KOMPOSISI ZOOPLANKTON (OUTLET) PADA AREA PERAIRAN DI TAMBAK SUNGAI KALISODO KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR Nomaliza Gandry Yani, Agus Dharmawan, Hawa Tuarita Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No.5 Malang E-mail: [email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks keanekaragaman, kekayaan, kemerataan zooplankton pada outlet area pertambakan di sekitar Sungai Kalisodo, dan faktor abiotik yang dapat mempengaruhi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan mempertimbangkan jarak dari muara kearah hulu sungai dengan batasan pasang tertinggi mencapai jarak 3462,6 m yang terbagi atas 13 stasiun. Analisis komposisi zooplankton dihitung dengan menggunakan nilai indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, dan indeks kekayaan. Hasil pengamatan dan penghitungan zooplankton terdapat 34 spesies zooplankton dengan indeks keanekaragaman dalam katagori sedang (0,86-1,66), indeks kemerataan 0,42-0,72, indeks 0,73-1,53 dan ketiga parameter tersebut menunjukkan penurunan searah dengan jarak yang menjauhi muara sungai. Faktor abiotik terukur (pH, suhu, salinitas, turbiditas, konduktivitas, DO) tidak memberikan pengaruh nyata. Kata Kunci: komposisi Zooplankton, outlet, tambak sungai Kalisodo Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan merupakan kawasan pesisir pantai yang banyak di manfaatkan oleh penduduk sekitar untuk pertambakan. Letak tambak tersebut berada disepanjang sungai kalisodo. Sejauh ini para petani tambak mengelola tambak secara tradisional, yang mengandalkan pakan alami yang berasal dari perairan. Pengelolaan tambak yang dilakukan oleh petani dan perbedaan masukkan air laut antara tambak yang dekat dengan laut dan yang jauh dari laut akan menghasilkan ekosistem tambak yang bervariasi. Variasi kondisi ekosistem dari masing-masing tambak dapat ditentukan dengan mengetahui indeks keanekaragaman zooplankton dalam tambak. Keberadaan zooplankton sangat berpengaruh terhadap kesuburan tambak. Zooplankton ini memiliki hubungan yang sangat dekat dengan pertumbuhan ikan di perairan tambak, karena merupakan pakan alami bagi ikan. Oleh karena itu kesuburan tambak sangat tergantung pada masukkan air laut pada saat pasang, kemudian sebagian akan terbawa keluar lagi pada saat air laut surut. Zooplankton yang terbawa kembali keluar akan memberikan kontribusi nutrient ke laut, fenomena ini merupakan interaksi antar ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton (outlet) pada area perairan di tambak perairan sungai Kalisodo. METODE Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2012. Lokasi penelitian di area pertambakan di perairan Sungai Kalisodo Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek dalam penelitian ini adalah semua jenis zooplankton yang diambil pada perairan yang keluar dari tambak (outlet). Prosedur kerja dari penelitian ini terdiri dari 3 tahap : a) tahap persiapan yaitu menentukan titik pengambilan sampel yang terbagi dalam 13 stasiun dan jarak 3462,6 m dari laut yang berdasarkan pada pasang tertinggi dan nilai salinitas, b) tahap pengambilan sampel zooplankton, c) tahap pengamatan zooplankton. Analisis data menggunakan rumus nilai indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, dan indeks kekayaan yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis varian untuk mengetahui perbedaan keanekaragaman, kemerataan, kekayaan, pada masing-masing stasiun. Analisis regresi ganda untuk mengetahui hubungan dengan faktor fisikakimia yang berpengaruh terhadap nilai keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan zooplankton. Berikut peta pengambilan zooplankton pada saat outlet. Gambar 1 Sketsa Pengambilan Zooplankton pada saat Outlet di Sungai Kalisodo Pasuruan HASIL Berdasarkan hasil identifikasi spesies zooplankton di tambak Kalisodo Pasuruan ditemukan ada 34 spesies. Spesies tersebut adalah Nauplius Copepod, Pompolix Sulcata, Cyclops sp, Brachionus plicatilia, Eucyclops agilis, Nauplius balanus, Nassarius sp, Diaptomus minutes, Daphnia, Astraamoeba sp, Lecane luna, Keratella cochlearis, Brachionus bakeri, Radiolaria, Alona karua, Arcella sp, Eurytemora hirundoides, Acineta tuberose, Cladocera sp, Adineta sp, Zoea portunus sp, Costracoda sp, Moraria duthiei, Furcilia larva, Diplachaunis sp, Calanus sp, Euglypa, Centropyxiz, Bosmina longirostris, Macrothrix, Megalopa sp, Nassarius sp, Epiphanes brachionus, Favella sp, Keratella serrulata. Indeks Keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan Zooplankton pada Outlet Tambak Kalisodo Pasuruan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton outlet pada masing-masing stasiun. Untuk mengetahui keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton outlet dapat dilihat pada tabel ringkasan yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Keanekaragaman Zooplankton (outlet) di Tambak Kalisodo Pasuruan Stasiun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 H’ 1,6606 1,6106 1,4721 1,3423 1,3212 1,2062 1,3336 1,1789 1,3123 1,1545 1,1862 0,8620 0,9138 Notasi H’ d cd cd bcd abcd abcd bcd abc abcd abc abc a ab E 0,7234 0,6675 0,6551 0,6579 0,5724 0,6952 0,5619 0,6734 0,6433 0,5806 0,5387 0,5001 0,4223 Notasi E’ d bcd bcd bcd abcd bc abcd bcd bcd abcd abc ab a R 1,5388 1,4892 1,3767 1,2078 1,2000 1,1280 1,1023 0,9299 0,9654 0,9900 1,0237 0,7350 0,9885 Notasi R’ e de cde bcde bcde abcd abcd ab ab abc abc a abc Ket : notasi yang sama tidak menunjukkan beda nyata Tabel 4.2 menunjukkan stasiun 1 memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi sebesar 1,66. Sedangkan pada stasiun 12 memiliki nilai indeks keanekaragaman terendah sebesar 0,86. Pada tabel tersebut ditunjukkan pula bahwa stasiun 1 memiliki nilai indeks kemerataan tertinggi sebesar 0,72. Sedangkan pada stasiun 13 memiliki nilai indeks kemerataan terendah sebesar 0,42. Untuk nilai indeks kekayaan diketahui bahwa stasiun 1 memiliki nilai indeks kekayaan tertinggi sebesar 1,53. Sedangkan pada stasiun 12 memiliki nilai indeks kekayaan terendah sebesar 0,73. Untuk mengetahui keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton outlet pada masing-masing stasiun dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2, dan 4.3. Gambar 4.1 Grafik Indeks Keanekaragaman di masing-masing Stasiun Berdasarkan Gambar 4.1 dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa keanekaragaman zooplankton dari stasiun 1 sampai stasiun 13 cenderung mengalami penurunan. Gambar 4.2 Grafik Indeks Kemerataan di masing-masing Stasiun Berdasarkan Gambar 4.2 dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa kemerataan zooplankton dari stasiun 1 sampai stasiun 13 cenderung mengalami penurunan. Gambar 4.3 Grafik Indeks Kekayaan pada masing-masing Stasiun Berdasarkan Gambar 4.3 dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa kekayaan zooplankton dari stasiun 1 sampai stasiun 13 cenderung mengalami penurunan. Untuk mengetahui perbedaan keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton pada masing-masing stasiun pada outlet area perairan di sekitar tambak sungai Kalisodo Kabupaten Pasuruan digunakan analisis varian. Nilai signifikansi keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan diperoleh hasil (Fhit < Ftab). Artinya bahwa terdapat perbedaan keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan yang nyata untuk jumlah total zooplankton dari semua stasiun (0,076;0,077;0,025 < 0,10). Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman stasiun 1 sampai stasiun 6 ( berjarak 1691,3 m dari muara/garis pantai) berbeda nyata dengan indeks keanekaragaman pada stasiun 10 sampai stasiun 13 (berjarak 2713,6 m – 3426,6 m dari muara/garis pantai). Sedangkan untuk indeks kemerataan menunjukkan bahwa stasiun 1 sampai stasiun 10 (berjarak 672,6 m - 2717,6 m dari muara/garis pantai) berbeda nyata dengan stasiun 11 sampai 13 (berjarak 2998,3 m - 3426,6 m dari muara/garis pantai). Indeks kekayaan menunjukkan bahwa stasiun 1 sampai stasiun 5 ( berjarak 672, 60 m – 1448,4 m dari muara/garis pantai) berbeda nyata dengan stasiun 6 sampai stasiun 13 ( berjarak 1691,3 m - 3426 m dari muara/garis pantai). Pengaruh Faktor Fisikan Kimia Terukur terhadap Keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan Zooplankton pada outlet Tambak Kalisodo Pasuruan Untuk mengetahui adanya faktor fisika kimia terhadap keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton pada masing-masing stasiun dan kondisi dilakukan uji regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diketahuai bahwa nilai (Sig.) keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan > 0,10, artinya faktor fisika-kimia atau faktor abiotik tidak berpengaruh terhadap keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton (outlet) pada area perairan di sekitar tambak sungai Kalisodo Kabupaten Pasuruan. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data indeks keanekaragaman zooplankton outlet dalam penelitian ini berkisar antara 0,86-1,66, hal ini dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan dalam katagori sedang. Hasil tersebut didukung dengan pernyataan Duhari (1994) kisaran ini tergolong sedang yaitu produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang. Kondisi ini dimungkinkan karena pada saat surut kemudian air dari tambak menuju kembali ke sungai jumlah zooplankton berkurang akibat adanya proses rantai makanan di dalam tambak tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nontji (2008) bahwa plankton, baik zooplankton maupun fitoplankton memiliki peranan yang besar dalam ekosistem laut lainnya. Zooplankton memiliki hubungan yang sangat dekat dengan pertumbuhan ikan diperairan tambak, karena merupakan pakan alami bagi ikan. Pada tambak payau zooplankton akan terbawa masuk ke tambak pada saat laut pasang dan sebagian akan terbawa keluar lagi pada saat air laut surut. Berdasarkan hasil analisis varian menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan masukan air pada saat pasang, sehingga tambak pada stasiun 1 sampai stasiun 6 (berjarak 1691,3 m dari muara/garis pantai) atau tambak yang dekat dengan laut cenderung memiliki indeks keanekaragaman yang sama, sedangkan tambak pada stasiun 10 sampai stasiun 13 (berjarak 2713,6 m – 3426,6 m dari muara/garis pantai) yang jaraknya mulai menjauhi laut cenderung memiliki indeks keanekaragaman yang berbeda dengan tambak yang dekat dengan laut. Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman yang cenderung semakin menurun, hal ini disebabkan semakin menjauhi muara jenis spesies zooplankton semakin sedikit dimungkinkan karena semakin berkurangnya masukkan air dari sungai pada tambak yang jaraknya mulai menjauhi muara. Peristiwa ini terjadi karena adanya mekanisme pasang surut. Perairan yang masih dekat dengan laut cenderung memiliki jumlah spesies yang banyak, hal ini dikarenakan tambak yang jaraknya paling dekat dengan laut mendapatkan sumbangan jenis spesies yang lebih banyak dari laut melalui masuknya air laut ke dalam tambak karena periode pasang yang lebih lama. Nilai indeks meningkat pada tambak yang jaraknya dekat dengan laut, berarti komunitas diperairan itu makin beragam. Menurut Nybakken (1992) plankton estuari yang dominan adalah jenis Copepod. Copepoda berperan sebagai mata rantai yang amat penting antara produksi primer fitoplankton dengan para karnivora besar dan kecil. Selain itu perbedaan jumlah zooplankton seperti yang ditunjukkan dari uji anava juga lebih dipengaruhi faktor internal tambak. Berdasarkan hasil analisis varian kemerataan zooplankton outlet menunjukkan perbedaan yang nyata, hal ini didukung dengan hasil analisis uji Duncan yang menunjukkan bahwa indeks kemerataan zooplankton dari stasiun 1 sampai stasiun 10 (berjarak 672,6 m - 2717,6 m dari muara/garis pantai) berbeda nyata dengan stasiun 11 sampai 13 (berjarak 2998,3 m - 3426,6 m dari muara/garis pantai) . Dalam penelitian ini indeks kemerataan tertinggi terdapat pada stasiun 1 dan indeks kemerataan terendah terdapat pada stasiun 13. Secara keseluruhan nilai indeks kemerataan dalam penelitian ini berkisar antara 0,42-0,72. Nilai indeks kemerataan maksimal adalah 1, apabila nilai indeks kemerataan mencapai 0,5 sudah dapat dikategorikan memiliki kemerataan yang tinggi. Dalam penelitian ini dapat dikatakan memiliki kemerataan yang tinggi dengan adanya nilai indeks kemerataan mendekati 0,5. Apabila diperoleh nilai indeks kemerataan yang tinggi, maka dapat dikatakan komunitas tersebut bersifat heterogen. Menurut Wulandari (1999) dalam Siami (2005) indeks kemerataan berkisar antara 0-0,979 angka ini menunjukkan bahwa kondisi habitat pada semua lokasi penelitian adalah heterogen, artinya keberadaan individu masing-masing spesies pada suatu lokasi cukup berimbang. Berdasarkan hasil analisis varian kekayaan zooplankton outlet menunjukkan hasil yang berbedaan nyata, hal ini di dukung dengan uji Duncan yang menunjukkan bahwa stasiun 1 sampai stasiun 5 ( berjarak 672, 60 m – 1448,4 m dari muara/garis pantai) berbeda nyata dengan stasiun 6 sampai stasiun 13 ( berjarak 1691,3 m - 3426 m dari muara/garis pantai ). Untuk nilai indeks kekayaan yang tinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 1,53 dan nilai indeks kekayaan terendah terdapat pada stasiun 12 sebesar 0,73. Secara keseluruhan dalam penelitian ini diperoleh indeks kekayaan 0,73 – 1,53, sehingga dapat dikatakan memiliki nilai indeks kekayaan yang tinggi. Menurut Yanney (1988) dalam Vimono (2005) nilai indeks kekayaan berkisar antara 0,5. Dalam penelitian ini indeks kekayaan diperoleh dari jumlah semua zooplankton yang tidak dimanfaatkan oleh perairan tambak, sehingga pada waktu surut zooplankton yang tidak dimanfaatkan oleh tambak akan ikut kembali keluar tambak pada saat air surut. Untuk faktor fisika-kimia yang terukur pada penelitian ini tidak berpengaruh nyata bagi keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton yang keluar dari perairan tambak pada saat surut. Hal ini dimungkinkan ada faktor pembatas lain yang tidak terukur. Perbedaan kedalaman tambak dan luas pintu air tambak yang berbeda satu sama lain dimungkinkan faktor yang dapat mempengaruhi. PENUTUP Kesimpulan Nilai indeks keanekaragaman zooplankton outlet berkisar antara 0,86-1,66 kisaran ini tergolong sedang. Indeks keanekaragaman zooplankton pada stasiun 1 sampai stasiun 6 ( berjarak 1691,3 m dari muara/garis pantai) berbeda nyata dengan indeks keanekaragaman pada stasiun 10 sampai stasiun 13 (berjarak 2713,6 m – 3426,6 m dari muara/garis pantai).Nilai indeks kemerataan zooplankton outlet berkisar antara 0,42 – 0,72 kisaran ini dikategorikan memiliki kemerataan yang tinggi. Indeks kemerataan zooplankton pada stasiun 1 sampai stasiun 10 (berjarak 672,6 m - 2717,6 m dari muara/garis pantai) berbeda nyata dengan stasiun 11 sampai 13 (berjarak 2998,3 m - 3426,6 m dari muara/garis pantai).Nilai indeks kekayaan zooplankton outlet berkisarantara 0,73 – 1,53 kisaran ini dikategorikan memiliki nilai indeks kekayaan yang tinggi. Indeks kekayaan zooplankton pada stasiun 1 sampai stasiun 5 ( berjarak 672, 60 m – 1448,4 m dari muara/garis pantai ) berbeda nyata dengan stasiun 6 sampai stasiun 13 (berjarak 1691,3 m - 3426 m dari muara/garis pantai).Pengaruh faktor fisika kimia terhadap keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan spesies zooplankton outlet tidak berpengaruh secara nyata. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pemantauan secara berkala berdasarkan keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton di dalam tambak maupun di aliran sungai Kalisodo. DAFTAR RUJUKAN Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta. UGM Press. Asmawi. S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Jakarta: Erlangga Astuti, Ardhiana Yuni. 2005. Perbandingan Tingkat Pencemaran Air di Muara Sungai Gembong dan di Muara Sungai Rejoso Pasuruan Ditinjau dari Keanekaragaman Fitoplankton. Skripsi tidak diterbitkan. Malang : Universitas Negeri Malang. Dahuri. 1994. Analisa Biota Perairan Fakultas Perikanan IPB. Bogor : IPB Press Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta : 368 h. Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta. Nybakken, J. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia, Jakarta. Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd editions. Philadelphia: Saunders Co. Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Romimohtarto, K. Juwana, S. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan. Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Semarang : Universitas Diponegoro. Press. Siami, Nur, 2005. Kemelimpahan Dan Keanekaragaman Zooplankton Pada Saat Air Pasang Dan Air Surut Sebagai Indikator Kualitas Tambak Di Kecamatan Lekok Pasuruan. Skripsi. Malang : Tidak diterbitkan. Vimono, Indra Bayu. 2005. Komparasi Komposisi Dan Kemelimpahan Fitoplankton Sebagai Indikator Kesuburan Tambak Di Pantai Lekok Kabupaten Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang : Universitas Negeri Malang. Wibowo A., Wiryanto., Sutomo A.B. 2004. Keanekaragaman, Kemelimpahan, dan Sebaran Zooplankton di Perairan Digul Laut Arafura, Papua. Jurnal Bio Smart, (Online), 6 (1) : 51-56, (http://www.uns.ac.id), diakses 5 Juni 2013.