BAB 2 LANDASAN TEORIDAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Literatur 2.1.1 Pasar Modal Pasar Modal menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, Perusahaan Publik berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:1) pasar modal (capital market) adalah: Merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrument keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrument derivative, dan instrument lainnya.Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasaran kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Fahmi (2012: 55) mengatakan bahwa : Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan. Herlianto (2013: 9) berpendapat bahwa : Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Pasar modal berperan besar bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi sekaligus: ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) 9 10 dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Manfaat keberadaan Pasar Modal adalah sebagai berikut (Darmadji dan Fakhruddin,2011) : 1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi. 3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara 4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan hingga lapisan masyarakat menengah. 5. Memungkinkan penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme serta penciptaan iklim berusaha yang sehat. 6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik. 7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek. 8. Menjadi alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. 9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial. 10. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan pemanfaatan manajemen sosial. 2.1.1.1 Pasar Modal Syariah Indonesia Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 (UUPM). Pasal 1 butir 13 Undang-Undang No.8 Tahun 1995 menyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek. Adapun efek dalam UUPM pasal 1 butir 5 dinyatakan sebagai surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, 11 surat berharga komersial, saham obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak kegiatan berjangka atas efek, dan setiap derivative efek. UUPM tidak membedakan apakah kegiatan pasar modal tersebut dilakukan dengan prinsip-prinsip Islam atau tidak. Dengan demikian, berdasarkan UUPM kegiatan pasar modal Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat pula dilakukan tidak sesuai dengan prinsip Islam. Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada 14 maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MoU antara BAPEPEAM-LK dengan Dewa Islam NasionalMajelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). 2.I.I.2 Prespektif Hukum Pasar Modal Syariah Dalam ajaran Islam, bahwa kegiatan berinvestasi dapat dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi yang termasuk kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan yang mengatur antara hubungan manusia. Sementara itu berdasarkan kaidah fiqih bahwa hukum asal dari kegiatan muamalah itu adalah mubah (boleh), yaitu semua kegiatan dalam pola hubungan antara manusia adalah mubah (boleh) kecuali yang jelas ada larangannya (haram). Ini berarti ketika suatu kegiatan muamalah yang kegiatan tersebut baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam ajaran Islam maka kegiatan tersebut dianggap dapat diterima, kecuali terdapat implikasi dari Al-Qur’an dan Hadis yang melarangnya secara implisit maupun eksplisit.(Sutedi,2011:84). 2.I.I.3 Jual Beli Dalam Legal Syariah Apabila kita melihat dalam Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber utama ajaran Islam maka kita dapat melihat beberapa ketentuan mengenai hal tersebut (Sutedi,2011:85) : - “….Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba….”.(Q.S AlBaqarah ayat 275) - “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakai harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka”. (Q.S. An-Nisaa’ ayat 29). - “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu” (Q.S Al-Maidah ayat 1). 12 - Rasulullah saw melarang jual beli (yang mengandung) gharar” (HR. AL Baihaqi dari Ibnu Umar). Berdasarkan Al-Qur’an, Hadist dan pendapat ahli fiqih (ajaran Islam), sesuatu yang dilarang atau diharamkan adalah (Sutedi,2011: 85) : 1) Haram karena bendanya (zatnya) Pelarangan kegiatan muamalah ini disebabkan karena benda atau zat yang menjadikan objek dari kegiatan tersebut berdasarkan ketentuan Al-Qur’an dan Hadist telah dilarang/diharamkan. Benda-benda tersebut antara lain babi, khamr (minuman keras), bangkai binatang, dan darah. 2) Haram selain karena bendanya (zatnya) Pengertian dari pelarangan atas kegiatan ini adalah suatu kegiatan yang objek dari kegiatan tersebut bukan merupakan benda-benda yang diharmkan zatnya artinya benda-benda tersebut benda-benda yang dibolehkan (dihalalkan). Akan tetapi benda tersebut menjadi diharamkan disebabkan adanya unsur : Tadlis, Taghrir/Gharar, Riba, Ikhtikar dan Bay Najash. 3) Tidak sah akadnya Seperti halnya dengan pengharaman disebabkan karena zatnya maka pada kegiatan ini benda yang dijadikan objeknya adalah benda yang berdasarkan zatnya dikategorikan halal (dibolehkan), tetapi benda tersebut menjadi haram disebabkan akad atau perjanjian yang menjadi dasar atas transaksi tersebut dilarang/diharamkan oleh ajaran Islam. 2.1.2 Investasi Kata investasi sudah tidak asing terdengar ditelinga masyarakat, tetapi pada hakikatnya belum banyak yang tahu apa itu investasi. Investasi sebenarnya adalah meluangkan/memanfaatkan waktu, uang, dan tenaga dengan harapan mendapatkan keuntungan/manfaat dimasa yang akan datang. Jadi pada dasarnya investasi adalah “membeli” sesuatu yang diharapkan bisa “dijual kembali” dimasa yang akan datang dengan nilai yang lebih tinggi. 13 Herlianto (2013: 1) berpendapat bahwa : Investasi pada dasarnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa datang. 2.1.3 Investasi Dalam Pandangan Islam Menurut Heykal dan Huda (2010:185) Islam sebagai din yang komprehensif (syumul) dalam ajaran dan norma mengatur seluruh aktivitas manusia disegala bidang. Investasi sebagai salah satu bagian dari aktivitas perekonomian tidak dapat mengabaikan aspek postulat, konsep, serta diskursus yang menjadi background dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki multidimensi yang mendasar dan mendalam. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan diskursus (‘ilmu al yaqin), implementasi (‘ain al yaqin), serta hakikat akan sebuah ilmu (haqq al yaqin). Konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma Islam, sekaligus merupakan hakekat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Demikian Allah SWT. Memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya yang beriman untuk melakukan investasi akhirat dengan melakukan amal soleh sejak dini sebagai bekal untuk menghadapi hari perhitungan. 14 2.1.4 Saham 2.1.4.1 Definisi saham Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini artinya adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. Darmadji dan Fakhruddin(20011: 5) mengatakan bahwa : Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut. Menurut Sutedi (2011:73) saham didefnisikan “sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan”. Menurut Irham (2012:81) saham adalah : a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya. c. Persediaan yang siap untuk dijual. Menurut herlianto (2013:15) saham atau stock adalah “merupakan surat bukti bagian modal pada suatu perseroan terbatas” 2.1.4.2 Jenis-Jenis Saham Menurut Fahmi (2012:81) dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preference stock). Dimana kedua jenis ini memiliki arti dan aturannya masing-masing. 15 a. Common stocks (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. b. preferred stock(saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan). 2. Dilihat dari cara peralihannya, saham dibedakan atas (Fakrudin dan Darmadji, 2011:7) : a. Saham atas unjuk (bearer stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiiknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. b. Saham atas nama (registered stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas (Fakrudin dan Darmadji, 2011:7) : a. Saham unggulan (blue-chip stocks), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang meiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Saham pendapatan (income stocks), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio). c. Saham pertumbuhan (growth stocks-well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi. Selain itu terdapat juga 16 growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock. Umunya saham ini berasal dari daerah dan kurang popular dikalangan emiten. d. Saham spekulatif (speculative stocks), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Saham siklikal (conter cyclical stocks), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalan memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok dan barang-barang kebutuhan sehari-hari (consumer goods). 2.1.4.3 Manfaat Saham Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham,yaitu (Darmadji dan Fakrudin, 2011:9): 1. Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.Investor yang berhak menerima dividen adalah investor yang memegang saham hingga batas waktu yang ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman dividen. Umumnya dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang, misalnya investor institusi atau dana pension dan lain-lain. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 17 2. Capital Gain Capital gain merupakan selisih harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham dipasar sekunder. Misalnya seorang investor membeli saham Telkom (TLKM) dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 yang berarti investor tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Misalnya, seorang investor membeli saham pada pagi hari kemudian menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikan. Disamping dua keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapatkan (Darmadji dan Fakrudin, 2011:7) : - Saham bonus (jika ada) Saham bonus, yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana. Misalnya setiap saham dengan nominal Rp 500 dijual dengan harga Rp 800 maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp300 setiap sahamnya. Dipasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham mengalami fluktuasi naik maupun turun. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh penawaran (supply) dan permintaan (demand) atas saham tersebut. Supply dan Demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun rumor-rumor yang berkembang. 2.1.4.4 Risiko Saham Saham dikenal dengan karakteristik “imbal hasil tinggi,risiko tinggi” (high risk,high return). Artinya, saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi tinggi. Saham memungkinkan investor untuk 18 mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun, seiring dengan berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Risiko Investor yang memiliki saham, diantaranya (Darmadji dan Fakrudin, 2011:10): 1. Tidak Mendapat Dividen Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan investor untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. 2. Capital Loss Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang investor mengalami capital loss. Misalnya seorang investor memiliki saham Indosat (ISAT) dengan harga Rp 9.000 namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga Rp 8.000 per saham, maka investor tersebut mengalami capital loss Rp 1.000 untuk setiap saham yang dijual. Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar akibat penurunan harga saham, maka seorang investor rela menjual saham dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan penghentian kerugian (cut loss). Disamping risiko tersebut, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risiko lainnya,yaitu: 1. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari Bursa atu di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah semua asset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para 19 kreditur atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. 2. Saham dikeluarkan dari Bursa (Delisting) Risiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari Pencatatan Bursa Efek alias di-delist. Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbgai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa. Saham yang telah di-delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di luar bursa, meskipun saham tersebut tetap dapat diperdagangkan di luar bursa, tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya. 3. Saham dihentikan Sementara (Suspensi) Disamping dua resiko tersebut maka risiko lain yang juga “mengganggu” para investor untuk melakukan aktivitasnya, yaitu jika suatu saham di suspensi alias dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek. Dengan demikian investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspense dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, tetapi dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh krediturnya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan Otoritas Bursa menghentikan sementara perdagangan saham hingga perusahaan yang bersangkutan memberikan atau kejelasan informasi lainnya, agar informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan seperti semula Dari Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi memegang peranan penting dalam aktivitas perdagangan saham. Informasi merupakan basis pengambilan keputusan bagi para investor. Dengan demikian keterbukaan informasi (information disclosure) memegang peranan vital dalam aktivitas perdagangan saham. 20 2.1.5 Indeks Harga Saham Indeks harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga saham dalam suatu periode. Dengan membaca indeks ini, kita dapat mengetahui tren yang sedang terjadi di pasar, apakah sedang naik, turun, atau stabil sehingga investor dapat menentukan kapan untuk menjual, menahan atau membeli saham. Di Bursa Efek Indonesia terdapat berbagai jenis indeks, antara lain: - Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI. - Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur. - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (composite stock price index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. - Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham syariah yang diluncurkan pada 12 mei 2011 dengan menggunakan perhitungan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. - Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk kedalam LQ 45 tersebut. - Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam Indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Sahamsaham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti: Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 21 Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Serta telah memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut : Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (delapan puluh dua per seratus); Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus) - Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan. Yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan. - Indeks Kompas 100, merupakan suatu indeks saham dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks ini merupakan bentuk kerjasama antara BEI dengan media cetak dalam hal ini kompas, dan diterbitkan pada tanggal 10 Agustus 2007. Seratus saham yang terpilih adalah saham yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, nilai kapitalisasi pasar yang besar, memiliki fundamental serta kinerja yang baik. 2.1.5.1 Definisi Indeks Kompas100 Indeks kompas 100 adalah merupakan suatu indeks saham dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks Kompas 100 secara resmi diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerjasama dengan harian Kompas pada hari jumat tanggal 10 agustus 2007. Saham-saham yang terpilih untuk dimasukkan dalam indeks Kompas100 ini selain memiliki likuiditas yang tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik. Saham-saham yang termasuk dalam Kompas100 diperkirakan mewakili sekitar 70-80% dari total Rp 1.582 triliun nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tercatat di BEI, maka dengan demikian investor bisa melihat kecenderungan arah pergerakan indeks dengan mengamati pergerakan indeks Kompas100. Akan tetapi, ini bisa saja berlawanan arah dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) maupun indeks lainnya. 22 Beberapa kriteria-kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten dapat masuk dalam perhitungan indeks kompas 100 adalah : A. Tercatat di BEI minimal 3 bulan. B. Dipilih 150 berdasarkan nilai transaksi di Pasar Reguler. C. Dari 150 saham tersebut, 60 saham dengan nilai transaksi terbesar otomatis masuk perhitungan indeks. D. Untuk mendapatkan 100 saham, dipilih 40 saham lagi dengan kriteria Hari Transaksi dan Frekuensi Transaksi dipasar reguler dan Kapitalisasi Pasar.Metode pemilihan 40 saham: - Dari 90 sisanya, dipilih 75 saham berdasarkan haritransaksi di pasar reguler. - Dari 75 saham tersebut, dipilih 60 saham berdasarkan frekuensi transaksi di pasar reguler. - Dari 60 saham tersebut, dipilih 40 sahamberdasarkan Kapitalisasi Pasar, sehingga didapat 100saham. E. Langkah terakhir, BEJ mempertimbangkan faktor fundamental emiten dan pola transaksi di bursa. Perhitungan indeks KOMPAS100 dimulai 2 Januari 2002. Sejak 10 Agustus 2007, perhitungan KOMPAS100dilakukan melalui mesin JATS (Jakarta Automatic Trading System). Saham-saham KOMPAS100 di-review setiap Februari dan Agustus. 2.1.6 Indeks Saham Syariah Indonesia ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES. Metode perhitungan ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu Desember 2007. Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011. 23 Saham-Saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti (Heykal dan Huda, 2010:221): 1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional 3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram 4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. Penerbitan fatwa ini tidak instan tapi melalui proses panjang oleh otoritas BEI dan MUI. Indeks Saham Syairah Indonesia (Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) akan menjadi acuan bagi investor untuk berinvestasi di saham, khususnya saham syariah. ISSI sekaligus menjadi acuan utama yang menggambarkan kinerja seluruh saham syariah yang tercatat di BEI, yang membantu menghilangkan kesalahpahaman masyarakat yang menganggap saham syariah hanya terdiri dari 30 saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) saja. Metode penghitungan ISSI sama dengan metode penghitungan indeks lainnya di BEI, yakni menggunakan market capitalization weighted average. Komponen penghitungannya adalah semua saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga keuangan setiap enam bulan. Hari dasar penghitungan ISSI adalah Desember 2007 dengan nilai indeks 100. Pada tahun 2011 terdapat 214 saham syariah dengan kapitalisasi pasar sekitar 43,6 persen dari total nilai kapitalisasi pasar BEI Dari uraian di atas dapat ditarik garis pemisah antara indeks Islam dan indeks konvensional. Pertama, jika indeks Islam dikeluarkan oleh suatu institusi yang bernaung dalam pasar modal konvensional, maka perhitungan indeks tersebut berdasarkan kepada saham-saham yang digolongkan memenuhi kriteria-kriteria syariah sedangkan indeks konvensional memasukkan semua saham yang terdaftar dalam bursa efek tersebut. Kedua, jika indeks syariah dikeluarkan oleh institusi pasar modal syariah, maka indeks tersebut didasarkan pada seluruh saham yang terdaftar di dalam pasar modal syariah yang sebelumnya sudah diseleksi oleh pengelola. 24 2.1.7Portofolio 2.1.7.1 Definisi Portofolio Pengenalan konsep portofolio dalam dunia investasi mengalami proses perubahan yang cepat setiap waktunya. Pemahaman portofolio konvensional dan modern memberikan arti bahwa penelitian investasi (investment research) adalah begitu mengemukan untuk dikaji dan di diskusikan secara intensif dan dinamis. Ada banyak definisi tentang portofolio yang dikemukakan oleh berbagai pakar dari berbagai negara, terutama negara maju (newly countries) seperti Amerika Serikat, Italia, Jerman, Kanada, Perancis, Inggris, dan juga termasuk negara pada kawasan Eropa Timur (East Europe) seperti Rusia. Menurut Fahmi (2012:24) portofolio adalah : Sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji tentang bagaimana cara yang dilakukan oleh seorang investor untuk menurunkan risiko dalam berinvestasi secara seminimal mungkin, termasuk salah satunya dengan menganekaragamkan risiko tersebut. 2.1.7.2 Tujuan Pembentukan Portofolio Banyak pakar finance merumuskan bahwa tujuan pembentukan portofolio secara umum ada dua. Dimana dua-duanya bertujuan untuk memberikan kepuasan yang maksimum kepada para pemegang saham. Para pemegang saham selalu saja menuntut secara maksimal kepada pihak manajemen untuk bekerja dan mampu meningkatkan keuntungan setiap tahunnya, dan jika pihak manajemen tidak mampu untuk meningkatkan keuntungan maka pihak pemegang saham khususnya komisaris perusahaan bisa langsung mendapat teguran. Ini disebabkan komisaris perusahaan adalah memiliki karakteristik sebagai para penghindar risiko. Adapun tujuan pembentukan portofolio adalah (Fahmi:2012) : a. Berusahan untuk memberikan keuntungan yang maksismum sesuai dengan yang diharapkan atau adanya return yang diharapkan (expected return). b. Menciptakan risiko yang minimum. c. Menciptakan continuity dalam bisnis. 25 2.1.7.3 Memilih Portofolio Optimum Saat investor memilih portofolio akan timbul suatu masalah. Permasalahannya adalah terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dipilih investor. Pemilihan portofolio optimal dapat didasarkan pada preferensi investor terhadap return yang diharapkan dan risiko yang ditunjukan oleh kurva indiferen.(Herlianto,2013: 41) 2.1.7.4 Menghitung Return dan Risiko Portofolio 2.1.7.4.1 Perhitungan Kinerja Berdasarkan Tingkat Pengembalian (return) Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return. Return dapat berupa return realisasi ataupun return ekspetasi. Return ekspetasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang akan datang, tetapi bila investasi telah selesai dilakukan maka investor akan mendapatkan realized return. Realized return merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan nilai historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspetasi untuk mengukur risiko di masa yang akan datang. Mengukur tingkat pengembalian portofolio menggunakan rumus (Herlianto,2013:26): Rp = (W1- W0) / W0 Dimana : Rp= ROR portofolio W1= harga awal pembelian keseluruhan sekuritas W0= nilai pasar akhir keseluruhan sekuritas 2.1.7.4.2Perhitungan Kinerja Berdasarkan Tingkat Risiko Risiko dapat ditafsirkan sebagai, “bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadinya nanti (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini” (Fahmi,2012:189). Ada model perhitungan risiko, dengan menggunakan standar deviasi dan beta. Perhitungan risiko dalam suatu investasi menyangkut dengan perhitungan terhadap 26 return yang diharapkan dari suatu investasi atau apa yang biasa disebut dengan return on investmen (ROI). a. Standar Deviasi Standar deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas perbadaan return nyata dari return yang diharapkan. Dalam konsep dijelaskan bahwa semakin besar angka standar deviasi yang diperoleh maka artinya semakin besar risiko yang akan diterima, begitu pula sebaliknya semakin kecil angkanya maka semakin kecil standar deviasinya. Rumus menghitung standar deviasi (Fahmi, 2012:209) : σ = (σ2)1/2 Keterangan : σ = standar deviasi σ2 = Varians return b. Beta Beta merupakan suatu pengukur sensitifitas return sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar (indeks harga pasar). Beta pasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Herlianto, 2013:42) : βiI= σiI / σ2I Dimana : σiI= Kovarian antara return sekuritas I dengan return pasar; σ2I = Varian dari return pasar. Beta bernilai 1 menunjukan risiko sistematis suatu sekuritas atau portofolio sama dengan risiko pasar. Menunjukan pula jika return pasar bergerak naik (turun), return suatu sekuritas atau portofolio juga bergerak naik (turun) sama besarnya mengikuti return pasar. Beta bernilai 1 ini menunjukan bahwa return pasar sebesar (x%), return sekuritas atau portofolio akan berubah juga sebesar (x%). Saham dengan beta lebih dari 1 lebih tidak stabil dibandingkan indeks pasar, dan ini disebut saham agresif (aggressive stock).Sebaliknya saham dengan beta yang kurang dari 1 lebih stabil dibanding indeks pasar dan disebut saham defensive (defensive stock). 27 2.1.7.5 Risk Adjusted Performance Untuk melihat kinerja sebuah portofolio kita tidak bisa hanya melihat tingkat return yang dihasilkan portofolio tersebut, tetapi kita juga harus memperhatikan faktorfaktor lain seperti tingkat risiko portoflio tersebut. Dengan berdasarkan pada teori pasar modal, beberapa ukuran kinerja portofolio sudah memasukkan faktor return dan risiko dalam perhitungannya. Beberapa ukuran kinerja portofolio yang sudah memasukkan faktor risiko adalah indeks sharpe, indeks treynor, dan indeks jensen. 1) Ukuran Kinerja Treynor Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack treynor dan indes ini sering disebut juga dengan Reward-to-Volatility Ratio (RVOL). RVOL adalah ukuran kinerja yang disesuaikan risiko dengan menggunakan Security Market Line (SML) untuk membentuk tolak ukur evaluasi kinerja. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis (Beta). RVOL portofolio dapat dihitung dengan menggunakan (Herlianto,2013:168) : RVOLp = Dimana: - arp = Rata-rata return portofolio selama periode investasi; - arf = Tingkat return bebas risiko selama periode investasi; - p= Beta portofolio. Jika nilai RVOL positif dan semakin besar maka kinerja portofolio semakin baik. 2) Ukuran Kinerja Sharpe Indeks Sharpe mengevaluasi portofolio investasi berdasarkan tingkat imbal hasil (rate of return) dan diversifikasi (seperti mempertimbangkan risiko portofolio total sebagaimana diukur dengan standar deviasi pada denominatornya). Oleh karena itu indeks Sharpe lebih sesuai untuk portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, karena lebih akurat memperhitungkan risiko portofolio. Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering disebut juga dengan Reward to Variability Ratio (RVAR) 28 atau rasio Sharpe adalah ukuran kinerja yang disesuaikan risiko dengan Capital Market Line (CML) untuk membentuk tolak ukur evaluasi kinerja. Rasio ini mengukur return relative terhadap risiko total portofolio, sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko total (Standard deviasi). RVAR portofolio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Herlianto,2013:168): RVAR p = Keterangan: - arp = Rata-rata return portofolio selama periode investasi; - arf = Tingkat return bebas risiko selama periode investasi; - σp = Merupakan standar deviasi portofolio. Jika nilai RVAR positif dan semakin besar maka kinerja portofolio semakin baik. 3) Ukuran Kinerja Jensen Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukan perbedaan antara tingkat return actual yang diperoleh portfolio dengan tingkat return yang diharapkan, jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal. Dengan kata lain indeks Jensen ini didasarkan pada konsep garis pasar sekuritas (SML) yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar kesempatan investasi yang bebas risiko. Dalam keadaan Equilibrium semua portofolio diharapkan berada pada SML. Rumus Indeks Jensen sebagai berikut (Herlianto,2013:168): Jpi= (Rpi - Rf) – [(Rm-Rf)βpi] Dimana: - Jpi = indeks Jensen; - Rp = return portofolio pada periode t; - Rf = return pada investasi bebas resiko pada periode t; - Rm = bp = koefisien beta pasar; - βpi = Beta portofolio (risiko pasar – risiko sistematis); - Rpi – Rf = Premi risiko portofolio; 29 - Rm-Rf = Merupakan Premi risiko pasar. 2.2 Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Pemikiran Proses seleksi saham yang dimasukkan kedalam indeks merupakan saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik, seperti indeks Kompas 100, indeks ini memasukkan saham-saham emiten yang memiliki likuiditas yang tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik. Berbeda dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dalam Daftar Efek Syariah (DES).Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES. Metode perhitungan ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Kondisi fundamental dan kinerja emiten akan mempengaruhi pergerakan harga saham emiten itu sendiri, semakin baik kinerja emiten maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya semakin buruk kinerja emiten maka akan semakin besar kemungkinan merosotnya harga saham yang diperdagangkan dilantai bursa. Kinerja saham yang baik akan menghasilkan tingkat return yang lebih tinggi dan mempunyai tingkat risiko yang lebih kecil,begitu juga sebaliknya. Dalam berinvestasi tentunya investor ingin mengetahui bagaimana kinerja investasinya, relevan dengan hal tersebut kinerja investasi perlu di evaluasi. Karena kecenderungan berinvestasi tidak hanya investasi pada instrument tunggal maka evaluasi (penilaian) kinerja didasarkan pada portofolio investasi. Dalam mengevaluasi kinerja portofolio hal tersebut tidak terlepas dari return dan risiko, karena pada dasarnya investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan return yang sebesarbesarnya dengan meminimalkan risiko sekecil-kecilnya. Return dan risiko dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja portofolio. Konsep ini didasarkan pada gabungan antara return dan risiko atau disebut dengan istilah Risk-adjusted performance. Dengan risk-adjusted performance memungkinkan 30 dilakukannya pembandingan secara langsung dengan tingkat risiko dan return. Dalam pengukuran kinerja portofolio sudah ada beberapa diantaranya yang memasukkan faktor return dan risiko dalam perhitungannya,yaitu ukuran kinerja portofolio dengan indeks Sharpe,Treynor, dan Jensen. 2.2.2 Hipotesis Ari Noviastuty (2011), melakukan penelitian tentang “ Evaluasi Kinerja Portofolio Antara Saham Syariah Dengan Saham Konvensional Di Bursa Efek Indonesia” dengan menggunakan metode pendekatan Risk- Adjusted Return Index dan metode Sharpe, Treynor dan Jensen menjelaskan bahwa hasil perbandingan kinerja portofolio optimal antara portofolio optimal yang terbentuk berdasarkan saham tergolong indeks Kompas 100, LQ 45 dan Jakarta Islamic Indeks (JII) menunjukan hasil bahwa kinerja portofolio optimal saham JII tidak lebih baik dari Kompas 100 dan LQ 45. Uswatun hasanah (2011) melakukan penelitian tentang “Perbandingan Kinerja Saham Syariah Periode 2007-2009” dengan menggunakan metode pengukuran Risk Adjusted Performance, metode Sharpe, Treynor dan Jensen Index menyatakan bahwa kinerja saham syariah tahun 2007 lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009. Maya Wulan F (2012) melakukan penelitian tentang “ Analisis Perbandingan Risk dan Return Antara Saham Syariah Dengan Saham Konvensional ( Studi Pada Saham JII dan LQ45 Pada Sektor Industri Barang Konsumsi)” menjelaskan bahwa ratarata return harian saham syariah lebih kecil dibandingkan dengan saham konvensional. Secara uji statistik dengan menggunakan uji t test independent didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan. Berdasarkan penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : Tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan antara portofolio yang konsisten masuk kedalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Kompas 100 dengan menggunakan indeks Sharpe,Treynor,dan Jensen. 31 Ha : Ada perbedaan kinerja yang signifikan antara portofolio yang konsisten masuk ke dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Kompas 100 dengan menggunakan indeks Sharpe,Treynor,dan Jensen.