,melubangi,dan memakan jaringan batang.Akan tetapi,melubangi,dan memakan
jaringan batang.Akan tetapi,di indonesia penggerek batang kuning lebih menonjol
dibandingkan dengan penggerek batang yang lain.
Hama ini menimbulkan gejala yang populer disebut “sundep”dan “beluk”.Gejala sundep
yang ditimbulkan menyebabkan pangkal padi rusak tergerek, sehingga batang bagian
pangkalnya mati dan mudah dicabut.Gejala sundep hanya terjadi pada tanaman yang
masih
muda,sedangkan
gejala
beluk
terjadi
pada
tanaman
yang
sudah
berbunga.Meskipun tanaman padi mampu berbunga ,tetapi karena pangkal tangkai mulai
digerek olehnya,maka bulir-bulir menjadi hampa dan tangkai malai dengan mudah dapat
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
dicabut.Ulat penggerek batang padi kuning ini panjangnya sekitar 25 mm dan berwarna
putih kekuningan sampai hijau.
Hama ini mempunyai parasit (musuh alami) yang secara tidak langsung dapat menekan
populasimya,Beberapa parasit yang sudah diketahui ialah Telenomus sp sejenis tawon
yang dapat menyerang kelompok telur penggerek lebih dari 36%.Stanobracon sp dan
Hormiopterus schoenibivorus Rohw dapat menyerang larva dan pupa penggerak batang
padi
kuning.
Bila
dilakukan
penyemprotan
dengan
insektisida
(racun
hama),dikhawatirkan parasit yang berguna tersebut dapat mati.Tetapi dianjurkan untuk
menggunakan insektisida berbentuk butiran yang bila diberikan pada tanah dapat meresap
kedalam batang padi sehingga penggerek yang memakan batang padi akan mati tanpa
mengganggu populasi parasit.Insektisida granular (butiran) yang umumnya tersedia
dipasar ialah Furadan 3G,Dharmafur 3Gdan Curater 3G,penelitian yang dilakukan oleh
Dr.J.Soeyitnodi Bogor pada musim penghujan 1978/1979 menunjukan bahwa makin
banyak kita pupuk yang mengandung nitrogen seperti urea,ternyata hama menjadi
semakin banyak.Untuk mengatasi hal seperti itu,pupuk urea yang memang harus
digunakan ,harus diimbangi dengan pemakaian insektisida granular agar tanaman padi
terhindar dari serangan ulat penggerak tersebut.
b. Penggerek batang padi putih (Scripophaga innotata WLK)
Hama ini terdapat di indonesia dan khususnya di pulau jawa banyak muncul pada saat
kering di tempat-tempat dengan ketinggian kurang dari 200 meter di atas permukaan
laut.Di Kalimantan hama ini banyak menyerang tanaman padi gogo di daerah
transimigrasi.Hama ini menimbulkan gejala yang sama dengan penggerek batang padi
kuning yaitu sundep dan beluk.
Hama ini banyak mempunyai musuh alami atau parasit ,parasit yang menyerang telur
,misalnya Telenomus beneficiens ,dapat memarasit 50% dari telur yang ada ;
Tetrastischus schonobii memarasit sekitar 15% dari telur yang ada ; Ada juga semut jenis
Solenopsis geminata F yang memakan larva .Menyadari kenyataan ini ,maka pengguna
insektisida sebaiknya bukan berupa semprotan karena di khawatirkan parasit-parasit akan
mati .Sebaiknya di gunakan insektisida butiran seperti yang dijelaskan didepan .Di
samping itu,mencegah terulangnya hama ini dapat dilakukan dengan cara membakar
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
jerami yang terinfeksi ,membajak jerami serta serta merendamnya dalam air pengairan
.Cara lain yang di anjurkan untuk mengatasi hama ini ialah dengan membuang bibit yang
terserang serta membuang kelompok telur yang tampak .Karena kupu-kupu sangat
tertarik oleh cahaya lampu,sebaiknya petani menggunakan lampu minyak tanah untuk
menangkap dan mematikan kupu-kupu karena terkena api seperti untuk memberantas
hama wereng.
c. Penggerak batang padi bergaris (Chilo supperessalis WLK)
Hama ini terbesar di beberapa tempat di Indonesia dan menyerang tanaman padi .Selain
itu ,dapat pula menyerang tanaman padi-padian yang lain,rumput-rumput liar dan
sebagainya.Tidak seperti hama penggerek batang padi putih ataupun kuning,beberapa
larva hama ini dapat hidup bersama dalam satu ruas batang padi.Setelah menggerek 2-3
ruas ,larva akan berpindah ke tanaman padi yang lain .Larva berwarna abu-abu dengan
kepala coklat kekuningan dan bergaris ungu memanjang.
Trichogragmma sp adalah parasit yang mamakan kelompok telur sehingga berubah
warna menjadi biru-hitam.Di daerah Lembang,Jawa Barat,serangan parasit dapat
mencapai 100% sehingga menguntungkan kita karena tidak satu pun telur yang dapat
menetas.
d. Penggrek batang ungu (Sesania inferens WLK)
Hama ini berukuran panjang sampai mencapai 30 mm.Selain menyerang tanaman padi.ia
menyerang juga batang tanaman jagung dan tebu .Sesuai dengan namanya ,larva(ulat)
berwarna ungu dan merah muda memanjang Telur diletakkan berbaris pada pelepahdaun
yang terdiri atas 30-100 telur setiap kelompok , dan menetap dalam waktu 7 hari .Larva
muda
memakan
pelepah
batang.Periode larva
daun,dan
selanjutnya
menggerek
masuk
ke
dalam
berlangsung cukup lama ,yaitu 3-4 minggu ,sehingga cukup
beralasan bila hama ini merusak tanaman padi .Setelah fase larva diikuti dengan pupa
,dan menjadi serangga dewasa dalam waktu relatif pendek.
Seperti juga penggerek batang yang lain ,larva penggerek batang ungu ini mempunyai
musuh alami atau parasit.Platy telenomus,sejenis tawon ,memarasit telur penggerek ini di
daerah Singkang,Sulawesi selatan pengendalian dengan insektisida butiran yang
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
diberikan ke tanah seperti Furadan 3G,Dharmafur 3G dan Curater3G lebih baik dari pada
penyemprotan insektisida.
4. Musuh alami dan Pengelolaan
a. Musuh alami
Parasitoid dari kelompok tabuhan kecil sering memparasit kelompok telur penggerek
batang dengan meletakkan telurnya didalam telur penggerek batang tersebut. Selama
perkembangannya telur pengggerk batang tersebut dihancurkan oleh parasitoid sehingga
sebagian kecil saja yang menetas. Untuk mengetahui apakah kelompok telur sudah
terparasit di lapangan, maka dapat dilakukan dengan memelihara telur tersebut yang
dipindahkan ke botol plastik atau gelas dan ditutup dengan kain halus atau dengan
sumbat kapas. Setelah satu minggu larva penggerek batang dan parasitoid kecil akan
muncul dan kelompok telur tersebut.
Kelompok telur juga dimangsa oleh sejenis jengkrik yang berwarna gelap.
Stadia larva dan pupa juga terparasit oleh berbagai macam parasitoid yang dapat diamati
dengan cara memelihara larva dan pupa penggerek seperti cara pemeliharaan telur di atas.
Ngengat penggerek juga sering dijumpai tererangkap di sarang laba-laba atau ditangkap
langsung oleh laba-laba pemburu. Karena musuh alami dapat terbunuh dengan mudah
oleh pestisida, maka harus dipertimbangkan bagaimana melestarikan musuh alami agar
mampu berperan secara maksimal.
b. Pengelolaan
Dalam upaya pengendalian hama penggerek batang padi, ada dua prinsip penting yang
perlu dilakukan
Pertama : Dengan menakan populasi penggerek batang secara ,menyeluruh di areal
pertanaman yaitu dengan cara memindahkan jerami dan sisa-sisa pembajakan atau
tunggul tanaman di lahan. Cara ini akan membunuh larva dan pupa di pertanaman pada
waktu panen serta mengurangi jumlah ngengat dewasa yang akan muncul pada musim
tanam berikutnya.
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Kedua : Melindungi dan melestarikan musuh alami. Musuh-musuh alami ini berupa
parasitoid dan predator yang mampu membatasi peningkatan populasi penggerek batang.
Dengan demikian upaya penggunaan pestisida harus berdasarkan ambang pengendalian
yang didasari dengan jumlah kelompok telur yaitu : sebelu primordiadua kelompok telur
per meter persegi . Apabila kelompok telur di atas ambang ekonomi, peliharalah telur
tersebut untuk mengetahui perbandingan larva hama dengan parasitoid. Apabila
parasitoid lebih banyak dari pada hama , maka penggunaan insektisida tidak diperlukan.
Penggunaan insektisida harus sesuai dengan rekomendasi
c. Penganmatan dan Ambang Pengendalian
Pengamatan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam usaha budidaya pertanian,
baik pengamatan tanaman maupun perkebangan serangga yang terdapat pada pertanaman
tersebut. Oleh karena itu seorang petani atau petugas pertanian lapangan seharusnya
melakukan pengamatan secara reguler untuk mengetahui kondisi tanaman dan hama
untuk merencanakan opengendalian yang paling tepat. Pada pengamatan penggerek
batang padi, saat pengamatan paling penting dilakukan pada saat pemmbentukan anakan
dan pada stadia bunting. Apabila di sawah terlihat ngengat penggerek batang atau didekat
sumber cahaya seperti lampu, maka sebaiknya diadakan pengamatan seksama terhadap
kelompok telur. Dari waktu rtanam hingga waktu pengisian malai, ambang pengendalian
adalah 2 kelompok telur per 20 rumpun. Sedangkan dari masa pengisian sampai akhir
masa pembungaan ambang pengendalian adalah 1 kelompok telur per 20 rumpun. Hal
penting adalah walaupun sudah melampau ambang pengendalian, bukan berarti
penggunaan insektisida langsung digunakan, namun perlu pengamatan kelompok telur
yang dijumpai dengan cara memelihara kelompok telur tersebut. Apabila setelah menetas
ternyata jumlah parasitoid masih lebihbanyak daripada larva hama penggerek batang,
maka penggunaan insektisida masih bisa ditunda. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka
megoptimalkan peranan musuh alami .
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Hama dan penyakit tanaman padi :
1. Penggerek batang padi
Ada 4 macam penggerek batang padi yang terdapat di Indonesia
a) Hama penggerek padi putih (Tryporyza innotata WLK)
Hama ini termasuk famili Pyralidae, Lepidoptera.
Warna ulat : putih
Telur diletakkan berkelompok dipermukaan bawah daun dan ditutupi oleh
lapisan seperti beludru coklat muda.
b) Hama penggerek padi kuning (Tryporyza incertulas WLK)
Hama ini juga termasuk famili Pyralidae, Lepidoptera.
Warna ulat : kuning
Bentuk ulat sama dengan ulat penggerek padi putih
c) Hama penggerek padi bergaris (Chilo supressalis WLK).
Hama ini termasuk famili Pyralidae, Lepidoptera.
Warna ulat coklat, pada punggungnya bergaris coklat. Telur diletakkan
berjajar, seperti sisisk, tetapi tidak dilindungi lapisan seperti beludru.
d) Hama penggerek padi merah jambu (Sesamia inferens WLK).
Hama ini termasuk famili Pyralidae, Lepidoptera.
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Warna ulat : merah jambu
Telur diletakkan di pelepah daun bagian dalam, oleh karena itu susah
ditemukan.
Ulat penggerek ini merupakan ulat terbesar diantara jenis penggerek padi
lainnya.
Bagian tanaman yang diserang : batang padi dan pelepah daun. Keempat hama
tersebut menyerang bagian tanaman yang sama.
Cara merusak :
Keempat hama penggerek tersebut mempunyai cara penyerangan yang
sama
Larva yang baru menetas bergerak menuju pelepah daun.
Kemudian ulat tersebut menembus pelepah daun dan menggerek
jaringan pembuluh batang serta makanan bagian dalam batang
Penggerekan batang ini biasanya sampai pangkal batang.
Gejalanya serangan : Akibat serangan keempat hama tersebut juga sama yaitu :
Pucuk tanaman padi menjadi layu, kering serta berwarna kuning
kemerah-merahan. Pucuk mudah dicabut.
Kemudian daun-daun lainnya mengering dan akhirnya seluruh batang
yang terserang menjadi kering.
Kerusakan yang terjadi pada tanaman yang masih muda yaitu sebelum
berbunga dinamakan ”sundep”, sedangkan kerusakan yang menimpa
tanaman dewasa yaitu pada waktu tanaman padi sedang bunting,
dinamakan gejala ”beluk”.
Pengendalian :
a) Penggunaan varietas tahan
Penanaman varietas padi yang tahan terhadap gejala sundep dan beluk,
sebab varietas padi ini memiliki sifat-sifat fissis dan kimiawi yang kurang
disukai penggerek
Misalnya : Tapus, PB. 26.
b) Sanitasi
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Menjaga kebersihan di sekitar tanaman padi terhadap rumput atau
tanaman inang lain, supaya tidak menjadi sarang untuk bersembunyi hama
ini.
c) Secara fisis dan mekanis
Menggenangi sawah selama kira-kira 15 hari sesudah panen
selesai, lalu dibajak dalam keadaan basah atau pada akhir musim
kemarau. Dengan merendam jerami, diharapkan ulat dan
kepompongnya mati.
Menyebar dan menanam benih secara serentak dalam areal
peranaman yang luas, kemudian mengadakan rotasi tanaman dengan
tanaman lain yang bukan menjadi inangnya.
Telur yang menempel pada daun dikumpulkan, kemudian
dibinasakan.
Membakar jerami sehabis panen.
2. Wereng Coklat
Nilaparvata Lugens Stal
Phylum : Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Homoptera
Sub Ordo : Auchenorrhyncha
Family
: Delphacidae
Sub Family : Fulgoroidea
Wereng batang coklat termasuk ordo, famili DePerkembangan hidupnya telurnimfa-imago. Serangga perusaknya nimfa dan imago, nimfa mengalami 5 kali
ganti kulit (5 instar). Stadia nimfa berlangsung kira-kira 30 hari. Imago betina
dapat bertelur hingga 600 telur, yang diletakkan berjajar 5-30 telur per kelompok.
Selain badannya berwarna coklat terdapat tiga buah garis yang samar-samar.
Panjang wereng 3-41/2 mm, lebar 2-2.8 mm.
Bagian tanaman yang diserang : batang
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Cara merusak :
Wereng merusak tanaman padi dengan menghisap cairan batang
tanaman.
Penyerangan ini dilakukan pada sekelompok tanaman padi.
Disamping itu ada yang dapat menularkan virus hingga menyebabkan
tanaman padi terkena penyakit virus, yaitu kerdil rumput (Grassy stunt)
Gejala serangan :
Tanaman padi berubah warna menjadi kekuning-kuningan, kemudian
mengering.
Pada kelompok tanaman yang mengering, akan kelihatan seperi
terbakar, disebut ”hopper burn ”
Tanaman yang tidak mengring dapat mengalami hambatan
pertumbuhan, yaitu kerdil rumput. Kerdil rumput ini disebabkan oleh
virus/mikoplasma yang ditularkan oleh wereng tersebut.
Kerdil rumput ditandai dengan :
Tanaman tetap kerdil (termasuk batang dan daun), walaupun tanaman
tersebut dapat bertunas banyak dan tumbuh segar.
Pengendalian :
a) Cara bercocok tanam
Bertanam padi secara serempak akan memperpendek masa tersedianya
makanan, maka siklus hidup wereng dapat ditekan sehingga
perkembangan populasi wereng sampai masa panen tiba akan terhambat.
Dengan cara ini pula, populasi wereng tidak akan mencapai tingkat yang
membahayakan. Hal ini dapat dilakukan pada hamparan yang luas.
b) Penggunaan varietas tahan
Tanaman padi varietas ini memiliki sifat-sifat fisik dan kimiawi yang tidak
disukai wereng, sehingga perkembangan populasi wereng dapat dihambat.
Varietas padi tahan wereng ini antara lain : IR 36, IR 48, IR 64, Porong,
Sentani, IR 65, Dodokan, Btang Pane, Cimanuk, Progo, Kelara, Citanduy,
Cipunegara, Kruing Aceh, Cikapundung dll.
Varietas ini juga dapat mencegah penyakit virus/mikoplasma yang
ditularkan oleh wereng. Walaupun demikian, varietas tahan ini pada suatu
ketika dapat menjadi tida tahan lagi.
c) Sanitasi
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Diusahakan agar areal pertanaman bersih dari rumput liar, baik disekitar
tanaman maupun di antara tanaman padi.
Sebab wereng juga dapat menyerang tanaman lain, seperti jagung, tebu
atau jenis rumput yang lain.
d) Cara biologis
Wereng padi mempunyai musuh alami yang berupa predator dan parasid.
Musuh alami ini berupa laba-laba, kepinding mirid, kumbang kubah,
kumbang tanah, anggang-anggang, serangga pemburu air lainnya, tabuhan
parasid serta jamur.
3. Tikus ( Rattus rattus argentiventer ), Wirog, Werong (Jawa Tengah)
Tikus menjadi hama pada persemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa
panen, hingga di penyimpanan. Tikus mempunyai sifat-sifat yang khusus
sehingga merupakan hama yang cukup penting pada pertanaman padi. Sifat
khusus tersebut di antanranya yaitu mempunyai preferensi makanan yang cukup
banyak (padi segar, gabah, beras, ubi jalar, ketela pohon, jagung, kelapa, kacang
tanah, kedelai, dan kadang-kadang makan anak ayam). Tikus pandai berenang,
menyelam, meloncat, memanjat, dan menjatuhkan diri dari atas pohonyang tinggi;
tikus sangat cerdas, merupakan binatang malam, jika ia keluar pada siang hari
maka berarti populasinya tinggi. Tikus betina melahirkan anaknya menjelang
panen. Sekali melahirkan 4-12 anak, jumlah anaknya tergantung dari kualitas
makanan. Dua hari setelah melahirkan tikus betina sudah dapat berkopulasi lagi.
Bagian tanaman yang diserang : Semua bagian tanaman, terutama batang dan
buah.
Gejala Serangan :
Ada tikus, ada liang tikus, ada kotoran tikus, ada bekas jejek tikus, dan adanya
potongan-potongan padi yang bekas dirusak tikus. Tikus merusak tanaman
dengan cara mengerat batang atau biji padi. Pada batang tanaman padi yang masih
muda berumur 1-2 bulan merupakan sasaran utama tikus, sebab batang muda enak
dimakan.
Pengendalian :
Pergiliran tanaman dan mengatur waktu tanam secara serentak agar tikus
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
tidak memusat pada suatu areal pertanaman, serta memberi pagar plastik
sebagai pencegahan.
Pemberian racun tikus yang bersifat akut dan antikoagulan, racun akut
akan mematikan tikus setelah beberapa jam, sedang racun antikoagulan
memetitkan tikus tikus setelah tikus makan umpan beracun setelah 3-5
hari kemudian. Kelemahan racun akut yaitu dapat membuat tikus menjadi
jera, sedang kelemahan racun antikoagulan tikus harus makan umpan
bracun berkali-kali atau dalam jumlah banyak
Cara fisis dan mekanis
Gropyokan adalah cara tertua dan biasa dilakukan oleh para petani. Cara
ini dilakukan secara langsung dengan menggunakan berbagai alat, diantara
lain tongkat pemukul dan melibatkan anjing, serta cara ini dilaksanakan
secara gotong –royong dalam sebuah desa atau wilayah kelompok tani
dengan terus-menerus dan berkesinambungan .
Emposan, yaitu dengan cara membakar campuran belerang dan merang
ke dalam lubang tikus, sebelumnya diadakan penutupan semua lubang
agar tidak ada tikus yang berlari keluar dan agar asap emposan tidak
menerobos keluar dan asap akan mematikan tikus lebih cepat.
Pengendalian biologis, yaitu dengan melepaskan musuh alami tikus,
seperti ular sawah, anjing, dan kucing.
4. Tungro (Mentek)
Virus group : Virus
Genus
: Unassigned Virus
Penyebab dan penularannya :
Penyakit ini disebabkan oleh virus atau mikoplasma yang ditularkan oleh wereng
Nephotettiex apicalis. Tungro berarti pertumbuhan degeneratif, yang pernah
menyerang tanaman padi di Filipina dan Bangladesh, kemudian masuk ke
Indonesia. Sedangkan di Thailand penyakit ini dikenal dengan Yellow orange leaf.
Menurut Holmes, virus ini adalah Fractilinea oryzae Holmes, sedangkan menurut
Smith ialah Oryza virus I (Fukushi) Smith.
Virus tersebut bersifat non persisten yaitu hanya dapat menimbulkan infeksi
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
dalam jangka pendek saja.
Bagian tanaman yang diserang : Semua bagian padi
Gejala serangan :
Pertumbuhan tanaman kurang sempurna, yaitu kerdil
Warna daun berubah, yag bervariasi dari kuning ke merah jambu gejala
ini dipengaruhi oleh jenis padi, lingkungan, umur tanaman, dan strain
virus.
Jumlah tunas sedikit berkurang, terutama bila virus menyerang tanaman
yang masih muda.
Gejala tersebut akan tampak 7-10 hari setelah wereng menularkan virus.
Akibat serangan :
Tanaman sakit terlambat membentuk bunga. Malai kecil dan tidak sama sekali
keluar upih daun, kebanyakan bijinya hampa atau terisi sebagian, dan sering
mempunyai bercak-bercak coklat tua. Tanaman kurang membentuk akar.
Tanaman sakit cendrung lebih rentan terhadap bercak coklat (Drechslera
oryzae) dan bercak coklat sempit (Cercospora janseana)
Pengendalian :
Berhubung tanaman padi tersebut mendapat serangan yang disebabkan oleh
virus dan penularannya, maka tindakan yang harus dilakukan adalah :
Penanaman varietas unggul resisten terhadap vektor (wereng). ini
merupakan tindakan tepat, sebab virus adalah penyakit yang paling sukar
diketahui cara pengendaliannya.
Menginaktivasi virus
Varietas padi yang dapat ditanam ialah : Kelana, IR 52, IR 36, IR 48, IR
54, IR 42.
5. Blas
Kingdom
: Fungi
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Phylum : Ascomycota
Class
: Ascomycetes
Subclass
: Sordariomycetidae
Family : Magnaporthaceae
Genus : Magnaporthe
Species : Magnaporthe grisea.dan Magnaporthe salvinii
Penyakit blas ( blast ), yang sering disebut ”penyakit Pyricularia” atau disebut
juga cendawan Pyriculari grisea CKE. Cendawan ini mempertahankan diri
dengan konida pada biji dan jerami blas adalah penyakit yang gejala serangannya
mirip dengan pertanaman yang ditiup dengan udara panas. Berbeda dengan
bercak coklat ( Drechslera oryzae ), blas lebih banyak terdapat di pertanaman
yang subur. Oleh karena itu penyakit ini sering dianggap sebagai ”penyakit orang
kaya”
Bagian tanaman yang diserang : Daun, Buku-buku pada batang dan ujung tangkai
malai
Gejala serangan :
a. Busuk daun ( Rice blast )
Mula-mula pada daun muda tampak bercak-bercak berbentukbelah
ketupat, kedua ujungnya memenjang searah dengan urat daun.
Bagian tepi bercak-bercak tersebut berwarna coklat, sedang tengahnya
berwarna putih abu-abu.
Bila terjadi serangan pada daun tua, tampak bercak-bercak yang lebih
kecil dan bercak-bercak ini cendrung bergabung menjadi satu pada
pangkal helai daun sehingga tampak mengering seperti terbakar.
b. Busuk gelang buku ( Node blast )
Tanaman yang telah keluar malai, menjadi sasaran cendawan, terutama
bagian buku-buku batang.
Buku-buku batang berubah warna menjadi coklat kehitam-hitaman dan
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
berkerut, kemudian mengering dan mudah patah.
Malai padi menjadi kuning, butir padi tidak terisi penuh atau hampa.
c. Busuk leher ( Neck rot )
Ujung tangkai melai dan cabang-cabang didekat pangkal malai menjadi
busuk.
Leher malai berkerut dan berwarna coklat kehitaman
Malai berwarna kuning, butir padi hampa atau terisi sebagian
Akibat Serangan :
Apabila serangan terjadi pada daun, maka proses pemasakan makanan
terhambat sehingga mempengaruhi proses-proses lainnya.
Apabila serangan terjadi pada biji, mengakibatkan butiran padi menjadi
hampa, sehingga produksi pun merosot,
Pengendalian :
Secara fisis dengan cara tindakan preventif yang perlu dilakukan ahíla batang dan
jerami sisa tanaman sebelumnya harus dibakar. Apabila tampak ada gejala
penyakit tersebut. baik yang terjadi di persemaian maupun disawah, maka sawah
perlu digenangi air secukupnya.
Penanaman varietas unggul yang resisten seperti ; Sentana, Cimandiri, Dodokan,
IR 48, IR 36, dan Si Ampat. Pengelolaaan pupuk N yang tepat yaitu pemberian
pupuk tidak bersamaan dengan waktu tanam, pada saat pertengahan fase vegetatif
dan fase mulai pembentukan bulir.
Hama dan penyakit tanaman jagung
:
1. Penggerek batang
2. Penggerek tongkol
3. Penyakit bulai
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Penyakit Bulai atau downy mildew pada jangung sejak lama dirasa
menimbulkankerugian yang cukup besar, sehingga menimbulkan kerugian yang
cukup besar
4. Tikus
5. Ulat grayak
6. Lalat bibit
Hama dan penyakit tanaman kedelai :
1. Penggerek polong
2. Lalat kacang
3. Ulat grayak
4. Tikus
5. Penggulung daun
6. Ulat jengkal
Hama dan penyakit tanaman kacang tanah :
1. Babi hutan
2. Bercak daun coklat
3. Ulat grayak
4. Tikus
5. Karat daun tanah
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
6. Pelipat daun
Hama dan penyakit tanaman ubi jalar :
1. Hama boleng
2. Bercak daun coklat
3. Babi hutan
4. Tikus
5. Babi hutan
Hama dan penyakit tanaman ubi kayu :
1. Tungau merah
2. Tikus
3. Babi hutan
4. Bercak daun coklat
5. Karat daun
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan cara pengelolaan pertanian dengan setiap
keputusan dan tindakan yang diambil selalu bertujuan meminimalisasi serangan OPT,
sekaligus mengurangi bahaya yangditimbulkannya terhadap manusia, tanaman, dan
lingkungan. Sistem PHT memanfaatkan semua teknik dan metode yang cocok (termasuk
biologi, genetis, mekanis, fisik, dan kimia) dengan cara seharmoni mungkin, guna
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang
merugikan secara ekonomis. Dengan demikian, biaya perlindungan tanaman dapat di
kurangi, terlebih lagi apabila pengendalian OPT menggunakan pestisida hayati, sehingga
dampak negatif terhadap produk hortikultura dari residu pestisida dan pencemaran
lingkungan hampir tidak ada. Implementasi PHT di Indonesia secara nasional di mulai sejak
di keluarkannya Inpres No. 6 tahun 1986, kemudian di ikuti dengan Undang-undang No. 12
tahun 1992.
Beberapa langkah atau taktik untuk tindakan perlindungan tanaman dari serangan OPT
dengan sistem PHT, sehingga pengembangan agribisnis dengan usahatani non sintetik bisa di
laksanakan, antara lain sebagai berikut :
a. Budidaya tanaman ;
- pengolahan tanah yang baik,
- penggunaan pupuk kandang,
- melakukan pemulsaan,
- mengatur pengairan,
- mengatur jarak tanam,
- menanamsecara tumpang sari (bertanam ganda),
- melakukan rotasi tanaman,
- menanam tanaman perangkap/penarik,
- menanam tanaman naungan,
- menggunakan benih yang sehat dan bersih dari kontaminasi OPT.
b. Fisik/mekanis ;
- menghasilkan sumber infeksi (dicabut/dipetik),
- menggunakan peralatan yang bersih,
- memasang perangkap mekanis,
- pembakaran sumber infeksi,
- menggunakan alat penimbul suara-suara (menolak hama).
c. Biologis
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
- introduksi atau pelestarian musuh alami,
- penggunaan/eksploitasi benih tahan hama dan penyakit,
d. Kimiawi ;
- penggunaan pestisida dari tumbuhan/nabati,
- penggunaan pestisida kimia sintesa/buatan,
e. Pasca panen ;
melakukan penyimpanan/penanganan pasca panen yang tepat
Contoh-contoh penerapan PHT pada tanaman hortikultura khususnya pada tanaman sayuran
dapat dijelaskan berikut ini.
1. Pengelolaan ekosistem dengan cara budidaya
Pengelolaan ekosistem yang baik akan membuat pertanaman hortikultura memiliki
“ketahanan lingkungan”. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan tanaman tidak sesuai
dengan siklus perkembangan OPT, iklim mikro atau kurang sesuai secara nutrisi, dan
populasi musuh alami meningkat serta lebih beragam.
• Tumpangsari tomat – kubis dapat menolak ngengat betina Plutella xylostella (L.)
meletakkan telur pada tanaman kubis.
• Penggunaan mulsa plastik hitam – perak pada pertanaman cabai dapat mengurangi serangan
hama Trips parvispinus Karny dan kutu daun persik (Myzus persicae Sulzer).
• Menjaga kebersihan kebun (sanitasi) dapat mengurangi serangan penyakit tular tanah
dengan pencabutan :
- Bonggol (tunggul) tanaman kubis : penyakit akar bengkak (Plasmodiphora brassicae Wor.).
- Tanaman Solanaceae (tomat, kentang, cabai) :
penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) atau layu fusarium (Fusarium sp.).
• Penanaman “Rape” (Brassica campestris ssp. oleifera) sebagai tanaman pinggiran yang
dapat berfungsi sebagai perangkap hama P. xylostella, sehingga populasi parasitoid
Diadegma semiclausum (Hellen) meningkat.
2. Penanaman varietas tahan
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
• Kentang varietas Hirta dan Klon Atzimba x R. 126 toleran terhadap busuk daun
(Phytophthora infestans).
• Kentang klon : CIP.86 – 136, CIP 87.282, CIP 387.169.14, K. 419.8.GT, dan K. 432.5 GT
tahan terhadap lalat pengorok daun (Liriomyza huidobrensis) (Setiawati dkk. 1988).
• Kentang Klon No. 17 (varietas Merbabu) dan Klon No. 08 tahan terhadap hama pengorok
daun dan penyakit busuk daun (Balitsa 1999).
Beberapa varietas / klone sayuran tahan terhadap hama dan penyakit seperti tercantum pada
Lampiran 2.
3. Pengendalian hayati
Beberapa cara pengendalian hayati yang dapat dilakukan yaitu ;
• Pemanfaatan musuh alami setempat dengan cara menciptakan lingkungan yang mendukung
semakin berfungsinya musuh-musuh alami (parasitoid, predator, dan patogen penyakit)
secara maksimal.
• Pemasukan, peningkatan populasi musuh alami secara buatan dan perbanyakan musuhmusuh alami hama.
• Perbanyakan dan penyebaran patogen penyakit hama seperti virus, cendawan dan bakteri.
Contoh :
- D. semiclausum dan Cotesia plutella Kurdj.
Merupakan parasitoid penting hama P. xylostella pada tanaman kubis dan Brassica lainnya.
- Patogen penyakit penting pada larva Spodoptera exigua adalah Se-NPV, pada S. litura (F.)
adalah SI-NPV, pada larva Helicoverpa armigera Hbn. adalah Ha-NPV, dan pada larva P.
operculella adalah PoGV.
- Kumbang Cocconella spp. adalah predator beberapa jenis kutu daun.
- Patogen penyakit tular tanah layu Fusarium spp pada tanaman sayuarn, pisang dan tanaman
buah lainnya adalah cendawan antagonis Trichoderma spp dan Gliocladium sp.
Cara perbanyakan dan penggunaan cendawan Trichodemma spp, Gliocladium sp dan virus
Se-NPV seperti pada Lampiran 3, dan 4.
4. Pengendalian secara mekanik
Beberapa cara pengendalian mekanik yang dapat diterapkan yaitu :
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
• Pengumpulan telur, larva, dan pupa dengan tangan.
- Pengumpulan telur ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.)
- Pengumpulan telur dan larva S. exigua dan S. litura.
• Pengurungan atau penggunaan kasa nylon plastik.
- Pemasangan kelambu mencegah masuk lalat pengorok daun
L. chinensis dan S. exigua pada bawang merah
- Pemasangan kasa plastik pada rumah kaca mencegah masuk hama trips spp, kutu kebul
Bemicia tabaci, L. huidobrensis.
• Penggunaan perangkap hama dewasa.
- Perangkap likat warna biru, putih atau untuk mengendalikan hama Trips spp. dan lalat
pengorok daun kentang (L. huidobrensis).
- Perangkap tangga pohon, yaitu mengolesi pohon bagian bawah dengan ter dan bagian atas
dengan perekat, sehingga larva hama tidak bisa merayap ke atas pohon.
Teknik operasional pemasangan perangkap likat seperti tercantum pada Lampiran 5.
- Perangkap Feromonoid Seks untuk hama penggerek umbi kentang (Pthorimaeae operculella
Zell.) serta S. exigua dan S. litura.
5. Penggunaan pestisida nabati
Ada dua macam selektivitas pestisida nabati, yaitu :
• Selektivitas fisiologis, contohnya : formulasi insektisida Bacillus thuringiensis,
• Selektivitas ekologis, artinya penggunaan pestisida pada saat yang tepat, yaitu bila populasi
hama berada pada stadia muda. Dapat juga didasarkan pada cara kerja insektisida nabati
tersebut.
- Bacillus thuringiensis, mengendalikan P. xylostella dan C. binotalis pada kubis
- Ramuan Nimba (Azadirachta indica) Lengkuas (Zingiber aromaticum), dan Serai
(Andropogon nardus), mengendali-kan belalang, Kutu daun, Trips dan Aphid.
- Daun Sirsak, mengendaliak Trips pada cabe.
- Daun/sulingan minyak Selasih (Ocimum sanctum)mengen-dalikan lalat buah.
- Sulingan minyak lengkuas, mengendalikan lalat buah dan penyakit Antraknose pada cabe.
- Daun Pamor-pamor/Ki tolod (Laurentia longiflora), me- gendalikan Aphid, dan Kutu daun
Contoh-contoh membuat ramuan pestisida nabati dan penggunaannya tercantum pada
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
Lampiran 6.
6. Pemantauan populasi hama (OPT)
Pemantauan atau pengamatan OPT secara rutin (mingguan) perlu dilakukan untuk
mengetahui posisi populasi hama terhadap Ambang Pengendalian (Ambang Ekonomi) hama.
Bila populasi hama mencapai/melampaui Ambang Pengendaliannya, perlu dilakukan aplikasi
pestisida nabati. Contoh Ambang Pengendalian (AP) dengan pestisida kimia (bahan patokan
untuk kimia nabati) adalah:
• AP hama P. xylostella adalah 5 larva instar III / IV per 10 tanaman kubis (0,5 larva /
tanaman).
• AP C. binotalis adalah 3 paket telur per 10 tanaman kubis (0,3 paket telur / tanaman).
• AP P. operculella adalah 20 larva per 10 tanaman kentang (0,2 larva / tanaman).
AP hama S. exigua adalah 1 paket telur per 10 tanaman (rumpun) bawang merah.
4. Pola Tanam
Penanaman secara organik dapat dilakukan dengan sistem monokultur atau polikultur. Dari
kedua sistem tersebut, polikultur paling banyak digunakan karena memiliki banyak
kelebihan.
1. Monokultur
Monokultur adalah menanam satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Kelebihan
sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun
yang dipelihara hanya satu jenis. Di sisi lain, kelemahan sistem ini adalah tanaman relatif
mudah terserang hama maupun penyakit.
2. Polikultur
Polikultur adalah menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa keuntungan,
antara lain sebagai berikut :
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
a. Mengurangi serangan OPT, karena tanaman yang satu dapat mengurangi
serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids
dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin,
b. Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan
unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang
terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai perakaran
berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan
tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur.
c. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi
dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT,
d. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis
tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena
bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas
lainnya.
Apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem polikultur dapat
memberi dampak negatif, misalnya :
• Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman,
• OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya.
Macam polikultur
Dalam sistem polikultur, dikenal beberapa istilah yang pengertiannya hampir sama,
yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama, antara lain :
a. Tumpang gilir (multiple cropping) : menanam lebih dari satu jenis tanaman pada
lahan yang sama, selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari satu hasil panenan,
b. Tanaman pendamping (companion planting) : dalam satu bedeng ditanam lebih dari
satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya. Tujuannya untuk saling
melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur hara, karena itu pemilihan tanaman
perludiperhatikan, misalnya tanaman yang perakarannya dalam dapat mengurangi
kepadatan tanah dan menambah kesuburan tanah dengan tambahnya bahan organik
sehingga berguna bagi tanaman pendamping yang perakarannya dangkal. Tanaman
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
kenikir sering dijadikan tanaman pendamping karena mempunyai akar yang
mengeluarkan senyawa tiophen yang dapat mematikan nemattoda.
c. Tanaman campuran (mixed croping) : menanam lebih dari satu jenis tanaman pada
suatu lahan dan dalam waktu yang sama. Misalnya menanam tomat dan kubis dalam
satu bedeng dapat mengurangi ngengat tritip (Plutella maacultipenis) yang merusak
kubis. menolak ngengat betina Plutella xylostella (L.) meletakkan telur pada tanaman
kubis.
d. Tumpang sari (intercropping dan interplanting) : menanam lebih dari satu jenis
tanaman pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan teratur,
e. Penanamanlorong (alley cropping) : menanam tanaman yang berumur pendek,
misalnya wortel, slada, terung, diantara larikan tanaman yang dapat tumbuh cepat dan
tinggi serta berumur tahunan, misalanya turi, gamal, kaliandra, lamtoro, dan daun
kupu-kupu. Keuntungan penanaman seperti ini akan meninggalkan nitrogen tanah,
mengurangi gulma, mencegah erosi, meningkatkan penyerapan air tanah, dan
meningkatkan kelembapan tanah.
f. Pergiliran tanaman (rotasi tanaman) : menanam jenis tanaman yang tidak sefamili
secara bergiliran (bergilir). Tujuan cara ini untuk memutus siklus hidup OPT.
Contohnya, kubis famili Cruciferae – selada famili Composidae – bawang merah
famili Aliaceae – wortel famili Umbelliferae – terung famili Solanaceae – kedele
famili Leguminaceae – jagung famili Graminae – kangkung famili Convolvulaceae –
mentimun famili Cucurbitaceae – okra famili Malmavaceae.
Jenis tanaman untuk polikultur
Dalam sistem polikultur, pemilihan jenis tanaman menjadi sangat penting karena
tanaman yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerugian, misalnya tanaman akan berebut
unsur hara, adanya tanaman lain akan mendatangkan hama dan penyakit baru, maupun
pertumbuhan tanaman saling terhambat.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih jenis tanaman antara lain
sebagai berikut.
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
1) Sosok tanaman dan kebutuhan sinar matahari
Tanaman akan hidup baik bila mendapat sinar matahari. Namaun banyaknya sinar
matahari untuk tiap tanaman berbeda. Umumnya, tanaman yang menghasilkan bunga
atau buah membutuhkan sinar matahari penuh (tidak ternaungi), sedangkan tanaman yang
menghasilkan daun masih dapat tumbuh dengan cahaya yang sedikit. Misalnya buncis
merambat dan kapri membutuhkan sinar yang banyak, sedangkan selada dan seledri
masih hidup di bawah naungan. Dengan demikian, selada atau seledri dapat ditanam di
antara tanaman buncis, merambat atau kapri.
2) Kebutuhan unsur hara
Berdasarkan kebutuhan unsur hara, tanaman dapat dikelompokkan menjadi tiga sebagai
berikut.
a) Tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen lebih banyak, disebut heavy feeders.
Misalnya kubis, selada, bayam, jagung, dan labu.
b) Tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen lebih sedikit daripada kalium, disebut
light feeders. Yang termasuk kelompok ini umumnya tanaman penghasil umbi seperti
bawang merah, lobak, ubi kayu, wortel, dan ubi jalar.
c) Tanaman penghasil nitrogen atau tanaman yang dapat mengikat nitrogen dari udara
dengan bantuan bakteri Rhizobium, disebut soil builders. Tanaman yang termasuk
kelompok ini yaitu tanaman dalam keluarga Leguminosae, misalnya kacang tanah,
kedelai, buncis, kacang hijau, dan kara.
Dengan menggabungkan ketiga kelompok tanaman tersebut, dapat diperoleh hasil yang
tinggi karena antar-tanaman tidak terjadi perebutan unsur hara.
3) Sistem perakaran
Sistem perakaran setiap tanaman berbeda, ada yang dalam, dangkal, melebar, rimbun,
dan sebagainya.Sistem perakaran ini penting untuk menentukan jarak tanam dan memilih
jenis tanaman. Tanaman yang dipilih sebaiknya yang mempunyai perakaran yang
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Penanggulangan OPT, Petugas Pengamat Hama dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) se NTB
berbeda bila akan ditanam berdekatan. Misalnya wortel dan bawang merah, buncis dan
selada, kedelai dan daun bawang, cabai dan daun bawang.
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
Download