1. Influenza 2. Flu Burung 3. Campak

advertisement
1. Influenza
Disebabkan oleh virus golongan orthomyxovirus yang berbentuk seperti bola. Virus
ini ditularkan lewat udara dan masuk ke tubuh manusia melalui alat pernapasan. Virus
Influenza hanya menyerang sistem pernapasan dan dapat dicegah dengan menjaga daya tahan
tubuh serta menghindari kontak dengan penderita influenza atau dapat juga memberikan
Vaksin Influenza.
2. Flu Burung
Flu brung, atau disebut juga Avian Influenza merupakan penyakit infeksi oleh virus
influenza yang umumnya menyerang unggas (burung, ayam, bebek dan sejenisnya), tetapi
dapat pula menyerang manusia. Virus ini telah menyerang ternak unggas di Indonesia sejak
Oktober 2003, dilaporkan lebih dari 4 juta ekor unggas yang mati karena flu burung.
Flu burung kini menjadi penyakit yang hangat dibicarakan apalagi sejak adanya
sejumlah korban manusia di Indonesia dan berbagai negara lain akibat terjangkit virus flu
burung ini.
Virus banyak terkandung dalam kotoran dan cairan tubuh unggas yang sakit flu
burung. Sebagian besar kasus manusia yang tertular diakibatkan oleh adanya kontak langsung
dengan unggas yang sakit.
Gejala pada unggas adalah jengger berwarna biru, borok di kaki dan kematian
mendadak. Sedangkan pada manusia, gejala flu burung yang harus diwaspadai menyerupai
gejala flu biasa. Gejalanya antara lain, berupa batuk pilek, demam di atas 38°C, nyeri otot,
sakit tenggorokan, tidak nafsu makan, muntah, nyeri perut, diare dan sesak napas. Tetapi
dapat berkembang menjadi lebih buruk bahkan menjadi radang paru-paru berat, susah
bernafas atau sesak napas. Apabila mengalami gejala flu berat, segeralah ke dokter, jangan
ditunda-tunda.
3. Campak
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang
sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat
mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak
golongan Paramyxovirus.
1
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit
dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Campak, rubeola, atau measles adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular
atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kisaran 4 hari pertama sejak munculnya
ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui
percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease).
Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan
pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orangorang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang
tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi
kedua
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring.
Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi
bakteri, diberikan antibiotik
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin
biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin
MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk
MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6
tahun. Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan
makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat
4. Cacar Air
Disebabkan oleh virus yang Varicella Zoster Virus (VZV/VCV). Virus ini dapat
langsung menyebabkan penyakit atau dapat menetap selama beberapa tahun, baru dapat
menimbulkan penyakit.
Gejala
2
Pada permulaannya, penderita kan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah,
lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah
kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan
perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding
tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak
sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng
(krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap
(hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian
tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk
lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri
terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan
menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa
muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
Pencegahan
Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini
dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan.Penyakit ini
erat kaitannya dengan kekebalan tubuh
Penyembuhan
Varicella ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan daya
tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan "Asiklovir" berupa tablet 800 mg
per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan
salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6
kali sehari selama 6 hari. Larutan "PK" sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi
biasanya juga digunakan.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka
yang ditimbulkan dengan banyak mengonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah
mengonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo ataupun yang langsung dari buah-buahan
segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa
didapat dari plasebo, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion
yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh diperlukan untuk
menghindari iritasi lebih lanjut
3
5. Hepatitis
Penyebab
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis,
yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti
mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis
non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
Jenis Virus Hepatitis

Virus hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat
buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang
penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
 Virus hepatitis B
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui
darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi di antara para pemakai obat yang
menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau di antara mitra seksual (baik heteroseksual
maupun pria homoseksual).
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama
proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis
B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi
hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.
 Virus hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis C
ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama.
Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas,
penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita hepatitis C.
 Virus hepatitis D
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini
menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap
virus ini adalah pecandu obat.
 Virus hepatitis E
hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya
terjadi di negara-negara terbelakang.
 Virus hepatitis G
Jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.
Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis :
 Virus Mumps
4




Virus Rubella
Virus Cytomegalovirus
Virus Epstein-Barr
Virus Herpes
6. Polio
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh
virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke
tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(paralisis).
Virus polio
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat
menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan
jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia
antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35
hari.
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio
menular melalui kontak antarmanusia. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian
besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau
mereka sendiri sedang terjangkit. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika
seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Setelah seseorang
terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat
terjadi penularan virus.
Jenis Polio
Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif.
Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
Polio paralisis spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk
anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini
5
dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita
akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki.
Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembulu darah kapiler pada
dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan
syaraf motorik yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu.
Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini
biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak.
Infeksi ini akan memengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan
syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang
berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute
flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut
quadriplegia.
Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak
ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf
kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata;
saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan
otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu
proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf
yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur
pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga
sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan
mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf
kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat
meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam
sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk
menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi
juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini
membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di
6
dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan
udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar
masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan
kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita.
Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paruparu besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan
dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen.
Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal.
7. Gondong
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana
sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar
parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher
bagian atas atau pipi bagian bawah.
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau
epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada
orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas,
prostat, payudara dan organ lainnya.
Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah
mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon
kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.
Penularan Penyakit Gondongan
Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui
kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat
ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran
kelenjar.
Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2
tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi
yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki
kekebalan seumur hidupnya.
Tanda dan Gejala Penyakit Gondongan
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan,
bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun
demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat
menjadi sumber penularan penyakit tersebut.
7
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 1718 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa
tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :
1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan
38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri
rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit
membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali
dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami
pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan
kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi
pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
Diagnosis Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis)
Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada
pemeirksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondong
(Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan
pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah.
Komplikasi Akibat Penyakit Gondongan
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi
kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat
menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal
tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang
kurang dini :
1. Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang
terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen
sehingga terjadi kemandulan.
2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut
yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit
kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami
meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang
mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang
permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
8
4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam
waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
5. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental
dalam jumlah yang banyak
6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.
Pengobatan Penyakit Gondongan
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama
penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan
nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh
diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (Pengaruh
aspirin pada anak-anak).
Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani
istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres
Es pada area testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang mengalami
serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan
muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.
Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin
diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat
dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan
gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam "self limiting disease" (penyakit yg
sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan
makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan
diet makanan cair dan lunak.
Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk
mencuci pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar
hanya agar anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah
belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk
membantu proses kesembuhan.
Pencegahan Penyakit Gondongan (Mumps/Parotitis)
Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa
kanak-kanak, yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi
pada usia 15 bulan.
Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum
menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek apanas atau gejala
9
lainnya. Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat mengurangi
resiko terkena serangan penyakit gondongan.
8. AIDS ( Acquired Immuno Deficiency Syndrome )
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi
virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit
ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau
menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.
Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta
orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO
memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak
pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan
salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan
kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa
di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika SubSahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan
sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi
tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak
tersedia di semua negara.
10
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan
dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga
turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat
orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Gejala-gejala utama AIDS
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri,
virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh
yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV
memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita
kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim dan kanker sistem kekebalan yang disebut
limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam,
berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah,
serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga
tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat
hidup pasien
Penyebab
HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil
(diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan
mikroskop elektron.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang
biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis
sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak
langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik.
Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200
per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah
kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis,
kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan
memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
11
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi
AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami
AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap
orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang
memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti
fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi. Orang tua umumnya memiliki kekebalan
yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami
perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan
adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit
ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang
kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan
berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis
yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang
rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan
hidup.
Penularan seksual
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi
cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran
mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko
daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih
besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko
karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual secara
umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan
sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV. Penyakit
menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan
pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya
penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen dan sekresi
vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara
menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat
adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko
tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular
12
seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan
pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan
kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada
berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak
dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat
kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81%
peningkatan laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan
hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap
penyakit seksual. Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain
yang lebih mematikan.
Kontaminasi patogen melalui darah
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita
hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali
jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis
penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi
juga hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab
sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara,
Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan
dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Postexposure prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko itu. Pekerja
fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga dikhawatirkan
walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan
menerima rajah dan tindik tubuh. Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di
Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak
mencukupi. WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara
ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman. Oleh sebab itu,
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam
masalah ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk
mencegah penularan HIV melalui fasilitas kesehatan.
Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di
negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun
13
demikian, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah
yang aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang
terinfeksi".
9. Ebola
Ditemukan pada tahun 1976 di Sudan dan Zaire. Penyakit Ebola dapat ditularkan
lewat kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit. Masa inkubasinya dari 2 sampai 21
hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari. Saat ini telah dikembangkan vaksin untuk Ebola
yang 100% efektif dalam monyet, namun vaksin untuk manusia belum ditemukan.
Sejauh ini, penyakit Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia
Filoviridae, dan juga nama dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Gejalagejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar, dan demam.
Tingkat kematian berkisar antara 80% sampai 100%. Asal katanya yang paling mematikan
diseluruh dunia. Kesempatan untuk hidup jika terinfeksi penyakit ini masih 0% alias tidak
mungkin, dan sampai sekarang masih dicari vaksinnya. Penderita biasanya bisa langsung
meninggal dalam siklus 6 hari sampai 20 hari, alias sangat cepat. Sekarang bisa dikatakan
bahwa Ebola adalah penyakit yang paling dihindari untuk terjangkit diseluruh dunia.
10.Herpes Simpleks
Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut pada
kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa pada daerah dekat mukokutan
Tipe Herves Simplex
Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi yaitu HSV-Tipe I (Herpes
Simplex Virus Type I) dan HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type II). HSV-Tipe I biasanya
menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes), sedangkan HSV-Tipe II biasanya
menginfeksi daerah genital dan sekitar anus (Genital Herpes).
Penyebab
Penyebab utama herpes simpleks genitalis adalah virus herpes simpleks tipe II (HSVII), meskipun ada yang menyatakan bahwa herpes simpleks tipe I (HSV-I) sebanyak kurang
lebih 16,1% juga dapat menyebabkan herpes simpleks genitalis akibat hubungan kelamin
secara orogenital atau penularan melalui tangan. HSV-II termasuk dalam DNA virus.
14
Pengobatan
Obat-obatan topikal sering dipakai seperti: povidon iodine, idoksuridin (IDU), sitosin
arabinosa atau sitarabin, adenine arabinosa atau vidarabin. Pelarut organik: alkohol 70%, eter,
timol 40%, dan klorofom. Obat-obatan antivirus seperti Acyclovir diindikasikan dalam
manajemen infeksi HSV primer dan pada pasien dengan imunosupresif.
11.Rabies
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera,
rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Penyebab
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan
genus Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki
satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang
berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak
geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun
(Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes
vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika
Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi. Hewan perantara menginfeksi inang yang
bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan
hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui sarafsaraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus
akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke
dalam air liur. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/
tenang. Pada rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan
menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian
menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami
kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami
kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan
15
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang
tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka
terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus rabies
terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada jutaan
kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak
ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
Penanganan
Bila terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies dapat diobati, namun
harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Bila
gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini. Kematian
biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama.
Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi
rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut
lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau
betadin. Orang-orang yang belum diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan
suntikan tetanus. Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan
suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan dengan vaksin. Separuh dari dosisnya
disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah
pinggang. Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan. Suntikan pertama untuk
menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan. Sisa suntikan diberikan pada
hari ke 3, 7, 14, dan 28. Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal
pada tempat penyuntikan vaksin.
Pencegahan
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan
oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan (letal)
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera
setelah terkena gigitan Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang
berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu:

Dokter hewan.
16

Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.

Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada
anjing banyak ditemukan

Para penjelajah gua kelelawar.
Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya
waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies
harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya vaksinasi rabies
terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara pencegahan yang
harus diperhatikan.
12.SARS
Sindrom Pernapasan Akut Berat (bahasa Inggris: Severe Acute Respiratory Syndrome,
SARS) adalah sebuah jenis penyakit pneumonia. SARS pertama kali muncul pada November
2002 di Provinsi Guangdong, Tiongkok. SARS sekarang dipercayai disebabkan oleh virus
SARS. Sekitar 10% dari penderita SARS meninggal dunia.
Setelah Tiongkok membungkam berita wabah SARS baik internal maupun
internasional, SARS menyebar sangat cepat, mencapai negeri tetangga Hong Kong dan
Vietnam pada akhir Februari 2003, kemudian ke negara lain dengan perantaraan wisatawan
internasional. Kasus terakhir dari epidemi ini terjadi pada Juni 2003. Dalam wabah itu, 8.069
kasus muncul yang menewaskan 775 orang.
Pengobatan
Antibiotik masih belum efektif. Pengobatan SARS hingga kini masih bergantung pada
anti-pyretic, supplemen oksigen dan bantuan ventilasi.
Kasus SARS yang mencurigakan harus diisolasi, lebih baiknya di ruangan tekanan
negatif, dengan kostum pengaman lengkap untuk segala kontak apapun dengan pasien.
17
Awalnya ada dukungan anekdotal untuk penggunaan steroid dan antiviral drug
ribavirin, namun tidak ada bukti yang mendukung terapi ini. Sekarang banyak juru klinik
yang mencurigai ribavirin tidak baik bagi kesehatan.
Ilmuwan kini sedang mencoba segala obat antiviral untuk penyakit lain seperti AIDS,
hepatitis, influenza dan lainnya pada coronavirus.
Ada keuntungan dari penggunaan steroid dan immune system modulating agent
lainnya pada pengobatan pasien SARS yang parah karena beberapa bukti menunjukkan
sebagian dari kerusakan serius yang disebabkan SARS disebabkan oleh reaksi yang
berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap virus. Penelitian masih berlanjut pada area
ini.
Pada Desember 2004, laporan menyebutkan para peneliti Tiongkok telah menemukan
sebuah vaksin SARS yang telah diujicoba pada 36 sukarelawan, 24 diantaranya menghasilkan
antibodi virus SARS.
13.Kanker (tumor ganas)
Penyakit ini disebabkan oleh virus onkogen. Virus ini, menyebabkan sel pada tubuh
bagian tertentu mengalami pembeiahan tanpa terkendali, sehingga pada penderita stadium
lanjut bagian tubuh tertentu yang terkena kanker akan membentuk benjolan yang semakin
membesar.
14.Herpes Zoster
Disebabkan oleh virus Varicella Zoster Virus (VZV/VCV). Virus ini dapat langsung
menyebabkan penyakit atau dapat menetap selama beberapa tahun, baru dapat menimbulkan
penyakit linu,. Herpes Zester yaitu penyakit lanjutan dari cacar air dan ditandai dengan
timbulnya gelembung seperti cacar air
15.Demam Berdarah
Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
18
misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Terdapat empat jenis virus dengue berbeda,
namun berelasi dekat, yang dapat menyebabkan demam berdarah. Virus dengue merupakan
virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di
daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembab.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta
kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.
Penyebab
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan
virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat
menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah
terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus
dengue yang berbeda. Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi
pertama justru akan mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat
terinfeksi untuk ke dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus
dengue selama masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali
akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya,
yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus. Aedes
aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk
dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus
tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang
terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.
Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya
melalui telur (transovarial). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga dapat
terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet
lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk.
Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang memiliki
antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko demam berdarah juga
lebih tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun, atau seseorang yang
berasal dari ras Kaukasia.
19
Pencegahan
Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit ini. Tindakan paling
efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan dan
sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue. Pengendalian nyamuk
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:

Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk,
antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali
seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali,
menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas
dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah.

Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan
menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri.

Kimiawi
Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk
abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk. Selain itu
dapat juga digunakan larvasida.
Selain itu oleh karena nyamuk Aedes aktif di siang hari beberapa tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan adalah menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET,
pikaridin, atau minyak lemon eucalyptus, serta gunakan pakaian tertutup untuk dapat
melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila sedang beraktivitas di luar rumah. Selain itu,
segeralah berobat bila muncul gejala-gejala penyakit demam berdarah sebelum berkembang
menjadi semakin parah.
16.Flu Babi
20
Flu babi (Inggris:Swine influenza) adalah kasus-kasus influenza yang disebabkan
oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang
telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus
Influenzavirus A
Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung, memungkinkan
virus tersebut bertukar gen dan menciptakan galur pandemik.
Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang
yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia
ke manusia Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntahmuntah, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematia Flu babi diketahui disebabkan
oleh virus influenza A subtipe H1N1 H1N2, H3N1, H3N2, and H2N3.
Pada 5 Februari 1976, tentara di Fort Dix, Amerika Serikat menyatakan dirinya
kelelahan dan lemah, kemudian meninggal dunia keesokannya. Dokter menyatakan
kematiannya itu disebabkan oleh virus ini sebagaimana yang terjadi pada tahun 1918.
Presiden kala itu, Gerald Ford, diminta untuk mengarahkan rakyatnya disuntik dengan
vaksin, namun rencana itu dibatalkan.
Pada 20 Agustus 2007, virus ini menjangkiti seorang warga di pulau Luzon, Filipina
Gejala utama virus flu babi pada manusia
Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejala
influenza ini mirip dengan influenza. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada
kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita
juga melaporkan buang air besar dan muntah-muntah.
Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya perlu melihat pada tanda atau gejala
khusus, tetapi juga catatan terbaru mengenai pasien. Sebagai contoh, selama wabah flu babi
2009 di AS, CDC menganjurkan para dokter untuk melihat "apakah jangkitan flu babi pada
pasien yang di diagnosa memiliki penyakit pernapasan akut memiliki hubungan dengan orang
yang di tetapkan menderita flu babi, atau berada di lima negara bagian AS yang melaporkan
kasus flu babi atau berada di Meksiko dalam jangka waktu tujuh hari sebelum bermulanya
21
penyakit mereka." Diagnosa bagi penetapan virus ini memerlukan adanya uji makmal bagi
contoh pernapasan.
Pergantian nama
Penamaan jenis penyakit ini dianggap salah oleh berbagai kalangan, karena telah
membuat salah tafsir masyarakat - bahwa babi dapat menularkan penyakit ini kepada
manusia. Untuk itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengganti nama penyakit ini
dengan Influenza A (H1N1) mulai 30 April 2009 lalu.
22
Download