BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 KONDISI GEOGRAFIS 2.1.1 Luas Wilayah dan Letak Tofografis Daerah Kabupaten Serang merupakan salah satu dari enam Kabupaten/Kota di Propinsi Banten , terletak diujung barat bagian utara pulau jawa dan merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa dengan jarak ± 70 km dari kota Jakarta, Ibukota Negara Indonesia. Secara Geografis wilayah Kabupaten Serang terletak pada koordinat 550’ sampai sengan 621’ Lintang Selatan dan 1050’ sampai dengan 10622’ Bujur Timur. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara keselatan adalah sekitar 60 km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah sekitar 90 km, sedangkan kedudukan secara administratif berbatasan dengan : Sebelah Utara dibatasi dengan Laut Jawa Sebelah Timur dibatasi Kabupaten Tangerang Sebelah barat dibatasi oleh Kota Cilegon dan Selat Sunda Sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Lebak dan Pandeglang. Luas wilayah secara administratif tercatat 173.409 Ha yang terbagi atas 34 (tiga puluh empat) wilayah Kecamatan, 354 Desa dan 20 Kelurahan, secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini : RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-1 Tabel 2.1 : Daftar Kecamatan dan Luas Wilayahnya di Kabupaten Serang. 1 Anyer Ibukota Kecamatan Anyer 155,93 Jumlah Desa/ Kelurahan 10 2 Bandung Bandung 51,29 8 3 Baros Baros 44,07 14 4 Binuang Binuang 26,17 7 5 Bojonegara Bojonegara 30,30 10 6 Carenang Panenjoan 36,40 10 7 Cikande Cikande 50,53 12 8 Cikeusal Cikeusal 88,25 15 9 Cinangka Cinangka 111,47 13 10 Ciomas Sukadana 48,53 10 11 Cipocok Jaya Cipocok Jaya 31,54 8* 12 Ciruas Citerep 34,18 14 13 Curug Curug 43,60 10 14 Gunungsari Gunungsari 37,20 7 15 Jawilan Jawilan 38,95 9 16 Kasemen Kasemen 63,36 11 17 Kibin Kibin 29,60 9 18 Kragilan Kragilan 51,56 14 19 Kramatwatu Kramatwatu 48,59 14 20 Kopo Kopo 44,69 10 21 Mancak Labuan 74,03 13 22 Pabuaran Pabuaran 127,74 7 23 Padarincang Padarincang 99,12 13 24 Pamarayan Pamarayan 67,10 9 25 Petir Petir 46,94 12 26 Pontang Pontang 64,85 15 27 Pulo Ampel Sumuranja 32,56 8 28 Serang Kaligadu 25,88 12* 29 Taktakan Taktakan 47,88 12 30 Tanara Cerukcuk 49,30 9 31 Tirtayasa Tirtayasa 64,46 14 32 Tunjung Teja Tunjung Teja 39,52 8 33 Walantaka Pipitan 48,48 16 34 Waringin Kurung Waringin Kurung 51,29 11 No Nama Kecamatan Luas (km2) *) Kelurahan RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-2 Dari lingkungan kerja sebanyak 34 kecamatan tersebut terdapat didalamnya pulau-pulau yang berada di wilayah perairan Kabupaten Serang yang tercatat sebanyak 16 pulau diantaranya adalah Pulau Sangiang, Pulau Salira, Pulau Kali, Pulau Tarahan, Pulau Kemanisan, Pulau Cikatung, Pulau Panjang, Pulau Semut, Pulau Kubur, Pulau Lima, Pulau Gedang, Pulau Dua (Burung), Pulau Satu, Pulau Pamujan Besar, Pulau Pamujan Kecil dan Pulau Tunda (Babi). Kondisi Tofografi Kabupaten Serang berada dalam kisaran ketinggian antara 0 sampai dengan 1.778 diatas permukaan laut (dpl) dan pada umumnya tergolong pada kelas tofografi lahan dataran dan bergelombang. Ketinggian 0 m dpl membentang dari Kecamatan Tirtayasa sampai Kecamatan Cinangka di pantai barat selat Sunda dan ketinggian 1778 m dpl terdapat dipuncak Gunung Karang yang terletak disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang. Pada umumnya (≥ 97,5 %) wilayah Kabupaten Serang berada pada ketinggian kurang dari 500 dpl. 2.1.2 Hidrologi dan Klimatologi a. Hidrologi Kondisi Hidrologi di Kabupaten Serang ditandai dengan terdapatnya Daerah Aliran Sungai (DAS) yang didalamnya, dalam pengelolaan sungai dikenal Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Secara umum, baik SWS maupun DAS yang ada di Kabupaten Serang relatif tidak luas. Sungaisungai yang terdapat di Kabupaten Serang memiliki lebar yang relatif kecil (lebar kurang dari 50 m) dan pendek (panjang kurang dari 100 km). Selain itu terdapat DPS (Daerah Pengelolaan Sungai), yakni pengelolaan satu atau beberapa DAS secara bersama yang dilakukan dalam pelaksanaan perencanaan dan pengelolaan karena faktor efisiensi dana dan pelaksanaan. Di Kabupaten Serang hanya ada SWS Ciujung-Ciliman, yang terdiri dari DAS-DAS Cidurian, Ciujung, dan Cibanten. Ketiga DAS itu terdiri dari sub-sub DAS dengan rincian luas sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1. Sungai yang besar adalah Cidurian dan Ciujung. Sungai Cidurian berhulu di Kabupaten Tangerang. Sebagian besar sungai mengalir ke arah utara menuju Laut Jawa. DAS Cidanau mengalir ke barat, Selat Sunda. Di sebelah selatannya terdapat DAS Ciliman dimana terdapat dua RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-3 arah pengaliran, yakni pada umumnya ke utara menuju Laut Jawa atau Teluk Banten, dan sebagian ke barat menuju Selat Sunda. Tabel 2.2. Daftar DAS/Sub DAS di Kabupaten Serang. No. 1. Nama DAS Sub DAS Cidurian Cidurian Hulu Cibeureum Cidurian Hilir Cimanceuri Hulu Cirarab Cimanceuri Hilir 2. Ciujung Ciujung Hulu (a) Ciujung Hulu (b) Ciujung Tengah Ciujung Hilir Ciujung Kulon (Cikeuruh) 3. Cibanten Cibanten K Grogol Bojonegara K. Lombang Cibeber K. Anyer Cikoneng Cipasauran 4. Cidanau Cikakalumpay Cisaat Cisawarna Cibojong Cihoreang Cicangkadan RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 Luas (Ha) 184.658,00 37.194,00 28.391,00 35.542,00 40.501,00 33.795,00 9.235,00 279.839,00 21.247,00 136.879,20 23.444,80 40.221,00 58.047,00 80.170,00 21.580,00 5.750,00 5.270,00 7.560,00 15.320,00 6.560,00 6.910,00 11.220,00 22.620,00 7.831,00 4.900,00 4.579,00 2.960,00 1.040,00 1.310,00 II-4 Di Kabupaten Serang terdapat danau, rawa, situ atau waduk sebagai disajikan pada tabel-tabel 4.2. dan 4.3. Kedua tabel ini mengenai perairan yang sama, namun oleh karena memperlihatkan data yang saling tumpang tindih dan berbeda, maka disajikan keduanya. Perbedaan utamanya pada pemasukan waduk, luas, cakupan lokasi, dan volume airnya. Tabel 2.3. Daftar danau, rawa, situ, telaga, dan waduk Kabupaten Serang versi 1. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Perairan Citaman Waduk Cilesung Boyongbong Bojong Herang Rawa Gede Kawao Rawa Pariuk Ciherang Cibulakan Belungun Tasikardi Rampones Sindang Mandi Cirahab Rawa Danau Telaga Wangsa Rawa Arung Cikulur Jakung Peso Raut Ciwaka RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 Luas (Ha) 1,00 2,50 10,00 2,50 10,00 10,00 0,05 9,37 20,00 1,00 6,00 1,00 1.300,00 1,00 17,00 0,05 2,00 10,00 2,97 Lokasi Desa Kecamatan Taman Sari Baros Sukacai Baros Pamanuk Carenang Pamanuk Carenang Binuang Carenang Ragasmasigit Carenang Cikanede Cikande Kurungkotok Ciomas Sentul Kragilan Margasana Kramat Watu Sindangmandi Pabuaran Sindangmandi Pabuaran Cipayung Padaricang Cigedug Padaricang Cipayung Padaricang Rawa Arun Pulo Merak Kranji Taktakan Cilowong Taktakan Kemining Tunjung Teja Ampal Walantaka II-5 Tabel 2.4 Daftar rawa, situ, telaga, dan waduk Kabupaten Serang versi 2 (Anonim 2002). Lokasi (Desa/Kecamatan) 1 St. Belungun Cijeruk/Cikande 2 St. Ciherang Banjar Banjar/Cikande 3 St. Teratai St. Teratai/Cikande 4 Wd. Cikande Cikande/Cikande 5 Wd. Ciwaka Pengapelan/Walantaka 6 St. Cibiral Tanjungsari/Pabuaran 7 St. Rampones Sindang Mandi/ Pabuaran 8 St. Sindang Mandi Sindang Mandi/ Pabuaran 9 St. Tasik Kardi Margasana/Kramatwatu 10 Rw. Danau Cinangka/Padarincang 11 Telaga Wangsa Cipayung/Padarincang 12 St. Cirahap Cipayung/Padarincang 13 St. Ranca Gede Babakan/Pamarayan Jakung 14 Rw. Arum Rawa Arum/Pulau Merak 15 Rw. Gede Kawao Binuang/Cirenang 16 Rw. Bojong Herang Pamanuk/Cirenang 17 Rw. Bojong Pring Gabus/Cirenang 18 St. Cikulur Kranji/Taktakan 19 St. Jakung Cilowong/Taktakan 20 Rw. Pasar Raut Bojong Menteng/Petir 21 Rw. Enang Kemuning/Tanjung Teja 22 St. Cibulakan Sukabana/Ciomas 23 St. Otaman Tamansari/Baros 24 Wd. Cilesung Sukaca/Baros 25 Wd. Balungan Sentul/Kragilan 26 Wd. Ciranjen Junti/Junti 27 Wd. Cibulegar Cibulegar/Cibulegar 28 Wd. Cipaseh Anyer/Anyer 29 Wd. Citawing Cinangka/Cinangka 30 Wd. Ciligawir Kadu Embe/Citasuk 31 Wd. Ciujung Lama Pepetan/Pontang 32 Wd. Lontar Lontar/Tirtayasa Total Keterangan: Rw = Rawa St = Situ Wd = Waduk. No. Nama Perairan RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 Luas (Ha) 2,5 5,3 26,0 4,0 4,5 0,6 Volume Air (1000 m3) 75,5 156,0 390,0 254,0 90,0 16,0 2,0 11,0 30,0 220,0 26,0 416,0 4,0 3,0 2,0 4,3 3,2 3,2 60,0 6,9 286,0 46,0 7,1 110,6 480,0 1.300,0 412,0 4.251,0 II-6 b. Klimatologi Iklim dapat digolongkan berdasarkan beberapa jenis klasifikasi. Menurut Köppen, daerah belahan Utara Serang beriklim Ama, sedangkan belahan Selatan Serang umumnya beriklim Afa, meskipun ada juga yang beriklim Cfa. Daerah belahan Utara Serang dengan demikian mempunyai bulan kering selama satu bulan atau lebih dalam setahun. Bagian Selatan Serang pada umumnya tidak mempunyai bulan yang jelas-jelas merupakan bulan kering. Pada bagian yang beriklim Cfa mempunyai karakteristik hujan yang serupa dengan daerah bagian Selatan Serang, tetapi di daerah ini suhu pada bulan terdingin dapat mencapai < 18˚C dan pada bulan terhangat bisa melebihi 22 ˚C. Tipe Iklim B1 C2 C3 D1 D2 D3 E2 E3 E4 Daerah Penyebaran Padarincang Cinangka, Kopo Cikeusal, Curug Ciomas Pabuaran, Pamarayan Keragilan, Petir, Anyer dan Walantaka Serang, Waringin Kurung, Taktakan, Mancak Baros, Ciruas, Tirtayasa Kasemen, Kramatwatu, Bojonegara, Pontang Tabel. 2.4. Klasifikasi iklim Kabupaten Serang menurut pembagian Kecamatan dengan menggunakan cara Mohr (1933). Menurut klasifikasi Mohr (1933), daerah Serang mempunyai enam bulan basah (November-April) dan enam bulan (Mei-Oktober) yang tidak termasuk bulan basah atau kering (Tabel 2.4). Pada saat bulan basah, curah hujan melebihi laju penguapan. Pada bulan yang diguyur curah hujan antara 60 mm sampai 100 mm terjadi keseimbangan antara curah hujan dan besar penguapan. Secara umum daerah Kabupaten Serang sebenarnya cukup memperoleh air dari hujan secara alami. Oleh karena itu dengan pengelolaan air-tanah-hutan yang baik dan benar serta sistem irigasi dan drainase yang baik dan tepat, maka daerah penduduk Kabupaten Serang secara umum sebenarnya dapat memenuhi kebutuhan airnya sendiri. RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-7 Fluktuasi kelembaban udara rata-rata bulanan antara tahun 1991 sampai dengan 2003 secara rata-rata terjadi kecenderungan penurunan kelembaban udara sekitar 4 %, namun kelembaban minimum rata-rata meningkat sekitar 2 %, sedangkan maksimum rata-ratanya relatif tetap. Hal ini agaknya menunjukkan semakin gersangnya kondisi udara di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 23 tahun terakhir. Perubahan pola iklim ini juga ditandai dengan fluktuasi perubahan curah hujan yang semakin menurun, fluktuasi penguapan yang semakin meningkat, dan lama (durasi, duration) penyinaran matahari yang relatif tetap sejak 1991 sampai dengan 2003 di kota Serang. Semua uraian di muka merupakan indikasi telah terjadi perubahan pola iklim di kota Serang yang semakin kering. Curah Hujan Sebagai parameter yang sangat penting dalam menentukan iklim dan neraca air (water balance) di Kabupaten Serang, curah hujan digambarkan dalam bentuk isohyet rata-rata (normal) hujan bulanan yang diolah dari data 30 tahun (1971-2000) sebagai dipersyaratkan oleh World Meteorological Organization (WMO) untuk memperoleh gambaran yang lebih teliti dan baku (standard). Peta isohyet bulanan disajikan oleh BMG (2004) sebagai pada Gambar 2.2 sampai dengan 2.7. Dari gambar-gambar tersebut nampak daerah selatan secara umum cukup air sepanjang tahun, namun bagian utara cenderung kering pada bulan Juni-Oktober. Dari data yang ada dan gambar-gambar tersebut dapat disimpulkan berbagai hal di Kabupaten Serang sebagai disajikan pada Tabel 2.1. Curah hujan yang agak basah (100 - < 200 mm) sampai dengan basah ekstrim (≥ 500 mm) terjadi di Kabupaten Serang, namun di kota Serang hanya sampai basah (300 - < 400 mm). Kekecualian terdapat di wilayah-wilayah Barat Laut (BL)-Utara (U)-Timur Laut (TL)-Timur (T) dan Tenggara (Tg) yang pada bulan Juli (7) sampai dengan bulan September (9) cenderung selalu tidak basah (< 100 mm). Bahkan sering kering (< 60 mm) sebagaimana terjadi dari bulan Mei sampai dengan September 1998 yang hanya mencapai masing-masing 39,8 mm; 53,4 mm; 54,5 mm; 14,6 mm; dan 20,2 mm saja. Curah hujan tahunan selalu di atas 1000 mm di wilayah utara dan ada yang lebih dari 3000 mm di wilayah selatan. RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-8 Kekeringan seperti ini seringkali berkaitan dengan kejadian bencana alam di mana pada kejadian El Nino terjadi bencana kekeringan yang panjang karena curah hujan kurang. Umumnya bencana kekeringan terjadi pada bulan-bulan Juni sampai dengan Agustus, dan bahkan dapat terus terjadi sampai dengan bulan Oktober. Sebaliknya mulai semakin sering terjadi bencana banjir, erosi tanah (soil) berlebihan, dan tanah longsor (gerakan tanah) yang sering dan terjadi dalam wilayah yang cukup luas akibat curah hujan berlebihan pada kejadian La Nina dalam tingkat global. Banjir umumnya terjadi pada bulan-bulan Desember-Januari dan kadang-kadang juga sampai dengan bulan Februari-Maret sebagaimana yang terjadi pada tahun 2004. Pada tahun 2004 ini diperkirakan oleh BMG (2004) bahwa curah hujannya di bawah normal (lebih rendah dari harga normal) sampai dengan rata-ratanya (normal). Awal musim kemarau diperkirakan maju atau sama dengan keadaan rata-ratanya. Di bagian Utara Kabupaten Serang diperkirakan musim kemarau paling awal terjadi pada minggu kedua bulan April dan paling akhir pada minggu ketiga bulan Mei 2004. Curah hujan di bawah normal terjadi di bagian Selatan Kabupaten Serang, sedangkan curah hujan normal berlangsung pada bagian Utara Kabupaten Serang. Bagian Selatan diperkirakan mulai memasuki musim kemarau minggu kedua bulan Mei-minggu pertama bulan Juni, yakni kurang lebih sama dengan kejadian rata-ratanya, dengan sifat hujan di bawah normal. Bagian Utara musim kemarau diperkirakan mulai terjadi pada minggu kedua bulan Aprilminggu pertama bulan Mei 2004, yaitu mundur sekitar satu (1) dasarian (10 hari), namun curah hujannya normal (kurang lebih sama dengan rata-ratanya). Jumlah hari hujan rata-rata dalam setahun di Serang cukup banyak, yaitu mencapai 187 hari atau rata-rata setiap dua hari turun hujan. Jumlah hari hujan rata-rata di Serang tahun 1976 – 1996 tersebut bervariasi yaitu antara 7 hari pada bulan Agustus, sampai dengan 24 hari pada bulan Januari dan Februari (Gambar 2.1). Sebagaimana dengan curah hujan, variasi tersebut secara umum berbentuk cekungan dengan lembah yang berada pada pertengahan dan puncak pada awal dan akhir tahun. Namun demikian pada bulan Juni, jumlah hari hujannya (18 hari) justru lebih banyak dari bulan Mei (12 hari) atau Juli (9 hari). Jumlah hari yang banyak pada bulan Juni tersebut ternyata tidak memberi curah hujan yang lebih banyak dari bulan Mei sebagaimana terlihat dalam Gambar 2.13. Hal ini RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-9 menunjukkan bahwa lama waktu hujan rata-rata setiap hari dan atau kederasan hujan pada bulan Juni lebih rendah dari pada bulan Mei. Selain yang berkaitan dengan hujan, terdapat parameter-parameter lain penyusun iklim yaitu suhu udara dan kelembaban. Suhu udara di Serang berkisar antara 21,9 - 32,1 oC, sedangkan tingkat kelembaban rata-rata sekitar 78 %, dan rata-rata penyinaran matahari mencapai 69,2 %. Data yang digunakan dalam uraian mengenai iklim ini adalah data 20 tahunan dari BMG (2004) yaitu antara tahun 1976 sampai 1996. Dengan demikian hasil analisis ini cukup teliti. Data tersebut menunjukkan bahwa curah hujan ratarata per tahun mencapai 1744 mm atau rata-rata setiap bulan mencapai 145,3 mm. Hasil tersebut merupakan hujan bulanan rata-rata di Serang yang berkisar antara 61 mm yaitu pada bulan Juli sampai 318 mm pada bulan Januari (Gambar 2.14). Dengan demikian secara rata-rata tidak ada bulan kering (≤ 60 mm) walaupun antara bulan Mei sampai Oktober juga tidak termasuk bulan basah (≥ 100 mm). Bulan Juli sampai September nyaris merupakan bulan kering. Berdasarkan itu semua, maka kosien (quotient, Q) Kabupaten Serang secara umum adalah 0 sehingga termasuk bertipe A menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951) yang telah disesuaikan untuk kondisi Indonesia. Jumlah Hari Hujan Rata-rata di Serang Tahun 1976-1996 Hari Hujan (hari) 30 25 20 15 Jumlah Hari Hujan 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Gambar : Jumlah hari hujan rata-rata di Serang tahun 1976 – 1996. RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-10 Schmidt dan Ferguson (1951, sebagai aplikasinya dari klasifikasinya tahun 1933) sendiri menyebutkan bahwa daerah di Stasiun Klimatologi Serang beriklim B. Perbedaan penggolongan jenis iklim ini dapat terjadi karena beberapa sebab. Pertama, perbedaan tersebut bisa terjadi karena perbedaan tahun pengambilan data. Dengan curah hujan pada bulan Juli (61 mm) dan bulan sekitarnya yang rendah, tidak tertutup kemungkinan terjadinya bulan kering pada tahun-tahun tertentu. Jika data dengan bulan kering tersebut yang diambil, maka daerah kajian tersebut mempunyai bulan kering antara 1,5 bulan sampai hampir tiga bulan sehingga digolongkan beriklim B menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson tersebut. Kedua, perbedaan itu dapat terjadi karena memang terjadi perubahan iklim, khususnya antara sebelum tahun 1950an dengan setelah 1970an. Kemungkinan ketiga, perbedaan tersebut dapat terjadi karena perbedaan Stasiun Klimatologi yang digunakan. Secara keseluruhan Kabupaten Serang mempunyai iklim yang tidak seragam. Meskipun sebagian besar beriklim A atau B, tetapi ada beberapa tempat yang bertipe C seperti di Bojonegara dan bahkan D seperti di sekitar Anyer. Semakin ke arah hulu (pegunungan) curah hujan dan hari hujan agaknya semakin tinggi dan sering, namun semakin ke arah laut curah hujan dan hari hujan agaknya semakin rendah dan jarang. Curah Hujan (mm) Curah Hujan Bulanan (mm) Rata-rata di Serang Tahun 1976-1996 350 300 250 200 150 100 50 0 Curah Hujan Bulanan (mm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Gambar : Curah hujan bulanan rata-rata di Serang tahun 1976 – 1996. RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-11 2.1.3 Sebaran Kawasan Budidaya Kondisi lahan di Kabupaten Serang terbagi menjadi dua bagian yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya, sebagian besar penggunaan lahannya terdiri atas persawahan yaitu seluas 54.145,40 Ha yang terdiri dari sawah tadah hujan seluas 31.079 ha, sawah irigasi seluas 23.066.40 Ha, yang sebagian besar berada di Serang Bagian Utara yang membentang mulai dari Kecamatan Kramatwatu Bagian utara, Kasemen, Pontang, Tirtayasa dan Tanara. Tegalan seluas 39.912,35 Ha tersebar diseluruh Kabupaten Serang, kebun campuran seluas 39.159,10 Ha yang sebagian besar berada di Wilayah Serang bagian Selatan diantaranya Kecamatan Petir, Tunjung Teja, Baros, Curug, Pabuaran, Padarincang, Ciomas, Gunungsari, Mancak dan Kecamatan Cinangka , perkampungan seluas 20.121,97 Ha yang tersebar di seluruh Kabupaten Serang, perumahan seluas 8.680 Ha, dan jasa seluas 3.305,26 Ha sebagian besar terkonsentrasi di Wilayah Kota Serang dan Kramatwatu, sehingga luas lahan budidaya secara keseluruhan sejumlah 106.043,01 Ha. 2.1.4 Kawasan Lindung dan Kawasan Rawan Bencana a. Kawasan Lindung Kawasan lindung di Kabupaten Serang tersebar di seluruh wilayah, yang meliputi sempadan sungai dan sempadan pantai, sedangkan kawasan lindung selain sempadan sungai dan pantai, terdapat diwilayah Serang Selatan dan Utara yaitu diwilayah Ciomas, Padarincang, Mancak dan Kramatwatu, sedangkan diwilayah utara terdapat di Kecamatan Bojonegara dan Puloampel. Perkembangan yang terjadi terhadap keberadaan hutan lindung ini mengalami penurunan, sehingga diperkirakan telah terjadi penyusutan luas hutan lindung 4361,79 ha dari 17906,61 ha menjadi tinggal 13544,82 ha peta kawasan lindung dan budidaya dapat dilihat dalam gambar dibawah ini. RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-12 Gambar Peta sebaran hutan pada tahun 1999 di Kabupaten Serang dibuat oleh Adipandang. b. Kawasan Rawan Bencana Keadaan geofisika Indonesia sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng (plate) yang ada di dalamnya. Indonesia merupakan daerah pertemuan antara lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara, lempeng Pasifik yang bergerak ke barat dan lempeng Asia Tenggara (lempeng Sunda atau lempeng Eurasia) yang bergerak ke selatan. Di samping ketiga lempeng besar tersebut terdapat juga lempeng mikro yang disebut dengan platelet Sumatera, di mana gerakannya berbeda dan bervariasi menurut lokasi. Di bagian utara terdapat lempeng Filipina. Interaksi antara lempeng Indonesia-Australia dengan Eurasia antara lain tercermin oleh bentuk Palung Sunda yang memanjang sejajar dengan busur Sunda. Bentuk palung ini terjadi akibat dari kegiatan penunjaman lempeng IndoAustralia ke bawah lempeng Sunda, di mana di selatan Pulau Jawa berarah barattimur dan pergerakannya ke arah tegak lurus selatan-utara, sedangkan di barat daya Pulau Sumatera berarah barat laut-tenggara mengarah barat daya-timur laut, RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-13 namun menyerong barat laut-tenggara. Pertemuan lempeng-lempeng bumi ini yang menyebabkan terjadinya gempa bumi, dan juga kemungkinan tsunami. Kondisi geologi di Selat Sunda sangat mempengaruhi sifat geologi dan geofisika Propinsi Banten secara umum maupun Kabupaten Serang secara khusus. Pengaruh tersebut tercermin dari: 1) Adanya ujung patahan atau sesar Sumatera (sesar Semangko) di Sumatera yang memanjang sampai Selat Sunda, yang merupakan jenis sesar geser aktif dengan panjang 1650 km, yang memiliki pergerakan lateral antara 20 – 25 km dan percepatan horizontal 6 cm/tahun; 2) Bentuk umum daerah sebelah utara wilayah Propinsi Banten yang bermorfologi dataran dengan dominasi batuan sedimen atau alluvium atau perbukitan di G. Gede, sedangkan daerah selatan yang bermorfologi perbukitan/pegunungan dibentuk oleh batuan-batuan beku, metamorf, dan batuan hasil kegiatan gunung api (vulkanik); 3) Intensitas struktur patahan (fault) dan lipatan (fold) yang lebih tinggi di daerah selatan dibandingkan dengan daerah bagian utara; 4) Arah sungai yang umumnya mengalir dari selatan dan tengah yang berupa perbukitan bergelombang ke arah utara yang umumnya berupa dataran pantai, sedangkan di Kabupaten Serang bagian barat daya dan bagian barat laut Kabupaten Pandeglang pola pengaliran air permukaannya mengarah dari timur ke barat; 5) Adanya mata air panas di sekitar Rawa Dano, yang menunjukkan sisa-sisa kegiatan volkanisme, dan Rawa Dano merupakan kawah purba; 6) Terdapatnya gunung berapi seperti Gunung Anak Krakatau yang sangat aktif dan merupakan bentukan sejak sekitar tahun 1930an setelah peristiwa letusan Krakatau tahun 1883 yang menghancurkan bagian tengah gunungapi itu sehingga sangat terkenal; serta perbukitan Gunung Karang, Gunung Condong dan Gunung Pulasari di bagian selatan Kabupaten Serang; 7) Tingginya tingkat kegempaan di bagian selatan Propinsi Banten, meskipun untuk di Kabupaten Serang lebih banyak terasa di wilayahnya bagian selatan; 8) Pernah terjadinya tsunami akibat letusan Gunungapi Krakatau tahun 1883 yang menggemparkan dunia waktu itu karena tenaga dan tinggi gelombang RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-14 tsunami yang dihasilkannya, dan menyapu dataran pesisir sekeliling dan tepi Selat Sunda, termasuk perairan barat Kabupaten Serang. Sebagian besar tanah di dataran alluvial wilayah utara yang berasal dari pegunungan di selatan merupakan endapan detritus (detrital sediment) bertekstur sangat halus baik berupa lumpur maupun suspensi karena merupakan hasil kikisan aliran air dan telah mengalami jarak transportasi yang cukup panjang, khususnya pada saat air sungai banjir. Meskipun demikian tanah-tanah tersebut mempunyai sedikit perbedaan dalam bentuk dan kandungannya terhadap endapan dari dasar-dasar sungai, muara dan laut. Endapan yang ada kebanyakan terdiri dari tanah liat yang halus, pasir, kerikil, dan kadang-kadang kerakal. Sebagian pulau merupakan pulau koral yang datar, tetapi sebagian pulau lainnya seperti P. Sangiang di bagian tengahnya merupakan perbukitan. Dari batuan yang tersingkap (outcrop) di Kabupaten Serang, dan dari berbagai laporan yang dapat ditemukan (termasuk Sudarman dan Herawan 1997, Anwar dan Herawan 2001), dapat diketahui stratigrafi dan sejarah geologi pembentukan daratan, perairan laut, dan pulau-pulau kecil yang ada di daerah ini. Secara umum semua batuan dan satuan sedimen yang ada berumur muda. Batuan tertua berumur Pleistosen Bawah, mungkin sekitar tujuh (7) juta tahun lalu, pada saat mana terbentuk batuan vulkanik lava andesit dan breksi vulkanik yang berkaitan dengannya akibat proses desintregrasi/pelapukan fisik dan gerakan tanah (land movement) pada daerah gunung api, baik dalam bentuk runtuhan, longsor, ataupun rayapan tanah perbukitan vulkanik yang terbentuk. Pada kenyataannya, sebagian besar bagian tengah Pulau Jawa sekarang merupakan pusat kegiatan vulkanik purba dalam bentuk rantai pegunungan gunung api (volcano) dan endapan volkanik memperlihatkan peta geologi regional di daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon pada umumnya. Sebagian besar dari gunung api yang berada di Kabupaten Serang berumur relatif muda, sudah mati, dan hanya meninggalkan bekas-bekas litologi batuan beku, breksi vulkanis dan tuf (tuff) serta morfologi puncak-puncak dan lembah-lembah purba sebagaimana perbukitan dan kawah purba Rawa Danau. Pada kala itu, wilayah ini merupakan Gunung api (volcano) Danau. Sebagian dari endapan piroklastik berasal dari letusan gunung-gunung api yang lain, termasuk RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-15 dari Gunung Krakatau purba. Sisa-sisa hasil letusannya yang berupa breksi vulkanis dan tuf tersebar luas, antara lain di bagian barat daya Kabupaten. Ukuran fragmen breksi vulkanik berkisar dari kerikil sampai bongkah dengan matrik (matrix) yang ikut menyemen batunya berukuran lebih halus. Sebagian fragmen berupa batu apung (pumice) yang sangat ringan. Pada kala Peistosen Tengah, gunung api terus bererupsi mengeluarkan lava dan batuan piroklastik (pyroclastic) yang serupa. Hasil erosi dan transportasi permukaan (run off) membuat banyak endapan pasir, breksi, dan konglomerat. Sementara itu selama kala Pleistosen, dan bahkan sampai dengan sekitar 6000 tahun lalu, muka laut berubah-ubah elevasinya, dengan tenggang kisaran sampai sekitar 140 m. Sewaktu muka air 140 m di bawah elevasi laut sekarang, maka Laut Jawa dan sebagian besar Selat Sunda merupakan daratan, di mana sungaisungai dari kabupaten Serang menuju sungai-sungai yang ada di kedua dasar laut tersebut dalam bentuk aliran sungai di dasar laut sekarang yang berukuran lebih besar dan lebih panjang dari yang ada di permukaan daratan Kabupaten Serang yang sekarang. Sisa-sisa petunjuk muka laut purba yang lebih tinggi dari elevasi sekarang tersebar terputus-putus dalam bentuk terumbu karang terangkat pada berbagai pantai di Kabupaten Serang 2.1.5 Informasi Geografis Lainnya Suhu (temperatur) udara merupakan salah satu tolok ukur penting dalam penetapan bencana kekeringan dan kebakaran. Berkaitan dengan bencana, pada periode kejadian El Nino curah hujan kurang sehingga lingkungan hidup kekeringan. Apalagi pada saat tersebut, sebagai contoh, bahkan para petani masih sering membakar jerami yang meningkatkan suhu udara dan menambah kekeringan lingkungannya. Kelembaban udara merupakan parameter penting yang cukup mempengaruhi kehidupan biota di alam. Kelembaban udara akibat kekeringan akan mengurangi cadangan air dalam tubuh biota yang selanjutnya dapat mengurangi kemampuan biota untuk tetap hidup dan berkembang biak. Secara umum kehidupan mahluk hidup sangat tergantung air. Bagian Selatan Kabupaten Serang lebih basah (berintensitas curah hujan cukup tinggi) dan bersuhu lebih rendah dibandingkan dengan bagian Utaranya. RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-16 Kecenderungan (trend) perubahan suhu udara rata-rata di Kabupaten Serang secara umum masih belum menunjukkan peningkatan berarti berdasar data pengukuran dari tahun 1982-2002 meskipun terjadi kenaikan 0,06 °C/20 tahun. Kecenderungan ini berbeda dengan misalnya di daerah (Kabupaten dan atau Kotamadya Tangerang) yang meningkat cepat yakni 0,75 °C/20 tahun (Gambar 2.8). Kestabilan suhu udara ini diperkirakan karena Kabupaten Serang tidak terlalu mengalami tekanan kependudukan sebagaimana di Kabupaten (Kota) Tangerang yang dekat dan merupakan daerah satelit (suburb) dari kota Jakarta dan bagian dari wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) yang sangat padat penduduk. Fluktuasi suhu bulanan disajikan pada Tabel 2.2. dan Gambar 2.9 yang diolah dari data BMG (2004). Dengan menggunakan indeks kekeringan (dryness index) cara Byrom (1968) dapat diketahui bahwa dari tahun 1982-2002 (20 tahun) tingkat kekeringan di Kabupaten Serang adalah 722, sehingga termasuk rendah (di bawah 1000). Hal ini diperkirakan karena tekanan penduduk belum terlalu parah ditinjau dari ratarata kepadatan penduduknya per km2 luas wilayahnya. Di samping itu mungkin oleh adanya hutan yang masih agak lebat di bagian selatan Kabupaten Serang. 31, 8 32 Des. Nop. Okt . Sep. Ags. Suhu Udara M aksi m um 30, 2 30, 6 31, 4 32 Suhu Udara M i ni m um 23, 3 23, 2 23, 3 23, 4 23, 3 22, 8 22, 1 22 22, 2 22, 8 23, 3 23, 3 Suhu Udara Rat a - rat a 26, 8 26, 9 27, 4 27, 7 27, 8 27, 4 27 27, 4 27, 8 27, 6 27, 1 RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 32, 2 32 Jul i Juni M ei Apr. M ar. Feb. Bul an Unsur Jan. Tabel 2.2. Suhu maksimum, rata-rata, dan minimum bulanan rata-rata. 27 32, 5 32, 7 31, 9 31 II-17 FLUKTUASI SUHU UDARA RATA-RATA FLUKTUASI SUHU UDARA RATA-RATA DI KABUPATEN SERANG TAHUN 2002 DI KABUPATEN SERANG TAHUN 2002 TEMPERATURE ( OC ) TEMPERATURE ( OC ) 35 35 30 30 25 25 20 20 15 15 10 10 5 5 0 0 Jan. Jan. Feb. Feb. Mar. Mar. Apr. Apr. Suhu Udara Maksimum Suhu Udara Maksimum Mei Mei Juni Juli Ags. Sep. Okt. Nop. Des. Juni Juli Ags. Sep. Okt. Nop. Des. BULAN BULAN Suhu Udara Minimum Suhu Udara Rata-rata Suhu Udara Minimum Suhu Udara Rata-rata Gambar 2.9. Fluktuasi suhu maksimum, rata-rata, dan minimum bulanan rata-rata. RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-18