KETRAMPILAN KLINIK ASUHAN PERSALINAN NORMAL

advertisement
KETRAMPILAN KLINIK
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
I. DISKRIPSI MODUL
Pendahuluan
Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan
yang akan dilakukan oleh peserta ketika menolong persalinan
normal.
Tujuan
Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua
langkah klinik dengan benar pada pertama kali latihan. Namun
penuntun belajar ini ditujukan untuk:
 Membantu peserta dalam mempelajari langkah-langkah dan
urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya
(skill acquisition) dan
 Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai peserta
memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill
competency)
Metode
Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan
membehas terlebih dahulu seluruh langkah klinik pertolongan
persalinan normal, dengan menggunakan video, slide dan
penuntun belajar. Selain itu mahasiswa akan mendapatkan
kesempatan menyaksikan pertolongan persalinan normal
dengan menggunakan model anatomik.
Penggunaan penuntun belajar secara terus menerus
memungkinkan setiap peserta untuk memantau kemajuan
belajar yang telah dicapai dan mengetahui apa yang perlu
diperbaiki. Selain itu, penuntun ini dirancang untuk
mempermudah dan membantu dalam berkomunikasi antara
mahsiswa dan pembimbing (memberikan umpan balik). Dalam
menggunakan penuntun belajar ini, adalah penting bagi
mahasiswa dan pembimbing untuk bersama-sama bekerja
dalam satu kelompok. Sebagai contoh, sebelum mahasiswa
melakukan langkah klinik pertama-tama pembimbing atau salah
satu mahasiswa harus mengulangi kembali secara ringkas
langkah-langkah klinik yang akan dilakukan dan membahas hasil
yang diharapkan. Sebagai tambahan segera setelah langkah
klinik selesai, pembimbing akan membahasnya kembali dengan
mahasiswa. Tujuan pembahasan ulang ini adalah untuk
memberi umpan balik positif mengenai kemajuan belajar yang
telah dicapai dan menentukan hal-hal yang perlu diperbaiki
(pengetahuan, sikap, ketrampilan) pada pertemuan berikutnya.
Kedua penuntun belajar ini digunakan dalam usaha untuk
meningkatkan ketrampilan klinik, oleh karena itu penilaian
harus dilakukan secara hati-hati dan seobjektif mungkin.
Kinerja mahasiswa pada setiap langkah klinik akan dinilai oleh
pembimbing berdasarkan 4 kriteria sebagai berikut :
26
0 Tidak dilakukan
1 Perlu perbaikan
2 Mampu
3 Mahir
: langkah klinik tidak dilakukan oleh
mahasiswa
: langkah-langkah tidak dilakukan
dengan benar dan atau tidak
sesuai urutannya atau ada langkah
yang dihilangkan
: langkah-langkah dilakukan dengan
benar
dan
sesuai
dengan
urutannya, tetapi kurang tepat
dan atau pembimbing perlu
mengingatkan peserta tentang
hal-hal kecil yang tidak terlalu
penting
: Langkah-langkah dilakukan dengan
benar, sesuai dengan urutannya
dan tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan
Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu (APN,2008).
Tujuan
Menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi
yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Lima benang merah
dalam APN
Ada 5 benang merah yang penting dan saling terkait dalam
asuhan persalinan yang bersih dan aman, baik persalinan
normal maupun patologis yaitu:
1. Membuat keputusan klinik
2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
3. Pencegahan infeksi
4. Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan
5. Rujukan
Asuhan sayang Ibu dan
Bayi pada Proses
Persalinan
 Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya.
 Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu
sebelum memulai asuhan tersebut.
 Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
 Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut
atau khawatir.
 Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
 Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan
perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.
 Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/atau anggota
keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
27
Proses persalinan
 Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga mengenai caracara bagaimana mereka dapat memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
 Lakukan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik secara
konsisten.
 Hargai privasi ibu
 Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama
persalinan dan kelahiran bayi.
 Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan
bila ia menginginkannya.
 Hargai dan perbolehkan praktek-praktek tradisional yang
tidak memberi pengaruh yang merugikan.
 Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
seperti episiotoini, pencukuran dan klisma.
 Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
 Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama
setelah kelahiran bayi.
 Siapkan rencana rujukan (bila diperlukan).
 Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik
dan bahan-bahan, perleng kapan dan obat-obatan yang
diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir
pada setiap kelahiran bayi.
Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2001) di bagi 4
kala yaitu :
1. 1. Kala 1 : Kala pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase
:
a) Fase laten
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
 Pembukaan kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
b) Fase aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi adekuat / 3 kali atau lebih dalam
10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
 Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan
kecepatan 1cm/lebih perjam hingga pembukaan
lengkap (10)
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin
 Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :
Berdasarkan kurva friedman :
 Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam
pembukaan menjadi 4cm
 Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9cm
28
 Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2
jam pembukaan 9cm menjadi 10cm / lengkap
2. Kala II : Kala pengeluaran janin
 Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengejan mendorong janin hingga keluar
 Pada kala II ini memiliki ciri khas :
 His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira
2-3menit sekali
 Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan
secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan
 Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
 Anus membuka
 Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perineum meregang, dengan his dan
mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti
seluruh badan janin.
 Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda
yaitu :
§ Primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2 jam
§ Multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam
3. Kala III : Kala uri
 Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta).
Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar,
uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat
dan berisi plasenta
yang menjadi tebal 2 kali
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his
pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1 – 5
menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan
akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand
androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30
menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta
biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira – kira
100-200cc.
 Tanda kala III terdiri dari 2 fase :
 Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
a. Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih
dahulu
di
tengah
kemudian
terjadi
reteroplasenterhematoma yang menolak uri
mula – mula di tengah kemudian seluruhnya,
menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada
sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
b. Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir
terlebih dahulu dari pinggir (20%)
Darah akan mengalir semua antara selaput
ketuban
c. Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
29
 Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu:
1) Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada /
diatas simfisis, tali pusat diregangkan, bila
plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali
pusat diam dan maju (memanjang) berarti
plasenta sudah terlepas.
2) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila
tali pusat kembali berarti belum lepas, bila
diam/turun berarti sudah terlepas.
3) Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila
tali pusat bergetar berarti belum lepas, bila
tidak bergetar berarti sudah terlepas.
4) Rahim menonjol diatas symfisis
5) Tali pusat bertambah panjang
6) Rahim bundar dan keras
7) Keluar darah secara tiba-tiba
4. Kala IV: Kala pengawasan
Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan
waktu dimana untuk mengetahui keadaan ibu terutama
terhadap bahaya perdarahan post partum.
Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada
proses persalinan yang meliputi langkah sbb :
 Turunnya kepala, meliputi :
 Masuknya kepala dalam PAP
 Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan
lahir tepat diantara symfisis dan promontorium ,disebut
synclitismus.Kalau pada synclitismus os.parietal depan
dan belakang sam tingginya jika sutura sagitalis agak
kedepan mendekati symfisis atau agak kebelakang
mendekati promontorium disebut Asynclitismus.
 Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut
asynclitismus posterior jika sebaliknya disebut
asynclitismus anterior.
 Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir PAP serviks, dinding panggul
atau dasar panggul.
 Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke
bawah symfisis.
 Ekstensi
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari
30
Persiapan
kepala hal ini disebabkan karena lahir pada intu bawah
panggul mengarah ke depan dan keatas sehingga kepala
harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
 Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali
kearah punggung anak torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam.
 Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah
punggung dilakukan pengeluaran anak dengan gerakan
biparietal sampai tampak ¼ bahu ke arah anterior dan
posterior dan badan bayi keluar dengan sangga susur.
1. Persiapan alat
a. Partus set yang berisi:
 2 pasang hand schone
 ½ kocher
 Gunting episiotomi
 2 umbilikal klem
 Gunting tali pusat
 Pengikat tali pusat
 Kassa steril
 De lee
 Spuit 3 cc
 Kateter nelaton
b. Oksitosin
c. Lidokain 1%
d. Kom yang berisi kapas DTT
e. Kom yang berisi betadin
f. Bengkok
g. Tempat plasenta
h. 3 kain bersih
i. 2 handuk bersih
j. Celemek
k. Sepatu boot
l. Masker
m. Kacamata gogle
n. 3 buah tempat sampah
o. Waskom berisi larutan klorin 0,5% (2 buah)
p. Laenec
q. Partograf
r. Tensi meter
s. Stetoskop
t. Termometer
u. Heacting set yang berisi
 Spuit 10 cc
 Hand schone
 Pinset
 Nail pouder
31
 Nail heacting (1 buah untuk kulit, 1 buah untuk otot)
 Benang cat gut
v. Waskom berisi air DTT 2 buah
w. Washlap 2 buah
x. Pakaian ibu dan pembalut
y. Pakaian bayi
2. Persiapan tempat
Bersih, aman, nyaman, rapi, tenang
3. Persiapan lingkungan
 Menutup pintu dan jendela
 Memasang sampiran
4. Persiapan klien
Memberitahu pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan (informed consent)
32
INSTRUKSI KERJA
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
:
NAMA
:
NIM
KELOMPOK :
:
TANGGAL
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:
1 Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan (jika
harus berurutan)
2 Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan), tetapi
kurang tepat dan/atau pembimbing/pengamat perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil
yang tidak terlalu berarti
3 Mahir : Langkah dikerjakan dengna benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan
dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan)
T/S Langkah tidak sesuai dengan keadaan
Penilaian
KEGIATAN
1
2
3
LANGKAH KERJA
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala Dua:
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk resusitasi  tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3
handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60
watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi
 Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai
didalam partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
6. Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril) pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
33
depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi
air DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan kebelakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan
dan rendam dalam larutan klorin 0.5%  langkah #9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0.5%, kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama
10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat rileksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-s
 Hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan
lainnya pada partograf
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PERSALINAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu dalam menemukna posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksaan
fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran :
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
34
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat ⅓ bagian dibagian bawah bokong ibu
17. Buka tutp partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong diantara 2 klem tersebut
35
21. Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus
pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas
36
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
kepunggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas) :
 Apakah bayi cukup bulan?
 Apakah air ketuban jernih tidak tercampur mekonium?
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
 Apakah bayi bergerak aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut kelangkah resusitasi pada
asfiksia bayi baru lahir.
Bila semua jawaban adalah “YA” lanjut ke 26
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (kehamilan tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di
⅓ paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit
kembali pali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan 1 tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada 1 sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
37
simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel didada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan 1 tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melkaukan stimulasi puting susu
Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorso kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul diintroitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melkaukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bvagian selaput yang
38
tertinggal
Rangsangan taktil (masase) uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus. Letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam kantung
plastik dan tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
Bila ada robekan yang menimbulkanperdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
per vaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit didada ibu paling
sedikit 1 jam
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi Menyusu Dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari 1 payudara
 Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotik
salep mata pencegahan dan vitamin K1 1 mg intramuskuler dipaha kiri
anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis
B dipaha kanan anterolateral.
Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu didalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil
menyusu.
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
39
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascapersalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa
bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5-37,5°C)
 Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk ke RS
 Jika bayi nafas terlalu cepat, segera rujuk
 Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi
kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan 1
selimut
Kebersihan dan keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam laritan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihakan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaina yang bersih dan
kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam kedalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) periksa tanda vital
asuhan kala IV
Tutor,
(..........................................................)
40
Download