SEJARAH DESAIN Modul ke: Bentuk Dan Wujud Modul 9 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Bentuk Dan Wujud • Abstract Bentuk adalah sesuatu yang terlihat. Berbagai macam pengertian dari bentuk serta sifat yang dapat dihasilkan oleh keberadaan suatu bentuk. Dan wujud merupakan perkembangan dari sebuah bentuk Bentuk Dan Wujud • Kompetensi Mahasiswa mengetahui pengertian dan dapat memahami perbedaan bentuk dan wujud BENTUK DAN WUJUD A. Pendahuluan B. Bentuk 1. Bentuk sebagai Kebenaran 2. Nilai Bentuk C. Wujud 1. Batas Wujud 2. Nilai Wujud BENTUK DAN WUJUD A. Pendahuluan Mengutip pernyataan dari Andy Goldsworthy “setiap bentuk dasar berkembang dari titik awal.” Maka intinya adalah di dalam suatu proses terdapat suatu titik awal sebagai permulaan terciptanya suatu bentuk. Hal ini tidak hanya berlaku pada kehidupan manusia saja. Namun segala yang ada di dunia maka dapat dipastikan memiliki awal penciptaan. Seperti contoh ditemukannya teori “big bang” yang membahas tentang penciptaan bumi. • Proses penciptaan bentuk dapat berawal dari dalam atau dari luar. Namun pembentukan bagian dalam tidak serta merta hadir dalam proses, melainkan harus memiliki bentuk yang terdapat dari luar. Namun sudah menjadi rahasia umum jika proses terbentuknya manusia tidak dapat diketahui apakah tercipta bagian luarnya atau bagian dalamnya terlebih dahulu. • Hal ini berbeda jika membahas tentang proses terciptanya karya seni atau desain. Karena proses berkarya seni dan desain sudah diketahui proses terciptanya yaitu melalui pemikiran manusia sebagai kreator, lalu menuangkan pemikirannya yang dilanjutkan dengan pembentukannya. • Dalam suatu kegiatan berkarya seni atau desain, manusia dituntut untuk dapat mencurahkan segala isi pikirannya untuk dapat melakukan proses “membentuk dan terbentuknya” sebuah karya. Entah dalam bentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Karena dengan bentuk tersebut dapat diketahui maksud dari apa yang ingin diungkapkan oleh “sang kreator”. • Kreasi yang dilakukan oleh kreator seni atau desain tidaklah dilakukan secara “sembarangan”, perlunya pemikiran yang mendalam untuk mencapai pemikiran suatu bentuk. Karena di dalam suatu bentuk terdapat batasan yang harus dipahami. Namun terkadang bentuk yang diciptakan oleh kreator cenderung sederhana, yang terkesan asal – asalan. BENTUK DAN WUJUD B. Bentuk Pengertian bentuk dapat diartikan secara sederhana yaitu “yang ditampilkan”. Dalam artian yang sederhana tersebut terdapat perluasan arti yang dapat diterima secara berbeda. Dari bentuk yang tidak terlihat sampai bentuk yang terlihat. Namun jika berbicara tentang bentuk dalam seni atau desain maka bentuk yang dimaksudkan adalah bentuk yang terlihat. Karena jika sudah berbicara mengenai bentuk yang tidak terlihat dalam seni atau desain maka akan sedikit menyinggung “makna”. • Bentuk dalam karya seni atau desain akan berhubungan dengan garis yang menutup atau memberikan suatu batasan. Bentuk dalam karya seni atau desain dibuat oleh kreatornya yaitu seniman atau desainer. Bentuk yang digunakan berasal dari berbagia macam sumber dan sumber tersebut yang dikatakan garis. • Garis memiliki berbagai macam bentuk pula. Seperti garis lurus, lengkung, kaku, zigzag dan garis yang terdiri dari kombinasi “diantaranya” yang dapat menghasilkan berbagai macam bentuk. • Hadirnya sebuah bentuk tidak selalu dikarenakan adanya kreasi oleh seniman atau desainer. Namun terdapat juga bentuk yang berasal dari alam. Bentuk yang berasal dari alam merupakan ciptaan dari “sang kreator” alam pula. • Sebagaimana diketahui bentuk memiliki dua macam yaitu bentuk realis dan bentuk abstrak. Keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Bentuk realis merupakan bentuk yang nyata dan jelas dalam pemahamannya oleh manusia. Sedangkan bentuk abstrak memiliki kesamaan dalam ‘kenyataannya” namun memiliki perbedaan dalam pemahamannya yang membutuhkan waktu dalam menyimpulkannya. • Selain kedua hal tersebut, bentuk juga memiliki berbagai macam penjelasan berdasarkan hasil yang didapatkan yaitu bentuk organik (alamiah, nyata, realistik, non-geometris) dan bentuk non organik (artifisial, simbolik, abstrak, geometris). • Bentuk organik sering dikaitkan dengan bentuk yang terdapat di alam. Hal itu tidak sepenuhnya benar namun juga tidak sepenuhnya salah. Karena bentuk organik merupakan bentuk yang dibatasi oleh “lengkung yang bebas yang mengesankan kejelangan dan pertumbuhan.” Sedangkan bentuk geometris dibuat “berdasarkan kaidah matematika.”. Kedua macam bentuk tersebut (realis dan abstrak) sering direpresentasikan dalam suatu karya seni. Namun dalam bentuk yang terkadang baru. Oleh karena itu, bentuk dapat menjadi berbagai macam. Karena tidak ada batasan yang dapat mengatur dalam merubah bentuk. Karena suatu bentuk selalu dapat diperbarui. BENTUK DAN WUJUD 1. Bentuk sebagai Kebenaran “Bentuk dapat menjelaskan sebuah kebenaran," Kebenaran dalam hal ini dimaksudkan kepada “sesuatu yang sebagaimana adanya”. Pernyataan terebut dapat menggmabarkan suatu kesan yang ditampilkan oleh suatu bentuk tidak akan dibuat jika sekedar asal – asalan. Dijelaskan pula, bentuk merupakan suatu konsep kebanaran yang universal karena berdasarkan suatu fakta yang dikualifikasikan oleh pemikiran. • Pada perkembangan saat ini fakta tersebut dapat terbentuk melalui penggunaan teknologi. Pemanfaatan teknologi tersebut dimaksudkan untuk memberikan suatu kondisi nyata dalam memberikan suatu yang benar. Namun seiring perkembangannya. Suatu yang benar tersebut sudah dapat dimodifikasi untuk “menipu” si penikmat. Hal tersebut tidaklah berlaku dalam suatu bentuk. Karena dalam suatu bentuk terdapat batasan, kaidah yang menjadikannya tetap benar. Jika boleh menyinggung sedikit. Bentuk sebagai kebenaran karena di dalamnya terdapat suatu ukuran yang pasti. Dan jika berubah maka bukan berarti “menipu” namun menjadikannya kebenaran yang berubah. • Untuk saat ini, bentuk yang memiliki nilai kebenaran yang hakiki baru bentuk geometri. Karena berdasar kepada aturan, batasan dan kaidah yang terdapat di dalamnya. Seperti bentuk kotak akan memiliki nilai kebenaran yang berbeda jika terdapat perubahan di dalamnya entah akan menjadi bentuk persegi dalam pengucapannya. Namun perlu ditekankan kembali adalah pengucapannya yang berbeda naun kebenarannya tetap. • Pada dasarnya setiap bentuk menceritakan dan memiliki perkembangan tertentu, kualitas yang terdapat pada suatu bentuk tidak berubah dan mudah untuk dikenali. Jika berbicara mengenai kulaitas maka akan ada nilai dalam suatu bentuk. Yang dapat dipersepsikan secara beragam. • 2. Nilai Bentuk Di dalam sebuah bentuk terdapat nilai yang dapat menjadikan adanya kebenaran. Dapat dikatakan, nilai dalam suatu bentuk, dapat dikaitkan dengan adanya angka namun dapat juga tidak dikaitkan dengan angka. Karena jika berbicara tentang angka, maka akan ada penilaian tentang ukuran, sudut kemiringan, perputara dsb. Sedangkan nilai yang tidak berbicara tentang angka dapat dilihat dari. Persepsi yang dihasilkan. Karena berkaitandengan penglihatan manusia secara “sepintas”. • Kembali kepada persepsi, maka penilaian terhadap suatu bentuk memiliki proses perjalanan penglihatan ke otak lalu diolah sehingga menghasilkan penilaian terhadap apa yang dilihat. Namun jika dibahas menggunakan angka maka proses yang dilakukan adalah melakukan pengukuran menggunakan alat, lalu dapat menyimpulkan suatu bentuk. • Dalam penilaian suatu bentuk, keduanya terdapat suatu kesamaan, yaitu harus melalui proses. Walaupun dengan cara yang berbeda. dalam perkemabangannya suatu bentuk dapat berkembang menjadi suatu wujud. BENTUK DAN WUJUD C. Wujud Bentuk dan wujud merupakan kesatuan yang tidak bisa dilepaskan diantara keduanya. Namun bentuk dan wujud memiliki arti yang berbeda. jika bentuk memiliki arti “wujud yang ditampilkan”. Maka untuk wujud memiliki arti “rupa dan bentuk yang dapat diraba” atau dapat juga diartikan dengan “benda yang nyata”. Berdasarkan dari pengertian tersebut bentuk merupakan elemen yang pertama kali ada dalam suatu wujud. • Jika berbicara tentang bentuk maka bentuk terdiri dari dua macam yaitu bentuk “dua dimensi” dan bentuk “tiga dimensi”. Begitu pula dengan wujud. Namun wujud dapat diarahkan kepada bentuk “tiga dimensi”. Kesatuan sebuah bentuk diketahui dihasilkan dari adanya pemanfaatan titik yang dijadikan garis. Lalu garis tersebut memberikan batasan yang dapat menghasilakan suatu bentuk. Sedangkan untuk wujud sendiri tercipta karena adanya bentuk. • Dalam membahas wujud, sudah tidak ada lagi pembahasan menganai garis lengkung,, lurus, dll. Namun sudah membahas tentang wujud secara terfokus. Karena jika sudah berbicara mengenai wujud, maka hanya akan membahas volume, isi, dan tidak menutup kemungkinan membahas mengeenai fungsi. • Jika kembali kepada pengertian “rupa dan bentuk yang dapat diraba”. Maka jika membahas wujud sudah mulai membahas tentang keadaan nyata yang dapat diwujudkan menggunakan panca indera. Sulit untuk memahami perbedaan antara bentuk dan wujud. karena bentuk secara langsung sudah memiliki wujud. sedangkan wujud sudah dipastikan memiliki bentuk. 1. Batas Wujud Saat ini dikenal dua macam wujud. wujud yang terlihat dan wujud yang tidak terlihat. Jika menjelaskan wujud yang terlihat, maka dengan mudah suatu wujud ditunjuk sebagai wakil dari apa yang terlihat. Seperti jika melihat wujud buah apel maka akan mudah menunjuk suatu buah apel. Karena jika berhubungan dengan objek yang terlihat. Namun tidak mudah untuk mendeskripsikan wujud yang tidak terlihat. Karena dalam mengartikannya perlu pemahaman bahasa yang diketahui bahwa bahasa berkaitan dengan sutu budaya. Seperti “buah simalakama”. Maka tidak akan bisa ditunjukan melalui suatu objek. Namun harus dimengerti arti dan maksud dari “buah simalakama” tersebut. • Saat ini terdapat jenis wujud yang pengertiannya keluar dari dua macam wujud tersebut. tidak diketahui juga pembentuk suatu wujud tersebut apakah berdasarkan kepada budaya, kepercayaan teknologi atau yang lainnya. Yaitu bentuk yang memiliki wujud yang tergambar namun tak terlihat. Seperti adanya wujud dari “penampakan”. Saat ini wujud tersebut sudah menjadi “trend” yang berlaku di masyarakat. Karena memberikan rasa penasaran kepada masyarakat. • Dengan adanya istilah penampakan tersebut secara tidak langsung, menjadikan batasan – batasan mengenai wujud menjadi kabur. Karena hal yang aneh, jika membahas suatu wujud “terlihat tetapi tidak telihat”. Mungkin akan banyak penggunaan bahasa yang membingungkan untuk mendeskripsikan wujud tersebut. • Bagaimana mungkin jika kita hanya melihat suatu wujud hanya dengan menggunakan handphone atau kamera namun tidak bisa tersentuh. Apakah mungkin hal tersebut dapat dikatakan suatu wujud. Jika pertanyaan tersebut dilontarkan maka akan lebih baik jika kembali kepada pengertian umum dari wujud yaitu “rupa atau bentuk yang dapat diraba” maka dapat ditegaskan bahwa hal tersebut tidak dapat dikatakan suatu wujud, jika meneruskan artian yang berupa benda yang nyata. • Maka penampakan dapat dikatakan setengah nyata. Mengapa? secara kasat mata dia tak terlihat, namun jika menggunakan bahasa sendiri yaitu “kasat hape” hal tersebut dapat dilihat. • Karena persepsi hadir dari dalam pikiran manusia. Oleh karena itu, jika membahas suatu batas wujud, maka akan lebih baik jika mengacu kepada pengertian umum yang dapat meBerbeda dengan wujud yang tidak terlihat. Karena di dalam wujud yang tidak terlihat terdapat rasa, atau persepsi yang dimunculkan. Rasa merupakan “suatu yang abstrak dalam menggambarkan suatu hal”. Begitu pula dengan persepsi. ndeskripsikan tentang arti wujud terlebih dahulu. 2. Nilai Wujud • Suatu wujud dapat dinilai jika di dalam wujud tersebut memiliki bentuk yang pasti. Nilai dari sebuah wujud tidak dapat disamaratakan. Karena sebagaimana diketahui, wujud memiliki dua macam. Penilaian wujud yang terlihat akan berbeda dengan penilaian wujud yang tidak terlihat. Sama jika dicontohkan dengan penilaian suatu objek radio akan berbeda dengan penilaian musik yang keluar dari radio. • Nilai wujud dari yang terlihat akan mengarah kepada penilaian bagus atau tidaknya suatu bentuk objek. Akan muncul suatu pertanyaan mengenai bagaimana wujud yang bagus?, seperti apa wujud yang bagus?, pertanyaan tersebut memiliki jawaban yang tidak mudah. Karena bentuk atau wujud yang bagus akan kembali kepada penilaian manusia sebagai “penikmat” dari suatu wujud. tidak selalu wujud yang sempurna adalah wujud yang bagus. Begitu pula tidak selalu wujud yang tidak sempurna memiliki nilai yang jelek. • Dalam menilai wujud yang bagus atau tidak, pemahaman estetika secara mendalam perlu dilakukan. Estetika yang merupakan cabang filsafat yang mempelajari keindahan. Tidak dapat memastikan mana wujud yang bagus dan mana wujud yang jelek. Bahkan jika disamaratakan maka tidak ada wujud yang jelek dan tidak ada wujud yang bagus. Namun jika menginginkan jawaban yang jelas dan pasti maka dalam menilai suatu wujud, perlu dilakukannya penelitian yang lebih lanjut, agar dapat memastikan adanya penilaian yang pasti mengenai wujud yang bagus dan yang jelek. • • • Hal yang sama akan dilakukan dalam menilai wujud yang tidak terlihat. Karena hasil penilaian dari wujud tersebut akan mengarah kepada persepsi manusia. Sebagaimana diketahui, persepsi manusia hadir “dari dalam diri manusia yang diproses ke otak berdasarkan pengamalamannya” dan akan menghasilkan penilaian. Dalam menilai wujud tersebut diperlukan proses yang panjang dibandingkan dengan penilaian dari wujud yang terlihat. Karena berdasarkan pengalaman maka waktu akan memberikan suatu jawaban. Namun terkadang penilaian terhadap wujud yang tidak terlihat dapat mengalami perubahan seiring pengalaman yang telah didapatkannya. Berdasarkan penjelasan yang ada, maka nilai suatu wujud, akan kembali kepada manusia sebagai penikmatnya. Dan dapat berdasarkan pengalaman yang didapatkannya, namun dapat juga berdasarkan penilaian yang pasti. Nilai suatu wujud akan berbeda tergantung kapada manusianya kembali. Dan dapat berubah. Oleh karena itu jika mengacu kepada manusia. Maka nilai suatu wujud tidak dapat dipaksakan. Terima Kasih Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn.