PENENTUAN STRUKTUR LITOLOGI DAERAH

advertisement
PENENTUAN STRUKTUR LITOLOGI DAERAH PANASBUMI PROBOLINGGO
MENGGUNAKAN METODE MAGNETOTELURIK (MT)
Jasmine Christiani Wulandari, Eddy Z. Gaffar, Siti Zulaikah, Nugroho Adi P
Jurusan FMIPA Universitas Negeri Malang
Email: [email protected]
ABSTRAK
Daerah panasbumi Probolinggo, Jawa Timur berada di lingkungan pegunungan api yang berumur
holosen yaitu antara Gunung Lamongan dan Gunung Iyang-Argopuro. Ciri khas morfologi daerah panasbumi
ini dikelilingi oleh perbukitan vulkanik dan sebaran danau maar. Danau maar merupakan bekas kawah gunung
berapi pada masa lampau yang saat ini cekungan tersebut terisi oleh air serta material-material endapan hasil
letusan gunung api. Mayoritas jenis litologi pada daerah panas bumi Probolinggo adalah batuan piroklastik, lava
andesit-basaltik dan tuf.
Untuk mengetahui informasi struktur litologi daerah panasbumi ini dilakukan penelitian dengan
menggunakan metode magnetotelurik (MT) yang diketahui mampu mendeteksi struktur bawah tanah hingga
kedalaman ribuan meter. Pada penelitian ini diambil sampel sebanyak 11 titik akuisisi data. Data yang diperoleh
dari proses akuisisi lapangan selanjutnya diolah dengan menggunakan software SSMT 2000, MT Editor,
WinGLink dan menghasilkan produk berupa peta kontur resistivitas.
Hasil penelitian menunjukkan adanya struktur sistem penyusun panasbumi yang terdiri dari lapisan
batuan penudung (cap rocks), lapisan batuan reservoir, dan lapisan batuan source rocks/heat source. Batuan
penudung (cap rocks) berada pada lapisan tanah paling dangkal yaitu di kedalaman sekitar 2500 m dibawah
permukaan tanah dan resistivitasnya diperkirakan lebih kecil dari 33 Ω. Lapisan batuan reservoir terdapat pada
kedalaman 1000-3000 m dibawah permukaan tanah dengan nilai resistivitas kurang dari 600 Ω. Lapisan batuan
source rocks atau heat source yang merupakan batuan penghasil panas berada pada kedalaman mulai 3000 m
dibawah permukaan tanah dan memiliki nilai resistivitas paling tinggi diantara lapisan batuan lainnya, yaitu
lebih dari 1000 Ω.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang
kaya akan kenampakan alam, salah
satunya
adalah
kenampakan
alam
pegunungan. Hal ini disebabkan karena
letak geologisnya yang terletak pada
pertemuan tiga lempeng tektonik utama
yaitu : Lempeng Eropa-Asia, IndiaAustralia dan Pasifik. Dalam hal geologi
lempeng-lempeng ini berperan dalam
pembentukan gunung berapi sehingga
wilayah Indonesia, terutama bagian selatan
banyak dilalui pegunungan yang masih
aktif. Itulah sebabnya wilayah negara
Indonesia sering dikenal dengan sebutan
zona ‘ring of fire atau cincin api.’
Potensi panasbumi yang dimiliki
oleh Indonesia meliputi tidak kurang dari
40% total energi panasbumi yang dimiliki
dunia (Gaffar, 2007). Potensi energi
panasbumi yang terdapat di Indonesia
diperkirakan 27.441 MW (Rakhmanto,
2011).
Dalam
rangka
mengurangi
pembengkakan penggunaan dana cadangan
APBN untuk pembelian minyak dari luar
negeri perlu diadakan adanya penelitian
terkait dengan sumber energi terbarukan
yang dipandang efisien, mengingat
ketersediaan sumber daya alam yang
melimpah di wilayah Indonesia. Salah satu
penelitian energi alternatif tersebut adalah
penelitian mengenai energi panasbumi.
Menurut Dinas KOMINFO JATIM,
Jawa Timur memiliki 11 titik potensi
panasbumi tetapi belum semuanya sudah
dieksplorasi dengan maksimal. Potensi
panasbumi daerah Probolinggo mencapai
270 MW sehingga wilayah tersebut
merupakan titik potensi panasbumi
tertinggi dari ke-11 titik wilayah
panasbumi lainnya di Jawa Timur.
Salah satu metode geofisika yang
dipandang relevan untuk mengetahui
struktur sistem bawah permukaan tanah
daerah
panasbumi
adalah
metode
magnetotelurik (MT) karena metode ini
mampu mendeteksi struktur bawah tanah
dengan kedalaman mencapai kurang lebih
1
8.000 m, dimana kedalaman tersebut
mampu mendeteksi adanya magma (heat
source) yang merupakan sumber panas
dari suatu sistem panasbumi dan letaknya
relatif paling dalam dari struktur sistem
panas bumi lainnya.
Prinsip metode magnetotelurik
adalah memanfaatkan arus telurik berupa
gelombang elektromagnetik alami yang
ada di lapisan atmosfer bumi yaitu lapisan
ionosfer yang kemudian berinteraksi
dengan medium konduktor bumi. Medium
konduktor bumi ini mempunyai nilai
resistivitas yang bervariasi dimana nilai
resistivitas yang bervariasi itulah yang
nantinya
dapat
digunakan
untuk
menggambarkan
bagaimana
kondisi
litologi di bawah permukaan daerah
panasbumi.
Penentuan
daerah
sumber
panasbumi biasanya dapat dilihat dari
kenampakan panasbumi dipermukaan
yaitu adanya lumpur panas, tanah panas,
tanah beruap, kolam air panas dan kolam
lumpur panas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini diawali dengan
mengumpulkan informasi yang berkaitan
dengan penelitian kemudian dilakukan
survei lokasi penelitian untuk menentukan
titik-titik pembentuk lintasan seperti pada
gambar 1.
Setelah lintasan terbentuk maka
dilakukan persiapan alat dan bahan yang
digunakan kemudian dilakukan proses
pengambilan data menggunakan metode
Magnetotelurik (MT). Alat-alat yang
digunakan dapat dilihat ada Gambar 2 dan
layout akuisisi data dapat dilihat pada
Gambar 3.
Pada saat menentukan letak titiktitik akuisisi data ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dengan baik karena
menyangkut hasil data yang diperoleh,
salah satunya adalah menghindari daerah
yang berpotensi menimbulkan noise
contohnya daerah dekat sumber listrik
tegangan tinggi, tower, pemukiman
penduduk, jalan raya, sungai dan lain
sebagainya.
Gambar 1. Lintasan Akuisisi Data
Namun
tidak
menutup
kemungkinan sumber-sumber noise yang
tidak terduga lainnya dapat terjadi seperti
hujan, masyarakat yang lalu lalang
menggunakan
kendaraan
bermotor
maupun alat komunikasi digital. Hal-hal
seperti itu sangat memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap data mentah yang
diperoleh saat melakukan pengukuran.
Gambar 2. Alat Magnetotelurik
Data yang diperoleh dari proses
akuisisi lapangan berupa data Time Series
kemudian data mentah tersebut diolah
menggunakan softwareSSMT 2000, MT
Editordan
diinversi
dalam
2Dmenggunakan
software
WinGLinksehingga dapat digunakan untuk
menginterpretasikan
struktur
bawah
permukaan daerah penelitian menurut nilai
resistivitasnya.
Tabel 1. Komposisi Batuan
Titik ke-
1, 2
3, 4, 5
Gambar 4. Peta Kontur Hasil Inversi 2D
WinGLink
Menurut
kondisi
geologisnya
ditinjau dari peta geologi yang dibuat oleh
Suharsono dan T. Suwarti pada tahun 1992
daerah titik-titik akuisisi yang diambil
dalam penelitian ini memiliki kandungan
batuan seperti pada Tabel 1.
Daerah antara titik ke-5 dan ke-6
merupakan daerah yang relatif dekat
dengan batuan terobosan (intrusive rocks)
yang komposisinya berupa batuan gabro
mikrosedangkan daerah antara titik ke-8
dan ke-9 juga dekat dengan batuan
terobosan
(intrusive
rocks)
tetapi
komposisi
batuannyaberjenis
batuan
diorite, basalt porfir, leusitit dan traktit.
Batuan gunung api
Lamongan (lava, tufa
halus-lapili, lahar,
breksi dan andesit
basalt)
Batuan gunung api
Argopuro (andesitbasalt, breksi dan tuf)
5
Batuan Gabro Mikro
6, 7, 8, 9, 10,
11
Batuan gunung api
Argopuro (lava, breksi,
andesit-basalt, lava
hitam dan tuf berwarna
kelabu muda agak
kompak dan ukurannya
halus)
Gambar 3. Layout Pengukuran Magentotelurik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil proses pengolahan data
berupa peta kontur resistivitas seperti
Gambar 4.
Komposisi Batuan
Sebagian besar secara geologis
susunan batuan diwilayah penelitian ini
merupakan batuan piroklastik dimana
batuan piroklastik adalah batuan yang
berasal dari batuan vulkanik gunung api
yang sudah mengalami fragmentasi dan
berubah bentuk.
Berdasarkan peta kontur resistivitas
hasil pemodelan 2D inversi diatas titiktitik akuisisi data diperkirakan merupakan
daerah potensi panasbumi yang memiliki
nilai resistivitas batuan lebih kecil dari 33
Ω pada bagian permukaan dangkalnya
(warna kuning hingga merah). Tetapi di
beberapa tempat yang lainnya batuan ini
tidak muncul karena terdapat kenampakan
batuan resistif gunung api yang menerobos
hingga ke permukaan (intrusive rocks)
seperti di daerah antara titik ke-5 dan titik
ke-6 serta di daerah antara titik ke-8 dan
titik ke-9, sedangkan di titik lain lapisan
batuan yang berwarna hijau ditutupi
dengan batuan ubahan berwarna kuning
hingga merah.
Jika dilihat dari atas ke bawah
diperkirakan batuan yang berwarna merah
hingga kuning adalah batuan penudung
atau di dalam sistem panasbumi disebut
dengan cap rocks. Pada beberapa bagian
lapisan batuan ini mencapai kedalaman
sekitar 2500 m dibawah permukaan tanah,
sedangkan lapisan dibawahnya adalah
lapisan batuan yang memiliki nilai
resistivitas lebih kecil dari 600 Ω. Susunan
batuan ini diperkirakan merupakan
susunan batuan reservoir dimana pada
lapisan inilah uap yang dihasilkan dari
batuan panas pada inti bumi berada.
Ketersediaan air tanah serta struktur
geologis patahan/sesar yang ada disisi
kanan dan kiri serta adanya batuan
penudung, energi panas yang berupa uap
dapat tersimpan dilapisan batuan reservoir
jika tidak ada kemungkinan natural heat
loss lainnya. Lapisan yang diduga
merupakan sistem reservoir ini terdapat di
kedalaman 1000-3000 m. Pada lapisan
selanjutnya ataulapisan paling bawah pada
sistem panasbumi terdapat lapisan batuan
yang bersifat paling resistif diantara
lapisan-lapisan lainnya, lapisan ini
ditunjukkan dengan warna biru hingga
ungu, diperkirakan lapisan ini memiliki
nilai resistivitas lebih besar dari 1000 Ω.
Lapisan batuan ini diduga merupakan
lapisan batuan penghasil panas dalam
sistem panasbumi yang disebut dengan
source rock atau heat source.
Batuan heat source pada daerah
penelitian merupakan kolaborasi dari
sistem batuan dasar gunung api IyangArgopuro dan gunung api Lamongan
dimana sifat batuannya sangat kompak dan
berumur sangat tua. Lapisan batuan ini
diperkirakan terletak pada kedalaman
3000-5500 m dari permukaan tanah.
terdiri dari beberapa susunan lapisan
batuan berikut:

Lapisanbatuanpenudung
(cap
rocks) merupakan lapisan batuan
sistem
panasbumi
yang
berfungsi sebagai penghalang
uap panas yang terakumulasi
dalam lapisan batuan reservoir
agar tidak keluar ke permukaan
secara langsung, lapisan ini terdapatpadalapisantanah
paling
dangkalhinggamencapaikedalaman 2500 m dibawahpermukaantanahdanpadabeberapatempatlapisanbatuaninitidakmunculkarenadiisidengansusunanbatuan lain yang memilikinilairesistivitassangattinggiyaitupadadaerahantaratitik ke-5 dengantitikke-6dantitik ke-8 dengantitikke-9.

Lapisanbatuan
reservoir
merupakan lapisan dimana uap
dan air panas terakumulasi,
lapisan ini terdapatpadakedalamanantara 1000 m hingga 3000
m dibawahpermukaantanah.

Lapisanbatuansource rocksatau
heat source merupakan lapisan
penghasil panas dalam sistem
panasbumi, lapisan ini diperkirakanterletakantarakedalaman
3000 m hinggamencapaikedalaman 5500 m dibawahpermukaantanah.
2. Nilai resistivitas batuan penyusun
sistem panasbumi daerah penelitian
panasbumi Probolinggo ini yaitu:
Pada lapisan batuan penudung (cap
rocks) nilai resistivitas batuannya
diperkirakan lebih kecil dari 33Ω.
Pada
lapisan
batuan
reservoir
diperkirakan
nilai
resistivitas
batuannya kurang dari 600 Ω.
Sedangkan yang memilikinilairesistivitas paling tinggidiantaralapisanbatuan yang lainnyaadalah batuan
dimana sumber panas tersebut berada
yaitu batuan source rocks atau heat
KESIMPULAN
Berdasarkanhasilperolehan
data,
pengolahan data daninterpretasi yang telahdilakukan di daerahpenelitianmenggunakanmetodemagnetotelurikdapatdisimpul
kanbahwa:
1. Karakteristik struktur litologi daerah
panasbumi Probolinggo memiliki ciri
morfologi dikelilingi banyak danau
maar dan terdapat manifestasi berupa
sumber air panas (hot springs).
Struktur litologi daerah penelitian
4
source yang diperkirakanmemilikinilai
resistivitaslebih besar dari 1000 Ω.
Gaffar, Eddy Z. 2011. Laporan Teknis
Survey Magnetotelurik. Bandung:
Pusat Penelitian Geoteknologi,
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
Indonesia.
Munoz, Gerard. 2013. Exploring for
Geothermal
Resources
with
Electromagnetic Methods. Springer
Science+Bussines
Media
Dordrecht, Surv Geophys 35 : 101122 DOI 10.1007/s 107 12-0139236-0.
Haerudin, Nandi dkk.2009. AnalisisReservoar Daerah PotensiPanasbumiGunungRajabasaKaliandadenganMetodeTahananJenisdanGeotermometer.Jurnal ILMU DASAR,
Vol. 10 No. 2, Juli2009 : 141-146.
Istighfaroh,
Laelahdkk.IdentifikasiJenisBatuanBaw
ahPermukaan Daerah Sumber Air
PanasdenganMenggunakanMetodeGeolistrik (StudiKasusPanasBumi Daerah Tiris, KabupatenProbolinggoJawaTimur).JurusanFisika,
Fakultas MIPA, UniversitasBrawijaya Malang.
Kadir, Tri Virgantoro Salahudin. 2011.
Metode Magnetotelluric (MT)
Untuk
Eksplorasi
Panasbumi
Daerah Lili, Sulawesi Barat dengan
Data Pendukung Metode Gravitasi.
Skrispsi
Tidak
Diterbitkan.
Kekhususan Geofisika, Program
Studi Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Indonesia.
Karyanto, dkk. 2011. Identifikasi Zona
Konduktif di Daerah Prospek
Panas Bumi Larike Ambon Maluku.
J. Sains MIPA, Agustus 2011, Vol.
17, No. 2, Hal: 67–74 ISSN 19781873.
Lienau, P. J. 1994. Reference Book of
Geothermal Direct Use. U.S
Department of Energy, Geothermal
Division.
Nawir, Muhammad. 2011. Pemanfaatan
Energi Panas Bumi sebagai Potensi
Penyedia Tenaga Listrik Regional
DAFTAR RUJUKAN
Adhi, Pribadi dkk. 2011. Metode Tahanan
Jenis Konfigurasi Wenner. Program
Studi Fisika, Institut Teknologi
Bandung, Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia
(BSNI). 1998. Klasifikasi Potensi
Energi Panasbumi di Indonesia.
STANDAR
NASIONAL
INDONESIA SNI 13-5012-1998
ICS 73.020.
Broto, Surdaryo. 2008. Pengolahan Data
Geolistrik
dengan
Metode
Schlumberger. TEKNIK–Vol 29
No. 2 ISSN 0852 – 1697.
Diskominfo. 2011. Jatim Siap Tenderkan
Titik
Baru
Sumber
Energi
Panasbumi.
(www.kominfo.jatimprov.go.id)
Diakses pada 21 April 2014.
Fantaye, Tamrat. 2010. Magnetotelluric
and Transient Electromagnetic
Methods
in
Geothermal
Exploration with Examples from
the Krýsuvík Area, SW-Iceland.
United
Nations
University,
Geothermal Training Programme,
Orkustofnun, Grensásvegur 9,
Number 12 IS-108 Reykjavík,
Number 12.
Fernania, Nella dkk. Identifikasi Litologi
Daerah
Panasbumi
Tiris
Probolinggo Berdasarkan Metode
Magnetik. Jurusan Fisika, Fakultas
MIPA,
Universitas
Brawijaya
Malang.
Gaffar, Eddy dkk. 2007. Studi Geofisika
Terpadu di Lereng Selatan G.
Ungaran, Jawa Tengah, dan
Implikasinya Terhadap Struktur
Panasbumi.
JURNAL
METEOROLOGI
DAN
GEOFISIKA,
Vol.
8
No.2
November 2007 : 98 – 118.
5
Sulawesi. Majalah Ilmiah Al-Jibra,
ISSN 1411-7797, Vol. 12, No. 39.
Pendowo, B dan Samodra, H. 1997. Peta
Geologi Lembar Besuki Jawa. Edisi
Kedua. Puslitbang Geologi.
Rakhmanto, Fajar dkk. 2011. ERT
(Electrical
Resistance
Tomography) Sumber Air Panas
Cangar Komplek Gunung Arjuno–
Welirang.
Jurusan
Fisika,
Pascasarjana,
Universitas
Brawijaya Malang.
Santoso, Djoko. Pengantar Teknik
Geofisika. Penerbit ITB.
Saptadji, Nenny. Energi Panas Bumi
(Geothermal Energy. Bandung:
ITB.
Setyaningsih, Wahyu. 2011. Potensi
Lapangan
Panas
Bumi
Gedongsongo Sebagai Sumber
Energi Alternatif dan Penunjang
Perekonomian Daerah. Jurnal
Geografi, Unnes.
Suharsono dan Suwarti, T. 1992. Peta
Geologi Lembar Probolinggo,
Jawa. Puslitbang Geologi.
Sukhyar, dr. 2008. Pertemuan Badan
Geologi dengan Panas Bumi
Republik Indonesia 5 September
2008. Jakarta.
Sulistyarini, Ika Yulia. 2011. Aplikasi
Metode Geolistrik dalam Survey
Potensi Hidrothermal (Studi Kasus:
Sekitar Sumber Air Panas Kasinan
Pesanggrahan
Batu).
Jurusan
Fisika, UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Suparno, Supriyanto. 2009. ENERGI
PANAS BUMI–A Present From the
Hearth
of
the
Earth.
DepartemenFisika,
FMIPA,
Universitas Indonesia.
Telford,
W.M.
2004.
APPLIED
GEOPHYSICS, Second Edition.
Shahrood University.
USGS. 1997. Active Volcanoes, Plate
Tectonics and the ‘Ring of Fire’.
(http://vulcan.wr.usgs.gov/Glossary
/PlateTectonics/Maps/map_plate_te
ctonics_world) Diakses pada 19
Maret 2014.
www.translate-latin.com. Diakses pada 20
April 2014
Yulia, Tikadkk.PendugaanJenisBatuandi
Daerah
PanasbumiTirisKabupatenProbolinggoJawaTimurBerdasarkanAnomali
Gayaberat.JurusanFisika, Fakultas MIPA,
UniversitasBrawijaya Malang.
6
Download