melalui model air (auditory intellectually

advertisement
1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI MODEL AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY
REPETITION) PADA KONSEP GAYA
Indri Rosidah, Kurniawati², Hana Yunansah³
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang dialami siswa kelas V
SDN Rawabogo dalam pembelajaran IPA pada konsep gaya, permasalahannya yaitu
aktivitas belajar siswa di dalam kelas dan hasil belajar siswa yang masih rendah.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti memberikan alternatif dengan
menerapkan model AIR (Auditory Intellectually Repetition). Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode dan desain yang
digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas desain Elliot yang dilaksanakan
selama 3 siklus. Partisipan dan tempat penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN
Rawabogo yang berjumlah 26 siswa. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan
terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan refleksi. Pembelajaran
dilaksanakan sesuai tahapan model AIR yaitu ada tahap auditory, intellectuall, dan
Repetition. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi, catatan lapangan,
lembar penilaian aktivitas, lembar evaluasi, dan alat untuk dokumentasi. Berdasarkan
hasil analisis, aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa yang sudah mampu mengemukakan
pendapat dan bekerja sama dengan baik serta seluruh siswa sudah mendapat nilai di
atas KKM. Dengan demikian peneliti merekomendasikan model ini kepada para guru
sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Aktivitas, AIR (Auditory Intellectually Repetition), Hasil belajar, Konsep
gaya.
²penulis penanggungjawab
³penulis penanggungjawab
Indri Rosidah, Kurniawati², Hana Yunansah³
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model AIR (Auditory Intellectually
Repetition) pada Konsep Gaya| 2
THE INCREASING OF ACTIVITY AND STUDENT LEARNING OUTCOMES
THROUGH AIR (AUDITORY INTELECTUALLY REPETITION) MODEL IN
ENERGY CONCEPT
Indri Rosidah, Kurniawati², Hana Yunansah³
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected]
ABSTRACT
This research is committed to solve problems of fifth grade student of
Rawabogo Elementary school in learning about Natural Science; the problem is
because the less of learning activity student in class and the less of student
learning result. Based on those problems, a researcher give an alternative by
applied AIR (auditory Intellectually Repetition) model in natural science of
energy concept. The purpose of this research is to increase the activity and
student learning result. A method and design are used in this research is class
action reseach method Elliot design which committed during 3 cycles and each
of cycles.. The subject of research is totaled 26 students. There are some steps
of research: planning step, implementation step analysis and reflection. A
learning is committed with model steps, they are: explanation of study
(auditory), trial activity or discussion ( intellectually) and a repetition of study
(repetition). In that learning process, student should active in his group
contribution. In this reseach, the researcher are used instruments that is:
observation sheet, daily field note, activity assessment sheet, evaluation sheet,
and documentation. Based on data analysis result, researcher concluded an
activity and student learning result is increased. It can reflected from students
enthusiasm, activity, and the increasing of learning. It can be seen from the
activities of student who are able to express opinions and cooperate well and
which all of student get KKM. So a researcher recommended this model to all
Teacher as the alternative to increase activity and student learning result.
Keyword: activity, AIR (Auditory Intellectually Repetition, learning result, energy
concept.
²penulis penanggungjawab
³penulis penanggungjawab
3|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Pendidikan merupakan salah satu
usaha manusia yang dilakukan secara sadar
untuk mengantarkan pada kesuksesan dan
kedewasaan,
baik
secara
mental,
emosional, maupun intelektual. Pendidikan
bukan hanya dijadikan sebagai kewajiban,
namun pendidikan bisa dikatakan sebagai
kebutuhan
hidup
manusia
untuk
menghadapi tantangan di masa yang akan
datang. Hal ini bisa diartikan bahwa proses
pendidikan yang dilakukan sekarang bukan
semata-mata untuk saat ini saja melainkan
untuk masa depan.
Dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengenalan
diri,
kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. (Depdiknas, 2013, hlm.6)
UNESCO (dalam Suyanto, 2008)
mengemukakan Empat Pilar Pendidikan
Global, suatu kemampuan yang wajib
dimiliki anak agar sukses dalam kehidupan
mendatang. Keempat pilar tersebut adalah
1) learning to know (belajar untuk tahu), 2)
learning to do (belajar untuk melakukan),
3) learning to be (belajar untuk menjadi),
dan 4) learning to live together (belajar
hidup bermasyarakat). Menurut UNESCO,
pada umumnya sekolah tradisional masih
dominan mengajarkan “learning to know”
dan itu pun melalui pemberian informasi,
belum menyentuh “belajar tentang cara
belajar” (learning how to learn). Masih
sangat
sedikit
sekolah
yang
mengembangkan “learning to be”, yaitu
membantu
setiap
individu
untuk
menemukan,
meningkatkan,
dan
memperkaya potensi kreatifnya agar dapat
Juni 2016
mewujudkan potensi dalam dirinya
tersebut menjadi apa yang dicita-citakan.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat
dipahami bahwa tujuan pembelajaran IPA
bisa beragam yaitu IPA sebagai produk,
IPA sebagai proses, IPA sebagai sarana
pemgembangan sikap ilmiah. Adapun IPA
sebagai produk yaitu kumpulan hasil
penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan
sudah membentuk konsep yang telah dikaji
sebagai hasil kegiatan impirik dan kegiatan
analitis (Nurdin, 2013). Selanjutnya IPA
sebagai proses mengandung pengertian
cara beripikir dan bertindak untuk
menghadapi atau merespons masalahmasalah yang ada di lingkungan
(Djojosoediro, 2010). Jadi IPA sebagai
proses merupakan proses atau cara kerja
untuk
memperoleh
hasil
(produk).
Selanjutnya IPA sebagai sikap ilmiah yaitu
sikap tertentu yang diambil dan
dikembangkan oleh ilmuwan untuk
mencapai hasil yang diharapkan dalam
pembelajaran sains (Nurdin, 2013). Bagi
siswa kelas V SD, pembelajaran konsep
gaya dapat dikategorikan kedalam mata
pelajaran yang cukup tinggi, sehingga
dalam proses pembelajaran, seorang guru
harus mampu membangun pengetahuan
awal siswa, dan mampu menghubungkan
dari pengetahuan awal tersebut kedalam
konsep mata pelajaran yang akan
dipelajari, sehingga pembelajaran yang
dilakukan mampu menarik minat siswa
walaupun dalam pembelajarannya konsep
gaya cukup sulit untuk dipahami. Untuk
lebih menekankan pada hasil belajar yang
diharapkan, maka pembelajaran yang
dilakukan harus berpusat pada siswa dan
proses pembelajaran yang dilakukan harus
dapat menjadikan siswa berperan aktif.
Namun berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan pada siswa kelas V pada
pembelajaran IPA, saat pembelajaran siswa
terlihat kurang tertarik dan kurang fokus
pada materi yang sedang siswa pelajarinya.
Hal tersebut disebabkan karena siswa
kurang terfasilitasi rasa ingin tahu dan rasa
ingin bergeraknya. Selain karena model
Indri Rosidah, Kurniawati², Hana Yunansah³
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model AIR (Auditory Intellectually
Repetition) pada Konsep Gaya| 4
dan media pembelajaran yang diterapkan
guru yang dirasa kurang sesuai, guru pun
kurang
memfasilitasi
siswa
dalam
melakukan percobaan-percobaan yang
mampu membuat siswa lebih memahami
konsep yang sedang ia pelajari sehingga
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
siswa.
Hal tersebut kurang sesuai dengan
tantangan dan kebutuhan pendidikan
sekarang
ini,
yang
mengharapkan
pendidikan harus menghasilkan sumber
daya manusia yang memiliki kompetensi
yang menitikberatkan pada kompetensi
berpikir yang semakin berkembang,
sehingga pembelajaran harus disesuaikan
dengan kebutuhan di masa yang akan
datang dan harus sesuai dengan
perkembangan kognitif dan psikologi
siswa. Pemaparan di atas sesuai dengan
teori Piaget (dalam Suyono dan Hariyanto,
2011, hlm.83) yang mengemukakan bahwa
setiap anak mengembangkan kemampuan
berpikirnya menurut tahapan yang tetatur.
Pada penelitian ini, peneliti mencoba
menggunakan
model
AIR
(Auditory
Intellectually
Repetition).
Model
pembelajaran
AIR
merupakan
model
pembelajaran yang menganggap bahwa suatu
pembelajaran akan efektif jika memperhatikan
tiga hal, yaitu Auditory, Intellectually, dan
Repetition. Huda (2013, hlm 289) menyatakan
bahwa gaya pembelajaran AIR merupakan
gaya pembelajaran yang hampir sama dengan
model pembelajaran Somatic, Auditory,
Visualizataion, Intellectually (SAVI) dan
pembelajaran
Visualization,
Auditory,
Kinesthetic (VAK). Perbedaannya hanya
terletak pada pengulangan (repetisi) yang
bermakna pendalaman, perluasan, dan
pemantapan dengan cara pemberian tugas
atau kuis.
METODE
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Metode PTK
dipilih karena metode ini relevan untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang
tidak sesuai secara berulang sehingga
mampu menghasilkan pembelajaran yang
lebih baik. Sejalan dengan hal tersebut
Abidin (2011, hlm 217) mengemukakan
PTK adalah “Penelitian yang dilakukan
untuk memecahkan masalah, mengkaji
langkah pemecahan masalah itu sendiri,
dan atau memperbaiki proses pembelajaran
secara berulang dan bersiklus.”
Bertemali dengan pernyataan di atas,
maka desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu model desain
penelitian Elliot. Model desain penelitian
Elliot ini terdiri dari tiga siklus dan di
dalam setiap siklusnya terdiri dari tiga
tindakan.
Partisipan penelitian tindakan kelas ini
adalah siswa-siswi kelas V sebanyak 26
orang. Penelitian tindakan kelas ini
dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Rawabogo Kecamatan Ciwidey Kabupaten
Bandung.
adapun instrumen pada penelitian ini
adalah lembar observasi, lembar evaluasi,
lembar catatan lapangan, lembar penilaian
aktivitas, dan alat untuk dokumentasi.
teknik analisis data menggunakan analisis
data kualitatif dan analisi data kuantitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil temuan yang telah
dilakukan pada kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model AIR, dapat
dilihat bahwa aktivitas siswa pada siklus I
sampai siklus III mengalami peningkatan.
Untuk lebih jelas peningkatan tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut.
5|Antologi UPI
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Volume
3.1
2.77
2.44
2.73
2.38
Mengemuka
kan
pendapat
Kerja sama
dalam
kelompok
Siklus I
2.44
2.38
Siklus II
2.77
2.73
Siklus III
3.1
3
Edisi No.
3
Gambar 1
Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa
Siklus I – Siklus III
Berdasarkan gambar di atas dapat
dilihat rata-rata aktivitas siswa pada siklus
I sampai dengan siklus III dari dua
indikator yang ingin peneliti tingkatkan
mengalami peningkatan. Adapun dua
indikator aktivitas belajar tersebut yaitu
aspek mengemukakan pendapat dan
kerjasama dalam kelompok. Adapun uraian
yang lebih jelas dari data tersebut yaitu
pada aspek mengemukakan pendapat
terdapat peningkatan pada setiap siklusnya.
Pada siklus I aktivitas siswa pada aspek
mengemukakan pendapat skor rata-ratanya
baru mencapai angka 2,4. Hal tersebut
terjadi karena siswa belum terbiasa untuk
berbicara dalam suatu forum. Siswa masih
merasa ragu dan malu-malu saat ingin
mengemukakan pendapatnya. Namun
seiring dengan perbaikan yang dilakukan
peneliti pada setiap siklusnya. Terbukti
pada siklus II skor rata-rata aktivitas siswa
pada aspek mengemukakan pendapat
menjadi 2,79. Meskipun pada siklus II
perolehan skor rata-rata aktivitas siswa
masih lemah, akan tetapi perolehan
tersebut jika dibandingkan dengan siklus
sebelumnya sudah jelas mengalami
peningkatan.
Peneliti
senantiasa
melakukan
perbaikan
pada
setiap
siklusnya. Lebih lanjut setelah peneliti
melakukan perbaikan pada siklus I dan II,
perolehan skor rata-rata aktivitas siswa
Juni 2016
pada aspek mengemukakan pendapat
mengalami peningkatan kembali menjadi
3,1.
Selanjutnya aktivitas siswa pada aspek
kerja sama dalam kelompok skor rataratanya baru mencapai 2,3. Hal ini karena
siswa belum terbiasa untuk bekerja dalam
suatu kelompok. Beberapa siswa hanya
bekerja pada bagiannya saja tanpa ikut
membantu teman lainnya. Temuan ini
menjadikan
peneliti
untuk
selalu
memberikan
pemahaman
mengenai
tanggung jawab pada masing-masing
kelompok. Tugas kelompok merupakan
tanggung jawab semua anggota kelompok.
Peneliti pun senantiasa memotivasi siswa
untuk selalu bekerja sama dengan baik
bersama teman sekelompoknya. Dari hasil
perbaikan pembelajaran yang dilakukan
peneliti pada siklus selanjutnya maka
aktivitas siswa pada siklus selanjutnya skor
rata-rata aktivitas siswa mengalami
peningkatan. Pada siklus II meningkat
menjadi 2,67 dan siklus III meningkat
kembali
menjadi
3,04.
Hal
ini
membuktikan bahwa penggunaan model
AIR dapat memupuk rasa tanggung jawab
siswa dalam kelompok sehingga siswa
memliki rasa saling membutuhkan serta
dapat bekerjasama dengan baik. Hal ini
sejalan dengan pendapat Kagan dan kagan
(Abidin, 2014) bahwa dalam pembelajaran
berkelompok guru hanya sebagai motivator
dan fasilitator untuk meciptakan suasana
dalam kelompok agar memiliki rasa saling
membutuhkan, rasa saling membutuhkan
ini tentu saling membutuhkan secara
positif atau ketegantungan positif.
Setelah memperoleh data peningkatan
skor rata-rata nilai aktivitas siswa dari
siklus I sampai dengan siklus III, maka
diperoleh data bahwa aktivitas siswa pada
kedua
aspek
tersebut
mengalami
peningkatan. Hal tersebut terjadi karena
berbagai upaya perbaikan yang dilakukan
oleh peneliti pada setiap siklusnya cukup
efektif dan berhasil.
Bertemali dengan pemaparan di atas,
selain mampu meningkatkan aktivitas
Indri Rosidah, Kurniawati², Hana Yunansah³
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model AIR (Auditory Intellectually
Repetition) pada Konsep Gaya| 6
siswa model AIR juga signifikan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
tersebut dapat dilihat dari perolehan skor
rata-rata nilai evaluasi siswa setiap
siklusnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada gambar berikut.
90
70
50
30
10
67.11 70,44
78.97
Rata-rata
nilai evaluasi
akhir
Siklus Siklus Siklus
I
II
III
Gambar 2
Hasil Evaluasi Siswa pada Siklus I,
II, III
Dari gambar di atas, terlihat bahwa
rata-rata hasil evaluasi siswa semakin
meningkat pada setiap siklusnya. Pada
siklus I, hasil evaluasi siswa baru
mencapai 67,11. Hal tersebut terjadi
karena siswa belum terbiasa dalam
menyelesaikan soal berupa essay yang
berbentuk cerita. Siswa juga kurang teliti
ketika menjawab pertanyaan. Siswa belum
terbiasa menganalisis masalah yang ada
dalam soal evaluasi sehingga jawaban
yang diberikan siswa pun masih keliru.
Selain itu, kurangnya kerja sama siswa
dalam memahami materi saat kegiatan
diskusi kelompok ikut memicu hal ini.
Maka dari itu, peneliti selalu memberikan
media pembelajaran yang kongkret pada
setiap tindakannya, hal ini dimaksudkan
agar siswa mampu mengembangkan
tahapan berpikirnya dari yang kongkret
terlebih dahulu, sehingga pada saat
menjawab soal evaluasi siswa mampu
berpikir secara abstrak. Hal ini sejalan
dengan teori Piaget (dalam Suyono dan
Hariyanto, 2014 hlm. 83) mengemukakan
bahwa “Setiap anak mengembangkan
kemampuan berpikirnya menurut tahapan
yang teratur. Proses berpikir anak
merupakan suatu aktivitas gradual, tahap
demi tahap dari fungsi intelektual, dari
kongkret menuju abstrak”. Peneliti juga
selalu mengingatkan siswa agar lebih teliti
lagi ketika menganalisis soal. Setelah
melakukan beberapa perbaikan pada
setiap siklusnya maka pada siklus II
mengalami peningkatan sehingga rata-rata
nilai evaluasi siswa meningkat menjadi
70,44 dan pada siklus III pun meningkat
menjadi 78,97.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil deskripsi, analisis,
dan pembahasan dari penelitian yang
dilakukan selama 3 siklus pada konsep
gaya dengan menggunakan model AIR
(Auditory Intellectually Repetition) di kelas
V SDN Rawabogo dapat disimpulkan
bahwa aktivitas belajar siswa pada konsep
gaya di kelas V SDN Rawabogo dengan
menerapkan model AIR mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata aktivitas siswa yang meningkat
setiap siklusnya. Pada siklus I beberapa
siswa yang belum berani mengemukakan
pendapatnya.
Setelah
melakukan
serangkaian perbaikan atas kekurangan
yang terjadi pada siklus I maka pada siklus
II nilai rata-rata aktivitas siswa pada aspek
mengemukakan
pendapat
mengalami
peningkatan menjadi 2,79. Pada siklus III
ini seluruh siswa tidak malu-malu dan
sudah berani mengemukakan pendapatnya.
Selanjutnya, pada aspek kerja sama dalam
diskusi pun mengalami peningkatan setiap
siklusnya. Hal ini dapat terlihat pada setiap
siklusnya yaitu semakin banyak siswa yang
aktif
memberikan
kontribusi
pada
kelompoknya masing-masing.
Selanjutnya hasil belajar siswa pada
ranah kognitif mengenai konsep gaya
dengan
menerapkan
model
AIR
mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil nilai evaluasi siswa setiap
siklusnya. Pada siklus I, nilai evaluasi
siswa mencapai 66,98. Pada siklus II nilai
7|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
evaluasi siswa mengalami peningkatan
menjadi 70,44. Lalu, pada siklus III nilai
evaluasi siswa mengalami peningkatan
yang signifikan menjadi 80,02. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan model AIR
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dengan baik.
Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan
dalam Gamitan Pendidikan Dasar
dan Paud. Bandung : Rizqi Press.
Abidin, Y. (2014). Desain sistem
pembelajaran
dalam
konteks
kurikulum 2013. Bandung: Refika
Aditama.
Depdiknas. (2013). UU Sisdiknas edisi
terbaru, Bandung: Fokusindo.
Purniawati, S. (2013). Implementasi
model
auditory
intellectually
repetition (AIR) pada materi
bangun datar terhadapa hasil
belajar siswa kelas VII SMPN 1
pabelan. (Skripsi). Pendidikan
Matematika, Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga, Salatiga.
S.
(2008).
sekolah
Pengembangan
bertaraf
internasional
melalui organisasi belajar: konsep
dan
implementasi.
Journal:
Cakrawala
Conaplin
pendidikan,
(Nomor 3 tahun XXVII). Hlm 246.
Suyono & Harianto. (2014). Belajar dan
pembelajaran teori dan konsep
dasar.
Bandung:
Djojosoediro,
Wasih.
(2010).
Pengembangan dan Pembelajaran
IPA SD. Bandung: Refika Aditama.
Huda, M. (2013). Cooperative learning :
model-model
pengajaran
dan
pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto,
Juni 2016
PT
Remaja
Rosdakarya.
Widi, Asih W & Sulistyowati, Eka.
(2014). Metodologi Pembelajaran
IPA. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Nurdin, Syahidan. (2013) Penerapan
Pendekatan
PAKEM
dalam
pembelajaran IPA di MIN RUKOH.
UIN Ar-Raniry Darussalam Banda
Aceh.
Obaid, M. A. (2013). The impact of using
multi-sensory approach for teaching
students with learning disabilities.
Journal of international education
research, 9(1), hlm. 75-82.
Download