Sintesis dan karakterisasi kompleks diaquodiisonikotinamidatembaga(ii) sulfat.nhidrat (n = 0 atau 1) dan diaquodiasamisonikotinattembaga(ii) sulfat UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Disusun oleh : Elis Harnanti NIM : M0301004 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tembaga merupakan unsur transisi dan salah satu logam berat yang digunakan oleh tubuh untuk sistem enzim oksidatif seperti enzim sitokrom C oksidase dan lisin oksidase. Tembaga juga dibutuhkan manusia sebagai kompleks Cu-protein yang mempunyai fungsi dalam pembentukan hemoglobin, pembuluh darah dan myelin otak (Palar, 1994: 65). Meskipun sangat dibutuhkan oleh tubuh, tembaga akan menjadi racun bila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang berlebihan. Efek utama yang timbul dari keracunan tembaga adalah terjadinya gangguan pernafasan bagian atas yang berupa rusaknya selaput lendir pada hidung. Keracunan tembaga secara kronis akan menimbulkan penyakit Wilson yang menyebabkan kerusakan pada otak, sirosis hati, penurunan kerja ginjal dan penumpukan kadar tembaga dalam kornea mata (Palar, 1994: 71). Salah satu cara menangani kasus keracunan logam berat adalah dengan membentuk senyawa kompleks yang mudah larut, sehingga dapat diekskresikan melalui ginjal. Penisilamin merupakan antidotum yang efektif untuk pengobatan keracunan tembaga. Degenerasi hepatolentikuler (penyakit Wilson), suatu gangguan dimana ada penurunan ekskresi tembaga, dapat diobati dengan penisilamin dengan membentuk kompleks Cu- penisilamin (Gambar 1) untuk merangsang penghilangan tembaga yang terikat protein dan mengeksresikan di kemih dalam bentuk urin (Fatah, 1990: 46). (CH3)2 H C H C S NH2 COOH Cu (CH3)2 S NH2 C H C H COOH Gambar 1. Struktur Cu-penisilamin (Fatah, 1990: 46) Selain penisilamin, sejumlah obat lain juga dapat berinteraksi dengan ion logam 1 dalam tubuh melalui pembentukkan ikatan kovalen koordinasi dan pembentukkan kelat dengan struktur cincin. Pembentukkan kelat ini mempunyai peranan penting dalam menilai efek obat. Fatah (1990: 49) melaporkan bahwa isoniazid dapat berinteraksi dengan ion Fe2+ membentuk kelat untuk menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis. Pengkhelatan Fe2+ dengan isoniazid ditunjukkan oleh Gambar 2. Fe++ O N C NH2 NH OH N C NH2 +++ Fe N O NH2 C N N kelat ferrik-INH 1:1 Asam isonikotinik hidrazid (INH=isoniazid) bentuk enol +++ Fe INH N C H2N O N Fe+ N O NH2 C N kelat ferrik - INH 1:2 Gambar 2. Pengkelatan logam Fe dengan Isoniazid (Fatah, 1990: 50) Selain dengan Fe(II), isoniazid juga dapat berinteraksi dengan Co(II) membentuk kompleks [Co(Isoniazid)2(H2O)2]Cl2. Isoniazid merupakan obat yang sangat efektif dan sekarang dianggap sebagai salah satu obat utama untuk kemoterapi tuberkulosis, tetapi tidak efektif sempurna untuk segala jenis penyakit (Fatah, 1990: 169). Pada kompleks [Co(Isoniazid)2(H2O)2]Cl2 gugus donor elektron yang terkoordinasi pada Co(II) juga N dari NH2 dan O dari C=O (Rahardja, Wahyuningsih dan Astuti, 2003: 73). Isonikotinamida dan asam isonikotinat juga sering digunakan sebagai bahan anti tuberkulosis dan antilipemik yang digunakan untuk pengobatan aterosklerosis yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner (Siswandono dan Soekardjo, 1995: 596). Selain itu isonikotinamida dan asam isonikotinat merupakan vitamin golongan B yang dapat mengobati penyakit pelagra (Tjay dan Rahardja, 2005: 804). Isonikotinamida dan asam isonikotinat (Gambar 3) mempunyai struktur molekul yang mirip dengan isoniazid, yang juga mengandung atom donor N dan O, karenanya kedua ligan tersebut dimungkinkan dapat membentuk senyawa kelat atau senyawa kompleks dengan logam transisi, diantaranya adalah Cu(II). O N O N OH NH 2 (a) (b) Gambar 3. (a) Struktur Isonikotinamida dan (b) Struktur Asam Isonikotinat (Aldrich, 2004: 1096) Pada isoniazid terdapat gugus NH primer dan NH sekunder, namun pada isonikotinamida tidak terdapat NH sekunder dan pada asam isonikotinat tidak terdapat NH primer maupun NH sekunder tetapi terdapat gugus OH. Adanya lebih dari satu atom donor dan gugus atom donor yang berbeda antara isoniazid dengan isonikotinamida maupun dengan asam isonikotinat memungkinkan atom donor yang terkoordinasi pada pusat ion logam pun berbeda sehingga sifat dari senyawa kelat atau senyawa kompleks yang terbentuk dimungkinkan berbeda. Penelitian tentang sintesis kompleks telah banyak dilakukan, diantaranya Cova, Bricena and Afencia (2001: 1516) melaporkan pembentukan kompleks perak(II)-asam isonikotinat dengan struktur square planar, pencampuran logam dengan ligan dilakukan dengan cara pemanasan secara refluk, hasil dari refluk didiamkan selama satu hari sehingga diperoleh endapan yang kemudian dicuci, dikeringkan dan dikarakterisasi, sedang Selvi, Murali and Palaniandavar (2002: 140) mensintesis kompleks tetrakis(1methylcytosine) copper(II), pencampuran logam dan ligan dilakukan dengan cara tanpa pemanasan, diaduk selama 2 jam dan hasilnya didiamkan selama tiga hari. Kemudian endapan dicuci, dikeringkan dan dikarakterisasi. Sintesis kompleks dalam pelarut metanol dengan tanpa pemanasan juga telah dilakukan oleh Rahardja, Wahyuningsih dan Sidharta (2004: 35) dalam mensintesis kompleks [Ni(Nikotinamida)2(H2O)2]SO4.4H2O. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang sintesis dan karakterisasi senyawa kompleks Cu(II) dengan isonikotinamida maupun dengan asam isonikotinat. B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Sintesis kompleks dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain mereaksikan ligan dan logam tanpa pemanasan atau dengan pemanasan. Pembentukan kompleks diperlukan pelarut yang dapat melarutkan logam dan ligannya. Indikasi terbentuknya kompleks diketahui dari pergeseran panjang gelombang spektra elektronik logam bebas dibandingkan dengan spektra elektronik kompleks. Isonikotinamida dan asam isonikotinat mengandung atom-atom yang memiliki pasangan elektron bebas lebih dari satu yang dapat berperan sebagai donor elektron seperti N, dan O sehingga keduanya memiliki kemungkinan dapat terkoordinasi pada pusat logam Cu(II) membentuk kompleks. Adanya perbedaan atom donor yang terkoordinasi pada Cu(II) memungkinkan terjadinya perbedaan geometri kompleks yang terbentuk dan juga berpengaruh pada karakteristik kompleks seperti sifat daya hantar listrik dan sifat kemagnetan. Formula kompleks dapat ditentukan dengan analisis unsur– unsur C, H, N, O, dan Cu, sedang struktur kompleks dapat ditentukan dengan tepat secara kristalografi sehingga dibutuhkan suatu karakterisasi terhadap kompleks yang terbentuk. Pada umumnya tembaga(II) membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi 4, 5 atau 6 dan bergeometri square planar, square pyramid atau oktahedral terdistorsi. 2. Batasan Masalah Sintesis kompleks Cu(II) dengan isonikotinamida dan Cu(II) dengan asam isonikotinat dilakukan dengan tanpa pemanasan dan pemanasaan secara refluks pada berbagai perbandingan mol logam dan mol ligan. Formula kompleks ditentukan berdasarkan analisis logam (Cu). Atom atau gugus atom yang terkoordinasi pada atom pusat diperkirakan dari spektra infra merah. 3. Rumusan Masalah Masalah-masalah yang dapat timbul dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana sintesis kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida dan kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat? 2. Bagaimana formula kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida dan kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat? 3. Bagaimana karakteristik kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida dan kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui cara sintesis kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida dan kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat. 2. Mengetahui perkiraan formula kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida dan kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat. 3. Mengetahui karakterisasi masing-masing kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida dan kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembentukan kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida dan kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat. Di masa mendatang diharapkan dapat menunjang bidang kesehatan untuk menangani kasus keracunan tembaga dan juga dapat memberikan sumbangan dalam bidang farmasi.