51 SIMULASI TEKNIK MODIFIKASI CUACA HUJAN BUATAN

advertisement
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash
(Deni Ahmad Jakaria – Cucu Tohir)
SIMULASI TEKNIK MODIFIKASI CUACA HUJAN BUATAN DENGAN
MENGGUNAKAN ADOBE FLASH
Deni Ahmad Jakaria1, Cucu Tohir2
1) Prodi Informatika
STMIK DCI
Jl. Komalasari II No. 28 Kota Tasikmalaya
Email : [email protected]
2) STMIK DCI
Mangkubumi Kota Taikmalaya
Email : [email protected]
ABSTRAK
Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun
secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang
dapat diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescense),
proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan sebenarnya tidak
menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha hujan buatan
diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup, sehingga dapat
terjadi hujan yang sampai ke tanah. Bahan yang dipakai dalam hujan buatan dinamakan
bahan semai.
Hujan buatan dibuat dengan cara menyemai awan dengan menggunakan bahan
yang bersifat higroskopik (menyerap air) sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan di
dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan. Awan
yang digunakan untuk membuat hujan buatan adalah jenis awan Cumulus (Cu) yang
bentuknya seperti bunga kol. Setelah lokasi awan diketahui, pesawat terbang yang
membawa bubuk khusus untuk menurunkan hujan diterbangkan menuju awan. Hujan
buatan biasanya dibuat untuk membantu daerah yang sedang mengalami kekeringan, atau
bisa juga dibuat untuk untuk pengisian waduk, danau, untuk keperluan air bersih, irigasi,
pembangkit listrik (PLTA), juga antisipasi kebakaran hutan atau lahan dan kabut asap.
Karena hujan buatan ini adalah modifikasi cuaca, maka hujan buatan bisa terjadi kapan saja
tanpa harus menunggu langit mendung.
Kata Kunci : Hujan Buatan, Model, Simulasi
I.
Pendahuluan
Curah hujan ialah jumlah air yang
jatuh pada permukaan tanah selama
periode tertentu bila tidak terjadi
penghilangan oleh proses evaporasi,
pengaliran dan peresapan, yang diukur
dalam satuan tinggi. Tinggi air hujan 1mm
berarti air hujan pada bidang seluas 1mm2
berisi 1 liter. Unsur-unsur hujan yang harus
diperhatikan dalam mempelajari curah
hujan ialah : jumlah curah hujan, dan
intensitas atau kekuatan tetesan hujan
(Prof. Dr. Ir. Arifin, MS ).
Air yang diatas permukaan tanah
yang datar dianggap sama tinggi. Volume
luas hujan pada luas permukaan tertentu
dengan mudah dapat dihitung bila tingginya
dapat diketahui. Maka langkah penting
dalam pengukuran hujan ditujukan kearah
pengukuran tinggi yang representatif dari
hujan yang jatuh selama jangka waktu
tertentu. WMO menganjurkan penggunaan
51
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash
(Tati Sumiati)
Buatan Dengan Menggunakan Adobe
Flash”.
satuan milimeter sampai ketelitian 0,2 mm.
Dalam bidang klimatologi pertanian
dilakukan pencatatan hujan harian(jumlah
curah hujan) setiap periode 24 jam dan
jumlah hari hujan. Berdasarkan pengertian
klimatologi, satu hari hujan ialah periode
selama 24 jam terkumpul curah hujan
setinggi 0,5 mm atau lebih. Apabila kurang
dari ketentuan tersebut, maka hari hujan
dianggap nol meskipun curah hujan tetap
diperhitungkan(prof. Dr.Ir. Syamsul Bahri,
MS).
Teknologi modifikasi cuaca menjadi
bagian dari pengelolaan sumber daya air.
Mendambakan turunnya hujan pada musim
kering seperti sekarang, sering menjadi
sebuah penantian panjang. Padahal,
sumber-sumber air telah mengering dan
kebutuhan air untuk beragam kebutuhan
kian mendesak. Termasuk, misalnya, untuk
pembangkit listrik. Untuk mempercepat
turunnya hujan pada musim kering yang
berkepanjangan, tak ada jalan lain selain
melakukan campur tangan terhadap alam
yaitu dengan mempercepat terjadinya
hujan yang sudah secara luas dikenal
sebagai hujan buatan. Oleh karena itu
penulis mengusulkan untuk membuat
“Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
II.
2.1
LANDASAN TEORI
Pengertian Simulasi
Simulasi dapat diartikan sebagai
meniru suatu sistem nyata yang kompleks
yang penuh dengan sifat probabilistik,
tanpa harus mengalami keadaan yang
sesungguhnya . Hal ini dapat dilakukan
dengan membuat sebuah miniature yang
representative dan valid denagn tujuan
sampling dan survey statistik pada sistem
nyata dapat dilakukan pada tiruan ini.
Proses simulasi juga berhubungan
dengan penyusunan tiruan sistem denagn
menggunakan interaksi antar bilangan
ramdom yang menuruti distribusi dari pola
data tertentu.
2.2 Jenis-Jenis Simulasi
Berdasarkan perangkat keras yang
digunakan, maka ada 3 (tiga) jenis simulasi
yaitu:
1. Simulasi Analog
2. Simulasi Digital
3. Simulasi Hybrid
Di bawah ini adalah tabel perbedaan antara
simulasi analog dan simulasi digital :
Simulasi Analog
Menggunakan komputer analog
Membentuk /menyusun analogi
persoalan
Menyajikan variabel fisis dengan
pengukuran
Operasi besar dilakukan oleh piranti
khusus (satu tugas) yang jumlahnya
relatif sedikit
Biaya relatif rendah dan mudah
Unsur-unsur terpisah untuk setiap
operasi
52
Simulasi Digital
Menggunakan Komputer digital
Menguraikan persoalan menjadi
hitungan
Menyajikan angka-angka dengan
pola diskret terkode
Operasi dilakukan oleh piranti
hitungan yang jumlahnya relatif
banyak dan dapat saling tukar tugas
Biaya relatif tinggi dan program sulit
Unsur-unsur identik bekerja
beruntun (operasi seri)
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash
(Tati Sumiati)
7.
Ketelitian hingga sekitar 1 dalam 104
tapi persoalan delay komputasi kecil
8.
Simpanan data yang tersebar pada
berbagai piranti yang tidak dapat
dipertukarkan
9.
Sebagai model atau pencerminan
sistem yang sebenarnya, operasi
biasanya dijalani dalam waktu nyata
sistem fasis
10.
Mewakili/menggantikan besaranbesaran matematis atau fasis
11.
Sangat sesuai/cocok untuk mewakili
besaran-beasaran terukur dan
meniirukan respons sistem-sistem
fisis dengan analogi maematis
2.3
Ketelitian besar hingga 1 dalam 1012
tetapi mempunyai persoalan”finite
word length” dan delay komputasi
Simpanan data terpusatkan di
tempat tertentu dan dapat
dipertukarkan serta tak terbatasi
waktu
Menghimpun data hitungan yang tak
ada hubungannya dengan sistem
yang diawakili, waktu proses
biasanya tidak bersangkutan dengan
waktu nyata
Dapat mewakili angka-angka,
maupun huruf-huruf atau simbolsimbol lain
Sangat sesuai untuk menangani
proses-proses acak diskret, data
statistik dan masalah numeric dalam
bidang ilmiah dan bisnis
Pengertian Hujan
uap air lebih rendah daripada titik
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan
embun uap air.
yang paling beragam baik menurut waktu 2. Kemudian Uap-uap air ini akan
maupun tempat dan hujan juga merupakan
membentuk awan. Lalu, angin
factor penentu serta factor pembatas bagi
(yang terjadi karena perbedaan
kegiatan pertanian secara umum. Oleh karena
tekanan udara) akan membawa
itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia
butir-butir air ini.
Tenggara umumnya) seluruhnya di kembangkan 3. Butir-butir
air
ini
akan
dengan menggunakan curah hujan sebagai
menggabungkan diri (proses ini
kriteria utama (Lakitan, 2002)
disebut koalensi) dan akan semakin
Proses terjadinya hujan :
membesar akibat turbelensi udara,
Berikut ini adalah proses atau tahapan-tahapan
butir-butir air ini akan tertarik oleh
terjadinya hujan, penjelasannya di bawah ini :
gaya gravitasi bumi sehingga jatuh
Sinar matahari menyinari bumi, energi
ke permukaan bumi.
dari sinar matahari ini mengakibatkan terjadinya 4. Dan ketika jatuh ke permukaan bumi,
evaporasi (penguapan) di lautan, samudra,
butir-butir air ini akan melewati
danau, sungai dan sumber air lainnya sehingga
lapisan yang lebih hangat di
dihasilkan uap-uap air.
bawahnya. Sehingga butir-butir air
1. Uap-uap air ini akan naik pada
sebagian kecil menguap lagi ke atas
ketinggian tertentu dan akan
dan sebagian lainnya jatuh ke
mengalami peristiwa yang disebut
permukaan bumi sebagai hujan.
kondensasi. Peristiwa kondensasi
Inilah yang dinamakan dengan
ini diakibatkan oleh suhu sekitar
hujan.
53
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash
(Tati Sumiati)
2.4 Terminologi Teknik Modifikasi
Cuaca
Istilah
yang
lebih
tepat
untuk mendefinisikan aktivitas hujan
buatan adalah Teknologi Modifikasi Cuaca
(TMC), karena pada dasarnya hujan buatan
merupakan aplikasi dari suatu teknologi.
TMC merupakan usaha manusia untuk
meningkatkan curah hujan yang turun
secara alami dengan mengubah proses
fisika yang terjadi di dalam awan. Proses
fisika yang diubah (diberi perlakuan) di
dalam awan dapat berupa proses
tumbukan dan penggabungan (collision and
coalescense) atau proses pembentukan es
(ice nucleation). Saat ini TMC menjadi salah
satu solusi teknis yang dapat dimanfaatkan
untuk menanggulangi bencana yang
ditimbulkan
oleh
karena
adanya
penyimpangan iklim/cuaca. TMC bukanlah
hal baru di dunia, karena teknologi ini sudah
dipakai oleh lebih dari 60 negara untuk
berbagai kepentingan
fenomena terbentuknya kristal es dalam
lemari pendingin, saat schaever secara
tidak sengaja melihat hujan yang berasal
dari nafasnya waktu membuka lemari es.
Kemudian pada tahun 1947, Bernard
Vonnegut mendapatkan terjadinya deposit
es pada kristal perak iodida (Agl) yang
bertindak sebagai inti es. Vonnegut tanpa
disengaja suatu hari melihat titik air di
udara ketika sebuah pesawat tebang dalam
rangka reklame Pepsi Cola, membuat
tulisan asap nama minuman itu. Kedua
penemuan penting ini adalah merupakan
tonggak
dimulainya
perkembangan
modifikasi cuaca di dunia untuk
selanjutnya.
2.6
Proses Hujan Buatan
Sifat awan yang menyebabkan hujan
oleh manusia digunakan untuk membuat
hujan buatan. Dalam mempercepat hujan,
orang memberi zat higroskopis sebagai inti
kondensasi (perak dioksida, kristal es, es
kering atau CO2 padat). Zat-zat tersebut
ditaburkan ke udara dengan menggunakan
pesawat terbang. Pembuatan hujan buatan
disebut
sebagai
suatu
proses
pemodifikasian
awan
dengan
menggunakan
bahan-bahan
kimia,
terutama NaCl (garam dapur).
Usaha
ini
dilakukan
dengan
menyebarkan zat kimia atau garam halus ke
udara dengan bantuan pesawat terbang.
Untuk tahap ini hujan yang diharapkan
belum tentu akan turun, karena dilakukan
proses lanjutan dengan menyebarkan butirbutiran besar di awan. Butiran tersebut
akan bertumbukan dan bergantung dengan
butir-butir atmosphere ini akan menjadi
berat dan akan meninggalkan awan jatuh
sebagai hujan.
2.4
Terminologi Hujan Buatan
Hujan buatan adalah hujan yang
sengaja dibuat oleh manusia. Sebenarnya
istilah hujan buatan tidak dapat diartikan
secara harfiah sebagai pekerjaan membuat
atau menciptakan hujan, karena teknologi
ini hanya berupaya untuk meningkatkan
dan mempercepat jatuhnya hujan, yakni
dengan cara melakukan penyemaian awan
(cloud seeding) menggunakan bahan-bahan
yang bersifat higroskopik (menyerap air)
sehingga proses pertumbuhan butir-butir
hujan dalam awan akan meningkat dan
selanjutnya akan mempercepat terjadinya
hujan.
2.5
Sejarah Modifikasi Cuaca Dunia
Sejarah modifikasi cuaca di dunia
diawali pada tahun 1946 ketika Vincent
Schaefer dan Irving Langmuir mendapatkan
54
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash
(Tati Sumiati)
2.7
Proses Pembentukan Awan
Udara di sekeliling kita banyak
mengandung uap air. Tidak terhitung
banyaknya gelembung udara yang
terbentuk oleh busa laut secara terusmenerus dan menyebabkan partikelpartikel air terangkat ke langit. Partikelpartikel yang disebut dengan aerosol inilah
yang berfungsi sebagai perangkap air dan
selanjutnya akan membentuk titik-titik air.
Selanjutnya aerosol ini naik ke atmosfer,
dan bila sejumlah besar udara terangkat ke
lapisan yang lebih tinggi, maka ia akan
mengalami pendinginan dan selanjutnya
mengembun. Kumpulan titik-titik air hasil
dari uap air dalam udara yang mengembun
inilah yang terlihat sebagai awan. Makin
banyak udara yang mengembun, makin
besar awan yang terbentuk.
Awan yang dijadikan sasaran dalam
kegiatan hujan buatan adalah jenis awan
Cumulus (Cu) yang aktif, dicirikan dengan
bentuknya yang seperti bunga kol. Awan
Cumulus terjadi karena proses konveksi.
Secara lebih rinci awan Cumulus terbagi
dalam 3 jenis, yaitu: Strato Cumulus (Sc)
yaitu awan Cumulus yang baru tumbuh;
Cumulus, dan Cumulonimbus (Cb) yaitu
awan Cumulus yang sangat besar dan
mungkin terdiri beberapa awan Cumulus
yang bergabung menjadi satu. Jenis awan
Cumulus (Cu) yang bentuknya seperti bunga
kol, merupakan jenis awan yang dijadikan
sebagai sasaran penyemaian dalam
kegiatan hujan buatan
jumlah
curah
hujan
yang
turun
kepermukaan tanah per satuan luas,
disebut Penakar Hujan. Satuan curah hujan
yang umumnya dipakai oleh BMKG adalah
millimeter (mm.). Jadi jumlah curah hujan
yang diukur, sebenarnya adalah tebalnya
atau tingginya permukaan air hujan yang
menutupi suatu daerah luasan di
permukaan bumi / tanah. Curah hujan 1
(satu) millimeter, artinya dalam luasan satu
meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi 1 (satu) millimeter
atau tertampung air sebanyak 1 (satu ) liter
atau 1000 ml. Misalnya disuatu daerah atau
lokasi pengamatan curah hujannya 10 mm.,
itu berarti daerah luasan sekitar daerah /
lokasi tergenangi oleh air hujan setinggi
atau tebalnya 10 millimeter (mm.)
Alat penakar hujan terbagi dalam 2 jenis
yaitu :
a. Penakar
hujan
biasa
tipe
Obervatorium (Obs.) atau non
recording.
b. Penakar hujan Otomatis / penakar
hujan yang dapat mencatat sendiri
(self-recording).
Penakar hujan Otomatis terbagi dalam 2
type :
1. Penakar Hujan Otomatis type Hellmann
yaitu penakar hujan yang menggunakan
sistem pelampung ( Float ).
2. Penakar
Hujan
Otomatis
yang
menggunakan sistemTipping Bucket.
III. ANALISA MASALAH
3.1 Analisis Proses Teknik Modifikasi
Cuaca Menambah Curah Hujan
Pada penerapan TMC untuk
menambah curah hujan, diupaya kan
proses hujan menjadi efektif. Upaya
dilakukan dengan menambahkan partikel
higroskopik dalam spektrum UGN (Ultra
Giant Nuclei ) (> 5 mikron) ke dalam awan
yang sedang dalam fasa berkembang atau
2.8
Alat Ukur Curah Hujan
Hujan adalah peristiwa turunnya
titik-titik air atau kristal-kristal es dari awan
sampai ke permukaan tanah. Curah hujan
(dalam satuan mm.) merupakan ketinggian
air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap,
dan tidak mengalir. Alat untuk mengukur
55
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash
(Tati Sumiati)
matang sehingga proses hujan dapat segera
dimulai serta berkembang meluas ke
seluruh awan. Penambahan partikel dengan
spektrum CCN (Cloud Condencation
Nucleus) tidak perlu dilakukan, karena
partikel dengan spektrum ini sudah
disediakan sendiri oleh alam. Dengan
demikian, awan tidak perlu dibuat, karena
dengan
tersedianya
CCN(Cloud
Condencation Nucleus), awan dapat
terbentuk
dengan
sendirinya
bila
kelembaban udara cukup. Pada kondisi
tertentu, dengan masuknya partikel
Higroskopik berukuran UGN ke dalam awan
, maka proses hujan (tumbukan dan
penggabungan) dapat dimulai lebih awal,
durasi hujan lebih lama, dan daerah hujan
pada awan semakin luas, serta frekuensi
hujan di tanah semakin tinggi.
Dari sinilah didapatkan tambahan
curah hujan. Injeksi partikel berukuran UGN
(Ultra Giant Nuclei ) ke dalam awan
memberikan dua manfaat sekaligus, yang
pertama adalah mengefektifkan proses
tumbukan dan penggabungan sehinga
menginisiasi (mempercepat) terjadinya
proses hujan, dan yang kedua adalah
mengembangkan proses hujan ke seluruh
daerah di dalam awan.
Urea + H2O —- ion-ion – 425 K Cal
(endoterm)
Sifat
garam-garam
tersebut
dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Sifat NaCl (garam dapur): berbentuk
kristal, mudah larut dalam atmosphere (36
g/100 ml atmosphere daripada 20°C),
dalam bentuk bubuk bersifat higroskopis,
banyak terdapat di udara (dari atmosphere
laut), campuran NaCl dengan es cair
mencapai -20°C. Sedangkan CaCl2 adalah
berbentuk kristal.
Garam dapur yang dimaksud
bukanlah garam meja, tetapi adalah garam
yang mempunyai sifat higroskopis yang
jauh lebih besar daripada garam meja,
sehingga garam meja tak dapat digunakan.
Beberapa jenis bahan higroskopik
dapat digunakan, diantaranya Urea, CaCl2,
dan NaCl (Sodium klorida). Bahan ini digiling
halus, dengan menambahkan bahan anti
gumpal "fumed silica" sebagai aditif
sebanyak 0.5 - 3 % berat. Dengan campuran
seperti ini, partikel tidak menggumpal
sehingga ketika disebarkan, berupa beraian
partikel tunggal. Penggilingan dengan
teknik konvensional pada umumnya
mampu menghasilkan partikel higroskopik
pada spektrum UGN, dominan di daerah
lebih besar dari 30 mikron. Bahan yang
telah digiling halus, dikemas dalam kantung
plastik kedap udara seberat 10 kgr.
Sebanyak 800 - 1000 kgr bahan dimuat ke
dalam pesawat yang dilengkapi dengan
corong pembuangan keluar, dan terbang
menuju awan kumulus yang berkembang,
dengan ciri : penampilan berbentuk bunga
kol, dengan dasar tidak lebih tinggi dari
5000 kaki, dan puncaknya lebih tinggi dari
11 000 kaki. Pesawat diminta memasuki
awan, dan ketika berada di dalamnya,
bahan dilepaskan keluar. Kegiatan ini
disebut penyemaian (seed) awan.
3.2
Analisis Penaburan NaCl
Garam-garaman
yang
telah
disebarkan di udara punya sifat-sifat fisis
tertentu, seperti NaCl dan CaCl2 bila
bereaksi dengan atmosphere dapat
mengeluarkan panas, sedangkan urea
dapat menyerap panas. Karena itu waktu
disebar di udara akan timbul reaksi sebagai
berikut:
NaCl + H2O —- ion-ion + 910 K Cal
(eksoterm)
CaCl2 + H2O — ion-ion + 915 K Cal
(eksoterm)
56
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash
(Tati Sumiati)
Beberapa alat ukur parameter cuaca
ditempatkan di Posmet antara lain
Theodolit-baloon (untuk mengukur arah
dan kecepatan angin di berbagai
ketinggian), Termometer (untuk mengukur
temperatur), Barometer (untuk mengukur
tekanan), Penakar Hujan (untuk mengukur
curah hujan), dan Anemometer (untuk
mengukur arah dan kecepatan angin di
permukaan).
Daerah sasaran penerbangan adalah
lokasi yang akan dituju oleh pesawat
dimana sebelumnya sudah diperoleh
informasi
dari
Posmet
mengenai
keberadaan awan-awan potensial di sekitar
daerah target operasi hujan buatan. Yang
dijadikan daerah target dalam kegiatan
hujan buatan adalah Daerah Aliran Sungai
(DAS) atau catchment area dari waduk yang
dijadikan sebagai sasaran. Jadi hujan tidak
harus jatuh tepat di atas tubuh air dari
waduk sasaran, asalkan terjadi di dalam
daerah target curah hujan tersebut
nantinya akan menjadi aliran (runoff) yang
memberikan
kontribusi
terhadap
penambahan volume air waduk.
artinya awan hujan telah terbentuk.
Tindakan berikutnya adalah penyebaran
larutan yang berkomposisi air, urea serta
amonium nitrat dengan perbandingan 4 : 3
: 1 ke dalam kelompok-kelompok besar
awan yang tampaknya hitam. Besarnya
larutan yang disebarkan antara 50 u – 100 u
dengan menggunakan peralatan mikron
atmosphere yang dipasang di pesawat.
Larutan ini cukup dingin yaitu sekitar 4° C,
yang akan mengikat awan dan mudah
meresap ke dalam awan, sehingga dapat
mendorong pembentukan butir-butir
atmosphere yang lebih besar karena berat
butir-butir atmosphere tersebut akan turun
dan menimbulkan hujan.
3.4
Analisis Proses Pembentukan Hujan
Usaha ini dilakukan dengan
menyebarkan zat kimia atau garam halus ke
udara dengan bantuan pesawat terbang.
Untuk tahap ini hujan yang diharapkan
belum tentu akan turun, karena dilakukan
proses lanjutan dengan menyebarkan butirbutiran besar di awan. Butiran tersebut
akan bertumbukan dan bergantung dengan
butir-butir atmosphere ini akan menjadi
berat dan akan meninggalkan awan jatuh
sebagai hujan.
3.3
Analisis Proses Yang Terjadi Di Awan
Penyebaran bubuk urea dilakukan
beberapa jam setelah penyebaran garamgaraman atau setelah tumbuh awan-awan
kecil secara berkelompok pada beberapa
beberapa tempat. Bubuk urea selain dapat
membentuk awan lebih lanjut, juga bersifat
endotermi (menyerap panas) yang sangat
baik bila bereaksi dengan
atmosphere
atau
uap
air.
Penyebaran bubuk urea di siang hari dapat
mendinginkan
lingkungan
sekitarnya
sehingga kelompok-kelompok kecil awan
segera bergabung menjadi kelompokkelompok besar.
Kelompok awan besar biasanya
segera terlihat agak kehitam-hitaman
2.5 Analisis Perhitungan Waktu Yang
Tepat
Sebelum
menyebarkan
garamgaraman faktor-faktor klimatologi di daerah
itu harus diperhitungkan. Penyebaran
dilakukan pada ketinggian 4000-7000 kaki,
dengan perhitungan faktor arah angin dan
kecepatannya yang akan membawa awan
ke daerah sasaran. Penyebaran NaCl dan
CaCl2 hendaknya dilakukan pada pagi hari
sekitar 07.30, dengan perhitungan karena
pembentukan awan berlangsung pada pagi
hari (dengan memperhatikan terjadinya
penguapan).
57
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash
(Tati Sumiati)
Penyebaran bubuk urea biasanya
dilakukan sekitar pukul 12.00, dengan
perhitungan awan dalam kelompokkelompok kecil telah terbentuk, sehingga
memungkinkan penggabungan awan dalam
kelompok besar. Kelompok awan besar
yang dimaksud yang dasarnya tampak
kehitam-hitaman.
Saat awan besar dengan dasar yang
kehitam-hitaman terbentuk, sekitar pukul
15.00 dilakukan penyebaran larutan
campuran yang telah dikemukakan di atas.
Perhitungannya pada jam-jam tersebut
awan telah terbentuk.
IV.
4.1
4.2
Perhitungan lainnya yang harus
diperhatikan adalah faktor cuaca yang
memenuhi persyaratan, yaitu yang
mengandung uap air dengan kelembapan
minimal 70%. Kelembapan harus memadai
sehingga waktu inti kondensasi (NaCl dan
CaCl2) disebarkan akan segera terjadi
kondensasi. Kecepatan angin juga di daerah
itu sekitar 10 knots dan tak terdapat lapisan
inversi di udara. Jadi kesimpulannya untuk
mempercepat turunnya hujan buatan
dengan memberi zat higroskopis sebagai
inti kondensasi (garam-garaman NaCl dan
CaCl2) pada waktu yang tepat.
PERANCANGAN SISTEM
Diagram Konteks
DFD Level 0
Gambar 4.2 Diagram Konteks
Gambar 4.3 Data Flow Diagram Level 0
58
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash
(Tati Sumiati)
4.3
Rancangan Antar Muka Program
1. Tampilan awal program
Gambar 4.4 Tampilan awal program
2. Tampilan program simulasi hujan buatan
Gambar 4.5
Tampilan program simulasi hujan buatan
V.
5.1.
IMPLEMENTASI PROGRAM
Implementasi
Tahap implementasi merupakan
tahap meletakan sistem agar siap untuk di
oprasikan, tahap ini bertujuan untuk
mengkaji rangkaian sistem baik hardware
maupun
software
sebagai
sarana
pengolahan data.
1. Spesifikasi Hardware
Spesifikasi Perangkat keras (hardware) yang
digunakan untuk mendukung terlaksananya
program ini adalah sebagai berikut:
1. AMD Brazor Dual Core E-450
2. RAM DDR 3 2GB
3. Harddisk 500 GB
4. VGA ATI Radeon HD 6320 1GB
5. Monitor 14.0” LCD
6. Keyboard dan Mouse Standard (PS/2
– USB)
5.2. Spesifikasi Software dan Hardware
yang digunakan
Adapun konfigurasi software dan
hardware
yang
digunakan
dalam
pengimplementasian
program
yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
59
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash
(Tati Sumiati)
2. Spesifikasi Software
Perangkat lunak (software) yang digunakan
dalam menyeleseikan program tersebut,
yaitu:
1. Sistem Operasi :
Windows
7
Ultimate 64-bit (6.1, build 7600)
2. Software Aplikasi
:
Adobe
Flash Profesional CS4, Adobe
Photoshop CS3
Adapun dalam penulisan laporan ini
menggunakan software aplikasi sebagai
berikut:
1. Microsoft Office Word 2013
2. Microsoft Office Visio 2013
garam dan urea dan proses penyemaian
awan pada pembuatan hujan, jenis
teknologi dan juga hubungannya dengan
hujan.
2. Dengan model dan simulasi ini kita bisa
mengetahui bagaimana terjadinya
proses teknik modifikasi cuaca hujan
buatan.
3. Dengan model dan simulasi ini pula kita
dapat menghitung berapa kebutuhan
garam dan urea, jika suatu saat nanti
akan menerapkan teknologi tersebut
untuk kebutuhan jika terjadi kemarau
panjang.
5.3 Spesifikasi
Syarat
Minimum
Menjalankan Program
1.
Syarat Minimum Hardware
Syarat minimum hardware yang harus
dipenuhi untuk menjalankan aplikasi model
dan simulasi ini adalah sebagai berikut:
1. Intel Atom
2. RAM 512 MB
3. Harddisk 64 GB
4. VGA 126 MB
5. Monitor 17 inchi LCD
2.
Syarat Minimum Software
Syarat minimum software yang harus
dipenuhi untuk menjalankan aplikasi model
dan simulasi ini adalah sebagai berikut :
1. Sistem Operasi Windows XP SP2
2. Aplikasi Flash Player 9
VII. DAFTAR PUSTAKA
Adamy,
David.2006.Introduction
to
electronic
warfare
modeling
and
simulation.USA: scitech publishing
Aldrian. E, 2002: Spatial Patterns of ENSO
Impact on Indonesia Rainfall, Jurnal Sains &
Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 3, no. 1,59
Jumin,Hasan Basri. 2002. Agreokologi Suatu
Pendekatan Fisiologi.PTRaja Grafindo
Persada, Jakarta
Karim,K.1985. Diktat Kuliah Dasar-Dasar
Klimatologi. Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh
Lakitan, Benyamin. 2002, Dasar-Dasar
Klimatologi Cetakan Ke-dua RajaGrafarindo
Persada. Jakarta
Renan
Rahadian,S.si.2014.3in1
solusi
cerdas IPA SMP/MTS. Jakarta Selatan :
Kawah media
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi.
Cetakan ke-2.IPB Press. Bandung
Wahyuningsih, Utami. 2004. Geografi.
Pabelan. Jakarta
http://m.kaskus.co.id/thread/51efba62611
243f13d000004/bagaimana-caramembuat-hujan-buatan/
VI.
KESIMPULAN
Setelah
melakukan
analisis,
merancang dan mengimplementasikan
perangkat lunak “Model dan Simulasi
Teknik Modifikasi Hujan Buatan” kedalam
media
komputer,
maka
diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan adanya model dan simulasi ini
kita dapat memahami akan kinerja
60
Download