1 BAB 2 LANDASAN TEORIDAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORIDAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori dan Literatur
2.1.1 Pasar Modal
Pasar Modal menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, Perusahaan Publik
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:1) pasar modal (capital market) adalah:
Merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrument keuangan jangka
panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrument derivative, dan instrument
lainnya.Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
institusi lainnya (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan
berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasaran kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Fahmi (2012: 55) mengatakan bahwa :
Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan
tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk
memperkuat modal perusahaan.
Herlianto (2013: 9) berpendapat bahwa :
Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk
didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang
keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Pasar modal berperan besar bagi perekonomian suatu negara karena
menjalankan dua fungsi sekaligus: ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor)
9
10
dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, pihak yang
memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan
memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat
memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu
tersedianya dana dari operasi perusahaan.
Manfaat
keberadaan
Pasar
Modal
adalah
sebagai
berikut
(Darmadji
dan
Fakhruddin,2011) :
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi.
3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara
4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan hingga lapisan
masyarakat menengah.
5. Memungkinkan penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme
serta penciptaan iklim berusaha yang sehat.
6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai
prospek.
8. Menjadi alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan
risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan
diversifikasi investasi.
9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol
sosial.
10. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan
pemanfaatan manajemen sosial.
2.1.1.1 Pasar Modal Syariah Indonesia
Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun
1995 (UUPM). Pasal 1 butir 13 Undang-Undang No.8 Tahun 1995 menyatakan bahwa
pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek. Adapun efek dalam
UUPM pasal 1 butir 5 dinyatakan sebagai surat berharga, yaitu surat pengakuan utang,
11
surat berharga komersial, saham obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak kegiatan berjangka atas efek, dan setiap derivative efek.
UUPM tidak membedakan apakah kegiatan pasar modal tersebut dilakukan
dengan prinsip-prinsip Islam atau tidak. Dengan demikian, berdasarkan UUPM kegiatan
pasar modal Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat
pula dilakukan tidak sesuai dengan prinsip Islam.
Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada 14 maret 2003 bersamaan
dengan penandatanganan MoU antara BAPEPEAM-LK dengan Dewa Islam NasionalMajelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
2.I.I.2 Prespektif Hukum Pasar Modal Syariah
Dalam ajaran Islam, bahwa kegiatan berinvestasi dapat dikategorikan sebagai
kegiatan ekonomi yang termasuk kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan yang
mengatur antara hubungan manusia. Sementara itu berdasarkan kaidah fiqih bahwa
hukum asal dari kegiatan muamalah itu adalah mubah (boleh), yaitu semua kegiatan
dalam pola hubungan antara manusia adalah mubah (boleh) kecuali yang jelas ada
larangannya (haram). Ini berarti ketika suatu kegiatan muamalah yang kegiatan tersebut
baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam ajaran Islam maka kegiatan tersebut
dianggap dapat diterima, kecuali terdapat implikasi dari Al-Qur’an dan Hadis yang
melarangnya secara implisit maupun eksplisit.(Sutedi,2011:84).
2.I.I.3 Jual Beli Dalam Legal Syariah
Apabila kita melihat dalam Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber utama ajaran
Islam maka kita dapat melihat beberapa ketentuan mengenai hal tersebut
(Sutedi,2011:85) :
-
“….Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba….”.(Q.S AlBaqarah ayat 275)
-
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakai harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
dilakukan suka sama suka”. (Q.S. An-Nisaa’ ayat 29).
-
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu” (Q.S Al-Maidah
ayat 1).
12
-
Rasulullah saw melarang jual beli (yang mengandung) gharar” (HR. AL
Baihaqi dari Ibnu Umar).
Berdasarkan Al-Qur’an, Hadist dan pendapat ahli fiqih (ajaran Islam), sesuatu yang
dilarang atau diharamkan adalah (Sutedi,2011: 85) :
1) Haram karena bendanya (zatnya)
Pelarangan kegiatan muamalah ini disebabkan karena benda atau zat yang
menjadikan objek dari kegiatan tersebut berdasarkan ketentuan Al-Qur’an dan
Hadist telah dilarang/diharamkan. Benda-benda tersebut antara lain babi, khamr
(minuman keras), bangkai binatang, dan darah.
2) Haram selain karena bendanya (zatnya)
Pengertian dari pelarangan atas kegiatan ini adalah suatu kegiatan yang objek
dari kegiatan tersebut bukan merupakan benda-benda yang diharmkan zatnya
artinya benda-benda tersebut benda-benda yang dibolehkan (dihalalkan). Akan
tetapi benda tersebut menjadi diharamkan disebabkan adanya unsur : Tadlis,
Taghrir/Gharar, Riba, Ikhtikar dan Bay Najash.
3) Tidak sah akadnya
Seperti halnya dengan pengharaman disebabkan karena zatnya maka pada
kegiatan ini benda yang dijadikan objeknya adalah benda yang berdasarkan
zatnya dikategorikan halal (dibolehkan), tetapi benda tersebut menjadi haram
disebabkan akad atau perjanjian yang menjadi dasar atas transaksi tersebut
dilarang/diharamkan oleh ajaran Islam.
2.1.2 Investasi
Kata investasi sudah tidak asing terdengar ditelinga masyarakat, tetapi pada
hakikatnya belum banyak yang tahu apa itu investasi. Investasi sebenarnya adalah
meluangkan/memanfaatkan waktu, uang, dan tenaga dengan harapan mendapatkan
keuntungan/manfaat dimasa yang akan datang. Jadi pada dasarnya investasi adalah
“membeli” sesuatu yang diharapkan bisa “dijual kembali” dimasa yang akan datang
dengan nilai yang lebih tinggi.
13
Herlianto (2013: 1) berpendapat bahwa :
Investasi pada dasarnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini
dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan
datang. Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan
sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa
datang.
2.1.3 Investasi Dalam Pandangan Islam
Menurut Heykal dan Huda (2010:185) Islam sebagai din yang komprehensif
(syumul) dalam ajaran dan norma mengatur seluruh aktivitas manusia disegala bidang.
Investasi sebagai salah satu bagian dari aktivitas perekonomian tidak dapat
mengabaikan aspek postulat, konsep, serta diskursus yang menjadi background dalam
pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki multidimensi yang mendasar dan
mendalam. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi
(tadrij), dari tahapan diskursus (‘ilmu al yaqin), implementasi (‘ain al yaqin), serta
hakikat akan sebuah ilmu (haqq al yaqin).
Konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena
menggunakan norma Islam, sekaligus merupakan hakekat dari sebuah ilmu dan amal,
oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan
dalam Al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Demikian Allah SWT. Memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya yang
beriman untuk melakukan investasi akhirat dengan melakukan amal soleh sejak dini
sebagai bekal untuk menghadapi hari perhitungan.
14
2.1.4 Saham
2.1.4.1 Definisi saham
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau
badan terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini artinya adalah surat berharga
yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau
yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah
juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian jika seorang investor
membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan.
Darmadji dan Fakhruddin(20011: 5) mengatakan bahwa :
Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham
berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan
diperusahaan tersebut.
Menurut Sutedi (2011:73) saham didefnisikan “sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan”.
Menurut Irham (2012:81) saham adalah :
a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan
b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.
c. Persediaan yang siap untuk dijual.
Menurut herlianto (2013:15) saham atau stock adalah “merupakan surat bukti bagian
modal pada suatu perseroan terbatas”
2.1.4.2 Jenis-Jenis Saham
Menurut Fahmi (2012:81) dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling
umum dikenal oleh publik yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa
(preference stock). Dimana kedua jenis ini memiliki arti dan aturannya masing-masing.
15
a. Common stocks (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh
perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya)
dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat umum Pemegang
Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak
untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang
selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen.
b. preferred stock(saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu
perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya)
dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen
yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan).
2. Dilihat dari cara peralihannya, saham dibedakan atas (Fakrudin dan Darmadji,
2011:7) :
a. Saham atas unjuk (bearer stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama
pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.
Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui
sebagai pemiiknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b. Saham atas nama (registered stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas
siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas (Fakrudin
dan Darmadji, 2011:7) :
a. Saham unggulan (blue-chip stocks), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang
meiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan
yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
b. Saham pendapatan (income stocks), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki
kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan
pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan
pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai.
Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan
harga saham (P/E ratio).
c. Saham pertumbuhan (growth stocks-well-known), yaitu saham-saham dari emiten
yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi. Selain itu terdapat juga
16
growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader
dalam industri namun memiliki ciri growth stock. Umunya saham ini berasal dari
daerah dan kurang popular dikalangan emiten.
d. Saham spekulatif (speculative stocks), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak
bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun
belum pasti.
e. Saham siklikal (conter cyclical stocks), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh
kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi
ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan
dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalan memperoleh
penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak
dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok dan
barang-barang kebutuhan sehari-hari (consumer goods).
2.1.4.3 Manfaat Saham
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli
atau memiliki saham,yaitu (Darmadji dan Fakrudin, 2011:9):
1. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen
diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam
RUPS.Investor yang berhak menerima dividen adalah investor yang
memegang saham hingga batas waktu yang ditentukan oleh perusahaan pada
saat pengumuman dividen. Umumnya dividen merupakan salah satu daya
tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang, misalnya
investor institusi atau dana pension dan lain-lain.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yaitu kepada
setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah
rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham,
yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham
sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah
dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
17
2. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham dipasar sekunder.
Misalnya seorang investor membeli saham Telkom (TLKM) dengan harga
per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 yang
berarti investor tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk
setiap saham yang dijualnya.
Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan
melalui capital gain. Misalnya, seorang investor membeli saham pada pagi
hari kemudian menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami
kenaikan.
Disamping dua keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga dimungkinkan untuk
mendapatkan (Darmadji dan Fakrudin, 2011:7) :
-
Saham bonus (jika ada)
Saham bonus, yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang
saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga
jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan
penawaran umum dipasar perdana. Misalnya setiap saham dengan nominal Rp
500 dijual dengan harga Rp 800 maka setiap saham akan memberikan agio
kepada perusahaan sebesar Rp300 setiap sahamnya.
Dipasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga
saham mengalami fluktuasi naik maupun turun. Pembentukan harga saham terjadi
karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga
saham terbentuk oleh penawaran (supply) dan permintaan (demand) atas saham
tersebut. Supply dan Demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang
sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana
perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi
ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun rumor-rumor yang berkembang.
2.1.4.4 Risiko Saham
Saham dikenal dengan karakteristik “imbal hasil tinggi,risiko tinggi” (high
risk,high return). Artinya, saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang
keuntungan tinggi namun juga berpotensi tinggi. Saham memungkinkan investor untuk
18
mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu
singkat. Namun, seiring dengan berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat
membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Risiko Investor yang
memiliki saham, diantaranya (Darmadji dan Fakrudin, 2011:10):
1.
Tidak Mendapat Dividen
Perusahaan
akan
membagikan
dividen
jika
operasinya
menghasilkan
keuntungan. Sebaliknya, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika
perusahaan tersebut mengalami kerugian.
Dengan demikian potensi keuntungan investor untuk mendapatkan dividen
ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
2.
Capital Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital
gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus
menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian
seorang investor mengalami capital loss. Misalnya seorang investor memiliki
saham Indosat (ISAT) dengan harga Rp 9.000 namun beberapa waktu kemudian
dijual dengan harga Rp 8.000 per saham, maka investor tersebut mengalami
capital loss Rp 1.000 untuk setiap saham yang dijual.
Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang
makin besar akibat penurunan harga saham, maka seorang investor rela menjual
saham dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan penghentian kerugian
(cut loss).
Disamping risiko tersebut, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan
potensi risiko lainnya,yaitu:
1.
Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan
pencatatan saham di Bursa Efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau
dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan
dari Bursa atu di-delist.
Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati
posisi lebih rendah dibanding kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah
semua asset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para
19
kreditur atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan
kepada para pemegang saham.
2.
Saham dikeluarkan dari Bursa (Delisting)
Risiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan
dikeluarkan dari Pencatatan Bursa Efek alias di-delist. Suatu saham perusahaan
di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun
waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa
tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun,
dan berbgai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa.
Saham yang telah di-delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di luar bursa,
meskipun saham tersebut tetap dapat diperdagangkan di luar bursa, tidak
terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang
jauh dari harga sebelumnya.
3.
Saham dihentikan Sementara (Suspensi)
Disamping dua resiko tersebut maka risiko lain yang juga “mengganggu” para
investor untuk melakukan aktivitasnya, yaitu jika suatu saham di suspensi alias
dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek. Dengan demikian investor
tidak dapat menjual sahamnya hingga suspense dicabut. Suspensi biasanya
berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi
perdagangan, tetapi dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari
perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika misalnya suatu saham
mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh
krediturnya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan Otoritas Bursa
menghentikan sementara perdagangan saham hingga perusahaan yang
bersangkutan memberikan atau kejelasan informasi lainnya, agar informasi yang
belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu
informasi yang jelas, maka suspensi atas saham dapat dicabut oleh bursa dan
saham dapat diperdagangkan seperti semula
Dari Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi memegang
peranan penting dalam aktivitas perdagangan saham. Informasi merupakan basis
pengambilan keputusan bagi para investor. Dengan demikian keterbukaan informasi
(information disclosure) memegang peranan vital dalam aktivitas perdagangan saham.
20
2.1.5 Indeks Harga Saham
Indeks harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan
harga saham dalam suatu periode. Dengan membaca indeks ini, kita dapat mengetahui
tren yang sedang terjadi di pasar, apakah sedang naik, turun, atau stabil sehingga
investor dapat menentukan kapan untuk menjual, menahan atau membeli saham.
Di Bursa Efek Indonesia terdapat berbagai jenis indeks, antara lain:
-
Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap
harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI.
-
Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk
dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan
lain-lain. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian,
pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur,
keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur.
-
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (composite stock price index),
menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan
indeks.
-
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham syariah yang
diluncurkan pada 12 mei 2011 dengan menggunakan perhitungan rata-rata
tertimbang dari kapitalisasi pasar.
-
Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu
kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6
bulan terdapat saham-saham baru yang masuk kedalam LQ 45 tersebut.
-
Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang
terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang
berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam Indeks ini dimasukkan
saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Sahamsaham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya
tidak bertentangan dengan syariah seperti:
 Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
 Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
21
 Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan
dan minuman yang tergolong haram
 Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Serta telah memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut :
 Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak
lebih dari 82% (delapan puluh dua per seratus);
 Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan
dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak
lebih dari 10% (sepuluh per seratus)
-
Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan. Yaitu indeks harga saham yang
secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu
kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan.
-
Indeks Kompas 100, merupakan suatu indeks saham dari 100 saham perusahaan
publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks ini merupakan
bentuk kerjasama antara BEI dengan media cetak dalam hal ini kompas, dan
diterbitkan pada tanggal 10 Agustus 2007. Seratus saham yang terpilih adalah
saham yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, nilai kapitalisasi pasar yang
besar, memiliki fundamental serta kinerja yang baik.
2.1.5.1 Definisi Indeks Kompas100
Indeks kompas 100 adalah merupakan suatu indeks saham dari 100 saham
perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks Kompas 100
secara resmi diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerjasama dengan harian
Kompas pada hari jumat tanggal 10 agustus 2007. Saham-saham yang terpilih untuk
dimasukkan dalam indeks Kompas100 ini selain memiliki likuiditas yang tinggi, serta
nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki
fundamental dan kinerja yang baik.
Saham-saham yang termasuk dalam Kompas100 diperkirakan mewakili sekitar
70-80% dari total Rp 1.582 triliun nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tercatat di
BEI, maka dengan demikian investor bisa melihat kecenderungan arah pergerakan
indeks dengan mengamati pergerakan indeks Kompas100. Akan tetapi, ini bisa saja
berlawanan arah dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) maupun indeks lainnya.
22
Beberapa kriteria-kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten dapat masuk
dalam perhitungan indeks kompas 100 adalah :
A. Tercatat di BEI minimal 3 bulan.
B. Dipilih 150 berdasarkan nilai transaksi di Pasar Reguler.
C. Dari 150 saham tersebut, 60 saham dengan nilai transaksi
terbesar otomatis masuk perhitungan indeks.
D. Untuk mendapatkan 100 saham, dipilih 40 saham lagi
dengan kriteria Hari Transaksi dan Frekuensi Transaksi dipasar reguler dan
Kapitalisasi Pasar.Metode pemilihan 40 saham:
- Dari 90 sisanya, dipilih 75 saham berdasarkan haritransaksi di pasar reguler.
- Dari 75 saham tersebut, dipilih 60 saham berdasarkan frekuensi transaksi di
pasar reguler.
- Dari 60 saham tersebut, dipilih 40 sahamberdasarkan Kapitalisasi Pasar,
sehingga didapat 100saham.
E.
Langkah terakhir, BEJ mempertimbangkan faktor fundamental emiten dan
pola transaksi di bursa. Perhitungan indeks KOMPAS100 dimulai 2 Januari
2002. Sejak 10 Agustus 2007, perhitungan KOMPAS100dilakukan melalui
mesin JATS (Jakarta Automatic Trading System). Saham-saham KOMPAS100
di-review setiap Februari dan Agustus.
2.1.6 Indeks Saham Syariah Indonesia
ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah
yang tercatat di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI
dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan sekali (Mei
dan November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga
dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan
dari DES. Metode perhitungan ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi
pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan
DES yaitu Desember 2007. Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011.
23
Saham-Saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti (Heykal dan Huda, 2010:221):
1.
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
2.
Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional
3.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan
dan minuman yang tergolong haram
4.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
Penerbitan fatwa ini tidak instan tapi melalui proses panjang oleh otoritas BEI
dan MUI. Indeks Saham Syairah Indonesia (Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) akan
menjadi acuan bagi investor untuk berinvestasi di saham, khususnya saham syariah.
ISSI sekaligus menjadi acuan utama yang menggambarkan kinerja seluruh saham
syariah yang tercatat di BEI, yang membantu menghilangkan kesalahpahaman
masyarakat yang menganggap saham syariah hanya terdiri dari 30 saham yang masuk
dalam Jakarta Islamic Index (JII) saja.
Metode penghitungan ISSI sama dengan metode penghitungan indeks lainnya di
BEI, yakni menggunakan market capitalization weighted average. Komponen
penghitungannya adalah semua saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES)
yang dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga keuangan setiap enam
bulan. Hari dasar penghitungan ISSI adalah Desember 2007 dengan nilai indeks 100.
Pada tahun 2011 terdapat 214 saham syariah dengan kapitalisasi pasar sekitar 43,6
persen dari total nilai kapitalisasi pasar BEI
Dari uraian di atas dapat ditarik garis pemisah antara indeks Islam dan indeks
konvensional. Pertama, jika indeks Islam dikeluarkan oleh suatu institusi yang bernaung
dalam pasar modal konvensional, maka perhitungan indeks tersebut berdasarkan kepada
saham-saham yang digolongkan memenuhi kriteria-kriteria syariah sedangkan indeks
konvensional memasukkan semua saham yang terdaftar dalam bursa efek tersebut.
Kedua, jika indeks syariah dikeluarkan oleh institusi pasar modal syariah, maka indeks
tersebut didasarkan pada seluruh saham yang terdaftar di dalam pasar modal syariah
yang sebelumnya sudah diseleksi oleh pengelola.
24
2.1.7Portofolio
2.1.7.1 Definisi Portofolio
Pengenalan konsep portofolio dalam dunia investasi mengalami proses
perubahan yang cepat setiap waktunya. Pemahaman portofolio konvensional dan
modern memberikan arti bahwa penelitian investasi (investment research) adalah begitu
mengemukan untuk dikaji dan di diskusikan secara intensif dan dinamis. Ada banyak
definisi tentang portofolio yang dikemukakan oleh berbagai pakar dari berbagai negara,
terutama negara maju (newly countries) seperti Amerika Serikat, Italia, Jerman, Kanada,
Perancis, Inggris, dan juga termasuk negara pada kawasan Eropa Timur (East Europe)
seperti Rusia.
Menurut Fahmi (2012:24) portofolio adalah :
Sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji tentang bagaimana cara yang dilakukan
oleh seorang investor untuk menurunkan risiko dalam berinvestasi secara
seminimal mungkin, termasuk salah satunya dengan menganekaragamkan risiko
tersebut.
2.1.7.2 Tujuan Pembentukan Portofolio
Banyak pakar finance merumuskan bahwa tujuan pembentukan portofolio secara
umum ada dua. Dimana dua-duanya bertujuan untuk memberikan kepuasan yang
maksimum kepada para pemegang saham. Para pemegang saham selalu saja menuntut
secara maksimal kepada pihak manajemen untuk bekerja dan mampu meningkatkan
keuntungan setiap tahunnya, dan jika pihak manajemen tidak mampu untuk
meningkatkan keuntungan maka pihak pemegang saham khususnya komisaris
perusahaan bisa langsung mendapat teguran. Ini disebabkan komisaris perusahaan
adalah memiliki karakteristik sebagai para penghindar risiko.
Adapun tujuan pembentukan portofolio adalah (Fahmi:2012) :
a. Berusahan untuk memberikan keuntungan yang maksismum sesuai dengan yang
diharapkan atau adanya return yang diharapkan (expected return).
b. Menciptakan risiko yang minimum.
c. Menciptakan continuity dalam bisnis.
25
2.1.7.3 Memilih Portofolio Optimum
Saat investor memilih portofolio akan timbul suatu masalah. Permasalahannya
adalah terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dipilih investor.
Pemilihan portofolio optimal dapat didasarkan pada preferensi investor terhadap return
yang diharapkan dan risiko yang ditunjukan oleh kurva indiferen.(Herlianto,2013: 41)
2.1.7.4 Menghitung Return dan Risiko Portofolio
2.1.7.4.1 Perhitungan Kinerja Berdasarkan Tingkat Pengembalian (return)
Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return.
Return dapat berupa return realisasi ataupun return ekspetasi. Return ekspetasi
(expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang
akan datang, tetapi bila investasi telah selesai dilakukan maka investor akan
mendapatkan realized return.
Realized return merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan
nilai historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspetasi untuk mengukur
risiko di masa yang akan datang.
Mengukur tingkat pengembalian portofolio menggunakan rumus (Herlianto,2013:26):
Rp = (W1- W0) / W0
Dimana :
Rp= ROR portofolio
W1= harga awal pembelian keseluruhan sekuritas
W0= nilai pasar akhir keseluruhan sekuritas
2.1.7.4.2Perhitungan Kinerja Berdasarkan Tingkat Risiko
Risiko dapat ditafsirkan sebagai, “bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu
keadaan yang akan terjadinya nanti (future) dengan keputusan yang diambil
berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini” (Fahmi,2012:189).
Ada model perhitungan risiko, dengan menggunakan standar deviasi dan beta.
Perhitungan risiko dalam suatu investasi menyangkut dengan perhitungan terhadap
26
return yang diharapkan dari suatu investasi atau apa yang biasa disebut dengan return
on investmen (ROI).
a. Standar Deviasi
Standar deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas
perbadaan return nyata dari return yang diharapkan. Dalam konsep
dijelaskan bahwa semakin besar angka standar deviasi yang diperoleh maka
artinya semakin besar risiko yang akan diterima, begitu pula sebaliknya
semakin kecil angkanya maka semakin kecil standar deviasinya.
Rumus menghitung standar deviasi (Fahmi, 2012:209) :
σ = (σ2)1/2
Keterangan :
σ = standar deviasi
σ2 = Varians return
b. Beta
Beta merupakan suatu pengukur sensitifitas return sekuritas atau return
portofolio terhadap return pasar (indeks harga pasar). Beta pasar dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Herlianto, 2013:42) :
βiI= σiI / σ2I
Dimana :
σiI= Kovarian antara return sekuritas I dengan return pasar;
σ2I = Varian dari return pasar.
Beta bernilai 1 menunjukan risiko sistematis suatu sekuritas atau portofolio
sama dengan risiko pasar. Menunjukan pula jika return pasar bergerak naik
(turun), return suatu sekuritas atau portofolio juga bergerak naik (turun)
sama besarnya mengikuti return pasar. Beta bernilai 1 ini menunjukan
bahwa return pasar sebesar (x%), return sekuritas atau portofolio akan
berubah juga sebesar (x%). Saham dengan beta lebih dari 1 lebih tidak stabil
dibandingkan indeks pasar, dan ini disebut saham agresif (aggressive
stock).Sebaliknya saham dengan beta yang kurang dari 1 lebih stabil
dibanding indeks pasar dan disebut saham defensive (defensive stock).
27
2.1.7.5 Risk Adjusted Performance
Untuk melihat kinerja sebuah portofolio kita tidak bisa hanya melihat tingkat
return yang dihasilkan portofolio tersebut, tetapi kita juga harus memperhatikan faktorfaktor lain seperti tingkat risiko portoflio tersebut. Dengan berdasarkan pada teori pasar
modal, beberapa ukuran kinerja portofolio sudah memasukkan faktor return dan risiko
dalam perhitungannya. Beberapa ukuran kinerja portofolio yang sudah memasukkan
faktor risiko adalah indeks sharpe, indeks treynor, dan indeks jensen.
1) Ukuran Kinerja Treynor
Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh
Jack treynor dan indes ini sering disebut juga dengan Reward-to-Volatility Ratio
(RVOL). RVOL adalah ukuran kinerja yang disesuaikan risiko dengan menggunakan
Security Market Line (SML) untuk membentuk tolak ukur evaluasi kinerja. Asumsi
yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan
baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis (Beta). RVOL
portofolio dapat dihitung dengan menggunakan (Herlianto,2013:168) :
RVOLp =
Dimana:
- arp = Rata-rata return portofolio selama periode investasi;
- arf = Tingkat return bebas risiko selama periode investasi;
-
p=
Beta portofolio.
Jika nilai RVOL positif dan semakin besar maka kinerja portofolio semakin baik.
2)
Ukuran Kinerja Sharpe
Indeks Sharpe mengevaluasi portofolio investasi berdasarkan tingkat imbal hasil
(rate of return) dan diversifikasi (seperti mempertimbangkan risiko portofolio total
sebagaimana diukur dengan standar deviasi pada denominatornya). Oleh karena itu
indeks Sharpe lebih sesuai untuk portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, karena
lebih akurat memperhitungkan risiko portofolio. Indeks Sharpe dikembangkan oleh
William Sharpe dan sering disebut juga dengan Reward to Variability Ratio (RVAR)
28
atau rasio Sharpe adalah ukuran kinerja yang disesuaikan risiko dengan Capital Market
Line (CML) untuk membentuk tolak ukur evaluasi kinerja. Rasio ini mengukur return
relative terhadap risiko total portofolio, sehingga risiko yang dianggap relevan adalah
risiko total (Standard deviasi). RVAR portofolio dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Herlianto,2013:168):
RVAR p =
Keterangan:
- arp = Rata-rata return portofolio selama periode investasi;
- arf = Tingkat return bebas risiko selama periode investasi;
- σp = Merupakan standar deviasi portofolio.
Jika nilai RVAR positif dan semakin besar maka kinerja portofolio semakin baik.
3) Ukuran Kinerja Jensen
Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukan perbedaan antara tingkat
return actual yang diperoleh portfolio dengan tingkat return yang diharapkan, jika
portofolio tersebut berada pada garis pasar modal. Dengan kata lain indeks Jensen ini
didasarkan pada konsep garis pasar sekuritas (SML) yang merupakan garis yang
menghubungkan portofolio pasar kesempatan investasi yang bebas risiko. Dalam
keadaan Equilibrium semua portofolio diharapkan berada pada SML. Rumus Indeks
Jensen sebagai berikut (Herlianto,2013:168):
Jpi= (Rpi - Rf) – [(Rm-Rf)βpi]
Dimana:
- Jpi
= indeks Jensen;
- Rp
= return portofolio pada periode t;
- Rf
= return pada investasi bebas resiko pada periode t;
- Rm
= bp = koefisien beta pasar;
- βpi
= Beta portofolio (risiko pasar – risiko sistematis);
- Rpi – Rf
= Premi risiko portofolio;
29
- Rm-Rf
= Merupakan Premi risiko pasar.
2.2 Pengembangan Hipotesis
2.2.1 Kerangka Pemikiran
Proses seleksi saham yang dimasukkan kedalam indeks merupakan saham yang
memiliki fundamental dan kinerja yang baik, seperti indeks Kompas 100, indeks ini
memasukkan saham-saham emiten yang memiliki likuiditas yang tinggi, serta nilai
kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental
dan kinerja yang baik. Berbeda dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang
merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat
di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dalam Daftar
Efek Syariah (DES).Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan
November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga
dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan
dari DES. Metode perhitungan ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi
pasar.
Kondisi fundamental dan kinerja emiten akan mempengaruhi pergerakan harga
saham emiten itu sendiri, semakin baik kinerja emiten maka akan semakin besar
pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya semakin buruk
kinerja emiten maka akan semakin besar kemungkinan merosotnya harga saham yang
diperdagangkan dilantai bursa. Kinerja saham yang baik akan menghasilkan tingkat
return yang lebih tinggi dan mempunyai tingkat risiko yang lebih kecil,begitu juga
sebaliknya.
Dalam berinvestasi tentunya investor ingin mengetahui bagaimana kinerja
investasinya, relevan dengan hal tersebut kinerja investasi perlu di evaluasi. Karena
kecenderungan berinvestasi tidak hanya investasi pada instrument tunggal maka
evaluasi (penilaian) kinerja didasarkan pada portofolio investasi. Dalam mengevaluasi
kinerja portofolio hal tersebut tidak terlepas dari return dan risiko, karena pada
dasarnya investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan return yang sebesarbesarnya dengan meminimalkan risiko sekecil-kecilnya.
Return dan risiko dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja portofolio.
Konsep ini didasarkan pada gabungan antara return dan risiko atau disebut dengan
istilah Risk-adjusted performance. Dengan risk-adjusted performance memungkinkan
30
dilakukannya pembandingan secara langsung dengan tingkat risiko dan return. Dalam
pengukuran kinerja portofolio sudah ada beberapa diantaranya yang memasukkan faktor
return dan risiko dalam perhitungannya,yaitu ukuran kinerja portofolio dengan indeks
Sharpe,Treynor, dan Jensen.
2.2.2 Hipotesis
Ari Noviastuty (2011), melakukan penelitian tentang “ Evaluasi Kinerja
Portofolio Antara Saham Syariah Dengan Saham Konvensional Di Bursa Efek
Indonesia” dengan menggunakan metode pendekatan Risk- Adjusted Return Index dan
metode Sharpe, Treynor dan Jensen menjelaskan bahwa hasil perbandingan kinerja
portofolio optimal antara portofolio optimal yang terbentuk berdasarkan saham
tergolong indeks Kompas 100, LQ 45 dan Jakarta Islamic Indeks (JII) menunjukan hasil
bahwa kinerja portofolio optimal saham JII tidak lebih baik dari Kompas 100 dan LQ
45.
Uswatun hasanah (2011) melakukan penelitian tentang “Perbandingan Kinerja
Saham Syariah Periode 2007-2009” dengan menggunakan metode pengukuran Risk
Adjusted Performance, metode Sharpe, Treynor dan Jensen Index menyatakan bahwa
kinerja saham syariah tahun 2007 lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2008 dan
2009.
Maya Wulan F (2012) melakukan penelitian tentang “ Analisis Perbandingan
Risk dan Return Antara Saham Syariah Dengan Saham Konvensional ( Studi Pada
Saham JII dan LQ45 Pada Sektor Industri Barang Konsumsi)” menjelaskan bahwa ratarata return harian saham syariah lebih kecil dibandingkan dengan saham konvensional.
Secara uji statistik dengan menggunakan uji t test independent didapatkan hasil bahwa
tidak ada perbedaan secara signifikan.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan antara portofolio yang
konsisten masuk kedalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan
Kompas 100 dengan menggunakan indeks Sharpe,Treynor,dan Jensen.
31
Ha : Ada perbedaan kinerja yang signifikan antara portofolio yang konsisten
masuk ke dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Kompas
100 dengan menggunakan indeks Sharpe,Treynor,dan Jensen.
Download