PENENTUAN DAYA INHIBISI EKSTRAK AIR DAN ETANOL

advertisement
PENENTUAN DAYA INHIBISI EKSTRAK AIR DAN ETANOL
DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa
(Scheff.) Boerl.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TIROSIN
KINASE SECARA IN VITRO
SALIM
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
ABSTRAK
SALIM. Penentuan Daya Inhibisi Ekstrak Air dan Etanol Daging Buah Mahkota Dewa
(Phaleria marcrocarpa (Scheff.) Boerl.) Terhadap Aktivitas Enzim Tirosin Kinase Secara In
Vitro. Dibimbing oleh DYAH ISWANTINI PRADONO dan GUSTINI SYAHBIRIN.
Tirosin kinase berperan penting dalam mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel.
Aktivitas berlebihan dari enzim ini akibat mutasi akan menyebabkan pertumbuhan sel
menjadi tidak tekendali. Daging buah mahkota dewa (Phaleria marcrocarpa (Scheff.) Boerl.)
merupakan tumbuhan yang secara tradisional digunakan sebagai obat. Penelitian ini menguji
daya hambat dari ekstrak tanaman terhadap aktivitas tirosin kinase menggunakan teknik
enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) dan hasilnya dibandingkan dengan genistein
(kontrol positif).
Ekstraksi daging buah mahkota dewa dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol
70%, akuademineral, dan air panas. Hasil menunjukkan bahwa ketiga ekstrak mengandung
flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin. Toksisitas ekstrak etanol lebih tinggi dari ekstrak
akuademineral dan air panas dengan nilai LC50 berturut-turut 542,42; 543,68; dan 548,62
ppm. Ekstrak akuademineral dan air panas menghasilkan daya hambat lebih besar daripada
ekstrak kasar flavonoid (72,11%) dari penelitian sebelumnya. Daya hambat untuk ekstrak
akuademineral, air panas, dan etanol masing-masing sebesar 78,38%; 73,52%; dan 63.61%.
Ketiga ekstrak ini mampu menghambat aktivitas tirosin kinase lebih tinggi dari genistein
(6,12%) pada konsentrasi 300 ppm. Maka ketiga ekstrak tersebut mempunyai potensi yang
besar sebagai inhibitor enzim tirosin kinase.
ABSTRACT
SALIM. In Vitro Inhibition of Water and Ethanol Extract of Mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) towards Tyrosine Kinase Enzyme Activity. Supervised by
DYAH ISWANTINI PRADONO and GUSTINI SYAHBIRIN.
Tyrosine kinase plays an important role in controlling the cell growth and
differentiation. Over activity of this enzyme caused by mutation will cause an uncontrollable
cell growth. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) is a plant traditionally
used as a herbal medicine. This research investigated the inhibition of Mahkota dewa fruit
extracts towards tyrosine kinase activity using enzyme linked immunosorbent assay
technique and the result was compared with genistein as a positive control.
The extraction of mahkota dewa fruits was carried out using 70% ethanol,
aquademineralized, and hot water. The results showed that the three extracts contain
flavonoids, alkaloids, saponins, and tannins. The toxicity of ethanol extract was higher than
both water and aquademineralized extract, with the LC50 of 542.42, 543.68, and 548.62 ppm,
respectively. Aquademineralized and hot water extracts have inhibition activity higher than
flavonoid crude extract (72.11%) from the previous research (Dardanella 2005), while the
inhibition from aquademineralized, hot water , and ethanol extracts were 78.38%, 73.52%,
and 63.61% , respectively. These three extracts were more able to inhibit tyrosine kinase
activity than genistein (6,12%) on the concentration of 300 ppm. It proves that these three
extracts have potency as an inhibition tyrosine kinase enzyme activity..
PENENTUAN DAYA INHIBISI EKSTRAK AIR DAN ETANOL
DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa
(Scheff.) Boerl.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TIROSIN
KINASE SECARA IN VITRO
SALIM
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
Judul
: Penentuan Daya Inhibisi Ekstrak Air dan Etanol Daging Buah Mahkota Dewa
(Phaleria marcrocarpa (Scheff.) Boerl.) Terhadap Aktivitas Enzim Tirosin Kinase
Secara in Vitro
Nama : Salim
NIM : G44201023
Disetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Dyah Iswantini Pradono, M.Agr
NIP 131956706
Dra. Gustini Syahbirin, M.S.
NIP 131842414
Diketahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuann Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP 131473999
Tanggal lulus :
PRAKATA
Bismillahirrahmaanirrahim. Puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah
SWT atas izin-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih adalah khasiat
dari tanaman mahkota dewa sebagai antikanker, dengan judul Penentuan Daya Inhibisi
Ekstrak Air dan Etanol Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria marcrocarpa (Scheff.)
Boerl.) Terhadap Aktivitas Enzim Tirosin Kinase Secara in vitro. Penelitian ini dilakukan
dari bulan Juni sampai Desember 2005 di Laboratorium Kimia Organik, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Virologi, Lipid dan
Hispatologi, Pusat Studi Satwa Primata.
Penulis berterima kasih terhadap berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian
karya ilmiah ini terutama ibu Dr. Dyah Iswantini Pradono, M.Agr dan ibu Dra. Gustini
Syahbirin, MS. Kepada Departemen Kimia yang telah memberikan dana A2 untuk penelitian
ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada staf Laboratorium Organik antara lain Ibu
Yenni, Ibu Aah, Bapak Sabur, Mas Toni, dan Kak Budi Arifin atas fasilitas dan
bimbingannya. Terima kasih kepada Ibunda tercinta, Ayahanda (alm), adeku, Ani, temanteman penelitian (Wiwi, Maya, Tri), warga walet, Dedi Irawan, soele, dan, seluruh temanteman Kimia angkatan 38 atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Febuari 2006
Salim
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 februari 1983 sebagai anak kedua dari
tiga bersaudara, anak dari pasangan KH. Abdul Rozak Ma’mun (alm) dan Hj. Nurhasanah.
Pada tahun 2001 penulis lulus SMU SULUH Jakarta dan pada tahun yang sama lulus
seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih program
studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada
tahun 2004 penulis melakukan praktek lapangan di Pusat Pengujian Obat dan Makanan
Nasional Jakarta.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ..................................... 1
Kanker.................................................................................................................. 2
Uji Toksisitas Terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach) ........................... 2
Enzim Protein Tirosin Kinase (PTK)................................................................... 2
ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assays) ................................................ 3
Mineral................................................................................................................. 3
Uji Aktivitas Enzim PTK..................................................................................... 4
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat..................................................................................................... 4
Metode penelitian................................................................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air ............................................................................................................. 6
Ekstraksi............................................................................................................... 6
Kandungan Fitokimia........................................................................................... 7
Uji Toksisitas Terhadap Larva Udang ................................................................. 8
Uji in vitro Ekstrak Terhadap Enzim Tirosin Kinase........................................... 8
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10
LAMPIRAN..................................................................................................................... 12
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hasil uji fitokimia pada sampel basah dan kering
daging buah mahkota dewa.......................................................................................... 7
2 Hasil uji fitokimia pada ekstrak etanol, akuademineral, dan air panas ........................ 8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Buah mahokta dewa ..................................................................................................... 2
2 Struktur senyawa genistein sebagai inhibitor spesifik enzim tirosin kinase ................ 3
3 Nilai LC50 pada tiap ekstrak terhadap larva A. salina Leach ....................................... 8
4 Persen inhibisi enzim tirosin kinase oleh masing-masing ekstrak ............................... 9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Prosedur pembuatan beberapa pereaksi yang digunakan dalam uji fitokimia ............. 13
2 Bagan alir penelitian .................................................................................................... 14
3 Penentuan kadar air dan rendemen .............................................................................. 15
4 Hasil uji fitokimia pada berbagai tahap percobaan ...................................................... 16
5 Aktivitas berbagai ekstrak terhadap larva udang setelah 24 jam ................................ 17
6 Contoh perhitungan nilai LC50 ektrak etanol menggunakan analisis probit ................ 18
6 Hasil uji inhibisi terhadap aktivitas enzim tirosin kinase............................................. 19
1
PENDAHULUAN
Kasus kanker di Indonesia dari tahun ke
tahun terus meningkat dan merupakan salah
satu penyebab utama kematian, terutama
kanker mulut rahim dan payudara. Kanker
merupakan suatu penyakit yang disebabkan
oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang
tidak normal dan tidak terkontrol.
Teknik pengobatan kanker yang lazim
dilakukan diantaranya pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Teknik pengobatan ini
membutuhkan biaya yang sangat mahal dan
menimbulkan efek samping seperti mual,
pusing, diare (Simadibrata 2004), terjadinya
malnutrisi (Hariani 2004), pengurangan sel
darah putih (Hukom 2004), dan kematian.
Oleh karena itu, banyak penderita kanker
mencari alternatif pengobatan yang lebih
murah dan tidak menimbulkan efek samping.
Alternatif pengobatan yang banyak
diminati oleh penderita penyakit kanker, yaitu
dengan mengkonsumsi tanaman obat yang
berpotensi sebagai anti-kanker. Kanker dapat
disebabkan oleh aktivitas enzim tirosin kinase
yang tidak normal. Salah satu tanaman obat
yang berpotensi menghambat kerja enzim
tirosin kinase yaitu daging buah mahkota
dewa.
Enzim protein kinase berperan penting
dalam mengatur pertumbuhan dan diferensiasi
sel. Aktivitas tirosin kinase sebagai reseptor
pertumbuhan dan protein onkogen sangat
penting bagi perbanyakan sel. Inhibitor
spesifik yang ditargetkan pada wilayah
aktivitas tirosin kinase dapat berpotensi
sebagai obat anti-perkembangbiakan. Salah
satu inhibitor tirosin kinase yang telah
diketahui ialah kelompok isoflavon alami,
yaitu genistein dan daidzein (Challem 2002).
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa pontensi antioksidan daging buah
mahkota dewa tua lebih besar (82,2%)
daripada daging buah muda (26,3%) (Satria
2005). Ekstrak Etanol 70% daging buah
mahkota dewa menghasilkan kadar flavonoid
yang tinggi (Anni et al. 2003). Ekstrak kasar
flavonoid buah mahkota dewa memiliki
kandungan bioakif dan berpotensi sebagai
antikanker. Buah mahkota dewa memiliki
daya hambat terhadap aktivitas enzim tirosin
kinase lebih tinggi dibandingkan dengan
genistein sebagai kontrol positif. Ekstrak
kasar flavonoid buah mahkota dewa 300 ppm
menghasilkan
penghambatan
72,11%
(Dardanella 2005).
Berdasarkan penelitian tersebut, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut, salah satunya
adalah menentukan daya inhibisi ekstrak air
dan ekstrak etanol dari buah mahkota dewa
terhadap aktivitas enzim tirosin kinase. Pelarut
air dan etanol 70% adalah pelarut yang
diperbolehkan digunakan untuk produksi
pangan dan farmasi agar produk yang
dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Pada
penelitian ini dilakukan pengujian secara in
vitro dari daya hambat kedua ekstrak daging
buah mahkota dewa terhadap aktivitas enzim
tirosin kinase. Selain itu, dilakukan juga uji
fitokimia terhadap tanaman segar dan kedua
ekstrak daging buah mahkota dewa, serta uji
toksisitas untuk menentukan nilai LC50 dengan
menggunakan larva udang.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan
membandingkan
khasiat
dari
ekstrak
akuademineral, ekstrak air panas, dan ekstrak
etanol daging buah mahkota dewa sebagai
antikanker berdasarkan daya inhibisinya
terhadap aktivitas enzim tirosin kinase.
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa
daging buah mahkota dewa yang diekstraksi
menggunakan
pelarut
etanol
dan
akuademineral memiliki potensi sebagai
antikanker.
TINJAUAN PUSTAKA
Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)
Mahkota dewa merupakan tanaman yang
berasal dari Papua. Tanaman ini dikelompokkan dalam dunia Spermatofita, filum
Angiosprmae, kelas Dycotyledoneae, ordo
Thymelaeales, famili Thymelaeaceae, dengan
genus Phaleria dan nama species Phaleria
macrocarpa (Scheff) Boerl. Tanaman ini
dikenal juga dengan nama: mahkota ratu,
pusaka dewa, mahkota raja, trimahkota, buah
simalakama, raja obat, pau (cina), dan the
crown of god (Inggris) (Harmanto 2001).
Tanaman ini berupa pohon perdu dengan
tajuk pohon bercabang-cabang. Ketinggiannya
sekitar 1,5-2,5 meter, namun jika dibiarkan,
bisa mencapai lima meter. Mahkota dewa bisa
berumur sampai puluhan tahun. Tingkat
produktivitasnya
mampu
dipertahankan
sampai usia 10 bahkan 20 tahun. Pohonnya
terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan
buah. Akarnya berupa akar tunggang yang
panjangnya bisa mencapai 100 cm. Akar ini
belum terbukti bisa digunakan untuk
pengobatan (Harmanto 2001).
2
Mahkota dewa saat ini merupakan salah
satu komoditas tanaman obat yang banyak
menjadi bahan perbincangan. Hal ini
dikarenakan banyak khasiat dari mahkota
dewa yang baru dibuktikan secara empiris dan
baru sedikit yang dibuktikan secara ilmiah.
Secara empiris tanaman ini dilaporkan
berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai
penyakit antara lain: kanker, penyakit hati,
ginjal, diabetes, asam urat, rematik, darah
tinggi, penyakit jantung, lemah syahwat,
sirosis hati, paru-paru, disentri, alergi, flu,
serta berbagi penyakit kulit (Taryono 2002).
Penelitian sebelumnya mengenai buah
mahkota dewa (Gambar 1) menunjukkan
bahwa bahan alam ini memiliki potensi tinggi
sebagai antikanker karena mempunyai daya
hambat tinggi terhadap sel Leukemia pada
konsentrasi yang rendah (4.99-7.71 μg/ml),
dan memiliki aktivitas antioksidan yang cukup
potensial (Lisdawati 2002).
Gambar 1 Buah mahkota dewa.
Buah mahkota dewa memiliki kandungan
senyawa-senyawa golongan alkaloid dan
saponin terutama pada bagian buah yang
menyebabkan buah makota dewa bersifat
racun (Winarto 2003). Selain itu, mahkota
dewa memiliki kandungan polifenol dan
flavonoid (Harmanto 2002).
Kanker
Kanker adalah suatu kondisi yang ditandai
oleh replikasi dan pertumbuhan tak terkontrol
badan sel. Kanker adalah tumor yang
membahayakan atau malignant tumor
(Siswandono & Soekarjo 1995). Sel kanker
merupakan sel yang telah kehilangan daya
aturnya. Sedangkan menurut Lisdawati (2002)
kanker adalah penyakit sel dengan ciri-ciri
kegagalan mekanisme pengatur multifikasi
dan fungsi nomeostatis lain pada organisme
multiseluler.
Kanker adalah pertumbuhan sel somatik
(sel tubuh) yang cepat dan tidak terkendali
akibat adanya mutasi pada sel itu atau karena
ketidakteraturan status hormon seseorang. Sel
kanker mempunyai sistem enzim yang yang
berbeda, yaitu jumlah macam enzim pada sel
kanker lebih sedikit dan enzim untuk
pertumbuhannya pada sel kanker lebih besar
bila dibandingkan dengan sel normal. Kanker
dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
karsinoma, sarkoma, leukemia, dan limfoma
(Ganiswara 1995). Karsinogen adalah sifat zat
atau bahan yang dapat menyebabkan penyakit
kanker. Zat ini bekerja dengan memicu
perubahan genetik tertentu dalam suatu sel
sehingga terbentuk neoplasma yang dapat
berubah menjadi kanker (Lu 1995).
Uji Toksisitas Terhadap Larva Udang
(Artemia salina Leach)
Uji toksisitas merupakan uji pendahuluan
untuk mengamati aktivitas farmakologi suatu
senyawa. Salah satu metode uji bioativitas
senyawa bahan alam adalah uji letalitas larva
udang atau uji brine shrimp lethality test
(BSLT). Metode BSLT umum digunakan
karena cepat, murah, dan sederhana (tidak
memerlukan keahlian serta peralatan khusus),
dengan hasil yang dapat dipercaya. Selain itu,
uji ini juga memiliki spektrum farmakologis
yang luas (Meyer et al. 1982).
Keunggulan penggunaan larva udang
(Artemia salina Leach) untuk uji BSLT ialah
sifatnya yang peka terhadap bahan uji, siklus
hidup yang lebih cepat, mudah dibiakkan, dan
harganya yang relatif murah. A. salina yang
baik digunakan untuk uji BSLT ialah yang
berumur 48 jam sebab jika berumur lebih dari
48 jam dikhawatirkan kematiannya bukan
disebabkan toksisitas ekstrak melainkan oleh
terbatasnya persediaan makanan (Meyer et al.
1982).
Dari uji BSLT, diperoleh nilai konsentrasi
letal 50% (LC50), yaitu dosis senyawa bioaktif
yang dapat menyebabkan kematian 50%
hewan uji. Penentuan LC50 dengan derajat
kepercayaan 95% ditentukan dengan program
analisis probit Finney. Senyawa kimia
dikatakan berpotensi bioaktif jika mempunyai
nilai LC50 kurang dari 1000 ppm (Meyer et al.
1982).
Enzim Protein Tirosin Kinase (PTK)
Aktivitas banyak enzim, protein target,
dan saluran membran diatur oleh fosforilasi,
yaitu suatu tipe modifikasi kovalen bolakbalik yang umum. Enzim yang mengkatalisis
reaksi seperti ini disebut protein kinase.
Terdapat dua kelompok protein kinase: (1)
3
Protein kinase yang memfosforilasi jenis
spesifik serin dan treonin, dan (2) Protein
kinase yang memfosforilasi jenis spesifik
residu tirosin (Mahlmann 2000). Pada
berbagai gen yang berkaitan dalam transduksi
sinyal melalui reseptor membran sel, hanya
beberapa yang terekspresi banyak di tumor.
Bagian terbesar dalam transduksi sinyal
adalah reaksi fosforilasi dan defosforilasi dari
residu tirosin dalam protein faktor yang
berkaitan dalam pengaturan sinyal.
Akseptor dalam reaksi fosforilasi protein
terjadi dalam sel ketika jumlah ATP
berlimpah. Pada reaksi fosforilasi, gugus
terminal (gama) fosforil milik ATP ditransfer
ke gugus serin, treonin, atau tirosin. Enzim
PTK adalah enzim yang mengkatalisis transfer
gugus fosforil dari ATP ke tirosin pada
substrat
protein
yang
mengakibatkan
perubahan struktur dan fungsi substrat
(O’Dwyer et al. 2000). Enzim PTK (EC
2.7.1.112) dikenal juga dengan berbagai nama
seperti tirosilprotein kinase, protein kinase
(tirosin), ataupun gen lck tirosin kinase.
Mutasi yang menyebabkan aktivitas tirosin
kinase
yang
tidak
terkontrol
akan
mengakibatkan kanker (Mahlmann 2000).
Inhibitor spesifik enzim tirosin kinase
yang umum digunakan adalah senyawa
isoflavonoid genistein. Genistein (4’,5,7trihidroksiisoflavon) merupakan prekursor
umum dalam biosintesis antimikrobial
pitoaleksin dan pitoantisipin pada tumbuhan
polong-polongan, dan molekul nutraceutical
penting yang terdapat dalam biji kedelai.
Genistein dapat menghambat kerja DNA
topoisomerase dan protein tirosin kinase
seperti yang dimiliki oleh antioksidan dan
aktivitas inhibitor siklus sel (Gambar 2).
Genistein memblokade EGF-mediated tirosin
fosforilasi di dalam sel karsinoma epidermal
manusia dan menghambat fosforilasi dari
EGF-reseptor atau pada substrat tirosin kinase
(Dixon 2002).
O
HO
OH
O
OH
Gambar 2 Struktur senyawa genistein sebagai
inhibitor spesifik enzim tirosin
kinase.
MINERAL
Mineral hampir selalu ditemukan dalam
air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya
sangat terbatas. Dalam kondisi normal,
beberapa macam logam baik logam ringan
maupun logam berat jumlahnya sangat sedikit
dalam air. Beberapa logam itu besifat esensial
dan sangat dibutuhkan dalam proses
kehidupan, misalnya kalsium (Ca), fosfor (P),
magnesium (Mg) yang merupakan logam
ringan berguna untuk pembentukan kutikula
atau sisik pada ikan dan udang. Sedangkan
tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn),
merupakan logam berat yang sangat
bermanfaat dalam pembentukan haemosianin
dalam sistem darah dan enzimatik ( Darmono
1995).
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan
memegang
peranan
penting
dalam
pemiliharan fungsi tubuh, baik pada tingkat
sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh
secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan
magnesium berperan dalam berbagai tahap
metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam
aktivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion
mineral di dalam cairan tubuh diperlukan
untuk pengaturan perkerjaan enzim-enzim,
pemeliharan
keseimbangan
asam-basa,
membantu transfer ikatan-ikatan penting
membran sel dan pemeliharan kepekaan otot
dan syaraf terhadap rangsangan (Almatsier
2002). Mineral digolongkan ke dalam mineral
makro dan mineral mikro. Mineral makro
adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan
mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg
sehari.
ELISA
(Enzyme-Linked Immunosorbent Assays)
Enzyme-Linked immunosorbent Assays
(ELISA) atau uji kadar imunosorbent terikatenzim merupakan metode analisis yang
didasarkan reaksi antara antigen dan antibodi
yang dideteksi oleh antibodi lain. Metode ini
sangat bermanfaat untuk mengukur senyawa
tertentu dalam larutan seperti serum, urin dan
supernatant dari jaringan (culture supernatan).
Metode ini juga banyak digunakan di
laboratorium untuk mendeteksi adanya
komponen antigen atau komponen antibodi
dari sampel yang diuji (Tizard 1987).
Terdapat beberapa variasi teknik ELISA
secara umum, yaitu langsung (direct), tidak
langsung (indirect), kompetitif, sandwich dan
modifikasi dari semua teknik ini. Masingmasing teknik memiliki fungsi yang berbeda,
teknik langsung, kompetitif dan sandwich
umumnya digunakan untuk mendeteksi
antigen, sedangkan teknik tidak langsung
4
untuk mendeteksi antibodi (Voller et al.
1979). Secara umum metode ELISA banyak
dipilih karena ELISA merupakan uji serologis
yang relatif cepat dan murah untuk dilakukan
di laboratorium.
Uji Aktivitas Enzim PTK
Penelitian ini menggunakan uji aktivitas
enzim dengan memakai metode Enzyme
Linked Immunosorbent Assay (ELISA).
ELISA merupakan metode yang paling luas
digunakan untuk pengujian yang dikenal
dengan enzyme immunoassay (EIA). Terdapat
dua teknik dasar yaitu, direct ELISA yang
mendeteksi antigen dan indirect ELISA yang
mendeteksi
antibodi.
Metode
ini
menggunakan lempeng mikrotiter yang terdiri
atas sejumlah sumur yang dangkal. Prosedur
dengan ELISA lebih menguntungkan karena
dalam pengerjaannya tidak membutuhkan
keahlian khusus dan hasil uji dapat
menunjukkan hasil yang positif dan negatif
dengan jelas. Selain itu metode ELISA
memiliki kesensitifan dan kespesifikan yang
tinggi (Voller et al. 1979). Beberapa
keuntungan dari prosedur ini adalah
kespesifikan dan kesensitifan yang tinggi
dibandingkan dengan metode radioaktif,
pengujian yang mudah dan dapat dipercaya,
penunjukkan yang cepat dan ukuran
komponen yang tepat untuk penanganan yang
mudah. Selain itu, jika dibandingkan dengan
metode radioaktif metode ini lebih aman.
Sistem peralatan pengujian Protein Tirosin
Kinase (PTK) untuk penentuan aktivitas
protein tirosin kinase secara in vitro
didasarkan pada uji ELISA dengan
menggunakan mikropelat yang dilapisi
dengan substrat polimer PTK yang spesifik.
Mikropelat dilapisi dengan substrat polimer
acak sintetik poli-Glu-Tyr (PGT) yang
mengandung residu tirosin. Reaksi fosforilase
dimulai dengan penambahan PTK dalam
buffer tirosin kinase. Substrat polimer
terfosforilasi diperiksa sebagai antibodi
monoklonal spesifik fosfotirosin murni yang
mengkonjugasikan horseradish peroxidase
(HRP). Warna terbentuk oleh substrat
kromogenik HRP (OPD). Warna yang
terbentuk
dikuantisasi
dengan
spektrofotometri dan menggambarkan jumlah
relatif aktivitas tirosin kinase dalam sampel
(kualitatif). Aktivitas protein tirosin kinase
dalam sampel (kuantitatif) didapat dari kontrol
EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor)
atau perhitungan grafik aktivitas EGFR pada
panjang gelombang 492 nm terhadap unit
aktivitas EGFR (Sigma).
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah daging buah
mahkota dewa yang diperoleh dari kebun
tanaman obat Karyasari Leuwiliang Bogor, kit
untuk uji aktivitas tirosin kinase dengan
metode ELISA, proteleum eter, metanol,
kloroform, heksana, logam Mg, amil alkohol,
HCl 2 N, HCl 37%, etanol 95%, NH4OH,
H2SO4 pekat, eter, anhidrida asetat, NaOH,
FeCl3, air laut, bibit A. salina Leach, aquades,
air panas, akuademineral, dan etanol 70%,
serta pereaksi Dragendorf, Mayer, Wagner,
dan Lieberman-Burchard (Lampiran 1)
Alat yang digunakan adalah alat-alat kaca,
alat-alat ekstraksi, labu penguap putar,
pengering beku, pipet mikro, mikroplate,
cawan porselin, pinggan porselin, pipet Mohr,
pipet volumetrik, gelas piala (vial), neraca
analitik, aerator, oven, dan peralatan ELISA.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri atas tiga bagian, yaitu
(1) Analisis bahan, ekstraksi, penentuan
rendemen, dan uji fitokimia ekstrak; (2) Uji
toksisitas ekstrak dengan menggunakan nilai
LC50; (3) Penentuan daya inhibisi ekstrak
terhadap aktivitas tirosin kinase. Bagan alir
penelitian terdapat pada Lampiran 2.
Penentuan Kadar Air
Bagian tanaman yang sudah dibersihkan,
kemudian dikeringkan dalam oven suhu 450C
sampai memiliki kadar air 10 %. Pengukuran
kadar
air
dilakukan
dengan
cara
mengeringkan cawan porselin pada suhu
105oC selama 30 menit, kemudian
didinginkan dalam eksikator dan ditimbang.
Serbuk tanaman kering ditimbang sebanyak 3
gram, lalu dimasukkan ke dalam cawan
porselin dan dikeringkan dalam oven pada
suhu 105oC selama 3 jam. Setelah itu
didinginkan dalam eksikator dan ditimbang.
Prosedur dilakukan berulang-ulang hingga
diperoleh bobot tetap.
Ekstraksi dengan Pelarut Etanol 70%
Serbuk daging buah mahkota dewa kering
dicuci dengan pelarut heksana selama 3 jam.
Sampel kemudian diekstraksi dengan etanol
70% selama 2 hari lalu disaring. Ekstraksi
5
dilakukan 3 kali. Filtrat yang diperoleh
dipekatkan dengan labu penguap putar pada
suhu dibawah 50oC sampai diperoleh residu
kering. Hasil ekstrak ini selanjutnya
digunakan untuk penentuan nilai LC50 dan
diuji daya inhibisinya terhadap aktivitas enzim
tirosin kinase.
Ekstraksi
dengan
Pelarut
Air
Terdemineralisasi (Akuademineral)
Serbuk
daging buah mahkota dewa
kering dicuci dengan l pelarut heksana selama
3 jam. Sampel yang telah dicuci dengan
heksana kemudian diekstrak secara maserasi
dengan akuademineral selama 2 hari.
Ekstraksi dilakukan 3 kali. Filtrat yang
dihasilkan dikeringkan menggunakan metode
pengering beku (freeze-dried). Ekstrak kering
yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk
penentuan nilai LC50 dan pengujian daya
inhibisi terhadap enzim tirosin kinase.
Ekstraksi dengan Pelarut Air Panas (Air
Seduhan)
Serbuk daging buah mahkota dewa
diseduh dengan air mendidih kemudian
diaduk terus sampai menjadi dingin lalu
disaring. Filtrat yang diperoleh dikeringkan
menggunakan metode pengering beku (freezedried). Ekstrak kering yang diperoleh
selanjutnya digunakan untuk penentuan nilai
LC50 dan pengujian daya inhibisi terhadap
enzim tirosin kinase.
Uji Fitokimia (Metode Harborne 1996).
Uji fitokimia yang akan dilakukan
meliputi uji alkaloid, uji flavonoid, uji
terpenoid dan steroid, uji saponin, uji kuinon
serta uji tanin.
Uji Alkaloid. Sebanyak 1 gram ekstrak
dilarutkan dengan kloroform dan beberapa
tetes NH4OH kemudian disaring dalam tabung
reaksi tertutup. Ekstrak kloroform dalam
tabung reaksi dikocok dengan 10 tetes H2SO4
2 M lalu lapisan asamnya dipisahkan dalam
tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini
diteteskan pada
lempeng
tetes
dan
ditambahkan pereaksi Dragendorf, Mayer dan
Wagner yang akan menimbulkan endapan
dengan warna berturut-turut merah jingga,
putih, dan coklat.
Uji Flavonoid. Sebanyak 5 mL filtrat
ditambahkan serbuk magnesium (0,5 gram), 1
mL alkohol klorhidrat (campuran HCl 37%
dan etanol 95% dengan volume sama), dan
amil alkohol, kemudian dikocok kuat-kuat.
Terbentuknya warna merah, kuning, dan
jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan
adanya golongan flavonoid.
Sebanyak 1 mL ekstrak ditambah dengan 1
mL metanol 95%, 0.5 g Zn, dan 2 tetes HCl
2N, didiamkan selama 2 menit lalu ditambah
1 mL HCl pekat. Uji akan positif untuk
glikosida flavonoid bila dalam 2-5 menit
terbentuk warna merah intensif.
Uji Terpenoid dan Steroid. Sebanyak 2
gram ekstrak tanaman dilarutkan dengan 25
mL etanol panas (50oC) kemudian disaring
kedalam pinggan poeselin dan diuapkan
sampai kering. Residu ditambahkan eter dan
ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng
tetes lalu ditambahkan 3 tetes anhidrida asam
asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji
Lieberman-Buchard). Warna merah atau ungu
menunjukkan
kandungan
triterpenoid
sedangkan warna hijau atau biru menunjukkan
kandungan steroid.
Uji Saponin. Sebanyak 1 gram ekstrak
tanaman dimasukkan ke dalam gelas piala dan
ditambahkan 100 mL air panas dan dididihkan
selama 5 menit kemudian disaring dan filtrat
digunakan untuk pengujian. Uji saponin
dilakukan dengan pengocokan 10 mL filtrat
ke dalam tabung tertutup selama 10 menit.
Timbulnya busa hingga selang waktu 10
menit (buih stabil) menunjukkan adanya
saponin.
Uji Kuinon. Sebanyak 1 gram ekstrak
tanaman ditambah 100 mL air panas,
dididihkan selama 5 menit dan disaring. Ke
dalam 10 mL filtrat ditambahkan beberapa
tetes NH4OH. Warna merah yang terbentuk
menunjukkan adanya kuinon.
Uji Tanin. Sebanyak 1 gram ekstrak
tanaman ditambahkan 100 mL air panas,
dididihkan selama 5 menit dan disaring.
Sebagian
filtrat
ditambahkan
FeCl3.
Terbentuknya warna biru tua atau hitam
kehijauan menunjukkan terdapatnya tanin.
Uji Toksisitas (LC50)
Penetasan Kista A. salina Leach. Kista A.
salina ditimbang sebanyak 50 mg kemudian
dimasukkan ke dalam vial yang berisi air laut
yang sudah disaring. Setelah diaerasi kista
dibiarkan selama 48 jam di bawah
pencahayaan lampu agar menetas sempurna.
Larva yang sudah menetas diambil untuk
digunakan dalam uji toksisitas.
Uji toksisitas terhadap A. salina. Sebanyak
10 ekor larva A. salina dimasukkan ke dalam
vial yang berisi air laut lalu ditambahkan
larutan ekstrak (ekstrak air, etanol, dan
ekstrak kasar flavonoid) sehingga konsentrasi
akhirnya menjadi 1000, 500, 100 dan 10 ppm.
Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dengan
6
menghitung jumlah larva yang mati dari total
larva yang dimasukkan ke dalam vial.
Perhitungan larva udang menggunakan
bantuan kaca pembesar. Pengolahan data
persen mortalitas kumulatif digunakan analisis
probit LC50 dengan selang kepercayaan 95%.
Kontrol dilakukan dengan air laut tanpa
penambahan ekstrak.
Penentuan
Daya
Inhibisi
Ekstrak
Terhadap
Aktivitas
Tirosin
Kinase
Pelapisan 96-wells Microtiter Plate
Peralatan uji protein kinase (PTK)
disediakan dengan sumur yang dapat
dipindahkan sehingga pengujian dapat
dilakukan hanya dengan jumlah sumur yang
diperlukan dalam percobaan khusus.
Pelapisan dilakukan dengan cara-cara
berikut. Plastik penutup dilepaskan dari
tempatnya, kemudian jumlah sumur yang
diperlukan ditempatkan dalam well holder.
Polimer sintetik acak poli-Glu-Tyr (PGT) dan
protein tirosin kinase substrat dilarutkan
dengan PBS (phosphate buffered saline), dan
sebanyak
125 μL substrat tersebut
ditambahkan ke dalam masing-masing sumur,
kemudian ditutup. Setelah itu plate diinkubasi
pada suhu 37oC selama semalam, jika
diperlukan waktu pelapisan dapat diperpendek
menjadi 4 jam. Larutan pelapis dibuang dan
masing-masing sumur dicuci dengan 200 μL
buffer pencuci (PBS-Tween 20). Sisa buffer
pencuci dibuang dan sumur plate dikeringkan
selama 2 jam pada suhu 30oC.
Pengujian Protein Tirosin Kinase
Pelarut buffer tirosin kinase (BTK) dengan
konsentrasi 1x dibuat dengan cara, sebanyak 1
mL BTK konsentrasi 10x dilarutkan dengan 9
mL air deionisasi. Sebanyak 5 μL EGFR
(Epidermal Growth Factor Receptor) (20U)
dicairkan, kemudian ditambah 95 μL BTK
(1x),
lalu campuran dihomogenkan dan
disimpan dalam es. Larutan stok ATP
dicairkan, kemudian sebanyak 40 μL larutan
ATP ditambahkan pada 1 mL BTK (1x),
dicampurkan lalu disimpan dalam es.
Sebanyak 90 μL BTK (1x) yang mengandung
ATP dimasukkan ke dalam setiap sumur.
Sebagai blanko digunakan 20 μL BTK (1x)
yang dimasukkan ke dalam sumur. Sedangkan
untuk kontrol digunakan EGFR sebanyak 20
μL (4U) dan sampel yang diuji, dilarutkan
dengan perbandingan 1:1 atau 1:2 dan
seterusnya dalam BTK. Konsentrasi akhir
ATP dalam reaksi PTK adalah 0,3 mM.
Setelah itu sumur-sumur ditutup dan
diinkubasi pada temperatur kamar selama 30
menit. Campuran dikeluarkan dari setiap
sumur, dan sumur dicuci dengan 200 μL
buffer pencuci dengan lima kali pengulangan.
Setelah itu, sebanyak 100 μL larutan antibodi
konjugat (HRP, Horse Radish Peroxidase)
dengan pelarutan yang tepat dimasukkan ke
dalam sumur. Sumur ditutup dan diinkubasi
selama 30 menit pada temperatur ruangan.
Larutan substrat peroksidase segar dibuat
dengan cara pelarutan satu tablet OPD (0Phenylenediamine) dan satu tablet urea
hidrogen peroksida dalam 20 mL air
deionisasi, dicampurkan sampai larut dan
hindarkan dari cahaya sampai digunakan,
larutan ini tidak untuk disimpan. Setelah itu,
larutan antibodi dikeluarkan dari sumur,
kemudian masing-masing sumur dicuci
dengan 200 μL buffer pencuci, pencucian
dilakukan lima kali. Kemudian, sebanyak 100
μL larutan substrat OPD segar ditambahkan
pada masing-masing sumur dan diinkubasi
selama tujuh menit dalam keadaan gelap dan
suhu ruangan. Warna jingga-kuning akan
muncul dalam sumur yang positif. Reaksi
dihentikan dengan penambahan 100
μL
H2SO4 2,5 N pada masing-masing sumur.
Sumur diukur serapannya pada 490 nm.
Pengukuran harus dalam waktu 30 menit
dalam mikroplat ELISA yang ditetapkan pada
hari penambahan larutan penghenti.
Kurva aktivitas PTK dapat dibuat dengan
kontrol EGFR, dilakukan dengan proses yang
sama, hanya adanya modifikasi pada
konsentrasi EGFR. Sebanyak 5 μL EGFR
(20U) dicairkan dan ditambah 45 μL TKB 1x,
kemudian dicampurkan. Ini menunjukkan
pada 8U EGFR/20μL, dibuat seri larutan dari
GFR dengan TKB sehingga mewakili 0,25U,
0,5U, 1U, 2U, dan 4U EGFR.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Penentuan kadar air berguna untuk
menyatakan kandungan zat dalam tumbuhan
sebagai % bahan kering. Selain itu juga untuk
mengetahui ketahanan suatu bahan dalam
penyimpanan (Harjadi 1993). Bila kandungan
air yang terkandung dalam suatu bahan
berkisar antara 3% dan 7%, maka kestabilan
optimum
bahan
akan
tercapai
dan
pertumbuhan
mikrob
dapat
dikurangi
sehingga dapat memperpanjang masa simpan
tanaman kering (Winarno 1997).
7
Kadar air yang diperoleh dari bahan basah
dan serbuk daging buah mahkota dewa
masing-masing sebesar 90,48 % dan 9,71 %
(Lampiran 3). Kadar air yang dihasilkan
ternyata lebih dari kisaran 3−7% (Winarno
1997). Oleh sebab itu, sebaiknya sampel harus
langsung digunakan agar tidak terjadi
penyimpangan, atau dapat dikeringkan
kembali untuk menghindari aktivitas mikrob.
Ekstraksi
Ekstraksi yang dilakukan menggunakan
metode maserasi. Metode ini dipilih untuk
mencegah rusaknya senyawa metabolit
sekunder yang tidak tahan terhadap suhu
tinggi. Pelarut yang digunakan dalam
ekstraksi daging buah mahkota dewa adalah
air panas, akuademineral, dan etanol 70%,
dengan nisbah 1:4.
Pelarut etanol digunakan karena etanol
memiliki
dua
gugus
yang
berbeda
kepolarannya, yaitu gugus hidroksil yang
bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat
nonpolar. Dengan adanya kedua gugus ini
diharapkan senyawa-senyawa dengan tingkat
kepolaran yang berbeda akan terekstrak ke
dalam etanol. Selain itu, produksi skala
industri biasanya menggunakan pelarut etanol.
Air panas dipilih sebagai pelarut karena
umumnya masyarakat menggunakan air panas
untuk menyeduh atau merebus obat.
Penggunaan akuademineral (bebas mineral)
bertujuan
untuk
mengetahui
dan
membandingkan pengaruh mineral yang ada
dalam air panas terhadap daya inhibisi tirosin
kinase.
Daging buah mahkota dewa yang sudah
dikeringkan dengan oven sebagian diekstraksi
menggunakan n-heksana. Hal ini dilakukan
untuk menghilangkan lemak yang mungkin
dapat
mengganggu
proses
ekstraksi
selanjutnya. Ampas yang ada lalu di ekstraksi
menggunakan pelarut etanol 70% dan
akuademineral.
Ekstrak
etanol
70%
dipekatkan menggunakan penguap putar pada
suhu 40oC untuk mencegah kemungkinan
terjadinya kerusakan komponen yang
terkandung dalam ekstrak.
Poses penghilangan lemak tidak dilakukan
terlebih dahulu untuk sampel yang diekstraksi
dengan air seduhan. Hal ini didasari oleh
pemakaian tradisional daging buah mahkota
dewa sebagai obat secara tradisional, yaitu
dengan cara diseduh. Ekstrak yang diperoleh
kemudian dikeringkan dengan pengering beku
(freeze-dried) untuk menghindari kerusakan
komponen dalam ekstrak. Pada proses freeze
drying, bahan dibekukan terlebih dahulu dan
es yang terjebak di dalamnya dibuang dengan
pompa vakum (es menyublim) sehingga air
dapat disingkirkan tanpa merusak bahan yang
dikeringkan (Daintith 1990) dan dapat
mencegah kemungkinan hilangnya senyawaan
tertentu yang tidak tahan terhadap kalor.
Semua ekstrak yang dihasilkan berbentuk oily
dan berwarna coklat kemerahan. Rendemen
yang dihasilkan dari ekstrak pelarut etanol
70%, akuademineral, dan air panas masingmasing sebesar 15.5 %, 7.02%, dan 12.68%.
Kandungan Fitokimia
Analisis fitokimia adalah salah satu cara
untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder pada suatu tanaman. Analisis
fitokimia dilakukan terhadap sampel basa,
kering, dan ekstrak daging buah mahkota
dewa. Senyawa-senyawa yang diperiksa
keberadaannya meliputi flavonoid, alkaloid,
tanin, saponin, kuinon, terpenoid dan steroid
(Lampiran 4). Hasil uji fitokimia yang didapat
untuk sampel basah dan kering adalah daging
buah mahkota dewa mengandung flavonoid,
alkaloid, tanin, dan saponin (Tabel 1).
Flavonoid memberikan hasil positif pada
semua ekstrak yang diuji (Tabel 2). Hal ini
dikarenakan beberapa senyawa flavonoid
mudah larut dalam air, terutama bentuk
glikosidanya. Alkaloid memberikan hasil
positif pada semua ekstrak yang diuji.
Menurut Harbone (1996) alkaloid memiliki
kelarutan yang berbeda. Alkaloid umumnya
larut dalam pelarut lipofil tetapi dalam bentuk
garamnya larut dalam pelarut hidrofil.
Alkaloid dalam tanaman umumnya terdapat
dalam bentuk garam, sehingga alkaloid dapat
diekstrak dengan pelarut hidrofil.
Saponin adalah senyawa aktif yang
menimbulkan busa jika dikocok. Saponin
memberikan hasil positif pada semua bahan
yang diuji (Tabel 1 dan 2).
Tabel 1 Hasil uji fitokimia pada sampel
basah dan kering daging buah
mahkota dewa
Sampel
Senyawa
Basah
Kering
Flavonoid
+
+
Alkaloid
+
+
Tanin
+
+
Saponin
+
+
Kuinon
Terpenoid
Steroid
Keterangan : + = memberikan hasil positif
8
= memberikan hasil negatif
Hal ini terjadi karena saponin merupakan
senyawa glikosida terpenoid atau glikosida
steroid dan bersifat polar (Robinson 1993).
Uji tanin menunjukkan hasil positif pada
semua ekstrak yang diuji. Hal ini terbukti dari
hasil pengujian menghasilkan warna hijau
kehitaman. Senyawa metabolit sekunder yang
terekstraksi oleh pelarut akuademineral dan
air panas jumlah dan jenisnya sama. Hal ini
menunjukkan bahwa pemanasan yang
dilakukan tidak merusak kandungan metabolit
sekunder.
Triterpenoid dan steroid memberikan hasil
negatif pada semua ekstrak yang uji. Hal ini
disebabkan pada sampel basa dan kering tidak
mengandung senyawa triterpenoid dan steroid.
Senyawa triterpenoid dan steroid umumnya
larut dalam lemak atau pelarut nonpolar.
Saponin, flavonoid, alkaloid, dan tanin
memberikan hasil positif pada semua bahan
yang diuji. Hal ini sesuai dengan berbagai
literatur yang menyatakan bahwa daging buah
mahkota dewa diduga mengandung alkaloid,
saponin, flavonoid, dan tanin (Harmanto
2003; Lisdawati 2002; Sumastuti 200)
Tabel 2 Hasil uji fitokimia pada ekstrak
etanol, akuademineral, dan air panas
Ekstrak
Senyawa
Air
Etanol Akudemineral
Panas
Flavonoid
+
+
+
Alkaloid
+
+
+
Tanin
+
+
+
Saponin
+
+
+
Kuinon
Terpenoid
Steroid
Keterangan: + = memberikan hasil positif
- = memberikan hasil negatif
Uji Toksisitas Terhadap Larva Udang
.
Larva udang yang digunakan adalah larva
udang yang berada pada kondisi paling peka
terhadap kondisi lingkungannya. Hal ini
disebabkan oleh keadaan membran kulitnya
yang sangat tipis, sehingga memungkinkan
terjadinya difusi zat dari lingkungan yang
memengaruhi metabolisme dalam tubuhnya.
Kondisi ini biasanya ketika larva berumur dua
hari atau 48 jam. Jika larva berumur lebih dari
48 jam dikhawatirkan kematiannya bukan
disebabkan toksisitas ekstrak, melainkan oleh
terbatasnya persediaan makanan (Meyer et al.
1982).
Menurut Meyer et al. (1982), suatu ekstrak
atau fraksi dari suatu tanaman dianggap
memiliki efek positif terhadap uji kematian
larva udang jika LC50 nya kurang dari 1000
ppm, hanya spektrum keaktifannya masih
sangat luas. Hasil perlakuan penambahan
ekstrak selama 24 jam terhadap larva udang
ditunjukkan oleh Lampiran 5. Jumlah larva
udang yang mati akibat penambahan ekstrak
kasar
kemudian
dianalisis
dengan
menggunakan analisis probit (Lampiran 6).
Hasil pengujian menunjukkan semua ekstrak
daging buah mahkota dewa mengandung
senyawa bioaktif. Hal ini ditunjukkan dari
nilai LC50 kurang dari 1000 ppm.
Ekstrak etanol menghasilkan nilai
toksisitas LC50 sebesar 542,42 ppm, ekstrak
akuademineral 543,68 ppm, dan ekstrak air
panas sebesar 548,62 ppm (Gambar 5). Hasil
ini menunjukkan bahwa semua ekstrak
memiliki senyawa metabolit sekunder yang
aktif dan toksik. Konsentrasi LC50 yang
diperoleh dari semua ekstrak tidak jauh
berbeda dengan konsentrasi LC50 dari ekstrak
kasar flavonoid sebesar 541,76 ppm
(Dardanella 2005). Pengujian tingkat toksisitas dari ekstrak yang diperoleh, dilakukan
untuk menentukan konsentrasi yang akan
digunakan pada uji enzimatis terhadap enzim
tirosin kinase.
548.62
549
548
Konsentrasi (ppm)
-
547
546
545
543.68
544
542.42
543
542
541
540
539
Ekstrak etanol
70%
Ekstrak air
panas
Ekstrak
akuademineral
Gambar 3 Nilai LC50 pada tiap ekstrak
terhadap larva A. salina.
Uji In vitro Ekstrak Terhadap
Enzim Tirosin Kinase
Uji in vitro dari semua ekstrak
menggunakan uji ELISA ( Enzyme linked
immunosorbent assay). Konsentrasi yang
digunakan pada pengujian terhadap enzim
tirosin kinase secara in vitro ini adalah
konsentrasi yang berada di bawah nilai LC50
dari masing-masing ekstrak. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui daya hambat aktivitas
9
tersendiri dalam menghasilkan nilai daya
hambat pada aktivitas tirosin kinase.
Metabolit sekunder flavonoid sudah
banyak diketahui sebagai inhibitor spesifik
dari tirosin kinase. Berdasarkan uji fitokimia,
kandungan
flavonoid
pada
ekstrak
akuademineral dan air panas lebih besar
daripada kandungan senyawa metabolit
sekunder lain. Maka, diduga senyawa
flavonoid memiliki peran yang cukup besar
dalam aktivitasnya menghambat tirosin
kinase. Dalam penelitian sebelumnya ditunjukkan bahwa daya hambat ekstrak kasar
78.38
80
73.52
63.61
70
60
% Inhibisi
enzim pada keadaan yang tidak toksik
sehingga dapat diketahui tingkat kekuatan dari
ekstrak yang digunakan pada kondisi yang
paling aman bagi tubuh.
Konsentrasi yang dipilih untuk uji ini
adalah 300 ppm. Konsentrasi ini dipilih
karena pada penelitian sebelumnya daya
inhibisi yang dihasilkan paling besar pada
konsentrasi 300 ppm (Dardanella 2005).
Pengujian dilakukan dengan kontrol
negatif (tanpa penambahan ekstrak) dan
kontrol positif (mengandung genestein). Hasil
yang diperoleh berupa absorbansi dari
aktivitas enzim tirosin kinase (Lampiran 7).
Semakin rendah nilai absorbansi yang
dihasilkan akibat ekstrak yang ditambahkan
semakin besar pula daya hambat terhadap
aktivitas enzim tirosin kinase. Hal ini
dikarenakan produk yang dihasilkan oleh
enzim tersebut akan semakin sedikit.
Gambar 6 menunjukkan persen inhibisi
setiap ekstrak terhadap aktivitas enzim tirosin
kinase. Ekstrak etanol, akuademineral, dan air
panas masing-masing menghasilkan inhibisi
sebesar 63,61%, 78,38%, dan 73,52%. Hasil
pengujian menunjukkan semua ekstrak
memiliki tingkat inhibisi lebih besar
dibandingkan genestein. Hal ini menunjukkan
bahwa semua ekstrak berpotensi sebagai
antikanker. Ekstrak akuademineral menghasilkan daya inhibisi paling besar dibandingkan
dengan genistein (kontrol positif) dan ekstrak
lainnya. Hal ini diduga bahwa senyawasenyawa metabolit sekunder yang terekstraksi
pada pelarut akuademineral lebih dapat
menghambat
aktivitas
tirosin
kinase.
Kemungkinan senyawa-senyawa tersebut
terikat dengan sisi aktif enzim secara lebih
dominan dibandingkan dengan senyawa pada
ekstrak lain.
Uji fitokimia menunjukkan kandungan
senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada ekstrak air panas dan ekstrak
akuademineral sama dalam hal jenis ataupun
jumlahnya (Tabel 2) tetapi daya inhibisi
ekstrak air panas terhadap aktivitas tirosin
kinase lebih rendah dibandingkan dengan
akuademineral. Berdasarkan hasil tersebut
diduga kandungan mineral yang terdapat di
dalam air panas seperti kalsium, magnesium,
besi, atu zeng berfungsi sebagai kofaktor bagi
tirosin kinase itu sendiri atau menghambat
bioaktivitas senyawa metabolit pada ekstrak
(efek antagonis). Keberadaan dari beberapa
senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid,
alkaloid, tanin, dan terpenoid pada ekstrak
kasar yang diujikan, diduga memiliki peran
50
40
30
20
10
6.02
0
0
EGFR ( - )
Genestein (+) Ekstrak etanol
70%
Ekstrak air
panas
Ekstrak
akuademineral
Gambar 4 Persen inhibisi enzim tirosin kinase
oleh masing-masing ekstrak.
flavonoid pada tanaman daging buah mahkota
dewa lebih tinggi daripada genistein terhadap
aktivitas tirosin kinase pada konsentrasi yang
sama (300 ppm) sebesar 72,11 % (Dardanella
2005). Genistein yang digunakan sebagai
kontrol positif pada penelitian ini lazim
digunakan sebagai standar dalam menganalisis daya inhibisi dari tirosin kinase. Senyawa
flavonoid ini berinteraksi secara kompetitif
dengan sisi aktif ATP dan non-kompetitif
dengan sisi aktif substrat dari tirosin kinase
(Akiyama et al. 1987). Alkaloid yang
terekstraksi dalam ketiga ekstrak kasar
tanaman mahkota dewa juga diduga
menyebabkan tingginya daya inhibisi.
Beberapa penelitian tentang studi alkaloid
menunjukkan efek toksisitasnya terhadap sel
kanker (Alexandrova et al. 2000) dan terbukti
efektif dalam mengobati pasien kanker
payudara metastatik.
Saponin
dalam
tumbuhan
sudah
dimanfaatkan untuk pengobatan. Saponin
yang terkandung pada tanaman ciplukan
berkhasiat sebagai antitumor dan menghambat
pertumbuhan kanker terutama kanker usus
besar (Mangan 2003). Selain itu saponin yang
terdapat pada tanaman kunyit, tapak dara,
sabung nyawa, mengkudu,dan kitolod
memiliki khasiat sebagai antikanker (Mangan
10
2003). Saponin yang terekstraksi dalam ketiga
ekstrak kasar tanaman mahkota dewa juga
diduga menyebabkan tingginya daya inhibisi.
Tanin adalah kandungan senyawa
tumbuhan yang bersifat fenol. Senyawa ini
juga diduga sebagai salah satu dari senyawa
aktif yang dapat menginhibisi tirosin kinase.
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa
senyawa ini mempunyai aktivitas antioksidan,
penghambat pertumbuhan tumor, serta dapat
menghambat enzim seperti transkriptase dan
DNA topoisomerase (Robinson 1993).
Hasil uji ELISA terhadap ekstrak dengan
pelarut akuademineral (78,38%) dan air panas
(73,52%) menghasilkan daya inhibisi lebih
besar dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya yaitu ekstrak kasar flavonoid
buah mahkota dewa 300 ppm menghasilkan
penghambatan 72,11% (Dardanella 2005). Hal
ini mungkin dikarenakan senyawa metabolit
sekunder yang terekstrak dalam akuademineral dan air panas berkerja secara sinergis
untuk menghambat kerjanya enzim tirosin
kinase.
Semua
ekstrak
yang
dihasilkan
menunjukkan sifat inhibitor yang baik
terhadap enzim tirosin kinase, bahkan
memiliki daya hambat lebih besar daripada
kontrol positif genestein. Hal ini sangat
berguna sebagai bukti ilmiah pada kajian
potensi dari beberapa tanaman yang
berpotensi sebagai antikanker.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sampel daging buah mahkota dewa basah,
kering, ekstrak etanol, akuademineral, air
seduhan mengandung senyawa flavonoid,
alkaloid, tanin, dan saponin. Rendemen yang
diperoleh dari hasil ekstraksi dengan pelarut
etanol 70%, akuademineral dan air seduhan
serbuk daging buah mahkota dewa masingmasing sebesar 15,59%, 12,68% dan 7,02%.
Nilai LC50 ketiga ekstrak tersebut masingmasing sebesar 542,42 ppm, 543,68 ppm dan
548,62 ppm.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa
daging buah mahkota dewa berpotensi
menghambat aktivitas kerja enzim Tirosin
kinase. Ekstrak akuademineral dan air panas
dengan konsentrasi 300 ppm memiliki daya
inhbisi yang lebih tinggi dibanding dengan
ekstrak kasar flavonoid (72,11%) dari
penelitian sebelumnya. Ekstrak etanol, air
panas ,dan akuademineral menghasilkan
penghambatan berturut-turut sebesar 63,61%;
73,52%; dan 78,38%. Ketiga ekstrak ini
mampu menghambat aktivitas tirosin kinase
lebih tinggi dari genistein (6,12%) pada
konsentrasi 300 ppm. Terbukti bahwa ketiga
ekstrak berpotensi sebagai obat antikanker.
Saran
Perlu dilakukan pemurnian ekstrak kasar
yang menghasilkan daya inhibisi tersbesar,
sehingga dapat diketahui secara pasti senyawa
bioaktif yang berperan sebagai antikanker.
Selain itu, perlu dilakukan pengujian terhadap
sel kanker.
DAFTAR PUSTAKA
Akiyama et al. 1987. Genestein, a specific
inhibitor of tyrosine-specific protein
kinase. J Biol Chem 262:5592-5595.
Alexandrova R, Varadinova T, Velcheva M,
Genova P, Salnova I. 2000. Cytotoxic
effect of isoquinoline alkaloid on tumor
cell lines. Experimental Pathology and
Parasitology 4:8-14.
Almastsier, S 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia.
Anni S, Nurmawan D, Alfiani F, Hertiani T.
2003. Daya Antioksidan dan Kadar
Flavonoid Hasil Estrak Etanol-Air Daging
Buah
Mahkota
Dewa
(Phaleria
macrocarpa(Scheff.) Boerl.). Buletin
Penalaran Mahasiwa UGM 10:2-6.
Challem J, Toecus VD, Knittel L. 2002. The
Soy Sensation. New York: McGraw-Hill.
Daintith J. 1990. Kamus Lengkap Kimia.
Achmadi SS, penerjemah; Marias,
Sitohang DP, editor. Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari: Concise Science
Dictionary.
Darmono 1995. Logam dalam Sistem biologi
Makhluk hidup. Jakarta: Universitas
Indonesia. hlm 21-23.
Dardanella D. 2005. Penapisan beberapa
tanaman asli Indonesia yang berpotensi
sebagai antikanker secara enzimatik
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan
11
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Dixon RA, Ferreira D. 2002. Molecules of
interest. Phytochemistry 60:205-211.
Satria E. 2005. Potensi Antioksidan dari
Daging Buah Muda dan Daging Buah Tua
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpaI
(Scheef.) Boerl.) [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Ganiswara S et al. 1995. Farmakologi dan
Terapi. Ed ke-4. Jakarta: Universitas
Indonesia. hlm 686-689.
Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia: Cara
Menganalisis Tanaman. Terjemahan K.
Padmawinata dan I Sudiro. Bandung:
Penerbit ITB.
Hariani R. 2004. Nutrisi pada penderita
kanker.http://www.dharmais.co.id./new/c
ontent.php?page=article&lang=id&id=4y
u [1 April 2005].
Harmanto N. 2002. Mahkota Dewa Obat
Pusaka Para Dewa. Jakarta: Agromedia
Pusaka.
Hukom RA. 2004. Transfusi komponen darah
pada penderita kanker. http://www.dharmais.co.id./new/content.php?page=article
&lang=id&id=8 [1 April 2005].
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Jakarta: Gramedia.
Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar.
Terjemahan Edi Nugroho. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Lisdawati V. 2002. Buah Mahkota Dewa
(Phaleria marcrocarpa (Scheff) Boerl)
toksisitas, efek antioksidan dan efek
antikanker berdasarkan uji penapisan
farmakologi. [artikel]. http://ver1.mahkota
dewa.com/VFC/Vivi.htm. [7 April 2005].
Malhmann S. 2000. Signalling by Tirosin
Kinase on Regular and Disrupted
Hemetopiesis. Swiss: Brussel Institute for
Immunology.
Markam KR. 1988. Cara Mengidentifikasi
Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE,
Jacobsen LB, Nichols DE & Mclaughlin
JL. 1982. Brine Shrimp: A Convenient
General Bioassay for Active Plant
Constituents. Planta Med. 45: 31-34.
Mangan. 2003. cara Bijak Menaklukan
Kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka.
O’Dwyer ME, Druker BJ. 2000. The Role of
Tyrosine Kinase Inhibitor ST1571 in The
Treatment of Cancer. Portland: Oregon
Health Sciences University.
Robinson T. 1993. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. Ed Ke-6. Terjemahan
Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit
ITB.
Simadibrata M. 2004. Diare dan konstipasi
akibat kemoterapi. http://www.Dharmais.
co.id./new/content.php?page=article&lang
=id&id= 8yu [1 April 2005].
Siswandono, Soekardjo. 1995. Kimia
Medicinal. Surabaya: Airlangga University
Press.
Taryono, Ruhnayat A. 2002. Mahkota Dewa
Si Raja Obat. Warta Balitro 45:45-49.
Tizard I. 1987. Immunology Veteriner. Ed.
Ke-2. Penerjemah Soehardjo
Hardjosworo. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Voller A, Bidwell DE, Bartleft A. 1986.
Microplate enzyme immunoassay for the
imunodiagnosis of virus infections. Di
dalam Rose NR, Friedman H, editor.
Manual of Clinical Laboratory
Immunology. Ed ke-3. Washington:
American Society for Microbiology.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winarto WP. 2003. Mahkota dewa: Budi daya
dan Pemanfaatan Untuk Obat. Jakarta:
Argomedia Pustaka.
12
LAMPIRAN
13
Lampiran 1 Bagan alir penelitian
Daging buah mahkota dewa
Di cuci, iris tipis, dioven suhu 40oC selama
± 3 hari dengan kadar air ± 10%,
dihaluskan.
Uji
Fitokimia
Serbuk
Dimaserasi dengan n-heksana
residu
Dimaserasi dengan
akuademineral.
Etanol 70%
filtrat
Uji fitokimia
Di-rotavapour
Ekstrak etanol 70%
Air panas
filtrat
filtrat
Uji fitokimia
Di-rotavapour,
Freeze-drying
Uji fitokimia
Di-rotavapour,
Freeze-drying
Ekstrak akuademineral
Penentuan nilai rendemen
Uji toksisitas LC50
Uji aktivitas enzim tirosin kinase
Ekstrak air panas
14
Lampiran 2 Penentuan kadar air dan rendemen
Kadar air basah daging buah mahkota dewa
Bobot Kosong
Bobot + Sampel
Bobot Basah
Bobot Kering
Kadar air
(g)
(g)
(g)
(g)
(%)
1
41.6039
43.6141
2.0102
0.1984
90.13
2
36.6811
38.7192
2.0381
0.1857
90.88
3
28.6004
30.7154
2.1150
0.2018
90.45
Ulangan
Kadar air kering daging buah mahkota dewa
Bobot Kosong
Bobot + Sampel
Bobot Basah
Bobot Kering
Kadar air
(g)
(g)
(g)
(g)
(%)
1
41.6093
43.6122
2.0029
1.8088
9.69
2
36.6826
38.7220
2.0394
1.8435
9.61
3
28.6361
30.6577
2.0216
1.8229
9.83
Ulangan
Perhitungan
Kadar Air (%) =
Bobot Basah (g) − Bobot Kering (g)
x 100%
Bobot Basah (g)
Data rendemen yang diperoleh dari hasil ekstraksi
Serbuk sampel
Labu kosong
Labu + ekstrak
Bobot ekstrak
Rendemen
(g)
(g)
(g)
(g)
(%)
Etanol 70%
2.05
131.0279
131.3165
0.2886
15.59
Akuademineral
2.02
130.1975
130.3256
0.1281
7.02
Air Kran
2.05
130.4628
130.6974
0.2346
12.68
Ekstrak
Perhitungan:
Rendemen (%) =
Bobot ekstrak (g)
x 100%
(1 − kadar air kering) x Serbuk sampel (g)
15
Lampiran 3 Hasil uji fitokimia pada berbagai tahap percobaan
Alkaloid
Ekstrak
Flavonoid
Dragendrof
Mayer
Wagner
Tanin
Saponin
Kuinon
Terpenoid
Steroid
Bahan Basah
+
+
+
+
+
+
-
-
-
Bahan Kering
+
+
+
+
+
+
-
-
-
Etanol 70%
+
-
+
+
+
+
-
-
-
Air Panas
+
-
+
+
+
+
-
-
-
Akuademineral
+
+
+
+
+
+
-
-
-
Keterangan : + = memberikan hasil positif
- = memberikan hasil negatif
16
Lampiran 4 Aktivitas berbagai ekstrak dari daging buah mahkota dewa terhadap larva A.
salina setelah 24 jam
Ekstrak
Etanol
Akuademineral
Air Kran
Konsentrasi
Jumlah Larva Udang yang Mati
(ppm)
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
0
0
0
0
10
0
0
0
100
0
0
0
500
6
8
6
1000
9
10
7
0
0
0
0
10
0
0
0
100
0
0
0
500
5
6
7
1000
10
9
10
0
0
0
0
10
0
0
0
100
0
0
0
500
5
5
4
1000
10
10
9
17
Lampiran 5 Hasil uji inhibisi terhadap aktivitas enzim tirosin kinase
Ekstrak Kasar
Konsentrasi
Absorbans
Persen Inhibisi (%)
Ulangan
(ppm)
Ulangan
1
2
1
2
Rata-rata
EGFRa
300
0.47
0.477
0
0
0
Genistein
300
0.443
0.447
6.54
5.70
6.12
Ekstrak Etanol 70%
300
0.182
0.163
61.60
65.61
63.61
300
0.107
0.098
77.43
79.32
78.38
300
0.136
0.115
71.30
75.73
73.52
Ekstrak
Akuademineral
Ekstrak Air panas
a epidermal growth factor receptor
Contoh Perhitungan
Persen Inhibisi Ekstrak Etanol 70% 300ppm = ⎛⎜1 − Absorbans ekstrak etanol 70% 300 ppm ⎞⎟ × 100%
⎜
⎟
⎝
Absorbans EGFR 300 ppm
= ⎛⎜1 − 0.182 ⎞⎟ ×100%
⎝ 0.474 ⎠
= 61.60 %
⎠
18
Lampiran 6 Prosedur pembuatan beberapa pereaksi yang digunakan dalam uji fitokimia
► Pereaksi Dragendroff
Bismut subnitrat (basic), BiNO3(OH)2 BiO(OH) ditimbang sebanyak 0.85 gram,
kemudian dilarutkan dalam pelarut campuran CH3COOH glasial 10 mL dengan 40 mL
H2O. Campuran ini kemuadian ditambahkan larutan KI (KI sebesar 8 gram dilarutkan
dalam 20 mL H2O).
► Pereaksi Mayer
HgCl2 ditimbang sebanyak 1,3 gram kemudian dilarutkan dalam 30 mL H2O dan
dihomogenkan (larutan 1). KI ditimbang sebesar 5 gram lalu dilarutkan kedalam 30 mL
H2O kemudian dihomogenkan (larutan 2). Larutan 1 dan 2 kemudian dimasukkan
kedalam labu takar 100 mL dan ditambahkan H2O hingga tanda tera. Pereaksi ini
disimpan pada botol gelap atau berwarna untuk menghindari kerusakan.
► Pereaksi Wagner
KI ditimbang sebesar 2 gram dan I2 ditimbang sebanyak 2,5 gram. Keduanya
dimasukkan kedalam gelas piala dan ditambahkan H2O sebanyak 100 mL lalu
dihomogenkan. Setelah itu, larutan disaring dan disimpan dalam botol gelap atau
berwarna.
► Pereaksi Lieberman-Burchard
Asam sulfat pekat dipipet sebanyak 5,0 mL lalu dimasukkan kedalam gelas piala dan
disimpan dalam penangas es (dalam keadaan dingin). Setelah itu ditambahkan asam
asetat anhidrat sebesar 5,0 mL dan volume akhir dijadikan 50 mL dengan pelarut etanol
p.a (~ 40 mL etanol p.a).
19
Lampiran 7 Contoh perhitungan nilai LC50 ekstrak etanol (hasil uji toksisitas larva
udang) menggunakan analisis probit
* * * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * *
P R O B I T
A N A L Y S I S
Confidence Limits for Effective VAR00001
Prob
VAR00001
.01
.02
.03
.04
.05
.06
.07
.08
.09
.10
.15
.20
.25
.30
.35
.40
.45
.50
.55
.60
.65
.70
.75
.80
.85
.90
.91
.92
.93
.94
.95
.96
.97
.98
.99
-108.21784
-31.82852
16.63806
53.09757
82.75458
107.99735
130.13032
149.94775
167.97091
184.56127
253.24976
307.84119
354.67578
396.73469
435.70853
472.69090
508.47177
543.68535
578.89893
614.67980
651.66217
690.63601
732.69492
779.52951
834.12095
902.80943
919.39979
937.42295
957.24038
979.37335
1004.61612
1034.27313
1070.73264
1119.19922
1195.58854
95% Confidence Limits
Lower
Upper
-344.20145
-243.39147
-179.83224
-132.27586
-93.78421
-61.17688
-32.71835
-7.35273
15.61241
36.65686
122.65082
189.39187
245.22870
294.05575
338.05854
378.63129
416.76164
453.21933
488.66344
523.71549
559.02454
595.34600
633.66650
675.44637
723.18792
782.12336
796.20495
811.44490
828.13785
846.70830
867.80249
892.48077
922.68248
962.62874
1025.20640
39.16152
102.65010
143.33304
174.19400
199.48879
221.17374
240.31892
257.57675
273.37592
288.01409
349.75570
400.43021
445.32546
486.95893
526.78131
565.75043
604.57778
643.85764
684.15108
726.05672
770.28955
817.79325
869.93328
928.88549
998.55949
1087.35962
1108.96065
1132.48502
1158.41552
1187.44878
1220.64687
1259.75504
1307.97065
1372.26656
1473.98747
* *
Download