III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah (Muhammad Nazir: 1988). Dalam hal ini, metode penelitian diperlukan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data tentang kemampuan menari sigeh penguten siswa kelas X SMA N 1 Kalianda Lampung Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain observasi, wawancara (catatan lapangan), dan dokumentasi yang digunakan untuk mengumpulkan data dan menjelaskan permasalahan yang diteliti agar bisa memahami situasi sosial objek yang diteliti. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto istilah deskriptif berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan, menggambarkan, menjelaskan, masalah yang diteliti secara sistematis. Deskripsi ini ditulis dalam bentuk narasi untuk melengkapi gambaran menyeluruh tentang apa yang terjadi pada proses penelitian (Genzuk, 2003:7-8; dalam buku Metodologi Penelitian oleh Sumadi Suryabrata). Dalam kegiatan penelitian ini apa yang terjadi pada objek yang diteliti dipaparkan, digambarkan dalam bentuk laporan penelitian. 34 A. Tempat Penelitian Tempat penelitian dalam penelitian ini di SMA N 1 Kalianda Lampung Selatan. B. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data-data yang diberikan oleh informan, dalam hal ini kepala sekolah, guru seni budaya khususnya guru seni tari di SMA N 1 Kalianda Lampung Selatan, dan siswa kelas X yang mengikuti kelas tari di SMA N 1 Kalianda Lampung Selatan. Atas rekomendasi dari guru seni berdasarkan antusias siswa dalam menari siswa yang diteliti berjumlah 25 siswa, dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas X di SMA N 1 Kalianda Lampung Selatan dalam menari sigeh penguten C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Menurut pendapat Fathoni, observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Menurut pendapat Esternberg, wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu dapat berbentuk tulisan, gambar, gambar hidup, dan lain-lain. Langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 35 Pertemuan pertama. 1. Guru mengajarkan gerak tari sigeh penguten mulai dari motif gerak lapah tebeng awal sampai motif gerak kilat mundur. 2. Siswa diminta untuk mengikuti gerak tari yang diajarkan guru, dari gerakan awal lapah tebeng sampai kilat mundur. 3. Guru membagi kelompok belajar tari sigeh penguten sesuai kebutuhan tari satu kelompok terdiri dari lima orang siswa 4. Siswa berlatih menari sigeh penguten bersama kelompoknya masing-masing sampai pada gerakan yang telah diajarkan. Pertemuan kedua. 1. Guru melanjutkan pembelajaran gerak tari sigeh penguten dari gerakan kilat mundur sampai pada sabung melayang awal. 2. Siswa menunjukan hasil latihannya pada guru. Pertemuan ketiga. 1. Siswa bersama kelompoknya masing-masing menunjukan hasil latihannya sampai pada gerakan yang telah diajarkan. 2. Siswa melanjutkan pelajaran tari dari gerakan sabung melayang awal sampai lapah tebeng akhir. 3. Siswa berlatih gerakan tari sigeh penguten dari awal masuk sampai akhir diiringi musik tari bersama kelompok masing-masing. 36 Pertemuan keempat 1. Siswa mementaskan tari sigeh penguten di depan kelas perkelompok selama + 8 menit, diiringi musik tari dan didokumentasikan dengan menggunakan kamera DSLR (digital single lens reflector) dalam bentuk gambar (foto). Pengambilan nilai dilakukan oleh dua penskor yaitu peneliti dengan bantuan dari guru seni tari SMA N 1 Kalianda lampung selatan. Penilaian dilakukan dengan memperhatikan indikator wiraga, wirama, wirasa, yang sekaligus digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan menari seseorang. Tabel 3.1 Deskriptor Penilaian Kelompok Tari Sigeh Penguten No Indikator Sub Indikator Deskriptor Hafalan Gerak Semua gerak tari sigeh penguten 1 Wiraga (sesuai urutan dilakukan tanpa kesalahan. gerak) Terdapat 1-2 kesalahan dalam urutan gerak tari sigeh penguten. Terdapat 3-4 kesalahan dalam urutan gerak tari sigeh penguten Terdapat 5-6 kesalahan dalam urutan gerak tari sigeh penguten. Terdapat lebih dari 7 kesalahan dalam urutan gerak tari sigeh penguten. Teknik Gerak 2 Wirama Tempo Gerak Gerak tari sigeh penguten secara keseluruhan dilakukan dengan teknik yang benar. Terdapat 1-2 kesalahan teknik gerak tari sigeh penguten yang dilakukan. Terdapat 3-4 kesalahan teknik gerak tari sigeh penguten yang dilakukan. Terdapat 5-6 kesalahan teknik gerak tari sigeh penguten yang dilakukan. Terdapat lebih dari 7 kesalahan teknik gerak tari sigeh penguten yang dilakukan. Tidak terdapat kesalahan ketepatan gerak selama dalam tempo gerak tari sigeh penguten. Skor 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 37 Terdapat 1-2 kesalahan ketepatan gerak selama dalam tempo gerak tari sigeh penguten. Terdapat 3-4 kesalahan ketepatan gerak selama dalam tempo gerak tari sigeh penguten. Terdapat 5-6 kesalahan ketepatan gerak selama dalam tempo gerak. Terdapat lebih dari 7 kesalahan ketepatan gerak selama dalam tempo gerak. 4 Keseluruhan gerak tari sigeh penguten dilakukan sesuai dengan iringan musik. Terdapat 1-2 ketidak sesuaian gerak dengan iringan musik. Terdapat 3-4 ketidak sesuaian gerak dengan iringan musik. Terdapat 5-6 ketidak sesuaian gerak dengan iringan musik. Terdapat lebih dari 7 ketidak sesuaian gerak dengan iringan musik. 5 Ekspresi wajah Ekspresi wajah selalu tersenyum dari (mimik) awal hingga akhir tarian. Ekspresi wajah kadang terlihat bingung. Ekspresi wajah sering terlihat bingung. Ekspresi wajah lebih sering terlihat bingung. Tidak tersenyum sama sekali ekspresi wajah terlihat binggung Total Skor 5 Kesesuaian dengan Musik 3 Wirasa 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 25 Keterangan tabel deskriptor penilaian. 1. Indikator wiraga, pada indikator wiraga terdapat dua sub indikator hafalan gerak dan teknik gerak, pada sub indikator hafalan gerak siswa diharapkan dapat menari sigeh penguten secara tepat sesuai urutan gerak untuk mendapatkan skor 5. Apabila terdapat kesalahan pada urutan gerak selama praktik maka skor yang didapat berkurang sesuai kesalahan urutan gerak yang 38 dilakukan siswa. Jika terdapat 1-2 kesalahan dalam urutan gerak maka skor yang diperoleh siswa 4, jika terdapat 3-4 kesalahan dalam urutan gerak maka skor yang diperoleh siswa 3, jika terdapat 5-6 kesalahan dalam urutan gerak maka skor yang diperoleh siswa 2, dan jika terdapat lebih dari 7 kesalahan dalam urutan gerak maka skor yang diperoleh siswa 1. Kesalahan dalam urutan gerak biasanya terjadi karena siswa belum benar-benar hafal urutan gerak tari, kemudian yang paling sering terjadi siswa lupa bisa dikarenakan kurangnya intensitas latihan sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal. Sub indikator teknik gerak, pada sub indikator teknik gerak siswa diharapkan dapat menari sigeh penguten sesuai dengan teknik gerak yang diajarkan guru untuk mendapatkan skor 5. Apabila terdapat 1-2 kesalahan teknik gerak saat menari maka skor yang diperoleh siswa 4, jika terdapat 3-4 kesalahan teknik gerak saat menari maka skor yang diperoleh siswa 3, jika terdapat 5-6 kesalahan teknik gerak saat menari maka skor yang diperoleh siswa 2, dan jika terdapat lebih dari 7 kesalahan teknik gerak saat menari maka skor yang diperoleh siswa 1. Kesalahan pada teknik gerak biasa terjadi karena siswa kurang teliti dalam memperhatikan materi gerak yang disampaikan guru, selain itu kurang latihan dan ragu-ragu juga bisa mempengaruhi kesalahan teknik gerak yang dilakukan siswa. 2. Indikator wirama, pada indikator wirama terdapat dua sub indikator tempo gerak dan kesesuaian dengan musik. Pada sub indikator tempo gerak siswa diharapkan dapat menari sigeh penguten sesuai dengan ketukan tempo gerak untuk mendapatkan skor 5. Apabila terdapat 1-2 kesalahan pada tempo gerak 39 saat menari maka skor yang diperoleh siswa 4, jika terdapat 3-4 kesalahan pada tempo gerak saat menari maka skor yang diperoleh siswa 3, jika terdapat 5-6 kesalahan pada tempo gerak saat menari maka skor yang diperoleh siswa 2, dan jika terdapat lebih dari 7 kesalahan pada tempo gerak saat menari maka skor yang diperoleh siswa 1. Kesalahan pada tempo gerak bisa terjadi karena kurang latihan, sehingga siswa kurang memperhatikan ketukan hitungan gerak saat menari yang menyebabkan terjadinya kesalahan pada tempo gerak. Sub indikator kesesuaian dengan musik. Pada sub indikator kesesuaian dengan musik siswa diharapkan dapat menari sigeh penguten sesuai dengan iringan musik untuk mendapat skor 5. Apabila terdapat 1-2 ketidak sesuaian gerak tari dengan iringan musik saat menari maka skor yang diperoleh siswa 4, jika terdapat 3-4 ketidak sesuaian gerak tari dengan iringan musik saat menari maka skor yang diperoleh siswa 3, jika terdapat 5-6 ketidak sesuaian gerak tari dengan iringan musik saat menari maka skor yang diperoleh siswa 2, dan jika terdapat lebih dari 7 ketidak sesuaian gerak tari dengan iringan musik saat menari maka skor yang diperoleh siswa 1. Ketidak sesuaian gerak tari dengan musik saat menari, bisa dikarenakan kesalahan pada tempo gerak yang mengakibatkan gerakan siswa tertinggal beberapa hitungan atau melebihi hitungan seharusnya pada musik tari, sehingga gerakkan siswa tidak sesuai dengan iringan musik. 3. Indikator wirasa, pada indikator wirasa terdapat satu sub indikator ekspresi wajah. Pada sub indikator ekspresi wajah siswa diharapkan dapat menari sigeh penguten dengan ekspresi wajah tersenyum dari awal hingga akhir 40 tarian untuk mendapat skor 5. Apabila ekspresi wajah siswa kadang terlihat bingung saat menari sigeh penguten maka skor yang diperoleh siswa 4, jika ekspresi wajah siswa sering terlihat bingung saat menari sigeh penguten maka skor yang diperoleh siswa 3, jika ekspresi wajah siswa lebih sering terlihat bingung saat menari sigeh penguten maka skor yang diperoleh siswa 2, dan jika ekspresi wajah siswa tampak tidak tersenyum sama sekali saat menari sigeh penguten maka skor yang diperoleh siswa 1. Berubahnya ekspresi wajah dari tersenyum menjadi kebingungan karena siswa sadar melakukan kesalahan dalam bergerak, sehingga ekspresi wajahnya mendadak berubah dari tersenyum menjadi bingung. Selain itu lupa gerakan selanjutnya dalam menari juga bisa menyebabkan ekspresi wajah berubah kebingungan memikirkan gerakan apa yang akan dilakukan selanjutnya. D. Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Memeriksa kembali data-data yang telah didapat. b. Memberi penskoran terhadap hasil kemampuan siswa kelas X dalam menari sigeh penguten, sesuai dengan indikator penskoran. c. Menentukan persentase kemampuan siswa dalam menari sigeh penguten, dengan menggunakan rumus : Skor yang diperoleh x 100% Skor maksimal d. Menetapkan tingkat kemampuan siswa kelas X berdasarkan tolok ukur yang digunakan. 41 e. Menghitung rata-rata kemampuan siswa kelas X dalam menari sigeh penguten. f. Menyimpulkan hasil kemampuan siswa kelas X dalam menari sigeh penguten. Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilaian Terhadap Kemampuan Menari Sigeh Penguten Siswa Kelas X SMA N 1 Kalianda Lampung Selatan. Interval 85%-100% 75%-84% 60%-74% 40%-59% 0%-39% (Nurgiantoro, 1988: 363) Nilai Baik Sekali Baik Cukup Kurang Sangat Kurang